Professional Documents
Culture Documents
Pembahasan
Konsep tentang Akuntabilitas
Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan accoutability
yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau dalam kata sifat
disebut sebagai accountable. Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga diartikan
sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responsibility seringkali
diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli menjelaskan
bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas yang
diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan accountability
merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya
tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat
bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang
meliputi akuntabilitas internal dan eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang
akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya.
Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada
lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan
masyarakat.
Deklarasi Tokyo mengenai petunjuk akuntabilitas publik menetapkan pengertian
akuntabilitas yakni kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawaban fiskal,
manajerial, dan program.
Ini berarti bahwa akuntabilitas berkaitan dengan pelaksanaan evaluasi (penilaian)
mengenai standard pelaksanaan kegiatan, apakah standar yang dibuat sudah tepat dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi, dan apabila dirasa sudah tepat, manajemen memiliki
tanggung jawab untuk mengimlementasikan standard-standard tersebut.
Akuntabilitas juga merupakan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam
pencapaian hasil pada pelayanan publik. Dalam hubungan ini, diperlukan evaluasi kinerja
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pencapaian hasil serta cara-cara yang
digunakan untuk mencapai semua itu. Pengendalian (control) sebagai bagian penting
dalam manajemen yang baik adalah hal yang saling menunjang dengan akuntabilitas.
Dengan kata lain pengendalian tidak dapat berjalan efisien dan efektif bila tidak ditunjang
dengan mekanisme akuntabilitas yang baik demikian juga sebaliknya.
Media akuntabilitas yang memadai dapat berbentuk laporan yang dapat mengekspresikan
pencapaian tujuan melalui pengelolaan sumber daya suatu organisasi, karena pencapaian
tujuan merupakan salah satu ukuran kinerja individu maupun unit organisasi. Tujuan
tersebut dapat dilihat dalam rencana stratejik organisasi, rencana kinerja, dan program
kerja tahunan, dengan tetap berpegangan pada Rencana Jangka Panjang dan Menengah
(RJPM) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Media akuntabilitas lain yang cukup
efektif dapat berupa laporan tahunan tentang pencapaian tugas pokok dan fungsi dan
target-target serta aspek penunjangnya seperti aspek keuangan, aspek sarana dan
prasarana, aspek sumber daya manusia dan lain-lain.
Kesimpulan
Kesimpulan dalam penulisan ini adalah;
a. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang
bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut
pertanggungjawabannya. Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan
kontrol terutama dalam hal pencapaian hasil pada pelayanan publik dan
menyampaikannya secara transparan kepada masyarakat.
b. Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah dilaksanakan secara
bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan peraturan-peraturan yang
berhubungan langsung dengan keharusan pernerapan akuntabilitas di setiap instansi
pemerintah menunjukan keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reofrmasi
birokrasi. Namun demikian, masih terdapat beberapa hambatan dalam implementasi
akuntabilitas seperti; masih rendahnya kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan
lemahnya penerapan hukum di Indonesia.
Saran
Saran dalam penulisan ini adalah:
1. Penerapan akuntabilitas di instansi pemerintah seharusnya didukung adanya upaya
perbaikan kesejahteraan pegawai.
2. Hilangkan budaya ewuh pakeuwuh yang berpotensi kolusi dalam penyelenggaraan
kepemerintahan/jajaran birokrasi dan utamakan asas pertanggungjawaban dalam setiap
kegiatan.
3. Tegakkan hukum secara konsisten khususnya dalam lingkungan
birokrasi/pemerintahan.
http://www.kompas.co.id/kompas-
cetak/0704/19/Politikhukum/3465520.htm
===============================
Jakarta, Kompas - Lembaga swadaya masyarakat atau LSM punya bentuk dan
ukuran akuntabilitas yang berbeda dengan lembaga lain, seperti partai
politik. Hal ini, antara lain, disebabkan perbedaan fungsi dan sumber
dana yang dipakai LSM.
Namun, jika LSM mendapatkan dana dari lembaga donor, lanjut Agus,
mereka hanya wajib melaporkan penggunaannya kepada lembaga donor.
Selanjutnya, lembaga donor yang akan melaporkan pemakaian dana itu ke
masyarakat.
OLEH
Oky Widyanarko
ABSTRAK
Perpustakaan yang selama ini dianggap sebagai organisasi nirlaba kedepannya juga
diharapkan mengikuti trend saat ini sebagai organisasi modern yang mempunyai tujuan
dan strategi dalam pengembangannya. Diperlukan manajemen atau pengelolaan yang
modern seperti perlunya perencanaan strategi, positioning perpustakaan, pengembngan
produk dan strategi marketingnya , pengembangan SDM yang berkualitas sampai dengan
masalah evaluasi atau akuntabilitas terhadap organisasi. Sebenarnya untuk organisasi
seperti perpustakaan tidak boleh meremehkan apa arti akuntabilitas sebuah organisasi
karena di dunia saat ini perusahaan hebat sekelas Boeing dan Microsoft pun tidak
melupakan peran akuntabilitas organisasi yang hasilnya nanti dapat digunakan dalam
penentuan strategi kebijakan perusahaan kedepan.
KONSEP DAN ARTI AKUNTABILITAS
Dalam definisi tradisional, Akuntabilitas adalah istilah umum untuk menjelaskan betapa
sejumlah organisasi telah memperlihatkan bahwa mereka sudah memenuhi misi yang
mereka emban ( BENVENISTE, Guy, : 1991). Definisi lain menyebutkan akuntabilitas
dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau penguasa yang
dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik dan yang bersangkutan
dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang menyangkut pertanggungjawabannya.
Akuntabilitas terkait erat dengan instrumen untuk kegiatan kontrol terutama dalam hal
pencapaian hasil pada pelayanan publik dan menyampaikannya secara transparan kepada
masyarakat ( ARIFIYADI, Teguh,: 2008 ).
Konsep tentang Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa inggris biasa disebut dengan
accoutability yang diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan”. Atau dalam
kata sifat disebut sebagai accountable. Lalu apa bedanya dengan responsibility yang juga
diartikan sebagai “tanggung jawab”. Pengertian accountability dan responsibility
seringkali diartikan sama. Padahal maknanya jelas sangat berbeda. Beberapa ahli
menjelaskan bahwa dalam kaitannya dengan birokrasi, responsibility merupakan otoritas
yang diberikan atasan untuk melaksanakan suatu kebijakan. Sedangkan accountability
merupakan kewajiban untuk menjelaskan bagaimana realisasi otoritas yang diperolehnya
tersebut.
Berkaitan dengan istilah akuntabilitas, Sirajudin H Saleh dan Aslam Iqbal berpendapat
bahwa akuntabilitas merupakan sisi-sisi sikap dan watak kehidupan manusia yang
meliputi akuntabilitas internal dan eksternal seseorang. Dari sisi internal seseorang
akuntabilitas merupakan pertanggungjawaban orang tersebut kepada Tuhan-nya.
Sedangkan akuntabilitas eksternal seseorang adalah akuntabilitas orang tersebut kepada
lingkungannya baik lingkungan formal (atasan-bawahan) maupun lingkungan
masyarakat.
Dalam definisi seperti yang telah dikemukakan di atas tuntutan terhadap perpustakaan
sebagai organisasi publik tentunya tidak hanya sekedar menjadi “Responsibility Library”
tetapi juga sekaligus “Accountable Library” atau perpustakaan yang bertanggungjawab
kepada publiknya . Publik disini dapat diartikan sebagai pemakai (user), karyawan
(pustakawan dan pekerja perpustakaan), pemilik perpustakaan (pemerintah, Yayasan,
LSM dsb ) dan lingkungan dalam segala aspek yang berkaitan dengan operasional
perpustakaan. Sehingga di masa dating perpustakaan dapat menjadi organisasi atau
institusi yang mempunyai tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social
Responsibility (selanjutnya dalam artikel akan disingkat CSR) atau penulis mempunyai
gagasan baru dapat menjadi Library Social Responsibilty atau LSR dimana tolak ukurnya
adalah dimilikinya identitas sebagai accountable library tadi. Dalam kaitannya dengan
akuntabilitas terhadap perpustakaansaat ini mungkin perpustakaan nasional dan
perpustakaan daerah dapat dijadikan contoh. Regulasi dari pemerintah berupa Peraturan
Inpres RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dapat
menjadi pedoman perpustakaan-perpustakaan birokratis atau milik negara sebagai acuan
atau tolak ukur sebuah “library accountable” . Meskipun secara umum di dunia
kepustakawanan belum dikenal standar akuntabilitas khusus bagi pengelolaan
perpustakaan namun beberapa perpustakaan di luar negeri banyak mengadopsi ukuran-
ukuran akuntabilitas seperti AA1000, Global Reporting Initiative, Verite,
SA800,iSO14000 dan iSO9001. ISO 9001 lebih dikenal di Indonesia sebagai standar
manajemen mutu pengelolaan organisasi. Penerapan ISO di organisasi berguna untuk :
Menurut Guy Benveniste dalam bukunya yang berjudul Birokrasi ada 3 jenis intervensi
akuntabilitas dalam sebuah organisasi yang dapat dipakai oleh sebuah perpustakaan
2. Mengacu pada target, program, implementasi dan evaluasi output tertentu yang
diharapkan. Hal ini tentu berkaitan dengan strategi manajemen sebuah perpustakaan
sehingga perencanaan program kerja, pengorganisasian atau konsolidasi, implementasi
dan kontrol terhadap pelaksanaan program akan dievaluasi pada tahap akhirnya apakah
sesuai dengan rencana atau tujuan yang diharapkan. Sebagai contoh sebuah perpustakaan
daerah meluncurkan produk perpustakaan keliling yang diharapkan tujuannya untuk
membina minat baca anak-anak sekolah atau anak-anak di daerah pelosok. Tapi
kenyataannya segmen yang dituju kurang tepat misalnya mahasiswa dan hanya terbatas
di kota besar saja. Tentu saja hal tersebut telah menyimpang sehingga berpengaruh
terhadap penilaian sebuah perpustakaan yang accountable tadi.
3. Mengacu pada evaluasi eksternal terhadap output sebuah produk yang dihasilkan
perpustakaan. Sebagai contoh apakah produk katalog online perpustakaan (OPAC) akan
bernilai tinggi dimana keterbatasan akan sarana telekomunikasi sangat tinggi. Tentu
produk tersebut tidak tepat dan bernilai rendah. Ketidakmampuan perpustakaan melihat
kondisi pasar dalam hal ini user akan sangat berpengaruh. Tidak adanya fasilitas
komputer dan sarana telekomunikasi akan membuat user atau pemakai memilih kembali
pada katalog manual misalnya. Penilaian produk yang dihasilkan dari hasil program awal
sebuah perpustakaan dapat dinilai dari respon pengguna perpustakaan. Jika pasar atau
user sebuah perpustakaan antusias menerimanya hal ini dapat menjadi point tinggi bagi
perpustakaan yang accountable tadi.
PENUTUP
Akuntabilitas sebuah perpustakaan dalam era kompetisi saat ini sangat berpengaruh pada
positioning perpustakaan, Jika indikator akuntabilitasnya baik maka pasar atau user akan
merespon positif dan membuat posisi perpustakaan sebagai penyedia jasa yang capable
atau dapat dipercaya sekaligus predictable atau dapat diperkirakan mutunya akan tetap
kuat posisinya di pasar penyedia jasa informasi. Sebaliknya jika pasar atau pengguna
merespon negatif maka perpustakaan harus segera berbenah diri dengan melakukan
evaluasi terhadap indikator-indikator dari akuntabilitas sebuah perpustakan yang
bertanggungjawab kepada publiknya.
DAFTAR PUSTAKA
INDRANATA, Iskandar, Terampil dan Sukses Melakukan Audit Mutu Internal ISO
9001:2000 : Berdasarkan ISO 19011:2002, Bandung : Alfabeta, 2006
SALIM, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi pertama,
Jakarta : Modern English Press, 1991
TROUT, Jack, Yang Terbaru tentang Strategi Bisnis Nomor Satu Dunia, Jakarta ;
Gramedia Pustaka Utama, 1997