You are on page 1of 9

Unikom

Hubungan Greenpeace dan Indonesia

Unikom
I. Pendahuluan

Organisasi Internasional adalah kolektivitas dari entitas – entitas yang independen,


kerjasama yang terorganisasi (organized cooperation) dalam bentuk yang lebih konkret.
Organisasi inernasional merupakan produk dari perjanjian – perjanjian multilateral. Ada yang
mendefinisikan pula bahwa organisasi internasional sebagai sebuah struktur formal dan
berkesinambungan yang dibentuk oleh kesepakatan diantara anggota – anggotanya
(keanggotaan Negara dan non Negara), dari paling tidak dua Negara merdeka atau lebih,
yang memiliki tujuan untuk mengejar kepentingan bersama anggota.

Bentuk INGO mulai dikenal pada tahun 1846. Yang tercatat sebagai INGO pertama,
dalam berbagai literature, adalah World Evangelical Alliance (Perhimpunan Penginjil
Sedunia).

Kemudian menyusul terbentuknya beberapa INGO yang lainnya, sejak pertengahan


abad ke XIX (1860). Berjalan dengan seiring dengan berkembangnya kerjasama internasional
dalam bentuk organisasi – organisasi internasional antar pemerintah (IGO).

Setelah Perang Dunia 1 dan Perang Dunia 2 maka banyak INGO terbentuk, seperti
juga halnya IGO yang makin digandrungi pada masa itu. Untuk bentuk kerjasama IGO,
perkembangan pesat terjadi antara tahun 1921 sampai tahun 1930, dan antara tahun 1941
sampai 1960.

Pertikaian antarnegara dan juga perdebatan ideology dan kepentingan, ternyata cukup
berperan dalam menghambat keberhasilan yang ingin dicapai melalui INGO – INGO. Dan
tidak dapat dipungkiri sepenuhnya bahwa INGO memang telah berusaha dan bermanfaat
cukup banyak dalam menanggulangi berbagai masalah umat manusia serta lingkungan hidup.
Namun perkembangan serta usaha INGO itu sendiri bergerak lamban dan kurang terarah.

Menggunakan pemikiran John Boli dan George Thomas, Coleman dan Wayland
(2006) menjelaskan ada lima karakteristik dan operasional organisasi non-pemerintah
internasional (INGO – international nongovernmental organization) yaitu

 Universalisme
 Individualism
 aktivitas sukarela rasional (rational voluntaristic activity)
 rasionalisasi
 warga dunia (world citizenship)

II. Latar belakang teori

Ada tiga perspektif teori organisasi untuk menganalisis organisasi sebagai sistem
yaitu :

 perspektif organisasi sebagai sistem yang rasional atau rational system


 organisasi sebagai sistem natural atau natural system
 organisasi sebagai sistem yang terbuka atau open system (Scott, 1987).

Scott (1987) melihat organisasi sebagai kolektivitas sosial (social collectivities).


Perspektif sistem rasional melihat organisasi memiliki tujuan yang spesifik dan didefinisikan
dengan jelas sekali. Anggota organisasi bersama-sama menggunakan organisasi untuk
mencapai tujuan spesifik itu. Organisasi memiliki struktur yang formal. Formal artinya
organisasi memiliki peraturan yang tertulis (formalized) dengan jelas. Aturan organisasi ini
menentukan bagaimana organisasi berperilaku. Bukan hanya aturan tertulis yang menentukan
perilaku, peran dan tanggung jawab aktor dalam struktur tertulis dengan jelas.

Perspektif sistem natural melihat organisasi memiliki struktur yang informal. Scott
mendefinisikan perspektif sistem natural sebagai kelompok bersama yang anggotanya
berbagi kepentingan bersama agar sistem bisa bertahan hidup dan yang ikut dalam kegiatan
kolektif yang diselenggarakan secara informal untuk memastikan agar bisa terus bertahan
(Scott, 1987). Struktur informal yang terjadi lebih memberikan panduan yang akurat dan
informatif untuk memahami perilaku organisasi dibandingkan struktur yang formal.

Perspektif sistem terbuka mengikuti pemikiran lingkungan, sebagai elemen di luar


organisasi, akan menpengaruhi bentuk organisasi dan mendukung kehidupan organisasi.
Perspektif sistem terbuka lebih fokus dan mementingkan pengaruh lingkungan daripada
organisasinya itu sendiri. Sehingga, sistem terbuka tidak mempersoalkan apakah struktur
organisasinya formal atau informal. Organisasi dilihat sebagai sistem dari kegiatan yang
saling bergantung satu dengan lainnya.

Ada tiga teori berkembang di dalam perspektif sistem terbuka yaitu teori
ketergantungan sumber daya, teori institusional, dan teori ekologi organisasi.
Ketiga perspektif ini berakar pada organisasi bisnis. Para pencetus teori dari ketiga perspektif
ini mengembangkan teori-teori mereka untuk diterapkan pada organisasi bisnis. Salah satu
organisasi yang termasuk dalam INGO adalah Greenpeace, yaitu suatu organisasi yang
bergelut dalam bidang pelestarian lingkungan hidup dan dapat dikategorikan sebagai global
civil society. Oleh karena itu saya akan membahas tentang Greenpeace dan mengkaitkannya
dengan tema tugas ini yaitu “INGO: Teman atau Lawan??”. Dampak apa yang ditimbulkan
oleh Greenpeace di dalam kehidupan bernegara.

III. Greenpeace Sebagai Organisasi

Greenpeace sebagai organisasi memiliki elemen organisasi yaitu struktur sosial,


partisipan atau aktor sosial, gol atau tujuan, teknologi, dan lingkungannya (Scott, 1987).
Struktur sosial adalah adalah bagaimana hubungan sosial antara aktor atau orang-orang atau
sub-group di dalam sebuah organisasi (Scott, 1987; Nadel, 1957). Greenpeace memiliki
struktur yang formal, hubungan antara aktor sudah ditetapkan menurut peraturan internal
yang tertulis dan diketahui oleh semua actor.

Greenpeace adalah organisasi lingkungan internasional yang terdiri dari Greenpeace


International atau Stichting Greenpeace Council (SGC) dan 28 NRO yang ada di 41 negara di
dunia ini. Ada satu NRO di Asia Tenggara yaitu Greenpeace South East Asia dengan tiga
kantor di tiga negara Asia Tenggara (Jakarta – Indonesia, Bangkok – Thailand, Manila –
Filipina).

Greenpeace International yang berkantor pusat di Belanda menurut peraturan


memberikan lisensi menggunakan nama Greenpeace kepada NRO. Tidak bisa seseorang
aktivis di suatu negara membentuk Greenpeace negaranya tanpa mendapatkan kontrak
lisensi. Ketentuan lisensi bisa dianalogikan dengan pemberian franchise di dunia bisnis.
Berdasarkan lisensi ini NRO berhak menggunakan logo dan nama Greenpeace. Selain hak,
NRO wajib mengikuti ketentuan terkait pemberian lisensi itu.

Greenpeace sebagai organisasi formal pemerintahannya terbagi menjadi dua yaitu


board atau dewan dan eksekutif yang menjalankan roda organisasi sehari-hari. Dewan
bertanggung jawab dan memiliki wewenang memilih dan memberhentikan direktur eksekutif.
Dewan juga memiliki wewenang mensahkan rencana tahunan dan rencana tiga tahunan
organisasi. Hubungan yang sama antara dewan dan eksekutif juga diterapkan di tingkat NRO.
Setiap dewan di tingkat NRO kemudian menetapkan wakil yang akan duduk di
Trustee. Trustee bertemu setahun sekali untuk menetapkan strategi jangka panjang,
perubahan struktur, pembiayaan organisasi, dan memilih board di tingkat internasional.
Board internasional ini yang akan mensahkan anggaran tahunan Greenpeace International dan
memilih Direktur Eksekutif Greenpeace International.

Greenpeace International akan memonitor semua NRO, mengoperasikan tiga kapal


Greenpeace, melaksanakan kampanye global, mengkoordinasikan perencanan, dan
memastikan apakah ketentuan organisasi dijalankan oleh NRO.

Struktur organisasi Greenpeace menyerupai organisasi perusahaan multinasional: ada


board, dewan direktur, dan perwakilan perusahaan di berbagai negara atau franchise-nya di
berbagai negara. Dari anggarannya, anggaran Greenpeace sebanding dengan perusahaan
multinasional.

Selain aturan formal organisasi, Greenpeace memiliki prinsip-prinsip atau nilai-nilai


yang menjadi pegangan setiap aktor berperilaku dan berinteraksi satu dengan lainnya, dan
dengan lingkungan atau organisasi lainnya. Berikut ini beberapa prinsip-prinsip dan nilai-
nilai yang dianut Greenpeace:

 Greenpeace tidak meminta atau menerima dana dari pemerintah, perusahaan atau
partai politik.
 Greenpeace tidak mencari atau menerima sumbangan yang akan mengkompromikan
kemandirian, tujuan, atau integritasnya.
 Greenpeace memegang teguh prinsip-prinsip: tanpa kekerasan (non-violence),
independen dari politik (political independence), dan internasionalisme.
 Greenpeace tidak memiliki sekutu atau musuh permanen (no permanent allies or
enemies).
 Greenpeace, sebagai organisasi non-pemerintah, memegang teguh prinsip transparan
dan akuntabilitas

Selain NRO, Greenpeace memiliki lebih dari 3 juta orang supporter dan jutaan
sukarelawan (volunteer) dan cyber activists sebagai aktor sosial organisasi Selain NRO,
Greenpeace memiliki lebih dari 3 juta orang supporter dan jutaan sukarelawan (volunteer)
dan cyber activists sebagai aktor sosial organisasi Greenpeace. Supporter adalah individu
yang menyumbangkan uangnya untuk membiayai kegiatan Greenpeace. Volunteer adalah
individu yang mendukung dan ikut terlibat secara sukarela dalam kegiatan Greenpeace.
Supporter dan volunteer memiliki aturan tersendiri yang tertulis.

Tujuan Greenpeace mengubah keyakinan (attitude) dan perilaku (behavior),


melindungi dan mengonservasi lingkungan, dan mempromosikan perdamaian.

Greenpeace sangat sadar memanfaatkan teknologi, terutama teknologi informasi dan


komunikasi. Membangun cyber activists adalah salah satu bentuk pemanfaatan teknologi
Internet untuk memperluas dampak kegiatan Greenpeace.

IV. Analisis

Penelitian mengenai organisasi akan sangat tergantung dari latar belakang siapa yang
meneliti. Para ilmuwan politik akan tertarik meneliti struktur partai-partai politik dan struktur
administrasi negara. Para ahli ekonomi akan tertarik meneliti organisasi sebagai perusahaan
bisnis. Ahli sosiologi akan meneliti asosiasi-asosiasi tanpa ikatan, lembaga-lembaga yang
bergerak di bidang peningkatan kesejahteraan dan kontrol sosial. Dan para antropolog akan
meneliti administrasi perbandingan di dalam perkembangan masyarakat.

Apakah para sosiolog akan tertarik meneliti organisasi nir-laba? Atau para ahli politik
yang tertarik karena organisasi nir-laba internasional akan berpengaruh pada pengambilan
kebijakan di dalam pemerintahan?

Sejumlah peneliti menggunakan perspektif sistem terbuka untuk menganalisis


organisasi nir-laba (Darlington, 1998; Frumkin dan Galaskiewicz, 2004; Fottler, 1981).

Darlington (1998) menggunakan perspektif sistem terbuka dalam meneliti tugas


utama organisasi nir-laba atau organisasi non-pemerintah (NGO – non-governmental
organization).

Greenpeace adalah organisasi formal yang kegiatannya selalu akan berhubungan


dengan lingkungannya dan dengan organisasi lain di luar lingkungan. Greenpeace ada juga
karena merespon situasi lingkungan sekelilingnya. Ke kawasan mana Greenpeace ekspansi
dipengaruhi oleh persoalan lingkungan.
Greenpeace tidak akan bisa lepas dari dukungan para supporter-nya dan volunteer-
nya. Struktur Greenpeace sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Saat ini supporter paling
banyak ada di Eropa dan Amerika Serikat. Kebijakan dan struktur Greenpeace akan
cenderung berwarna Eropa atau Amerika Serikat (Eropa sentris).

Eksplisit Greenpeace menyatakan tidak ada sekutu atau musuh abadi, menunjukkan
Greenpeace sangat sadar sebagai organisasi yang terbuka dan ingin mempertahankan struktur
formalnya.

V. Indonesia dan Greenpeace

Dilihat dari beberapa uraian pada poin III dan poin IV, kita harus bisa menarik
kesimpulan bahwa hubungan antara INGO, yang salah satu contohnya adalah Greenpeace
dengan suatu Negara. Apa peran serta Greenpeace terhadap perkembangan Indonesia?? Itu
adalah salah satu hal yang akan saya paparkan di poin V ini.

Indonesia dengan Greenpeace adalah hubungan antara Negara dengan INGO yang
terkenal di dunia. Dalam waktu dekat ini, mungkin kita pernah mendengar tentang datangnya
kapal – kapal Greenpeace yang akan masuk ke perairan Indonesia.

Salah satu contohnya, sawit pernah dijadikan objek black campaign oleh Greenpeace,
dengan modus ‘penyelamatan hutan’ itu digunakan untuk menghalangi Indonesia untuk
meningkatkan produk unggulannya yang jelas akan berpengaruh pada factor perekonomian
Indonesia itu sendiri. Karena sawit adalah salah satu produk unggulan Indonesia dan di masa
datang akan berkontribusi untuk sustainable development bagi ekonomi Indonesia, karena
Indonesia adalah produsen sawit terbesar.

Besarnya kontribusi sawit terhadap perekonomian Indonesia menurut Guru Besar


Fakultas Teknologi Pertanian (FATETA) Institut Pertanian Bogot (IPB), Prof.Dr Erliza
Hambali MSi, “Penghasilan dari industry kelapa sawit nasional dalam kurun 2010 – 2014
diproyeksikan mencapai USD 80,9 miliar”

Dan kita bisa menarik kesimpulan bahwa sawit adalah salah satu penghasil devisa
terbesar di bidang perkebunan. Devisa yang dihasilkan dari kelapa sawit tersebut sangat
berpengaruh pada perekonomian Indonesia. Selain itu, sawit juga mampu meningkatkan
perekonomian, dimana lahan – lahan sawit tersebut dibuka dan membuka lapangan pekerjaan
di kalangan masyarakat Indonesia.

Greenpeace tidak mempunyai kontribusi dalam perekonomian Indonesia. Menjaga


dan melestarikan hutan itu memang penting, tetapi kita tidak boleh menjadi egois dan
menelantarkan factor – factor lain yang menjadi pilar kehidupan masyarakat Indonesia.

Menjaga hutan itu harus dilakukan secukupnya saja, lahan – lahan dan kekayaaan
alam yang ada di Indonesia harus dimanfaaatkan semaksimal mungkin untuk memenuhi
kepentingan masyarakat Indonesia itu sendiri. Tetapi kita tidak boleh lupa untuk melestarikan
atau memperbaruinya kembali.

VI. INGO: Teman atau Lawan Negara??

Revolusi ICT (information and communication technology) dan munculnya persoalan


global membuat tidak mungkin lagi organisasi modern bersifat tertutup. Organisasi modern,
apakah organisasi pemerintah, bisnis, atau organisasi nir-laba, tidak bisa lagi menghindari
pengaruh lingkungan. Bahkan sudah sejak awal terbentuknya organisasi modern saat ini
adalah sebagai tanggapan pengaruh lingkungan dan menjawab kebutuhan masyarakat.

INGO atau international nongovernmental organization menurut saya bisa menjadi


teman maupun lawan bagi suatu Negara. Di suatu sisi mungkin tujuan mereka baik, tetapi
disisi lain mereka bisa saja mengintervensi kepentingan suatu Negara. Contohnya adalah
Greenpeace dengan Indonesia. Menurut saya, mungkin niat atau tujuan Greenpeace itu baik
yaitu untuk menyelamatkan lingkungan hidup yang berada di Indonesia, tetapi pemerintah
Indonesia itu sudah mempunyai wewenang sendiri dalam mengurus pemerintahan Indonesia
itu, dan saya rasa pihak luar yaitu Greenpeace tidak perlu campur tangan atau mengintervensi
kepentingan Indonesia itu sendiri.
Daftar Pustaka

 Coleman, W.D. dan Wayland, Sarah. 2006. “The Origins of Global Civil Society and
Nonterritorial Gobernance: Some Empirical Reflections.” Global Governance, Vol.
12.: 241-261.

 Darlington, Tim. 1998. “From Altruism to Action: Primary Task and the Not-for-
Profit Organization.” Human Relations, Vol. 51, No. 12: 1477-1493.

 Lihat Greenpeace Internasional Annual Report 2007 di


<http://www.greenpeace.org/raw/content/international/press/reports/gpi-annual-
report-2007.pdf> Diakses tanggal 8 Desember 2008

 Handout dari Dewi Triwahyuni S.IP M.SI

 http://www.findtoyou.com/ebook/download-organisasi+international-1716554.html
 http://www.findtoyou.com/ebook/download-ingo-2465517.html
 http://www.findtoyou.com/ebook/download-ingo-2465517.html

You might also like