You are on page 1of 65

KATA PENGANTAR

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim


Puji syukur kehadirat Allah Azza Wa Jalla yang telah
memberikan nikmat iman dan islam kepada kita. Shalawat
dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW, keluarga, sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya
hingga akhir zaman.
Sebelumnya, tak lupa kami menyampaikan terima kasih
kepada Bapak Drs. H. Fansuri, M.Pd selaku Pembina asrama
yang dalam penyusunan buku kultum ini sangat membantu
hingga akhirnya diterbitkan.
Alhamdulillah, kami dapat menerbitkan karya yang
dapat menjadi “sarana” membersihkan hati yang bertajuk
akhlak, fiqih, dan tauhid. Kami rasa sangatlah tepat apabila
buku ini kami ibaratkan sebagai rambu- rambu
dipersimpangan jalan yang menunjukkan arah bagi setiap
orang yang sedang berjalan menuju arah Tuhan.
Buku ini juga bisa diibaratkan sebagai obat penyejuk
hati yang gundah, pelunak hati yang keras, serta dapat
membuka mata hati yang terkunci.
Semoga buku ini dapat membawa manfaat terutama bagi
kami dan bagi pembaca sekalian. Akhirnya, semoga usaha
kami dalam menyusun buku ini akan mendapat keridhoan
dari Allah SWT, disamping mendapat sambutan hangat dari
pembaca sekalian. Amiiin

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................. i


Daftar isi ............................................................................................ iii
Kata Mutiara ..................................................................................... 1
Isi .............................................................................................. 8
1. Pembentukan Disiplin dalam Sholat ........................................... 8
2. Surga dan Neraka......................................................................... 15
3. Tauhid Syarat Utama Diterimanya Amal .................................... 19
4. Berkah Sebuah Ketakwaan .......................................................... 23
5. Syukur dan Nikmat ...................................................................... 29
6. Bagaimana Belajar Malu dan Merasa Diawasi
Allah SWT ................................................................................... 33
7. Akhlak Mulia Ciri Mukmin Sejati .............................................. 42
8. Buah Keyakinan Kepada Allah Dua Tukang Sepatu .................. 48
9. Kemilau Akhlak Seorang Ulama ................................................. 55
10. Meneladani Rasul ........................................................................ 60
11. Hakikat Doa ................................................................................. 64
12. Indahnya Nasehat ........................................................................ 71
Sumber Bahan ................................................................................... 77
Biodata Penulis
KATA-KATA MUTIARA PARA SUFI PENCINTA
[Maulana Sufi]

"Allah SWT telah menyediakan rezeki bagi hamba-hamba-


Nya. Siapapun yang tidak
mengetahui hikmah mengenai rezeki hariannya yang Allah
berikan kepadanya, dia
akan dianggap lalai."
"Cahaya spiritual yang Allah SWT berikan kepadamu di jalan
ini adalah Penunjuk
Jalan yang menerangi Jalan menuju Kehadirat Ilahi tanpa
rasa takut.Dalam
thariqat ini, memuliakan sesuatu selain Allah SWT adalah
kafir."Sufi adalah
orang yang telah meninggalkan dunianya, Hari Akhiratnya,
dan Kehadirat Ilahi di
belakang dan mereka yang hidup menyatu dengan-Nya".
"Aku tidak ingin dikenal
di dunia ini setelah Aku meninggalkannya, karena Aku tidak
mengharapkan diriku
mempunyai suatu eksistensi".
"Kesombongan tidak pernah memasuki hati seseorang tanpa
mengakibatkan
penurunan derajat pikirannya setara dengan meningkatnya
jumlah kesombongan
dalam hatinya. "Kesulitan mungkin akan menyentuh orang-
orang yang beriman,
tetapi kesulitan itu tidak akan mempengaruhi orang yang
berdzikir."

"Setiap orang yang berjuang di jalan Allah akan disediakan


rezeki baginya. Dan
itulah yang Allah katakan dalam al-Qur'AN. "Setiap kali
Zakariyya masuk untuk
menemui Maryam di Mihrab, dia mendapati makanan di
sisinya" [3:37].
Abu Bakar ash-Shiddiq ra
"Tolonglah Aku, jika Aku benar dan koreksilah Aku jika Aku
salah. Orang-orang
yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku
sampai atas Kehendak
Allah , haknya telah disyahkan. Orang-orang yang kuat di
antara kalian harus
menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah menghendaki,
Aku akan mengambil apa
yang harus dibayarnya"
"Patuhilah Aku selama Aku patuh kepada Allah dan
Rasulullah, bila Aku tidak
mematuhi Allah dan Rasulullah, jangan patuhi Aku lagi."
Tidak ada
pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk
memperoleh ridha Allah SWT"
"Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan
Allah. Tidak ada
kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya
mengalahkan kesabarannya. Dan
jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah,
Allah tidak

akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu


dalam hatinya."
"Kita menemukan kedermawanan dalam Taqwa (kesadaran
akan Allah), kekayaan
dalam Yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan
hati. Waspadalah
terhadap kebanggan sebab kalian akan kembali ke tanah dan
tubuhmu akan dimakan
oleh cacing."
"Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdoa
kepada Allah dan
berkata, Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku
sendiri, dan Aku
lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku.
Jadikanlah Aku lebih
baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai
diriku, maafkanlah
dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah
jadikan Aku bertanggung
jawab atas apa yang mereka katakan."
"Jika kalian mengharapkan berkah Allah , berbuatlah baik
terhadap
hamba-hamba-Nya."
"Suatu hari beliau memanggil "Umar ra dan menasihatinya
sampai "Umar
menangis. Abu Bakar berkata kepadanya,Jik a engkau
memegang nasihatku, engkau
akan selamat, dan nasihatku adalah "Harapkan kematian
selalu dan hidup sesuai
dengannya".
"Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya
jalan untuk mendapat
pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak
berdayaan mereka dan
tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu".
Ala'uddin al-Bukhari al-Attar
"Dalam keadaan depresi, engkau harus banyak beristighfar
(memohon ampunan
Allah), dan dalam keadaan bergembira, harus banyak
bersyukur kepada Allah SWT
Sebagai pertimbangan kedua keadaan ini, kontraksi (menciut)
dan ekspansi
(mengembang), adalah arti dari wuquf zamani".
"Dikatakan bahwa para pencari dalam pengetahuan eksternal
harus memegang teguh
Tali Allah , sedangkan para pencari pengetahuan internal
harus terikat kuat
kepada Allah".
Tingkat Kefanaan
"Ketika Allah membuatmu lupa akan kekuatan duniawi
maupun Kerajaan Surgawi,
itu adalah Kefanaan yang Mutlak. Dan Jika Dia membuatmu
lupa akan Kefanaan yang
Mutlak itu, itu adalah Inti dari Kefanaan yang Mutlak."
Perilaku yang Benar

"Kalian harus berada pada tingkat yang sesuai dengan orang-


orang disekitarmu
dan menyembunyikan keadaanmu yang sebenarnya dari
mereka, karena Rasulullah
bersabda, Aku telah diperintahkan untuk berbicara kepada
orang-orang sesuai
dengan apa yang bisa dimengerti oleh hati mereka."
"Waspadalah dalam menyakiti hari para Sufi. Jika engkau
menginginkan
persahabatan denagn mereka, pertama kalian harus belajar
bagaimana bertingkah
laku di hadapan mereka. Kalau tidak kalian akan menyakiti
diri sendiri, karena
jalan mereka adalah jalan yang paling lembut. Disebutkan
bahwa, Tidak ada
tempat di Jalan Kami bagi orang-orang yang tidak
mempunyai perilaku yang
baik."
"Jika kalian berpikir bahwa kalian telah berperilaku baik
berarti engkau
salah, karena memandang dirimu baik adalah suatu
kesombongan."
Mengenai Ziarah Kubur
"Manfaat yang dapat dipetik dari ziarah ke makam Syaikh
kalian tergantung dari
pengetahuanmu tentang mereka. "Berada di dekat makam
orang-orang yang shaleh
mempunyai pengaruh yang baik terhadap dirimu, walaupun
lebih baik untuk
mengarahkan dirimu kepada jiwa mereka dan hal itu bisa
membawa pengaruh
spiritual yang tinggi".
Rasulullah saw bersabda, : "Kirimkanlah doa kepadaku di
mana pun engkau
berada. Ini menunjukkan bahwa kalian dapat mencapai
Rasulullah saw di mana
pun kalian berada, dan itu juga berlaku untuk semua Walinya,
karena mereka
mendapat kekuatan dari Rasulullah SAW"
"Adab, atau perilaku yang benar dalam berziarah adalah
dengan mengarahkan
dirimu kepada Allah dan membuat jiwa-jiwa ini sebagai
jalanmu (wasilah) menuju
Allah, merendahkan hatimu kepada Ciptaan-Nya"
" Kalian merendahkan hati secara eksternal kepada mereka
dan secara internal
kepada Allah. Menunduk di hadapan orang lain tidak
diizinkan kecuali kalian
memandang mereka sebagai perwujudan Tuhan. Dengan
demikian kerendahan hati itu
tidak diarahkan kepada mereka, tetapi diarahkan kepada
Tuhan yang tampak dalam
diri mereka, dan itulah Tuhan."

Wa min Allah at Tawfiq


PEMBENTUKAN DISIPLIN DALAM SHALAT

Salah satu ibadah utama dalam Islam adalah shalat.


Dalam hadits Nabi SAW dinyatakan, shalat ini merupakan
amal pertama dan utama yang akan ditanya Allah SWT di
hari kiamat. Jika shalatnya baik, baiklah semua amal yang
lain. Sebaliknya, jika nilai shalatnya buruk, maka buruklah
nilai semua amal yang lainnya. Karena esensi ibadah adalah
kepatuhan manusia kepada ketentuan Tuhan, demikian pula
esensi shalat. Shalat adalah refleksi kepatuhan dan ketaatan
manusia kepada Tuhan. Segala tatacara dan ketentuan waktu
seputar shalat mencerminkan pelajaran disiplin tingkat tinggi.

Kesediaan manusia melaksanakan shalat lima waktu


sesuai dengan waktu-waktu yang telah ditentukan
menggambarkan kedisiplinan kita secara utuh terhadap aturan
yang ditetapkan Tuhan. Sebab jika mengikuti selera atau
kehendak kita, niscaya kita memilih shalat itu tidak perlu
lima waktu. Cukup pagi hari saja menjelang berangkat kerja
dan malam menjelang tidur. Tidak perlu ada shalat subuh
yang waktunya pagi-pagi buta ketika fajar datang, saat kita
masih tidur lelap. Apalagi bila kita harus bekerja hingga
malam, tentu bangun di waktu subuh sangat terasa berat.

Demikian juga halnya dengan shalat zhuhur, ashar dan


maghrib, yang datang di saat kesibukan kita dalam bisnis atau
bekerja sedang padat-padatnya. Zuhur dan ashar adalah
waktu biasanya meeting atau negosiasi sedang intens.
Sedangkan maghrib adalah waktu kita tengah dalam
perjalanan pulang ke rumah. Ditengah kemacetan lalu lintas
yang luarbiasa parah, jika mengikuti selera dan kehendak kita
niscaya shalat maghrib amat merepotkan.
Namun, sebagai seorang hamba yang patuh terhadap
ketentuan yang ditetapkan Tuhan, kita melaksanakan shalat
sesuai dengan waktu yang ditetapkanNya. Tidak peduli saat
itu kita sedang dalam kesibukan kerja yang tinggi, meeting
atau negosiasi bisnis. Bahkan banyak orang yang berusaha
shalat tepat waktu, karena mengejar keutamaan yang ada di
dalamnya. Begitu azan berkumandang, mereka bergegas
pergi menghadap Tuhannya. Apa yang mendorong manusia
menunaikan shalat sesuai dengan waktunya? Tak lain dan tak
bukan adalah kepatuhan dan ketaatannya yang utuh pada
Tuhan. Dalam bahasa manajemen adalah disiplin yang tinggi
terhadap semua yang telah digariskan oleh Tuhan.
Demikian pula halnya dengan Standard Operating
Procedure atau tatacara shalat. Dimulai dengan niat, lalu
menghadap qiblat kemudian dibuka dengan mengucapkan
takbir Allahu Akbar. Lalu membaca doa iftitah, surat Al
Fatihah, ayat al Qur‟an, ruku, sujud, duduk diantara dua
sujud, lalu berdiri lagi dan begitu seterusnya untuk kemudian
ditutup dengan salam. Prosedur itu digariskan demikian rinci
dan teratur disertai bacaan/doa yang mesti dibaca pada tiap-
tiap tahapan shalat yang berbeda-beda. Demikian pula
larangan membaca dan melakukan sesuatu diluar yang telah
ditetapkan karena dapat membatalkan shalat. Jika menuruti
perasaan dan selera kita sendiri, niscaya kita ingin tatacara
shalat itu diganti. Cukup dengan bersila atau bersemedi saja
sembari menghadap kiblat seperti orang bersemedi atau
meditasi.
Namun, karena kepatuhan terhadap perintah Tuhan
dan RosulNya, kita melaksanakan shalat sesuai dengan aturan
dan prosedur yang diajarkan dan dicontohkan nabi. Bahkan
dalam shalat berjama‟ah ajaran disiplin itu lebih kental lagi.
Nabi memerintahkan kita untuk menaati imam. Jika imam
ruku‟ kita ikut ruku‟. Imam sujud kita ikut sujud. Imam
membaca Al Fatihah dan Al Qur‟an, kita mendengarkan dan
menyimak dengan seksama. Dengan kata lain, praktek shalat
yang begitu detail dan teratur mengindikasikan disiplin kita
yang tinggi terhadap SOP yang sudah digariskan. Maka, jelas
sudah shalat dengan segala instrumennya mengajarkan kita
tentang disiplin. Dengan kata lain, orang yang mengerjakan
shalat pada dasarnya sedang menerapkan disiplin tingkat
tinggi pada dirinya. Hidup berdisiplin dalam berbagai bidang
kehidupan, itulah yang diajarkan Tuhan melalui shalat.
Jadi jelas sudah, shalat mengajarkan disiplin hidup yang
tinggi. Maka orang yang rajin shalat, semestinya menjadi
orang yang paling berdisiplin. Namun, jika kenyataannya
berbeda berarti ia belum menunaikan shalat dengan
sebenarnya. Ia baru sekadar melaksanakan prosedur shalat,
belum sampai pada hakekat dan kualitas shalat, yakni
khusyu‟. Orang yang melakukan shalat dengan khusyu
(berkualitas) setidaknya akan memiliki beberapa bentuk
kedisiplinan.

Pertama, disiplin kebersihan. Salah satu syarat sah


shalat adalah bersih. Bersih badan dengan wudlu atau mandi.
Bersih pakaian dari najis, karena tidak sah shalat dengan
pakaian yang berlumur najis (kotoran). Bersih hati dengan
niat yang ikhlas.

Kedua, disiplin waktu. Waktu shalat, baik shalat wajib


maupun shalat sunnah seperti Duha atau tahajjud, mendidik
orang yang shalat untuk selalu disiplin waktu.

Ketiga, disiplin kerja. Dalam shalat jamaah, baik imam


maupun makmum diikat oleh aturan yang baku. Imam tidak
bisa berbuat semaunya, tapi harus disiplin dengan ketentuan
yang ditetapkan Tuhan dan nabi. Jika salah ia harus mau
diingatkan. Demikian juga makmum.
Ketiga, disiplin berpikir. Shalat baru akan mencapai
kualitas terbaik jika dilakukan dengan khusyu‟. Khusyu‟
bermakna mengonsentrasikan pikiran secara utuh untuk
melakukan sesuatu dan mengerti sepenuhnya atas apa yang
dibaca dan dilakukan. Ini lantaran dalam melakukan shalat
sering muncul godaan syetan. Maka dengan shalat secara
khusyu‟ berarti mendidik diri untuk disiplin berpikir.
Keempat, disiplin moral dan akhlak. Dalam bahasa
manajemen disebut attitude dan behaviour. Maka jelas sudah
betapa shalat mendidik kita jadi manusia yang berdisiplin
tinggi. Dan itu hanya bisa terwujud manakala kita
menjadikan shalat bukan sebagai kewajiban, tapi sebagai
kebutuhan. Memandang sesuatu sebagai kewajiban akan
menjadikan kita berat melaksanakannya. Kalau pun
melaksanakannya cenderung sekadar melepaskan diri dari
kewajiban. Namun, jika kita memandang ibadah-ibadah
tersebut sebagai kebutuhan, niscaya kita akan memburunya
dan menuntaskannya sesempurna mungkin. Sebab setiap kali
kita usai menunaikan ibadah tersebut, yang tersisa adalah
kelezatan dan kenikmatan.

Sumber : www.eramuslim.com › Suara Langit › Ringan


Berbobot - Tembolok - Mirip
SURGA DAN NERAKA
SURGA
Nilai dunia dibanding syurga: Firman Allah SWT
dalam Surah An-Nisa' : 77 yang artinya : "Kesenangan di
dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk
orang-orang yang bertaqwa dan kamu tidak akan dianiaya
sedikitpun."
Rasulullah SAW bersabda : "Tidaklah dunia ini
dibanding kenikmatan akhirat kecuali seperti salah seorang
diantaramu yang mencelupkan jarinya ke dalam air laut,
maka lihatlah berapa banyak air yang ada di jarinya." (HR.
Muslim).
Keindahannya
Rasulullah SAW pernah menjelaskan keindahan syurga
diantaranya adalah : "Batu batanya dari emas dan perak,
perekat (batu-batu) nya berupa misik harum, kerikilnya
berupa permata dan yakut dan tanahnya dari za'faran.
Barangsiapa memasukinya akan mendapatkan
kenikmatan dan tidak pernah celaka, kekal tidak mati,
pakaiannya tidak akan usang dan selalu awet muda."
(Hadits shahih riwayat Ahmad, dan Tirmidzi).
Makanan, minuman dan pakaian penghuninya
Firman Allah SWT dalam Surah Al-Waqi'ah : 20 - 21
yang artinya : "Dan buah-buahan dari apa yang mereka
pilih, dan daging burung dari apa yang mereka
inginkan."
Dalam Surah Al-Insan : 5 yang artinya : "Sesungguhnya
orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas
(berisi minuman) yang campurannya adalah air kafur."
Juga dalam Surah Al-Insan : 21 yang artinya : "Mereka
memakai pakaian sutera halus yang hijau dan sutera
tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari
perak, dan Rabb memberikan kepada mereka minuman
yang bersih."
Bidadari
Firman Allah dalam Surah Ad-Dukhan : 54 yang
artinya : "Demikianlah. Dan Kami berikan kepada
mereka bidadari."
Allah SWT, dalam Surah Ar-Rahmaan juga mensifati
mereka dengan cantik dan jelita, putih bersih dipingit
dalam rumah, dan belum pernah tersentuh oleh jin
maupun manusia (ayat 65 - 69).
Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika wanita penghuni
syurga turun ke dunia ini, tentu antara langit dan bumi
ini akan bersinar, dan bau harumnya akan bersenar
memenuhinya dan mahkota di kepalanya lebih baik
daripada dunia dan seisinya." (HR. Bukhari).
NERAKA
Kedalamannya
Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : "Ketika sedang
bersama Rasulullah, kami mendengar sesuatu jatuh.
Maka beliau bersabda, 'Tahukah kalian suara apa itu?'.
Kami menjawab, 'Allah dan RasulNya lebih tahu'.
Beliau bersabda, 'Itu adalah suara batu yang
dilemparkan ke neraka semenjak 70 tahun yang lalu,
dan ia sekarang masih meluncur ke (dasar) neraka."
(HR. Muslim).

Panasnya
Rasulullah SAW bersabda: "Api kita adalah satu bagian
diantara 70 bagian dari api neraka (1/70)." (HR.
Muslim).
Makanan, minuman dan pakaian penghuninya
Firman Allah dalam Surah Al-Waqi'ah : 51 - 55 yang
artinya : "Kemudian sesungguhnya kamu hai orang
yang sesat lagi mendustakan, benar-benar akan
memakan pohon zaqqum, dan akan memenuhi perutmu
dengannya. Sesudah itu kamu akan meminum air yang
sangat panas. Maka kamu minum seperti unta yang
sangat haus minum."
Rasulullah SAW bersabda : "Seandainya setetes
zaqqum jatuh ke dunia, tentu akan merusak kehidupan
penduduk bumi. Lalu bagaimana dengan orang-orang
yang menjadikannya sebagai makanan?." (Hadits hasan
shahih menurut Tirmidzi).
Dan FirmanNya dalam Surah Muhammad : 15 yang
artinya : "...dan diberi minuman dengan air yang
mendidih sehingga memotong-motong ususnya."
Dan FirmanNya juga dalam Surah Al-Hajj : 19 - 20
yang artinya : "Maka orang kafir akan dibuatkan untuk
mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air
yang sedang mendidih ke atas kepala mereka. Dengan
air itu dihancur luluhkan segala apa yang ada dalam
perut mereka dan juga kulit (mereka)."
Ibrahim At-Taimi jika membaca ayat ini, ia berkata,
"Maha suci Dzat yang telah menciptakan pakaian dari
api."
(Akhwalul Jannah wa An-Naar, Sulaiman A).
Oleh : Al-Islam - Pusat Informasi dan
Komunikasi Islam Indonesi
TAUHID SYARAT UTAMA DITERIMANYA AMAL

Bismillahirrahmannirahim,

"Islam dibangun di atas lima dasar, bersaksi bahwa tidak ada


sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwa Muhammad
adalah Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
berhaji dan puasa pada bulan Ramadhan." (H.R. Bukhari dan
Muslim dari Abdullah Ibnu Umar)
Tauhid merupakan dasar dibangunnya segala amalan yang
ada di dalam agama ini. Tidak ada keraguan lagi bahwa
tauhid memiliki kedudukan yang tinggi bahkan yang paling
tinggi di dalam agama. Tauhid merupakan hak Allah yang
paling besar atas hamba-hamba-Nya, Sebagaimana dalam
hadits Mu'adz bin Jabal ra. Rasulullah shalallahu 'alaihi wa
sallam berkata kepadanya : "Hai Mu'adz, tahukah kamu hak
Allah atas hamba-Nya dan hak hamba atas Allah? Ia
menjawab: "Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui".
Beliau mengatakan: "Hak Allah atas hamba-Nya adalah
mereka menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatupun."(HR.Bukhari dan Muslim). Tauhid
merupakan perintah pertama kali yang kita temukan di dalam
Al Qur'an sebagaimana lawannya (yaitu syirik) yang
merupakan larangan paling besar dan pertama kali kita
temukan di dalam Al Qur'an, sebagaimana firman Allah:
"Hai sekalian manusia, sembahlah Rabb kalian yang telah
menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian agar
kalian menjadi orang-orang yang bertakwa. Yang telah
menjadikan bumi terhampar dan langit sebagai bangunan dan
menurunkan air dari langit, lalu Allah mengeluarkan
dengannya buah-buahan sebagai rizki bagi kalian. Maka
janganlah kalian menjadikan tandingan-tandingan bagi
Allah". (Q.S Al-Baqarah: 21-22)
Dalil yang menunjukkan hal tadi dalam ayat ini adalah
perintah Allah "sembahlah Rabb kalian" dan "janganlah
kalian menjadikan tandingan bagi Allah". Tauhid merupakan
poros dakwah seluruh para Rasul, sejak Rasul yang pertama
hingga penutup para Rasul yaitu Muhammad. Allah
berfirman: "Dan sungguh Kami telah mengutus pada setiap
umat seorang Rasul (yang menyeru) agar kalian menyembah
Allah dan menjauhi thagut." (Q.S An-Nahl: 36)
Tauhid merupakan perintah Allah yang paling besar dari
semua perintah. Sementara lawannya, yaitu syirik,
merupakan larangan paling besar dari semua larangan. "Dan
Rabbmu telah memerintahkan agar kalian jangan menyembah
kecuali kepada-Nya dan berbuat baiklah kepada kedua orang
tua." (Q.S Al-Isra: 23)
"Dan sembahlah oleh kalian Allah dan janganlah kalian
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun".(Q.SAn-
Nisa:36). Tauhid merupakan syarat masuknya seseorang ke
dalam surga dan terlindungi dari neraka Allah, sebagaimana
syirik merupakan sebab utama yang akan menjerumuskan
seseorang ke dalam neraka dan diharamkan dari surga Allah.
Allah berfirman:
"Sesungguhnya barangsiapa yang menyekutukan Allah
maka Allah akan mengharamkan baginya surga dan tempat
kembalinya adalah neraka dan tidak ada bagi orang-orang
dzalim seorangpenolongpun."(Q.SAl-Maidah:72) Rasulullah
bersabda: "Barang siapa yang mati dan dia mengetahui
bahwasanya tidak ada illah yang benar kecuali Allah, dia
akan masuk ke dalam surga." (Shahih, HR Muslim No.26
dari Utsman bin Affan)
Rasulllah shalallahualaihi wasallambersabda : "Barangsiapa
yang kamu jumpai di belakang tembok ini bersaksi terhadap
Lailaha illallah dan dalam keadaan yakin hatinya, maka
berilah dia kabar gembira dengan surga." (Shahih, H.R
Muslim No.31 dari Abu Hurairah).
Tauhid merupakan syarat diterimanya amal seseorang
dan akan bernilai di hadapan Allah. Allahberfirman: "Dan
tidaklah mereka diperintahkan melainkan agar mereka
menyembah Allahdan mengikhlaskan bagi-Nya agama".(Q.S
Al-Bayinah: 5). "Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis),
Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia
kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan
perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu" (Q.S. An Nuur 24:35)."Wahai Rasulullah,
katakanlah kepadaku satu ungkapan tentang Islam, yang saya
tidak memintanya kepada siapapun kecuali kepadamu."
Rasulullah saw bersabda, "Katakanlah, 'Aku beriman kepada
Allah,'kemudian Istiqamahlah."(H.R.Muslim)
Sumber:"Pribadi,Imam"<Imam.Pribadi@BAKERNET.com>
BERKAH SEBUAH KETAKWAAN

Ada seorang pemuda yang bertakwa, tetapi dia sangat


lugu. Suatu kali dia belajar pada seorang Syaikh. Setelah
lama menuntut ilmu, sang syaikh menasehati dia dan teman-
temannya : "Kaian tidak boleh menjadi beban orang lain.
Sesungguhnya, seorang alim yang menadahkan tangannya
kepada orang-orang berharta, tak ada kebaikan dalam dirinya.
Pergilah kalian semua dan bekerjalah dengan pekerjaan ayah
kalian masing-masing. Sertakanlah selalu ketakwaan kepada
Allah dalam menjalankan pekerjaan tersebut."

Maka pergilah pemuda tadi menemui ibunya seraya


bertanya : "Ibu, apakah pekerjaan yang dulu dikerjakan
ayahku?" Sambil bergetar ibunya menjawab : "Ayahmu
sudah meninggal. Apa urusanmu dengan pekerjaan ayahmu?"
Si pemuda ini terus memaksa agar diberitahu, tetapi si ibu
selalu mengelak. Namun akhirnya si ibu terpaksa angkat
bicara juga, dengan nada jengkel dia berkata : "Ayahmu itu
dulu seorang pencuri."

Pemuda itu berkata : "Guruku memerintahkan kami -


murid-muridnya, untuk bekerja seperti pekerjaan ayahnya
dan dengan ketakwaan kepada Allah dalam menjalankan
pekerjaan tersebut." Ibunya menyela : "Hai, apakah dalam
pekerjaan mencuri itu ada ketakwaan?" Kemudian anaknya
yang begitu polos menjawab : "Ya, begitu kata guruku." Lalu
dia pergi bertanya kepada orang-orang dan belajar bagaimana
para pencuri itu melakukan aksinya. Sekarang dia
mengetahui tehnik mencuri. Inilah saatnya beraksi. Dia
menyiapkan alat-alat mencuri, kemudian shalat isya' dan
menunggu sampai semua orang tidur. Sekarang dia keluar
rumah untuk menjalankan profesi ayahnya, seperti perintah
sang guru (syaikh). Dimulailah dengan rumah tetangganya.
Saat hendak masuk ke dalam rumah dia ingat pesan
syaikhnya agar selalu bertakwa. Padahal mengganggu
tetangga tidaklah termasuk takwa. Akhirnya, rumah tetangga
itu ditinggalkannya. Ia lalu melewati rumah lain, dia berbisik
pada dirinya : "Ini rumah anak yatim, dan Allah
memperingatkan agar kita tidak memakan harta anak yatim."
Dia terus berjalan dan akhirnya tiba di rumah seorang
pedagang kaya yang tidak ada penjaganya. Orang-orang
sudak tahu bahwa pedagang ini memiliki harta yang melebihi
kebutuhannya. "Ha, di sini", gumamnya. Pemuda tadi
memulai aksinya. Dia berusaha membuka pintu dengan
kunci-kunci yang disiapkannya. Setelah berhasil masuk
rumah itu ternyata besar dan banyak kamarnya. Dia
berkeliling di dalam rumah, sampai menemukan tempat
penyimpanan harta. Dia membuka sebuah kotak, didapatinya
emas, perak dan uang tunai dalam jumlah yang banyak. Dia
tergoda untuk mengambilnya. Lalu dia berkata : "Eh, jangan,
syaikhku berpesan agar aku selalu bertakwa. Barangkali
pedagang itu belum mengeluarkan zakat hartanya. Kalau
begitu, sebaiknya aku keluarkan zakatnya terlebih dahulu."

Dia mengambil buku-buku catatan di situ dan


menghidupkan lentera kecil yang dibawanya. Sambil
membuka lembaran buku-buku itu dia menghitung. Dia
memang pandai berhitung dan berpengalaman dalam
pembukuan. Dia hitung semua harta yang ada dan
memperkirakan berapa zakatnya. Kemudian dia pisahkan
harta yang akan dizakatkan. Dia masih terus menghitung dan
menghabiskan waktu berjam-jam. Saat menoleh, dia lihat
fajar telah menyingsing. Dia berbicara sendiri : "Ingat takwa
kepada Allah! Kau harus melaksanakan shalat dulu!"
Kemudian dia keluar menuju ruang tengah rumah, lalu
berwudhu di bak air untuk selanjutnya melakukan shalat
sunnah. Tiba-tiba tuan rumah itu terbangun. Dilihatnya
dengan penuh keheranan, ada lentera kecil yang menyala. Dia
lihat pula kotak hartanya dalam keadaan terbuka dan ada
orang sedang melakukan shalat. Isterinya bertanya : "Apa
ini?" Dijawab suaminya : "Demi Allah, aku juga tidak tahu."
lalu dia menghampiri pencuri itu: "Kurang ajar, siapa kau dan
ada apa ini?" Si pencuri berkata : "Shalat dulu, baru bicara .
Ayo pergilah berwudhu' lalu shalat bersama. Tuan rumahlah
yang berhak jadi imam."

Karena khawatir pencuri itu membawa senjata si tuan


rumah menuruti kehendaknya. Tetapi wallahu a'lam,
bagaimana dia bisa shalat. Selesai shalat dia bertanya :
"Sekarang, coba ceritakan, siapa kau dan apa urusanmu?" Dia
menjawab : "Saya ini pencuri". "Lalu apa yang kau perbuat
dengan buku-buku catatanku itu?", tanya tuan rumah lagi. Si
pencuri menjawab : "Aku menghitung zakat yang belum kau
keluarkan selama enam tahun. Sekarang aku sudah
menghitungnya dan juga sudah akau peisahkan agar kau
dapat memberikannya pada orang yang berhak". Hampir saja
tuan rumah itu dibuat gila karena terlalu keheranan. Lalu dia
berkata : "Hai, ada apa denganmu sebenarnya. Apa kau ini
gila?" Mulailah si pencuri itu bercerita dari awal. Dan setelah
tuan rumah itu mendengar ceritanya dan mengetahui
ketepatan serta kepandaiannya dalam menghitung, juga
kejujuran kata-katanya, juga mengetahui manfaat zakat, dia
pergi menemui isterinya. Mereka berdua dikaruniai seorang
puteri. Setelah keduanya berbicara, tuan rumah itu kembali
menemui si pencuri, kemudian berkata : "Bagaimana
sekiranya kalau kau aku nikahkan dengan puteriku. Aku akan
angkat engkau menjadi sekretaris dan juru hitungku. Kau
boleh tinggal bersama ibumu di rumah ini. Kau kujadikan
mitra bisnisku." Ia menjawab : "Aku setuju." Di pagi hari itu
pula sang tuan memanggil para saksi untuk acara akad nikah
puterinya.
Sumber: Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam
Indonesia
SYUKUR DAN NIKMAT

Setiap nikmat itu menjadi pembuka atau penutup pintu


nikmat lainnya, kita sering menginginkan nikmat padahal
rahasia yang bisa mengundang nikmat adalah syukur atas
nikmat yang ada, jangan engkau lepaskan nikmat yang besar
dengan tidak mensyukuri nikmat yang kecil.

Tidak usah risau terhadap nikmat yang belum ada,


justru risaulah kalau nikmat yang ada tidak disyukuri, Allah
sudah berjanji kepada kita dengan janji yang pasti ditepati.
Maka daripada kita sengsara oleh nikmat yang belum ada
lebih baik bagaimana yang ada bisa disyukuri, sayangnya
kalau kita mendengar kata syukuran itu yang terbayang hanya
makanan, padahal syukuran itu adalah bentuk amal yang
dahsyat sekali pengaruhnya.

Beberapa tips menjadi orang yang bersyukur, yaitu


Menjadikan hati kita tidak merasa memiliki, dan yakin
segalanya milik Allah SWT. Makin kita merasa memiliki
sesuatu akan makin takut kehilangan dan takut kehilangan
adalah suatu bentuk kesengsaraan, tapi kalau kita yakin
semuanya milik Allah, maka diambil oleh Allah tidak layak
kita merasa kehilangan karena kita merasa tertitipi. Makin
merasa rejeki itu milik manusia kita akan merasa berharap
kepada manusia dan akan makin sengsara, senikmat-nikmat
dalam hidup adalah kalau kita tidak berharap kepada mahluk
tetapi berharap hanya kepada Allah SWT. Kemudian kita
juga dapat memanfaatkan nikmat yang ada untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Ada suatu kisah tiga pengendara kuda masuk kedalam


belantara, ketika dia tertidur kemudian saat terjaga dilihat
kudanya telah hilang semua, betapa kagetnya mereka dan
pada saat yang sama dalam keadaan kaget, ternyata seorang
raja yang bijaksana melihat hal tersebut dan mengirimkan
kuda yang baru lengkap dengan perbekalan, ketika
dikirimkan reaksi ketiga pengendara yang hilang kudanya itu
berbeda-beda.

Si A kaget dan berkomentar ," wah ini hebat sekali


kuda, bagus ototnya, bekalnya banyak pula!, dia sibuk
dengan kuda tanpa bertanya kuda siapakah ini?".Si B,
gembira dengan kuda yang ada dan berkomentar,"wah ini
kuda hebat". Sambil berterima kasih kepada yang
memberi.Sikap Si C beda lagi , ia berkomentar, "lho ini
bukan kuda saya, ini kuda milik siapa? ". yang ditanya
menjawab, " ini kuda milik raja ", si C bertanya kembali,
"kenapa raja memberikan kuda ini ?". Dijawab," sebab raja
mengirim kuda agar engkau mudah bertemu dengan sang
raja".
Dia gembira bukan karena bagusnya kuda, dia gembira
karena kuda dapat memudahkan dia dekat dengan sang raja.
Nah begitulah, si A adalah manusia yang kalau mendapatkan
mobil, motor, rumah, dan kedudukan sibuk dengan kendaraan
itu, tanpa sadar bahwa itu adalah titipan, orang yang paling
bodoh adalah orang yang punya dunia tapi dia tidak sadar
bahwa itu titipan Allah, yang B mungkin adalah model kita
yang ketika senang kita mengucap Alhamdulillah, tetapi ahli
syukur yang asli adalah yang ketiga yang kalau punya sesuatu
dia berpikir bahwa inilah kendaraan yang dapat menjadi
pendekat kepada Allah SWT.

Sumber : Copyright © Arief Hikmah - Membahas tentang


hikmah
BAGAIMANA BELAJAR MALU DAN MERASA
DIAWASI ALLAH SWT

Di antara hal yang bisa menimbulkan rasa malu dan


memunculkan perasaan bahwa Allah selalu mengawasi diri
kita adalah merenungkan keluasan alam raya ciptaan-Nya dan
menyadari akan betapa kecilnya diri kita dibanding jagat raya
ini.

Rasulullah saw. Bersabda:

“Luasnya tujuh langit dibanding „al-Kursi‟ (singgasana


Tuhan) adalah bagaikan tujuh buah koin dirham yang
dijatuhkan di atas perisai.”

Lalu berapakah ukuran tujuh langit tersebut?

Ibnu Mas‟ud berkata,

“ Jarak antara langit dan yang setelahnya adalah lima


ratus tahun. Jarak antara tiap langit juga lima ratus tahun.
Jarak antara „Al-Kursi‟ dan air juga lima ratus tahun. Al-Arsy
berada di atas air dan Allah ada di „Al-Arsy‟. Tidak ada satu
amal pun yang tersembunyi dari penglihatan Allah.”

Sekarang, apakah kita menyadari tentang diri kita,


wahai manusia? Kita merupakan bagian dari dunia yang
ukurannya dihadapan Allah tidak lebih besar dari ukuran
sayap seekor lalat. Mengapa kita sombong? Mengapa kita
melakukan maksiat? Dan mengappa kita angkuh?

Sudah berapa kali kita dikaruniai kesembuhan oleh


Allah dari sakit yang kita derita? Sudah berapa kalikah kita
diselamatkan Allah dari marabahaya yang menimpa? Lapar
dan haus yang kita rasa sirna karena makanan dan minuman
karunia-Nya. Allah menganugerahi kita kenikmatan Islam di
saat bermiliar-miliar manusia terjerambab dalam kekafiran.

Allah menganugerahi kita kenikmatan fasilitas


pendengaran, penglihatan, dan kepekaan hati, disaat banyak
orang selain kita yang tidak bisa merasakan kenikmatan itu.

Kita terus menerus mendemonstrasikan berbagai


macam kemaksiatan, namun Ia masih tetap menyayangi kita.
Kita melumuri tubuh dengan dosa, namun Dia selalu siap
menerima tobat kita. Kita beberkan rahasia-rahasia, namun Ia
selalu siap menutupinya demi kebaikan kita. Kita tak henti-
hentinya berbuat nista kepada-Nya, namun Ia juga tak habis-
habisnya berbuat baik kepada kita. Kita berbuat dosa, Dia
masih memberi nikmat kepada kita. Kita putuskan hubungan
dengan-Nya, Dia selalu siap menyambungnya.

Perkataan kotor dan dusta kita tidak menyebabkan-Nya


menghalangi kita untuk menikmati kenikmatan berbicara.
Kita melihat hal-hal yang diharamkan oleh-Nya, namun hal
itu tidak menyebabkan-Nya mencabut kenikmatan
penglihatan yang dianugerahkan kepada kita. Kita mendengar
hal-hal yang dilarang, namun ia tidak mengganjar kita dengan
ketulian.

Dia menganugerahi kita kenikmatan, baik yang kita


sadari dan ketahui maupun tidak kita sadari dan tidak kita
ketahui. Kita sering merasakan kenikmatan itu, namun kita
lupa mensyukurinya. Disaat kita kehilangan kenikmatan itu,
barulah kita sadar betapa besar nilai kenikmatan itu.

Oleh karena itu tumbuhkanlah selalu rasa takut di hati


kita dan marilah kita belajar malu kepada Allah swt. Agar
segala amal perbuatan dan kebajikan kita tidak terhapus oleh
perbuatan kita sendiri. Amien…

Mutiara Hikmah

Sampai kapankah kelengahan dan kelalaian ini


berakhir?

Apakah kita ingin disaat kita dalam keadaan lupa


malaikat maut menjemput kita?

Pagi dan sore kita pergi berburu dunia, untuk apa?

Kita lupa dibelakang kita ada penyetir gila

Yang menggiring kita menuju tempat yang hina.


Ingatlah, semua tenaga dan kemampuan yang selama ini
kita andalkan,

tidak akan berguna lagi nantinya ketika malaikat maut


menjemput kita

kecantikan dan ketampanan yang selama ini kita


banggakan, tidak akan ada artinya lagi ketika hari itu
datang

Pun pula dengan jabatan dan kekuasaan yang selama ini


kita pertahankan, tak akan bisa

menyelamatkan kita di hari kematian

Perhatikanlah amal kita, shalat kita,dan kebaikan kita.

Semua itulah yang akan turut menyertai kita menuju


papan pemandian

Akan turut bersama kita dalam keranda kematian

Turut pula menyertai kita disaat dishalatkan

Serta setia menemani kita, ketika ke dalam liang lahat,


tempat kita dimasukkan.

Amal kebaikanmu itu akan turut setia menyertaimu


kemanapun langkahmu menuju.

Di dalam kubur,
Ia menjadi penghibur dalam kegalauan,

Memberi ketenangan dalam ketakutan,

Memancarkan pelita dalam kegelapan

Wahai saudaraku,

Mengapa kenikmatan dunia yang kita rasa,


menyebabkan kita lupa akan Pemberinya

Mengapa kemilau dunia yang ada, membuat kita lupa


pada Penciptanya.

Kita lebih mengutamakan yang dicipta daripada


Penciptanya

Bibir kita sama sekali tidak bergetar sedikitpun ketika


mengingatNya

Padahal mailakat maut menyeru kita seratus kali dalam


setiap hari

Kalau seandainya batang-batang pohon itu, mempunyai


hati, pasti ia akan menjerit.

Begitu juga bebatuan, apabila ia mempunyai roh, pasti


ia akan merintih.

Mengapa kita tidak sanggup merintih?


padahal sebongkah mimbar dari kayu pernah mengeluh
dan merintih pada Rasulullah.

Apabila kepastian itu mulai datang, disaaat kita


dipanggil untuk pulang.

Kita akan merasa sungguh tidak bermanfaat harta yang


kita kumpulkan

Hingga, disaat rohmu mulai punah dan suaramu mulai


melemah.

Apakah harta-harta halal yang kita peroleh bermanfaat


untuk kita?

Akankah harta-harta haram menyelamatkan kita?

Atau mungkin teman-teman yang kita banggakan akan


membela kita?

Sama sekali tidak.

Tidak ada yang akan memberi manfaat kepadamu,

Selain kebaikan yang engkau kerjakan,

Hubungan silaturahmi yang kita jalin,

satu rakaat di tengah malam yang kita lakukan,

Tetesan air mata keimanan, dan juga sedekah yang kita


berikan.

Ingatlah wahai orang yang lalai,

Sudah saatnya untuk bangun wahai orang yang sedang


terlelap dalam tidur panjang.

Sumber:

Buku “Ketika Allah


Berbahagia”,

Penerbit: Gema
Insani Press,

Penulis: Dr. Khalid


Abu Syadi.
AKHLAK MULIA CIRI MUKMIN SEJATI

“Sesungguhnya Allah adalah Dzat Yang Mahaindah


dan mencintai keindahan. Dia mencintai akhlak yang tinggi
dan membenci akhlak yang rendah.” (HR Ath-Thabrani dan
Ibnu Asakir)

Dengan kemuliaan akhlak seorang mukmin mampu


mencapai derajat yang tinggi Ia akan mendapat derajat sama
dengan derajat para mujahid fi sabilillah, para ahli ibadah,
orang-orang yang senantiasa berpuasa, orang-orang yang
shalat di malam hari dan orang-orang yang beristighfar di
sore hari. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya seorang
muslim musaddid (ibadahnya sedang-sedang saja) akan
mampu mencapai derajat orang-orang ahli puasa yang
mendirikan ayat-ayat Allah, disebabkan oleh keindahan
akhlaknya dan kemuliaan prilakunya.”(HR Ahmad dan Ath-
Thabrani)

Nabi saw juga menjelaskan bahwasanya orang mukmin


yang imannya paling sempurna adalah orang yang paling
mulia akhlaknya. Dan dengan kemulian akhlak seorang
mukmin dapat mencapai derajat orang-orang yang berpuasa
dan menunaikan zakat.
Orang-orang yang berakhlak luhur, berwatak mulia dan
berperilaku bersih adalah manusia yang paling dicintai oleh
Baginda Nabi dan akan mendapat tempat terdekat dengan
beliau kelak pada Hari Kiamat. Dalam sebuah hadits, beliau
menyatakan bahwasanya orang yang paling beliau cintai dan
akan mendapat tempat terdekat dengan beliau pada Hari
Kiamat adalah yang paling mulia akhlaknya. Sedangkan
orang yang paliang beliau benci dan yang paling jauh
tempatnya dengan beliau pada Hari Kiamat kelak adalah
orang yang buruk akhlaknya, yaitu Ats-Tsartsarun (orang-
orang yang banyak bicara), Al-Mutasyadidiqun (orang-orang-
orang yang suka memanjangkan pembicaraan) dan Al-
Mutafayhiqun (orang-orang yang congkak.).

Akhlak yang mulia juga akan menjadikan timbangan


kebaikan seseorang bertambah berat pada Hari Kiamat kelak.
Hitungan amal baiknya akan meningkat sedangkan
timbangan amal buruknya akan berkurang. Rasulullah saw
bersabda, “Tiada sesuatu yang lebih bisa memberatkan
timbangan (kebaikan) orang mukmin pada hari kiamat,
daripada akhlak yang baik. Sesungguhnya Allah membenci
orang yang berkata kotor dan hina.(HR At-Tirmidzi)

Tahapan-tahapan dan kejadian-kejadian pada Hari


Kiamat juga akan mudah dilalui oleh seorang yang berakhlak
mulia. Dia akan mendapatkan tempat yang paling mulia dan
derajat yang tinggi. Dalam sebuah hadits disebutkan
bahwasanya seorang hamba dengan kemuliaan akhlaknya
akan mencapai derajat-derajat di akhirat yang tinggi dan
tempat tinggal yang mulia. Padahal di dunia ibadahnya biasa-
biasa saja. Sedangkan seseorang yang akhlaknya buruk akan
terjerumus ke derajat paling rendah di neraka jahanam.

Lantas bagaimana agar kita bisa berakhlak mulia?

Pertama, membaca buku-buku dan mendengarkan ceramah-


ceramah agama yang menerangkan perihal akhlak Rasulullah,
para sahabat, dan ulama-ulama saleh.

Kedua, mengamalkan sedikit demi sedikit tentang akhlak


mulia yang sudah kita pelajari.

Ketiga, berdoa kepada Allah supaya dikaruniai akhlak yang


baik dan terhindar dari akhlak yang buruk.

Rasulullah mengajarkan kepada kita doa untuk


mendapatkan akhlak yang mulia. Diriwayatkan bahwa beliau
berdoa, “Ya Allah, tunjukkanlah kepadaku keindahan akhlak
yang tiada bisa menunjukkan keindahannya melainkan
Engkau semata. Dan palingkanlah dariku keburukan akhlak
yang tiada bisa memalingkan dari keburukannya, melainkan
Engkau semata.(HR Muslim)
Dalam hadits yang lain diriwayatkan bahwa Rasulullah
saw meminta perindungan dari keburukan akhlak, keburukan
watak dan kerendahan adab. Beliau berdoa, “Ya Allah,
sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kemungkaran
akhlak, amal-amal perbuatan, hawa-hawa nafsu dan penyakit-
penyakit (hati).” (HR At-Tirmidzi dan Ath-Thabrani).

Dewasa ini bangsa Indonesia dihadapkan dengan


problem kemerosotan akhlak yang sangat drastis. Bangsa
Indonesia yang dahulu dikenal santun, ramah dan bersahabat,
akhir-akhir ini berubah menjadi bangsa yang kasar, bengis
dan arogan. Setiap hari kita saksikan media-media informasi
menayangkan berita kriminal. Ada anak yang tega
membunuh orangtuanya sendiri, ayah yang memperkosa anak
gadisnya sendiri, bahkan seorang ibu tanpa perasaan
membuang bayinya sendiri ke tempat sampah.

Menjadi tugas setiap orang mukmin untuk memperbaiki


kebobrokan akhlak di negara ini dengan menampilkan akhlak
yang mulia. Sebab, akhlak mulia merupakan ciri dari seorang
mukmin sejati. Dengan menebarkan akhlak mulia, maka
perilaku masyarakat yang sudah kacau balau ini perlahan-
lahan akan berubah ke arah yang lebih baik.

Sumber : Copyright © Arief Hikmah - Membahas tentang


hikmah
BUAH KEYAKINAN KEPADA ALLAH DUA TUKANG
SOL SEPATU

Mang Udin, begitulah dia dipanggil, seorang penjual


jasa perbaikan sepatu yang sering disebut tukang sol. Pagi
buta sudah melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan
istrinya yang berharap, nanti sore hari mang Udin membawa
uang untuk membeli nasi dan sedikit lauk pauk. Mang Udin
terus menyusuri jalan sambil berteriak menawarkan jasanya.
Sampai tengah hari, baru satu orang yang menggunakan
jasanya. Itu pun hanya perbaikan kecil.

Perut mulai keroncongan. Hanya air teh bekal dari


rumah yang mengganjal perutnya. Mau beli makan, uangnya
tidak cukup. Hanya berharap dapat order besar sehingga bisa
membawa uang ke rumah. Perutnya sendiri tidak dia
hiraukan.

Di tengah keputusasaan, dia berjumpa dengan seorang


tukan sol lainnya. Wajahnya cukup berseri. “Pasti, si Abang
ini sudah dapat uang banyak nich.” pikir mang Udin. Mereka
berpapasan dan saling menyapa. Akhirnya berhenti untuk
bercakap-cakap.

“Bagaimana dengan hasil hari ini bang? Sepertinya laris


nich?” kata mang Udin memulai percakapan.

“Alhamdulillah. Ada beberapa orang memperbaiki


sepatu.” kata tukang sol yang kemudian diketahui namanya
Bang Soleh.

“Saya baru satu bang, itu pun cuma benerin jahitan.”


kata mang Udin memelas.
“Alhamdulillah, itu harus disyukuri.”

“Mau disyukuri gimana, nggak cukup buat beli beras


juga.” kata mang Udin sedikit kesal.

“Justru dengan bersyukur, nikmat kita akan ditambah.”


kata bang Soleh sambil tetap tersenyum.

“Emang begitu bang?” tanya mang Udin, yang


sebenarnya dia sudah tahu harus banyak bersyukur.

“Insya Allah. Mari kita ke Masjid dulu, sebentar lagi


adzan dzuhur.” kata bang Soleh sambil mengangkat
pikulannya.

Mang udin sedikit kikuk, karena dia tidak pernah


“mampir” ke tempat shalat.

“Ayolah, kita mohon kepada Allah supaya kita diberi


rezeki yang barakah.”

Akhirnya, mang Udin mengikuti bang Soleh menuju


sebuah masjid terdekat. Bang Soleh begitu hapal tata letak
masjid, sepertinya sering ke masjid tersebut.

Setelah shalat, bang Soleh mengajak mang Udin ke


warung nasi untuk makan siang. Tentu saja mang Udin
bingung, sebab dia tidak punya uang. Bang Soleh mengerti,

“Ayolah, kita makan dulu. Saya yang traktir.”

Akhirnya mang Udin ikut makan di warung Tegal


terdekat. Setelah makan, mang Udin berkata,
“Saya tidak enak nich. Nanti uang untuk dapur abang
berkurang dipakai traktir saya.”

“Tenang saja, Allah akan menggantinya. Bahkan lebih


besar dan barakah.” kata bang Soleh tetap tersenyum.

“Abang yakin?”

“Insya Allah.” jawab bang soleh meyakinkan.

“Kalau begitu, saya mau shalat lagi, bersyukur, dan


mau memberi kepada orang lain.” kata mang Udin penuh
harap.

“Insya Allah. Allah akan menolong kita.” Kata bang


Soleh sambil bersalaman dan mengucapkan salam untuk
berpisah.

Keesokan harinya, mereka bertemu di tempat yang


sama. Bang Soleh mendahului menyapa.

“Apa kabar mang Udin?”

“Alhamdulillah, baik. Oh ya, saya sudah mengikuti


saran Abang, tapi mengapa koq penghasilan saya malah
turun? Hari ini, satu pun pekerjaan belum saya dapat.” kata
mang Udin setengah menyalahkan.

Bang Soleh hanya tersenyum. Kemudian berkata,

“Masih ada hal yang perlu mang Udin lakukan untuk


mendapat rezeki barakah.”

“Oh ya, apa itu?” tanya mang Udin penasaran.


“Tawakal, ikhlas, dan sabar.” kata bang Soleh sambil
kemudian mengajak ke Masjid dan mentraktir makan siang
lagi.

Keesokan harinya, mereka bertemu lagi, tetapi di


tempat yang berbeda. Mang Udin yang berhari-hari ini sepi
order berkata setengah menyalahkan lagi,

“Wah, saya makin parah. Kemarin nggak dapat order,


sekarang juga belum. Apa saran abang tidak cocok untuk
saya?”

“Bukan tidak, cocok. Mungkin keyakinan mang Udin


belum kuat atas pertolongan Allah. Coba renungkan, sejauh
mana mang Udin yakin bahwa Allah akan menolong kita?”
jelas bang Soleh sambil tetap tersenyum.

Mang Udin cukup tersentak mendengar penjelasan


tersebut. Dia mengakui bahwa hatinya sedikit ragu. Dia
“hanya” coba-coba menjalankan apa yang dikatakan oleh
bang Soleh.

“Bagaimana supaya yakin bang?” kata mang Udin


sedikit pelan hampir terdengar.

Rupanya, bang Soleh sudah menebak, kemana arah


pembicaraan.

“Saya mau bertanya, apakah kita janjian untuk bertemu


hari ini, disini?” tanya bang Soleh.

“Tidak.”
“Tapi kenyataanya kita bertemu, bahkan 3 hari berturut.
Mang Udin dapat rezeki bisa makan bersama saya. Jika
bukan Allah yang mengatur, siapa lagi?” lanjut bang Soleh.
Mang Udin terlihat berpikir dalam. Bang Soleh melanjutkan,
“Mungkin, sudah banyak petunjuk dari Allah, hanya saja kita
jarang atau kurang memperhatikan petunjuk tersebut. Kita
tidak menyangka Allah akan menolong kita, karena kita
sebenarnya tidak berharap. Kita tidak berharap, karena kita
tidak yakin.”

Mang Udin manggut-manggut. Sepertinya mulai


paham. Kemudian mulai tersenyum.“OK dech, saya paham.
Selama ini saya akui saya memang ragu. Sekarang saya
yakin. Allah sebenarnya sudah membimbing saya, saya
sendiri yang tidak melihat dan tidak mensyukurinya. Terima
kasih abang.” kata mang Udin, matanya terlihat berkaca-
kaca.

“Berterima kasihlah kepada Allah. Sebentar lagi


dzuhur, kita ke Masjid yuk. Kita mohon ampun dan
bersyukur kepada Allah.”

Mereka pun mengangkat pikulan dan mulai berjalan


menuju masjid terdekat sambil diiringi rasa optimist bahwa
hidup akan lebih baik.

http://agama.kompasiana.com/2010/06/08/buah-keyakinan-
kepada-allah-dua-tukang-sol-sepatu/
KEMILAU AKHLAK SEORANG ULAMA

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas‟ud r.a, dari Nabi


SAW bersabda, “Hendaklah kalian bersikap jujur karena
kejujuran akan membawa kepada kebaikan dan kebaikan
dapat mengantarkan ke surga. Sesungguhnya seseorang
senantiasa jujur sehingga ditulis sebaga seorang yang jujur.
Dan sesungguhnya dusta dapat menyeret kepada kejahatan
dan kejahatan dapat menyeret ke dalam neraka.
Sesungguhnya seseorang senantiasa berdusta hingga ditulis di
sisi Allah sebagai pendusta,” (HR Bukhari )

Rasulullah SAW mengajarkan setiap muslim untuk


berkata jujur dalam setiap keadaan. Beliau SAW melarang
berkata bohong, walaupun dilakukan dalam humor. Dalam
suatu hadis disebutkan secara tegas bahwa ciri orang munafik
adalah berkata bohong. Perhatikanlah hadis berikut :

Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan.


Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila
berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah
(kepercayaan) ia mengkhianatinya. (HR. Bukhari-Muslim).

Jika perkataan dusta itu dilarang, secara otomatis kita


diperintahkan untuk berkata jujur. Berkaitan dengan itu, ada
suatu kisah yang dapat dijadikan bahan renungan bagi kita, di
mana kejujuran itu akan mendatangkan keberkahan, bukan
saja bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain yang
menyaksikannya. Kisah ini menyangkut seorang ulama
bernama Syekh Abdul Qodir Jaelani ketika ia masih kecil.
Kisahnya adalah sebagai berikut:

Dikisahkan bahwa ketika Ia masih kecil, keinginan


untuk menuntut ilmu sangat luar biasa. Maka tergeraklah
dalam hatinya untuk pergi ke Bagdad menemui para
ulama dan orang-orang shaleh dalam rangka menuntut ilmu.
Diutarakanlah keinginan itu kepada ibunya untuk memohon
izin dan do‟a. Sebagai ibu yang mempunyai latar belakang
agama yang kuat, keinginan itu disambut dengan penuh suka-
cita. Namun sebelum ia berangkat ibunya berpesan agar ia
selalu berkata benar dan berlaku jujur dalam setiap keadaan.
Tidak lupa ibunya memberi bekal uang sebanyak empat
puluh dinar. Uang itu disimpannya dibawah ketiak jahitan
baju Syekh.

Setelah semua perbekalan disiapkan, maka berangkatlah


ia bersama kafilah (rombongan) para pedagang yang banyak
membawa barang dagangan. Namun sayang, dalam
perjalanan itu tiba-tiba mereka dihadang oleh kawanan
perampok yang jumlahnya sekitar enam puluh
orang. Mereka merampok seluruh barang-barang yang
dibawa oleh kafilah, sementara Syekh Abdul Qodir dibiarkan
oleh perampok itu karena ia tidak membawa apa-apa.

Para perampok itu merasa heran kepada Syekh,


mengapa ia tidak membawa barang apapun, kecuali hanya
sekedar makanan sebagai bekal di perjalanan. Pemandangan
itu akhirnya mendorong salah seorang dari kawanan
perampok itu bertanya; “Hai orang fakir, engkau punya apa?
Kemudian Syekh Abdul Qodir menjawab: “Aku punya uang
empat puluh dinar”. Permpok itu merasa penasaran,
kemudian bertanya lagi:”Di mana? Dengan santai dan tanpa
rasa takut, Syekh menjawab dengan penuh kejujuran ”Ini
dibawah ketiak jahitan baju”. Mendengar jawaban itu
perampok itu malah pergi karena menganaggap jawaban itu
hanya sebagai ejekan belaka.

Tidak lama kemudian datang pula salah seorang kawan


perampok itu menghampiri Syekh, kemudian bertanya seperti
pertanyaan perampok pertama. Maka jawaban Syekh pun
tetap sama: ”Ini dibawah ketiak jahitan baju”. Ia juga
ditingalkan oleh perampok kedua karena jawaban itu
dianggap sebagai olok-olok saja. Setelah dipastikan semua
barang-barang kafilah dirampas, akhirnya mereka pergi
menemui pimpinan mereka sambil menyerahkan hasil
rampokannya. Tak lupa mereka menceritakan pula perihal
seorang anak kecil yang membawa uang dibawah ketiak.

Mendengar cerita anak buahnya, pimpinan perampok


itu merasa penasaran. Rasa penasaran itu akhirnya membuat
ia ingin mengetahui lebih jelas. Dengan cepat ia
memerintahkan salah seorang anak buahnya
untuk memanggil Syekh Abdul Qodir. Setelah Syekh
dihadapkan kepada pimpinan perampok itu, kemudian
pimpinan itu bertanya; “Apa yang anda bawa? Syekh
mejawab: “Uang empat puluh dinar”. Pimpinan peramapok
itu tambah penasaran dan bertanya lagi: “Dimana itu?
Kemudian dijawab: “Dibawah ketiak jahitan baju”.

Pimpinan perampok itu tambah terheran-heran lagi


dengan jawaban itu. Sehingga orang itupun memerintahkan
anak buahnya untuk memeriksa baju yang dipakai Syekh, dan
ternyata benar uang itu ada sebanyak empat puluh dinar.
Pimpinan perampok itu bertanya lagi dengan penuh
keheranan. “Mengapa engkau mengaku sebenarnya”.
Kemudian Syekh menjawab: “Karena ibuku berpesan agar
aku berkata benar dan berlaku jujur, dan aku tidak mau
menyalahi janjiku”. Tiba-tiba pimpinan perampok itu
menangis dan berkata: ‟Anda tidak menghianati janji pada
ibumu, sedangkan kami telah bertahun-tahun menyalahi dan
melanggar larangan Allah, maka hari ini kami bertobat
semuanya‟.

Salah seorang dari anak buah perampok itu berkata


kepada pimpian perampok itu: “Engkau adalah pimpinan
kami dalam perampokan dan pimpinan kami dalam
pertobatan”. Seluruh perampok itu semuanya bertobat. Dan
barang hasil rampokan itu akhirnya dikembalikan lagi kepada
masing-masing pemiliknya.
Kisah yang luar biasa. Kejujuran seseorang dapat
menundukan kawanan perampok. Mereka bertobat berkat
keluhuran akhlak Syekh Abdul Qodir Jaelani.

Wallahu‟alam Bishshowwab.

Sumber :
http://elqolam.myblogrepublika.com/2010/02/28/405/
MENELADANI RASUL

“Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul, maka


ambillah. Sedangkan apa yang dilarangnya, maka
hindarilah. Bertakwalah kalian kepada Allah, karena Allah
Maha keras siksa-Nya.” (QS. Al Hasyr: 7).

Manusia memang membutuhkan rasul sebagai perantara


dalam menerima ajaran-ajaran dari Allah SWT. Dan
bersamaan dengan itu pula, sejak lama manusia telah
menempatkan Rasulullah SAW. sebagai pembawa risalah
terakhir dari Allah SWT. untuk manusia. Setiap saat kita
selalu bersholawat kepada nabi sebagai perwujudan dari rasa
hormat kepada beliau, dan kita berusaha untuk menjadi
orang-orang yang diberi syafaat di hari penghisaban dengan
mengikuti anjuran dan larangannya. Karena pada hakikatnya
yang dibawa Muhammad adalah wahyu dari Allah SWT.
(QS. An Najm: 3 dan 4; QS. Al An‟am:50).

Wujud cinta kita kepada Rasulullah selalu kita buktikan


dengan mengikuti perbuatan-perbuatannya. Rasul
menganjurkan berbuat baik kepada semua orang, dengan
segera kita melaksanakannya. Ketika Rasul menyuruh kita
sopan santun, jujur, adil, bersikap pemaaf, maka dengan
antusias kita menyambut dan melaksanakan perintah itu.
Sehingga dalam kadar tertentu kita telah menjadikan
Rasulullah sebagai figur yang harus diteladani dalam segala
komponen kehidupan. Bahkan Rasulullah adalah ushwatun
hasanah atau teladan yang baik.

Namun amat disayangkan, rasa cinta kepada Rasulullah


itu sedikit demi sedikit mulai memudar sesuai dengan
berkembangnya peradaban. Sangat ironis memang, ternyata
generasi muda kita lebih paham dan mengikuti “sabda-sabda”
yang mereka anggap sebagai figur “teladan”. Tak bisa
menutup mata, bahwa remaja kita mulai gandrung dengan
tokoh-tokoh artis yang mereka anggap mampu memberi
inspirasi dalam hidupnya. Bahkan dalam tataran tertentu
mampu menumbuhkan histeria.

Bukan saja kaum muda yang sudah mematut-matut diri


menyamakan dengan idola pujaannya. Namun, tanpa disadari
kaum tua pun telah melakukan hal yang sama, meski dalam
unsur yang berbeda. Dalam diri kita mulai merayap
pemikiran dan perasaan yang bertolak belakang dengan sikap
Rasulullah sebagai teladan kita. Betapa naifnya kita
mengaku-ngaku mencintai dan meneladani Rasulullah
sementara kita sendiri tak pernah mengikuti perilakunya.
Cinta kita, cinta palsu belaka. Di satu sisi kita senantiasa
bersholawat kepadanya, tapi pada kesempatan yang lain kita
malah melakukan perbuatan yang dilarangnya, yang jelas
bertentangan dengan perilaku mulianya.

Satu hal yang bisa kita dapati bila kita mencintai dan
meneladani Rasulullah dalam segala komponen kehidupan,
yang tak akan pernah kita jumpai dalam mencintai dan
meneladani selain Rasulullah. Yakni Rasululullah akan
memberi “bonus” berupa syafaat kepada kita di hari
penghisaban, bila kita mengikuti apa-apa yang
diperintahkannya dan menghindari apa yang dilarangnya. Tak
perlu menipu diri dengan menganggap nanti akan mendapat
syafaat, sementara kita tak pernah meledani perbuatan
Rasulullah.

Mulai sekarang, kita wajib menumbuhkan semangat


untuk mencintai dan meneladani Rasulullah dalam jiwa kita.
Wujudkan dalam setiap aktivitas kehidupan kita bahwa kita
mencintai dan meneladani Rasulullah. Sehingga kita menjadi
umat yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya.

http://www.gaulislam.com/meneladani-rasul
HAKIKAT DOA

Ada sebuah riwayat yang diceritakan oleh Ibn Husain,


yang kiranya patut kita renungkan, isinya tentang firman
Allah SWT, yang berbunyi:
“Demi kemuliaan dan kebesaran-Ku dan juga demi
kemurahan dan ketinggian kedudukan-Ku di atas Arsy. Aku
akan mematahkan harapan orang-orang yang berharap
kepada selain Aku dengan kekecewaan. Akan Aku pakaikan
kepadanya pakaian kehinaan di mata manusia. Aku
singkirkan ia dari dekat-Ku, lalu Ku putuskan hubungan-Ku
dengannya.”
Mengapa ia berharap kepada selain Aku ketika dirinya
sedang berada dalam kesulitan, padahal sesungguhnya
kesulitan itu berada ditangan-Ku dan hanya Aku yang dapat
menyingkirkannya. Mengapa ia berharap kepada selain Aku
dengan mengetuk pintu-pintu lain, padahal pintu-pintu itu
tertutup? Padahal, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi
siapapun yang berdoa memohon pertolongan dari-Ku.
Siapakah yang pernah mengharapkan Aku untuk
menghalau kesulitannya lalu Aku kecewakan? Siapakah yang
pernah mengharapkan Aku karena dosa-dosanya yang besar,
lalu aku putuskan harapannya? Siapakah pula yang pernah
mengetuk pintu-Ku lalu tidak Aku bukakan?
Aku telah mengadakan hubungan yang langsung antara
Aku dengan angan-angan dan harapan seluruh makhluk-Ku.
Akan tetapi, mengapakah mereka malah bersandar kepada
selain Aku? Aku telah menyediakan semua harapan hamba-
hamba-Ku, tetapi mengapa merea tidak puas dengan
perlindunga-Ku?
Dan Aku pun telah memenuhi langit-Ku dengan para
malaikat yang tidak pernah jemu bertasbih kepada-Ku, lalu
Aku perintahkan mereka supaya tidak menutup pintu antara
Aku dan hamba-hamba-Ku, tetapi kenapa mereka tidak puas
dengan perlindungan-Ku?
Tidakkah mereka mengetahui bahwa siapa pun yang
ditimpa oleh bencana yang Aku turunkan tiada yang dapat
menyingkirkannya kecuali Aku? Akan tetapi, mengapa Aku
melihat ia dengan segala angan-angan dan harapannya itu,
selalu berpaling dari-Ku? Mengapakah ia sampai tertipu
selain Aku?
Aku telah memberikan kepadanya dengan segala
kemurahan-Ku apap-apa yang tidak sampai harus ia minta.
Ketika semua itu Aku cabut kembali darinya, lalu mengapa ia
tidak lagi memintanya kepada-Ku untuk segera
mengembalikannya, tetapi malah meminta pertolongan
kepada selain Aku?
Apakah Aku yang memberi sebelum diminta, lalu ketika
dimintai tidak Aku berikan? Apakah Aku ini bakhil sehingga
dianggap bakhil oleh hamba-Ku? Tidakkah dunia dan akhirat
itu semuannya milik-Ku? Tidakkah dermawan dan
kemurahan itu adalah sifat-Ku?
Tidakkah hanya Aku tempat bermuaranya semua
harapan? Dengan demikian siapakah yang dapat
memutuskannya dari-Ku?
Apa pula yang diharapkan oleh orang-orang yang
berharap, andaikan Aku berkata kepada semua penduduk
langit dan bumi, “Mintalah kepada-Ku!” Aku pun lalu
memberikan kepada masing-masing, pikiran apa yang terpikir
oleh semuanya.
Dan semua yang Kuberikan itu tidak akan mengurangi
kekayaan-Ku meskipun sebesar debu. Bagaimana mungkin
kekayaan yang begitu sempurna akan berkurang, sedang Aku
mengawasinya?
Sungguh, alangkah celakanya orang yang terputus dari
rahmat-Ku. Alangkah keewanya orang yang berlaku maksiat
kepada-Ku dan tidak memperhatikan Aku dan tetap
melakukan perbuatan-perbuatan yang haram seraya tiada
merasa malu kepada-Ku.
Alangkah indahnya untaian firman Allah SWT di atas.
Oleh karena itu, adalah sebuah tindakan bijak apabila saat ini
kita mengevaluasi kembali hubungan kita dengan Allah.
Yang salah satunya adalah suatu komunikasi berupa doa.
Doa hakikatnya adalah penuntun kita untuk mengubah
diri. Hidup penuh dengan tantangan dan kebutuhan. Memang
melalui kedua itulah Allah hendak menguji, mana hamba
yang tetap pada fitrah kesucian dan mana yang tidak. Lewat
runtutan musibah, Allah SWT hendak membaguskan pribadi
kita. Bagusnya pribadi diri inilah yang menjadi esensi dari
doa yang kita panjatkan.
Sesungguhnya Allah SWT benar-benar akan
mengabulkan doa setiap hamba-Nya sebagaimana termaktub
dalam Al-Qur‟an Surah Al-Baqarah ayat 186.
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya padamu tentang
Aku, maka jawablah bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang mendoa apabila ia
mendoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka beriman
kepada-Ku agar mereka selalu berada di dalam kebenaran.”
Kekuatan doa pada dasarnya akan menjadi efektif
apabila kita sanggup mengubah diri kita melalui doa itu.
Ibarat tanaman, kekuatan kita untuk mengubah diri adalah
bibitnya, sementara itu, doa itu sendiri adalah pupuknya.
Pupuk akan membuat bibit tumbuh lebih pesat, berbuah
banyak dengan bunga dan daun yang lebat. Namun apabila
kita terus-menerus menebar pupuk tanpa sedikitpun bibit kita
tanam, lantas apa yang akan tumbuh? Alhasil, tidak cukup
dengan bedoa saja. Jita juga perlu melihat kekurangan-
kekurangan kita, dan merubah hal-hal yang bisa kita ubah.
Sederhananya, siapapun yang ingin doanya di-ijabah,
janganlah perhatikan apa yang kita minta, tetapi
perhatikanlah apa yang bisa kita ubah dahulu dari diri kita
sendiri. Oleh karena itu, Rasulullah SAW bersabda, “Barang
siapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin, ia telah
beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari
kemarin, ia telah merugi. Barang siapa yang hari ini lebih
buruk dari hari kemarin, orang itu terkutuk!”
INDAHNYA NASIHAT

Kalau ada pertanyaan kenapa seorang suami gagal


dalam menasehati istrinya?, kenapa seorang ibu susah
menasehati anaknya ?, kenapa seorang guru susah menasehati
muridnya ?, kenapa seorang pimpinan sulit menasehati
bawahannya ? , jawabannya sederhana Orang hanya bisa
memberikan nasehat dengan mantap ! kalau dia termasuk
orang yang cinta dinasehati oleh oranglain
Repotnya kita ketika memberikan nasehat semangat, ketika
memberikan saran semangat, ketika memberikan koreksi
semangat tetapi ketika giliran kita dikoreksi justru kita tidak
sanggup menerimanya. Oleh karena itu kepada siapapun yang
akan memberikan nasehat syarat utamanya adalah kita harus
menjadi orang yang terlatih untuk menerima nasehat, terlatih
untuk menerima kritik dan terlatih untuk menerima
koreksi.Sebelum kita sanggup untuk melatih diri kita, sulit
sekali kita akan memiliki nasehat yang memiliki kekuatan
yang menggugah dan merubah.Harusnya kita melihat saran,
kritik dan nasehat dan koreksi itu menjadi sebuah kebutuhan.
Rahasia sukses dalam menerima nasehat atau kritik
yaitu :
1.Rindu kritik dan nasehat,
Kita harus memposisikan diri menjadi orang yang rindu
dikoreksi, rindu dinasehati, seperti rindunya kita melihat
cermin agar penampilan kita selalu bagus.Pemimpin sejati
adalah pemimpin yang selalu rindu dikoreksi oleh anggota
atau bawahannya, seorang guru yang senantiasa
mengharapkan saran agar lebih baik dalam cara mengajarnya
tidak akan pernah menjadi hina jika ia meminta saran atau
kritik dari murid-muridnya, bahkan Khalifah Umar Bin
Khatab RA jauh lebih menghargai kritik dan koreksi
dibandingkan pujian.
2.Cari dan tanya,
Belajarlah bertanya kepada orang lain dan nikmati
saran-saran yang mereka lontarkan, milikilah teman yang
mau jujur mengoreksi, tanya pula kepada istri, suami, anak-
anak, karyawan dan lain-lain.
3.Rahasia kita agar sukses ketika menerima kritik adalah
nikmati kritik
itu sebagai karunia Allah
Karena seseorang tidak akan mati karena dikritik, maka
oleh karena itu jika di koreksi maka dengarkanlah, jangan
sibuk membela diri karena makin sibuk membela diri maka
tidak akan mendapatkan sesuatu.
Memang orang yang lemah,orang yang sombong ,
orang-orang yang penuh kebencian itu tidak pernah tahan
terhadap kritik, jika ada yang mengkoreksi maka dirinya
sibuk untuk membela diri, sibuk untuk berpikir dan sibuk
untuk membalas, ketahuilah bahwa orang yang demikian itu
tidak akan bisa maju.
Orang yang kokoh dan kuat itu bukan orang yang sibuk
memberikan alasan ketika dia dikritik, karena jika tidak hati-
hati alasan itu justru memperjelas kesalahan.Dari pada kita
sibuk menyerang orang lain dan membela diri, sebaik-baik
jawaban atas kritik dan koreksi adalah dengan memperbaiki
diri.Orang lain sibuk mencari kejelekan kita, tetapi kita justru
sibuk memperbaiki kejelekan kita.
Lalu bagaimana jika lalu kita dihina terus ? jangan risau ,
karena semua orang yang sukses dan mulia itu pasti ada yang
menghina, tidak akan pernah didengki kecuali orang yang
berprestasi, makanya jangan takut ! kalau kita dihina justru
kita harus sibuk memperbaiki diri.
4.Biasakanlah kita untuk menjadi orang yang berterima kasih,
Kalau kita berubah,..... jangan pernah lupa untuk
menyebut jasa orang yang pernah merubah kita sehingga
kesuksesan ini harus jadi kebahagiaan dan kesuksesan bagi
orang lain.
Jadi sahabat-sahabat sekalian , cita-cita kita nanti ciri
khas seorang pemimpin negeri ini adalah seorang pemimpin
yang rindu di nasehati,jadi ketika masyarakatnya melakukan
koreksi justru pemimpin tersebut senang, kelihatannya kita
jangan pernah mau memiliki pemimpin dalam level manapun
yang tidak bisa dikoreksi,nanti dia akan menipu dirinya
sendiri , orang yang tidak bisa dikoreksi itu adalah orang
yang sombong, merasa pintar sehingga menganggap rendah
setiap nasehat.
Ciri pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang
mencintai nasehat.
Jadi memang seharusnya kita harus sadar ,bahwa keuntungan
kita adalah ketika kita menerima nasehat dari orang lain
dengan lapang dada dan rasa syukur , Belajarlah berterima
kasih kepada orang yang mengoreksi, karena koreksi itu
adalah bagian dari yang kita minta kepada Allah seperti yang
sering kita ucapkan dalam bacaan shalat \" Ihdinashiraathal
mustaqiim\" (tunjukilah kami jalan yang lurus)[Q.S1 ; 6]
Dalam berkomentar atau melakukan kritik itu harus hati-hati ,
karena setiap kita mengkritik dan mengoreksi sesorang
sebetulnya yang keluar itu adalah diri kita.Nabi Muhammad
SAW itu adalah seorang penasehat, tetapi nasehatnya itu
betul-betul bil hikmah, semuanya penuh dengan kearifan dan
kematangan.
Yang paling penting dari suatu nasehat, kritik dan koreksi itu
adalah niat yang mendasarinya. Kalau didasari niat ingin
menjatuhkan ,koreksi itu hanya akan menjadi pisau atau
panah beracun.Harusnya nasehat kita itu dilandasi dengan
rasa kasih sayang dan persaudaraan.
Dengan nasehat kita harus membantu yang lupa agar
menjadi ingat, membantu yang lalai agar menjadi semangat ,
yang tergelincir menjadi bangkit kembali, yang berlumur
dosa menjadi bertobat, intinya kalau dilandasi niat yang baik
akan melahirkan kebaikan juga.
Kalau niat sudah baik caranya juga harus benar, Ali Bin
Abi Thalib .RA mengatakan \" kalau kita memberi nasehat
tetapi di depan umum itu sama dengan memaki-maki atau
mempermalukan seseorang\" , maka resep selanjutnya kalau
kita ingin memberikan nasehat, nasehatilah dengan lemah
lembut.
\"Tiadalah kelembutan itu ada pada seseorang kecuali
memperindah \".
Rasullulah SAW memperbaiki peradaban yang begitu keras
dan berat justru dengan kelembutan ,kita butuh nasehat yang
tulus dari hati yang penuh kasih sayang dengan kata-kata
yang terpilih yang tidak melukai diiringi dengan sikap yang
tidak menggurui, tidak mempermalukan, tidak memojokan
sehingga orang berubah bukan karena ditekan oleh kata-kata
kita melainkan tersentuh oleh kata-kata kita.
Sahabat-sahabat, marilah kita terus berlatih untuk
menyayangi orang lain karena itulah sumber yang utama agar
nasehat kita menjadi bijak dan penuh kemuliaan.Dan sebaik-
baik nasehat adalah dengan suri tauladan, hancurnya orang-
orang yang sibuk memberi nasehat adalah ketika apa yang dia
katakan tidak sesuai dengan apa yang dia lakukan.
Sumber Bahan:
http://islamic.xtgem.com/ibnuisafiles/duniasufi/other/katamut
iara. hm
www.eramuslim.com › Suara Langit › Ringan Berbobot -
Tembolok - Mirip

Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia


"Pribadi,Imam"<Imam.Pribadi@BAKERNET.com>
Al-Islam - Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia

http://agama.kompasiana.com/2010/06/08/buah-keyakinan-
kepada-allah-dua-tukang-sol-sepatu/

http://elqolam.myblogrepublika.com/2010/02/28/405
http://www.gaulislam.com/meneladani-rasul
BIODATA

Nama : Drs. H. Fansuri, M.Pd


NIP : 19491225 197503 1 001
Jabatan : Pembina Asrama

Nama : Drs. H. Soemidjan, B.Sc


Jabatan : Ketua Asrama
(Periode 2007-2010)

Nama : Ary Priatna Ridhoni


NIM : A1E. 307945
Lahir : Barabai, 6 Mei 1989
Alamat : Jl. Surapati, Tangkarau Dalam Rt: IX; Rw:III,
Barabai.

Nama : M. Hidayatullah
NIM : A1E. 307942
Lahir : Birayang, 18 Desember 1989
Alamat : Jl. Merdeka, Rt:IX; Rw:III, Birayang.
Nama : Ernadi Hipreyadi
NIM : A1E. 307943
Lahir : Runtayan, 9 November 1989
Alamat : Desa Runtayan, Kec. Haruyan .

Nama : Agustina Pusvitasari


NIM : A1E. 307940
Lahir : Rantau, 15 Agustus 1989
Alamat : Jl.K.H. Hasan Ahmad, Barabai.
Nama : Ahmad Fahriadi
NIM : A1E. 307931
Lahir : Birayang, 16 Januari 1989
Alamat : Jl. Merdeka, Rt:IX; Rw:III, Birayang.

Nama : Muhammad Raji


NIM : A1E. 307944
Lahir : Udung, 26 Februari 1989
Alamat : Jl. Swadaya, Desa Paya Besar, Rt:III, Rw: II,
kec.Batu
Benawa.
Nama : Wahdiah
NIM : A1E. 307941
Lahir : Palajau Hilir, 5 November 1989
Alamat : Jl. Setia Usaha,Palajau Hilir, No. 27, Pandawan.
Nama : Nurliani
NIM : A1E. 307930
Lahir : Tambak Sarinah, 17 Juli 1989
Alamat : Jl. Tambak Sarinah, No.172, Kurau.

Nama : Rd. A. Surya M.Z.


NIM : A1E. 307929
Lahir : Banjarmasin, 11 Maret 1988
Alamat : Jl. Akasia 5, no. 5; Rt 37; Banjarmasin

Nama : Musfi Rosmaini


NIM : A1E. 307932
Lahir : Pajukungan, 23 Januari 1989
Alamat : Desa Pajukungan, Rt 4; Rw 2; Barabai

You might also like