Professional Documents
Culture Documents
Jawa Tengah memiliki kekayaan potensi sumber air tidak kurang dari 65.734 juta
m3 (BAPPEDA, 1997) per tahun, telah dimanfaatkan berbagai keperluan 25.282 juta m3
dan sebagai tampungan (waduk, embung, dll) sebanyak 2.308 juta m 3. Jadi yang
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai pasokan sekitar 42% dan sisanya sekitar 58%
belum dimanfaatkan atau terbuang ke laut. Merupakan angka cukup rendah, karena untuk
Indonesia yang terbuang percuma ke laut sebanyak 72% atau sebesar 2.300 milyar m3.
Petani adalah salah satu pemangku kepentingan atau stakeholder dominan dalam
penggunaan sumber daya air, sehingga irigasi sangat berperan terhadap sistem suplai
kebutuhan air. Namun demikian justeru pemakaiannya sangat boros, data Ditjen Pengairan
(Dep. PU) akhir tahun 1980-an menunjukkan efisiensinya hanya sekitar 30%, dan kondisi
sekarang tentu akan lebih rendah lagi. Bila efisiensi 30%, berarti untuk sasaran yang sama
diperlukan jumlah air jauh lebih banyak, yakni lebih dari tiga kali lipatnya.
Jawa Tengah memiliki sawah beririgasi seluas 868.975 hektar (Ditjen SDA/Dinas
PSDA, 2006), di antaranya 583.002 hektar tergolong irigasi teknis. Sistem irigasi teknis
adalah yang paling handal dimana aliran air terkendali dan terukur (controllable and
measurable). Memiliki bangunan-bangunan lengkap termasuk bangunan pengukur,
sehingga sangat dimungkinkan upaya peningkatan efisiensi pada sistem irigasi ini.
Jika bisa meningkatkan efisiensi 5% saja, misalnya dari 30% menjadi 35%, maka
secara teoritis akan bisa menghemat air dalam setahun tidak kurang dari 842 juta m3. Yakni
dengan taksiran kebutuhan air untuk tanaman padi sebesar 1 liter/detik/hektar, bagi sawah
seluas 583.002 hektar. Jumlah ini melebihi air yang disimpan di waduk Kedung Ombo
yang hanya 723 juta m3. Tentu saja volume sebesar ini akan sangat berarti untuk
mengurangi bencana kekeringan. Apa lagi jika efisiensi ditingkatkan menjadi 60% sebagai
sasaran ideal, maka yang dihemat bertambah lagi, seolah memiliki tambahan cadangan air
lebih dari lima buah waduk sebesar Kedung Ombo. Ternyata dengan peningkatan efisiensi
irigasi memberikan volume penghematan yang sangat signifikan.
Rasionalisasi irigasi
Dengan efisiensi dan rasionalisasi infrastruktur irigasi yang ada dapat ditingkatkan
daya gunanya, air irigasi dapat mencapai semua sasaran areal sawah sesuai kebutuhan,
sehingga kekurangan air dan ancaman bahaya kekeringan bisa diminimalisir, bahkan akan
terdapat kelebihan atau surplus pada waduk-waduk.
Akhirnya dapat ditambahkan perlunya lebih digiatkan upaya dari masyarakat,
sebagai wujud partisipasi para petani, melalui penampungan air hujan (rainfall harvesting)
yang telah lama dikenal. Dengan pembuatan kolam-kolam tampungan atau embung-
embung kecil oleh penduduk, yang tidak memerlukan biaya besar dan hasilnya langsung
dapat dimanfaatkan oleh para petani. Tentu saja harus disertai upaya pembinaan yang
berkesinambungan untuk meningkatkan kemampuannya, dan mempertebal rasa ikut
memiliki sarana dan prasarana irigasi.
Penutup