You are on page 1of 41

Buku Panduan

PERTOLONGAN PERTAMA
Tingkat Dasar

Health Safety and Environmen


(HSE Dept.)

Buku Panduan Pertolongan Pertama 1


BAB I
Pertolongan Pertama

Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan
saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkan
penderita dalam jumlah besar.
Orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada di
tempat kejadian. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai
tingkat pengetahuan mulai dari yang tidak mempunyai pengetahuan pertolongan
pertama dan tidak terlatih sampai yang sudah berpengalaman & terlatih. Ada waktu
antara pertolongan di lokasi kecelakaan sampai korban dapat memperoleh pertolongan
oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan, sehingga masa tenggang inilah yang harus diisi
oleh orang pertama yang terdekat dengan korban yang telah memiliki keterampilan
Pertolongan Pertama.

Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan pertolongan korban dari
lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit.

Pertolongan ini dikenal dengan Pelayanan Gawat Darurat . Pelayanan ini dibagi dalam
dua fase :
a. Fase Pra Rumah Sakit
Pada fase ini dilakukan perawatan di tempat kejadian dengan atau tanpa melakukan
transportasi penderita ke fasilitas kesehatan. Konsep dasar dari pertolongan
pertama adalah memberikan bantuan hidup dasar dan mempertahankan nyawa
dengan melakukan tindakan pertolongan pertama secepatnya setelah kejadian.

b. Perawatan Rumah Sakit


Perawatan pada fase inik seharusnya tidak dibedakan. Keduanya harus saling
menunjang, fase pra rumah sakit dilakukan dengan baik sehingga rumah sakit tinggal
melanjutkan apa yang sudah dilakukan dan tidak mundur kembali dan kalau perlu
sistem rujukan harus diaktifkan. Sistem inilah yang sebenarnya dikenal dengan
Sistem Pelayanan Gawat Darurat Terpadu.

1. Tujuan Pertolongan Pertama


Pelaku pertolongan pertama adalah penolong yang pertama kali tiba dan terdekat
dengan korban, yang memiliki kemampuan dan terlatih dalam penanganan medis dasar.

Tujuan Pertolongan Pertama :


a. Menyelamatkan Jiwa Penderita
b. Mencegah Cacat
c. Memberikan rasa nyaman dan menunjang proses penyembuhan.
Siapa yang boleh menolong dalam keadaan darurat? Secara umum semua orang boleh
menolong, namun pertolongan yang salah akan menjadi bencana atau memperparah
keadaan si korban atau menambah daftar cedera yang sudah terjadi.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 2


2. Prinsip Pokok Pelaksanaan Pertolongan Pertama
a. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya.
Menjaga keselamatan diri sendiri adalah wajib dilakukan oleh Pelaku
Pertolongan Pertama sebelum menolong penderita. Disadari kita tidak akan mampu
memberikan pertolongan bila kita sendiri mengalami cedera, sebelum mencapai
penderita atau pada saat sedang menolong penderita, sehingga keselamatan diri dan
tim harus menjadi prioritas. Masalah keselamatan mencakup bahaya dari orang orang
sekitar, bangunan yang tidak stabil, api, ledakan, hewan buas dan bahaya lainnya.
b. Dapat Menjangkau Penderita
Sebagai penolong kita harus mampu untuk menjangkau penderita, baik dalam
kendaraan, ditengah kerumunan massa, terperangkap dalam bangunan, kalau perlu
gunakan alat-alat sederhana. Dalam kasus kecelakaan atau bencana, kemungkinan
pelaku penolong harus memindahkan penderita lain untuk dapat menjangkau penderita
yang lebih parah. Namun ingat keselamatan (para) penolong selalu nomor satu. Jangan
berupaya melampui batas kemampuan.

c. Dapat Mengenali dan Mengatasi Masalah yang Mengancam Nyawa


Ingatlah bahwa kita berada di lokasi kecelakaan untuk menyelamatkan nyawa, maka
selayaknyalah kita mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa.

d. Meminta Bantuan / Rujukan


Pelaku Pertolongan Pertama harus bertanggungjawab sampai bantuan rujukan
mengambil alih penangan penderita. Hubungi segera Ambulans dan Fasilitas Kesehatan
terdekat.

e. Memberikan Pertolongan Dengan Cepat dan


Tepat Berdasarkan Keadaan Korban
Carilah masalah / gangguan penderita dan berikan
Pertolongan Pertama dengan menggunakan
peralatan sesedikit mungkin. Masalah penderita
dapat kita peroleh dari informasi yang diperoleh di
tempat kejadian, saksi dan penderita itu sendiri,
serta melakukan pemeriksaan dan penilaian
penderita. Berdasarkan semua informasi ini kita
memberikan pertolongan sesuai dengan
kemampuan dan wewenang kita. Pertolongan
Pertama dapat sederhana saja misalnya
menenangkan penderita.

f. Membantu Pelaku Pertolongan Pertama Lainnya.


Kita mungkin merupakan tim kedua yang tiba di lokasi, maka menjadi kewajiban kita
untuk membantu tim yang sudah ada.

g. Mempersiapkan Penderita untuk Ditransportasi ( dipindahkan )


Pengangkatan dan pemindahan penderita hanya dilakukan bila perlu. Jangan sampai
tindakan ini mengakibatkan cedera baru yang memperparah keadaan penderita.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 3


3. Kualifikasi Pelaku Pertolongan Pertama
Supaya dapat menjalankan kewajiban tersebut di atas maka penolong harus memiliki
kualifikasi sebagai berikut :
a. Jujur dan Bertanggungjawab
b. Berlaku Profesional
c. Kematangan Emosi
d. Kemampuan Bersosialisasi
e. Kondisi Fisik Baik
f. Mempunyai rasa bangga

Peralatan Dasar Pelaku Pertolongan Pertama :


1. Sarung Tangan Karet
2. Masker
3. Kacamata Pelindung

Buku Panduan Pertolongan Pertama 4


BAB II
ANATOMI DAN FAAL DASAR

Seorang penolong pertama tugasnya adalah memberikan pertolongan pada penderita


yang sakit atau cedera. Sebelum dapat melakukan perawatan terlebih dahulu harus
dilakukan penilaian penderita dengan baik. Penilaian keadaan penderita hasilnya
ditentukan berdasarkan pengetahuan penolong mengenai susunan tubuh. Pengetahuan
mengenai fungsi dan sistem bagian dan alat tubuh harus diketahui. Kemampuan ini tidak
saja sangat membantu di lapangan melainkan juga memudahkan komunikasi antar
petugas dan fasilitas kesehatan untuk mencegah kesalahpahaman. Dalam dunia
kedokteran dikenal dengan istilah anatomi dan fisiologi.

Anatomi ( Susunan Tubuh )


Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan
tubuh dan bentuk tubuh.

Fisiologi ( Fungsi Tubuh )


Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari
alat atau jaringan tubuh.

Posisi Anatomis
Posisi Anatomis yaitu berdiri tegak, kedua lengan
disamping tubuh, telapak menghadap ke depan.

Bagian Tubuh
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat
oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia
dibagi menjadi :
1. Kepala terdiri dari : Tengkorak, wajah dan
rahang bawah
2. Leher
3. Batang Tubuh, Terdiri dari : Dada, Perut, Punggung dan panggul
4. Anggota Gerak Atas, Terdiri Dari :
• Sendi bahu
• Lengan Atas
• LenganBawah
• Siku
• Lengan Bawah
• Pergelangan Tangan
• Tangan
5. Anggota Gerak Bawah, Terdiri Dari :
• Sendi Panggul
• Tungkai atas (paha)
• Lutut
• Tungkai Bawah
• Pergelangan Kaki
• Kaki

Buku Panduan Pertolongan Pertama 5


Rongga Tubuh
Terdapat 5 bagian rongga tubuh, yaitu :
1. Rongga Tengkorak, berisi otak
2. Rongga Tulang Belakang
3. Rongga Dada
Dilindungi oleh tulang-tulang rusuk, berisi
jantung, paru-paru, pembuluh darah besar,
kerongkongan dan saluran napas.
4. Rongga Perut
Terdapat berbagai organ pencernaan dan
kelenjar seperti lambung, usus, limpa, hati,
empedu, pankreas, dan lainnya.
5. Rongga Panggul
Dibentuk oleh tulang-tulang panggul, berisi
kandung kemih,sebagian usus besar dan organ reproduksi dalam.

Sistem Tubuh Manusia :


1. Sistem Rangka (Sekeleton) 7. Sistem Pencernaan (Digestif)
2. Sistem Otot (Muskularis) 8. Sistem Kelenjar Buntu (Endokrin)
3. Sistem Pernapasan (Respirasi) 9. Sistem Kemih (Urinarius)
4. Sistem Peredaran Darah (Sirkulasi) 10. Pancaindera
5. Sistem Saraf (Nervus) 11. Sistem Reproduksi
6. Kulit

Buku Panduan Pertolongan Pertama 6


BAB III
PENILAIAN
PENILAIAN

Pelaku pertolongan pertama harus menilai penderita dan kaadaannya sedemikian rupa
sehingga dapat melakukan penatalaksanaan penderita dengan baik.
Langkah - langkah penilaian adalah sebagai berikut :

A. Penilaian Keadaan
Pada saat penolong mencapai tempat kejadian sebelum melakukan sesuatu hendaknya
dilakukan penilaian keadaan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk memperoleh
gambaran secara umum tentang kejadian yang sedang dihadapi, faktor-faktor yang akan
mendukung atau menghambat pertolongan pertama.

1. Bagaimana kondisi saat itu


Apa yang sedang dihadapi, berapa jumlah korban, bagaimana mekanisme
kecelakaannya, bagaimana keamanan lingkungannya, rencana pertolongannya, apa
saja yang bisa dimanfaatkan saat itu.

2. Kemungkinan apa saja yang akan terjadi


Bahaya apa yang mungkin terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung bagi
penolong, penderita, dan orang - orang yang berada di sekitar kejadian, misalnya
kemungkinan ledakan, hubungan pendek arus listrik, tanah longsor, perkelahian,
kebakaran, dll.

3. Bagaimana mengatasinya
Penolong melakukan langkah - langkah untuk mengamankan keadaan atau ancaman
bahaya dan menentukan tindakan pengamanan bila sesuatu terjadi. Cara - cara
mengatasi keadaan secara sederhana dan cepat sehingga bantuan pertolongan tidak
akan mengalami kesulitan.

INGAT!!! AMANKAN DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU


Di lokasi
Pada saat tiba di lokasi kejadian penolong harus :
1. Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang-orang di sekitar
kejadian.
2. Penolong harus memperkenalkan diri.
3. Menentukan keadaan umum kejadian, memulai melakukan penilaian dini
penderita.
4. Mengenali dan mengatasi gangguan / cidera yang mengancam nyawa.
5. Stabilkan penderita dan teruskan pemantauan.
6. Minta bantuan.

B. Penilaian Dini
Pada tahap ini penolong harus mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat
mengancam nyawa penderita dengan cara yang tepat, cepat dan sederhana.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 7


Langkah - langkah penilaian dini :

1. Kesan umum
Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus medis.
Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu ruda paksa/ trauma
yang jelas terlihat, tidak jelas terlihat, dan atau teraba, misalnya kasus
perdarahan,luka terbuka, patah tulang, penurunan kesadaran.
Kasus medis adalah kasus yang diderita oleh seseorang tanpa ada riwayat ruda
paksa, misalnya sesak nafas, nyeri dada dan lain - lain.

2. Pemeriksaan respon
Untuk menentukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan rangsangan yang
diberikan penolong ada empat tingkatan :
a. A = Awas
Penderita sadar dan mengenali keberadaannya lingkungan serta waktu.
b. S = Suara
Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara.
c. N = Nyeri
Penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan penolong,
misalnya dicubit, ditekan pada titik tulang dada.
d. T = Tidak Respon
Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun yang diberikan oleh
penolong.

3. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik


Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah
ada respon atau tidak.

a.Pasien dengan respon baik


Perhatikan pada saat penderita menjawab pertanyaan penolong. Adakah gangguan
dari suara atau gangguan berbicara.

b. Pasien yang tidak respon


Bila penderita tidak menderita / cidera spinal gunakan teknik angkat dagu tekan
dahi. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan teknik perasat pendorongan
rahang bawah.

4. Penilaian pernafasan
Periksa ada tidaknya nafas dengan cara lihat, dengar, dan rasakan selama 3-5 detik.
Ini bertujuan apakah nafas penderita cukup untuk dapat mempertahankan hidupnya,
bila ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan nafas buatan.

5. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat

Menilai sirkulasi
1. Penderita respon, periksalah nadi radial (pergelangan tangan), pada bayi
periksalah pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas).

2. Penderita tidak respon, periksalah nadi karotis (leher) selama lima sampai 10
detik. Bila tidak ada nadi segera mulai tindakan resusitasi jantung paru.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 8


Jangan terpaku pada cidera yang terlihat pastikan dahulu bahwa tidak ada
perdarahan yang mengancam nyawa termasuk perdarahan yang tidak terlihat.
6. Hubungi bantuan

Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan, pesan yang disampaikan
harus singkat, jelas dan lengkap.
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
sudah harus ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik.
Dalam penilaian dini perlu dipertimbangkan prioritas transportasi penderita, apakah
harus sesegera mungkin atau dapat ditunda.

TANDA VITAL
Parameter yang dikelompokan dalam tanda vital adalah :

Denyut Nadi Normal Frekuensi Pernafasan Normal


Bayi 120 - 150 x / menit Bayi 25 - 50 x / menit
Anak 80 - 150 x / menit Anak 15 - 30 x / menit
Dewasa 60 - 90 x / menit Dewasa 12 - 20 x / menit

 Pemeriksaan denyut nadi dapat


diperiksa di :
- Leher (pembuluh nadi karotis)
- Lengan atas (nadi brakialis)
- Pergelangan tangan (nadi radialis)
- Lipatan paha (nadi pemoralis)
Pemeriksaan denyut nadi dilaksanakan selama
15 detik hasilnya dikalikan 4 untuk
mendapatkan nadi permenit.

Pemeriksaan suhu tubuh


Pada pemeriksaan suhu tubuh cukup diperoleh data mengenai suhu relatif saja dengan
perabaan menggunakan punggung tangan, kelembapan kulit juga harus dinilai.

A. Riwayat Penderita
Untuk menentukan riwayat penderita harus diadakan wawancara baik dengan penderita
keluarga atau saksi mata. Riwayat penyakit ini sangat penting terutama pada kasus
medis.

Untuk memudahkan mendata riwayat penderita dikenal dengan istilah


K-O-M-P-A-K.
K = Keluhan utama (gejala dan tanda)
O = Obat - obatan yang diminum ataupun yang belum
M = Makanan / minuman yang terakhir dimakan / diminum
P = Penyakit yang diderita
A = Alergi yang dialami
K = Kejadian

B. Pelaporan
Semua pemeriksaan dan tindakan pertolongan dilaporkan secara singkat dan jelas
kepada penolong selanjutnya.
Dalam laporan sebaiknya dicantumkan :
 Umur dan jenis kelamin penderita

Buku Panduan Pertolongan Pertama 9


 Keluhan utama
 Tingkat respon
 Keadaan jalan nafas
 Pernafasan
 Sirkulasi
 Pemeriksaan fisik yang penting
 KOMPAK yang penting
 Penata laksanaan
 Perkembangan lainnya yang dianggap penting.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 10


BAB IV
BANTUAN HIDUP DASAR DAN RESUSITASI JANTUNG PARU

BANTUAN HIDUP DASAR DAN RESUSITASI JANTUNG PARU


Tahap pertama dalam penilaian penderita adalah melakukan penilaian dini, jika dalam
penilaian ini penolong menemukan gangguan pada salah satu dari ketiga komponen ini :
 tersumbatnya jalan napas
 tidak menemukan adanya napas
 tidak ada nadi
maka penolong harus segera melakukan tindakan yang dikenal dengan istilah Bantuan
Hidup Dasar.

SISTEM PERNAPASAN DAN SIRKULASI


Tubuh dapat bertahan tanpa makanan untuk beberapa minggu dan bertahan tanpa air
untuk beberapa hari, tetapi hanya dapat bertahan tanpa oksigen untuk beberapa menit
saja !
Sistem sirkulasi inilah yang bertanggung jawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi
ke seluruh jaringan tubuh.
Komponen-komponen yang berhubungan dengan sirkulasi adalah :
 Jantung
 Pembuluh darah ( arteri, vena dan kapiler )
 Darah danbagian-bagiannya.

Jantung dapat berhenti bekerja karena banyak sebab, antara lain :


 Penyakit jantung
 Gangguan pernapasan
 Syok
 Komplikasi penyakit lain.

Bantuan Hidup Dasar


Pada dasarnya terganggunya salah satu sistem akan mengganggu sistem yang lainnya.
Bantuan hidup dasar merupakan cara sederhana yang dapat mempertahankan hidup
sesorang untuk sementara. Bila tindakan ini dilakukan sebagai satu kesatuan yang
lengkap maka tindakan ini dikenal dengan istilah Resuitasi Jantung Paru.

A. Airway Control, atau penguasaan jalan napas


B. Breathing Support, atau bantuan pernapasan
C. Circulatory Support, atau bantuan sirkulasi lebih dikenal dengan pijatan jantung
luar dan
menghentikan
perdarahan
berat.

Angkat Bahu Tekan Dahi


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dengan teknik ini:
 Bagi penderita yang masih bayi,
gerakan ekstensi kepala tidak boleh maksiimal
 Tangan jangan menekan di jaringan lunak bawah dagu
 Jangan gunakan ibu jari untuk mengangkat dagu

Buku Panduan Pertolongan Pertama 11


 Awasi mulut penderita agar tetap terbuka

Perasat Pendorong Rahang Bawah (Jaw Thrust manouver)


Merupakan teknik yang aman untuk membuka jalan napas bagi penderita yang
mengalami trauma pada tulang belakang.

Pemeriksaan jalan napas


Jalan napas yang terbuka dengan baik dan bersih sangat diperlukan untuk pernapasan
adekuat.
Pemeriksaan jalan napas pada penderita yang tidak ada respon dilakukan dengan cara
membuka mulut penderita.

Membersihkan jalan napas


Posisi pemulihan
Bila penderita dapat bernapas dengan baik dan tidak ada kecurigaan adanya cidera
leher, tulang punggung atau cidera lain. Maka letakkan pada posisi pemulihan atau lebih
dikenal dengan istilah posisi miring mantap.

Sumbatan Jalan Napas


Secara umum sumbatan jalan napas dapat terjadi baik pada jalan napas bagian atas
yang meliputi mulut dan hidung sampai ke bagian larings, atau jalan napas bagian
bawah yang meliputi bronkus dan lanjutannya.
Pada sumbatan total, penderita akan sulit bernapas dan akhirnya akan kehilangan
kesadaran. Khusus untuk mengatasi sumbatan total dikenal adanya perasat Heimlich.

Perasat Heimlich :
 Hentakan perut-pada penderita dewasa dan anak, ada
respon.
 Hentakan perut, pada penderita dewasa dan anak tidak
ada respon.
 Hentakan dada, pada penderita dewasa yang kegemukan
atau wanita hamil yang ada respon.
 Hentakan dada, pada penderita dewasa yang kegemukan
atau wanita hamil yang tidak ada respon.

Bantuan Pernapasan

Frekuensi Pemberian Napas Buatan


Dewasa : 10 – 12 X pernapasan/menit, masing-masing 1,5 – 2 detik
Anak (1-8 th) : 20 X pernapasan/menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi (0–1 th) : lebih dari 20 X pernapasan/menit, masing-masing 1 - 1,5 detik
Bayi baru lahir : 40 X pernapasan/menit, masing-masing 1 - 1,5 detik.

Bahaya bagi penolong yang melakukan bantuan pernapasan dari mulut ke mulut:
 Penyebaran penyakit
 Kontaminasi bahan kimia
 Muntahan penderita
Pada beberapa keadaan kita mungkin akan menemukan sumbatan jalan napas setelah
melakukan bantuan pernapasan, dalam situasi ini maka kita harus kembali ke tindakan
AIRWAY CONTROL.

CIRCULATORY SUPPORT (Bantuan Sirkulasi)

Buku Panduan Pertolongan Pertama 12


Tindakan paling penting pada bantuan sirkulasi adalah pijatan jantung luar
kedalaman penekanan disesuaikan dengan kelompok usia penderita.
Dewasa : 4 - 5 cm
Anak : 3 - 4 cm
Bayi : 1,5 - 2,5 cm

Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan
akan langsung mengikutinya, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya.
Resusitasi Jantung Paru (RJP).
RJP harus dimulai sesegera mungkin. Pada orang dewasa dikenal 2 rasio, yaitu:
(15:2) per siklus = 15 kali pompa dada, 2 kali tiupan mulut
(5:1) per siklus = 5 kali pompa 1 kali tiupan

Sebelum melakukan RJP pada penderita, penolong harus :


1. Menentukan tidak adanya respon.
2. Menentukan ada tidaknnya pernapasan
3. Menentukan ada tidaknya denyut nadi.

Setelah membuka jalan napas, tentukan fungsi pernapasan dengan teknik; lihat, dengar
dan rasakan selama 3 – 5 detik.
Untuk menentukan ada tidaknya denyut nadi, harus dilakukan perabaan pada tempat
nadi karotis (dewasa dan anak). Jika denyut nadi karotis teraba, maka jangan lakukan
pijatan jantung luar. Tetapi jika nadi karotis tidak teraba segera lakukan RJP

UNTUK DI PRAKTEKKAN
 Teknik komperesi dada pada penderita dewasa.
 RJP dewasa satu penolong.
 RJP dewasa dua penolong.
 Catatan untuk pelaksanaan RJP

RJP yang baik bukan jaminan penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat
dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada
penderita.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi saat melakukan RJP :


1. Patah tulang dada dan tulang iga.
2. Bocornya paru-paru (Pnemotoraks).
3. Perdarahan dalam paru-paru/rongga dada (Hemotoraks).
4. Luka dan memar pada paru-paru.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 13


Kesalahan Akibat
1. Penderita tidak berbaring pada bidang 1. RJP kurang efektif
keras 2. Bila kepala penderita
2. Penderita tidak horizontal lebih tinggi maka jumlah darah
3. tekan dahi angkat dagu kurang baik yang ke otak berkurang.
4. Kebocoran saat malakukan napas 3. Jalan napas terganggu
buatan 4. Pernapasan buatan tidak
5. lubang hidung kurang tertutup rapat efektif
dan mulut penderita kurang terbuka saat 5. Pernapasan buatan tidak
pernapasan buatan efektif
6. Letak tangan kurang tepat 6. Patah tulang, lika dalam
7. Tekanan terlalu dalam atau terlalu paru-paru.
cepat 7. Jumlah darah yang
8. Rasio RJP dan pernapasan buatan tidak dialirkan kurang
baik 8. Oksigenisasi darah
kurang
5. Robekan pada hati

Tindakan RJP dapat dihentikan apabila :


1. Penderita pulih kembali
2. Penolong kelelahan.
3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih.
4. Jika ada tanda pasti mati, tidak usah lakukan RJP.

RJP pada anak dan bayi


Anak (1-8 tahun) dan bayi (0-1 tahun) memerlukan sedikit perbedaan dalam
pertolongan. Pemeriksaan nadi pada bayi dilakukan pada nadi brakial(nadi lengan atas).

BAB V
PERDARAHAN DAN SYOK

Perdarahan

Buku Panduan Pertolongan Pertama 14


Perdarahan terjadi akibat rusaknya dinding pembuluh darah yang dapat disebabkan oleh
ruda paksa (trauma) atau penyakit.

Klasifikasi sumber perdarahan / golongan perdarahan


1. Perdarahan nadi (arteri)
Darah yang berasal dari pembuluh nadi keluar memancar keluar sesuai dengan
denyutan nadi dan berwarna merah terang.
2. Perdarahan balik (vena)
Darah yang keluar dari pembuluh balik, mengalir, berwarna merah gelap.
3. Perdarahan rambut (kapiler)
Berasal dari pembuluh kapiler, darah yang keluar merembes perlahan.

Jenis-jenis perdarahan
1. Perdarahan luar
Perdarahan yang tampak / terlihat jelas keluar dari luka terbuka.
2. Perdarahan dalam
Perdarahan dalam, biasanya tak terlihat dan kulit tidak tampak rusak. Kadang -
kadang terlihat berada di bawah permukaan kulit tanpa memar.

Waspadai adanya perdarahan dalam, bila terjadi :


 Luka tusuk
 Darah atau cairan keluar dari telinga atau
hidung
 Muntah atau batuk darah
 Memar luas pada batang tubuh
 Luka tembus dada atau perut
 Nyeri tekan, kaku atau kejang pada dinding
perut
 Buang air kecil atau besar berdarah

Penanganan
A. Perlindungan terhadap infeksi pada penanganan perdarahan :
1. Pakai APD agar tidak terkena darah atau cairan tubuh korban
2. Jangan menyentuh mulut, hidung, mata, makanan sewaktu
memberi perawatan
3. Cucilah tangan segera setelah selesai merawat
4. Dekontaminasi atau buang bahan yang sudah ternoda dengan
darah atau cairan tubuh korban.

B. Mengendalikan perdarahan luar


1. Tekan langsung

Buku Panduan Pertolongan Pertama 15


Tekan bagian yang berdarah tepat di atas luka, umumnya perdarahan akan berhenti
setelah 5-15 menit. Bila belum berhenti dapat ditambah penutup lain, tanpa melepas
penutup pertama.

2. Elevasi (Tinggikan posisi luka dan lakukan bersamaan dengan tekanan langsung ).

3. Tekan pada titik tekan


a) Arteri Brakialis
(pembulu nadi di lengan
atas)
b) Arteri Femoralis
(pembuluh nadi di lipat
paha)

Perawatan perdarahan
1. Pada perdarahan besar :
a) Jangan buang waktu hanya untuk mencari penutup luka
b) Tekan langsung dengan tangan (sebaiknya menggunakan sarung tangan)
c) Pertahankan dan tekan cukup kuat
d) Rawat luka setelah perdarahan terkendali

2. Pada perdarahan ringan atau terkendali :


a) Gunakan tekanan langsung dengan penutup luka
b) Tekan sampai perdarahan terkendali
c) Pertahankan penutup luka dan balut
d) Sebaiknya jangan melepas penutup luka atau balutan pertama

3. Perdarahan dalam atau curiga ada perdarahan dalam :


a) Baringkan dan istrihatkan penderita
b) Buka jalan napas dan pertahankan
c) Periksa berkala pernapasan dan denyut nadi
d) Perawatan syok bila terjadi syok atau diduga akan terjadi syok
e) Jangan beri makan dan minum
f) Rawatlah cedera berat lainnya bila ada
g) Bila ada berikan oksigen
h) Rujuk ke fasilitas kesehatan

Perlu diingat :
Penanganan perdarahan berarti mengendalikan perdarahan, bukan berarti
menghentikan perdarahan sama sekali.

Syok
Syok terjadi bila sistem peredaran darah (sirkulasi) gagal mengirimkan darah yang
mengandung oksigen dan bahan nutrisi ke organ vital (terutama otak, jantung dan paru –
paru).

Penyebab
1. Kegagalan jantung memompa darah
2. Kehilangan darah dalam jumlah besar

Buku Panduan Pertolongan Pertama 16


3. Pelebaran (dilatasi) pembuluh darah yang luas, sehingga darah tidak
dapat mengisinya dengan baik
4. Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare

Tanda
a) Pernapasan : cepat dan dangkal
b) Nadi : cepat dan lemah
c) Kulit : pucat, dingin dan lembab
d) Wajah : pucat, sianosis pada bibir, lidah dan cuping telinga
e) Mata : pandangan hampa, pupil melebar

Gejala
a) Mual dan mungkin muntah
b) Haus
c) Lemah
d) Pusing
e) Gelisah dan takut mati

Penanganan syok :
1. Bawa penderita ke tempat teduh dan aman
2. Tidurkan terlentang, tungkai ditinggikan 20 - 30 cm bila tidak ada kecurigaan
patah tulang belakang atau patah tungkai. Bila menggunakan papan spinal atau
tandu maka angkat bagian kaki
3. Pakaian penderita dilonggarkan
4. Cegah kehilangan panas tubuh dengan beri selimut
5. Tenangkan penderita
6. Pastikan jalan napas dan pernapasan baik
7. Kontrol perdarahan dan rawat cedera lainnya bila ada
8. Bila ada berikan oksigen sesuai protokol
9. Jangan beri makan dan minum
10. Periksa berkala tanda vital secara berkala
11. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Buku Panduan Pertolongan Pertama 17


BAB VI
CEDERA JARINGAN LUNAK

Cedera Jaringan Lunak :


Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau
pembuluh darah akibat suatu ruda paksa (atau keadaan ini umum dikenal dengan istilah
luka).

Klasifikasi Luka :
1. Luka terbuka
Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan / terputusnya jaringan kulit yaitu
rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit. Jenis Luka Terbuka :
a. Luka lecet
b. Luka sayat / iris
c. Luka robek
d. Luka tusuk
e. Luka avulsi (sobek)
Luka amputasi.

2. Luka tertutup
Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan / terputusnya jaringan kulit, yang rusak
hanya jaringan di bawah kulit. Jenis Luka Tertutup :
Jenis luka ini dikelompokkan dalam luka tertutup namun beberapa jenis luka ini dapat
berupa campuran antara luka tertutup dan terbuka.
1. Memar
Gejala dan Tanda :
 Nyeri
 Bengkak
 Warna merah kebiruan (memar)
 Nyeri tekan.

2. Cedera karena himpitan kuat


3. Cedera remuk.

Penutup Luka dan Pembalut


Penutup luka
Penutup luka adalah bahan yang diletakkan tepat di atas luka. Bahan yang dipakai
sebaiknya berdaya serap baik dan cukup besar untuk menutup seluruh permukaan
luka, seperti kasa steril.
 Penutup luka oklusif (kedap dari plastik)
Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah keluar masuknya
udara dan menjaga kelembapan ogan dalam.
 Penutup luka tebal (bantalan penutup luka)
Setumpuk bahan penutup luka setebal kurang lebih 2-3 cm.

Fungsi penutup luka


 Membantu mengendalikan perdarahan
 Mencegah kontaminasi lebih lanjut
 Mempercepat penyembuhan
 Mengurangi nyeri.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 18


Pembalut
Pembalut adalah bahan yang digunakan untuk mempertahankan penutup luka. Bahan
pembalut dibuat dari bermacam materi kain.

Fungsi pembalut :
 Penekanan untuk membantu menghentikan perdarahan
 Mempertahankan penutup luka pada tempatnya
 Menjadi penopang untuk bagian tubuh yang cedera.

Pemasangan yang baik akan membantu proses penyembuhan.


Beberapa jenis pembalut :
 Pembalut pita / gulung
 Pembalut segitiga (mitela)
 Pembalut tabung / tubuler
 Pembalut penekan.

Pedoman Penutupan Luka dan Pembalutan


1. Penutupan luka
 Penutup luka harus meliputi seluruh permukaan luka.
 Upayakan permukaan luka sebersih mungkin sebelum menutup
luka, kecuali bila luka disertai perdarahan maka prioritasnya adalah
menghentikan perdarahan tersebut.
 Pemasangan penutup luka harus dilakukan sedemikian rupa
sehingga permukaan penutup yang menempel pada bagian luka tidak
terkontaminasi (teknik aseptik).

2. Pembalutan
 Usahakan untuk memasang pembalut setelah perdarahan terhenti.
Kecuali pembalut penekan yang memang berfungsi untuk menghentikan
perdarahan.
 Jangan membalut terlalu kencang atau terlalu longgar.
 Jangan biarkan ujung sisa pembalut terurai.
 Bila membalut luka sebaiknya daerah yang dibalut lebih lebar dari luas
luka. Ini dilakukan untuk menambah luasnya permukaan tubuh yang mengalami
tekanan sehingga mencegah terjadinya kerusakan jaringan.
 Jangan menutupi ujung jari kecuali terdapat luka di bagian tersebut,
bagian ini dapat menjadi petunjuk apabila pembalutan kita terlalu kuat yaitu
dengan mengamati ujung jari. Bila pucat artinya pembalutan terlalu kuat dan
harus diperbaiki.
 Khusus pada anggota gerak pembalutan dilakukan dari distal ke proksimal
arah jantung.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 19


 Lakukan pembalutan dalam posisi yang diinginkan misalnya untuk
pembalutan sendi jangan berusaha menekuk sendi bila dibalut dalam keadan
lurus.
 Bila pembalutan melingkari dada, perintahkan penderita menarik napas
dalam terlebih dahulu, tahan napas baru kencangkan pembalut. Bila penderita
tidak respon, kencangkan pada saat penderita menarik napas (inhalasi).
 Jangan melakukan pembalutan melingkari leher.

Perawatan Luka Terbuka


1. Pastikan daerah luka terlihat
2. Bersihkan daerah sekitar luka
3. Kontrol peredaran bila ada
4. Cegah kontaminasi lanjut
5. Beri penutup luka dan balut
6. Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan lukanya cukup parah.
7. Tenangkan penderita
8. Atasi syok bila ada, kalau perlu rawat pada posisi syok walau syok belum terjadi
9. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Perawatan Luka Tertutup


Khusus untuk memar dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut :
1. Istirahatkan anggota gerak tersebut
2. Berikan kompres dingin (misalnya kantong es)
3. Balut tekan
4. Tinggikan anggota gerak tersebut.

Perawatan luka dengan benda asing menancap


Langkah - langkah perawatan luka yang disertai dengan menancapnya benda asing
adalah sebagai berikut :

1. Stabilkan benda yang menancap secara manual.


2. Jangan dicabut. Benda asing yang menancap tidak pernah boleh
dicabut, kecuali pada pipi (yang akan dibahas di bawah ini).
3. Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.
4. Kendalikan perdarahan, hati - hati jangan sampai menekan benda
yang menancap.
5. Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka
tebal, atau berbagai variasi misalnya pembalut donat, pembalut gulung dan lain
- lainnya.
6. Rawat syok bila ada
7. Jaga pasien tetap istirahat dan tenang
8. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Cedera kulit kepala


Dalam melakukan perawatan pada cedera kulit kepala penolong harus mengenali
dengan baik keadaan yang sedang dihadapinya terutama berhubungan dengan ada
tidaknya patah tulang tengkorak yang menyertai luka pada daerah tersebut.

Perawatan luka kulit kepala


1. Kendalikan perdarahan dengan penekanan langsung pada luka dan beri
penutup luka. Bila curiga ada perdarahan yang disertai patah tulang tengkorak
terbuka maka gunakan bantalan yang tebal untuk menghentikan perdarahan.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 20


2. Pasang pembalut
3. Tinggikan, bila tak ada patah tulang tengkorak, cedera tulang belakang
atau dada. Tetapi jangan posisikan penderita tidak sadar dengan kepala - bahu
relatif lebih tinggi.

Perawatan luka wajah


 Benda tertancap di pipi
 Cedera mata
 Cedera perut

Gejala dan tanda yang mungkin ditemukan pada cedera perut


1. Nyeri dan kejang perut
2. Nyeri tekan pada dinding perut
3. Memar
4. Ada luka terbuka
5. Muntah darah
6. Gejala dan tanda syok
7. Penderita memegang dan melindungi perut
8. Penderita berbaring dengan tungkai tertekuk
9. Pada luka terbuka mungkin terlihat adanya organ dalam perut keluar (umumnya
usus)

Catatan : Gejala dan tanda di atas tidak selalu ada semua.


 Perawatan luka terbuka pada dinding perut
 Perawatan luka tertutup pada dinding perut

Catatan : Jangan beri makanan dan minuman.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 21


BAB VII
CEDERA SISTEM OTOT RANGKA

Fraktur / Patah Tulang adalah terputusnya jaringan tulang, seluruhnya atau sebagian.
Patah tulang dibagi dua : patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup yang
disebabkan oleh gaya langsung, gaya tidak langsung, gaya puntir.
Tanda & Gejala :
- Berubah bentuk
- Nyeri & Kaku
- Memar
- Adanya bunyi patahan
- Bengkak
- Ujung tulang terlihat
- Sendi terkunci
- Gangguan. Sirkulasi
- Gangguan. Gerakan Sirkulasi Sensasi

• Dislokasi ( Urai / Cerai Sendi )


Pengertian : Keluarnya kepala sendi dari mangkok sendi
Penyebab : Sendi teregang melebihi batas normal,sehingga kedua ujung
tulangmenjadi terpisah,tidak pada tempatnya. Jaringan ikat sendi
tertarik melebihi batas normal dan mungkin sampai terobek.
Gejala & tanda : Hampir sama dengan gejala dan tanda pada patah tulang

• Terkilir / Keseleo
Pengertian : Robeknya /terputusnya jaringan ikat sekitar sendi karena sendi
teregang melebihi batas normal
Penyebab : gerakan yang salah ( terpeleset ), sendi meregang melampui
gerakan normal
Gejala & tanda : Nyeri bengkak, nyeri tekan, warna merah kebiruan.

• Terkilir Otot ( Strain )


Pengertian : Robeknya jaringan otot pada bagian tendon (ekor otot), karena
teregang melebihi batas normal.
Penyebab : Terjadi karena pembebanan secara tiba-tiba pada otot tertentu.
Merupakan salahsatu cedera olahraga yang palingsering terjadi.
Gejala & tanda :
1. Nyeri yang tajam dan mendadak pada daerah otot
tertentu
2. Nyeri menyebar keluar disertai kejang dan kaku
otot
3. Bengkak pada daerah cedera

Pertolongan cedera pada sistem otot rangka :

Buku Panduan Pertolongan Pertama 22


1. Lakukan penilaian dini.
2. Lakukan pemeriksaan Fisik
3. Stabilkan bagian yang patah secara manual
4. Upayakan yang diduga patah dapat dilihat
5. Atasi perdarahan dan rawat luka bila ada
6. Siapkan alat-alat seperlunya ( bidai dan mitella )
7. LAKUKAN PEMBIDAIAN……!!!
8. Kurangi rasa sakit
9. Baringkan penderita pada posisi yang nyaman.
Penanganan Terkilir :
- Letakkan penderita dalam posisi yang nyaman, istirahatkan
bagian yang cedera
- Tinggikan bagian yang cedera
- Beri kompres dingin maksimum 3 menit, ulangi setiap jam bila
perlu
- Balut tekan dan tetap tinggikan
- Rawat sebagai patah tulang
- Rujuk ke fasilitas kesehatan

Pertolongan pada beberapa cedera alat gerak :


1. Cedera bahu
Dislokasi bahu adalah cedera yang paling sering terjadi di daerah bahu. Bila
terjadi patah tulang selangka, mungkin terlihat rongga pada daerah lengan atas
di bawah tulang selangka. Pada cedera ini tindakan yang paling baik adalah
memasang gendongan.

2. Cedera Patah tulang lengan atas


Tulang lengan atas merupakan tulang yang cukup tebal dan kuat, bila tulang ini
cedera waspadailah cedera jaringan disekitarnya. Pertolongan :
a. letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
kedalam
b. Pasang bidai sampai siku
c. Ikat di daerah diatas dan diaerah yang patah
d. Lengan bawah digendong
e. Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang bidai
sampai ke lengan bawah, dan biarkan tangan tergantung, tidak usah
digendong.
f. Rujuk ke fasilitas kesehatan

3. Cedera patah tulang lengan bawah


Cedera di daerah lengan bawah dan pergelangan tangan
merupakan cedera yang sering ditemukan. Pertolongan
a. letakkan tangan di dada
b. Pasang bidai dari siku sampai tangan
c. Ikat pada daerah diatas dan dibawah tulang yang
patah
d. Lengan digendong
e. Rujuk ke fasilitas kesehatan

4. Cedera tangan dan jari


Tangan yang cedera harus dibidai pada posisi fungsional. Cara paling mudah
adalah dengan meletakkan benda dalam telapak tangan, lalu membalut tangan
tersebut dan meletakkannya diatas bidai. Bila yang cedera adalah jari, maka

Buku Panduan Pertolongan Pertama 23


ikatlah jari tersebut dengan jari disebelahnya. Bila yang cedera lebih dari satu
jari maka bidailah seluruh tangan

5. Patah tulang paha


Perubahan bentuk pada patah tulang paha biasanya terlihat dengan jelas,
disamping nyeri dan pembengkakkan. Pertolongan :
a. Pasang dua bidai dari :
• Ketiak sampai sedikit melewati telapak kaki
• Lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah
c. Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki – telapak kaki
dengan pembalut utnuk mengurangi pergerakan.
d. Rujuk ke fasilitas Kesehatan
Catatan :
- Patah tulang paha dapat menimbulkan perdarahan dalam, sehingga penderita
dapat mengalami syok
- Bila ada patah tulang terbuka, atasi perdarahan dan rawat lukanya

6. Cedera Lutut
Bila lutut berada dalam posisi tertekuk maka bidailah dalam posisi tersebut dan
bila lurus maka bidailah dalam posisi lurus. Cara membidainya sama seperti
patah tulang paha .
7. Patah tulang tungkai bawah
Umumnya kedua tulang tungkai bawah mengalami cedera bersamaan. Letaknya
yang sangat dekat denganpermukaan kulit menyebabkan cedera ini sering berupa
patah tulang terbuka . Pertolongan :
a. Pasang 2 bidai disebelah luar dan dalam tungkai yang patah
dari lipatan paha sampai sedikit melewati telapak kaki.
b. Beri bantalan kapas atau kain antara bidai atau kain.
c. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Buku Panduan Pertolongan Pertama 24


BAB VIII
LUKA BAKAR

Penyebab luka bakar adalah:


 Termal (Suhu > 60 C)
 Kimia
 Listrik
 Radiasi

Luas Permukaan Tubuh


1. Luka bakar ringan :
Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.
2. Luka bakar sedang :
Tidak mengenai wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran napas.
3. Luka bakar berat :
• Luka bakar disertai cedera saluran napas.
• Luka bakar tiga pada wajah, tangan, kaki, sendi, kemaluan atau saluran
napas.

Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian


1. Luka bakar yang disebabkan :
 Listrik : luka bakar tampak kecil tetapi kerusakan di dalam jaringan tubuh
cukup luas.
 Kimia : masing - masing bahan memiliki ciri - ciri sendiri.
2. Daerah yang terkena :
 Wajah
 Tangan dan kaki
 Kemaluan, bokong, dan paha bagian dalam
 Sendi
Karena dapat terjadi penyulit dalam proses penyembuhannya dikemudian hari.
3. Faktor penyulit
Usia kurang dari 5 tahun atau lebih dari 55 tahun, dianggap berat.
Adanya penyakit penyerta

Penanganan Luka Bakar Secara Umum


Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong
1. Hentikan proses luka bakar
2. Lepaskan pakaian dan perhiasan

Buku Panduan Pertolongan Pertama 25


3. Lakukan penilaian dini
4. Tentukan derajat luka bakar dan luas luka bakar
5. Tutup luka bakar
6. Jaga suhu tubuh penderita
7. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Penanganan beberapa luka bakar khusus :


Luka bakar Kimia :

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong :


 Segera siram /aliri luka bakar dengan air sebanyak - banyaknya,
sekurang-kurangnya 20 menit. Jangan buang waktu mencari antidotnya.
 Jangan menyiram bahan kimia yang bereaksi makin kuat dengan air
misalnya bubuk kaustik soda.
 Bila mengenai mata, siram dengan air mengalir, dan lepaskan lensa
kontak.
 Minimalkan kontaminasi lanjut dengan aliran air sedemikian rupa
hingga tidak mengenai daerah sehat.

Bila penderita terkontaminasi, upayakan membersihkan penderita dari jauh, jangan


sampai penolong juga terkena bahan kimia.
1. Bahan kimia padat / bubuk, asap dengan sikat halus kemudian siram
dengan air sebanyak - banyaknya.
2. Siram atau aliri dengan air sekurang - kurangnya selama 20 menit.
3. Amankan bekas pakaian penderita yang terkontaminasi.
4. Pasang penutup luka steril pada bagian luka.
5. Atasi syok bila ada.
6. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Luka bakar listrik


Gejala dan tanda syok listrik :
 Perubahan status mental dan
penurunan respon
 Tampak luka bakar berat
 Pernapasan dangkal, tidak
teratur atau tidak ada
 Denyut nadi lemah, tidak teratur atau tidak ada
 Patah tulang majemuk karena kontraksi otot.

Penanganan luka bakar listrik

Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong


1. Lakukan penilaian dini
2. Periksa dan cari luka bakar di daerah listrik masuk dan tempat listrik keluar
3. Tutup muka dengan penutup luka steril kering
4. Atasi syok, bila ada
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan.

Catatan :
Penolong harus siap melaukan RJP pada penderita yang tersengat listrik. Penderita
harus dipantau dengan ketat, karena henti napas dan henti jantung sering berulang.
Luka bakar Inhalasi ( terhisap / tercium oleh hidung )

Buku Panduan Pertolongan Pertama 26


Gejala dan tanda yang mungkin ditemukan :
1. Bulu hidung hangus terbakar
2. Luka bakar pada wajah
3. Butir arang karbon dalam cairan ludah
4. Bau asap atau jelaga pada pernapasan
5. Kesukaran napas
6. Pernapasan berbunyi
7. Serak, batuk, sukar bicara
8. Gerakan dada terbatas
9. Kulit kebiruan

Penanganan :
Nilai keamanan tempat kejadian dan keselamatan diri penolong
1. Pindahkan penderita ke tempat aman
2. Berika oksigen, bila perlu oksigen yang dilembabkan
3. Penilaian dini terutama jalan napas dan pernapasan
4. Bila perlu, lakukan pernapasan buatan
5. Rujuk ke fasilitas kesehatan

Buku Panduan Pertolongan Pertama 27


BAB VIII
PEMINDAHAN PENDERITA

Saat tiba dilokasi kita, ada kemungkinan penderita yang ditemukan harus segera
dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting.
Penanganan penderita yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.

Hal-hal yang harus diperhatikan saat pemindahan penderita :


 Lakukan penilaian mengenai kesulitan yang mungkin akan terjadi pada saat
memindahkan penderita.
 Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat penderita, termasuk bagaimana
menggerakkannya.
 Jangan coba mengangkat dan menurunkan penderita jika tidak yakin dapat
mengendalikannya.
 Selalu mulai dari posisi pembebanan yang seimbang dan jaga tetap seimbang.
 Gunakan tenaga otot tungkai, hindari pembebanan otot punggung.
 Posisi punggung harus tegak waktu mengangkat penderita.
 Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh penolong.
 Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling
menopang.
 Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui penderita.
 Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap.
 Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.

Sebagai penolong selalu muncul beberapa pertanyaan pada saat menemukan


penderita diantaranya :
a. Kapan saatnya penderita harus dipindahkan ?
b. Apakah penilaian dan pemeriksaan penderita harus selesai sebelum pemindahan?
c. Berapa lamakah tulang belakang harus dijaga ?

Jawaban secara pasti tidak ada mengingat semua hal di atas itu tergantung dari
keadaan.

Macam - macam pemindahan penderita


1. Pemindahan darurat

Buku Panduan Pertolongan Pertama 28


Tindakan ini hanya dilakukan bila:
a. Ada bahaya langsung terhadap penderita, misalnya :
 Kebakaran atau bahaya kebakaran.
 Ledakan atau bahaya ledakan.
 Sukar untuk mengamankan penderita dari bahaya di lingkungan tersebut.
 Bangunan yang tidak stabil.
 Mobil terbalik.
 Kerumunan masa yang resah.
 Material berbahaya (bahan kimia, limbah beracun dan lainnya).
 Tumpahan minyak.
 Cuaca ekstrim.
b. Memperoleh jalan masuk atau menjangkau penderita lainnya.
d. Bila tindakan penyelamatan nyawa tidak dapat dilakukan karena posisi penderita
tidak sesuai untuk perawatannya atau perlu mereposisi penderita, misalnya akan
melakukan RJP.
Bahaya terbesar pada pemindahan darurat adalah memicu terjadinya cedera spinal.

Beberapa macam pemindahan darurat


• Menarik kemeja penderita
• Menarik dengan selimut
• Menarik dengan kain / bahan lembaran
• Menarik dengan ketiak / lengan

2. Pemindahan biasa / tidak darurat


Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita, maka penderita hanya
dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita selesai ditangani, yaitu:
a. Penilaian awal sudah lengkap dilakukan.
b. Denyut nadi dan nafas stabil dan dalam batas normal.
c. Tidak ada perdarahan luar tidak terkendali atau tidak ada indikasi perdarahan
dalam.
d. Mutlak tidak ada cedera spinal atau leher, dan cedera bukan di daerah leher.
e. Semua patah tulang sudah dimobilisasi.

Posisi Penderita
Selain masalah pemindahan penderita, hal lain yang perlu mendapat perhatian
adalah bagaimana mengatur posisi penderita. Secara umum dapat dikatakan

Beberapa pedoman untuk memposisikan penderita adalah :


 Penderita dengan syok, letakkan dalam posisi syok jika tidak ditemukan
tanda-tanda cedera pada tungkai atas (patah tulang) dan cedera spinal.
 Penderita dengan gangguan pernafasan, posisikan duduk atau setengah
duduk.
 Penderita dengan nyeri perut, posisikan tidur satu sisi dengan tungkai
ditekuk.
 Penderita yang muntah-muntah posisikan nyaman dan awasi jalan nafas.
 Penderita trauma, terutama tersangka cedera spinal harus segera distabilkan
dan immobilisasi dengan papan spinal panjang.
 Penderita tidak ada respon dan tidak ditemukan atau tidak dicurigai ada
cedera spinal atau cedera berat lainnya posisikan miring stabil / pemulihan.
 Posisikan nyaman, bila cedera tidak mengganggu.

Buku Panduan Pertolongan Pertama 29


Buku Panduan Pertolongan Pertama 30
BAB IX
KEDARURATAN MEDIS

Kedaruratan Medis adalah segala sesuatu yang diderita seseorang tanpa adanya riwayat
ruda paksa.
Perhatikan gejala dan tanda, serta keluhan penderita melalui wawancara atau keterangan
keluarga / Saksi.

Gejala Umum :
 Demam
 Nyeri
 Mual, muntah
 Buang Air Kecil berlebihan atau tidak sama sekali
 Pusing, pingsan, mau kiamat
 Sesak / sukar bernapas
 Haus lapar berlebihan, mulut terasa aneh

Tanda Umum :
 Perubahan status mental
 Perubahan irama jantun
 Perubahan pernafasan
 Perubahan keadaan kulit
 Perubahan tekanan darah
 Perubahan manik mata
 Aktifitas otot tdk normal
 Gangguan saluran cerna

Gangguan Jantung
Faktor Resiko :
Tidak dapat diubah
 Penyakit keturunan
 Jenis Kelamin (pria > wanita)
 Etnis
 Usia (30 thn<)
Dapat diubah
 Merokok
 Tekanan darah tinggi
 Kadar kolesterol tinggi
 Kurang aktivitas fisik
Faktor Penyulit
 Obesitas
 Diabetes
 Stres
Gejala
 Perasaan tidak enak, nyeri, rasa berat didada.
 Penderita memegang dada dan sedikit membungkuk
 Nyeri berkembang dengan tiba-tiba
 Tidak respon, henti nafas dan jantung
Tanda
 Nadi tdk normal
 Palpitasi
 Pelebaran p. balik
 Bengkak
 Mual, muntah
 Kepala ringan
 Lemas mendadak
 Sianosis
 Keringat berlebihan
 Merasa kiamat

Pertolongan
 Tenangkan penderita
 Jangan tinggalkan penderita sendiri
 Posisikan penderita pada posisi yg nyaman
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Beri oksigen bila ada
 Jangan beri makan / minum
 Kendurkan pakaian yang mengikat
 Bila penderita tidak sadar lakukan tindakan BHD
 Rujuk segera ke tempat rujukan.

Gangguan Pernapasan
Contoh :
 ISPA & ISBA
 Edema paru akut
 Penyakit paru obstruktif menahun
 Pneumotoraks spontan
 Asma / alergi
 Sumbatan jalan napas
 Emboli paru
 Hiperventilasi

Gejala dan Tanda


 Sulit bicara dan bernafas
 Ada suara nafas tambahan
 Tanpak kerja otot bantu nafas
 Posisi tripod
 Irama dan kualitas nafas tidak normal
 Perubahan warna kulit
 Perubahan status mental
 Pada asma ada bunyi mengi
 Nadi cepat
 Demam
 Batuk darah

Pertolongan
 Tenangkan penderita
 Jaga agar jalan nafas tetap terbuka
 Nilai pernapasan penderita
 Letakkan penderita pada posisi nyaman
 Beri bantuan nafas bila perlu
 Beri oksigen sesuai ketentuan bila ada
 Bawa segera penderita ketempat rujukan

PERUBAHAN STATUS MENTAL


Penyebab :
 Hipoksemia (kekurangan oksigen dalam darah)
 Hipoglikemia (kadar zat gula dlm darah rendah)
 Hiperglikemia (kadar zat gula dlm darah tinggi)
 Pitam otak (stroke)
 Kejang umum
 Demam, infeksi
 Keracunan (obat & alkohol)
 Cedera kepala
 Gangguan jiwa

Pertolongan
 Nilai dan pantau pernafasan dan jalan nafas penderita
 Baringkan penderita pada posisi miring mantap bila tidak ada kecurigaan cidera
kepala, patah tulang leher dan punggung
 Beri oksigen sesuai ketentuan bila ada
 Pantau tanda vital dan tingkat respon
 Bawa segera penderita ketempat rujukan

KADAR GULA DARAH


HIPERGLIKEMIA
 Napas berbau aseton
 Kulit kemerahan, kering
 Lapar / haus
 Nadi cepat & lemah
 Perubahan status mental sampai tidak sadar
 Seperti mabuk, limbung, bicaranya mengacau
 Sering buang air kecil

HIPOGLIKEMIA
 Seperti mabuk limbung, bicaranya mengacau
 Bertindak aneh
 Agresif, gelisah
 Nadi cepat
 Kulit dingin, keriput
 Lapar
 Sakit kepala
 Kejang-kejang

Pertolongan
 Lakukan penilaian dini dan usahakan memperoleh riwayat penyakit
 Awasi dan pantau jalan napas serta pernafasan
 Beri minuman manis bila penderita sadar
 Bawa segera penderita ketempat rujukan
STROKE
Tanda & Gejala :
 Nyeri kepala
 Kehilangan kesadaran
 Berbagai tingkat respon
 Rasa kesemutan / kelumpuhan pada wajah atau alat gerak
 Sukar bicara
 Penglihatan kabur
 Kejang
 Manik mata kanan & kiri tidak sama
 Kehilangan kontrol saluran kemih & pelepasan
 Faktor usia

Pertolongan
 Tenangkan penderita
 Jangan tinggalkan penderita sendiri
 Baringkan penderita
 Pastikan jalan nafas terbuka
 Berikan oksigen bila ada
 Kendurkan bagian yang mengikat tubuh penderita
 Bila respon tidak ada beri tindakan BHD
 Bawa segera penderita ketempat rujukan
 Hati-hati bila ada bagian tubuh penderita yg lumpuh

EPILEPSI
Tanda & Gejala :
 Pandangan mendadak kosong, merasa mendengar atau melihat sesuatu
 Teriakan tercekik
 Jatuh tiba-tiba, berbaring kaku sesaat, punggung melengkung
 Wajah dan leher kebiruan dan sembab
 Gerakan kejang otot
 Tidak ada respon
 Mulut berbuih, kadang berdarah
 Mungkin lidah tergigit
 Mungkin hilang kendali kemih dan pencernaan
 Penderita kembali sadar dalam waktu yang tidak lama
 Setelah kejang, penderita kelelahan dan tidur

Pertolongan
 Lindungi penderita dari cedera
 Jangan menahan atau melawan kejang
 Lindungi lidah penderita dari tergigit
 Posisikan stabil segera
 Rawat cedera akibat kejang
 Jaga jalan nafas agar tidak tersumbat
 Biarkan istirahat
 Hindari penderita daari ketegangan dan rasa malu sekeliling

HISTERIA
Tanda & Gejala :
 Hilang kesadaran sesaat dengan sikap terkesan dibuat - buat
 Mungkin berguling - guling di tanah
 Nafas cepat
 Tidak dapat bergerak atau jalan, tanpa sebab yang jelas

Pertolongan
 Tenangkan penderita
 Hindarkan penderita dari massa
 Bawa penderita ketempat tenang
 Dampingi penderita dan awasi terus
 Anjurkan ke dokter, setelah tenang

PINGSAN
Tanda & Gejala :
 Perasaan limbung
 Pandangan berkunang – kunang dan telinga berdenging
 Lemas, keluar keringat dingin
 Menguap
 Dapat menjadi tidak adaa respon, yang biasanya berlangsung dalam beberapa
menit
 Denyut nadi lambat

Pertolongan
 Baringkan penderita dengan tungkai ditinggikan
 Longgarkan pakaian
 Usahakan penderita menghirup udara segar
 Periksa cedera lainnya
 Beri selimut, agar badannya hangat
 Bila pulih, usahakan istirahat beberapa saat
 Bila tidak cepat pulih, maka :
- Periksa nafas dan nadi
- Posisikan stabil
- Bawa ke RS / dokter / Puskesmas

KEJANG DAN PANAS


Tanda & Gejala :
 Kejang otot disertai nyeri à otot tungkai dan perut
 Kelelahan
 Mual
 Mungkin pingsan

Pertolongan :
 Pindahkan ketempat yang teduh / sejuk
 Beri minum
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

KELELAHAN PANAS
Tanda & Gejala :
 Pernafasan cepat dan dangkal
 Nadi lemah
 Kulit teraba dingin, keriput, lembab dan selaput lendir pucat
 Pucat, keringat berlebihan
 Lemah
 Pusing, kadang penurunan respons
 Lidah kering dan haus

Pertolongan
 Baringkan penderita di tempat teduh
 Kendorkan pakaian yang mengikat
 Tinggikan tungkai penderita sekitar 20 – 30 cm
 Berikan oksigen bila ada
 Beri minum bila penderita sadar
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

SENGATAN PANAS
Tanda & Gejala :
 Pernafasan cepat dan dalam
 Nadi cepat dan kuat diikuti nadi cepat tetapi lemah
 Kulit teraba kering, panas kadang kemerahan
 Manik mata melebar
 Kehilangan kesadaran
 Kejang umum atau gemetar pada otot

Pertolongan :
 Turunkan suhu tubuh penderita secepat mungkin
 Letakkan kantung es pada ketiak, lipat paha, dibelakang lutut dan sekitar mata kaki
serta di samping leher
 Bila memungkinkan, masukkan penderita ke dalam bak berisi air dingin dan
tambahkan es ke dalamnya
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

Hipotermia Sedang
Tanda & Gejala :
 Menggigil
 Terasa melayang
 Pernafasan cepat, nadi lambat
 Gangguan penglihatan
 Reaksi mata lambat
 Gemetar

Hipotermia Berat
Tanda & Gejala :
 Pernafasan sangat lambat
 Denyut nadi sangat lambat
 Tidak ada respon
 Manik mata melebar dan tidak bereaksi
 Alat gerak kaku
 Tidak menggigil
Pertolongan :
 Penilaian dini dan pemeriksaan penderita
 Pindahkan penderita dari lingkungan dingin
 Jaga jalan nafas dan berikan oksigen bila ada
 Ganti pakaian yang basah, selimuti penderita, upayakan agar tetap kering
 Bila penderita sadar dapat diberikan minuman hangat secara pelan – pelan
 Pantau tanda vital secara berkala
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

TENGGELAM
Pedoman Pertolongan :
 Keamanan lokasi daan penolong
 Kondisi penderita
 Kondisi air
 Sumber daya yang ada

Prinsip :
 Raih
 Lempar
 Dayung
 Renang

Pertolongan
 Pindahkan penderita secepat mungkin dari air dengan cara teraman
 Pertimbangkan untuk memasang papan spinal dalam air
 Buka jalan nafas penderita
 Sampai didarat lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu
 Berikan oksigen
 Jaga kehangata tubuh penderita
 Lakukan pemeriksaan fisik
 Segera bawa ke fasilitas kesehatan
BAB X
KERACUNAN

Pengertian racun
Suatu zat yang bila masuk dalam tubuh dalam jumlah tertentu dapat menyebabkan reaksi
tubuh yang tidak diinginkan bahkan dapat menimbulkan kematian. Reaksi kimianya
merusak jaringan tubuh atau mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan dengan reaksi
obat karena reaksi obat dalam tubuh memang diinginkan, namun ada kalanya terjadi reaksi
obat yang tidak di inginkan. Beberapa contoh zat yang berupa racun: insektisida, sianida
(pada singkong beracun), racun binatang (ular, kalajengking dll).

Terjadinya keracunan pada manusia:


a. Sengaja ( Bunuh diri )
b. Tidak sengaja ( makanan,minuman, udara beracun )
c. Penyalahgunaan obat

Berdasarkan jalur masuknya racun kedalam tubuh manusia, keracunan dibagi menjadi
empat :
1. Keracunan melaui mulut / alat pencernaan
Gejala : - Mual muntah
- Nyeri perut
- Diare
- Napas berbau
- Suara parau
- Luka bakar pada daerah mulut
- Adanya sisa racun didaerah mulut
- Mulut berbusa

Penanganan :
- Beri minum anti racun umum ( norit, susu, putih telur, air kelapa,
air mineral )
- Usahakan si penderita muntah
- Jangan muntahkan bila menelan asam/basa kuat, minyak, korban
kejang, korban tidak sadar

2. Keracunan melalui pernapasan


Gejala : - Sesak napas
- Kulit kebiruan ( sianosis )
- Napas berbau
- Batuk
- Suara parau
Penanganan :
- Beri oksigen bila ada
- Rujuk ke fasilitas kesehatan segera

3. Keracunan melalui kontak / penyerapan ( kulit )


Gejala : - Kulit daerah kontak berwarna kemerahan
- Nyeri
- Melepuh dan meluas

Penanganan :
- Buka baju penderita
- Bila racun berupa serbuk sikat sampai bersih
- Siram bagian yang terkena racun dengan air ( minimal 20 Menit )
- Jangan siram kulit dengan air yang terkena soda api

4. Keracunan melalui suntik / gigitan


Gejala : - Luka didaerah suntikan / gigitan
- Nyeri pada daerah gigitan
- Kemerahan
- Perubahan warna kulit
Penanganan :
- Rujuk ke fasilitas kesehatan

Gejala dan tanda keracunan :


1. Penurunan kesadaran, gangguan status mental ( gelisah, ketakutan )
2. Gangguan pernapasan
3. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
4. Mual, muntah, mulut berbusa
5. Lemas, lumpuh, kesemutan
6. Pucat, kebiruan ( sianosis )
7. Kejang-kejang
8. Syok
9. Denyut nadi tak beraturan

Penanganan Keracunan secara umum :


1. Pengamanan penderita dan penolong terutama bila berada di daerah dengan gas
beracun.
2. Keluarkan penderita dari daerah berbahaya bila memungkinkan.
3. Lakukan penilaian dini
4. Bila racun masuk melalui jalur kontak, maka buka baju penderita dan bersihkan sisa
bahan beracun bila ada.
5. Awasi jalan napas, terutama bila respon menurun atau penderita muntah
6. Bila keracunan terjadi secara kontak maka bilaslah daerah yang terkena dengan air.
7. Penatalaksanaan syok bila terjadi (Lihat Bab Perdarahan dan Syok).
8. Pantaulah tanda vital secara berkala.
9. Bawa ke RS/dokter/Puskesmas.

Gigitan Ular
Bila seseorang penderita luka gigitan ular menunjukkan gejala dan tanda maka berarti
keadaannya serius dan perlu penanganan khusus.

Beberapa gejala dan tanda :


1. Demam
2. Mual dan muntah
3. Pingsan
4. Lemah
5. Nadi cepat dan lemah
6. Kejang
7. Gangguan pernapasan

Penanganan pada gigitan ular


 Amankan diri penolong dan tempat kejadian
 Tenangkan penderita
 Lakukan penilaian dini
 Rawat luka, bila perlu pasang bidai.
 Rujuk ke fasilitas kesehatan

Alternatif :
 Pemakaian pembalut elastis
 Identifikasi ular
 JANGAN MEMAKAI TORNIKET

You might also like