You are on page 1of 2

Judul buku : Monografi Kosakata Dasar Swadesh di Kabupaten Flores Timur

Penulis: Buha Aritonang, Hidayatul Astar, Wati Kurniawati, Non Martis, dan Fery
Feirizal
Tahun terbit : 2000
Kota terbit : Jakarta
Penerbit : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen
Pendidikan Nasional

Buku Monografi Kosakata Dasar Swadesh di Kabupaten Flores ini terdiri atas
tujuh bab. Bab satu mencakup pendahuluan yang berisi deskripsi geografis titik
pengamatan yang mencakup tuga puluh desa di kabupaten Flores Timur. Bab dua
berisi tentang penamaan bahasa menurut pengakuan penduduk dan situasi
kebahasaan. Bab tiga berisi tentang jumlah, agama, dan mata pencaharian penduduk.
Bab empat berisi tentang situasi dan sarana pendidikan. Bab lima berisi tentang
hubungan dan sarana transportasi. Bab enam berisi tentang informan dan pengumpul
data. Bab tujuh berisi tentang dua ratus kosakata swadesh di kabupaten Flores Timur.
Bab satu menjelaskan tentang usia desa-desa yang ada di Flores Timur.
Namun, tidak ada lampiran bukti yang menunjukkan kevalidan data usia desa
tersebut. Bahkan metode apa yang digunakan untuk mengetahui usia desa tersebut
juga tidak dipaparkan dalam pendahuluan bab ini. Namun, klasifikasi desa
berdasarkan usia hanya terdapat dalam monografi ini. Pentingnya keterangan usia
desa juga tidak dijelaskan oleh penulis. Dalam buku monografi yang kami review,
usia suatu wilayah tidak menjadi salah satu faktor penting dalam analisis data yang
harus disajikan kepada pembaca.
Pada bab dua, deskripsi geografis yang ada hanya berupa deskripsi tertulis
tanpa adanya lampiran peta Flores Timur. Pertanyaan yang muncul dari ketiadaan
peta ini adalah, apa benar deskripsi tersebut merupakan deskripsi yang sebenarnya?
Peta merupakan hal yang penting untuk menentukan segitiga pengamatan antar
bahasa-bahasa yang berkerabat. Bila ada tindak lanjut analisis dari monografi ini,
peneliti selanjutnya akan mengalami kendala dalam menentukan pengelompokan desa
yang letak geografisnya berdekatan. Terlebih lagi, buku ini dicetak tahun 2000 dan
sekarang sudah tahun 2010. Ada kemungkinan beberapa desa yang bergabung dengan
desa lain dan atau berganti nama pada tahun 2010 sekarang. Akibatnya, ada beberapa
desa yang namanya tidak tercantum dalam peta Flores yang terbaru. Dampak dari
ketiadaan nama beberapa desa di peta Flores 2010, ada beberapa desa tidak tahu di
mana letak desa tersebut. Implikasi dalam analisis kami ialah kami tidak dapat
menyimpulkan faktor-faktor penyebab jauh-dekatnya kekerabatan bahasa desa yang
tidak terdapat di peta. Dalam buku-buku monografi yang lain, selalu dilampirkan peta
lokasi untuk menunjukkan validitas data letak geografi desa-desa yang diteliti.
Dalam bab enam dijelaskan mengenai informan yang digunakan dalam
penelitian ini mencakup nama, jenis kelamin, usia, tempat lahir, pendidikan tertinggi,
pekerjaan, keaslian kependudukan, dan penggunaan bahasa. Data informan ini
cenderung lebih lengkap jika dibandingkan dengan buku monografi lainnya. Dalam
buku monografi bahasa Tombulu misalnya, hanya terdapat data informan mengenai
nama, usia, pekerjaan, dan pemukiman mereka. Data pengumpul data juga
dicantumkan dalam buku monografi bahasa Flores Timur. Pengumpul data
melibatkan guru-guru SD hingga SLTA. Hal ini merupakan kelebihan buku ini yang
membuktikan bahwa ada pihak lain yang terkait penelitian ini dan dipandang
kompeten untuk membantu proses pengumpulan data.
Terkait dengan kelebihan buku di atas, ketiadaan paparan metodologi yang
digunakan oleh tim penulis menjadi salah satu kelemahan buku monografi ini. Karena
tidak adanya metodologi. Pertama, pembaca hanya disajikan data yang belum tentu
kebenarannya. Kedua, pembaca juga tidak diberikan informasi mengenai apa yang
harus diperbuat dengan data yang ada. Data mencakup data informan, data pengumpul
data, deskropsi wilayah, dan 200 swadesh dari 30 desa. Metode dan teori yang
digunakan untuk mengolah data tersebut tidak dijelaskan dalam buku ini. Jadi, dapat
dikatakan penulisan buku ini kurang sistematis karena dari penyajian data, penulis
langsung masuk ke bab analisis dan kesimpulan tanpa ada metodologi.

Buku pembanding:
Lalamentik, Wiesje H. C. M., dkk. 1986. Geografi Dialek Bahasa Tombulu. Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Sabariyanto, Dirgo, dkk. 1983. Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Pati.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sudaryono, dkk. 1990. Geografi Dialek Bahasa Jawa Kabupaten Demak. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

You might also like