You are on page 1of 44

12

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Menyusui

Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu di seluruh

dunia berhasil menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.

Bahkan ibu buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun

demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang

alamiah tidaklah selalu mudah (Utami, 2007). Segala sesuatu yang alami

adalah yang terbaik bagi semua orang. Melahirkan anak itu alami, tetapi tidak

mudah. Menyusui yang sukses membutuhkan dukungan baik dari orang yang

telah mengalaminya atau dari seseorang yang profesional (Savitri, 2007).

Usaha utama untuk mempromosikan program menyusui di Indonesia

secara resmi dimulai pada tahun 1974 dengan dikeluarkannya Instruksi

Presiden No. 14 di bawah Persatuan Program Perbaikan Gizi. Program untuk

mempromosikan ASI dilaksanakan sesuai dengan kebijakan di masing-

masing pemerintah daerah. Banyak lembaga non pemerintah dan organisasi-

organisasi yang tertarik berperan serta dalam program ini. Lembaga non

pemerintah ternama seperti BKPPASI (Badan Koordinasi Pelindung dan

Pendukung Air Susu Ibu) yang didirikan pada tahun 1977 berperan sebagai

badan koordinasi nasional dari lembaga-lembaga non pemerintah yang lain

untuk mempromosikan ASI. Banyak lembaga internasional juga mengirimkan

12
13

perwakilannya untuk mendukung program yang mempromosikan ASI

(Utomo, 2000).

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan

yang pesat, sehingga kerap di istilahkan sebagai periode emas sekaligus

periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan

anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.

Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan

sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode

kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat

ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006).

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy

for Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan

empat hal penting yang harus dilakukan yaitu: pertama memberikan air susu

ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua

memberikan hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara

eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan

makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan

sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak

berusia 24 bulan atau dua tahun (Depkes RI, 2007).

Dalam Kitab Al-Quran Q.S. Al-Baqarah ayat 233 juga mengatur berapa

waktu yang diwajibkan bagi ibu untuk menyusui bayinya dan bagaimana

kewajiban seorang ayah terhadap istri dan anaknya. Arti dari ayat tersebut

adalah "Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun

penuh, bagi yang menghendaki akan menyempurnakan penyusuan.


14

Kewajiban bapak memberi belanja dan pakaian bagi ibu dan anaknya itu

secara makruf. Tiadalah diberati seseorang, melainkan kadar tenaganya.

Tiadalah melarat ibu karena anaknya, dan tiada pula melarat bapak karena

anaknya: dan terhadap waris pun seperti demikian pula. Jika kedua ibu dan

bapak hendak menyapih anaknya sebelum dua tahun dengan kesukaan dan

permusyawaratan keduanya, maka tiada berdosa keduanya. Dan jika kamu

ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu

apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah

kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah maha melihat apa yang

kamu kerjakan".

Menyusui merupakan hadiah yang sangat berharga, yang dapat

diberikan orang tua kepada bayinya. Pada keadaan miskin dan darurat, ASI

mungkin hadiah satu-satunya yang dapat diberikan ibu kepada bayinya. Pada

keadaan sakit dan darurat, ASI dapat menjadi pemberian yang

menyelamatkan jiwa si bayi (Utami, 2008).

B. Keuntungan dan Manfaat ASI

Untuk mendapatkan manfaat ASI yang begitu besar kepada bayi,

menyusui perlu dimulai segera mungkin dalam waktu setengah jam setelah

persalinan. Karena dalam waktu tersebut reflek menghisap bayi paling kuat,

ibu dan bayi pun masih dalam keadaan siaga (Savitri, 2007). Anak-anak yang

tidak diberi ASI eksklusif mempunyai kemungkinan lebih besar menderita

kekurangan gizi dan obesitas serta ketika dewasa lebih mudah terjangkit
15

penyakit kronis, seperti kanker, jantung, hipertensi, dan diabetes (Amirudin

dan Rosita, 2006).

Keuntungan dan manfaat pemberian ASI adalah sebagai berikut

(Savitri, 2007) :

1) Bagi bayi

1. ASI mengandung

protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang dibutuhkan oleh

bayi. Karenanya, ASI mengurangi resiko berbagai jenis kekurangan

nutrisi.

2. ASI mengandung

semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi pertumbuhan otak,

mata dan pembuluh darah yang sehat.

3. ASI selalu berada

pada suhu yang paling cocok bagi bayi. Karenanya tidak memerlukan

persiapan apapun.

4. Bayi bisa

mencerna dan menggunakan nutrisi dalam ASI secara lebih efisien

daripada yang terdapat dalam jenis susu lainya. ASI itu steril, artinya

tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman penyakit lainnya.

5. Menyusui

mencegah terjadinya anemia pada bayi karena zat besi yang

terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik daripada sumber zat

besi lainnya.

6. Kekurangan
16

nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena pada ASI

memenuhi kebutuhan energi bayi sampai umur enam bulan yang

pertama.

7. Kolostrum kaya

akan antibodi dan substansi antiinfeksi lainnya yang melindungi bayi

dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan oleh tubuh.

Karenanya antibodi sangat penting untuk menghancurkan penyebab

penyakit ini.

8. Kolostrum juga

mengandung faktor pertumbuhan seperti “faktor pematangan

epidermis”. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernapasan dan

mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernapasan.

9. Antibodi yang ada

dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari alergi,

asma, eksem, dan lain-lain.

10. Kolostrum kaya

akan Vitamin A, yang mencegah infeksi, dan Vitamin K, yang

mencegah pendarahan pada bayi yang baru lahir.

11. ASI mengandung

“faktor pematangan usus”, yang melapisi bagian dalam saluran

pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk

terserap ke dalam tubuh.

12. ASI mengandung

“faktor pematangan serebrosida”, yang membuat bayi yang minum


17

ASI lebih cerdas di kemudian hari.

13. ASI menolong

pertumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut Lactobacillus

bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit lainnya

untuk membunuh dalam saluran pencernaan dan oleh karena itu

mencegah diare.

14. Mengandung zat

yang disebut dengan laktoferin, yang dikombinasikan dengan zat besi

dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit.

15. ASI

meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak.

16. Meningkatkan

kecerdasan.

Utami (2007) mengatakan untuk kecerdasan anak dipengaruhi oleh

faktor- faktor diantaranya yaitu:

1. Faktor genetik atau

bawaan.

Yaitu diturunkan orang tua dan tidak dapat dimanipulasi atau

direkayasa.

2. Faktor lingkungan.

Yaitu faktor yang menentukan faktor genetik akan tercapai

secara optimal atau tidak. Secara garis besar untu faktor lingkungan

ada tiga jenis kebutuhan yang harus dipenuhi yaitu:

1. Kebutuhan untuk fisik-otak (Asuh).


18

2. Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (Asih).

3. Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosial (Asah).

Dari haasil penelitian menunjukkan bahwa IQ pada bayi yang diberi

ASI memiliki IQ point 4,3 point lebih tinggi pada usia 18 bulan, 4-6 point

lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada usia 8,5

tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberikan ASI (Nurhaeni,

2009). Selain itu dalam suatu percobaan sejumlah bayi yang hanya

diberikan ASI tanpa tambahan susu formula atau makanan padat lainya

hingga mereka berusia 15 minggu. Ternyata, hingga usia 7 tahun mereka

terhindar dari penyakit radang saluran pernapasan dan sejumlah bayi

hingga mereka berusia 13 minggu, ternyata terhindar dari penyakit radang

usus sampai mereka berusia 18 bulan bahkan 2 tahun (Heather, 2008).

Adapun keuntungan dan manfaat yang diperoleh ibu dari

memberikan ASI yaitu sebagai berikut (Savitri, 2007).

2) Bagi ibu

1. Menyusui menolong rahim mengkerut lebih cepat dan mencapai

ukuran normalnya dalam waktu singkat. Menyusui mengurangi

banyaknya pendarahan setelah persalinan dan oleh karena itu

mencegah anemia.

2. Menyusui mengurangi resiko kehamilan sampai enam bulan setelah

persalinan.

3. Menyusui mengurangi resiko kanker payudara dan indung telur.

4. Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan yang


19

berlebihan selama kehamilan. Karenanya, menyusui menurunkan

resiko obesitas.

Menurut Utami (2007) manfaat dari memberikan ASI eksklusif bagi

Ibu adalah, lebih ekonomis dan murah, tidak merepotkan dan hemat

waktu, portabel dan praktis, memberi kepuasan bagi ibu. Sedangkan dalam

Utami (2008) beberapa manfaat ASI bagi ibu adalah:

1. Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis). Penelitian

mengindikasi bahwa perempuan dengan banyak anak dan periode

menyusui yang panjang memiliki kepadatan mineral tulang lebih

tinggi/sama dan resiko patah lebih rendah/sama dibandingkan dengan

yang tidak pernah melahirkan dan menyusui (Karlsson C, 2005 di

kutip dalam Utami, 2008).

2. Mengurangi resiko rheumatoid artritis. Penelitian dilakukan pada

121.700 perempuan. Perempuan yang menyusui lebih sebentar

beresiko yang lebih tinggi menderita rheumatoid arthritis (Karlson,

2004 di kutip dalam Utami, 2008).

3. Mengurangi resiko diabetes maternal. Menyusui mengurangi resiko

diabetes tipe II pada ibu dalam hidupnya nanti. Lebih lama durasi

menyusuinya, lebih rendah terjadinya diabetes. Berdasarkan penelitian

Harvard pada 83.585 ibu di Nurses’Health Study (NHS) dan 73.418

ibu di NHS II, diketahui menyusui mengurangi resiko ibu dari

diabetes sebanyak 15% (Stuebe ,2005 di kutip dalam Utami, 2008).

4. Mengurangi stres dan gelisah. Penelitian membandingkan respon

emosi dari 84 perempuan yang menyusui ekslusif, 99 perempuan yang


20

menggunakan susu formula, dan 33 perempuan sehat yang tidak

melahirkan. Ibu yang menyusui lebih banyak memiliki mood positif,

peristiwa positif, dan kejadian stress lebih rendah daripada ibu yang

menggunakan susu formula. Ibu menyusui memiliki tingkat depresi

dan kemarahan yang lebih rendah daripada ibu dengan susu formula

(Groer , 2005 di kutip dalam Utami, 2008).

3) Manfaat ASI bagi ayah

1. Ekonomis. ASI akan sangat mengurangi pengeluaran keluarga tidak

saja pengeluaran untuk membeli susu formula serta perlengkapan

untuk membuatnya, tetapi juga biaya kesehatan untuk si bayi.

2. Praktis dan tidak merepotkan, karena tidak perlu membuat susu

formula di malam hari dan tidak perlu mencari warung atau toko

dimalam hari apabila kehabisan persediaan susu.

3. Kalau bepergian dengan bayi ASI eksklusif akan lebih mudah dan

tidak perlu repot membawa bermacam-macam peralatan menyusui.

4) Manfaat ASI eksklusif bagi perusahaan.

Bila anak yang sakit, seorang ibu akan meninggalkan pekerjaannya

untuk mengurus si anak yang sakit. Penelitian Cohen dkk (di kutip dalam

Utami, 2007), di Amerika pada tahun 1995 menunjukkan bahwa ibu bayi

ASI eksklusif lebih jarang bolos (25%) dibanding ibu susu formula (75%),

karena bayi ASI eksklusif lebih jarang sakit dibanding dengan bayi susu

formula. Penelitian Auerbach dkk pada tahun 1984 (dikutip dalam Utami,

2007) terhadap 567 ibu bekerja juga menunjukkan bahwa ibu memberikan

ASI eksklusif mempunyai persentase kerja yang meningkat.


21

5) Manfaat ASI eksklusif bagi Negara.

Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara

karena hal-hal berikut:

1. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan

menyusui, serta biaya menyiapkan susu.

2. Penghematan biaya untuk sakit terutama sakit muntah-mencret dan

sakit saluran nafas.

3. Penghematan obat-obatan, tenaga, dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang teguh dan berkualitas

untuk membangun negara.

5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan

terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia.

(Utami, 2007).

6) Manfaat ASI eksklusif bagi lingkungan.

Air susu Ibu akan mengurangi bertambahnya sampah dan polusi di

dunia. Dengan hanya memberi ASI manusia tidak memerlukan kaleng

susu, karton dan kertas pembungkus, botol plastik, dan dot karet. Di

Amerika Serikat saja, dalam satu tahun terdapat 550 juta kaleng susu.

Kalau kaleng-kaleng ini dijajarkan maka jajaran kaleng ini akan dapat

mengelilingi bola dunia. Padahal sampah dari botol plastik dan dot akan

menetap sampai 450 tahun.

(Utami, 2007).
22

C. ASI eksklusif

1) Defenisi

ASI eksklusif adalah pemberian ASI (Air Susu Ibu) sedini mungkin

setelah persalinan, diberi tanpa jadwal dan tidak diberi makanan lain,

walaupun hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan (Hubertin, 2004, ).

ASI eksklusif didefenisikan sebagai konsumsi dan asupan makanan

bagi bayi, asupan makanan tersebut adalah air susu ibu tanpa suplemen

jenis apapun baik itu air, juice, makanan dalam bentuk apapun kecuali

untuk vitamin, mineral, dan pengobatan. Selain defenisi tersebut ASI

eksklusif juga didefinisikan sebagai perilaku dimana hanya memberikan

air susu ibu saja kepada bayi sampai umur 6 bulan tanpa makanan dan

ataupun minuman lain kecuali obat (Anton, 2008).

The APP section on Breastfeeding, American College of

Obstetricians and Gynecologists, American Academy of Family

Physicians, academy of Breastfeeding Medicine, world Health

Organization, United Nations Children's Fund, dan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia juga telah merekomendasikan pemberian

ASI eksklusif selama 6 bulan. Karena menurut penelitian-penelitian yang

telah dilakukan, telah terbukti bahwa ASI eksklusif memang lebih unggul

dibandingkan pemberian susu formula, selain itu ASI mengandung zat-zat

kekebalan yang sangat dibutuhkan oleh bayi pada bulan-bulan pertama

seperti Colostrum (Anton, 2008).

Dari penelitian yang termuat dalam pediatric journal 1993, terbukti


23

bahwa menyusui eksklusif paling tidak 4 bulan pertama, dapat mengurangi

kemungkinan bayi terkena infeksi saluran pencernaan (antara lain diare),

infeksi saluran pernapasan, serta infeksi saluran telinga. Hal yang

menyebabkan ASI membuat bayi lebih kebal penyakit infeksi (Litbang.

Depkes, 2007).

2) Komposisi ASI

1. Karbohidrat

Karbohidrat dalam ASI berbentuk laktosa yang jumlahnya

berubah-ubah setiap hari menurut kebutuhan tumbuh kembang bayi.

Rasio jumlah laktosa dalam ASI dan PASI adalah 7:4 sehingga ASI

terasa lebih manis dibandingkan dengan PASI. Hal ini menyebabkan

bayi yang sudah mengenal ASI dengan baik cenderung tidak mau

minum PASI. Dengan demikian pemberian ASI akan semakin sukses.

2. Protein

Protein dalam ASI lebih rendah dibanding PASI. Namun protein

ASI sangat cocok karena unsur protein di dalamnya hampir seluruhnya

terserap oleh sistem pencernaan bayi yaitu protein unsur whey.

Perbandingan protein unsur whey dan casein dalam ASI adalah 65:35

sedangkan dalam PASI 20:80. Hal ini memungkinkan bayi akan sering

diare dan defekasi dengan feces berbentuk biji cabe yang menunjukan

adanya makanan yang sukar diserap bila bayi diberikan PASI.

3. Lemak
24

Lemak dalam ASI mulanya rendah kemudian meningkat

jumlahnya. Lemak dalam ASI berubah kadarnya setiap kali diisap oleh

bayi secara otomatis. Komposisi lemak pada lima menit pertama isapan

akan berbeda dengan 10 menit kemudian, kadar lemak pada hari

pertama berbeda dengan hari kedua dan akan terus berubah menurut

perkembangan bayi dan kebutuhan energi yang dibutuhkan.

Lemak dalam bentuk Omega 3, Omega 6, dan DHA yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan sel-sel jaringan otak. Susu formula tidak

mengandung enzim, karena enzim akan mudah rusak bila dipanaskan.

Dengan tidak adanya enzim, bayi akan sulit menyerap lemak PASI

sehingga menyebabkan bayi lebih mudah terkena diare.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap walaupun kadarnya

rendah tetapi bisa mencukupi kebutuhan bayi sampai 6 bulan. Zat besi

dan kalsium dalam ASI merupakan mineral yang sangat stabil dan

mudah diserap dan jumlahnya tidak berpengaruh pada diet ibu. Dalam

PASI jumlah mineralnya tinggi, tetapi sebagian besar tidak dapat

diserap hal ini akan memperberat kerja usus bayi serta mengganggu

keseimbangan dalam usus dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang

merugikan sehingga mengakibatkan kontraksi usus bayi tidak normal.

Bayi akan kembung, gelisah karena obstipasi atau gangguan

metabolisme.

5. Vitamin
25

ASI mengandung vitamin yang lengkap yang dapat mencukupi

kebutuhan bayi sampai 6 bulan kecuali vitamin K, karena bayi baru

lahir pencernaannya belum mampu membentuk vitamin K.

(Anton, 2008).

3) Produksi ASI

Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh

isapan mulut bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang

kelenjar Pictuitary Anterior untuk memproduksi sejumlah prolaktin,

hormon utama yang mengandalkan pengeluaran Air Susu.

Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex,

dimana hisapan puting dapat merangsang kelenjar Pictuitary Posterior

untuk menghasilkan hormon oksitolesin, yang dapat merangsang serabut

otot halus di dalam dinding saluran susu agar membiarkan susu dapat

mengalir secara lancar.

Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Colostrum

Colostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh

kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan residual material

yang terdapat dalam alveoli dan ductus dari kelenjar mamae sebelum

dan segera sesudah melahirkan anak. Di sekresi oleh kelenjar mamae

dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat dari masa laktasi.

1. Komposisi colostrum dari hari ke hari berubah.


26

2. Colostrum merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna

kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI Mature.

3. Merupakan suatu laxantif yang ideal untuk membersihkan

mekonium usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran

pencernaan bayi untuk menerima makanan selanjutnya.

4. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Mature,

tetapi berlainan dengan ASI Mature dimana protein yang utama

adalah casein sedangkan pada colostrum protein yang utama adalah

globulin, sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh

terhadap infeksi.

5. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Mature

yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan

pertama.

6. Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan

dengan ASI Mature.

7. Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Mature yaitu 58

kalori/100 ml colostrum.

8. Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam

air dapat lebih tinggi atau lebih rendah.

9. Bila dipanaskan menggumpal, ASI Mature tidak.

10. pH lebih alkalis dibandingkan ASI Mature.

11. Lemaknya lebih banyak mengandung Cholestrol dan lecitin di

bandingkan ASI Mature.


27

12. Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus

bayi menjadi kurang sempurna, yang akan menambah kadar

antibodi pada bayi.

13. Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

2) Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

1. Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Mature.

2. Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada

pula yang berpendapat bahwa ASI Mature baru akan terjadi pada

minggu ke tiga sampai minggu ke lima.

3. Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan

karbohidrat semakin tinggi.

4. Volume semakin meningkat.

3) Air Susu Mature

1. ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan


komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan

bahwa minggu ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.

2. Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada

yang mengatakan pada ibu yang sehat ASI merupakan makanan

satu-satunya yang diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.

3. ASI merupakan makanan yang mudah di dapat, selalu tersedia, siap

diberikan pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan

temperatur yang sesuai untu bayi.

4. Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung

casienat, riboflaum dan karotin.


28

5. Tidak menggumpal bila dipanaskan.

6. Volume: 300 – 850 ml/24 jam

7. Terdapat anti microbaterial factor, yaitu:

1) Antibodi terhadap bakteri dan virus.

2) Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)

3) Enzim (lysozime, lactoperoxidese)

4) Protein (lactoferin, B12 Ginding Protein)

5) Faktor resisten terhadap staphylococcus.

6) Complecement ( C3 dan C4)

(Anton, 2008).

4) Faktor Penghambat dan Yang Memperlancar Produksi ASI

1) Faktor penghambat produksi ASI

1. Ibu dalam keadaan bingung, kacau, marah atau sedih

2. Ibu terlalu kuatir ASI-nya tidak akan cukup untuk kebutuhan bayi

3. Rasa sakit pada saat menyusui, membuat ibu takut untuk menyusui

menyusui lagi

4. Ada rasa malu untuk menyusui

5. Ayah tidak mendukung dan tidak perhatian terhadap ibu dan bayi

2) Faktor memperlancar produksi ASI

2) Bila melihat bayi

3) Memikirkan bayi dengan penuh kasih sayang

4) Bila mendengar bayinya menangis

5) Mencium bayi
29

6) Ibu dalam keadaan tenang

7) Ayah sangat membantu

(Utami, 2001).

2) Manajemen Laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk

menunjang keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai

pada masa kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui

selanjutnya.

Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut

1) Pada masa Kehamilan (antenatal)

1. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu

Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting

susu, apakah ada kelainan atau tidak.

2. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu hamil.

3. Mampu memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.

4. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan

trimester kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum

hamil.

5. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini

perlu diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang

hamil untuk memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

2) Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)


30

a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara

menysui yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara

melekatkan bayi pada payudara ibu.

b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam

sehari agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.

c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 S1) dalam

waktu dua minggu setelah melahirkan.

3) Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)

1. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia


bayi,
2. Yaitu hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.

3. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih

banyak dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.

4. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran

dan menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI

tidak terhambat.

5. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk

menunjang keberhasilan menyusui.

6. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila

ada permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.

7. menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta

pengalaman dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.

8. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan,

berikan MP ASDI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.


31

(Anton, 2008).

4) Air susu ibu dan hormon prolaktin

Setiap kali bayi mengisap payudara akan merangsang ujung saraf

sensoris di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian

depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran

darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus

(pabrik ASI) menghasilkan ASI.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus

laktiferus), makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain makin banyak

bayi menyusu makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang

bayi menghisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi

berhenti menghisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui

pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI.

Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk

menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan

memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu

menyusui pada malam hari penting untuk menunda kehamilan.

(Badriul dkk, 2008).

5) Air susu ibu dan refleks oksitosin (Love reflex, Let Down reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar

hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara

dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke

payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli


32

(pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya

ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau

ibunya. Proses keluarnya ASI ini disebut let down reflex.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus

berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi

pendarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri.

Beberapa keadaan yang dapat meningkatkan produksi hormon

oksitosin adalah:

1. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya

2. Celotehan atau tangisan bayi

3. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi

pada saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan

memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu

pekerjaan rumah tangga.

4. Pijat bayi

Sentuhan pada kulit bayi melalui seni pijat ternyata dapat

meningkatkan produksi ASI. Penelitian Chynthia Mersmann membuktikan

bahwa bila bayi dipijat, produksi ASI perah ibunya akan lebih banyak.

Beberapa hal yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin

adalah:

1. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung

2. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk payudara dan bentuk

tubuhnya, meninggalkan bayi karena harus bekerja, dan ASI tidak

mencukupi kebutuhan bayi


33

3. Rasa sakit terutama saat menyusui

(Badriul dkk, 2008).

6) Keberhasilan menyusui

Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui

secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:

1. Biarkan bayi menyusu segera setelah lahir terutama satu jam pertama

(inisiasi menyusu dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan

tanggap dalam satu jam pertama dan setelah itu akan mengatuk dan

tertidur. Bayi mempunyai reflek menghisap (sucking reflex) sangat

kuat pada saat itu.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi

bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu

formula) yang diberikan, karena akan menghambat proses menyusui.

Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI,

menyebabkan "bingung puting", serta meningkatkan resiko infeksi.

3. Susu bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia

akan melepaskan putting dengan sendirinya.

(Badriul dkk, 2008).

7) Tujuh langkah keberhasilan ASI eksklusif

1) Mempersiapkan payudara bila diperlukan.

2) Mempelajari ASI dan tatalaksana menyusui.

3) Menciptakan dukungan keluarga, teman, dan sebagainya.

4) Memilih tempat melahirkan yang "sayang bayi" seperti "rumah sakit

sayang bayi" atau "rumah bersalin sayang bayi".


34

5) Memilih tenaga kesehatan yang mendukung pemberian ASI secara

eksklusif.

6) Mencari ahli persoalan menyusui seperti klinik laktasi dan atau

konsultasi, untuk persiapan apabila menemui kesukaran.

7) Menciptakan suatu sikap yang positif tentang ASI dan menyusui.

(Utami, 2007).

8) Sepuluh langkah keberhasilan menyusui

1. Sarana pelayanan kesehat mempunyai kebijakan

tentang penerapan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui dan

melarang promosi PASI.

2. Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk

staf sendiri atau lainnya.

3. Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI

dan langkah keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila

ibu penderita infeksi HIV positif.

4. Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru

lahir(1/2-1 jam setelah lahir).

5. Membantu ibu melakukan teksnik menyusui yang benar

(posisi perletakan tubuh bayi dan perlekatan mulut bayi pada

payudara).

6. Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal

sejak bayi lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi.

8. Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi.


35

9. Tidak memberikan dot/kempeng.

10. Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana

pelayanan kesehatan.

(Badriul dkk, 2008).

9) Langkah- Langkah Menyusui Yang Benar

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat

sehingga desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.

2. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain

menopang di bawah. Jangan menekan puting susu saja atau areolanya

saja.

4. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut dengan cara menyentuh

pipi dengan puting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

5. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke

payudara ibu dengan puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.

6. Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi,

sehingga puting susu berada di bawah langit-langit dan lidah bayi

akan menekan ASI ke luar dari tempat penampungan ASI

(Utami, 2001).

3) Kendala Ibu Menyusui


36

Menurut Anton (2008) banyak faktor sebenarnya yang menyebabkan

para ibu merasa tidak penting dan enggan memberikan ASI kepada bayi

mereka, secara garis besar ada dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal ini sangat mempengaruhi para ibu seperti kurangnya

pengetahuan. Faktor ini merupakan faktor yang paling mempengaruhi

para ibu, mereka tidak banyak tahu manfaat apa saja yang terdapat pada

ASI, apa akibatnya bila anak tidak mendapat ASI yang cukup dari ibunya

atau sebaliknya.

b. Faktor eksternal

1) ASI belum keluar pada hari-hari pertama sehingga ibu berfikir perlu

ditambah susu formula

2) Ibu yang bekerja

3) Ketidak mengertian ibu para tentang colostrum

4) Anggapan ibu bahwa ASI ibu kurang gizi, kualitasnya tidak baik

Sedangkan menurut Utami (2007) yang paling sering dikemukakan

tentang kendala ibu menyusui yang dikemukakan yaitu:

1. ASI tak cukup

2. Ibu bekerja dengan cuti hamil tiga bulan

3. Takut ditinggal suami

4. Tidak diberi ASI tetap berhasil "jadi orang"

5. Bayi akan tumbuh jadi anak yang tidak mandiri dan manja

6. Susu formula lebih praktis

7. Takut badan tetap gemuk


37

4) Mewujudkan Setiap Bayi Mendapat ASI dan Memampukan

Setiap Ibu Menyusui Bayinya

Hak bayi mendapat ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan

Resolusi Word Health Asembly (WHA) (2001), yaitu bayi mendapat ASI

eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan MP-ASI dan

pemberian ASI diteruskan sampai bayi usia 2 tahun lebih.

Seorang ibu menyusui agar mampu dan berhasil melaksanakan

pemberian ASI seutuhnya. Seorang ibu memerlukan perlindungan, informasi,

dan bantuan yang komprehensif sekaligus menghilangkan hambatan

dilingkungannya, antara lain:

1. Lingkungan keluarga dan masyarakat yang mendukung.

2. Komunikasi, informasi dan edukasi kepada semua lapisan masyarakat

untuk menumbuhkan 'budaya ASI', misalnya penyediaan sarana ruang

menyusui di pelayanan umum.

3. Keseluruhan pelayanan kesehatan menerapkan '10 Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui' atau menerapkan 'Sayang Bayi'.

4. Ibu mendapat informasi atau konseling tentang manfaat pemberian ASI

dan cara menyusui yang benar.

5. Ibu mendapat konseling menyusui terutama bila menghadapi masalah.

6. Ibu tidak terpapar/terpengaruh oleh pemasaran PASI atau ibu harus dapat

menolak pemberian PASI.

7. Ibu yang bekerja mendapat perlindungan, kebijakan, sarana dan bantuan

untuk melaksanakan pemberian ASI yang optimal.


38

8. Ibu yang menderita HIV positif membutuhkan pengetahuan tentang

pemberian makan bayi.

9. Bila ibu-bayi berada dalam situasi darurat dibantu untuk tetap menyusui.

(Badriul dkk, 2008).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2004), ada beberapa hal yang

harus diketahui oleh ibu untuk meningkatkan cakupan ASI, yaitu:

1. Pengertian ASI eksklusif dan kolostrum.

2. Manfaat kolostrum bagi kesehatan bayi, manfaat

pemberian ASI, dan manfaat menyusui.

3. Waktu, yaitu kapan ibu mulai menyusui bayinya,

berapa lama, dan sampai umur berapa.

4. Cara menyusui yang baik dan benar, menghentikan

bayi menyusui, menyendawakan bayi setelah disusui, meningkatkan

produksi ASI, menyimpan ASI dan cara menyapih yang baik.

5. Cara mengatasi permasalahan menyusui, antara

lain: puting susu datar dan terpendam, lecet dan nyeri, payudara bengkak,

saluran ASI tersumbat, radang payudara, payudara abses, produksi ASI

kurang dan bingung puting.

5) Menjadi Ayah ASI (breastfeeding father)

Menurut Bonny dkk (2003) kegiatan menyussui kerap membuat para

ayah cemburu dan merasa terkucil. Saat menyusu ikatan ibu dan bayi tampak

kuat, ketika perhatian ibu hannya tertuju pada bayi dan bayi sangat menikmati
39

dekapan, debar jantung ibu, dan ASI dari payudara ibu, sesuatu yang tidak

bisa dimiliki ayah. Keterbatasan ayah hendaknya jangan hanya menempatkan

ayah sebagai penonton. Ayah bisa mendukung dan berpartisipasi dalam

proses pemberian ASI dengan cara menjadi ayah ASI seperti :

a. Ayah bisa berada disamping istri yang sedang menyusui sambil

memberikan semangat pada istri untuk terus memberikan ASI-nya, juga

kekaguman dan penghargaan.

b. Ayah bisa membantu istri memijat payudara agar ASI keluar lebih lancar.

c. Ayah bisa membantu menyediakan makanan dan minuman bagi istri

menyusui.

d. Jangan tidur sepanjang malam, tetapi tunjukkan solidaritar dalam

kegiatan menyusui dimalam hari dengan menemani istri saat menyusui

bayi atau menggendongkan bayi dari ranjang untuk disusui kepada

ibunya dan mengembalikanya lagi ke ranjang setelah usai disusui.

e. Ayah bisa memijat bahu istri untuk mengurangi keletihan istri saat

sedang menyusui.

f. Terhadap bayi, usapkan lengan ayah pada bayi saat ia tengah menyusu

umumnya bisa menyenagkan si bayi.

g. Ayah bisa membantu memberikan ASI perahan pada bayi saat istri tidak

bisa memberikan ASI secara langsung.

h. Berperan serta dalam pekerjaan harian sehingga ayah terlalu sibuk untuk

merasa iri pada bayi.

Utami (2008) mengatakan bahwa seorang ayah sebaiknya mengerti

untuk mendukung keberhasilan memberikan ASI eksklusif atau menjadi ayah


40

ASI (breastfeeding father). banyak cara yang bisa dilakukan ayah dalam

membantu proses menyusui agar menjadi ayah ASI seperti :

1) Ayah

menyendawakan bayi

2) Ayah

memandikan bayi

3) Ayah

bermain, bergurau, dan mendendangkan bayi

4) Ayah

mengganti popok

5) Ayah

memijat bayi

6) Ayah

menggendong bayi

6) Konsep Keluarga
1) Pengertian Keluarga

Keluarga adalah bagian dari masyarakat yang peranannya sangat

penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat ( Setiadi, 2008).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap

dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1988).


41

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1992 keluarga adalah unit

terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami, istri

dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

2) Ciri- Ciri Keluarga

1) Menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton

1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan

denagn hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk dan

dipelihara

3. Keluarga mempunyai sistem tata nama termasuk

perhitungan garis keturunan

4. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh

anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk

mempunyai ketur-

unan dan membesarkan anak

5. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau

rumah tangga.

2) Ciri keluarga Indonesia

1. Mempunyai ikatan yang erat dengan dilandasi semangat gotong

royong

2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran


42

3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan

dilakukan secara musyawarah. ( Setiadi, 2008).

4.

3) Tipe Keluarga

a. Secara Tradisional

1. Keluarga Inti

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak

(kandung atau angkat).

2. Keluarga Besar

Keluarga inti ditambah dengan keluarga lain, misalnya kakek,

nenek, paman, bibi dan lain-lain.

2) Secara Modern

1. Keluarga “Dyad”

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak.

2. Single – Parent

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suatu orang tua dengan

anak (kandung atau angkat) disebabkan oleh perceraian atau

kematian.

3. Single – Adult

Suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari orang dewasa

hidup sendiri

4) Struktur Keluarga
43

1. Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan hubungan itu disusun melalui

jalur garis ayah.

2. Matrilinea

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah


dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur

garis ibu.

3. Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

4. Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.

5. Keluarga Kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga

karena adanya hubungan dengan suami istri.

( Setiadi, 2008).

Ciri-ciri struktur keluarga

1. Terorganisasi

Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota

keluarga.
44

2. Ada keterbatasan

Setiap anggota memiliki keterbatasan mereka juga memiliki

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-msing.

3. Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peran dan fungsinya masing-

masing (Wahit iqbal dkk, 2006).

5) Fungsi Keluarga

1) Fungsi Biologis

1. Untuk meneruskan keturunan

2. Memelihara dan membesarkan anak

3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

4. Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi Psikologis

1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi keluarga

2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga

3. Memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga

4. Memberikan identitas keluarga

3) Fungsi Sosialisasi

1. Membina sosialisasi pada anak

2. Membentuk norma-norma dan tingkah laku sesuai dengan

tingkat pengembangan masing-masing.

3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

5) Fungsi Ekonomi
45

1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.

2. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa yang

akan datang.

3. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga

6) Fungsi Pendidikan

1. Menyekolahkan anak untuk membesar pengetahuan keterampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat serta minat yang

dimilikinya.

2. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan

datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.

3. Mendidik sesuai dengan tingkat perkembangannya.

( Setiadi, 2008).

Ada 5 fungsi dasar keluarga menurut Friedman (1988), yaitu :

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang

merupakan basis kekuatan dari keluarga. Komponen yang perlu

dipenuhi oleh keluarga untuk fungsi afektif adalah :

1. Memelihara Saling Asuh

Saling mengasuh cinta kasih, kehangatan, saling menerimanya

saling mendukung antar anggota.

2. Keseimbangan Saling Menghargai


46

Saling menghargai dengan mempertahankan iklim yang positif

dimana tiap anggota diakui, dihargai keberadaan dan halnya baik

orang tua maupun anak maka fungsi afektif akan dicapai.

3. Peralihan dan Identifikasi

Kekuatan yang besar dibalik persepsi dan kepuasan dari

kebutuhan-kebutuhan individu dalam keluarga adalah pertalian

(booding) atau kasih sayang (attachment) digerakkan secara

bergantian.

4. Keterpisahan dan Kepaduan

Salah satu masalah pokok psikologis yang sentral dan

menonjol yang meliputi kehidupan keluarga adalah cara keluarga

memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis anggota keluarga dan

bagaimana hal ini mempengaruhi identitas dan harga diri individu.

2) Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi dimulai saat lahir dan hanya diakhiri dengan kematian.

Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup

dimana individu secara continue mengubah perilaku mereka sebagai

respon terhadap situasi yang terpola secara sosial yang mereka alami.

3) Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan kelurusan

dan menambah sumber daya manusia.

4) Fungsi Ekonomi
47

Untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti makanan, pakaian

rumah maka keluarga memerlukan sumber keuangan.

5) Fungsi perawatan keluarga atau pemeliharaan kesehatan

Dari perspektif masyarakat, keluarga merupakan sistem dasar

dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan,

dan diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang

bersifaat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga

yang sakit.

Tugas kesehatan keluarga :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat

(Wahit Iqbal dkk, 2006).

UU No. 10 tahun 1992 PP No. 21 1994. Secara umum fungsi

keluarga adalah sebagai berikut:

1. Fungsi keagamaan

2. Fungsi budaya

3. Fungsi cinta kasih

4. Fungsi perlindungan

5. Fungsi reproduksi

6. Fungsi sosialisasi

7. Fungsi ekonomi
48

8. Fungsi pelestarian lingkungan

Menurut Effendy (1998) ada tiga fungsi pokok keluarga terhadap

anggota keluarganya yaitu:

1. Asih

Adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga.

2. Asuh

Merawat anak agar kesehatannya terpelihara, sehingga menjadi

anak yang sehat fisik, mental, sosial, dan spiritual.

3. Asah

Memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga menjaadi

manusia mandiri dalam mempersiapkan kehidupannya.

6) Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman 1981 (dikutip dalam Setiadi, 2008) membagi 5 tugas

keluaga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak

membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya.


49

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga kesehatan ( pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada).

7) Peran Keluarga

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seorang

dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan –harapan

(Setiadi 2008).

Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap

seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem (Kozier, Barbara, 1995

dikutip dalam Wahit iqbal dkk, 2006).

Peranan keluarga adalah menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008).

Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing yaitu:

1. Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap

anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok

sosial tertentu.

2. Ibu
50

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh, pendidik anak-

anak, pelindung keluarga, dan juga pencari nafkah tambahan keluarga

dan juga sebagai kelompok masyarakat sosial tertentu.

3. Anak

Anak berperan sebagai perilaku psikososialsesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial, dan spiritual. (Setiadi, 2008).

Peran dalam keluarga menurut Murray & Zentner (1975, 1985 dikutip

dalam Wahit iqbal dkk, 2006) ada dua peran keluarga yaitu peran formal

keluarga dan peran informal keluarga.

1) Peran formal keluarga

Yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen.

Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota

keluarganya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya: menurut

bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu

sistem.

Peran formal yang setandar terdapat dalam keluarga (Pencari

nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh

anak, manejer keuangan, dan tukang masak). Jika dalam keluarga hanya

terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini: dengan demikian lebih

banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk

memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda. Nye dan Gecas,

1976 mengidentifikasi 6 peran dasar yang membentuk posisi sosial

sebagai suami-ayah dan istri-ibu :


51

1. Peran sebagai provider atau penyedia

2. Sebagai pengatur rumah tangga

3. Perawatan anak

4. Sosialisai anak

5. Rekreasi

6. Persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan

maternal)

7. Peran terapeutik (memahami kebutuhan afektif dari pasangan)

8. Peran seksual

2) Peran informal keluarga

Peran informal bersifat implicit biasanya tidak tampak

kepermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan emosional individu dan atau untuk menjaga keseimbangan

dalam keluarga.

Beberapa contoh peran-peran informal yang bersifat adaptif dan

yang merusak kesejahteraan keluarga antara lain :

Pendorong, pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, penghalang,

deminator, penyalah, pengikut, pencari nafkah, martir, keras hati,

sahabat, kambing hitam keluarga, penghibur, perawat keluarga, pioner

keluarga, coordinator keluarga, distraktor dan orang yang tidak relevan,

penghubung keluarga, saksi.

8) Dukungan Sosial Keluarga


52

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Power et all, dikutip dalam

Friedman (1998), dukungan keluarga adalah kemampuan keluarga dalam

memberikan penguatan satu sama lain serta kemampuan keluarga

menciptakan suasana memiliki.

Sedangkan dukungan sosial keluarga adalah suatu keadaan yang

bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain yang dapat

dipercaya, sehingga seseorang akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya (Cohen & Syme, 1996

dikutip dalam Setiadi, 2008).

Dukungan sosial keluarga dikonseptualisasikan sebagai koping

keluarga, baik dukungan-dukungan yang bersifat eksternal maupun yang

bersifat internal. Dukungan sosial keluarga yang bersifat eksternal antara

lain sahabat, pekerjaan, tetangga, sekolah, keluarga besar, kelompok

sosial, kelompok rekreasi, tempat ibadah, praktisi kesehatan. Dukungan

sosial keluarga internal antara lain dukungan dari suami atau istri, dari

saudara kandung, atau dukungan dari anak-anak (Friedman, 1998 dikutip

dalam Setiadi, 2008).

Jenis dukungan keluarga ada empat (Friedman, 1998 dikutip dalam

Setiadi, 2008) yaitu :

1) Dukungan Instrumental

Yaitu keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan

konkrit untuk menyelesaikan masalah.

2) Dukungan informasional
53

Yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan

diseminator (penyebar informasi) tentang semua informasi yang ada

dalam kehidupan. Keluarga berfungsi sebagai pencari informasi.

3) Dukungan penilaian (appraisal)

Yaitu keluarga bertindak sebagai umpan balik, membimbing dan

menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator

identitas keluarga.

4) Dukungan emosional

Yaitu keluarga sebagai tempat yang aman dan damai utuk

istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan emosi.

Menurut House (Smet, 1994) setiap bentuk dukungan sosial keluarga

mempunyai ciri-ciri antara lain :

1) Informatif, yaitu bantuan informasi

yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam

menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi

pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang

dibutuhkan dan informasi ini dapat disampaikan kepada orang lain

yang mungkin menghadapi persoalan yang sama.

2) Perhatian emosiaonal, dukungan ini

berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan

penghargaan.

3) Bantuan instrumental, batuan ini

bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan


54

aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya,

atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi.

4) Bantuan penilaian, bentuk

penghargaan yang diberikan seseorang kepada orang lain berdasarkan

kondisi sebenarnya. Penilaian bisa bersifat positif dan negatif yang

mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang. Berkaitan dengan

keluarga maka penilaian yang sangat membantu adalah penilaian yang

positif. Pengaruh fositif dari dukungan sosial keluarga adalah

penyesuaian terhadap kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan

stress (Setiadi, 2006).

9) Sumber - Sumber Dukungan Sosial

Menurut Thorst (Sofia, 2003 dikutip dalam Bowo, 2009)

mengatakan bahwa dukungan sosial bersumber dari orang-orang yang

memiliki hubungan berarti bagi individu seperti keluarga, teman dekat,

pasangan hidup, rekan kerja, tetangga, dan saudara. Sedangkan Nicholson

dan Antil (Suhita, 2005 dikutip dalam Bowo, 2009) dukungan sosial

adalah dukungan yang berasal dari keluarga dan teman dekat atau sahabat.

Sumber-sumber dukungan sosial yaitu:

1) Suami

Menurut Wirawan 1991 (dikutip dalam Bowo, 2009) hubungan

perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang

sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling

mendukung, dan menyelesaikan permaslahan bersama. Hubungan

dalam perkawinan akan menjadikan suatu keharmonisan keluarga,


55

yaitu kebahagiaan dalam hidup karena cinta kasih suami istri yang

didasari kerelaan dan keserasian hidup bersama.

2) Keluarga

Menurut Heardman, 1990 (dikutip dalam Bowo, 2009) keluarga

merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga

tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota

keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat

bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan

bilamana individu sedang mengalami permasalahan.

3) Teman/sahabat

Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005 dikutip dalam Bowo, 2009)

teman dekat merupakan sumber dukungan sosial karena dapat

memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu

permasalahan.

You might also like