You are on page 1of 11

DIFRAKSI

LAPORAN PRAKTIKUM OPTIK

Disusun oleh:
Nita Nurtafita
107016300115

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H/2010 M
PERCOBAAN 6
DIFRAKSI

A. Judul Percobaan
Difraksi

B. Tujuan Percobaan
Mahasiswa dapat memahami proses pengukuran panjang gelombang cahaya

C. Teori Dasar
Apabila permukaan gelombang melewati sebuah celah sempit, di mana lebar
celah lebih kecil daripada panjang gelombangnya, maka gelombang tersebut akan
mengalami lenturan. Selanjutnya terjadi gelombang setengah lingkaran yang
melebar di daerah bagian belakang celah tersebut. Peristiwa ini disebut difraksi
atau lenturan.
1. Difraksi Cahaya pada Celah Tunggal
Difraksi/lenturan cahaya pada celah tunggal akan menghasilkan garis
terang/interferensi maksimum pada layar yang berjarak L dari celah apabila
selisih lintasan antara cahaya yang datang dari A dan B.
Gambar di bawah ini memperlihatkan gelombang cahaya yang datang pada
sebuah celah yang sangat sempit. Pola interferensi pada difraksi celah tunggal ini
terlihat adanya garis-garis gelap. Sedangkan pola terangnya lebar. Terang pusat
akan melebar setengah bagian lebih lebar pada kedua sisi.
Syarat terjadinya pola difraksi pada celah tunggal :
 Difraksi minimum (gelap): d sin θ = nλ ; n = 1, 2, 3, …
1
 Difraksi maksimum (terang): d sin θ = (n - )λ; n = 1, 2, 3, …
2

2. Difraksi Cahaya pada Kisi


Kisi adalah celah sangat sempit yang dibuat dengan menggores sebuah
lempengan kaca dengan intan. Sebuah kisi dapat dibuat 300 sampai 700 celah
setiap 1 mm. pada kisi, setiap goresan merupakan celah.
Sebuah kisi memiliki konstanta yang menyatakan banyaknya goresan tiap
satu satuan panjang, yang dilambangkan dengan d, yang juga sering dikatakan
menjadi lebar celah. Dalam sebuah kisi, lebar celah dengan jarak antara dua celah
sama apabila banyaknya goresan tiap satuan panjang dinyatakan dengan N.
Pada sebuah kisi yang disinari cahaya yang sejajar dan tegak lurus kisi, dan di
belakang kisi ditempatkan sebuah layar, maka pada layar tersebut akan terdapt
garis terang dan gelap, jika cahaya yang dipakai adalah monokromatik. Kemudian
akan terbentuk deretan spektrum warna jika cahaya yang digunakan sinar putih
(polikromatik).
Garis gelap dan terang atau pembentukan spektrum akan lebih jelas dan tajam
jika lebar celahnya semakin sempit atau konstanta kisinya semakin banyak/besar.
Garis gelap dan terang dan spektrum tersebut merupakan hasil interferensi dari
cahaya yang berasal dari kisi tersebut yang jatuh pada layar titik/tempat tertentu.
Difraksi cahaya juga terjadi jika cahaya melalui banyak celah sempit terpisah
sejajar satu sama lain dengan jarak konstan. Celah semacam ini disebut kisi
difraksi atau sering disebut dengan kisi.
Kisi difraksi merupakan piranti untuk menghasilkan spektrum dengan
menggunakan difraksi dan interferensi, yang tersusun oleh celah sejajar dalam
jumlah sangat banyak dan memiliki jarak yang sama (biasanya dalam orde 1.000
per mm). Dengan menggunakan banyak celah, garis-garis terang dan gelap yang
dihasilkan pada layar menjadi lebih tajam. Bila banyaknya garis (celah) per satuan
panjang, misalnya cm adalah N, maka tetapan kisi d adalah:
d=1/N

Di titik P akan terjadi terang jika memenuhi persamaan berikut:


dy
d sin θ=nλ atau =nλ
L
Keterangan:
d : konstanta kisi = 1/N dengan N = jumlah celah/cm

D. Rangkaian Percobaan
E. Alat dan Bahan
Kode Nama Alat Jml
POG 460 01 Kotak cahaya 1
POG 460 02 Pemegang kotak cahaya 1
FPT 16.02/66 Rel presisi 2
FPT 16.04/68 Kaki rel 2
FPT 16 03/67 Penyambung rel 1
POF 180 01 Kisi difraksi 1
FPT 16 09/79 Diafragma celah tunggal 1
POF 225 Filter warna 3
POG 700 Layar putih 1
FPT 16 17/87 Tumpakan berpenjepit 6
FPT 16 14/84 Lensa f = +100 mm. bertangkai 1
FPT 16 13/83 Lensa f = + 50 mm. bertangkai 1
FPT 16 07/77 Pemegang slaid diafragma 2
KAL 99 Kabel penghubung 2
KAL 60/5A Catu daya 1

F. Prosedur Percobaan
1. Siapkan peralatan seperti terlihat pada gambar rangkaian percobaan.
2. Nyalakan catu daya.
3. Atur jarak antara kotak cahaya dengan lensa f = +50 mm sebesar 5 cm.
Lensa ini digunakan untuk mensejajarkan sinar yang datang dari kotak
cahaya.
4. Atur letak lensa f = +100 mm sehingga terbentuk bayangan cahaya
tunggal yang tajam pada layar.
5. Letakkan pemegang slaid diafragma di belakang lensa (f = +100 mm),
masukkan kisi difraksi ke dalam pemegang celah diafragma.
6. Geserlah kisi mendekati atau menjauhi layar. Amati perubahan yang
tejadi. Catat pada tabel pengamatan.
7. Masukkan filter warna merah pada celah pemegang diafragma belakang
kotak cahaya, kemudian ukurlah besaran-besaran berikut:
L = jarak kisi ke layar
y = jarak antara dua garis yang berada di kiri dan kanan garis utama.
Catat hasilnya pada data pengamatan.
8. Ulangi langkah di atas berturut-turut untuk filter hijau dan biru.
9. Jika telah selesai, matikan catu daya.

G. Data Hasil Percobaan


d = 1/1500
Warna Cahaya L (mm) Y (mm) λ (nm)
Merah 100 75 500
Hijau 100 57 380
Biru Muda 100 41 273,33
Kuning 100 66 440
Ungu 100 32 213,33

d = 1/1800
Warna Cahaya L (mm) Y (mm) λ (nm)
Merah 100 75 416,67
Hijau 100 57 316,67
Biru Muda 100 41 227,78
Kuning 100 66 366,67
Ungu 100 32 177,78

H. Pengolahan dan Analisis Data


 Menghitung kesalahan relatif tiap percobaan untuk d = 1/1500
hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan= |[ nilai sebenarnya | ×100 %

1) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna merah


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan= |[ nilai sebenarnya |
×100 %

500 ] −[ 722 ]
= |[ 722 |×100 %=30,74 %
2) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna hijau
hasil percobaan ] − [ nilai sebenarnya ]
Persentas e kesalahan= |[ nilai sebenarnya |
×100 %

380 ] −[ 577 ]
= |[ 577 |× 100 %=34,14 %

3) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna biru muda


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

273,33 ] −[ 492 ]
= |[ 492 |
× 100 %=44,44 %

4) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna kuning


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

440 ] − [ 597 ]
= |[ 597 | ×100 %=26,29 %

5) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna ungu


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

440 ] − [ 455 ]
= |[ 455 | ×100 %=3,29 %

 Menghitung kesalahan relatif tiap percobaan untuk d = 1/1800


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan= |[ nilai sebenarnya | ×100 %

1) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna merah


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

416,67 ]− [ 722 ]
= |[ 722 |
× 100 %=42,28 %

2) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna hijau


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %
316,67 ] −[ 577 ]
= |[ 577 | × 100 %=45,12 %

3) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna biru muda


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

227,78 ] −[ 492 ]
= |[ 492 | × 100 %=53,70 %

4) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna kuning


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebenarnya |
×100 %

366,67 ] −[ 597 ]
= |[ 597 | × 100 %=38,58 %

5) Persentase kesalahan untuk gelombang cahaya warna ungu


hasil percobaan ] −[ nilai sebenarnya ]
Persentase kesalahan=|[ nilai sebe narnya |
×100 %

177,78 ] −[ 455 ]
= |[ 455 | × 100 %=60,93 %

I. Kesimpulan
Berdasarkan data hasil percobaan, maka didapat panjang gelombang pada
masing-masing spektrum warna yaitu sebagai berikut:
Untuk d = 1/1500
Panjang gelombang
Spektrum Warna
hasil percobaan (λ) nm
Merah 500
Hijau 380
Biru muda 273,33
Kuning 440
Ungu 213,33

Untuk d = 1/1800
Panjang gelombang
Spektrum Warna
hasil percobaan (λ) nm
Merah 416,67
Hijau 316,67
Biru muda 227,78
Kuning 366,67
Ungu 177,78

Berdasarkan data hasil percobaan maka dapat disimpulkan bahwa cahaya


merah memiliki panjang gelombang terbesar yaitu 500 nm (pada d = 1/1500)
dan 416,67 nm (pada d = 1/1800). Sedangkan cahaya ungu memiliki panjang
gelombang terkecil yaitu 213,33 nm (pada d = 1/1500) dan 177,78 nm (pada
d = 1/1800). Hal tersebut terjadi karena letak cahaya merah yang menjauhi
titik terang pusat dan cahaya ungu yang mendekati titik terang pusat,
sehingga cahaya merah dengan panjang gelombang terbesar mengalami
lenturan atau pembelokkan paling besar dan cahaya ungu mengalami lenturan
terkecil karena panjang gelombang cahaya ungu yang paling kecil.
Adapun untuk hasil perbandingan data percobaan dengan buku referensi
terdapat perbedaan yang cukup besar, hal ini mungkin terjadi disebabkan
karena adanya kesalahan paralak dalam pengukuran dan kurang teliti dalam
melakukan pengamatan dan pengambilan data.

J. Tugas Akhir
1) Hitunglah panjang gelombang cahaya merah, hijau, biru?
Jawab:
Untuk d = 1/1500
Cahaya merah:
1
×75
dy 1500
λ= = =( 5 ×10−4 ) ( 106 )=500 nm
L 100
Cahaya hijau:
1
×57
dy 1500
λ= = =( 3,8 ×10−4 ) ( 106 ) =380 nm
L 100
Cahaya biru:
1
× 41
dy 1500
λ= = =( 2,733 ×10−4 ) ( 106 ) =273,33 nm
L 100
Untuk d = 1/1800
Cahaya merah:
1
×75
dy 1800
λ= = =( 5 ×10−4 ) ( 106 )=416,67 nm
L 100
Cahaya hijau:
1
×57
dy 1800
λ= = =( 3,8 ×10−4 ) ( 106 ) =316,67 nm
L 100
Cahaya biru:
1
× 41
dy 1800
λ= = =( 2,733 ×10−4 ) ( 106 ) =227,78 nm
L 100

2) Bandingkan hasilnya dengan panjang gelombang pada buku-buku


referensi?
Jawab:
Perbandingan panjang gelombang hasil pengukuran dan perhitungan
dengan buku referensi sebagai berikut :
Untuk d = 1/1500
Panjang gelombang Panjang gelombang
Spektrum Warna
hasil percobaan (λ) nm referensi (λ ) nm
Merah 500 622 – 722 nm
Hijau 380 492 – 577 nm
Biru muda 273,33 455 – 492 nm
Kuning 440 577 – 597 nm
Ungu 213,33 390 – 455 nm

Untuk d = 1/1800
Panjang gelombang Panjang gelombang
Spektrum Warna
hasil percobaan (λ) nm referensi (λ ) nm
Merah 416,67 622 – 722 nm
Hijau 316,67 492 – 577 nm
Biru muda 227,78 455 – 492 nm
Kuning 366,67 577 – 597 nm
Ungu 177,78 390 – 455 nm

You might also like