Professional Documents
Culture Documents
Strategi Nasional adalah cara melaksanakan politik nasional dalam mencapai sasaran dan tujuan
yang ditetapkan oleh politik nasional, yakni merupakan pelaksanaan dari kebijakansanaan
nasional. dalam melaksanakan politik nasional disusun strategi nasional, seperti jangka pendek,
jangka menengah dan jangka panjang.
materi referensi:
Stratifikasi Polstranas : stratifikasi kebijakan nasional dalam NKRI, meliputi : Tingkat
Penentu Kebijakan Pusat, Tingkat Kebijakan Umum, Tingkat Penentu Kebijakan
Khusus, dan Tingkat Penentu Kebijakan Teknis.
Tingkat Penentu Kebijakan Puncak meliputi kebijakan tertinggi yang lingkupnya
nasional mencakup penentuan Undang-undang Dasar, dan yang berkaitan dengan
masalah makro politik bangsa dan negara.
Penentu kebijakan puncak adalah kewenangan presiden sebagai kepala negara.
Bentuk hukum yang dikeluarkan berupa Dekrit, Peraturan atau piagam Kepala
Negara.
Tingkat Penentu Kebijakan Umum merupakan tingkat kebijakan dibawah Tingkat
Kebijakan Puncak yang lingkupnya juga nasional dan ditekankan pada masalah
makro strategis guna mencapai situasi dan kondisi tertentu yang diharapkan.
Bentuk hukum yang dihasilkan adalah UU, PP, Keputusan atau Instruksi Presiden,
dalam keadaan tertentu dapat dikeluarkan Maklumat Presiden.
Tingkat penentuan kebijakan khusus merupakan kebijakan umum yang
merumuskan strategi, administrasi, sistem dan prosedur dalam bidang utama
pemerintahan.
*Wewenang kebijakan khusus terletak pada menteri berdasarkan dan sesuai
dengan kebijakan pada tingkat di atasnya.
*Bentuk hukum yang dikeluarkan berupa Peraturan
Menteri, Kepmen, Instruksi Menteri, Surat Edaran Menteri.
Tingkat Penentuan Kebijakan Teknis ditekankan pada suatu sektor bidang utama
dalam bentuk prosedur dan teknik implementasi rencana, program dan kegiatan.
*Wewenang pengeluaran kebijakan teknis terletak pada pimpinan eselon pertama
Departemen Pemerintahan dan Pimpinan Lembaga-lembaga Non-Departemen.
*Hasil penentuan kebijakan berupa Peraturan, Keputusan, Instruksi Pimpinan
Lembaga Non-Departemen atau Direktur Jenderal.
Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau
pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit
yang relatif terpisah dari lingkungannya dan memiliki hubungan yang relatif tetap diantara
elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari
berbagai sudut, misalnya dengan menekankan pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada
struktur hubungan antara berbagai lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan
antara berbagai lembaga negara sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek,
sedangkan peranan partai politik dan kelompok-kelompok penekan merupakan bagian lain dari
suatu sistem politik. Dengan merubah sudut pandang maka sistem politik bisa dilihat sebagai
kebudayaan politik, lembaga-lembaga politik, dan perilaku politik.
Model sistem politik yang paling sederhana akan menguraikan masukan (input) ke dalam sistem
politik, yang mengubah melalui proses politik menjadi keluaran (output). Dalam model ini
masukan biasanya dikaitkan dengan dukungan maupun tuntutan yang harus diolah oleh sistem
politik lewat berbagai keputusan dan pelayanan publik yang diberian oleh pemerintahan untuk
bisa menghasilkan kesejahteraan bagi rakyat. Dalam perspektif ini, maka efektifitas sistem
politik adalah kemampuannya untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyat.
Namun dengan mengingat Machiavelli maka tidak jarang efektifitas sistem politik diukur dari
kemampuannya untuk mempertahankan diri dari tekanan untuk berubah. Pandangan ini tidak
membedakan antara sistem politik yang demokratis dan sistem politik yang otoriter.
c. Pengertian Sistem Politik
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
pemerintahan serta melaksanakan dan mempertahankan kekuasaan dengan cara
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
hubungan Negara dengan Negara.
SISTEM POLITIK menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu sama
lain dan menunjukkan suatu proses yang langggeng
Politik berasal dari bahasa yunani yaitu “polis” yang artinya Negara kota. Pada
Negara/kehidupan Negara.16
mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah
tertentu.
Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah sekumpulan pendapat, prinsip, yang
membentuk satu kesatuan yang berhubungan satu sama lain untuk mengatur
mengatur individu atau kelompok individu satu sama lain atau dengan Negara dan
Sistem Politik menurut Rusadi Kartaprawira adalah Mekanisme atau cara kerja
seperangkat fungsi atau peranan dalam struktur politik yang berhubungan satu
dan terjalinnya kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik
Negara. Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR,
DPR, DPD, Presiden dan Wakil Presiden, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
7. 17 Murshadi “Ilmu Tata Negara; untuk slta kelas III” Rhineka Putra, bandung, 1999, hlm. 31
Badan yang ada di masyarakat seperti Parpol, Ormas, media massa, Kelompok kepentingan
(Interest Group), Kelompok Penekan (Presure Group), Alat/Media Komunikasi Politik, Tokoh Politik
(Political Figure), dan pranata politik lainnya adalah merupakan infrastruktur politik, melalui badan-
badan inilah masyarakat dapat menyalurkan aspirasinya. Tuntutan dan dukungan sebagai input dalam
proses pembuatan keputusan. Dengan adanya partisipasi masyarakt diharapkan keputusan yang dibuat
Teori politik
Teori politik merupakan kajian mengenai konsep penentuan tujuan politik, bagaimana mencapai
tujuan tersebut serta segala konsekuensinya. Bahasan dalam Teori Politik antara lain adalah
filsafat politik, konsep tentang sistem politik, negara, masyarakat, kedaulatan, kekuasaan,
legitimasi, lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, perbandingan politik, dsb.
Terdapat banyak sekali sistem politik yang dikembangkan oleh negara negara di dunia antara
lain: anarkisme,autoritarian, demokrasi, diktatorisme, fasisme, federalisme, feminisme,
fundamentalisme keagamaan, globalisme, imperialisme, kapitalisme, komunisme, liberalisme,
libertarianisme, marxisme, meritokrasi, monarki, nasionalisme, rasisme, sosialisme, theokrasi,
totaliterisme, oligarki dsb.
Lembaga politik
Secara awam berarti suatu organisasi, tetapi lembaga bisa juga merupakan suatu kebiasaan atau
perilaku yang terpola. Perkawinan adalah lembaga sosial, baik yang diakui oleh negara lewat
KUA atau Catatan Sipil di Indonesia maupun yang diakui oleh masyarakat saja tanpa pengakuan
negara. Dalam konteks ini suatu organisasi juga adalah suatu perilaku yang terpola dengan
memberikan jabatan pada orang-orang tertentu untuk menjalankan fungsi tertentu demi
pencapaian tujuan bersama, organisasi bisa formal maupun informal. Lembaga politik adalah
perilaku politik yang terpola dalam bidang politik.
Pemilihan pejabat, yakni proses penentuan siapa yang akan menduduki jabatan tertentu dan
kemudian menjalankan fungsi tertentu (sering sebagai pemimpin dalam suatu bidang/masyarakat
tertentu) adalah lembaga demokrasi. Bukan lembaga pemilihan umumnya (atau sekarang KPU-
nya) melainkan seluruh perilaku yang terpola dalam kita mencari dan menentukan siapa yang
akan menjadi pemimpin ataupun wakil kita untuk duduk di parlemen.
Persoalan utama dalam negara yang tengah melalui proses transisi menuju demokrasi seperti
indonesia saat ini adalah pelembagaan demokrasi. Yaitu bagaimana menjadikan perilaku
pengambilan keputusan untuk dan atas nama orang banyak bisa berjalan sesuai dengan norma-
norma demokrasi, umumnya yan
materi referensi:
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pol…
•
ketatanegaraan Indonesia yang berbasis secara murni dan konsekuen pada paham “kedaulatan rakyat” dan
“Negara hukum” (rechstaat). Karena itu, dalam konteks penguatan sistem hukum yang diharapkan mampu
membawa rakyat Indonesia mencapai tujuan bernegara yang di cita-citakan, maka perubahan atau amandemen
UUD 1945 merupakan langkah strategis yang harus dilakukan dengan seksama oleh bangsa Indonesia.
Sistem ketatanegaraan bangsa Indonesia tercermin pada UUD 1945. Sejak merdeka pada tanggal 17
Agustus 1945 hingga sekarang, Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan konstitusi. Perubahan ini
disebabkan oleh perkembangan sejarah ketatanegaraan Indonesia yang terus mengalami dinamika menuju
antara lain:
1. UUD 1945
3. UUDS 1950
4. UUD 1945
Karena pelaksanaan sistem ketatanegaraan kita bersumber dari UUD 1945, maka dari beberapa kali
penyempurnaan yang dilakukan pada UUD 1945 yang telah mengalami beberapa kali amandemen
menunjukkan masih adanya kekurangan yang masih harus terus disempurnakan. Kembali lagi pada kasus
masalah pelanggaran dan penyelewengan terhadap UUD 1945 yang telah dibuat, membuat pelaksanaannya
belum berjalan maksimal sehingga masih banyak kekacauan yang terjadi terhadap bangsa ini. Untuk itu sangat
dibutuhkan kesadaran hukum yang tinggi pada diri masing-masing warga Negara untuk menjaga dan
menegakkan hukum yang sudah ada agar tercipta kenyamanan dan keamanan di Negara Indonesia. Jika
pelaksanaannya berjalan sebagaimana mestinya dan sanksi yang tegas diberikan kepada para aparat atau
siapapun yang melakukan pelanggaran dan penyelewengan, sistem ketatanegaraan kita sudah cukup bagus.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, Indonesia mengalami perubahan mendasar mengenai sistem
ketatanegaraan. Karena itu perlu dibuat suatu konvensi mengenai kategorisasi nomenklatur kelembagaan
Dapat kita lihat bahwa pancasila dalam konteks ketatanegaraan RI. Dalam beberapa tahun ini
Indonesia mengalami perubahan yang sangat mendasar mengenai system ketatanegaraan. Dalam hal perubahan
tersebut Secara umum dapat kita katakan bahwa perubahan mendasar setelah empat kali amandemen UUD
1945 ialah komposisi dari UUD tersebut, yang semula terdiri atas Pembukaan, Batang Tubuh dan
Penjelasannya, berubah menjadi hanya terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal. Penjelasan UUD 1945, yang
semula ada dan kedudukannya mengandung kontroversi karena tidak turut disahkan oleh PPKI tanggal 18
Agustus 1945, dihapuskan. Materi yang dikandungnya, sebagian dimasukkan, diubah dan ada pula yang
dirumuskan kembali ke dalam pasal-pasal amandemen. Perubahan mendasar UUD 1945 setelah empat kali
amandemen, juga berkaitan dengan pelaksana kedaulatan rakyat, dan penjelmaannya ke dalam lembaga-
lembaga negara. Sebelum amandemen, kedaulatan yang berada di tangan rakyat, dilaksanakan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Majelis yang terdiri atas anggota-anggota DPR ditambah dengan
utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan itu, demikian besar dan luas kewenangannya. Antara lain
mengangkat dan memberhentikan Presiden, menetapkan Garis- garis Besar Haluan Negara, serta mengubah
Undang-Undang Dasar.
Rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggaraan negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi
yang memuat aturan dasar tentang kehidupan yang demokratis, supremasi hukum, pemberdayaan rakyat,
penghormatan hak asasi manusia dan otonomi daerah. Hal ini membuka peluang bagi berkembangnya praktek
penyelengaraan negara yang tidak sesuai dengan Pembukaan UUD 1945, antara lain sebagai berikut:
a.Tidak adanya check and balances antar lembaga negara dan kekuasaan terpusat pada
presiden.
b.Infra struktur yang dibentuk, antara lain partai politik dan organisasi masyarakat.
c.Pemilihan Umum (Pemilu) diselenggarakan untuk memenuhi persyaratan demokrasi
formal karena seluruh proses tahapan pelaksanaannya dikuasai oleh pemerintah.
d.Kesejahteraan sosial berdasarkan Pasal 33 UUD 1945 tidak tercapai, justru yang
berkembang adalah sistem monopoli dan oligopoli
Bottom of Form
Privacy policy
You will receive email notifications regarding your account activity. You can manage
these notifications in your account settings. We promise to respect your privacy.
Bottom of Form