You are on page 1of 14

Dampak Krisis Perekonomian Global Indonesia

Mengatasi Penyebab dan Dampak Krisis Ekonomi Global masih menjadi berita hangat tanpa
melewati 1 (satu) hari pun dalam bulan-bulan terakhir ini. Berbicara krisis ekonomi adalah bukan
berbicara tentang nasib 1 (satu) orang bahkan lebih dari itu semua karena ini menyangkut nasib
sebuah bangsa. Berbagai argument dan komentar pun dilontarkan di berbagai media yang selalu
memojokkan pemerintahan Yudhoyono dan BI (Bank Indonesia) Di salah satu media
menyatakan bahwa Presiden Yudhoyono menyampaikan 10 langkah untuk menghadapi masalah
tersebut. Empat di antaranya:

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri

2. Memanfaatkan peluang perdagangan internasional

3. Menyatukan langkah strategis Pemerintah dengan Bank Indonesia (BI)

4. Menghindari politik non partisan untuk menghadapi krisis.

Kedengarannya memang masuk akal tapi untuk menghadapi krisis itu bukanlah semata adalah
tugas pemerintah dan Bank Indonesia tapi badai krisis ini perlu dihadapi bersama jangan sampai
kejadian Krisis Ekonomi Global Part II ini lebih dahsyat meluluh-lantakkan Perekonomian
Indonesia seperti yang telah terladi pada Badai Krisis Moneter Part I di Era Soeharto.

Sadar atau pun tidak sadar Akibat Krisis Ekonomi Global kali in sudah sangat jauh merambah
dalam berbagai strata masyarakat. Dimana-mana pengangguran semakin bertambah Income
perkapita drastis menurun karena beberapa industri mulai merampingkan tenaga-kerja atau mulai
meliburkan tenaga kerja tanpa batas waktu. Senada dengan hal itu investor-investor lokal dan
Asing pun mulai  menarik saham dalam industri-industri di Indonesia. Dari kejadian kejadian itu
akan menjadikan peluang untuk Angka Kriminalitas akan melonjak naik Grafiknya di tanah air
belum lagi kasus-kasus korupsi terbaikan karena bangsa ini telah disibukkan dengan masalah
yang lebih di prioritaskan sehingga dengan bebasnya para koruptor meneruskan aksinya ditiap
jenjang. “Selamat buat para koruptor Anda bisa keluar dari persembunyain untuk sementara
Waktu. How pity a Country !”

Memang sangat Ironis di satu sisi Indonesia yang dikenal sebagai negara Agraris tapi disisi lain
beberapa item bahan pokok masih mengandalkan hasil import dari negara tetangga. Yah ini
mungkin salah satu kelemahan dari bangsa kita bahkan diri kita yang sebagai rakyat yang kurang
berusaha secara profesional dalam mengelola asset-asset yang ada dalam lahan-lahan indonesia.
Lihat saja kekayaan Alam Indonesia mulai dari hasil laut belum dapat dikelola dengan baik
karena Fasilitas-fasilitas nelayan kurang memadai sehingga negara-negara lain meraup
keuntungan dari hasil menangkap hasil laut dengan cara yang tidak fair. Belum lagi persediaan
minyak yang semakin lama semakin menipis serta Tambang-tambang Emas yang masih dikuasai
negara asing. Jadi sangat disayangkan Punya Harta yang sangat berlimpah ruah tapi tidak dapat
dinikmati secara maksimal oleh bangsa ini.
Jadi memanglah pas ketika Ketua Presidium Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional
Indonesia (GMNI ) menyatakan bahwa Krisis ekonomi global telah terjebak pada sistem
kapitalisme internasional sehingga sampai saat ini sepertinya tak ada persiapan jelas menghadapi
krisis keuangan global yang berawal dari runtuhnya industri keuangan di Amerika Serikat.
Mereka yang krisis kita yang ”hancur-hancuran” seperti pada bursa saham sehingga
menghentikan operasionalnya.

Dan kesimpulannya Indonesia belum siap menghadapi Dampak Krisis Ekonomi Global yang di
motori oleh Negara Super itu. Mungkin dari beberapa uraian diatas dapat memberi gambaran
bahwa kita punya potensi menghadapi krisis ini jika kita meningkatkan kesadaran sebagai
masyarakat indonesia termasuk element pemerintah berikut departement terkait untuk meningkat
pengelolaan sumber daya secara profesional sehingga bangsa ini menjadi produktif dalam
penyediaan hasil bumi dan dapat mandiri serta terbebas sebagai negara importir bahan pangan
dan minyak bumi terbesar yang akan membalikkan keadaan menjadi negara “Pengekspor
Terbesar”.

http://www.metris-community.com/dampak-krisis-ekonomi-global/

Antisipasi Krisis Ekonomi Global Melalui Peningkatan Investasi


Krisis ekonomi global yang berimbas pada kelangkaan likuiditas akan mempengaruhi perekonomian,
karena itu investasi perlu terus didorong dan ditingkatkan guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang berkesinambungan serta dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja.

Demikian paparan Menneg PPN/Kepala Bappenas yang disampaikan oleh Deputi Bidang Evaluasi Kinerja
Pembangunan, Dr. Ir. Bambang Widianto, MA., sebagai narasumber dalam Musyawarah Provinsi Kelima
Kadin Jawa Barat yang mengambil tema Kadin Jawa Barat Menjawab Tantangan Pembangunan
Perekonomian Provinsi Jawa Barat 2008-2013, pada Rabu (10/12), pukul 10.00 WIB di Bandung, Jawa
Barat.

Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan juga menyampaikan bahwa tantangan tahun mendatang
yang harus dihadapi adalah meyakinkan calon investor agar tetap mau melakukan investasi atau
melakukan ekspansi di Indonesia. Sehingga upaya untuk perbaikan iklim investasi yang memberi
kepastian berusaha, peningkatan infrastruktur, pembangunan SDM, penguatan kelembagaan dan
pemantapan koordinasi antar instansi pemerintah dan pusat-daerah, serta penerapan prinsip-prinsip
good governance harus diutamakan.

”Berkaitan dengan Pemilu, akan sangat dimengerti kecenderungan para investor untuk bersikap hati-
hati dalam melakukan investasi atau ekspansi. Namun, data dari BKPM menunjukkan cukup banyak
proyek yang akan dilaksanakan pada tahun 2009. Untuk investasi sektor riil (Foreign Direct Investment/
FDI), saat ini yang menarik adalah bidang usaha yang berdimensi jangka panjang yang pengembaliannya
kurang terpengaruhi oleh situasi perlambatan ekonomi global, seperti sumber daya alam termasuk
energi, infrastruktur, telekomunikasi dan lainnya,” tambah Deputi Bidang Evaluasi Kinerja
Pembangunan.

Langkah diatas hanya satu dari beberapa langkah kebijakan pemerintah dalam pembangunan dan
antisipasi krisis ekonomi global. Langkah lainnya adalah mengefektivitaskan pengeluaran pemerintah
pada tahun 2009 dan pemanfaatannya diarahkan pada kegiatan-kegiatan produktif yang mendorong
berkembangnya peran masyarakat. Sedangkan untuk menahan laju perlambatan ekonomi dan bahkan
mengarahkannya pada peningkatan pertumbuhan ekonomi, penguatan ekspor dan pengendalian impor
diupayakan melalui upaya-upaya seperti diversifikasi pasar dan tujuan ekspor, pemberian insentif untuk
peningkatan ekspor dalam bentuk pengurangan pajak ekspor, pemberian bantuan pembiayaan ekspor
melalui pembelian Wesel Ekspor Berjangka (WEB) melalui skema rediskonto, percepatan proses
harmonisasi dan penyederhanaan prosedur ekspor, serta percepatan perbaikan infrastruktur pendukung
ekspor yang belum optimal juga harus terus dilakukan.

Acara yang dibuka oleh Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan tersebut kemudian dilanjutkan dengan
pemilihan Ketua Kadin Jabar, dan dihadiri juga oleh Menneg PPN/Kepala Bappenas sebagai Ketua Dewan
Pertimbangan Kadin Jabar.

http://www.bappenas.go.id/node/152/1637/antisipasi-krisis-ekonomi-global-melalui-peningkatan-
investasi/

Cara mengatasi krisis ekonomi global?

Krisis ekonomi global yang berlangsung dari tahun 2007 lalu di Amerika Serikat dan mencapai puncaknya
tahun 2008 yang lalu saat ini tengah mengalami kondisi yang mengambang di Amerika Serikat dan
semakin menunjukkan resesi di Benua Eropa. Hal ini membuat Asia sebagai benua yang beberapa
negara besarnya seperti China, India, Indonesia, Vietnam, dll menunjukkan pertumbuhan ekonomi
positif menjadi jangkar pertumbuhan dunia.

Kita bisa melihat bahwasanya Amerika Serikat yang merupakan kekuatan ekonomi nomor satu dunia
dihadapkan dengan krisis terbesar mereka selama 80 tahun terakhir. Hal ini nampaknya akan
berlangsung hingga tahun 2012 dimana ekonomi Amerika Serikat akan tetap memasuki masa stagnan
hingga nantinya akan kembali pulih mulai tahun 2012 nanti.

Solusi umum untuk menghadapi krisis ekonomi global dapat dilihat di General Solution for The Economy
of United States of America

Tetapi kita bisa melihat bahwasanya Benua Eropa ternyata terkena kontaminasi yang serius dari krisis
Amerika Serikat ini. Negara-negara yang terjalin dalam PIIIGGS (Portugal, Italy, Ireland, Iceland, Greece,
Great Britain & Spain) yang notabene negara-negara yang pada umumnya menderita defisiti anggaran
yang lumayan sehingga menyebabkan hutang mereka membengkak menjadi beban utama Benua Eropa
dalam menangani krisis ekonomi global ini. Dan sebagai buktinya Yunani merupakan negara Eropa
kesekian yang jatuh dalam krisis akibat potensi default hutang yang dijamin oleh pemerintahnya. Dan
Spanyol saat ini berada di tepi ancaman yang sama yaitu krisis hutang.

Amerika Serikat juga dapat dipandang sebagai potensi krisis hutang nomor satu di dunia karena di
tengah-tengah rasio hutang terhadap PDB Amerika Serikat yang sudah mencapai 85% dan dengan
Reformasi Kesehatan Amerika Serikat yang menelan dana triliunan dolar AS akan menyebabkan rasio
hutang terhadap PDB Amerika Serikat akan meningkat menjadi 110% tahun 2016 yang akan datang. Hal
ini akan mendatangkan potensi penurunan rating hutang Amerika Serikat yang akan menjatuhkan pasar
hutang Amerika Serikat dan otomatis dunia karena Amerika Serikat merupakan kekuatan ekonomi
nomor satu dunia.

Banyak juga hal-hal yang perlu kita waspadai dalam krisis ekonomi global itu yaitu ancaman dari negara-
negara yang bersifat fasisme seperti Korea Utara, Iran, dll. Negara-negara ini terkena dampak krisis
ekonomi global sehingga politik di negara ini menjadi tidak stabil tetapi dampaknya bukanlah kepada
pemecahan masalah krisis di dalam negeri sendiri akan tetapi menjadi ancaman untuk negara-negara
lain seperti Korea Utara yang semakin mengintimidasi Korea Selatan, Iran yang semakin mengintimidasi
dunia, dll.

Ada banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh berbagai bangsa di dunia untuk bisa bersama-
sama bangkit melewati krisis ekonomi global ini.

http://forum.kompas.com/bisnis-keuangan/30206-cara-mengatasi-krisis-ekonomi-global.html

Krisis Ekonomi Global dan Kondisi Perekonomian Domestik

KRISIS EKONOMI GLOBAL

Berawal dari permasalahan kegagalan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgage default) di
Amerika Serikat (AS), krisis kemudian menggelembung merusak sistem perbankan bukan hanya di AS
namun meluas hingga ke Eropa lalu ke Asia. Secara beruntun menyebabkan effect domino terhadap
solvabilitas dan likuiditas lembaga-lembaga keuangan di negara negara tersebut, yang antara lain
menyebabkan kebangkrutan ratusan bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan asuransi.
Krisis kemudian merambat ke belahan Asia terutama negara-negara seperti Jepang, Korea, China,
Singapura, Hongkong, Malaysia, Thailand termasuk Indonesia yang kebetulan sudah lama memiliki surat-
surat beharga perusahaan-perusahaan tersebut.

Dari berbagai kritik para ahli, bahwa problem tersebut dipicu maraknya penggelembungan harga
perumahan di AS yang didorong kebijakan-kebijakan Bank Sentral Amerika (the Fed) yang kurang pruden
untuk menstabilkan sistem keuangan sejak bertahun-tahun. Kondisi ini didorong oleh keinginan untuk
memelihara permintaan properti perumahan agar tetap tinggi, maka bank-bank di Amerika Serikat
banyak mengucurkan kredit perumahan terutama bagi kalangan berpenghasilan rendah yang tidak
memiliki kapasitas keuangan yang memadai (ninja loan yaitu pinjaman terhadap nasabah yang no
income, no job, & no asset). Kredit perumahan ini kemudian disekuritisasi secara hibrid agar lebih
menarik bagi investor yang terdiri dari bank, perusahaan sekuritas, reksadana, dana pensiun dan
asuransi. Celakanya, banyak kredit tak terbayar dalam jumlah besar dan merata. Akibatnya, bank-bank
kesulitan untuk membayar dan investor dengan cepat menarik dananya dari produk-produk perbankan
disaat harga masih tinggi sehingga hal ini memacetkan perputaran uang di pasar hipotik. Hal ini
menyebabkan pula struktur pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain menjadi terganggu.
Termasuk juga jaminan obligasi utang (collaterlaised debt obligation/CDO) sebagai bentuk investasi
kolektif dari sub-prime mortgage.

Lehman Brothers mengumumkan kerugian bertahap sebelum akhirnya bangkrut. Pada 16 Juni 2008,
perusahan itu mengumumkan kerugian senilai 2,8 miliar dolar AS untuk paruh ke-dua 2008. Dilanjutkan
dengan kerugian sebesar 3,9 miliar dolar AS pada paruh ke-tiga 2008 (10 September) dan berujung pada
pengumuman kepailitannya pada 15 September 2008. Keguncangan serupa juga dialami secara hampir
bersamaan oleh Merryl Linch, Citigroup, AIG dan berbagai lembaga keuangan besar lain.

Ini berimbas ke pelemahan sektor riil dengan kebangkrutan berbagai perusahan besar di AS seperti
General Motors, Ford, dan Chrysler sehingga mengancam kelangsungan kerja ribuan karyawannya.
Benar saja, tingkat pengangguran di AS meningkat mencapai 6,7% seiring dengan peningkatan
pesimisme di kalangan konsumen dan investor sepanjang kurun September – November 2008. Itu
merupakan tingkat pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar dalam 34 tahun terakhir. Tercatat
533.000 karyawan di-PHK dan mencapai total 1,91 juta orang pada tahun 2008. (sumber: departemen
tenaga kerja AS). Seiring dengan itu, pada 30 November 2008, pemerintah AS juga mengumumkan
penurunan nilai real PDB untuk paruh III 2008 sebesar 0,3%.

Demikian halnya juga di Eropa, krisis perbankan di Eropa ditandai dengan permasalahan di sebuah bank
kecil di Inggris, yaitu Bank Northen Rock, pada pertengahan 2007 lalu. Northern Rock sejatinya adalah
sebuah bank swasta berskala kecil di Inggris. Namun, ketika terjadi gonjang-ganjing krisis pada Agustus
2007 lalu bank ini  jadi sorotan publik. Penarikan dana besar-besaran yang dilakukan oleh para nasabah
memicu sentimen negatif pasar. Antrian panjang nasabah yang ingin menarik dananya dari bank ini
disiarkan oleh berbagai stasiun TV di dunia. Untuk pertama kalinya dalam 140 tahun terakhir, Inggris
mengalami kekacauan perbankan. Meskipun sudah diberi pinjaman darurat pada 13 September 2007
oleh Bank Sentral Inggris (Bank of England), Northern Rock akhirnya di-nasionalisasi pada 17 Februari
2008 untuk mencegah dampak sistemik perekonmian di Inggris. Sejak kejadian itu, beberapa bank di
Inggris juga di-nasionalisasi. Pemerintah mengambil sebagian porsi saham di bank-bank swasta tersebut
sebagai bagian dari program rekapitalisasi. Kasus Bank Northern Rock ini menjadi satu kasus pelajaran
penting bahwa bank berskala kecil pun dapat menimbulkan dampak psikologis negatif di masyarakat.
Kondisi buruknya perekonomian dunia diperjelas dengan rilis dari Lembaga Moneter Internasional (IMF)
pada 6 November 2008 yang memprediksi pertumbuhan ekonomi negatif untuk Amerika Serikat (-0,7),
empat negara di Eropa (-0,5) dan Inggris (-1,3) untuk tahun 2009. Tampak pula tren penurunan
pertumbuhan negara-negara tersebut sejak 2007 hingga 2009.

Untuk negara Asia seperti China, Jepang, dan India sebagai ikon pertumbuhan ekonomi di Asia juga tak
luput dari hantaman krisis. Berdasarkan prediksi IMF pada 6 November 2008, Jepang mengalami
pertumbuhan ekonomi negatif (-0,2) pada 2009. Sementara China mengalami penurunan dari 11,9%
pada 2007 menjadi 9,7% pada 2008 dan diprediksi terus turun menjadi 8,5% pada 2009. Demikian juga
dengan India yang berturut-turut mengalami tren penurunan pertumbuhan ekonomi yaitu 9,3% pada
2007 menjadi 7,8% pada 2008 dan dipredikisi terus turun menjadi 6,3% pada 2009.

KONDISI PEREKONOMIAN DOMESTIK

Sebagai salah satu pelaku pasar dunia, Indonesia tentu juga tak luput dari hantaman krisis. Indikasi krisis
di Indonesia ditunjukkan oleh berbagai indikator yaitu:

1. Pasar SUN mengalami tekanan hebat tercermin dari penurunan harga SUN atau kenaikan yield SUN
secara tajam yakni dari rata-rata sekitar 10% sebelum krisis menjadi 17,1% pada tanggal 20 November
2008; (catatan: setiap 1% kenaikan yield SUN akan menambah beban biaya bunga SUN sebesar Rp1,4
Triliun di APBN).

2. Credit Default Swap (CDS) Indonesia mengalami peningkatan secara tajam yakni dari sekitar 250 bps
awal tahun 2008 menjadi diatas 980 bps pada bulan November 2008. Hal ini menunjukkan bahwa pasar
menilai country risk Indonesia yang tinggi pada saat itu.

3. Terdapat gangguan likuiditas di pasar karena peningkatan liquidity premium akibat pelebaran bid-ask
spread dalam perdagangan di pasar saham, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadi capital flight;

4. Cadangan Devisa mengalami penurunan 13% dari USD 59.45 milyar per Juni 2008 menjadi 51.64
milyar per Desember 2008 yang mengindikasikan terjadi capital flight.

5. Rupiah terdepresiasi 30.9% dari Rp 9.840 per Jan 2008 menjadi Rp 12.100 per Nopember 2008
dengan volatilitas yang tinggi.

6. Banking Pressure Index (dikeluarkan oleh Danareksa Research Institute) dan Financial Stability Index
(dikeluarkan oleh BI) yang sudah memasuki dalam ambang batas kritis. Banking Pressure Index per
Oktober 2008 sebesar 0,9 atau lebih tinggi dari ambang normal 0,5. Sementara itu, Financial Stability
Index per November 2008 sebesar 2,43 atau di atas angka indikatif maksimum 2,0. Ini menunjukkan
bahwa sistem perbankan dan sistem keuangan domestik dalam keadaan genting. Semakin tinggi nilai BPI
(positif), semakin vulnerable sistem perbankan negara yang bersangkutan.

7. Terdapat potensi terjadi capital flight yang lebih besar lagi dari para deposan bank karena tidak
adanya sistem penjaminan penuh (full guarantee) di Indonesia seperti yang sudah diterapkan di
Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Hong Kong, Taiwan dan Korea, disamping Uni Eropa.

Gambaran dan fakta-fakta tersebut di atas, sejak pertengahan tahun 2008, ketegangan dan kecemasan
terjadi di mana-mana, investor besar di pasar modal seperti Dana Pensiun, Asuransi, dan Reksa Dana
termasuk masyarakat biasa. Psikologis pasar saat itu menusuk dan menekan karena nilai investasi
terkuras tajam hampir rata-rata 40 %. Lebih dasyat lagi, pinjaman antar Bank telah berhenti sama sekali
dan dapat dikatakan likuiditas di pasar perbankan tidak ada sama sekali. Keadaan ini mendorong
Pemerintah melakukan penyesuaian kebijakan secara cepat dan tepat waktu dengan melakukan
perubahan-perubahan penilaian aktiva. Masih dalam ingatan kita semua bahwa hampir semua industri
dan para pengamat termasuk perseorangan baik dalam negri maupun luar negeri menyambut respon
Pemerintah tersebut.

Melihat perkembangan kondisi makro ekonomi pada saat itu, satu bulan sebelum Bank Cetury masuk ke
KSSK, Drajad Wibowo sempat menanggapi ancaman krisis global. "Pemerintah harus menentukan
manuver-manuver politiknya dan segera melakukan tindakan untuk meredam krisis yang sedang
melanda Indonesia. Pemerintah sebaiknya mengambil langkah nyata selagi Indonesia belum merasakan
benar jalaran badai krisis AS. Kita bisa ambil contoh bagaimana negara bagian Florida bergerak cepat
mengungsikan warganya ketika badai Katarina menerjang daerah tersebut." (asy/nrl)

http://www.detiknews.com/read/2010/01/13/083906/1277194/10/krisis-ekonomi-global-dan-kondisi-
perekonomian-domestik

Oleh COKI AHMAD SYAHWIER

KRISIS ekonomi global memang belum selesai secara tuntas. Sejumlah indikator ekonomi dunia
termasuk pertumbuhan, belum menunjukkan perubahan yang drastis. Bahkan, beberapa negara
merevisi kembali target-target ekonomi yang telah dicanangkan sebelumnya. Ekspektasi
terhadap pemulihan ekonomi dunia masih rendah. Para investor cenderung menahan aktivitas,
untuk melepas dana investasi jangka panjang. Mereka cenderung menunggu dan melihat (wait
and see), terhadap pergerakan indeksekonomi dunia ke depan. Akibatnya, denyut dinamika pasar
dunia berdetak lemah di tengah kepanikan yang tak kunjung juga reda.

Inikah pertanda krisis ekonomi dunia masih terus berlanjut? Atau sebaliknya, adakah rasa
optimisme membumbung setinggi harapan, atas kembali bertumbuhnya ekonomi dunia? Apabila
ditengok ke belakang, sebenarnya ekonomi dunia terkonsentrasi di kawasan pasar Eropa dan
sebagian kawasan Asia. Pergerakan pasar, sangat dipengaruhi faktor permintaan hasil industri,
sedangkan persediaan dan distribusi barang mengalami stagnasi yang berlebihan. Sementara itu
sektor keuangan dan perbankan mengalami pelemahan daya untuk menyalurkan dana investasi.
Akibatnya, kapasitasekonomi menyusut dari potensi ekonomi yang sebenarnya.

Berdasarkan analisis sejumlah institusi, sektor keuangan merupakan biang keladi terciptanya
kemunduran ekonomi dunia. Sektor ini berupaya keluar dari cengkraman kesulitan likuididasi
dan kemacetan kredit bermasalah. Proses konsolidasi internal melalui pendekatan moneter
terkadang kurang lazim dan terlalu berhati-hati, seperti memberlakukan tingkat suku bunga 0
persen dan pembatasan penyaluran kredit.

Berkurangnya kontribusi sektor keuangan, turut memperparah lini produksi dalam soal
kapitalisasi bahan baku dan energi. Padahal, proses pendinginan sektor keuangan dan perbankan
yang sempat panas di Amerika Serikat dan bank-bank terkemuka di Eropa sudah berjalan dua
tahun. Namun, pertumbuhan produksi industri dunia belum beranjak dari terpaan krisis.
Pertumbuhan industri masih di bawah bayang-bayang pertumbuhan industri periode 2005-2006.
Penurunan produksi juga merupakan dampak semburan balik pendapatan penduduk dunia yang
turun drastis akibat pemutusan hubungan kerja (PHK) berlebihan.

Penurunan produksi, mencerminkan kapitalisasi sektor riil berlangsung lambat dan menjemukan.
Keadaan ini pertanda pengangguran besar-besaran telah terjadi, terutama pada pemanfaatan
faktor-faktor produksi. Dampak sistemik tersebut membuat perekonomian dunia benar-benar
berada di titik terendah. Oleh karena itu, banyak negara melakukan sejumlah kebijakanekonomi
dalam rangka melakukan counter cyclical dan program stimulus.

Namun, pada kenyataannya efektivitas kebijakan belum mampu mengangkat perekonomian


global untuk bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan masih berada di kisaran 2 persen-3
persen. Tampaknya, untuk mencapai pertumbuhan sebaik tiga hingga empat tahun lalu
diperlukan suatu big push policy. Kebijakan semacam ini dimaksudkan, agarpasar mampu
mendinamisasi sektor industri hingga mencapai  performans yang menciptakan efek sebar
terhadap tumbuhnya sektor-sektor bisnis dunia.

Sektor bisnis internasional ini, diharapkan dapat menjadi motor penggerak pertumbuhan (engine
of growth), terutama dalam pemanfaatan faktor-faktor produksi yang menganggur. Selanjutnya,
sektor bisnis internasional dapat menjadi batu loncatan dalam membentuk
keseimbanganekonomi dunia, yang memengaruhi seluruh kawasan perdagangan dunia.
Keseimbangan ekonomi diartikan sebagai wahana perekonomian, yang mampu meleburkan
semua kepentingan perekonomian setiap negara. Tanpa semua itu, sulit untuk
menyeimbangkanpasar dunia. Pasar yang tidak seimbang akan berpotensi menurunkan
permintaan dan penawaran produksi. Apalagi, isu-isu pemanasan global dan perubahan iklim 
setiap saat, terus mengintai dan mengancam kelangsungan persediaan dan distribusi produksi.

Oleh karena itu, konsetelasi ekonomi dunia harus benar-benar terpelihara melalui seperangkat
landasan berupa kesepakatan-kesepakatan hitam di atas putih. Dengan demikian, perekonomian
dunia mampu menciptakan suatu mainstream yang kokoh dan kuat , khususnya dalam
mengantisipasi gejolakpasar . Cara lain adalah memperkuat komitmen bersama, sebagaimana
dikumandangkan oleh pertemuan pemimpin negara berpengaruh G-20 di Pittsburgh AS 24-25
September 2009. Terbersit para pemimpin kelompok negara G-20, sebenarnya menginginkan
adanya kesepakatan yang kongkret yang mengandung tujuan bersama, untuk menghapus
ketimpangan perdagangan dunia. 

Pemulihan

Berdasarkan sumber-sumber pemberitaan internasional, pemulihan ekonomi dunia sudah


menunjukkan sinyal pergerakan yang positif. Para pemimpin kelompok G-20 yang menguasai 80
persen dari Gross Domestic Product (GDP) menatap ekonomi 2010, telah berada pada lintasan
yang optimistis. Pemulihan ekonomi terlihat pada meningkatnya intensitas transaksi ekspor dan
impor antarnegara, penguatan indeks harga saham, stabilitas nilai tukar negara-negara
berpengaruh, dan indeks kepercayaan konsumen yang masih positif.

Pemulihan ekonomi dunia juga terlihat dari segi volume produksi, yang tumbuh signifikan
terutama produksi bagi kebutuhan pangan dan industri. Ekspansi swasta pun mulai merambat
naik, meskipun dalam kapasitas ruang terbatas.

Akan tetapi, para pemimpin G-20 menyadari perlunya setiap negara menjaga bersama-sama
momentum pemulihan tersebut. Sejalan dengan  keinginan bersama itu, para pemimpin G-20
akan membangun suatu aliansi kebijakanekonomi. Terutama, sinergitas kebijakan yang
mendorong perekonomian global bertumbuh (global growth). Sinergitas ditopang dengan
keterikatan regulasi dengan dukungan sektor keuangan, yang ketat dan berhati-hati ( financial
sector prudently). Meskipun G-20 memberi sinyal ekonomi global membaik, bukan berarti risiko
terhadap perekonomian setiap negara akan menurun. Dibutuhkan kejelian dalam mengikuti
pergerakan dan perubahan perekonomian 2010.

Kewaspadaan

Di tengah pergerakan ke arah pemulihan, setiap negara tidak boleh lengah. Banyak negara
berlomba-lomba meningkatkan pengeluaran anggaran negaranya, guna menghadapi kemerosotan
kualitas dan kapasitasekonomi . Sedangkan di sektor moneter, masing-masing negara di dunia
cenderung menurunkan suku bunga dan menciptakan likuiditas yang lebih besar. Kebijakan-
kebijakan tersebut secara teoritis, tentu berpotensi menaikkan inflasi terutama dalam jangka
menengah pada 2010.

Faktor risiko lain yang perlu diwaspadai adalah meningkatnya penawaran surat utang negara
(SUN). Penerbitan SUN merupakan langkah dalam menutupi defisit anggaran negara, yang
terkuras oleh kebijakan stimulus fiskal. Akan tetapi, penerbitan SUN yang tidak rasional dan
realistis juga berpotensi meningkatnya kewajiban negara. Keadaan ini berpeluang besar
menciptakan kondisi crowding out. Faktor risiko dari segi fiskal ini akan semakin menguat, jika
harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan berfluktuatif. Sebab, kenaikan harga minyak
mentah dunia akan memengaruhi alokasi pengeluaran dan transfer of payment berupa subsidi.

Ancaman yang tidak kecil pengaruhnya juga datang dari dampak pemberlakuan Free Trade Area
(FTA). Penerapan tarif impor 0 persen menjadi penghambat yang sangat mampu menohok
industri dalam negeri. Sebab, bagi negara-negara berkembang yang pemerintahnya kurang
atraktif dan proaktif melindungi industri dalam negerinya, tentu akan menerima pil pahit berupa
menurunnya produksi. Banyak negara memberikan insentif besar-besaran kepada pelaku
industrinya, seperti penghapusan pajak, kemudahan perizinan, mempromosikan produk
unggulan, peningkatan penggunaan teknologi/inovasi, dan kemudahan dalam aksesibilitas
permodalan.

Fenomena ekonomi dunia memperlihatkan betapa perubahan kerap terjadi mengikuti arah pasar
yang dinamis. Setiap waktu perubahan bisa saja terjadi, karena adanya goncangan. Diperkirakan
perubahan juga menyebabkan perekonomian berada pada performa stabilitasnya. Untuk itu,
perekonomian setiap negara dipersyaratkan untuk mampu mengimbangi perubahan dengan
kebijakanekonomi berdaya counter cyclical.
Kebijakan ekspansi fiskal dan moneter merupakan rangkaian utama dalam rangka menstimulasi
pasar bisnis internasional. Dampak sistemik yang diharapkan adalah intensitas volume produksi
meningkat dan pengangguran diharapkan menurun. Dengan demikian, pemulihan ekonomi dunia
benar-benar berkontribusi bagi bertumbuhnya perekonomian global. Sebab, optimisme itu
memang masih ada!***

Penulis, dosen teori ekonomi dan bisnis internasional, Wakil Ketua DPE Kota Bandung,
Sekretaris LP3E Kadin Jabar, salah seorang Ketua Bidang ISEI Bandung Koordinator Jabar .

http://artikel-media.blogspot.com/2010/01/ekonomi-global-2010-melangkah.html

Sekilas Sejarah Ekonomi dan Krisis Keuangan Global


Perekonomian dunia yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia, memiliki cerita sejarah yang
panjang. Deretan-deretan tulisan yang menerangkannya pun tak akan habis dibaca, selalu ada bagian-
bagian tertentu yang masih tersisa untuk dibuka dan dipahami.

Konsep-konsep ekonomi dari kaum perintis ditemukan terutama dalam ajaran-ajaran agama, kaidah-
kaidah hukum, etika atau aturan-aturan moral. Misalnya dalam kitab Hammurabi dari Babilonia tahun
1.700 sM, masyarakat Yunani telah menjelaskan tentang rincian petunjuk-petunjuk tentang cara-cara
berekonomi.

Plato hidup pada abad keempat sebelum Masehi mencerminkan pola pikir tradisi kaum ningrat. Ia
memandang rendah terhadap para pekerja kasar dan mereka yang mengejar kekayaan. Plato menyadari
bahwa produksi merupakan basis suatu negara dan penganekaragaman (diversivikasi) pekerjaan dalam
masyarakat merupakan keharusan, karena tidak seorang pun yang dapat memenuhi sendiri berbagai
kebutuhannya. Inilah awal dasar pemikiran Prinsip Spesialisasi kemudian dikembangkan oleh Adam
Smith.

Aristoteles membedakan dua macam nilai barang, yaitu nilai guna dan nilai tukar. Ia menolak kehadiran
uang dan pinjam-meminjam uang dengan bunga, uang hanya sebagai alat tukar-menukar saja, jika
menumpuk kekayaan dengan jalan minta/mengambil riba, maka uang menjadi mandul atau tidak
produktif.

Thomas Aquinas mengemukakan tentang konsep keadilan yang dibagi dua menjadi keadilan distributife
dan keadilan konvensasi, dengan menegakkan hukum Tuhan maka dalam jual-beli harus dilakukan
dengan harga yang adil sedang bunga uang adalah riba. Tetapi masalah riba, upah yang adil dan harga
yang layak ini merupakan masalah yang terus-menerus diperdebatkan dlm ilmu ekonomi.

Adam Smith Gagasannya adalah sistem ekonomi yang mengoperasionalkan dasar-dasar ekonomi
persaingan bebas yang diatur oleh invisible hand, pemerintah bertugas melindungi rakyat, menegakkan
keadilan dan menyiapkan sarana dan prasarana kelembagaan umum.
Smith berpendapat bahwa pembagian kerja sangat berguna dalam usaha meningkatkan produktivitas
dan mengembangkan spesialisasi.

Adam Smith, penggagas sistem ekonomi kapitalis, menyisipkan catatan juga bahwa dunia yang paling
baik adalah dunia tanpa “bunga”. Dalam bukunya, The Wealth of Nation, dia mengakui adanya sistem
ekonomi yang sukses membawa masyarakat pada kemakmuran, yaitu perekonomian di era masyarakat
madani pada abad ke 6 M silam.

Sistem perkonomian adalah sistem yang digunakan oleh suatu negara untuk mengalokasikan sumber
daya yang dimilikinya baik kepada individu maupun organisasi di negara tersebut. Perbedaan mendasar
antara sebuah sistem sosialis dengan sistem kapitalis adalah bagaimana cara sistem itu mengatur faktor
produksinya. Dalam beberapa sistem, seorang individu boleh memiliki semua faktor produksi.
Sementara dalam sistem lainnya, semua faktor tersebut di pegang oleh pemerintah. Kebanyakan sistem
ekonomi di dunia berada di antara dua sistem ekstrim tersebut. Selain faktor produksi, sistem ekonomi
juga dapat dibedakan dari cara sistem tersebut mengatur produksi dan alokasi. Sebuah perekonomian
terencana (planned economies) memberikan hak kepada pemerintah untuk mengatur faktor-faktor
produksi dan alokasi hasil produksi. Sementara pada perekonomian pasar (market economic), pasar lah
yang mengatur faktor-faktor produksi dan alokasi barang dan jasa melalui penawaran dan permintaan.

Sistem ekonomi liberal klasik


Sistem ekonomi liberal klasik adalah suatu filosofi ekonomi dan politis. Mula-mula ditemukan pada
suatu tradisi yang bersifat membatasi batas-batas dari kekuasaan dan tenaga politis, yang
menggambarkan pendukungan kebebasan individu.Teori itu juga bersifat membebaskan individu untuk
bertindak sesuka hati sesuai kepentingan dirinya sendiri dan membiarkan semua individu untuk
melakukan pekerjaan tanpa pembatasan yang nantinya dituntut untuk menghasilkan suatu hasil yang
terbaik, yang cateris paribus, atau dengan kata lain, menyajikan suatu benda dengan batas minimum
dapat diminati dan disukai oleh masyarakat (konsumen).
Ciri ekonomi liberal
• Semua sumber produksi adalah milik masyarakat individu.
• Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
• Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
• Masyarakat terbagi menjadi golongan pemilik sumber daya produksi dan pekerja (buruh).
• Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan.
• Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
• Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonomi.
Keuntungan
• Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarakat dalam mengatur kegiatan ekonomi, karena masyarakat
tidak perlu lagi menunggu perintah/komando dari pemerintah.
• Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
• Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
• Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat antar masyarakat.
• Efisiensi dan efektivitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan.
Kelemahan
• Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat.
• Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
• Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
• Banyak terjadinya gejolak karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.
• Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena persaingan bebas tersebut.

Ekonomi syariah
Ekonomi dalam Islam harus mampu memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada setiap pelaku
usaha. Selain itu, ekonomi syariah menekankan empat sifat, antara lain:
Kesatuan (unity), Keseimbangan (equilibrium), Kebebasan (free will), Tanggungjawab (responsibility).

Manusia sebagai wakil (khalifah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik, karena semua
(kekayaan) yang ada di bumi adalah milik Allah semata, dan manusia adalah kepercayaannya di bumi.
Didalam menjalankan kegiatan ekonominya, Islam sangat mengharamkan kegiatan riba, yang dari segi
bahasa berarti kelebihan. Dalam Al Qur'an surat Al Baqarah ayat 275 disebutkan bahwa Orang-orang
yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan
syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..

Islam mempunyai suatu konsep yang berbeda mengenai kekayaan, semua kekayaan di dunia adalah
milik dari Allah SWT yang di titipkan kepada kita, dan kekayaan yang kita miliki harus di peroleh dengan
cara cara yang halal, untuk mencapai Al-falah (makmur dan success) dan Sa’ada Haqiqiyah (kebahagian
yang abadi baik di dunia dan akhirat. Dalam Islam yang ingin punya property atau perusahaan harus
mendapat kan nya dengan usaha yang keras untuk mencapai yang nama nya Islamic Legal Maxim, yaitu
mencari keuntungan yang sebanyak banyak nya yang sesuai dengan ketentuan dari prinsip prinsip
syariah. Yang sangat penting dalam transaksi Ekonomi Islam adalah tidak ada nya unsur Riba (interest)
Maisir (judi) dan Gharar (ke tidak pastian). Riba juga bisa di dapat dari cara meminjam kan uang yang di
kenakan bunga. (interest). Maisir (judi) semua pasti tahu judi itu adalah taruhan, spekulasi atau zero
sum game transaksi jenis ini juga di larang.. Gharar adalah melakukan transaksi yang tidak pasti seperti
membeli ikan yang masih berenang di laut. Tidak pasti berapa banyak ikan yang bisa di tangkap untuk di
beli dan tidak ada kepastian berapa harga nya, kalau jumlah ikan nya saja tidak dapat di pastikan.

Sistem Ekonomi Indonesia.


Kalau dilihat sistem ekonomi di dunia baik kapitalisme dan sosialisme belum berhasil mensejahterakan
rakyat. Dua dekade lalu semua orang menyaksikan runtuhnya tembok Berlin dan sosialisme di Uni
Sovyet sekarang kita dapat menyaksikan dan merasakan runtuhnya kapitalisme barat akibat krisis
keuangan multi kompleks selain subprime morgagenya. Maka ada baiknya kita Indonesia dengan dasar
negara Pancasila mencoba mengkaji kembali sistim ekonomi Pancasila yaitu bukan sosialisme dan bukan
kapitalisme. Ekonomi Pancasila adalah keseimbangan (equilibrium) dan mencegah terjadinya over
sentralistik ekonomi terpusat dan mencegah semua harga komoditas diatur pasar. Kalau pada jaman
orde baru dulu boleh dikatakan tidak semua harga barang diserahkan ke harga pasar contohnya harga
sembako diawasi ketat bahkan sampai siaran TVRI/radio RRI selalu dibacakan harga sayur mayur, cabe
keriting dsb. Dan pemerintah selalu mengintervensi harga barang yang terlalu melambung dengan
menetapkan batas harga tertinggi dsb. Jangan menyerahkan segala harga barang kepada pasar. Sistem
ekonomi Pancasila adalah middle way antara ekstrem kiri dan ekstrem kanan.

Sistem Ekonomi Pancasila memiliki empat ciri yang menonjol, yaitu :

1. Yang menguasai hajat hidup orang banyak adalah negara – pemerintah, seperti air, BBM,
pertambangan, hasil bumi dll.
2. Peran negara adalah penting namun tidak dominan, begitu juga peranan koperasi dan swasta yang
posisinya penting namun tidak mendominasi. Sehingga tidak terjadi kondisi sistem ekonomi liberal
maupun sistem ekonomi komando.
3. Masyarakat adalah bagian yang penting di mana kegiatan produksi dilakukan oleh semua untuk
semua serta dipimpin dan diawasi oleh anggota masyarakat.
4. Modal atau pun buruh tidak mendominasi perekonomian karena didasari atas asas kekeluargaan
antar sesama manusia.

Dalam sistem ekonomi pancasila perekonomian liberal maupun komando harus dijauhkan karena
terbukti hanya menyengsarakan kaum yang lemah serta mematikan kreatifitas yang potensial.
Persaingan usaha pun harus selalu terus-menerus diawasi pemerintah agar tidak merugikan pihak-pihak
yang lemah.

Indonesia memiliki ekonomi berbasis-pasar di mana pemerintah memainkan peranan penting.


Pemerintah memiliki lebih dari 164 BUMN dan menetapkan harga beberapa barang pokok, termasuk
bahan bakar, beras, dan listrik. Setelah krisis finansial Asia yang dimulai pada pertengahan 1997,
pemerintah menjaga banyak porsi dari aset sektor swasta melalui pengambilalihan pinjaman bank tak
berjalan dan asset perusahaan melalui proses penstrukturan hutang.

Selama lebih dari 30 tahun pemerintahan Orde Baru, ekonomi Indonesia tumbuh dari GDP per kapita
$70 menjadi lebih dari $1.000 pada 1996. Melalui kebijakan moneter dan keuangan yang ketat, inflasi
ditahan sekitar 5%-10%, rupiah stabil dan dapat diterka, dan pemerintah menerapkan sistem anggaran
berimbang. Banyak dari anggaran pembangunan dibiayai melalui bantuan asing.
GDP nyata tahunan tumbuh rata-rata mendekati 7% dari 1987-1997, dan banyak analisis mengakui
Indonesia sebagai ekonomi industri dan pasar utama yang berkembang.
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dari 1987-1997 menutupi beberapa kelemahan struktural
dalam ekonomi Indonesia. Sistem legal sangat lemah, dan tidak ada cara efektif untuk menjalankan
kontrak, mengumpulkan hutang, atau menuntut atas kebangkrutan. Aktivitas bank sangat sederhana,
dengan peminjaman berdasarkan-collateral menyebabkan perluasan dan pelanggaran peraturan,
termasuk batas peminjaman. Hambatan non-tarif, penyewaan oleh perusahaan milik negara, subsidi
domestik, hambatan ke perdagangan domestik, dan hambatan ekspor seluruhnya menciptakan
gangguan ekonomi. Krisis finansial Asia Tenggara yang melanda Indonesia pada akhir 1997 dengan cepat
berubah menjadi sebuah krisis ekonomi dan politik.

Respon pertama Indonesia terhadap masalah ini adalah menaikkan tingkat suku bunga domestik untuk
mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan
fiskalnya. Pada Oktober 1997, Indonesia dan International Monetary Fund (IMF) mencapai kesepakatan
tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan
beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan
monopoli. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya
Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998.

Krisis Keuangan Global.


Gejolak moneter yang melanda Amerika Serikat tidak saja mengguncang sendi-sendi ekonomi AS, tetapi
menimbulkan kepanikan global. Kejatuhan perusahaan sekuritas keempat terbesar AS, Lehman
Brothers, memengaruhi banyak sekali simpul-simpul finansial di berbagai negara. Transaksi finansial
lintas batas negara juga terganggu. Kejatuhan Lehman Brothers yang berusia 158 tahun itu membuat
risiko investasi tersebar dengan sangat cepat.

Kepanikan itu tercermin pada kekacauan bursa saham, harga saham bertumbangan, para pialang
mengalami shock, investor dilanda kepanikan, nasabah menyerbu bank, nilai tukar mata uang anjlok,
kucuran dana pembangunan tersendat, transaksi perdagangan dihentikan, otoritas pemerintah
kehilangan akal, dan urat nadi perekonomian global terancam bangkrut.
Krisis keuangan global ”menampar” golongan menengah-atas, yang terbiasa hidup di ”surga moneter”:
barang mewah, gaya hidup berkilau. Namun, karena gejolak moneter diramalkan akan lama, ”tamparan”
juga akan dirasakan kelas menengah dan kaum miskin, yang hidupnya bergantung pada fluktuasi
moneter.

Gejolak moneter di AS dan mengguncang dunia merupakan konsekuensi logis sistem perekonomian
”pasar bebas” dan ideologi (neo)liberalisme. Tak terkecuali di BEI, IHSG dari 2.700 poin pada awal tahun
jatuh menembus kisaran angka 1.100 pada medio Oktober. Diperkirakan kondisi resesi global ini masih
akan berlangsung pada tahun 2009 sehingga pertumbuhan ekonomi rendah namun demikian
fundamental ekonomi Indonesi bisa bertahan meskipun kondisi pasar modal kurang bergairah, fondasi
perbankan masih baik untuk mendorong tumbuhnya ekonomi sektor riil. Suhu politik menjelang pemilu
2009 juga berpengaruh terhadap para investor dan cenderung menunggu meskipun situasi politik global
diperkirakan akan kondusif dengan hasil pemilu di AS yang lebih memprioritaskan perbaikan ekonomi
dari pada perang.

Senior Vice President, Economist & Head of Government Relations Standard Chartered Bank Fauzi
Ichsan menjelaskan pemulihan ekonomi dunia itu akan didahului oleh menguatnya perekonomian AS
dan aktivitas pasar saham dunia yang pulih 6 atau 9 bulan sebelumnya.
Namun, hingga pertengahan 2009 rupiah dan mata uang negara-negara di Asia masih tertekan oleh
dolar AS. Itu disebabkan oleh kebutuhan dolar AS dari perbankan internasional yang masih sangat tinggi.
Paling cepat ekonomi dunia akan tumbuh pada 2010 dan yang akan rebound terlebih dahulu adalah AS,
karena sistem ekonomi dan struktur korporasi mereka yang sangat fleksibel. Mereka gampang sekali
melakukan PHK [pemutusan hubungan kerja] atau rekrutmen, ujar Fauzi dalam seminar Economic
Outlook 2009 bertajuk Prospek Investasi pada Tahun Politik yang diselenggarakan Bisnis Indonesia.

Penutup.
Sistem Ekonomi global sedang bermetamorfosa mencari bentuk keseimbangan baru antara sosialis,
kapitalis dan konsep konsep ideologi pemikiran lain yang lebih mengedepankan keadilan, moral, hati
nurani, kejujuran dan kesejahteraan bersama yang proporsional.

Bila terlalu bertumpu pada pasar bebas, globalisasi pasar modal dengan segala permainan derivatifnya
maka seperti yang kita lihat akhir-akhir ini akan membuat fondasi ekonomi rapuh, tidak fair dan perilaku
manusia mendewakan profit dan uang yang ada di benak pemikirannya.
Wajah persaingan bisnis menjadi kejam dan bisnis akan menjadi bunuh-bunuhan antar kompetitor.
Orang bisa sangat kaya dan bebas melakukan apa saja karena semua bisa di beli, sementara disisi lain
orang bisa sangat miskin karena struktur dan sistem membuat tak berdaya mengubah kehidupannya.

Bisa di bayangkan kalau dengan segala kemajuan teknologi termasuk teknologi informasi orang bisa
bermain saham dan derivatifnya akan mendapatkan uang seminggu 100juta didepan komputer
sementara para pekerja atau petani yang menggerakan sektor riil sebulan banyak yang berpenghasilan
kurang dari 1/2juta, apa ini hal yang baik ?. Demikian sumbang saran pemikiran selayang pandang
tentang ekonomi dan krisis semoga bermanfaat sebagai bahan diskusi lebih lanjut.
http://www.pitoyo.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&artid=411

You might also like