You are on page 1of 57

ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH

DR. ROBERTO AKYUWEN


Widyaiswara Madya, Balai Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Yogyakarta,
Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, Kementerian Keuangan RI

Diklat Prajabatan Golongan II Periode I TA 2010


DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
B. KEGIATAN BELAJAR
KEGIATAN BELAJAR 1: ETIKA, MORAL, ETOS,
ETIKET, DAN KODE ETIK
KEGIATAN BELAJAR 2: TEORI-TEORI ETIKA
KEGIATAN BELAJAR 3: ETIKA ORGANISASI
PEMERINTAH
KEGIATAN BELAJAR 4: KODE ETIK DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
C. PENUTUP
PENDAHULUAN
1. Deskripsi Singkat
2. Prasyarat Kompetensi
3. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
4. Relevansi Modul
Deskripsi Singkat
 Etika menjadi prasyarat utama bagi efektifnya fungsi organisasi pemerintah.
 Organisasi pemerintah memiliki tanggung jawab hukum dan moral untuk
melayani masyarakat.
 Etika diperlukan, karena krisis moral banyak terjadi di lingkungan organisasi
pemerintah.
 Organisasi publik yang berintegritas harus mampu menjadi tempat di mana setiap
individu saling hormat, menghargai, peduli, mengutamakan akuntabilitas, serta
menempatkan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Perangkat yang saling sinergi untuk mewujudkan organisasi pemerintah yang
ideal:
1. Kepemimpinan yang menjadi teladan.
2. Pelatihan etika.
3. Kode etik dan sumpah jabatan.
4. Pemeriksaan etika.
5. Manajemen sumber daya manusia (SDM).
Prasyarat Kompetensi
 Sikap dan perilaku yang penuh dengan:
1. kesetiaan dan ketaatan kepada negara;
2. bermoral dan bermental baik;
3. profesional;
4. sadar akan tanggung jawab sebagai pelayan publik; dan
5. mampu menjadi perekat persatuan dan kesatuan negara.
 Memiliki pemahaman dasar tentang konsep perilaku dan
prinsip perilaku utama yang dianut suatu organisasi, sehingga
dapat mempengaruhi proses pembelajaran selanjutnya.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
 Standar Kompetensi
1. Menghayati etika sebagai konsep, teori, dan nilai-nilai bersama
yang berlaku.
2. Melaksanakan etika dalam kehidupan kerja.
3. Menginternalisasi dan merefleksi etika, sehingga dapat
dikembangkan perilaku-perilaku etis.
 Kompetensi Dasar

1. Memahami konsep-konsep etika dan aplikasi etika dalam dunia


kerja.
2. Menyimpulkan berbagai argumentasi dari teori-teori etika.
3. Menghargai pentingnya aplikasi etika dalam kehidupan birokrasi.
4. Menganalisis keterkaitan antarunsur dalam berbagai kode etik di
lingkungan Kementerian Keuangan.
Relevansi Modul
1. Para peserta diberikan pemahaman dan kerangka acuan
berpikir yang utuh tentang etika yang selanjutnya dapat
menjadi panduan untuk diaplikasikan di unit kerja masing-
masing.
2. Modul ini memiliki keterkaitan secara langsung dengan mata
diklat Budaya Organisasi Pemerintah.
KEGIATAN BELAJAR 1: ETIKA, MORAL,
ETOS, ETIKET, DAN KODE ETIK
 Etika dan Moral
 Etos
 Etiket
 Kode Etik
Etika dan Moral
 Etika dalam bahasa Inggris disebut ethic (singular) atau ethics (plural) yang berarti
aturan atau cara berperilaku yang didasarkan pada ide tentang apa yang secara moral
baik dan buruk.
 Etika dalam bahasa Yunani disebut ethikos yang diterjemahkan menjadi karakter,
kebiasaan, kecenderungan, dan sikap yang:
1. mengandung konsep-konsep, seperti harus, mesti, benar-salah;
2. mengandung pencarian ke dalam watak moralitas atau tindakan moral; serta
3. mengandung pencarian kehidupan yang baik secara moral.
 Etika dalam bahasa Yunani kuno disebut ethos (bentuk tunggal) yang berarti tempat
tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap,
dan cara berpikir. Bentuk jamaknya ta etha yang berarti adat kebiasaan.
 Etika berarti ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau adat kebiasaan.
 Aristoteles (382-322 SM), filsuf Yunani kuno, menggunakan pengertian etika sebagai
filsafat moral.
 Etika merupakan ilmu yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia
sejauh berkaitan dengan moralitas.
Pengertian Etika (Agoes dan Ardana, 2009)
1. Bertens (2000)
2. Lawrence, Weber, dan Post (2005)
3. David P. Baron (2005)
4. Suhardana (2006)
Bartens (2000)
1. Etika sebagai praksis: nilai-nilai dan norma-norma
moral yang baik yang dipraktikkan atau justru tidak
dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sama artinya dengan moral atau moralitas, yaitu apa
yang harus dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas
dilakukan, dan sebagainya.
2. Etika sebagai refleksi: pemikiran moral. Etika bisa saja
mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap
moralitas bersifat kritis, metodis, dan sistematis.
Lawrence, Weber, dan Post (2005)
 Etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah.
 Etika menjelaskan apakah perilaku seseorang bermoral atau
tidak dan berkaitan dengan hubungan kemanusiaan yang
fundamental, yaitu bagaimana cara seseorang berpikir dan
bertindak terhadap orang lain dan sebaliknya.
David P. Baron (2005)
 Etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral
yang didasarkan atas penalaran, analisis, sintesis, dan reflektif.
Suhardana (2006)
 Istilah lain dari etika adalah susila.
 Su artinya baik dan sila artinya kebiasaan atau tingkah laku.
 Susila berarti kebiasaan atau tingkah laku perbuatan manusia
yang baik.
 Etika sebagai ilmu disebut tata susila yang mempelajari tata
nilai tentang baik dan buruknya suatu perbuatan serta apa yang
harus dikerjakan atau dihindari, sehingga tercipta hubungan
yang baik di antara sesama manusia.
Etika dan Moral
 Kajian tentang etika sangat dekat dengan kajian moral.
 Moral berasal dari bahasa Latin moralis (kata dasar mos, moris) yang
berarti adat istiadat, kebiasaan, cara, dan tingkah laku.
 Moral mengandung arti:
1. baik-buruk, benar-salah, dan tepat-tidak tepat dalam aktivitas manusia;
2. tindakan benar, adil, dan wajar;
3. kapasitas untuk diarahkan pada kesadaran benar-salah dan kepastian
untuk mengarahkan orang lain sesuai dengan kaidah tingkah laku yang
dinilai benar-salah; serta
4. sikap seseorang dalam hubungannya dengan orang lain.
 Prinsip etika merupakan titik awal bagi perilaku hidup manusia,
sedangkan moral merupakan prinsip yang membimbing ke arah
kebahagiaan spiritual.
Etika dan Moral
 Manusia disebut etis manakala secara utuh dan menyeluruh mampu
memenuhi hajat hidupnya dengan menjaga asas keseimbangan antara:
1. kepentingan pribadi dengan lingkungannya;
2. rohani dengan jasmani; dan
3. sebagai makhluk yang berdiri sendiri dengan penciptanya.
 Perilaku yang dianggap etis adalah perilaku atau perbuatan yang baik,
benar, dan adil.
 Ketiganya bersifat subyektif, sehingga harus diukur/dinilai dengan
kriteria-kriteria tambahan, yaitu sesuai dengan:
1. hati nurani (filosofi hidup);
2. pendapat umum (masyarakat/budaya/keluarga/lingkungan); dan
3. keyakinan/agama yang dianut.
Etos
 Etos dapat didefinisikan sebagai karakter mendasar atau
semangat dari suatu budaya, yaitu suatu sentimen yang
menginformasikan tentang kepercayaan, adat kebiasaan, dan
praktik dari suatu kelompok atau masyarakat.
 Etos dalam bahasa Inggris disebut ethos dan diterjemahkan
sebagai suatu keyakinan yang membimbing orang, kelompok,
atau organisasi (Merriam-Webster’s, 2008).
 Magnis Suseno (1992) mendefinisikan etos sebagai semangat
dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang terhadap
kegiatan tertentu yang di dalamnya termuat nilai-nilai moral
tertentu.
 Pemakaian kata etos sering tampak pada kombinasi etos kerja,
etos profesi, dan sebagainya.
Etos
 Beberapa pengertian etos:
1. Keyakinan yang berfungsi sebagai panduan tingkah laku
bagi seseorang, sekelompok orang, atau sebuah institusi.
2. Etos kerja merupakan perilaku khas suatu komunitas
atau organisasi yang mencakup motivasi yang
menggerakkan, karakteristik utama, spirit dasar, pikiran
dasar, kode etik, kode moral, kode perilaku, sikap,
aspirasi, keyakinan, prinsip, dan standar.
3. Sehimpunan perilaku positif yang lahir sebagai buah
keyakinan fundamental dan komitmen total pada
sehimpunan paradigma kerja yang integral.
Etos
 Menurut Jansen H. Sinamo, akar yang membentuk etos kerja
adalah motivasi kerja.
 Terdapat 8 etos kerja profesional:
1. Kerja adalah rahmat: bekerja tulus penuh syukur.
2. Kerja adalah amanah: bekerja benar penuh tanggung jawab.
3. Kerja adalah panggilan: bekerja tuntas penuh integritas.
4. Kerja adalah aktualisasi: bekerja keras penuh semangat.
5. Kerja adalah ibadah: bekerja serius penuh kecintaan.
6. Kerja adalah seni: bekerja cerdas penuh kreativitas.
7. Kerja adalah kehormatan: bekerja tekun penuh keunggulan.
8. Kerja adalah pelayanan: bekerja paripurna penuh kerendahan
hati.
Etos
 Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil
(PNS) disebutkan bahwa ruang lingkup pembinaan jiwa korps
PNS salah satunya adalah peningkatan etos kerja dalam rangka
mendukung produktivitas kerja dan profesionalitas PNS.
 Etos kerja PNS adalah kegiatan atau upaya untuk menggali dan
menerapkan nilai-nilai positif dalam organisasi/instansi
pemerintah yang disepakati oleh para PNS untuk meningkatkan
produktivitas kerja.
 Lingkup kegiatan etos kerja PNS bersifat off job relation atau
berada di luar kewenangan formal dalam mendukung
pencapaian tujuan organisasi.
Etiket
 Perbedaan: etika berkaitan dengan moral, sedangkan etiket berkaitan
dengan nilai sopan santun atau tata krama dalam pergaulan formal.
 Persamaan: etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara
normatif yang etis, yaitu memberikan pedoman atau norma-norma
tertentu bagi seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan suatu
perbuatan.
 Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette yang berawal dari suatu
kartu undangan yang biasanya digunakan semasa raja-raja
mengadakan pertemuan resmi, pesta, dan resepsi untuk kalangan elit
kerajaan atau bangsawan.
 Dalam pertemuan telah ditentukan tata krama yang harus dipatuhi,
seperti cara berpakaian, cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara,
dan cara bertamu.
Etiket
 Perbedaan etika dan etiket menurut K. Bertens (2000):
1. Etika adalah niat, sedangkan etiket menetapkan cara untuk
melakukan perbuatan benar sesuai yang diharapkan.
2. Etika adalah nurani (batiniah), sedangkan etiket adalah
formalitas (lahiriah).
3. Etika bersifat absolut, sedangkan etiket bersifat relatif.
4. Etika berlaku tidak tergantung pada ada tidaknya orang lain,
sedangkan etiket hanya berlaku jika ada orang lain yang
hadir.
Kode Etik
 Kode etik selama ini hanya dikenal di lingkungan profesi dokter,
pengacara, dan akuntan publik.
 Profesi secara sempit disebut sebagai pekerjaan.
 Profesi secara luas diartikan sebagai kelompok moral yang memiliki ciri-
ciri dan nilai-nilai bersama yang harus dijunjung tinggi (Cominish, 1983).
 Kelompok profesional, termasuk PNS, adalah orang yang secara khusus
bekerja penuh (purna waktu) dan hidup dari pekerjaan dengan
mengandalkan keahlian dan ketrampilan yang tinggi dan memiliki
komitmen pribadi yang menjunjung tinggi pekerjaan.
 Weiss (2006) mendefinisikan kode etik (code of conduct) sebagai
pernyataan nilai yang mendefinisikan suatu organisasi.
 Di dalam kode etik tertuang nilai-nilai dan kepercayaan dominan dari
pemimpin suatu organisasi yang menjadi landasan dari budaya organisasi.
Kode Etik
 Kode etik profesi merupakan sarana untuk membantu anggota profesi sebagai
seorang profesional agar tidak merusak citra profesi.
 Fungsi kode etik profesi:
1. Pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas.
2. Sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi yang terkait dengan
hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
 Dimensi program etik agar suatu kode etik dapat dipatuhi (Weaver, Trevino, dan
Cochran dalam Brooks, 2003):
1. Kode Etik Formal.
2. Komite Etika.
3. Sistem Komunikasi Etika.
4. Pejabat Etika.
5. Program Pelatihan Etika.
6. Proses Penetapan Disiplin.
KEGIATAN BELAJAR 2:
TEORI-TEORI ETIKA
1. Etika Sebagai Cabang Filsafat
2. Beberapa Teori Etika
Etika Sebagai Cabang Filsafat
 Etika adalah dunianya filsafat, nilai, dan moral (Ginanjar Kartasasmita,
1996).
 Etika bersifat abstrak dan mengacu kepada pengetahuan secara menyeluruh
dan sistematis yang berkenaan dengan perilaku baik dan buruk.
 Moral lebih ke arah pola aktual dari perilaku dan aturan yang secara
langsung mempengaruhi tindakan.
 Sebagai cabang filsafat, etika didiskusikan secara ilmiah dan berhubungan
dengan kajian secara kritis tentang adat kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-
norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik.
 Menurut K. Bertens (2000), terdapat 3 macam pendekatan dalam
membahas etika sebagai ilmu, yaitu:
1. Etika Deskriptif
2. Etika Normatif
3. Metaetika
Etika Deskriptif
 Menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam
hidupnya sebagai sesuatu yang bernilai.
 Tampak dalam ilmu-ilmu sosial, seperti Antropologi,
Sosiologi, Psikologi, Sejarah, dan lain-lain.
 Obyek penelitian adalah individu dan kebudayaan, serta hanya
membatasi pada pengalaman atau peristiwa inderawi, sehingga
tidak dimasukkan ke dalam kelompok filsafat, khususnya
filsafat moral.
Etika Normatif
 Menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya dimiliki
oleh manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini.
 Merupakan norma penuntun agar manusia dapat bertindak secara baik dan
menghindarkan hal-hal yang buruk sesuai dengan kaidah atau norma yang
berlaku di masyarakat.
 Mengevaluasi apakah perilaku tertentu dapat diterima atau tidak berdasarkan
norma-norma moral yang menjunjung tinggi martabat manusia.
 Dibagi menjadi:
 Etika Umum: memfokuskan pada kajian-kajian umum, seperti apa yang
dimaksudkan dengan norma moral, mengapa norma moral berlaku umum,
apa perbedaan antara hak dan kewajiban, dan lain-lain.
 Etika Khusus atau Etika Terapan: menitikberatkan pada prinsip-prinsip atau
norma-norma moral pada perilaku manusia yang khusus, misalnya di bidang
bisnis, kedokteran, politik, dan lain sebagainya.
Metaetika
 Membahas mengenai bahasa atau logika khusus yang
digunakan di bidang moral, sehingga perilaku etis tertentu
dapat diuraikan secara analitis.
 Meta dalam bahasa Yunani berarti melebihi atau
melampaui.
 Metaetika seolah-olah bergerak pada taraf yang lebih
tinggi daripada perilaku etis.
 Metaetika sering disebut sebagai etika analisis dan dapat
dimasukkan ke dalam kelompok filsafat, khususnya
filsafat moral.
3 Jenis Pandangan Terhadap Etika
1. Etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus
membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku
manusia.
2. Etika dipansang sebagai ilmu pengetahuan yang
membicarakan baik buruknya perilaku manusia dalam
kehidupan bersama.
3. Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat
normatif dan evaluatif yang hanya memberikan nilai
baik buruknya terhadap perilaku manusia.
Beberapa Teori Etika
(Agoes dan Ardana, 2009)
Paradigma
No. Teori
Penalaran Teori Kriteria Etis Tujuan Hidup
1. Deontologi Tindakan itu Kewajiban mutlak Demi kewajiban itu
sendiri setiap orang sendiri
2. Teleologi: Tujuan dari Memenuhi Kenikmatan duniawi
Egoisme Etis tindakan kepentingan secara individu
pribadi
3. Teleologi: Tujuan dari Memberi Kesejahteraan duniawi
Utilitarianisme tindakan manfaat/berguna masyarakat
bagi banyak orang
4. Keutamaan Disposisi Karakter positif Kebahagiaan duniawi
karakter negatif individu dan mental (psikologis)
Etika Deontologi
 Dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804).
 Deon dalam bahasa Yunani berarti tugas/kewajiban dan
logos berarti pengetahuan.
 Etika deontologi menekankan kewajiban manusia untuk
bertindak secara baik.
 Suatu tindakan dikatakan baik, tidak dinilai berdasarkan
akibatnya, melainkan berdasarkan tindakan itu sendiri
sebagai kewajiban yang mengacu pada nilai-nilai atau
norma-norma moral.
 Contoh: menolong orang yang selama ini menjadi musuh.
Etika Teleologi
 Berasal dari bahasa Yunani telos yang berarti tujuan.
 Etika teleologi mengukur baik buruknya suatu tindakan berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan atas tindakan yang
dilakukan.
 Suatu tindakan dinilai baik jika bertujuan mencapai sesuatu yang baik atau akibat
yang ditimbulkannya baik dan bermanfaat.
 Lebih bersifat situasional.
 Contoh: seorang anak mencuri untuk membiayai berobat ibunya yang sedang sakit.
 Dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:
 Egoisme Etis (Niccolo Machiavelli): memandang bahwa perilaku dapat diterima
tergantung pada konsekuensinya. Kekuasaan dan survival pribadi adalah tujuan
yang benar untuk seorang administrator pemerintah.
 Utilitarianisme (Jeremy Betham dan John Stuart Mills): pangkal tolaknya adalah
prinsip kefaedahan (utility), yaitu semakin tinggi kegunaan, maka semakin tinggi
nilai.
Etika Teleologi
 Kriteria obyektif (Jeremy Betham, 1748-1832):
1. Manfaat.
2. Manfaat yang lebih besar atau terbesar.
3. Manfaat yang lebih besar atau terbesar bagi sebanyak
mungkin orang.
Etika Keutamaan (Virtue Theory)
 Didasarkan pada pemikiran Aristoteles (384-322 SM).
 Tidak mempermasalahkan kewajiban dan akibat dari suatu tindakan dan
juga tidak mengacu kepada norma-norma dan nilai-nilai universal untuk
menilai moral sebagaimana etika deontologi dan etika teleologi.
 Lebih memfokuskan pada pengembangan watak moral pada diri setiap
orang.
 Menurut Bertens (2000), teori keutamaan berangkat dari menusianya.
 Contoh: kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati.
 Dalam dunia bisnis: kejujuran, kewajaran, kepercayaan, dan keuletan.
 Karakter dalam ilmu psikologi merupakan disposisi sifat atau watak
seseorang yang ditentukan oleh kebiasaan yang dibentuk oleh tindakan
yang berulang-ulang.
 Tindakan yang berulang-ulang ditentukan oleh tujuan/makna hidup yang
ingin dicapai yang ditentukan oleh pola/paradigma berpikir.
Etika Keutamaan
 Etika keutamaan menekankan pada kejujuran dalam segala
tindakan pejabat dan birokrat, sehingga melampau aliran etika
deontologi dan teleologi.
 Moralitas dalam masyarakat dibangun melalui sejarah atau
cerita berupa pesan-pesan moral, nilai-nilai, dan berbagai
keutamaan moral agar dapat dihayati dan ditiru.
 Kelemahan muncul ketika berbagai kelompok masyarakat
mempunyai persepsi yang berbeda mengenai keutamaan
moral.
 Dalam masyarakat saat ini sangat sulit ditemukan keteladanan
moral dari para tokoh.
 Keteladanan yang sering dijumpai adalah keteladanan semu.
KEGIATAN BELAJAR 3:
ETIKA ORGANISASI PEMERINTAH
1. Etika Dalam Organisasi
2. Etika Dalam Pemerintahan
3. Etika Dalam Jabatan
4. Good Governance Sebagai Tren Global Etika
Pemerintahan
Etika Dalam Organisasi
 Etika dalam konteks organisasi dapat berarti pola sikap dan perilaku yang
diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi yang secara
keseluruhan akan membentuk budaya organisasi yang sejalan dengan tujuan
maupun filosofi organisasi yang bersangkutan.
 Organisasi memerlukan etika agar dapat melayani kepentingan masyarakat
dan menjaga keluhuran organisasi.
 Alasan etika sangat penting dalam kehidupan organisasi:

1. Etika memungkinkan organisasi memilih dan menyepakati nilai-nilai moral


yang harus dijunjung tinggi oleh setiap anggota organisasi.
2. Etika dapat menjembatani konflik moralitas antaranggota organisasi yang
berbeda latar belakang suku, agama, ras, dan budaya, karene etika
mengetengahkan nilai-nilai universal yang disepakati semua anggota
organisasi.
3. Etika yang dilaksanakan secara efektif oleh organisasi akan meningkatkan
citra dan reputasi organisasi dan akan melanggengkan eksistensi organisasi.
Etika Dalam Organisasi
 Model organisasi yang ideal secara konseptual
sebagaimana dirumuskan oleh Max Weber, yaitu
birokrasi, memiliki karakteristik yang sekaligus menjadi
nilai-nilai perilaku bagi para anggota organisasi, yaitu:
1. Spesialisasi atau pembagian pekerjaan.
2. Tingkat berjenjang (hirarki).
3. Berdasarkan aturan dan prosedur kerja.
4. Hubungan yang bersifat impersonal.
5. Pengangkatan dan promosi anggota/pegawai
berdasarkan kompetensi.
Etika Dalam Organisasi
 Setiap anggota organisasi diharapka memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bebas dari segala urusan pribadi, selain yang berkaitan dengan tugas-tugas yang
telah ditetapkan.
2. Harus mengerti tugas dan ruang lingkup kedudukan dalam hirarki organisasi.
3. Harus mengerti dan dapat menerapkan kedudukan hukumnya dalam organisasi
dengan memahami aturan yang menetapkan kewajiban dan kewenangannya dalam
organisasi.
4. Bekerja berdasarkan perjanjian atau kontrak kerja dengan kompensasi tertentu sesuai
dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan organisasi kepadanya.
5. Diangkat dan dipromosikan berdasarkan merit atau prestasi dan kompetensi.
6. Diberikan kompensasi berdasarkan tarif standar yang sesuai dengan kedudukannya
maupun tugas pokok dan fungsinya.
7. Wajib mendahulukan tugas pokok dan fungsinya daripada tugas-tugas lain selain apa
yang telah dibebankan kepadanya.
8. Ditempatkan dengan struktur karir yang jelas.
9. Harus berdisiplin dalam perilaku kerja an untuk itu dilakukan pengawasan.
Etika Dalam Organisasi
 Dimensi perilaku manusia dalam organisasi:
 Hubungan antara anggota dengan organisasi yang tertuang
dala perjanjian atau aturan-aturan legal.
 Hubungan antara anggota organisasi dengan sesama
anggota lainnya dan antara anggota organisasi dengan
pejabat dalam status hirarki.
 Hubungan antara anggota organisasi dengan anggota
organisasi lainnya.
 Hubungan antara anggota organisasi dengan masyarakat
yang dilayaninya.
Etika Dalam Pemerintahan
 Etika diharapkan mampu membangkitkan kepekaan birokrasi di
tingkat pemerintahan pusat maupun daerah dalam melayani
kepentingan masyarakat.
 Nilai-nilai etika pemerintahan terwakili dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD 1945:
1. melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia;
2. memajukan kesejahteraan umum;
3. mencerdaskan kehidupan bangsa; dan
4. ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia dan perdamaian
yang abadi.
 Filosofi yang melandasinya adalah ideologi negara, yaitu
Pancasila.
Etika Dalam Pemerintahan
 Beberapa peraturan penting mengenai etika:
1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (TAP MPR) No. VI/MPR/2001 tentang
Etika Kehidupan Berbangsa.
2. UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
3. PP No. 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS.
4. PP No. 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS.
 Pasal 3 PP No. 28 Tahun 1999 dan Penjelasannya menetapkan asas-asas umum
pemerintahan yang mencakup:
1. Asas Kepastian Hukum.
2. Asas Tertib Penyelenggaraan Negara.
3. Asas Kepentingan Umum.
4. Asas Keterbukaan.
5. Asas Proporsionalitas.
6. Asas Profesionalitas.
7. Asas Akuntabilitas.
Etika Dalam Pemerintahan
 Dalam PP No. 30 Tahun 1980 diatur 26 butir kewajiban, 18 butir larangan,
sanksi, tata cara pemeriksaan, dan tata cara pengajuan keberatan terhadap
hukuman disiplin yang kesemuanya menjadi acuan dalam beretika bagi
PNS.
 PP No. 42 Tahun 2004 adalah aturan yang paling konkrit mengatur etika
PNS dengan beberapa butir yang penting:
1. Jiwa Korps PNS adalah rasa kesatuan dan persatuan, kebersamaan,
kerjasama, tanggung jawab, dedikasi, disiplin, kreativitas, kebanggaan,
dan rasa memiliki organisasi PNS dalam NKRI.
2. Kode Etik PNS adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS
di dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari.
3. Majelis Kehormatan Kode Etik PNS adalah lembaga non struktural pada
instansi pemerintah yang bertugas melakukan penegakan pelaksanaan
serta menyelesaikan pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh PNS.
Etika Dalam Pemerintahan
 Nilai-nilai dasar yang melandasi etika PNS:
1. Ketakwaan kepada Tuhan YME.
2. Kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila dan UUD 1945.
3. Semangat nasionalisme.
4. Mengutamakan kepentingan negara di atas kepentingan
pribadi atau golongan.
5. Ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan.
6. Penghormatan terhadap HAM.
7. Tidak diskriminatif.
8. Profesionalisme, netralitas, dan bermoral tinggi.
9. Semangat jiwa korps.
Etika Dalam Jabatan
 Sebelum memangku jabatan, PNS diwajbkan mengangkat sumpah/janji sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
 Sumpah/janji menjadi kesepakatan dan komitmen terhadap nilai-nilai dan standar-standar kode etik
jabatan.
 Dalam pasal 5 UU No. 28 Tahun 1999 ditetapkan kewajiban setiap penyelenggara negara sebagai
berikut:
 Mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum memangku jabatan.
 Bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelh menjabat.
 Melaporkan dan mengumumkan kekayaannya sebelum dan setelah menjabat.
 Tidak melakukan KKN.
 Melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan golongan.
 Melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab dan tidak melakukan perbuatan tercela, tanpa
pamrih, dan tidak mengharapkan imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Bersedia menjadi saksi dalam perkara KKN serta dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 Dalam pasal 7 disebutkan bahwa hubungan di antara penyelenggara negara dilaksanakan dengan
mentaati norma-norma kelembagaan, kesopanan, kesusilaan, dan etika yang berlandaskan Pancasila
dan UUD 1945.
Good Governance Sebagai Tren Global
Etika Pemerintahan
 Nilai-nilai atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam
praktek penyelenggaraan pemerintahan yang baik menurut United
Nations Development Programme (UNDP) (1997) mencakup:
1. Partisipasi
2. Aturan Hukum
3. Transparansi
4. Daya Tanggap
5. Berorientasi Konsensus
6. Berkeadilan
7. Efektivitas dan Efisiensi
8. Akuntabilitas
9. Bervisi Strategis
10. Saling Keterkaitan
KEGIATAN BELAJAR 4: KODE ETIK DI
LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEUANGAN
1. Latar Belakang Penyusunan Kode Etik Di Lingkungan
Kementerian Keuangan
2. Majelis Kode Etik
3. Sanksi Pelanggaran Kode Etik
Latar Belakang Penyusunan Kode Etik Di
Lingkungan Kementerian Keuangan
 Peningkatan disiplin PNS di Kementerian Keuangan diatur oleh:
1. PP No. 30 Tahun 1980.
2. Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.
15/KMK.01/UP.6/1985 tentang Ketentuan Penegakkan Disiplin
Kerja Dalam Hubungan Pemberian Tunjangan Khusus
Pembinaan Keuangan Negara Kepada Pegawai Dalam
Lingkungan Departemen Keuangan RI.
3. Surat Edaran Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan No. SE-
99/SJ/2000 tentang Penegakkan Disiplin Kerja Dalam
Hubungan Pemberian TKPKN.
 Reformasi Birokrasi Kemenkeu dengan sasaran terwujudnya Tata
Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Peningkatan Pelayanan
Publik telah melahirkan budaya baru.
Latar Belakang Penyusunan Kode Etik Di
Lingkungan Kementerian Keuangan
 Ditetapkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 29/PMK.01/2007
sebagaimana telah diubah dengan PMK No. 71/PMK.01/2007 tentang
Kewajiban Setiap Unit Eselon I Departemen Keuangan Menyusun Kode
Etik PNS yang Disesuaikan dengan Karakteristik Masing-Masing Unit.
 Kode Etik PNS di lingkungan Kemenkeu didefinisikan sebagai pedoman
sikap, tingkah laku, dan perbuatan PNS dalam melaksanakan tugas pokok
dan fungsi serta pergaulan sehari-hari pasa setiap unit Eselon I.
 Unit Eselon I di Kemenkeu berjumlah 12 unit.
 Prinsip dasar penyusunan Kode Etik di lingkungan Kemenkeu:

1. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang


mengatur tentang Kode Etik PNS.
2. Disusun dalam bahasa yang mudah dipahami dan diingat.
3. Dijabarkan sesuai dengan kondisi dan karakteristik masing-masing unit
eselon I.
Latar Belakang Penyusunan Kode Etik Di
Lingkungan Kementerian Keuangan
 Hingga Desember 2007, Kode Etik Unit Eselon I yang telah ditetapkan sesuai PMK No.
29 Tahun 2007 adalah:
1. Sekretariat Jenderal (Setjen)
2. Direktorat Jenderal Anggaran (DJA)
3. Direktorat Jenderal Pajak (DJP)
4. Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPb)
5. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN)
6. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK)
7. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU)
8. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
9. Badan Kebijakan Fiskal (BKF)
10. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK)
 Kode Etik Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) ditetapkan pada pertengahan tahun
2008, meskipun sebenarnya telah memiliki Kode Etik sejak tahun 2001.
 Inspektorat Jenderal (Itjen) telah memiliki Kode Etik, tetapi belum disesuaikan dengan
PMK No. 29 Tahun 2007 dan PMK No. 71 Tahun 2007.
Tujuan Kode Etik
1. Meningkatkan disiplin PNS.
2. Menjamin terpeliharanya tata tertib.
3. Menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan iklim kerja
yang kondusif.
4. Menciptakan dan memelihara kondisi kerja serta
perilaku yang profesional.
5. Meningkatkan citra dan kinerja PNS.
Kewajiban
1. Kepatuhan terhadap aturan mengenai tata laksana tugas
unit eselon I.
2. Kepatuhan terhadap tata tertib mengenai jam masuk,
istirahat, pulang kantor, dan pemanfaatan jam kerja
sesuai ketentuan yang berlaku.
3. Hubungan antarPNS, baik vertikal maupun horisontal.
4. Hubungan PNS dengan pihak-pihak yang mempunyai
kepentingan secara kedinasan.
5. Kesopanan dalam berpenampilan dan bertutur kata.
Larangan
1. Bersikap diskriminatif dalam melaksanakan tugas.
2. Menjadi anggota atau simpatisan aktif partai politik.
3. Menyalahgunakan wewenang.
4. Menerima segala pemberian yang berkaitan dengan
jabatan dan kewenangan.
5. Membocorkan informasi yang bersifat rahasia.
6. Melakukan perbuatan tidak terpuji yang bertentangan
dengan norma kesusilaan.
7. Melakukan tindakan yang dapat mencemarkan nama
baik Kementerian Keuangan.
Majelis Kode Etik
 Dalam rangka pengawasan pelaksanaan Kode Etik dibentuk Majelis Kode
Etik sebagaimana diatur dalam PMK No. 71/PMK.01/2007.
 Majelis Kode Etik hanya dibentuk apabila terjadi pelanggaran Kode Etik.
 Majelis Kode Etik akan mengambil keputusan setelah memeriksa dan
memberi kesempatan membela diri kepada PNS yang diduga melanggar Kode
Etik.
 Mejelis Kode Etik dibentuk di tingkat Kemenkeu dan unit Eselon I.
 Menteri Keuangan menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik di tingkat
Kemenkeu untuk memeriksa PNS yang memangku jabatan struktural Eselon I
dan Eselon II atau yang setingkat.
 Pimpinan unit Eselon I menetapkan pembentukan Majelis Kode Etik untuk
memeriksa PNS yang memangku jabatan struktural Eselon III, Eselon IV,
Eselon V atau yang setingkat dan pelaksana di lingkungan masing-masing.
 Pimpinan Eselon I dapat mendelegasikan wewenangnya kepada serendah-
rendahny Pejabat Eselon II.
Sanksi Pelanggaran Kode Etik
 Sanksi:
1. Sanksi moral berupa permohonan maaf secara lisan dan/atau
pernyataan penyesalan.
2. Hukuman disiplin berdasarkan PP No. 30 Tahun 1980 dalam hal
terjadi pelanggaran disiplin PNS.
 Penyampaian sanksi dapat dilakukan secara tertutup atau terbuka.
 Penyampaian sanksi moral secara terbuka melalui:

1. Forum pertemuan resmi PNS


2. Upacara bendera
3. Papan pengumuman
4. Media massa
5. Forum lain yang dipandang sesuai untuk itu.
Sanksi Pelanggaran Kode Etik
 Bentuk hukuman disiplin disesuaikan dengan tingkat pelanggaran
yang dimulai dari:
1. Pemberian Surat Peringatan I sampai dengan III.
2. Penundaan kenaikan gaji berkala.
3. Penurunan gaji.
4. Penundaan kenaikan pangkat.
5. Penurunan pangkat.
6. Pembebasan dari jabatan.
7. Pemberhentian sementara dari jabatan.
8. Pemberhentian dengan atau tidak dengan hormat sebagai
CPNS.
9. Pemberhentian dengan atau tidak dengan hormat sebagai PNS.

You might also like