You are on page 1of 115

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan mempunyai perencanaan yang sangat menentukan bagi

perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa

dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

tersebut mengenali, menghargai, dan memanfaatkan sumber daya manusia dan

hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota

masyarakatnya, kepada peserta didik.

Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat diciptakan lewat

lembaga pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Kedua lembaga ini secara simultan memproses row input untuk dapat lebih

cerdas sebagaimana yang diamanatkan oleh Pembukaan Undang-Undang Dasar

1945 Alinea ke empat, “……mencerdaskan kehidupan bangsa……”

Indikator sumber daya manusia yang berkualitas, satu diantaranya adalah

munculnya produk kreatif seseorang. Produk kreatif akan muncul bila mana ada

motivasi baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik disertai komitmen yang tinggi

untuk mencapai prestasi serta adanya wahana yang memungkinkan munculnya

kreativitas. Semakin tinggi potensi kreativitas seseorang dan didukung

keterbukaan wahana untuk mengekspresikan kreativitasnya, maka semakin

terbuka pulalah peluang munculnya produk kreatif.

1
2

Berkenaan dengan hal diatas, maka fungsi sekolah sebagai wahana

menumbuh kembangkan kreativitas jiwa harus dioptimalkan. (Dedi Supriyadi,

1997:18). Guru harus piawai didalam menyusun skenario pembelajaran. Skenario

atau desain pembelajaran yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat

mengekspresikan kreativitasnya.

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupanya. Pendidikan

merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui

proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)

menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat

(3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta

ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan

undang-undang. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan

kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Undang-

Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.

Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang

memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuanya

secara optimal, sehingga ia dapat mewujudakan dirinya dan berfungsi

sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat.

Setiap orang mempunyai bakat dan kemampuan yang berbeda-beda pula.

Pendidikan bertujuan untuk memandu (yaitu mengidentifikasi dan membina serta

memupuk (yaitu mengemengembangkan dan meningkatkan) bakat tersebut,


3

termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuuan dan

kecerdasan luar biasa. (Munandar. 1999:6).

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh

pendidikan. Penerimaan seseorang sebagai peserta didik dalam suatu satuan

pendidikan diselenggarakan dengan tidak membedakan jenis kelamin, agama,

suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan tetap

mengindahkan kekhususan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Adapun pendidikan formal seperti yang diuraikan pada pasal 14 UU RI No.

20 tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa jenjang pendidikan formal

terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

Berkaitan dengan usaha pemerintah meningkatkan kesiapan calon peserta didik

untuk jenjang pendidikan dasar, maka diberlakukan kebijakan pendidikan anak

usia dini.

Program pendidikan nasional, secara umum, meliputi tiga tahapan yaitu

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan dasar

dimulai ketika anak menginjak usia enam tahun atau lebih. Sementara itu ketika

anak berusia kurang dari enam tahun (antara empat sampai dengan lima tahun ),

anak umumnya telah mengikuti pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK),

walaupun menurut program pendidikan nasional, pendidikan TK ini bukan

merupakan jenjang pendidikan yang harus diikuti. Pendidikan di TK merupakan

bentuk pendidikan fakultatif dalam rangka mempersiapkan anak-anak masuk ke

pendidikan SD. Sekalipun bersifat fakultatif pendidikan di TK, tetap diakui

eksistensinya sebagai suatu jenis pendidikan yang penting karena keberadaanya


4

itu merupakan basis bagi pendidikan selanjutnya, terutama dalam bidang

pendidikan kreatif.

Dalam PP RI Nomor 27, tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah

menjadi lebih kuat setelah munculnya dasar hukum tambahan. Keputusan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0486 / U / 1992

Bab I Pasal 2 Ayat (1) yang telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-

kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan

jasmani dan rokhani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak (Soemantri

Patmodewo, 2000 :44).

Taman Kanak-kanak didirikan sebagai usaha mengembangkan seluruh segi

kepribadian anak didik dalam rangka menjembatani pendididkan dalam keluarga

ke pendidikan sekolah. TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah

adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan

rohani anak didik diluar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan

dasar.

Kegiatan di Taman Kanak-kanak tentunya sangat berbeda dengan kegiatan

pembelajaran di Sekolah Dasar. Kegiatan di TK dilaksanakan dengan cara

bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu “bermain sambil belajar, dan belajar

seraya bermain”, hal ini merupakan cara yang paling efektif, karena dengan

bermain anak dapat mengembangkan berbagai kreativitas anak didik di TK,

termasuk perkembangan motorik halus anak, meningkatkan penalaran dan

memahami keberadaan lingkungan, terbentuk imajinasi, mengikuti imajinasi,

mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dalam kegiatan bermain anak

menggunakan seluruh aspek pancainderanya.


5

Dengan bermain anak dapat menemukan lingkungan orang lain, dan

menemukan dirinya sendiri, sehingga anak dapat bersosialisasi dengan

lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa terhadap

orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama anak dapat

menemukan pengalaman baru dalam kegiatan tersebut. Bermain dapat

memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan

secara spontan anak dapat mengembangkan bahasanya, dengan bermain anak

dapat bereksperimen.

Kegiatan bermain di TK merupakan hal yang menyenangkan, kegiatan

belajar di TK adalah bermain yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian

anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang

berikutnya. Dalam memberikan kegiatan belajar pada anak didik harus

diperhatikan kematangan atau tahap perkembang kreativitas anak didik, alat

bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, serta waktu dan tempat

bermainya.

Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih

bersemangat mengikuti pembelajaran di TK, karena kegiatan percobaan sains

dapat mengembangkan aspek perkembangan anak didik, yakni aspek bahasa,

kognitif, kreativitas, psikososial, dan fisiologis, dalam kegiatan percobaan sains

anak akan diajak bereksplorasi, mengidentifikasi melakukan klasifikasi, prediksi,

eksperimen, dan melakukan evaluasi. (Depdiknas, 2003 :3)

Menurut Hildebrand (1986), bahwa anak TK mempunyai dorongan yang

kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih
6

baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar

(Moeslichatoen, 1999 : 10). Segala sesuatu yang diamati oleh inderanya. Untuk

menanggapi dorongan tersebut anak berusaha menemukan jawaban sendiri

dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat,

didengar, dicium, dirasakan atau diraba itu. Tentang bagaimana terjadinya, dari

mana segala sesuatu itu berasal atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang,

diubah kedudukanya, dibanting dan sebagainya.

Untuk mendapatkan informasi dan pengalaman anak TK mempunyai

dorongan yang kuat untuk menjelajahi dan meneliti lingkunganya. Dengan

menggerakkan dan memainkan sesuatu, anak akan memperoleh pengalaman.

Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba

kemampuan dan ketrampilanya terhadap sesuatu. Kegiatan mencoba ini tidak

hanya memberikan kesenangan bagi anak melainkan juga memberi pengalaman

yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila

anak TK diberi kesempatan untuk bereksperimentasi, mencoba, menguji dengan

berbagai sumber belajar mereka akan memperoleh penyempurnaan dalam cara

kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.

Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran, khususnya kelompok

A, dalam pembelajaran sains dari prestasi akademik sudah membanggakan. Hal

ini terbukti dengan nilai rata-rata ulangan harian selama semester I adalah 7,1. ini

berarti taraf serap siswa mencapai 7,1% (Dokumentasi Guru, 2004). Dengan

demikian Tujuan Pengembangan Produk masih sangat merisaukan. Dari daftar

Nilai Pengamatan, diperoleh rata-rata nilai anak didik untuk Kreativitas masih
7

5,4 yang berarti masih dibawah batas belajar tuntas, yakni 7,5% (Dokumentasi

Guru, 2004). Jumlah anak didik kelompok A adalah 44 anak, yang terdiri dari

kelompok A1 berjumlah 22 anak dan kelompok A2 berjumlah 22 anak, dengan

latar belakang sosial ekonomi orang tua lebih dari 80% mampu dan sudah sadar

akan pendidikan anaknya, sehingga setiap anak didik memiliki berbagai

perlengkapan untuk menunjang belajarnya di Sekolah.

Berpijak pada hal-hal tersebut diatas, secara khusus, patut dipertanyakan

pula bagaimana percobaan sains di TK itu berlangsung dan dengan kata lain

apakah percobaan sains dapat meningkatkan aspek perkembangan kreativitas

anak didik di Taman Kanak-kanak.

B. Fokus Permasalah

Dari uraian latar belakang diatas, dapat diidentifikasi permaslahan yang

timbul pada pembelajaran melalui percobaan sains di Taman Kanak-Kanak Hj.

Isriyati Moenadi Ungaran adalah sebagai berikut :

1. Percobaan sains di TK masih menekankan pada tujuan pengembangan produk

yang berupa prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi

kecerdasan anak didik yang dikedepankan.

2. Proses ilmiah, khususnya kreativitas anak didik belum dikembangkan

seoptimal mungkin.

3. Aktivitas guru dan siswa belum optimal, sehingga pembelajaran masih

berpusat pada guru.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang akan

diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :


8

C. Rumusan Masalah

Dari fokus masalah tersebut diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut :

“Bagaimanakah peningkakan aspek perkembangan kreativitas anak didik di

Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran setelah dilakukan percobaan

sains ?”

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum Penelitian Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kreativitas

anak didik di Taman Kanak-Kanak Hj Isriyati Moenadi Ungaran melalui

percobaan-percobaan sains

2. Tujuan Khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah setelah penelitian ini

berahir, kreativitas siswa semakin meningkat secara bermakna yang

ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :

a. Sekurang-kurangnya guru terampil membuat rencana pembelajaran

melalui percobaan sains dengan metode eksperimen

b. Sekurang-kurangnya aktivitas guru selama percobaan sains dengan

metode eksperimen meningkat baik.

c. Sekurang-kurangnya aktivitas anak didik yang berupa gagasan kreatif dan

sikap ilmiah baik.

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :


9

1. Peneliti

Dengan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini peneliti memiliki

pengetahuan, keterampilan dan pengalaman tentang PTK, khususnya

penerapan metode eksperimen yang benar dan tepat, serta peneliti mampu

mendeteksi permasaslahan yang ada didalam proses pembelajaran sekaligus

mencari alternatif solusi yang tepat. Selain itu ,peneliti mampu memperbaiki

proses pembelajaran didalam kelas dalam rangka meningkatkan kreativitas

siswa.

2. Anak Didik

a. Anak Didik dapat berekspresi kreatif sesuai dengan potensi kreativitasnya

b. Mengurangi rasa ketakutan untuk berbeda pendapat, karena didalam

kreativitas memungkinkan adanya keberagaman.

3. Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati

Moenadi Ungaran

a. Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan aset penting karena hal ini

dalam rangka meningkatkan kreativitas siswa.

b. Sebagai acuan jika akan melakukan kegiatan sejenis.

F. Sistematika Skripsi

Skripsi ini penulis susun dalam sistematika sebagai berikut:

1. Bagian Awal, berisi : halaman judul, halaman persetujan pembimbing,

halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran.


10

2. Bagian isi, terdiri dari :

Bab I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, fokus masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

sistematika skripsi.

Bab II : Landasan teori.

Bab III : Metode penelitian, yang terdiri dari rancangan penelitian, data dan

teknik pengumpulanya, serta indikator kinerja.

Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan

Bab V : Penutup berisi : simpulan dan saran.

3. Bagian Ahir, berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tugas Perkembangan Anak Usia Dini

Awal masa kanak-kanak merupakan periode yang bahagia dalam


kehidupan. Kalau tidak, kebiasaan tidak bahagia dengan mudah akan
berkembang, dan sekali ini terjadi akan sulit dirubah. Berikut merupakan tugas-
tugas perkembangan untuk anak usia dini. (Hurlock, 1991: 140)
1. Awal masa kanak-kanak yang berlangsung dari dua sampai enam tahun, oleh

orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan;

oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli

psikologi sebagai usia prakelompok, penjelajah atau usia bertanya.

2. Perkembangan fisik berjalan lambat tetapi kebiasaan fisiologis yang dasarnya

diletakkan pada masa bayi, menjadi cukup baik.

3. Awal masa kanak-kanak dianggap sebagai saat belajar untuk mencapai

pelbagai keterampilan karena anak senang mengulang, hal mana penting

untuk belajar keterampilan; anak pemberani dan senang mencoba hal-hal

baru; dan karena hanya memiliki beberapa keterampilan maka tidak

mengganggu usaha penambahan keterampilan baru.

4. Perkembangan berbicara berlangsung cepat, seperti terlihat dalam

perkembanganya pengertian dan berbagai keterampilan berbicara. Ini

mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.

5. Perkembangan emosi mengikuti pola yang dapat diramalkan, tetapi terdapat

keanekaragaman dalam pola ini karena tingkat kecerdasan, seks besarnya

keluarga, pendidikan anak dan kondisi-kondisi lain.


12

6. Awal masa kanak-kanak adalah usia prakelompok, saat diletakkanya dasar

perkembangan sosial yang merupakan ciri usia berkelompok diahir masa

kanak-kanak.

7. Bermain sangat dipengruhi oleh keterampilan motorik yang dicapai, tingkat

popularitas yang ia senangi diantara teman-teman sebaya, bimbingan yang

diterima dalam mempelajari berbagai pola bermain dan status sosial ekonomi

keluarga.

8. Ketidak tepatan dalam mengerti sesuatu, merupakan hal yang umum pada

awal masa kanak-kanak karena banyak konsep yang kekanak-kanakan

dipelajari tanpa cukup bimbingan dan karena anak sering didorong untuk

memandang kehidupan secara tidak realistis agar lebih menarik dan lebih

semarak.

9. Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa

dimana anak belajar mematuhi peraturan secara otomatis melalui aturan

hukuman dan pujian. Periode ini juga merupakan masa penegakan disiplin

dengan cara yang berbeda, ada yang dikenakan disiplin yang otoriter, lemah

dan demokratis.

10. Minat umum anak meliputi minat terhadap agama, tubuh manusia, diri

sendiri, seks dan pakaian.

11. Awal masa kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam

penggolongan peran seks dikuasai terutama belajar arti stereotip peran-seks

dan menarima serta mamainkan peran-seks yang disetujui oleh kelompoknya.


13

12. Berbagai hubungan keluarga, orang tua anak, antar saudara dan hubungan

dengan sanak keluarga, berperan dalam sosialisasi anak dan perkembangan

konsep diri, dalam tingkat kepentingan yang berbeda.

13. Bahaya fisik yang penting meliputi kematian, penyakit, kecelakaan,

penampilan yang tidak manarik, kegemukan dan kidal.

14. Diantara bahaya psikologis yang terpenting adalah isi pembicaraan yang

bersifat tidak sosial, ketidakmampuan mengadakan kompleks empati, gagal

belajar penyesuaian sosial karena kurangnya bimbingan, lebih menyukai

teman khayalan atau hewan kesayangan, terlalu menekankan pada hiburan

dan kurang penekanan pada bermain aktif, konsep-konsep dengan bobot

emosi yang kurang baik, disiplin yang tidak konsisten atau disiplin yang

terlalu didasarkan pada hukum, gagal dalam mengambil peran seks sesuai

dengan pola yang disetujui oleh kelompok sosial, kemerosotan dalam

hubungan keluarga dan konsep diri yang kurang baik.

15. Kebahagiaan pada awal masa kanak-kanak bergantung lebih pada kejadian

yang menimpa anak di rumah dari pada kejadian diluar rumah.

Meskipun dasar dari tugas dalam perkembangan yang diharapkan sudah

dikuasai anak sebelum mereka memasuki sekolah diletakkan selama masa bayi,

tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam

periode awal masa kanak-kanak atau usia dini yang relatif singkat.

Tugas perkembangan pada ahir nasa kanak-kanak antara lain :

1. Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan

umum.
14

2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang

tumbuh.

3. Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya.

4. Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat.

5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis

dan berhitung.

6. Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan

sehari-hari.

7. Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai.

8. Mengembangkan siakap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-

lembaga.

9. Mencapai kebebasan pribadi.

Tujuan pendidikan yang ditarik dari tugas-tugas perkembangan yang harus


diselesaiakan itu tidak mungkin dilaksanakan sekaligus melainkan harus
dijabarkan kedalam tugas-tugas yang kecil yang dinamakan tujuan kegiatan. Bila
guru telah menetapkan tujuan kegiatan yang terlebih dahulu ditetapakan itu.
Ditinjau dari segi perkembangan anak pembentukan tingkah laku melalui
pembiasaan akan membantu anak tumbuh dan berkembang secara seimbang
artinya memberikan rasa puas pada diri sendiri dan dapat diterima oleh
masyarakat. Memungkinkan terjadinya hubungan antara pribadi yang baik, saling
percaya, saling mendorong, bekerja sama untuk kepentingan bersama.
Pembentukan tingkah laku hendaknya lebih banyak dinyatakan dalam perbuatan
dan tidak dalam ucapan saja. Hal ini bisa dilaksanakan dengan cara :
1. Mendorong anak bertingakah laku sesuai yang diharapkan dan

menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan.

2. Tingkah laku yang diharapkan apabila dilakukan anak akan memberikan

konsekuensi yang menyenangkan, sedang tingkah laku yang tidak diharapkan

akan menumbuhkan penyesalan pada diri anak.


15

3. Tingkah laku yang diharapkan apabila dibina secara terus menerus pada

saatnya akan terjadi dengan sendirinya, atas prakarsa anak sendiri meskipun

tidak ada pengawasan dari guru.

4. Anak perlu mendapatkan kesempatan untuk mengubah tingkah laku yang

tidak diharapkan itu.

Dalam membina hubungan dengan anak lain ada beberapa pendekatan dengan
anak lain yang dapat dilaksanakan atau yang tidak dapat dilaksanakan berkaitan
dengan ketrampilam bergaul, membina hubungan, memecahkan pertentangan
dengan anak lain. Anak belajar cara yang dapat dilaksanakan dalam berbagai
bahan, perlengkapan dengan anak lain atau saling mengemukakan gagasan
dengan anak lain. Anak balajar mempertahankan diri, menuntut hak dengan cara
yang dapat diterima, menerima giliran, mengkomunikasikan keinginan dan
mengadakan negosiasi dengan cara yang dapat diterima kelompok:
mempertahankan barang miliknya, meminta menggunakan alat permainan,
menanti menggunakan alat permainan, menyatakan keinginan untuk melakukan
sesuatu kepada anak lain, mengadakan kesepakatan dalam menggunakan alat
permainan secara bergantian. Anak berusaha untuk dapat memberi informasi dan
contoh cara menggunakan atau melakukan kepada anak lain misalnya: dimana
membeli buku tulis yang dimilikinya, memberti contoh cara menggunakan alat
permainan yang dimiliki, selanjutnya anak belajar untuk mengantisipasi apa yang
bakal terjadi atau menghindari permasalahan berdasarkan pengharapan-
pengharapan yang realistis: dapat membayangkan apa yang terjadi bila air kalau
dipanasi menjadi hangat, akan berjalan disisi kiri jalan untuk menuju kesekolah.
Dalam membina hubungan dalam kelompok anak belajar untuk dapat berperan
serta, meningkatkan hubungan kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi,
mengenal identitas kelompok dan belajar bekerja dalam kelompok. disamping itu
anak balajar untuk mengikuti jadwal dan pola kegiatan sehari-hari, mengadaptasi
dengan hal-hal rutin di sekolah, serta mengenal peraturan dan pengharapan
sekolah, misalnya : kegiatan piket, menjadi bagian kelompok, bekerja sama
melaksanakan tugas guru, menaati jadwal dan kegiatan bermain dan kegiatan
yang lain, mengetahui apa yang harus dilakukan setiap hari disekolah, menaati
tata tertib dan peraturan sekolah (tidak boleh datang terlambat, jari-jari tangan
bersih, kuku tidak boleh panjang dan sebagainya). Anak juga belajar menghargai
hak, perasaan dan harta milik orang lain, serta belajar untuk bersabar menunda
dan menaati giliran untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Dalam membina diri sebagai individu anak belajar untuk bertanggung jawab
membantu diri sendiri, menjaga diri sendiri dan berprakarsa untuk melakukan
kegiatan yang dipilihnya, misalnya anak menyiapkan alat tulis, menyiapkan bekal
makanan, membersihkan bangku setelah melakukan kegiatan, anak juga belajar
berdekatan dengan anak lain tanpa mengganggu, mengadakan kesepakatan,
16

berkomunikasi secara verbal dan non verbal, dan menerima penolakan, atau
perasaaan yang menyakitkan atau kekecewaan dengan cara yang diterima
kelompok misalnya, tidak merebut alat permainan teman didekatnya,
mengadakan kesepakatan dalam berbagai alat permainan, menyuruh anak lain
diam dengan menempatkan jari telunjuk pada mulutnya. Disamping itu anak juga
belajar untuk mengenal keterbatasan kondisi anak lain sehingga anak dapat
memahami bantuan apa yang bisa diberikan kepada anak tersebut.

B. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak

Pentingnya bermain bagi perkembangan kepribadian telah diakui secara


universal, karena merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, baik bagi anak
maupun orang dewasa. Kesempatan bermain dan rekreasi memberikan anak
kegembiraan disertai kepuasan emosional. Bermain merupakan kegiatan yang
spontan dan kreatif, yang denganya seseorang dapat menemukan ekspresi dirinya
sepenuhnya. (Freeman & Munandar, 1997 :262).
Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar
Taman Kanak-kanak (Depdikbud, 1994) tujuan program kegiatan belajar anak
TK adalah untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan sikap,
pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik
dalam menyesuaikan diri dengan lingkunganya dan untuk pertumbuhan serta
perkembangan selanjutnya. Sedangkan ruang lingkup program kegiatan belajar
yang meliputi : pembentukan perilaku melalui pembiasaan dalam pengembangan
moral pancasila, agama, disiplin, perasaan/emosi, dan kemampuan
bermasyarakat, serta pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan yang
dipersiapkan oleh guru meliputi pengembangan kemampuan bahasa, daya pikir,
daya cipta, ketrampilan dan jasmani.
Pendidikan paling utama pada tataran kedua setelah pendidikan dikeluarga
adalah pendidikan di sekolah. Anak adalah investasi paling besar yang dimiliki
keluarganya, masyarakat dan bangsa. Anak memiliki sejuta kemampuan yang
akan berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu sesuai perkembangan
kejiwaan anak. Namun demikian, perkembangan kemampuan itu tidak dapat
mencapai tahap optimal, apabila proses perkembanganya tidak dituntut dan
didesain secara sistematis.
Anak membutuhkan bantuan dalam mempelajari suatu hal, bagaimana
mangatasinya, dan sebagainya. Untuk membuat anak memecahkan masalah
dengan efektif dan efisien, maka orang tua harus mamahami dunia anak-anak.
Sehingga anak akan berada pada dunianya bersama teman sebaya.
Kemandirianya pada anak hendaknya selalu didasarkan perkembangan anak
dengan diberi kesempatan dan pengalaman dalam mengembangkan sifat-sifat
alamiah.
1. Belajar Melalui Bermain
17

Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling

efektif adalah dengan bermain. Dalam bermain anak dapat mengembangkan

otot besar maupun otot halusnya, meningkatkan penalaran, memahami

lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib

dan disiplin.

Unsur kebebasan pada pendidikan prasekolah, adalah penting sifatnya.

Hal ini berkaitan dengan tujuan pendidikan prasekolah yaitu mengembangkan

potensi anak secara optimal. Kebebasan dalam pendidikan anak prasekolah

dalam aplikasinya adalah bermain.

Secara alamiah bermain memotivasi anak untuk mengetahui sesuatu

lebih mendalam dan secara spontan anak mengembangkan kreativitasnya.

Dengan bermain anak mendapat banyak informasi tentang peristiwa, orang,

binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan

bereksperimen, memahami konsep-konsep sesuai dengan perkembangan

anak.

“Bermain bukan bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan

sesuatu yang sungguh-sungguh, bermain bukan suatu kegiatan yang

produktif; dan sebagainya……bekerjapun dapat diartikan bermain sementara,

kadang-kadang bermain dapat dialami sebagai bekerja, demikian pula anak

yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga sering kali

dianggap nyata, sungguh-sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan

sebenarnya” (Soemantri Patmodewo. 2000: 102).

Bermain merupakan cara yang paling baik untuk mengembangkan

kemampuan anak didik. Bermain merupakan cara alamiah anak untuk

menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya


18

bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada

hasil ahir. Perkembangan bermain sebagai cara pembelajaran hendaknya

disesuaikan dengan perkembangan, umur, dan kemampuan anak. Secara

berangsur-angsur dikembangkan dari bermain sambil belajar (unsur bermain

lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak).

(Depdikbud 1994 :11).

Bermain sebagai bentuk belajar di Taman Kanak-kanak adalah bermain

yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan

canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang pendidikan

berikutnya. Oleh karena itu,dalam memberikan kegiatan belajar pada anak

didik harus diperhatikan kematangan atau tahap perkembangan anak didik,

alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan

teman bermainya.

Barmain adalah kegiatan yang spontan dan penuh usaha dan kegiatan

tersebut merupakan dasar dari perkembangan. Dalam beberapa bentuk

permainan terlihat adanya persamaan yang dilakukan oleh anak-anak. Setiap

anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan sendiri akan

selalu mencari kegembiraan dan kepuasan dalam bermain. Untuk bermain,

anak membutuhkan tempat bermacam-macam alat permainan, waktu dan

kebebasan.

Melalui bermain, memberikan kesempatan kepada anak untuk

mengembangkan potensi-potensi dan kemampuanya yang kreatif dan

konstruksi menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar. Berkaitan

dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan
19

dan pengalaman-pengalaman dengan berbagai alat bantu permainan yang

fungsional untuk perkembangan harmonis anak.

Dalam tatanan pendidikan Taman Kanak-Kanak, bermain dapat

digambarkan sebagai suatu rangkaian kasatuan yang berujung pada bermain

bebas, bermain dengan bimbingan dan berahir pada bermain dengan

diarahkan. Bermain bebas dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan bermain

dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan

mereka dapat memilih bagaimana menggunakan alat tersebut. Bermain

dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan

diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan konsep (pengertian

tertentu). Bermain diarahkan, guru mengajarkan bagaimana cara

menyelesaikan suatu tugas yang khusus. (Soemiarti Patmodewo, 2000:103).

Barmain juga merupakan tuntutan dan kebutuhan yang esensial bagi

anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan

kebutuhan perkembangan dimensi motorik, kognitif, kreativitas, bahasa,

emosi, sosial nilai dan sikap hidup.

Melalui kegiatan bermain anak dapat mengembangkan kreativitasnya,

yaitu melakukan kegiatan yang mengandung kelenturan; memanfaatkan

imajinasi atau ekspresi diri; kegiatan-kegiatan pemecahan masalah, mencari

cara baru dan sebagainya.

Sesuai dengan pengertian bermain yang merupakan tuntutan dan

kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson

(Gordon & Browne, 1985:268) ada 8 fungsi bermain bagi anak:


20

a. Menirukan apa yang dilakukan oleh orang dewasa. Contohnya, meniru

ibu memasak di dapur, dokter mengobati orang sakit dan sebagainya.

b. Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata

seperti guru mengajar dikelas, sopir mengendarai bus, dan lain-lain.

c. Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga alam pengalaman hidup

yang nyata. Contohnya ibu memandikan adik, dan lain-lain.

d. Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng,

menepuk-nepuk air, dan sebagainya.

e. Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti

berperan sebagai pencuri, menjadi anak nakal, dan lain-lain.

f. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok

gigi, sarapan pagi, dan lain sebagainya.

g. Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin

bertambah tinggi tubuhnya dan lain-lain.

h. Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah

seperti menghias ruangan dan lain-lain.

Melalui bermain memberikan kesempatan pada anak untuk

mengembangkan potensi dan kemampuanya yang kreatif dan konstruktif

menurut pola perkembanganya sendiri secara wajar, serta mengembangkan

motorik dan daya pikir menjadi lebih meningkat.

2. Metode Pembelajaran di TK

Metode merupakan cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk

mencapai tujuan kegiatan. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tidak


21

selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu dalam memilih suatu

metode yang akan dipergunakan dalam program kegiatan anak di Taman

Kanak-kanak seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor

yang mendukung pemilihan metode tersebut seperti : karakteristik tujuan

kegiatan dan karakteristik anak yang diajar.

Untuk mengembangkan kognisi anak dapat dipergunakan metode-

metode yang mampu menggerakkan anak agar menumbuhkan berfikir dapat

menalar, mampu menarik dan dapat membuat generalisasi. Caranya dengan

memahami lingkungan disekitarnya, mengenal orang dan benda-benda yang

ada, memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri, melatih memahami untuk

mengurus diri sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk

berhubungan dengan orang lain, dan melakukan apa yang dianggap benar

berdasar nilai yang ada dalam masyarakat.

Guru mengembangkan kreativitas anak, metode-metode yang dipilih

adalah metode yang dapat menggerakkan anak untuk meningkatkan motivasi

rasa ingin tahu dan mengembangkan imajinasi. Dalam mengembangkan

kreativitas anak metode yang dipergunakan mampu mendorong anak mencari

dan menemukan jawabannya, membuat pertanyaan yang membantu

memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali dan menemukan

hubungan-hubungan baru.

Guru mampu mengembangkan kemampuan bahasa anak dengan

menggunakan metode yang dapat meningkatkan perkembangan kemampuan

berbicara, mendengar, membaca dan menulis. Guru memberikan kesempatan

anak memperoleh pengalaman yang luas dalam mendengarkan dan berbicara.


22

Guru mengembangkan emosi anak dengan menggunakan metode yang

menggerakkan anak untuk mengekspresikan perasaan yang menyenangkan

perasaan yang menyenangkan secara verbal dan tepat.

Guru untuk mengembangkan kemampuan motorik anak dapat

dipergunakan metode-metode yang menjamin anak tidak mengalami cidera.

Oleh karena itu guru menciptakan lingkungan yang aman dan menantang,

bahkan alat yang dipergunakan dalam keadaan baik, tidak menimbulkan

perasaan takut, cemas dalam menggunakannya. Berbagai alat dan bahan yang

dipergunakan juga menantang anak untuk melakukan aktivitas.

Untuk mengembangkan nilai dan sikap anak dapat dipergunakan

metode-metode yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan-kebiasaan yang

didasari oleh nilai-nilai agama dan moral Pancasila agar anak dapat menjalani

hidup sesuai dengan norma yang dianut masyarakat. Pemberian pengalaman

belajar yang memungkinkan terbentuknya kebiasaan kerja, kebiasaan

menghargai waktu dan kebiasaan memelihara lingkungan.

Selain dari tujuan kegiatan karakteristik anak juga ikut menentukan

pemilihan metode. Perlu diingat oleh guru bahwa anak Taman Kanak-kanak

pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu

yang kuat, senang bereksperimen dan menguji, mampu mengekspresikan diri

secara kreatif, mempunyai imajinasi dan senang berbicara.

Pola kegiatan yang dapat dipilih guru Taman Kanak-kanak untuk

mencapai tujuan kegiatan yaitu, kegiatan yang dilaksanakan dengan

pengarahan langsung oleh guru yakni kegiatan yang kondisinya berada dalam

jangka waktu tertentu. Kegiatan macam ini mempunyai ciri-ciri anaknya

duduk tenang dibangku masing-masing dan memperhatikan apa yang harus


23

dikerjakan sesuai dengan perintah guru. Selain itu juga anak diperintah

mengambil bahan yang dipergunakan dan memperhatikan peragaan guru

tentang bagaimana menggunakan bahan tersebut.

Dalam kegiatan yang berpola semi kreatif guru memberi kebebasan

kepada anak untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan karya berupa

suatu tiruan atau hasil mencontoh model. Masing-masing anak diberi

kesempatan untuk mewujudkan daya kreatifnya. Dalam hal ini anak telah

melaksanakan sesuatu berdasar pendapatnya sendiri. Dalam pola kegiatan

yang semi kreatif ini anak belum sepenuhnya kreatif karena masih mendapat

bimbingan guru, yaitu anak masih berbuat berdasar pengarahan guru. Oleh

karena itu kegiatan semacam ini dinamakan semi kreatif.

Kegiatan yang kreatif dilaksanakan dengan cara manghadapkan anak

pada berbagai masalah yang harus dipecahkan. Jadi, kegiatan memecahkan

masalah adalah kegiatan yang kreatif sebenarnya. Dalam kegiatan

menghadapkan anak untuk memecahkan masalah inilah yang merupakan

kegiatan belajar kreatif yang sebenarnya. Pemecahan masalah ini dapat

bersifat perorangan maupun kelompok. pola kegiatan kreatif memerlukan

berbagai macam sumber belajar dan media belajar yang memadai. Fungsi

guru dengan pola kegiatan kreatif adalah sebagai fasilitator yang selalau siap

memberikan bantuan petunjuk, bimbingan, pujian, perbaikan yang

dibutuhakan oleh anak.

Yang dimaksud dengan karakteristik tujuan adalah pengembangan

kognitif, pengembangan kreativitas, pengembangan bahasa, pengembangan

emosi, pengembangan motorik dan pengembangan sikap dan nilai.


24

Metode pembelajaran yang di gunakan di Taman Kanak-kanak adalah :

(a) Metode Bercerita (b) Metode Bercakap-cakap (c) Metode Tanya Jawab

(d) Metode Pemberian Tugas (e) Metode Karya Wisata (f) Metode

Demonstrasi (g) Metode Sosiodrama (h) Metode Eksperimen (i) Metode

Bermain Peran (j) Metode Proyek. ( Moeslichatun 1999)

Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode eksperimen

dan metode demonstrasi yang berarti menunjukkan, mengerjakan dan

menjelaskan serta mencoba langsung. Jadi dalam demonstrasi kita

menunjukkan dan menjelaskan cara-cara mengerjakan sesuatu dan langsung

mencobanya. Melalui eksperimen dan demonstrasi diharapkan anak dapat

mengenal langkah-langkah dan membangkitkan kreativitasnya untuk bisa

mencoba. Percobaan sains disini dilakukan dengan metode demonstrasi dan

eksperimen secara langsung, dimaksudkan agar anak bisa mencobanya

sendiri setelah diberi contoh.

Demontrasi mempunyai makna penting bagi anak Taman Kanak-Kanak

yang antara lain :

a. Dapat memperlihatkan secara konkrit apa yang dilakukan /

dilaksanakan/diperagakan.

b. Dapat mengkomunikasikan gagasan, konsep, prinsip, dan peragaan.

c. Membantu mengembangkan kemampuan mengamati secara teliti dan

cermat.

d. Membantu mengembangkan kemampuan untuk melakukan segala

pekerjaan secara teliti, cermat dan tepat.


25

e. Membantu mengembangkan kemampuan peniruan dan pengenalan secara

tepat.

C. Konsep Kreativitas Anak

1. Pengertian Kretivitas

Mungkin hal yang paling penting disadari oleh orang tua dan guru ialah

bahwa setiap oarng memiliki potensi kreatif. Bebeapa orang memilikinya

lebih dari orang lain, tetapi tak ada orang yang tidak kreatif sama sekali.

Terutama anak-anak usia prasekolah sebetulnya sangat kreatif, mereka

memiliki kreativitas alamiah.

Sayangnya banyak orang tua dan guru yang kurang menyadari atau

kurang dapat menghargai kreativitas anak. Mereka lebih menginginkan anak

yang selalu patuh dan melakukan hal-hal yang diinginkan orang tua atau

melakukan hal-hal yang sama seperti anak lain. Orisinalitas kurang dapat

diterima, dianggap menyulitkan, dan bahkan dapat berbahaya. Tanpa

menyadarinya, orang dewasa yang bermaksud baik, dengan dalih

menanamkan disiplin dan kepatuhan, tidak memberi kesempatan benih-benih

kreativitas anak tumbuh dan berkembang.

Ini tidak berarti bahwa disiplin dan kepatuhan tidak penting. Di sinilah

sering terjadi kesalah pahaman tentang arti dan makna dari kreativitas.

Kreativitas tidak bertentangan dengan disiplin dan mengikuti peraturan yang

ditentukan.

Pengertian kreativitas menurut kamus besar bahasa Indonesia berarti

hasil dari kemampuan mencipta. Banyak hal yang dilakukan manusia ada
26

unsur kreativitasnya. Hal ini sesuai dengan program kegiatan yang

dikembangkan di TK, yaitu pengembangan daya cipta. Kreativitas terjadi

karena kebiasaan mencipta sesuatu yang baru (Anggani Sudono: 1997 :1).

Dunia Taman Kanak-kanak adalah dunia pendidikan kreativitas, artinya

aktivitas guru senantiasa dituntut kreativitasnya. Secara ideal konseptual,

pendidikan di TK adalah proses pembelajaran yang dirancang secara sadar

dan sistematis untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat

mengembangkan potensi daya ciptanya untuk mengungkapkan apa yang ada

dalam diri ataupun apa yang ada diluar dirinya.

Kreativitas sebagai suatu produk dari hasil pemikiran atau perilaku

manusia. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu proses dan mungkin

inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada anak didik sejak dini

untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny Semiawan, AS. Munandar, SCU

Munandar, 1990:8).

Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menghasilkan suatu

komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock, 1989 :4).

Kreativitas ini dapat berupa kegiatan imaginative atau sintesis pemikiran

yang hasilnya bukan hanya rangkuman, tapi mencakup pembentukan pola

baru dan gabungan informasi yang diperolah dari pengalaman sebelumnya,

yang dihubungakan dengan situasi baru. Kreativias ini mempunyai maksud

dan tujuan yang ditentukan bukan fantasi semata, tetapi merupakan hasil yang

sempurna dan lengkap. Kreativitas ini dapat berupa produk, kesusastraan,

seni produk ilmiah bahkan bisa bersifat metodologis dan prosedural.

Pendapat lain menyatakan bahwa kreativitas adalah merupakan

kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkanya


27

dalam pemecahan masalah. Kreativitas ini meliputi fleksibilitas atau

keluwesan, kelancaran, keaslian atau orisinalitas dalam pemikiran. Kreativitas

ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa ingin tahu, senang

mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar,

1992 :7). Dari pendapat ini menunjukkan bahwa kreativitas adalah suatu

proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, yang berupa gagasan atau

berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan baru. Kreativitas sebagai

konsep baru dari dua konsep tersebut dapat berupa sesuatu yang abstrak atau

benda konkrit yaitu berupa produk atau jasa, cara serta tehnik atau berupa

metodologi.

Kreativitas dapat ditinjau dari emat aspek (4P), yaitu :

a. Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu

dalam interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat

kratif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.

Kreativitas sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan,

orisinalitas dan elaborasi. Kelancaran disini berkaitan dengan

kemampuan untuk membangkitkat sejumlah besar ide-ide. Seseorang

yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin

besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau

fleksibilitas adalah mampu melihat masalah dari beberapa sudut pandang.

Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak

ide. Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan

mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian dan

kekakuan. Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan


28

penemuan. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide

luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau

menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu

yang kreatif membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi

jarak jauh, dan membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai

gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah dapat

merinci dan memperkaya suatu gagasan. Orang yang kreatif dapat

mengembangkan gagasan-gagasannya secara luas. Penilaian merupakan

kemampuan dalam mengapresiasikan sebuah ide. Orang yang kreatif

memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu berbeda

dengan orang-orang pada umumnya. Kreativitas ditinjau dari aspek.

b. Pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu

(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,

sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan.

Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi

dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.

c. Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada

anak usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang

diutamakan, dan jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang

bermakna dan bermanfaat. Jika pendidik terlalu cepat menuntut produk

kreatif yang memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi

kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.


29

d. Kreativitas sebagai produk, merupakan suatu ciptaan yang baru dan

bermakna bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak,

hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia

belum pernah membuat itu sebelumnya, dan ia tidak meniru atau

mencontoh pekerjaan orang lain. Dan yang penting, produk kreativitas

anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam

berkreasi.

Kegiatan kreatif ini bertujuan membentangkan alam pikiran dan

perasaan anak, menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan, menantang

maka menjajaki bidang-bidang baru, memikirkan hal-hal baru yang belum

terpikir sebelumnya, mengantisipasi akibat-akibat dari kejadian-kejadian

hipotesis, menggunakan daya imajinasi dan firasatnya dalam memecahkan

masalah. (Freeman & Munandar, 1996 : 246).

2. Ciri-ciri Kreativias

Ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non

kognitif. Menurut munandar (1990:51) menyatakan bahwa pemaduan ciri

kognitif dan ciri afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar

kreativitas yang dimiliki individu itu dapat terwujud secara nyata.

Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan ketrampilan

untuk berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan

pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang mencerminkan

kreativitas. Menurut Munandar (1990:51), ciri kreativitas yang berhubungan

dengan afektif dan kognitif antara lain :


30

a. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan affektif meliputi : rasa ingin

tahu, bersifat imaginativ, merasa tergantung oleh kemajemukan, sikap

berani mengambil resiko, sikap menghargai.

b. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan kognitif meliputi : ketrampilan

berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes atau fleksibel, ketrampilan

berpikir orisional, ketrampilan merinci atau mengelaborasi serta

ketrampilan menilai.

Ciri kreativitas digolongkan kedalam dua bagian yaitu anak yang

kreativitasnya tinggi dan anak yang kreativitasnya rendah. Anak yang

kreativitasnya tinggi cenderung lebih ambisius, mandiri, otonom, cenderung

percaya diri, efisien dalam berpikir, tertarik pada hal-hal yang komplek dan

perspektif, mampu mengambil resiko. Sedangkan anak yang rendah

kreativitasnya kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dan

sejahtera, kurang bisa mengendalikan dirinya dan kurang efisien dalam

berpikir.

Pada dasarnya seorang anak selalu mencotoh orang tua dan ingin

mandiri seperti apa yang diperbuat orang tua. Dengan meniru orang tua, anak

akan menunjukkan kreativitasnya, anak yang kreatif biasanya lebih percaya

diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam

berpikir dan selalu ingin mandiri. Anak yang ingin mandiri pada dasarnya

ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua bahwa pada diri anak sudah

tumbuh menuju kearah kedewasaan. Anak sudah mulai tidak senang diatur

dan dikekang apalagi dipaksa. Kebebasan merupakan sesuatu yang

dibutuhkan dalam diri anak. Bahwa tujuan anak melakukan sesuatu yang
31

menarik perhatian orang lain karena anak ingin mengetahui bagaimana reaksi

orang lain karena anak tersebut ingin memperhatikan kepada orang tua

maupun orang yang ada disekelilingnya bahwa kehadiranya perlu

diperhatikan dan diakui. Hal itu mencerminkan kreativitas alamiah anak usia

dini.

Menurut Freeman & Munandar (1996) bahwa ada beberapa ciri

perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah anak usia prasekolah

menjadi nyata, seperti:

a. Senang menjajaki lingkunganya.

b. Mengamati dan memegang segala sesuatu, mendekati segala macam

tempat atau pojok, seakan-akan haus akan pengalaman.

c. Rasa ingin tahu mereka besar, karena itu mereka suka mengajukan

pertanyaan, dan seakan-akan tidak pernah puas dengan jawaban yang

diberikan.

d. Anak usia prasekolah bersifat spontan dan cenderung menyatakan pikiran

dan perasaannya sebagai mana adanya, tanpa merasakan hambatan,

seperti tampak pada orang dewasa.

e. Anak usia prasekolah selalu ingin mendapatkan pengalaman-pengalaman

baru; ia senang “berpetualang”, dan terbuka terhadap rangsangan-

rangsangan baru yang mana sering mencemaskan orang tuanya.

f. Mereka senang melakukan “eksperimen” hal ini tampak dari perilakunya

senang mencoba-coba dan melakukan hal-hal yang sering membuat orang

tuanya atau gurunya keheran-heranan dan tidak jarang pula merasa tidak

berdaya menghadapi tingkah laku anaknya.


32

g. Anak usia prasekolah jarang merasa bosan, ia senang melakukan macam-

macam hal, dan ada-ada saja yang ingin dilakukan.

h. Biasanya anak usia prasekolah mempunyai daya imajinasi tinggi, yang

nyata jika orang dewasa menyempatkan untuk mendengar ungkapan-

ungkapan dan mengamati perilakunya.

Ada pula cirri-ciri kreativitas yang lain yaitu memiliki rasa ingin tahu

yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan yang berbobot (tidak asal

tanya), memberikan banyak gagasan (usul-usul terhadap suatu masalah),

mampu menyatakan pendapat secara spontan, mempunyai/ menghargai rasa

keindahan, menonjol dalam satu atau lebih bidang studi, dapat mencari

pemecahan masalah dari berbagai segi, mempunyai rasa humor, mempunyai

daya imajinasi (memikirkan hal-hal baru dan tidak biasa), mampu

mengajukan pikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dari orang

lain (orisinil), kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macan gagasan,

serta mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan. (Hawadi,

Wihardjo & Wiyono, 2001:14).

Dari beberapa pandangan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kreativitas merupakan suatu kemampuan yang dapat menghasilkan keadaan

yang baru, yang berupa gagasan-gagasan atau pemikiran-pemikiran yang

masih abstrak serta dapat pula benda-benda yang konkrit. Hal ini dilakukan

oleh anak agar mendapat pengakuan tentang keberadaan dirinya dan dianggap

sejajar dengan orang dewasa, sehingga anak akan selalu menampilkan

kreativitas yang sangat membantu perkembangan jiwanya. Dari kreativitas

tersebut anak mampu berpandangan jauh kedepan dan mempunyai motivasi


33

yang tinggi untuk hidup mandiri tanpa selalu menggantungkan diri pada

orang lain.

3. Perkembangan Kreativitas

Hidup dalam suatu masa di mana ilmu pengetahuan berkembang

dengan pesat, suatu adaptasi kreatif merupakan satu-satunya kemungkinan

bagi suatu bangsa yang sedang berkembang, untuk dapat mengikuti

perubahan-perubahan yang terjadi, untuk dapat menghadapi problema-

problema yang semakin kompleks. Oleh karena itu, pengembangan

kreativitas sejak usia dini menjadi sangat penting untuk terus dipupuk dalam

diri anak didik, mengapa demikian ?

Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan

(mengaktualisasikan) dirinya, dan aktualisasi merupakan kebutuhan pokok

dalam hidup manusia (Maslow, 1967). Kreativitas merupakan manifestasi

dari individu yang berfungsi sepenuhnya.

Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk

melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu

masalah.

Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri

pribadi dan bagi lingkungan) tetapi juga memberikan kepuasan kepada

individu.

Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan

kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan

masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide

baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. (Munandar, 1999:31)


34

Perkembangan kreativitas antara anak yang satu dan yang lain berbeda-

beda baik jenis maupun derajadnya. Karena perkembangan kreativitas

muncul dalam setiap tahapan perkembangan manusia dari bayi sampai tahap

perkembangan lanjut usia. Karena munculnya kreativitas sejak bayi maka

kreativitas ini perlu dirangsang dan dikembangkan sejak awal mungkin.

Pengembangan kreativitas ini harus sesuai dengan tahapan individu. Oleh

karena itu rangsanganya perlu disesuaikan dan jangan dipaksakan. Karena

pemaksanan kreativitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan justru

akan membebani individu, sehingga individu tersebut tidak bekembang

normal.

Kreativitas akan tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama

terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar keberbagai

kehidupan lainya, seperti sekolah atau pendidikan, rekreasi dan pekerjaan.

Kreativitas mencapai puncaknya pada masa usia tiga puluhan sampai empat

puluhan.

Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak, karena pada masa

ini anak akan mulai menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak

membutuhkan kreativitas untuk menemukan identitasnya. Dalam mencapai

identitas tersebut, anak dituntut untuk berkarya melalui daya cipta

kreativitasnya. Dari kegiatan tersebut diperoleh jati diri serta hal yang cocok

maupun yang bertanggung jawab bagi anak. Secara tidak langsung anak akan

belajar mengendalikan diri dari kegiatan-kegiatan yang kurang bermanfaat.

Oleh karena itu perlu terus dikembangkan kreativitas pada diri anak, perlu

dipelihara rasa ingin tahu dan disalurkan melalui kesempatan mendapatkan

pengalaman berharga dan melalui model atau tiruan yang ada dilingkungan
35

anak sehingga akan memunculkan pengalaman-pengalaman baru pada diri

anak.

Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas adalah bahwa

anak harus mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru, anak

diharapkan jika berlatih dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan

tuntutan hidup. Sebaliknya anak yang tidak mampu mengembangkan

kreativitas atau ketrampilan akan menunjukkan cenderung sikap mudah putus

asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut

memperlihatkan usaha-usahanya. Seorang anak yang mampu memperhatikan

kreativitasnya akan mencapai masa produktif dan mempunyai peluang yang

baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang disertai keterlibatan yang

terus menerus dalam kegiatan kreatif disegala bidang .

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kreativitas

mempunyai peran yang penting dalam menentukan perkembangan manusia.

Karena anak yang dapat menyalurkan kreativitasnya akan mempunyai makna

pada tahap perkembanganya.

4. Faktor yang Mempengaruhi Munculnya Kreativitas

Faktor yang mempengaruhi munculnya kreativitas pada anak adalah

jenis kelamin, urutan kelahiran, intelegensi dan tingkat pendidikan orang tua

(Hurlock, 1991:8).

a. Jenis kelamin

Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreativitas. Anak laki-laki

cenderung lebih besar kreativitasnya dari pada anak perempuan, terutama

setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan


36

perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan. Anak laki-laki dituntut

untuk lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani

mengambil resiko dibandingkan anak perempuan.

b. Urutan kelahiran

Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat

kreativitasnya. Anak yang lahir ditengah, belakang dan anak tunggal

cenderung lebih kreatif dari pada anak anak yang lahir pertama. Hal ini

terjadi karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih

menyesuaikan diri oleh orang tua sehingga anak lebih penurut dan

kreativitasnya mati.

c. Intelegensi

Anak yang intelegensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan

cenderung menunjukkan tingkah kreativitas yang tinggi dibandingkan

anak yang intelegensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak

mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik sosial dan mampu

merumuskan penyelesaian konflik tersebut.

d. Tingkat pendidikan orang tua

Anak yang orang tuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih

kreatif dibandingkan pendidikanya rendah. Hal ini disebabkan karena

banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orang tua sehingga

memupuk anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreativitasnya.


37

Dari uraian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kreativitas

tumbuh dan berkembang karena faktor internal dan faktor eksternal.

5. Desain Pembelajaran Kreatif

Dalam pembelajaran kretaif, terdapat teknik-teknik tertentu yang

penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan tahap pembelajaran.

Metode dan teknik kreatif berikut mengacu kepada model pembelajaran

kreatif dari Treffinger (1980) yang telah disusun oleh Conny R. Semiawan

(1997). Model pembelajaran kreatif oleh Treffinger dikelompokkan menjadi

tiga tingkat. Tingkat pertama, adalah pengembangan fungsi pemikiran

divergen; tingkat kedua, adalah pengembangan proses pemikiran dan

perasaan yang majemuk; Tingkat ketiga, adalah keterlibatan dalam tantangan

nyata. Uraian dari masing tingkatan-tingkatan tesebut disajikan sebagai

berikut :

a. Teknik-teknik kreatif tingkat pertama

Teknik pembelajaran kreatif tingkat pertama yang menekankan

pada fungsi-fungsi divergen ini antara lain menggunakan teknik

pemanasaan, pemikiran dan perasaan terbuka, sumbang saran dan

penangguhan kritik, daftar penulisan gagasan, penyusunan sifat, dan

hubungan yang dipaksakan. Metode pembelajaran kreatif tingkat pertama

ini mempunyai beberapa ciri umum sebagai berikut:

1) Pengahiran terbuka (oopen endedess).kegiatan-kegiatan pada tingkat

ini menghendaki ditemukanya sejumlah kemungkinan jawaban.

Bukan dikemukakanya sebuah jawaban yang benar.


38

2) Penerimaan banyak gagasan dan jawaban yang berbeda. Konsekuensi

dari bervariasinya jawaban yang diinginkan adalah ditemukanya

jawaban-jawaban yang bervariasi, yang kadang-kadang ada yang tidak

lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus

membina dan menghargai, sebagimana kita menghargai gagsan yang

wajar.

3) Gagasan-gagasan tingkat satu meminta kita untuk menerima

pandangan yang baru dan melihat melebihi pemikiran biasa atau

pikiran yang terikat dengan kebiasaan kita.

4) Guru mencoba bertindak sebagai kamera yang menangkap sebanyak

mungkin dalam setiap situasi.

Beberapa teknik kreatif tingkat pertama seperti disebutkan diatas

diuraikan sebagai berikut:

1) Pemanasan

Teknik pemanasan ini pada intinya merupakan kegiatan

prabelajar yang digunakan pada tahap awal pelajaran. Tahap

pemanasan ini mengupayakan adanya kondisi pelepasan pikiran

pebelajar dengan cara pembebasan diri dari peraturan-peraturan dan

hukum-hukum berpikir yang berlaku. Pembelajar dikondisikan untuk

terbebas dari kebiasan menjawab dengan tepat, dari batasan-batasan

waktu, serta diarahkan untuk lebih banyak menghasilkan ide.

Dengan kegiatan pemanasan tersebut diharapkan pembelajar

sudah masuk pada suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal
39

dan masalah baru yang kan dipelajari pada tahapan pembelajaran

berikutnya.

2) Pemikiran dan perasaan berahir terbuka

Teknik pemikiran dan perasaan berahir ini pada intinya ingin

mengupayakan agar pembelajar terdorong memunculkan perilaku

divergen. Perilaku ini dapat dirangsang dengan cara mengajukan

pertayaan yang memungkinkan pembelajar mengungkapkan segala

peraaan dan pikiran sebagai jawaban. Adapun kegiatan pemikiran dan

perasaan pengahiran terbuka (oopen-ended thoughtand feeling) dapat

dicontohkan sebagai berikut :

a) Andaikata

Pertanyaan ini dapat diungkapkan melalui pertanyaan tentang

situasi yang tidak benar atau sesuatu yang bertentangan dengan

fakta. Contoh: andaikata reformasi tidak terjadi ditahun-tahun ini,

apa yang bakal terjadi ditahun 2004 nanti?

b) Peningkatan suatu produk.

Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui pengungkapn

pemikiran pengembangan atau peningkatan terhadap suatu kondisi

yang telah ada. Contoh: bagaimana cara memperbaiki cara belajar

yang biasa dilakukan sekarang.

c) Permulaan yang tidak selesai.

Pertanyaan ini dapat dikemukakan dengan menyajikan suatu

kondisi yang belum selesai atau belum sempurna, untuk dipikirkan

kemungkinan penyelesaian atau penyempurnaanya. Contoh:


40

penyelesaian sebuah kasus, cerita, desain, rancangan dan

sebagainya.

d) Pengguna baru dari objek-objek umum.

Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu benda

atau hal untuk dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim.

Contoh: tali sepatu, kancing baju, kumis, dan lain sebagainya.

e) Alternatif judul.

Pertanyaan ini dapat dikemukakan melalui penyajian suatu

stimulasi untuk dipikirkan judulnya yang tepat. Contoh: kepada

pembelajar ditunjukkan naskah sebuah cerita, dan bisa lukisan

atau gambar-gambar tentang sesuatu.

f) Membantu siswa atau anak untuk mengajukan pertanyaan.

Kegiatan ini dilakukan mengingat pada biasanya siswa

beranggapan bahwa gurulah yang banyak mengajukan pertanyaan

dalam konteks pembelajaran. Di sini siswa diberikan kesempatan

banyak untuk memikirkan banyak pertanyaan. Melalui strategi

pemikiran dan perasan terbuka ini diharapkan pembelajar akan

terangsang untuk meningkatkan rasa ingin tahunya, dan

menguatkan minat untuk terlibat dalam aktivitas pembelajaran.

3) Sumbang Saran

Tekik sumbang saran (brainstorming) yang dikemukakakan oleh

Osborn ini mengkondisikan agar pembelajar lebih bersikap terbuka,

lebih terbuka terhadap lingkungan, dan produktif dalam melahirkan

gagasan-gagasan.
41

Agar teknik sumbang saran ni dapat membuahkan hasil yang

lebih baik, dalam pelaksanaanya perlu memperhatikan aturan-aturan

sebagai berikut:

a) Kritik harus tepat waktu

Dalam kegiatan pemecahan masalah dengan tehnik sumbang saran

ada dua tahapan yang penting diperhatikan, yaitu tahap

pengungkapan gagasan, dan tahap penilaian dan kritik. Urutan

tahapan ini harus dilaksana akan secara disiplin, karena sering kali

terjadi, begitu seseorang/siswa tertentu melontarkan gagasanya,

secepat itu muncul kritik dari pihak lain. Ini tidak dibenarkan,

karena kritik secara dini akan berakibat mematikan ide, atau akan

menghambat spontanitas pelahiran gagasan-gagasan baru. Karena

itu, kritik seharusnya dilakukan setelah acara keseluruhan

pembelajar telah menyampaikan ide atau gagasan-gagasanya.

b) Kebebasan dalam memberikan gagasan

Sangat penting untuk diketahui bahwa dalam teknik sumbang

saran ini keutamaanya terletak pada kuantitas ide, terlepas dari

kualitasnya. Karena itu, pembelajar perlu diberikan kesempatan

sebanyak-banyaknya untuk mencetuskan ide-gagasanya secara

murni dan berani. Tentu akan terlahir gagasan dan ide yang

beraneka ragam, yang sifatnya ada yang wajar, ada yang tidak atau

kurang wajar atau bahkan tidak masuk akal sama sekali. Hal

seperti itu tidak dipersoalkan, sebab dalam proses akan terjadi

rangsang-merangsang, artinya, dari ide yang aneh tadi akan


42

tertelaah oleh pihak lain yang dalam tingkat atau saat tertentu akan

mengakibatkan ide atau gagasan baru sebagai tindak lanjutnya.

c) Penekanan pada kuantitas

Hal terpenting dalam teknik ini adalah banyaknya ide-gagasan.

d) Kombinasi dan peningkatan gagasan

Berawal dari banyaknya gagasan sebagai orientasi dalam teknik

ini, ada peluang kemungkinan untuk mengkombinasi gagasan-

gagasan yang telah ada yang diperkirakan akan lahir gagasan yang

lebih bermutu.

e) Penekanan pada kualitas

Diantara banyaknya gagasan, diharapkan akan adanya gagasan

yang lebih berkualitas.

f) Tidak perlu mempersoalkan adanya gagasan yang sama. Hal

tersebut tidak dipersoalkan, mengingat bahwa adanya gagasan itu

akan lahir gagasan yang baru.

4) Daftar penulisan gagasan

Teknik daftar penulisan gagasan ini mengkondisikan agar

pembelajar menyalurkan kemampuanya untuk melihat hubungan-

hubungan baru, memanipulasi informasi dan gagasan agar

menghasilkan gagasan-gagasan baru yang orisinil. Dasar pemikiran

teknik ini ialah bahwa melalui kombinasi dari unsur yang sebelumnya

tidak ada hubungan, gagasan-gagasan yang kreatif itu lahir. Karena


43

itu, dalam teknik disiapkan daftar kata kerja dan masalahnya,

kemudian pembelajar diminta untuk menuliskan gagasan-gagasan

yang muncul sebagai hasil penghubungan dari kata kerja tersebut

dengan masalahnya. Untuk ini, Conny R.

Semiawan menyusun kata kerja menurut Osborn sebagai berikut:

a) Mengganti (substitute): siapa dan apa yang dapat diganti (unsur-

unsur, bahan, atau proses).

b) Mengkombinasi(combine): mengkombinasikan tujuan-tujuan, ide-

ide dan sebagainya.

c) Mengubah (modify): Mengubah arti, warna, corak baru, suara, dan

sebagainya.

d) Memperbesar (magnify): menambahkan apa saja seperti: waktu,

bentuk, kekeuatan, bahan, dan sebagainya.

e) Memperkecil (minify): apa saja yang dapat dikurangi seperti :

penden, lebih kecil, ringan, dan sebagainya.

f) Menyusun kembali (rearrange): komponen yang saling dapat

menggantikan seperti: pola, tata letak, urutan, dan sebagainya.

Pada dasarnya, kata kerja tersebut dapat disusun sendiri dengan

menyesuaikan dengan konteks atau masalah yang relevan.

5) Penyusunan sifat

Seperti halnya teknik yang lain, teknik penyusunan sifat ini

memiliki ciri guna tersendiri, yaitu untuk merangsang munculnya


44

banyak gagasan dalam memecahkan atau menganalisis satu objek.

Langkah-langkah penting dalam teknik ini adalah pertama,

mengidentifikasi sifat atau ciri suatu objek atau masalah; kedua,

meninjau satu persatu dari setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan

kemungkinan perubahan yang bisa terjadi; ketiga, menampung adanya

berbagai gagasan dengan melakukan pencatatan; keempat, melakukan

penilaian terhadap setiap gagasan dengan catatan bahwa penilaian ini

baru boleh dilakukan apabila pencacatan terhadap semua gagasan

telah selesai.

Terdapat beberapa bidang atau masalah yang dapat didekati

dengan teknik penyusunan sifat ini antara lain:

a) Perbandingan, misalnya: membandingkan cara belajar siswa

perkotaan dan siswa pedesaan.

b) Analisis peristiwa atau pola-pola sejarah, misalnya: dampak

reformasi terhadap mutu pendidikan.

c) Menyadari nilai dan memperjelas perasaan, misalnya:

mempelajari ciri-ciri orang jujur, bahagia, penjahat, pengecut dan

sebagainya.

d) Menentukan kriteria penilaian, misalnya: ciri-ciri karya ilmiah,

karangan, novel, dan sebagainya

6) Hubungan yang dipaksakan

Teknik hubungan yang dipaksakan (forcedrelationships) kini

merupakan teknik kreatif yang mencakup beberapa cara untuk melihat


45

kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang tidak

pernah kelihatan ada jika tidak dicoba untuk dipaksakan.

Ada babarapa cara yang dapat digunakan, antara lain adalah

teknik mendaftar dan teknik katalog.

b. Teknik-teknik kreatif tingkat kedua

Dalam teknik-teknik kreatif tingkat kedua ini pada intinya ingin

mengupayakan agar pembelajar lebih meluaskan pemikiranya serta

melakukan peran serta dalam kegiatan-kegiatan yang lebih majemuk dan

menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola

berpikir divergen untuk memecahkan masalah secara efektif.

Secara seingkat berikut ini akan menguraikan beberapa teknik

kreatif tingkat kedua, antara lain: Teknik analisis morfologis, bermain

peran dan sosiodrama, serta synectics.

1) Teknis analis morfologis

Teknik analis morfologis ini merupakan gabungan teknik-teknik

kreatif tingkat pertama yang telah dikemukakan, yaitu teknik sumbang

saran, teknik hubungan yang dipaksakan, dan teknik penyusunan sifat.

Teknik ini bertujuan agar pembelajar mampu mengidentifikasi ide-ide

baru, dengan cara mengkaji secara cermat bentuk dan struktur

masalah. Dengan mencermati struktur dari bagian-bagian utama dari

masalah, pembelajar dapat mengembangkan berbegai alternatif atau

gagasan-gagasan dari kombinasi unsur-unsur yang baru.

2) Teknik bermain peran dan sosiodrama


46

Bermain peran dan sosiodrama merupakan teknik pembelajaran

untuk menghadapi proses pemikiran dan perasaan yang majemuk

secara efektif. Teknik ini mengupayakan agar pembelajar dapat

menangani konflik, stres, dan masalah yang timbul dari pengalaman

dalam kehidupanya.

3) Synectics

Oleh penemuan synectics ini W.j.j. Gordon (1980), teknik

synectics merupakan teknik mempertemukan bersama berbagai

macam unsur dengan menggunakan kiasan (metafor) untuk

memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam

teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim;

dan kedua,membuat yang lazim menjadi yang asing, keduanya

melalui kiasan dan analogi. Analogi disini dimaksudkan sebagai suatu

pernyataan yang mengungkapkan kesamaan antara hal-hal atau

gagasan-gagasan atas dasar pembandingan.

c. Teknik kreatif tingkat ketiga

Dalam tingkat ketiga ini teknik kreatif mengupayakan keterlibatan

pembelajar dalam masalah dan tantangan nyata. Ini bermaksud agar

kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna bagi para pembelajar untuk

menghadapi masalah nyata dalam kehidupanya. Pada tahap ini pembelajar

telibat langsung dalam pengajuan pertanyaan secara mandiri dan

diarahkan sendiri. Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini

adalah teknik pemecahan masalah (PMK) secara kreatif.


47

PMK ini merupakan teknik yang sistematik dalam mengorganisasi

dan mengolah keterangan dan gagasan, sehingga masalah dapat dipahami

dan dipecahkan secara imajinatif. Pemikiran yang logis, analitik dan

divergen akan terlibat keras dalam teknik ini.

Merancang suatu desain pembelajaran yang sifatnya amat khusus

bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling

sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun

begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang

kegiatan ini.

Dengan beranjak dari pengertian bahwa anak kreatif terus menerus

memerlukan stimulasi mental untuk mencapai perkembangan unik yang

optimal, maka Renzulli ( Clark, 1986) memaparkan tujuh langkah kunci

dalam merancang suatu desain pembelajaran, yaitu mencakup :

1) Seleksi dan latihan guru;

2) Pengembangan kurikulum berdiferensiasi dalam berbagai bidang

untuk memenuhi kebutuhan belajar dalam segi akademis dan seni;

3) Prosedur identifikasi jamak;

4) Pematokan sasaran program yang sifatnya terdiferensiasi;

5) Orientasi staf dan peningkatan sikap kerja sama;

6) Rencana evaluasi

7) Peningkatan administrative.

Suatu panitia khusus dalam setiap sekolah perlu diadakan, terdiri

dari kepala sekolah, guru, orang tua, konselor dan pegawai administrasi
48

yang bertanggung jawab atas kegiatan sehari-hari perlu dibentuk dalam

merancang program ini.

Program seperti itu harus memenuhi beberapa kriteria kunci (Clark,

1986), yaitu program itu harus:

1) Memberi kesempatan dan pengalaman yang sifatnya khusus sehingga

mereka terus-menerus dapat mengembangkan potensinya;

2) Mengembangkan lingkungan bermutu untuk meningkatkan

intelegensi, bakat, perkembangan afektif dan intuitif;

3) Memberi peluang untuk pertisipasi aktif dan kooperatif antar siswa

maupun dengan orang tua;

4) Menyiapkan tempat, waktu, dan stimulasi bagi siswa berbakat untuk

menentukan sendiri kemampuanya;

5) Memberi peluang pada siswa berbakat untuk bertemu berbagai

individu berbakat untuk merasa tertantang mengembangkan dirinya;

6) Memberi stimulasi pada siswa berbakat untuk menentukan bidang

yang akan digelutinya dalam evolusi manusia dan menemukan apa

yang dapat mereka kontribusikan.

6. Proses Belajar Mengajar Kreatif

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengkondisikan suasana

yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kreativitas anak dalam

kegiatan belajar, mengacu kepada pendapat Feldhusen dan Treffinger (1980)

seperti diurai oleh Utami Munandar (1992) adalah sebagai berikut :

a. Pengaturan fisik/lingkungan kelas


49

1) Pengturan fisik dalam kelas harus diperhatikan, seperti, pengaturan

tempat duduk untuk berdiskusi secara melingkar, atau sebagian siswa

dapat duduk dilantai dalam diskusi kelompok.

2) Menjadikan ruangan kelas menjadi ruang sumber yang mengundang

para siswa untuk membaca, menjajaki dan meneliti, misalnya

dipasang gambar-gambar, alat-alat laboratorium, alat paraga mata

pelajaran yang sesuai dan sebagainya.

3) Ruang kelas perlu dilengkapi dengan perpustakaan mini yang lengkap.

Akan lebih baik apabila dilengkapi dengan bahan peralatan yang

memungkinkan siswa dapat melakukan kegiatan konstruktif.

4) Ruang kelas perlu dilengkapi dengan ruang kerja mandiri bagi siswa

yang membutuhkan

5) Perlu diciptakan ruang kelas yang santai, tenang dan menyenangkan.

b. Persiapan dan perilaku guru dalam layanan pembelajaran.

1) Di dalam pembelajaran, guru lebih bertugas sebagai fasilitator.

Sebagai fasilitator, guru mempunyai tugas untuk mendorong siswa

untuk mengembangkan ide/inisiatif dalam menjajagi tugas-tugas baru.

2) Guru memberikan rangsangan dan dukungan dalam konteks yang

tepat dan tidak cepat memberikan kritik.

3) Gagasan-gagasan baru dari semua siswa harus diterima secara terbuka

serta berupaya untuk memahami.

4) Semua siswa harus disikapi dan diberi perilaku secara adil, seperti

tidak memuji siswa tertentu atau menolak siswa yang lain.


50

5) Menciptakan pelayanan pembelajaran yang menjadikan siswa merasa

bebas mengemukakan pikiran atau pendapat serta gagasan-gagasan

yang berbeda dengan yang lain yang aneh atau yang tidak lazim.

6) Guru bersedia memberikan dukungan, dorongan dan waktu yang

cukup bagi setiap atau seluruh siswa untuk memberikan sesuatu

masalah atau melakukan belajar secara mandiri.

7) Guru perlu memupuk kemampuan diri sendiri, mengkritik secara

konstruktif dan memberikan penilaian terhadap diri sendiri secara

objektif.

8) Guru berusaha tidak memberikan hukuman atau celaan terhadap

gagasan atau ide baru yang dirasa aneh bagi siswa.

9) Guru perlu memahami dan menerima perbedaan kecepatan antar

siswa dalam melahirkan ide-ide baru.

Dalam kaitan ini Conny R. Semiawan (1997) mengemukakan saran

untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan menunjang

pemikiran kreatif sebagai berikut :

1) Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak atau siswa.

2) Berilah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan

ide atau gagasan kreatif. Kreativitas tidak timbul secara langsung dan

spontan.

3) Ciptakan lah suasana saling menghargai dan saling menerima antar

anak atau siswa, antar anak dan orang tua, dan antara siswa dengan
51

guru atau pengasuh, sehingga antara mereka dapat belajar, bekerja

secara bersama maupun mandiri dengan baik.

4) Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan

monopoli seni.

5) Doronglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah nara sumber dan

pengarah.

6) Suasana yang hangat dan mendukung memberi keamanan dan

kebebasan untuk berpikir menyelidiki (eksploratif).

7) Berilah kesempatan kepada anak untuk berperan serta dan mengambil

keputusan.

8) Usahakanlah agar semua anak terlibat dan dukunglah gagasan atau

cara pemecahan masalah dari anak maupun rencana anak. Mendukung

bukan berarti menyetujui, melainkan menerima, menghargai dan jika

belum tepat mengusahakan mencari ketepatan secara bersama.

9) Bersikaplah positif terhadap kegagalan, dan bantulah anak/siswa

untuk meyadari kesalahan atau kelemahan serta usahakan peningkatan

gagaasan dan usahakan memeuhi syarat, dalam suasana yang

menunjang atau mendukung.

Uraian diatas merupakan syarat minimal yang harus diupayakan

guru khususnya dalam kaitanya dengan terciptanya suasana pembelajaran

yang kondusif bagi tumbuhnya kreativitas anak. Secara konseptual butir-

butir upaya tersebut harus dipahami, untuk selanjutnya diterapkan secara

nyata dalam praktek pembelajaran secara inovatif, kreatif, dan kontinu.


52

Dalam proses belajar mengajar kreatif digunakan baik proses

berpikir divergen (proses berpikir yang menghasilkan banyak ide-ide

pemecahan masalah) maupun proses berpiir konvergen (proses berpikir

mencari jawaban tunggal yang paling tepat).

Pendidikan formal sampai saat ini terutama melatih berpikir

konvergen, sehingga kebanyakan anak terhambat dan tidak mampu

menghadapi masalah-masalah yang menuntut imajinasi, pemikiran, dan

pemecahan masalah secara kreatif. Batapapun pentingnya belajar awal

pada usia prasekolah, belajar kreatif juga tak kurang maknanya.

Bermain kreatif mempunyai beberapa fungsi yang berguna dalam

hidup anak. Karena bermain merupakan :

1) Sumber kegembiraan dan belajar

2) Cara untuk mengembangkan persahabatan dan perasaan untuk anak

lain.

3) Cara untuk belajar mengendalikan dan menyalurkan perasaan

seseorang.

Guru dan orang tua memerlukan pemahaman dan dukungan untuk

memasukkan bermain dalam kurikulum. Mereka perlu memberi

kesempatan kepada anak untuk bermain dan belajar dari observasi dan

tindakan, dan tidak hanya dari petunjuk atau contoh bagaimana

melakukan berbagai hal. Bermain sebagai aktivitas dinamis dan

konstruktif perlu dan merupakan bagian terpadu dari masa kanak-kanak

sampai masa remaja.


53

Dalam merencanakan dan melaksanakan program kegiatan kreatif,

pendidik atau pembina perlu memperhatikan hal-hal berikut :

1) Menerima anak pada tingkat perkembangan saat ini, dengan

memahami kemampuan dan keterbatasan anak. Guru berupaya

memberikan kegiatan-kegiatan yang menantang, sehingga anak

senang dan penuh semangat mengerjakanya, tetapi jangan sampai

tugas itu terlalu sulit bagi anak mengingat tingkat perkembanganya.

Keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan membuat anak percaya

diri dan kompeten.

2) Upayakan lingkungan yang nyaman untuk tingkat usia anak. Anak

perlu merasa bebas dalam bersibuk diri secara kreatif, tanpa perlu

takut bahwa ia akan mengotori lantai, baju dan sebagainya.

3) Rencanakan kegiatan dan sediakan bahan-bahan kreatif sesuai dengan

tingkat umur dan kemampuan anak.

4) Jika anak membuat kesalahan, atau mengalami kegagalan, janganlah

menunjukkan kekecewaan tetapi doronglah anak untuk mencoba lagi,

sehingga ia memperoleh pengalaman keberhasilan.

5) Berilah pujian yang sungguh-sungguh untuk pekerjaan yang

dilaksanakan dengan baik. Hal ini mendorong anak untuk berusaha

sebaik-baiknya.

6) Kegiatan kreatif yang direncanakan dengan baik membantu anak

mengembangkan perasaan positif mengenai diri sendiri dan

kemapuan-kemampuannya. Dengan bekerja bersama-sama anak-anak

lain anak belajar keterampilan sosial, seperti penyesuaian diri,


54

komunikasi, toleransi dan kerjasama. (Freeman & Munandar,

1997:252).

Pada proses belajar mengajar kreatif guru diharapkan dapat

mengembangkan kurikulum. Dalam mengembangkan kurikulum untuk

anak berbakat guru dapat merasa terikat pada tuntutan kurikulum dan

Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP). Hal ini bukan merupakan

rintangan. Dengan memadukan komponen yang dituntut dengan

pendekatan yang baru, dapat timbul perpaduan yang memberikan

kesempatan pendidikan yang lebih baik bagi siswa.

Orang tua dan guru diharapkan tidak hanya menyadari pentingnya

bermain untuk pertumbuhan dan belajar anak, tetapi juga perlunya mereka

berpartisipasi atau melibatkan diri dalam permainan anak. Bermain

merupakan cara yang bermakna untuk menemukan, mengkomunikasikan,

dan mengekspresikan kreativitas anak. Oleh karena itu, perlu disediakan

peralatan dan bahan permainan yang memudahkan penemuan minat-

minat baru dan penyampaian gagasan, perasaan serta ekspresi daya kreasi

anak.

7. Penilaian Kreativitas

Ada lima pendekatan dalam menilai kreativitas yaitu (1) analisis objek

terhadap produk kreatif; (2) pertimbangan subjektif ; (3) inventori

kepribadian; dan (4) inventori biografis; serta (5) tes kreativitas. (Dedi

Supritadi, 1997 : 24).

Pertimbangan subyektif dengan cara mengamati orang atau produk

lewat lembar observasi atau pengamatan dan hasilnya digunakan sebagai


55

pertimbangan pengamat yang kompeten, guru, orang tua dan teman sebaya

untuk menilai kreativitas seseorang atau kelompok orang (Dedi Supriyadi,

1997:27). Kelebihan metode ini ialah penggunaan praktis, dapat diterapkan

pada berbagai bidang kegiatan kreatif, dapat menjaring orang atau produk

yang sesuai dengan kriteria kreativitas yang ditentukan oleh pengukur; dan

sesuai dengan prinsip bahwa pada ahirnya kreativitas sesuatu atau seseorang

ditentukan oleh apresiasi pengamat. Kelemahanya, setiap penimbang

mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang disebut kreatif itu,

dan pertimbangan yang diberikan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain

diluar konteks kreativitas yang dinilai.

Inventori kepribadian, merupakan suatu metode penelitian dengan cara

mengisi angket dengan butir pertanyaan yang jawabanya berbentuk Forced

Choice (ya/tidak) atau skala likert (sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju,

sangan tidak setuju).

Inventori biografis, merupakan suatu metode penelitian kreativitas

dengan cara menginventaris biografi kehidupan seseorang, antara lain

meliputi : identitas, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat

pekerjaaan, riwayat hidup, karakteristik fisik dan lain-laian.

Tes kreativitas merupakan metode penelitian kreativitas dengan

menekankan pada kemampuan berpikir kreatif. Tes kreativitas dibedakan

dalam dua hal, yakni tes verbal dan figural ( Torance dalam Dedi Supriyadi,

1997 :30). Tes verbal lebih menekankan pada aspek keunikan (Orisinalitas),

keluwesan yaitu sejauh manakah yang satu dengan yang lain berbeda-beda
56

dan tidak monoton. Kelancaran yaitu berapa banyak jumlah jawaban.

Penguraian yaitu seberapa rinci jawaban yang diberikan.

Dalam penelitian ini akan digunakan alat ukur tes verbal yang

dimodifikasikan dengan pertimbangan subyektif. Alat ini berupa instumen

aspek pengamatan yang dilengkapi dengan indikator-indikator spesifik,

sehingga pengamat secara individual tinggal memberikan tanda ( Check

Point) pada kolom yang tersedia.

Penilaian kreativitas merupakan hal yang sangat kompleks. Beberapap

pendapat menegaskan tentang penilaian kreativitas. Antara lain Anastasi

menyatakan, kreativitas merupakan lebih dari semata berpikir divergen,

karena kemajuan kreatif yang murni merupakan fase evaluasi kritis yang

muncul setelah produksi divergen yang tak terhalang(uninhibited).

Sejalan dengan pendapat ini, rancangan urun pikir (brainstorming

approach), sebagai mana dikemukakan oleh Alex Osbron dan Sidney Parnes

(khatena, 1992), yang harus diikuti dengan penilaian terhadap berbagai ide

dan juga yang ditindak lanjuti dengan evaluasi yang didasarkan pada

perangkat kriteria tentang nilai dan kegunaanya, merupakan langkah-langkah

dalam proses ber-pikir kreatif yang penilaianya tidak terlalu sulit untuk

dilaksanakan.

Rogers (Kitano & Kirby, 1986), menjelaskan proses kreativitas yang

menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang

diperoleh melelui interaksi antara keunikan individu dengan berbagai

pengalamanya. ( Semiawan, 1997 : 104).


57

Kondisi yang diperlukan untuk itu, antara lain sebagai berikut.

a. Keterbukaan terhadap pengalaman; toleransi untuk makna ganda sesuatu;

dan fleksibilitas terhadap keterbatasan konseptual.

b. Lokus internal evaluasi; artinya dapat memperoleh kepuasan atas

evaluasinya sendiri tanpa terlalu tergantung dengan pikiran orang lain.

c. Kemampuan untuk bergulir dengan macam-macam ide dan konsep (

Khatena, 1994).

Penilaian berikutnya merupakan salah satu alat yang sering digunakan

dalam model pengayaan sekolah, yaitu suatu protokol interview bila terjadi

nominasi diri. Protokol interview nominasi diri itu mencakup pertanyaan

sebagai berikut (Richert, dalam Colangelo & Davis, 1991) :

a. Apa yang anda lakukan diluar sekolah bila boleh memilih sendiri kegiatan

itu ?

b. Berapa waktu digunakan untuk kegiatan yang anda gemari, senangi atau

minati ?

c. Dari mana anda belajar atau tahu tentang kegiatan ini ?

d. Adakah sesuatu dan apakah yang dihasilkan dari kegiatan itu ?

e. Bagaimana anda menilai kualitas, efektifitas dan originalitas dari yang

anda hasilkan itu ?

f. Adakah yang lain yang ingin anda ketahui berkenaan dengan kegiatan ini

g. Apakah anda mau bicara dengan pakar atau baca buku tentang kegiatan

ini ?
58

h. Kalau ada yang membantu anda dalam informasi tertentu yang terkait

dengan kegiatan ini, maukah anda mempersiapkan model proyek atau

karya ataupun menggunakan informasi baru untuk mengetasi masalah

baru ?

i. Masalah apa yang anda hadapi untuk kerja bebas ini, apakah berkenaan

dengan waktu ataupun berkenaan dengan kendala memperoleh informasi

sulit; atau susah menjelaskan ciri pekerjaan ?

j. Apa anda perlu pertolongan untuk kemajuan karya itu ?

Berikut ini akan dikemukakan Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah

menurut Richent, dalam Colangelo & Davis (1991).


59

Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah

Perilaku Terkait Dengan


1. Bosan dengan tugas rutin; Kreativitas
menolak membuat pe- 1. Toleransi tinggi untuk makna
kerjaan rumah. ganda.
2. Tidak berminat terhadap 2. Berpikir bebas, divergen
detail dan pekerjaan kotor. 3. Berani ambil resiko
3. Membuat lelucon atau 4. Imaginative, sensitive.
komentar pada saat tidak Motivasi
tepat. 1. Tekun dalam bidang yang
4. Menolak otoritas, tidak diminatinya.
koformistis; keras kepala. 2. Intens dalam menghayati
5. Sukar beralih pada topik lain. perasaan dan nilai.
6. Emosional sensitive; over 3. Bebas
acting; cepat marah atau
menangis kalau ada yang Berpikir kritis
salah. 1. Dapat melihat kesenjangan antara
7. Kecenderungan dominasi. kenyataan dan kebenaran
8. Sering tak setuju ide orang 2. Mengacu pada hal-hal yang ideal
lain atau tak setuju ide 3. Mampu menganalisis dan
gurunya. evaluasi.
9. Kritis terhadap diri, tak sabar
menghadapi kegagalan.
10. Kritis terhadap guru dan
orang lain.
Tabel. Keberbakatan dan Perilaku Bermasalah (Conny Semiawan,

1991:106)

D. Percobaan sains

1. Hakekat Percobaan Sains

Percobaan sains merupakan kegiatan bermain belajar, kegiatan

percobaan sains ini dapat mengembangkan berbagai kreativitas yang dimiliki

oleh anak didik, dengan kegiatan ini anak mencoba menemukan sesuatu yang

baru belum pernah diketahui sebelumnya melalui eksperimen-eksperimen

yang sederhana.
60

Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih

bersemangat mengikuti pembelajaran di TK, karena kegiatan percobaan sains

dapat mengembangkan aspek perkembangan kreativitas anak didik. Dalam

kegiatan percobaan sains anak diajak bereksplorasi, mengidentifikasi,

melakukan klasifikasi, prediksi, eksperimen dan melakukan evaluasi.

Percobaan-percobaan sains di TK tidaklah begitu rumit dan mendalam,

yang penting anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, anak dapat

memahami apa yang dia lakukan, hasil apa yang didapat dalam kegiatan

tersebut, dan anak melakukan dengan rasa senang tanpa paksaan, karena pada

intinya kegiatan percobaan sains ini merupakan kegiatan yang

menyenangakan dalam rangka memperoleh informasi dan pengalaman, juga

merangsang anak untuk lebih kreatif.

Kegiatan percobaan sains di TK tidak perlu menggunakan alat-alat yang

mahal dan canggih, karena hal ini membuat anak menjadi takut untuk

bereksperimen, tapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal anak,

alat peraga yang ada disekitar lingkungan anak, bahkan mungkin

menggunakan bahan-bahan bekas namun dibuat sedemikian rupa yang dapat

menarik minat, sehingga anak akan mencoba meraba, memegang, dan

melakukan kegiatan dengan penuh keberanian.

Penelitian ini akan memaparkan percobaan sains yang bisa dilakukan di

Taman Kanak-kanak, percobaan tersebut terbagi atas :

a. Percobaan-percobaan dengan menggunakan magnet(permainan

memancing, bermain magnet di bak pasir);


61

b. Percobaan-percobaan sains yang berkaitan dengan warna

c. Percobaan-percobaan tentang berat benda dalam air, baik itu air tawar

atau air yang mengandung garam.

d. Percobaan-percobaan lainya, seperti mengenal benda kasar dan halus

yang ada disekitar kita.

Percobaan sains di TK tidak perlu terlalu rumit atau menggunakan

teknologi canggih tetapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal

anak dalam kehidupanya sehari-hari, murah dan mudah didapat, sehingga

kegiatan sains bukan merupakan hal yang aneh bagi anak, dengan demikian

percobaan sains merupakan hal yang sangat menyenangkan, bukan

merupakan sesuatu yang menakutkan.

Kegiatan sains ini memerlukan peran serta guru untuk mewujudkannya.

Guru yang profesional, guru yang kreativitasnya tinggi, guru yang

komunikatif, sabar dan mempunyai wawasan yang luas tentang sains. Hal ini

akan sangat membantu tercapainya proses kegiatan percobaan sains.

Kreativitas sebagai suatu proses pemikiran berbagai gagasan dalam

menghadapi suatu persoalan atau masalah, sebagai proses bermain dengan

gagasan-gagasan atau unsur-unsur dalam pikiran, merupakan keasyikan yang

menyenangkan dan penuh tantangan bagi guru yang kreatif. Kreativitas dalam

hal ini merupakan proses berpikir dimana guru berusaha untuk menemukan

hubungan-hubungan baru, mendapatkan jawaban, metode atau cara baru

dalam memecahkan suatu masalah.

Sehubungan dengan percobaan sains di TK, ada beberapa alat peraga

yang dapat membantu terciptanya percobaan ini. Alat peraga ini sebagian
62

besar terbuat dari bahan-bahan bekas, yakni bahan-bahan yang sudah dikenal

oleh anak, murah dan mudah didapat karena ada dilingkungan anak.

(Depdiknas, 2003).

2. Fungsi Percobaan Sains

Melalui percobaan sains seorang pelajar dapat mengembangkan aspek

kreativitasnya. Selain itu melalui percobaan sains juga dapat meningkatkan

dan rasa ingin tahu serta daya imajinasinya. Dalam mengembangkan

kreativitas anak percobaan sains dapat digunakan karena mampu mendorong

anak mencari dan menemukan jawabanya, membuat pertanyaan dan

membantu memecahkan, memikirkan kembali, membangun kembali, dan

menemukan hubungan-hubungan baru. (Depdiknas, 2003).


63

BAB III

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

1. Latar dan Sasaran Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelompok A, di Taman Kanak-


Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran. Kelompok A terbagai menjadi dua
kelas yaitu A1 dan A2. Kelas A1 terdiri atas 11 putra dan 11 putri, sedangkan
A2 terdiri dari 11 putra dan 11 putri. Dari kedua kelas ini peneliti
menggunakan satu kelas, yaitu kelas A1 yang berjumlah 22 siswa. Adapun
latar belakang dipilihnya kelas tersebut sebagai objek penelitian adalah
sebagai berikut :
Minat siswa kelompok A, terhadap percobaan sains besar. Hal ini peneliti

anggap penting sebagai pertimbangan penggunaan percobaan sains.

Guru kelompok A1 merupakan guru senior di sekolah ini dan dari segi waktu

lebih prospek sehingga dapat membantu peneliti dalam melaksanakan

penelitian.

Berdasarkan studi penelitian yang lakukan, kreativitas siswa kelompok A

masih rendah dibandingkan siswa B sehingga perlu diadakan upaya untuk

meningkatkanya.

Selanjutnya sesuai dengan masalah yang dikemukakan sasaran kajian

dalam penelitian ini adalah meningkatkan aspek perkembangan kreativitas

anak didik melalui percobaan-percobaan sains yang dilakukan.

Pertama sasaran kajian diarahkan pada kondisi lingkungan fisik,

karakteristik guru dan murid dalam proses pembelajaran melalui percobaan-

percobaan sains. Kedua, sasaran kajian diarahkan pada proses pembelajaran,

materi pendidikan dimaksud, yang tercermin ada pola pengelolaan kelas,


64

penggunan sumber belajar, penggunaan metode dan media pembelajaran, dan

aktifitas belajar para murid. Ketiga, kajian diarahkan pada faktor pendorong

dan penghambat yang muncul dalam proses pelaksanaan percobaan sains.

Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi.

Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian

yang bervariasi. Jadi variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian.

Ada dua hal yang menjadi variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas

ini, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

a. Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang tergantung atau variabel

yang tidak bebas dan sebagai variabel akibat. Dalam Penelitian Tindakan

Kelas ini yang menjadi variabel terikat yaitu kreativitas siswa.

b. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau

disebut juga variabel bebas. Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel

bebasnya yaitu percobaan sains.

Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Secara singkat

penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian

yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam

melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan


65

yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek-praktek

pembelajaran tersebut dilakukan (Depdikbud, 1999:6).

Penelitian ini berbentuk penelian kolaboratif. Penelitian bentuk ini

melibatkan guru kelas dan teman sejawat, untuk bersama-sama melakukan

penelitian. Guru kelas bertindak sebagai pengajar, sedangkan, rekan sejawat

serta peneliti sendiri adalah sebagai observer.

Lebih jauh dikatakan, bahwa penelitian tindakan kolaboratif terdiri dari

siklus-siklus dan tiap siklus terdiri empat tahapan, yakni (1) perencanaan (2)

Pelaksanaan (3) Observasi (4) analisis refleksi. Sebelum tahap perencanaan,

guru kelas merasakan adanya permasalahan di kelasnya, sehingga diperlukan

refleksi awal terhadap permaslahan-permasalahan dikelasnya.

Rencana tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tindakan

kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang

bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mencakupi empat tahapan

pada setiap siklusnya, yaitu tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan

refleksi. Untuk menujuk siklus pertama dilakukan kegiatan refleksi awal.

Tahap ini berupa telaah terhadap permasalahan faktual yang teridentifiikasi

dalam percobaan sains di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.

Tolak ukur permasalahan ini adalah nilai kreativitas siswa yang masih cukup

rendah. Berpijak dari refleksi awal diatas maka perlu adanya peningkatan

kreativitas siswa dan perlu mendapat perhatian khusus tentang kreativitas


66

siswa dalam percobaan sains. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada

bagan berikut ini.

1. Perencanaan 1. Perencanaan

SIKLUS I SIKLUS II
4. Refleksi 2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan

3. Pengamatan 3. Pengamatan

Gambar 1. Bagan Tahap Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

Siklus satu dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan tahapan sebagai

berikut :

a. Perencanaan umum

Perencanaan ini merupakan refleksi awal berdasarkan hasil studi

pendahuluan. Refleksi ini ditandai dengan ditemukannya beberapa

kelemahan atau permasalahan berkaitan dengan kreativitas siswa,

sehingga perlu dilakukan upaya untuk menyelesaikan masalah tersebut

yaitu dengan cara meningkatkan kreativitas mereka melalui percobaan-

percobaan sains. Adapun yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini

yaitu sebagai berikut :


67

1) Membuat desain percobaan sains dengan menggunakan metode

eksperimen yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya

kreativitas siswa.

2) Simulasi percobaan berdasarkan pada desain percobaaan.

3) Revisi desain percobaan berdasar masukan dari hasil simulasi.

4) Menyusun empat instrumen, yakni instrumen 1 tentang Rencana

Pembelajaran, instrumen 2 tentang aktivitas guru selama percobaan,

instrumen 3 tentang kreativitas siswa dalam percobaan sains, dan

instrumen 4 tentang sikap ilmiah siswa.

b. Tindakan

Tahap ini merupakan implementasi dari perencanaan yang telah

disimulasikan dan revisi, yaitu percobaan sains dengan menggunakan

metode eksperimen, yang menitik beratkan peluang munculnya kreativitas

siswa.

Pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini, diawali dengan

mengkondisikan kelas dengan apersepsi dan penjajagan kemampuan awal

siswa sekaligus sebagai motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Tahapan berikutnya adalah guru memberi informasi singkat tentang

materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.

Selanjutnya guru merumuskan permasalahan. Berangkat dari permasalahn

ini siswa bersama guru melakukan percobaan sains, yang dilakukan oleh

guru dan kemudian siswa. Dalam hal ini merupakan wahana untuk

menunjukkan gagasan kreatif dan produk kreatif siswa. Oleh karena itu
68

dalam pelaksanaan percobaan sains ini guru harus benar-benar

menempatkan diri sebagai mediator percobaan sekaligus motivator

dengan memberikan “perayaan bagi sang kreatif” dengan cara tepuk

tangan atau bentuk lain.

Guru melakukan kesimpulan dan harus mampu mengakomodasi

simpulan dari siswa, karena pada hakikatnya temuan siswa merupakan

temuan faktual oleh siswa sendiri, sehingga percobaan akan lebih

bermakna bagi siswa.

c. Pengamatan/observasi

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan,

guru peneliti sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini dilakukan pula

pengumpulan data-data. Setiap tindakan yang dilakukan siswa dan guru

akan diamati oleh observer yaitu peneliti dan guru dengan menggunakan

pedoman pengamatan. Pengamatan dilakukan juga ketika siswa secara

bergiliran mencoba melakukan percobaan sains yang telah diberikan.

Dalam hal ini menggunakan lembar penilaian yang telah disediakan.

Wawancara dilakukan setelah dilaksanakan proses percobaan. Pengisian

jurnal dilakukan oleh guru yang mengajar.

d. Refleksi

Tahap ini berisi diskusi dari peneliti bersama guru. Materi diskusi

berisi menitik beratkan tentang kekuatan dan kelemahan tindakan

(percobaan), sekaligus menentukan sikap apa yang harus ditempuh untuk

siklus selanjutnya.
69

Disamping itu dalam tahap ini juga dilakukan analisis data, untuk

mengetahui sejauh manakah tujuan yang telah ditetapkan, sehingga dapat

ditentukan apakah diperlukan siklus berikutnya atau tidak.

Siklus I ini ternyata belum mampu menjawab tujuan penelitian

tindakan kelas, sehingga masih diperlukan siklus II.

Siklus II

Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2X40 menit

untuk satu kali pertemuan.

a. Perencanaan

Berangkat dari temuan faktual siklus I yang dibahas dalam analisis

dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya hanya

menyempurnakan siklus I. Perbedaaan yang dapat dikemukakan adalah

bahwa pada siklus II, observer dapat memperoleh laporan hasil

pengamatan secara utuh.

Pada tahap perencanan ini Guru peneliti membuat perangkat

pembelajaran, sebagaimana siklus I.

b. Tindakan

Tindakan pada siklus II dilakukan sesuai dengan rancangan

pembelajaran yaitu pada satuan kegiatan harian, seperti yang dilakukan

pada siklus I. Tetapi, pada siklus II akan dilakukan perbaikan untuk lebih

meningkatkan hasil yang didapat pada siklus I. Pada tahap ini siswa

melakukan percobaan setelah guru melakukan terlebih dahulu, dan

kemudian siswa mencobanya kembali.


70

c. Pengamatan/observasi

Pengamatan dilakukan pada setiap perubahan perilaku yang

dialami oleh siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung, dengan

membuat cacatan penting yang dapat dipakai sebagai data penelitian.

Sebagaimana pada siklus I, pengamatan dilakukan pula terhadap proses

mengajar dengan mengunakan pedoman pengamatan dan jurnal mengajar.

d. Refleksi

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti kembali

melakukan refleksi terhadap hasil yang didapat pada tahap sebelumnya

pada siklus II. Tujuannya adalah untuk mengetahui peningkatan

kreativitas.

Data dan Teknik Pengumpulaan Data

1. Sumber Data

Sumber utama data adalah guru dan siswa Taman Kanak-Kanak Hj.

Isriyati Moenadi Ungaran. Disamping itu sumber data juga berasal dari dari

studi pustaka, antara lain Buku Daftar Nilai Pengamatan untuk mengetahui

Kreativitas siswa, dan Buku Daftar Nilai Harian untuk mengetahui nilai

harian siswa.

2. Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama

dan data pendukung. Data utama terdiri dari (1) rencana pembelajaran guru

pada percobaan sains, (2) aktivitas guru selama percobaan sains berlangsung,
71

(3) kreativitas siswa, yang terdiri dari gagasan kreatif dan produk kreatif, (4)

sikap ilmiah siswa. Sedangkan data pendukungnya adalah nilai kreativitas

harian siswa.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode

observasi dan Dokumen.

a. Metode observasi

Menurut Arikunto (1998:146-147) observasi adalah kegiatan

pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh

alat indera. Lebih lanjut dikatakan, bahwa observasi dibedakan menjadi

dua, yakni (1) observasi non sistematis, yakni observer didalam

melaksanakan pengamatan tanpa dilengkapi alat (instrumen) pengamatan;

dan (2) Observasi sitematis, yakni observer didalam bekerja

menggunakan instrumen pengamatan.

Dalam penelitian ini terdapat empat instrumen pengamatan, yakni

1) Kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran diperoleh

lewat instrumen 1

2) Aktivitas guru selama pembelajaran diperoleh lewat instrumen 2

3) Kreativitas siswa diperoleh lewat pengamatan selama berjalannya

percobaan sains diperoleh lewat instrumen 3.

4) Sikap limiah siswa selama percobaan sains diperoleh lewat

instrumen 4.
72

b. Metode Dokumen

Dokumen asal kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di

dalam melaksanakan studi dokumen, peneliti menyelidiki benda-benda

tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,

notulen rapat, catatan harian dan sebagainya. ( Arikunto, 1998:149).

Dokumen digunakan dalam penelitian ini dengan alasan (1) selalu

tersedia di kantor/lembaga, (2) dokumen merupakan sumber data yang

data yang stabil, mudah didapat dan digunakan, (3) data/informasi yang

digunakan bersifat faktual dan realistis dalam arti memuat apa adanya

tentang hal-hal yang didokumenkan, (4) dokumen merupakan sumber

data yang kaya berkaitan dengan keadaan subyek penelitian.

Dalam penelitian ini dokumen yang diselidiki adalah Buku Daftar

Nilai Siswa Kelompok A1 Tahun Pelajaran 2004/2005 Taman Kanak-

Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.

4. Teknik Pengolahan Data

Mengingat banyaknya instrumen dan masing-masing instrumen

memiliki karakteristik tersendiri, maka cara pengolahanya pun berbeda.

Adapun cara pengolahan data sebagai berikut :

a. Instrumen I : Rencana Pembelajaran

Instrumen I terdiri 3 item pertanyaan, masing-masing memiliki

indikator sendiri-sendiri. Item satu memilki 8 indikator, item kedua

memilki 10 indikator, dan item ketiga memiliki 10 indikator. Pengolahan

nilainya sebagai berikut :


73

1) Item Pertanyaan

Skore perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X 100%
Skore maksimal

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),

Cukup (C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK).

Skor Perolehan : Banyaknya indikator yang muncul

setiap item

pertanyaan.

Skor Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing

item

pertanyaan,

2) Rencana Pembelajaran Secara Keseluruhan


Skore Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X 100%
Skore Maksimal
Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),

Cukup (C), Kurang

(K), Sangat Kurang (SK)

Skore Perolehan : Banyaknya indikator yang muncul

setiap item

pertanyaan.
74

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing

item

pertanyaan, yakni 28

b. Instrumen 2 : Aktivitas Guru selama Percobaan Sains

Instrumen 2 terdiri dari lima item pertanyaan, masing-masing

memiliki indikator tersendiri. Item membina siswa melakukan percobaan

sains ada 8 indikator, mengelola pelaksanaan praktikum ada 10 indikator,

peningkatan kreativitas siswa ada 6 indikator, mendorong siswa untuk

mengeluarkan pendapatnya ada 10 indikator, dan menempatkan guru

bukan satu-satunya sumber belajar ada 10 indikator. Secara keseluruhan

ada 44 indikator. Oleh karena itu pengolahan nilainya adalah sebagai

berikut:

1) Item Pertanyaan

Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X 100%
Skor Maksimal

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),

Cukup(C), Kurang

(K) dan Sangat Kurang (SK).

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul

setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing

item
75

pertanyaan.

2) Aktivitas Guru Secara Keseluruhan


Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X 100%
Skor Maksimal

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),

Cukup(C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK).

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul

setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-

masing item

pertanyaan, yakni 44

c. Kreativitas Siswa

1) Item Pertanyaan

Instrumen 3 terdiri empat item pertanyaan yaitu: kepribadian kreatif

yang jumlah seluruhnya adalah 25 indikator, pendorong kreatif 5

indikator, proses kreatif 5 indikator, dan sikap ilmiah yang jumlah

seluruhnya adalah 22 indikator untuk sikap ilmiah. Oleh karena itu

pengolahan nilainya untuk skor maksimal disesuaikan dengan

banyaknya indikator.
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X100%
Skor Maksimal
Keterangan :
76

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B),

Cukup(C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK)

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul

setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-

masing item

pertanyaan

2) Kreativitas Siswa Secara Keseluruhan

Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X100%
Skor Maksimal

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK).

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item

pertanyaan, yakni 30.

d. Instrumen 4 : Sikap Ilmiah Siswa

Adapun pengolahan nilainya untuk instrumen tersebut adalah:

1) Item Pertanyaan

Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X100%
Skor Maksimal
77

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK)

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item

pertanyaan

2) Sikap Ilmiah Secara Keseluruhan

Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X100%
Skor Maksimal

Keterangan :

Kategori : Amat Baik (AB), Baik (B), Cukup(C), Kurang

(K), dan Sangat Kurang (SK)

Skore Perolehan : Banyaknyan indikator yang muncul setiap item

pertanyaan.

Skore Maksimal : Banyaknya indikator masing-masing item

pertanyaan

Hasil perolehan nilai untuk masing-masing instrumen kemudian

dikonversikan kedalam tabel prosentase pengolahan nilai, seperti

tersebut dibawah.

Tabel 1
78

Prosentase Pengolahan Nilai


Nomor Interval (%) Kategori
1 85-100 Amat Baik (AB)
2 70-84 Baik (B)
3 55-69 Cukup (C)
4 40-54 Kurang (K)
5 0-39 Sangat Kurang (SK)

5. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa Taman Kanak-

Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran, kelompok A1 yang terdiri dari 22 orang

siswa yang terdiri dari 11 siswa putra dan 11 siswa putri.

C. Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah manakala

tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini sudah tercapai, yakni :

1. Umum

Kreativitas siswa dalam percobaan sains meningkat

2. Khusus

a. Sekurang-kurangnya guru terampil membuat rencana percobaan sains

dengan metode eksperimen.

b. Sekurang-kurangnya aktiuvitas guru selama percobaan sains meningkat

baik.

c. Sekurang-kurang kreativitas siswa yang berupa gagasan kreatif dan

produk kreatif baik.


79

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Taman Kanak-kanak Hj. Isriati Moenadi Ungaran, merupakan anggota

dari Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Hj. Isriati moenadi. Terletak di Jalan

Letjen Suprapto No. 29 Ungaran yang dipimpin oleh Ibu Hanik Munfiatun,

S.Ag. TK ini mempunyai empat kelompok yaitu Kelompok A yang terdiri dari

A1 dan A2, dan kelompok B yang terdiri dari B1 dan B2. Penelitian dilakukan

pada kelompok A1 yang jumlah anak didiknya 22 anak. Model pembelajaran

disini adalah belajar seraya bermain, sesuai dengan prinsip belajar di Taman

Kanak-kanak yaitu belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Dengan

fokus belajar yang didalamnya ada permainan-permainan untuk menunjang

belajarnya.

Penelitian dilaksanakan pada bulan maret sampai dengan april 2005.

Hasil penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I

dilaksanakan dalam tiga tindakan (pertemuan) dengan alokasi waktu 2X40

menit, dan siklus II dilaksanakan dalam dua kali tindakan dengan alokasi waktu

2X 40 menit untuk satu kali tindakan.

Hasil penelitian dari masing-masing tindakan adalah sebagai berikut :

1. Rencana Pembelajaran (Sistem Kredit Harian/SKH)

Selama penelitian guru menggunakan rencana pembelajaran yang

berjumlah lima buah. Rencana pembelajaran tersebut diamati dengan

instrumen I.
80

Fokus pengamatan dalam instrumen I meliputi : Perumusan tujuan,

pengembangan materi, metode dan media pembelajaran, serta merencanakan

skenario pembelajaran. Masing-masing fokus pengamatan dijabarkan dalam

beberapa indikator. Indikator pengamatan untuk perumusan tujuan pembelajaran

mampu merekam 8 indikator. Pengembangan materi, metode dan media

pembelajaran mampu merekam 10 indikator, sedangkan merencanakan skenario

pembelajaran mampu merekam 10 indikator. Jadi secara keseluruhan instrumen I

(terlampir) mampu merekam 28 indikator yang diharapkan muncul untuk tiap

kali pembelajaran dalam setiap siklusnya.

Hasil observasi rencana pembelajaran guru dari siklus I sampai dengan

silkus II dapat dilihat dalam tabel berikut. Berikut disajikan rerata prosentase

hasil observasi rencana pembelajaran guru dalam melakukan percobaan sains.

Tabel 2

Rerata Prosentase Rencana Pembelajaran Guru

dalam Percobaan Sains

Nomor Siklus I Siklus II


T1 T2 T3 T1 T2
Jumlah 18 24 27 26 28
Rerata Prosentase 64.3% 85.7% 96.4% 92.9% 100%
Kategori Cukup Amat Amat Amat Amat
Baik Baik Baik Baik

Dari tabel I dapat dilihat bahwa rerata prosentase Rencana Pembelajaran

Guru dengan Percobaan Sains pada siklus I tindakan pertama, secara keseluruhan

indikator yang muncul berjumlah 18 dengan rerata prosentase 64.3% yang

termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua, secara keseluruhan

muncul 24 indikator dengan rerata prosentase 85.7%, dan termasuk dalam


81

kategori Amat Baik (AB). Pada siklus I tindakan ke tiga, secara keseluruhan

indikator yang muncul berjumlah 27, dan termasuk dalam kategori Amat Baik

(AB).

Pada siklus II tindakan ke pertama, secara keseluruhan indikator yang

muncul berjumlah 26 dengan prosentase 92.9% dan termasuk dalam kategori

Amat Baik (AB).

Tabel tentang pengolahan nilai instrumen I Rencana Pembelajaran Guru

dengan Percobaan Sains (Terlampir), dapat diketahui bahwa banyaknya indikator

yang muncul untuk aspek Perumusan Tujuan Pembelajaran pada siklus I tindakan

pertama adalah 5 buah, dengan prosentase 62.5 %, dan termasuk dalam kategori

Cukup (C). Pada siklus I tindakan kedua, muncul 6 buah indikator dengan

prosentase 75.0 %, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Siklus I tindakan

ketiga muncul 8 buah indikator dengan prosentase 100%, ini termasuk dalam

kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama banyaknya indikator

yang muncul adalah 8 buah dengan angka prosentase 100%, dan termasuk dalam

kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 8 buah indikator

dengan angka prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori Amat baik

(AB).

Secara keseluruhan aspek Perumusan Tujuan Pembelajaran banyaknya

indikator yang muncul untuk siklus I adalah 19 buah atau sama dengan 79.16%

yang berarti bahwa Perumusan Tujuan Pembelajaran pada siklus I termasuk

dalam kategori Baik (B). Sedang pada siklus II secara keseluruhan muncul 16
82

buah indikator atau sama dengan 100% yang berarti bahwa Perumusan Tujuan

Pembelajaran termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Banyaknya indikator yang muncul untuk aspek Mengembangkan Materi,

Metode dan Media Pembelajaran pada siklus I tindakan pertama adalah 7 buah

dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). siklus I tindakan

kedua adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat

Baik (AB). Siklus I tindakan ketiga adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama

banyaknya indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua banyaknya

indikator yang muncul adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk

dalam kategori Amat Baik (AB).

Secara keseluruhan aspek Mengembangkan Meteri, Metode, dan Media

Pembelajaran banyaknya indikator yang mucul untuk siklus I adalah 26 buah

dengan prosentase 86.6%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Aspek Merencanakan Skenerio Pembelajaran, banyaknya indikator yang

muncul untuk siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 60%,

dan termasuk dalan kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua adalah 9 buah

indikator dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Siklus I tindakan ketiga muncul 9 indikator dengan prosentase 90%, dan

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama

indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk

dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 10 buah

dengan porosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
83

Secara umum aspek Merencanakan Skenario Pembelajaran pada siklus I

adalah 24 indikator yang muncul, dengan prosentase 80%, dan ini termasuk

dalam kategori Baik (B). Pada siklus II muncul 19 buah indikator dengan

prosentase 95%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Dari uraian

tersebut telihat jelas adanya peningkatan Perencanaan Pembelajaran oleh Guru.

2. Aktivitas Guru Selama Pembelajaran dengan Percobaan Sains

Aktivitas guru selama Pembelajaran dengan percobaan sains direkam

melalai instrumen 2. Instrumen 2 pada dasarnya dibagi dalam dua fokus

pengamatan yaitu : Pertama, mendemontrasikan kemampuan khusus dalam

percobaan sains yang terdiri dari tiga aspek (item) pengamatan, yaitu (1)

Membimbing siswa melakukan percobaan; (2) Mengelola pelaksanaan

percobaan sains; dan (3) Hasil percobaan secara umum meningkatkan

kreativitas siswa.

Kedua, bersifat terbuka dan luwes dalam mengembangkan aktivitas

siswa, yang terdiri dari dua aspek pengamatan, yakni (1) Mendorong siswa

agar berani mengemukakan pendapat sendiri; dan (2) merasa guru bukan

satu-satunya sumber balajar.

Instrumen 2 (terlampir) mampu merekam 44 indikator yang diharapkan

muncul dalam setiap pembelajaran untuk tiap-tiap siklusnya, karena masing-

masing aspek pengamatan memiliki beberapa indikator tersendiri.

Hasil observasi Aktivitas Guru selama Pembelajaran dengan Percobaan

Sains, secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel 2 yaitu rerata prosentase

berikut ini.
84

Tabel 3

Rerata Prosentase Aktivitas Guru Selama Pembelajaran

dengan Percobaan Sains

Nomor Siklus Siklus


T1 T2 T3 T1 T2
Jumlah 32 35 37 38 44
Rerata Prosentase 65.3% 71.4% 75.5% 77.6% 89.8%
Kategori Cukup Cukup Baik Baik Amat
Baik

Dari tabel tersebut rerata prosentase Aktivitas Guru Selama Pembelajaran

dalam Percobaan Sains. Pada siklus I tindakan pertama indikator yang muncul

berjumlah 32 buah dengan prosentase 65.3 %, dan termasuk dalam kategori

Cukup (C). siklus I tindakan kedua indikator yang muncul berjumlah 35 buah

dengan prosentase 71.4%, dan termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I

tindakan ketiga indikator yang muncul berjumlah 37 d0engan prosentase 75.5%,

dan ini termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama

banyaknya indikator yang muncul berjumlah 38 dengan prosentase 77.6%, dan

ini ternasuk dalam kategori Baik (B). Siklus II tindakan kedua indikator yang

muncul berjumlah 44 buah dengan prosentase 89.8%, dan ini termasuk dalam

kategori Amat Baik (AB).

Sementara dari tabel 2…(Terlampir), tentang pengolahan nilai Aktivitas

Guru selama Pembelajaran dengan Percobaan Sains dapat diketahui bahwa

aspek Membimbing siswa melakukan percobaan, banyaknya indikator yang

muncul pada siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 75%,

dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah

dengan prosentase 87.5%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
85

Sedangkan tindakan ke tiga muncul 7 buah dengan prosentase 87.5, dan

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan pertama

banyaknnya indikator yang muncul untuk aspek pengamatan Membimbing

Siswa Melakukan Percobaan adalah 7 buah atau 87.5%, dan termasuk dalam

kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua banyaknya indikator yang muncul

berjumlah 8 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori

Amat Baik (AB). Secara keseluruhan aspek Membimbing Siswa Melakukan

Percobaan, banyaknya indikator yang muncul adalah 35 buah atau sama

dengan 87.5% yang berarti bahwa aspek Aspek Membimbing Siswa

Melakukan Percobaan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Aspek Mengelola Pelaksanaan Percobaan, banyaknya indikator yang

muncul pada siklus I tindakkan pertama adalah 7 buah, dengan prosentase

70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah,

dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan

ketiga muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam kategori

Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama muncul 9 buah, dengan prosentase

90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan ke 2 muncul

10 buah, dengan prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik

(AB). Secara keseluruhan aspek Mengelola Pelaksanaan Praktikum,

banyaknya indikator yang muncul adalah adalah 41 buah atau dengan

prosentase 82% yang berarti bahwa aspek Mengelola Pelaksanaan Praktikum

termasuk dalam kategori Baik (B).


86

Aspek Hasil Percobaan Secara Umum Meningkatkan Kreativitas

Siswa, banyaknya indikator yang muncul pada siklus I tindakan pertama

adalah 4 buah, dengan prosentase 66.7%, dan termasuk dalam kategori Cukup

(C). tindakan kedua muncul 5 buah, dengan prosentase 83.3%, dan termasuk

dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muncul 5 buah, dengan prosentase

83.3, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama

indikator yang muncul berjumlah 6 buah, dengan prosentase 100%, dan ini

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua muncul 6 buah,

dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalan kategori Amat Baik (AB).

Secara keseluruhan aspek Hasil Percobaan Secara Umum Meningkatkan

Kreativitas Siswa, banyaknya indikator yang muncul adalah 26 buah atau

sama dengan 86.66% yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam

kategori Amat Baik (AB).

Aspek Pengamatan Mendorong Siswa Agar Berani Mengemukakan

Pendapat Sendiri, banyaknya indikator yang muncul pada siklus I tindakan

pertama adalah 8 buah, dengan prosentase 80% dan termasuk dalam kategori

Baik (B). Tindakan kedua muncul lagi 8 buah, dengan prosentase 80%, dan

termasuik dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muincul 9 buah, dengan

prosentase 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada

skiklus II tindakan pertama muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan ini

termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 10 buah, dengan

prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).


87

Aspek pengamatan Merasa Guru bukan Satu-satunya Sumber Belajar,

banyaknnya indikator yang muncul pada siklus I tindakan pertama adalah 7

buah, dengan prosentase 70% cdan termasuk dalam kategori Baik (B).

tindakan kedua muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam

kategori Baik (B). Tindakan ketiga adalah 8 buah, dengan prosentase 80%,

dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama

indikator yang muncul berjumlah 8 buah, dengan prosentase 80%, dan

termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 10 buah,dengan

prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Secara

keseluruhan aspek Merasa Guru Bukan Satu-satunya Sumber Belajar,

banyaknya indikator yang muncul berjumlah 41 buah dengan prosentase 82%

yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Perilaku guru yang kurang relevan dalam pembelajaran pada siklus I

tindakan pertama muncul 2 buah indikator, tindakan kedua muncul 1 buah

indikator, dan tindakan ketiga muncul 1 buah indikator. Pada siklus II

tindakan pertama tidak ada satupun indikator yang muncul, demikian pula

pada tindakan kedua tidak ada indikator yang muncul.

3. Kreativitas Siswa

Kreativatas siswa diukur dan direkam melalui instrumen 3. dalam

instrumen 3 terdapat empat bidang yaitu: Pertama, kepribadian kreatif yang

terdiri dari lima fokus pengamatan, yakni (1) Kelancaran mengemukakan

gagasan/pendapat, yang disertai 5 kindikator yang diharapkan muncul; (2)

Keluwesan Gagasan yang disertai dengan 5 indikator yang diharapkan


88

muncul; (3) Kemampuan Berpikir Rasional yang disertai dengan 5 indikator

yang diharapkan muncul; (4) Penguraian Gagasan yang disertai dengan yang

diharapkan muncul; (5) Merumuskan Kembali Suatu Gagasasan yang diserta

dengan 5 indikator yang diharapkan muncul.

Kedua, pendorong kreatif yang diamati melalui 5 buah oindkikator

yang diharapkan muncul. Ketiga, proses kreatif yang diamati melalui 5 buah

indikator yang diharapkan muncul. Keempat, adalajh sikapm ilmiah yang

terdiri dari 5 fokus pengamtan, yakni (1) Sikap Kejujuran yang memunculkan

3 buah indikator; (2) Sikap Kedisiplinan hyang disertai 5 indikator yang

diharapkan muncul; (3) Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator yang

diharapkan muncul; (4) Sikapo Percaya Diri yang disertai dengan 5 buah

indikator yang diharapkan muncul ; (5) Sikap Kerja Sama yang disertai 5

buah indikator yang diharapkan muncul.

Adapun hasil pengolahan nilai kreativitas siswa secara lengkap dapat

dilihat pada tabel 3… yakni tabel pengolahan nilai instrumen 4 Kreativitas

Siswa (Terlampir).

Secara rinci dengan melihat tabel 3…(Terlampir) tentang pengolahan

nilai instrumen 3 tentang kreativitas siswa dapat disampaikan sebagai berikut.

Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif

Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan aspek Kelancaran

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 229, observer 2 muncul 242. Tindakan kedua observer 1,


89

banyaknya indikator yang muncul adalah 254, observer 2 muncul 251. Tindakan

ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 309, observer 2

muncul 311. Secara keseluruhan rerata skor untuk kelancaran pada siklus I adalah

266,00 dengan prosentase 48.4%, dan termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada

siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah

441, observer 2 muncul 411. tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator

yang muncul adalah 464, observer 2 muncul 444. Secara keseluruhan rerata skor

untuk siklus II adalah 440,00, dengan prosentase 80.0% dan termasuk dalam

kategori baik (B).

2. Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Keluwesan

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 212, observer 2 muncul 226. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 248, observer 2 muncul 242. Tindakan

ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 320, observer 2

muncul 308. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek keluwesan siklus I

adalah 260.33 dengan prosentase 47.3% dan termasuk dalam kategori Kurang

(K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 434, observer 2 muncul 406. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 452, observer 2 muncul 442. Secara

keseluruhan rerata skor aspek keluwesan pada siklus II adalah 433.50 dengan

prosentase 78.8% dan ini termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Kemampuan

Berpikir Rasional
90

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 207, observer 2 muncul 216. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 238, observer 2 muncul 239. Tindakan

ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul 311, observer 2 muncul 305.

Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada

siklus I adalah 252.67 dengan prosentase 45.9% dan termasuk dalam kategori

Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyakknya indikator

yang muncul adalah 391, observer 2 muncul 405. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 445, observer 2 muncul 444. Secara

keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada siklus II

adalah 421.25 dengan prosengtase 76.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B).

4. Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan Aspek Penguraian

Pada siklus I tindakan pertama Observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 218, observer 2 muncul 216. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 234, observer 2 muncul 245.

Tindakan ketiga observer 1, bayaknya indikator yang muncul adalah 323,

observer 2 muncul 304. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek

penguraian siklus I adalah 256.67 dengan prosentase 46.7%, dan termasuk

dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer

pertama, banyaknya indikator yang muncul adalah 403, observer 2 muncjul

399. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul 436,

observer 2 muncul 441. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek


91

penguraian siklus II adalah 419.75 dengan prosentase 76.3% dan termasuk

dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Kepribadian Kreatif dengan aspek Menilai.

Siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul

adalah 237, observer 2 muncul 226. Tindakan kedua observer 1, banyaknya

indikator yang muncul adalah 244, observer 2 muncul 240. Tindakan ketiga

observer 1, banyaknya indikator yang muncul 319, obserbver 2 muncul 302.

Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek menilai siklus I adalah 261.33

dengan prosentase 47.5%, dan termasuk dalam kategori kurang. Pada siklus II

tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 443,

observer 2 muncul 408. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator

yang muncul adalah 443, observer 2 muncul 449. Secara keseluruhan rerata

skor untuk aspek menilai siklus II adalah 435.75 dengan prosentase 79.2%,

dan termasuk dalam kategori Baik (B).

Jadi secara keseluruhan rerata skor untuk aspek kepribadsian kreatif

pada siklus I adalah 1297.00 dengan prosentase 47.2%, dan termasuk dalam

kategori kurang (K). Sedangkan pada siklus II adalah 2150.25, dengan

prosentase 78.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Dengan demikian

aspek kepribadian kreatif telah menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I

ke siklus II.
92

Fokus Pengamatan Pendorong Kreatif

Pendorong kreatif diamati melalui 5 buah indikator yang diharapkam

muncul. Fokus pengamatan pendorong kreatif tersebut dapat diamati sebagai

berikut.

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 261, observer 2 muncul 257. Tindakan kedua obsever 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan

ketiga observer 1, bayaknya indikator yang muncul 273, observer 2 muncul 266.

Rerata skor untuk aspek tersebut pada siklus I adalah 266.33 dengan prosentase

48.4%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Sedangkan pada siklus II

tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 444,

observer 2 muncul 404. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 456. observer 2 muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50

dengan prosentase 78.6%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).

Jadi secara keseluruhan fokus pengamatan pendorong kreatif telah

menunjukkan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II.

Fokus Pengamatan Proses Kreatif

Proses kreatif diamati melalui 5 buah indikator yang diharapkan muncul.

Fokus pengamatan proses kreatif tersebut dapat diamati sebagai berikut.

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 266, observer 2 muncul 277. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 286, observer 2 muncul 288. Tindakan
93

ke tiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 308, observer 2

muncul 315. Rerata skornya adalah 290.00 dengan prosentase 52,7%, dan ini

termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 444, observer 2 muncul 404. Tindakan

kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 456, observer 2

muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50 dengan prosentase 78.6%, dan

termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah terdiri dari 5 fokus pengamatan dengan masing-masing

indikator yang diharapakan muncul yakni (1) Sikap Kejujuran yang

memunculkan 3 indikator; (2) Sikap Kedisiplinan yang disertai 5 indikator; (3)

Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator; (4) Sikap Percaya Diri yang

disertai dengan 5 indikator serta; (5) Sikap Kerjasama yang juga disertai 5

indikator.

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kejujuran

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 151, observer 2 muncul 160. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 174, observer 2 muncul 171.

Tindakan ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 173,

observer 2 muncul 175. Rerata skornya adalah 167.33 dengan prosentase

50.7%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan

pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 287, observer 2

muncul 248. Tindakan kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul


94

adalah 293, observer 2 muncul 262. Rerata skornya adalah 272.50 dengan

prosentase 82.6%, dan ini termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kedisiplinan

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 259, observer 2 muncul 256. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan

ketiga kobserver 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 276, observer 2

muncul 273. Rerata skornya adalah 267.50 dengan prosentase 48.6%, dan ini

termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindalan pertama observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 397. Tindakan

kedua observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 456, observer 2

muncul 403. Rerata skornya adalah 419.75 dengan prosentase 76.3%, dan ini

termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Tanggung Jawab

Pada siklus I tinadakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 276, observer 2 muncul 272. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 291, observer 2 muncul 283.

Tindakan ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 290,

observer 2 muncul 296. rerata skornya adalah 284.67 dengan prosentase

51.8%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan

pertama observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 443, observer 2


95

muncul 401. Tindakan kedua observer 1, banyakya indikator yang muncul

adalah 447, observer 2 muncul 432. Rerata skornya adalah 430.75 dengan

prosentase 49.6%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan aspek Sikap Percaya Diri.

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 269, observer 2 muncul 267. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul 272, observer 2 muncul 275. Tindakan ketiga

observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 277, observer 2 muncul

278. Rerata skornya adalah 273.00 dengan prosentase 49.6%, dan termasuk

dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 432, observer 2 muncul 407. Tindakan

kedua observer 1, banyaiknya indikator yang muncul adalah 453, observer 2

muncul 407. Rerata skornya adalah 424.75 dengan prosentase 77.2%, dan

termasuk dalam kategori Baik (B).

Fokus Pengamatan Sikap Ilmiah dengan Aspek Sikap Kerjasama

Pada siklus I tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator yang

muncul adalah 266, observer 2 muncul 270. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 313, observer 2 muncul 307. Tindakan

ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul adalah 315, observer 2

muncul 319. Pada siklus II tindakan pertama observer 1, banyaknya indikator

yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 410. Tindakan kedua observer 1,

banyaknya indikator yang muncul adalah 449, observer 2 muncul 470. Rerata
96

skornya adalah 438.00 dengan prosentase 79.6%, dan termasuk dalam kategori

Baik (B).

B. Pembahasan

Berdasarkan Hasil Penelitian di atas dan Refleksi setiap siklus serta

temuan-temuan langsung Peneliti, maka pembahasan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Siklus I

Pada siklus I Peneliti sudah berusaha semaksimal mungkin untuk

menerapkan rancangan penelitian yang telah disusun. Diawali dengan menyusun

perangkat Pembelajaran yang meliputi Rencana Pembelajaran dan Skenario

Pembelajaran yang diinginkan, serta media Pembelajaran.

Rencana Pembelajaran Guru untuk Siklus I yang didesain dalam tiga kali

pertemuan; telah disusun sedemikian rupa, sehingga hasil perekaman Observer

terhadap Instruman 1 tentang Rencana Pembelajaran Siklus I ini secara umum

telah mencapai 82.13% dalam kategori Baik (B).

Rencana Pembelajaran yang Baik (B) tersebut ketika diterapkan dalam

pembalajaran, yakni pada anak didik di Taman Kanak- Kanak Hj. Isriyati

Moenadi Ungaran, ternyata hasilnya belum optimal. Aspek Tujuan Pembelajaran

pada tindakan pertama dari delapan indikator yang diharapakan muncul baru lima

indikator yang muncul. Secara umum tindakan pertama ini belum dapat

merangsang siswa untuk berekspresi kreatif. Demikian pula pada Tujuan

Pembelajran Khusus belum mencerminkan tiga ranah baik itu ranah kognitif,
97

afektif maupun psikomotorik, sehingga dalam hal ini Tujuan Pembelajaran

Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan kedua ada sedikit peningkatan yaitu

muncul 6 indikator, namun dalam hal ini kelemahan pada Tujuan Pembelajaran

Khhusus dimana Tujuan Pembelajaran Khusus belum mengandung satu unsur

sehingga Tujuan Pembelajaran Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan ketiga

semua indikator muncul sehingga perumusan tujuan pembelajaran sudah dapat

tercapai.

Pengembangan Materi, Metode dan Media. Pada tindakan pertama dari

sepuluh indikator yang diharapkan muncul baru tujuh indikator saja yang

muncul. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan percobaan sains metode yang

dipilih belum mampu memperkuat pencapaian Tujuan Pembelajaran Khusus serta

penggunaan metode yang hanya satu buah menjadikan anak didik jenuh, dan juga

penggunaan media belum sesuai dengan metode yang disampaikan. Tindakan

kedua ada sedikit peningkatan yaitu ada sembilan indikator yang muncul. Hanya

ada satu indikator yang tidak muncul yaitu penggunaan metode yang seharusnya

lebih dari satu buah, akan tetapi guru masih mengunakan satu metode saja.

Dalam hal ini refleksi perlu dilakukan oleh guru untuk memperbaiki metode yang

digunakan lebih dari satu buah. Pada tindakan ketiga semua indikator sudah

muncul hingga tujuan pembelajaran disebut berhasil.

Merencanakan skenario pembelajaran pada tindakan pertama dari sepuluh

indikator baru muncul enam indikator. Hal ini karena guru dalam merencanakan

skenario pembelajaran belum dibuat secara hierarkis, bertahap dan logis. Alokasi
98

waktu yang digunakan belum sesuai dengan derajat kepentingan tiap tahap.

Fungsi guru belum sepenuhnya menjadi fasilitator dan dinamisator, serta

karakteristik dari percobaan sains belum nampak. Pada tindakan kedua indikator

yang muncul sebanyak sembilan buah, demikian pula pada tindakan ketiga, akan

tetapi disini dalam merencanakan skenario masih belum dibuat secara hierarkis,

bertahap, dan logis. Refleksi sangat perlu dilakukan untuk menungkatkan hasil

pada siklus berikutnya.

Siklus I Aktivitas Guru selama pembelajaran dapat dilihat dari masing-

masing aspek. Aspek membina siswa melakukan percobaan, tindakan pertama

dari delapan indikator yang diharapkan munjul ada enem yang muncul. Hal

tersebut dikarenakan alat dan bahan percobaan masih kurang memadai, begitu

pula karena minimnya penuntun ataun penduan percobaan. Tindakan kedua

mengalami peningkatan, terbukti dengan munculnya tujuh indikator demikian

pula pada tindakan ketiga. Namun sampai pada tindakan ketiga, adanya penuntun

atau panduan percobaan masih belum muncul, dalam artian pandun tersebut

maskih sangat kurang. Untuk itu perlu adanya refleksi pada indikator tersebut

supaya pada siklus berikutnya bisa menampakjkan hasil.

Aspek mengelola pelaksanaan percobaan, dari sepuluh indikator yang

diharapakan muncul, pada tinndakan pertama dan kedua muncul tujuh indikator,

dan pada tindakan ketiga muncul delapan indikator. Hal ini karena dalam

pelaksanaan percobaan sains guru masih membatasi pada ruang kelas saja.

Jalanya percobaan sains hanya berlangsung dirung kelas saja, serta masih adanya
99

kerickihan yang terjadi antar siswa walaupun sedikit namun tidak sampai

mengganggu jalanya percobaan sains.

Hasil Praktikum Secara Umum dapat Meningkatkan Kreativitas anak didik.

Pada aspek ini memiliki enem indikator yang diharapakan muncul. Tindakan

pertama sudah memunculkan empat indikator, pada tindakan kedua dan ketiga

sama yaitu lima indikator. Hal ini dikarenakan siswa belum merasa puas dengan

percobaan yang dilakukan meskipun percobaanya sudah mendekati benar.

Panduan praktikum yang seharusnya bermanfaat bagi siswa belum terpenuhi.

Mendorong Anak Didik Untuk Mengeluarkan Pendapat, dari sepuluh

indikator yang seharusnya muncul, pada tindakan pertama sudah muncul delapan

demikian pula pada tindakan ketiga sudah mengalami peningkatan yaitu sudah

muncul sembilan indikator. Dalam hal ini guru masih mengalami kesulitan dalam

mendorong siswa untuk bisa berpendapat. Pertanyan-pertanyaan yang muncul

masih didominasi oleh beberapa siswa saja, dan karena jawaban siswa yang

beraneka ragam maka guru sedikit kesulitan dalam membuat kesimpulan.

Menempatkan Guru Bukan Satu-satunya Sumber Balajar. Dari sepuluh

indikator pada tindakan pertama sudah muncul tujuh indikator. Tindakan kedua

dan ketiga sudah muncul delapan indikator. Tapi masih ada indikator yang belun

juga muncul dari tindakan pertama sampe tindakan ketiga yaitu guru tidak

memberikan kesempatan yang luas pada anak didik dalam mengadakan

percobaan. Guru kurang menghargai pendapat dari anak didik yang beragam

dengan alasan sebagai acun untuk penarikan kesimpulan, sedangkan anak didik

tidak memiliki sumber lain selain yang diberikan oleh guru.


100

Kreatifitas Siswa pada tindakan pertama masih 47.2% dalam kategori

Kurang (K). Gagasan Kreatif Siswa yanga meliputi kelancaran, keluwesan,

kemampuan berpikir rasional, penguraian dan menilai, baru nampak sedikit.

Suasana kelas masih gaduh, siswa tertentu berbicara sendiri dengan teman, dan

ada sebagian siswa yang mengganggu teman lain. Hasil tersebut mengindikasikan

bahwa kesungguhan siswa dalam mengikuti model pembelajaran yang

diujicobakan belum muncul. Dengan demikian dapat direfleksikan sebagai acuan

rencana tindakan pada siklus berikutnya untuk meningkatkan minat siswa

terhadap model pembelajaran yang disampaikan dengan mengemasnya menjadi

lebih menarik lagi, misalnya menyisipkan berbagai atraksi yang mempu

menimbulkan kesan tersendiri pada masing-masing siswa terhadap materi yang

sedang diajarkan.

Pendorong Kreatif pada siklus I dari masing-masing tindakan terjadi

peningkatan. Guru senantiasa membangkitkan dorongan-dorongan untuk

kreatif. Dorongan kreatif tersebut diharapkan dapat mencapai tahap yang

optimal pada siklus berikutnya.

Pada awal pelajaran anak didik masih “takut” akan kehadiran observer,

namun setelah selang beberapa waktu (ketika mulai percobaan) mereka justru

melakukan tindakan yang kurang relevan terhadap pembelajaran. Keadaan ini

masih dapat diterima karena model pembelajaran ini masih baru bagi mereka.

Anak didik memiliki rasa ingin tahu yang mendalam, sehingga dalam

melaksanakan percobaan anak didik memperhatkikan dengan seksama saat


101

percobaan sains sedang berlangsung. Mereka sangat bersemangat untuk

melakukan percobaan kembali namun karena waktu yang ditentukan dan guru

tidak memberikan waktu yang cukup luas, maka untuk melakukan percobaan

kembeli percobaan kembali terbatas. Dalam melakukan percobaan sains anak

didik menggunakan caranya sendir-sendiri dan dari sinilah kreativitas siswa

mulai terlihat saat anak didik mencobanya kembali.

Proses Kreatif pda siklus I ini terjadi peningkatan secara bertahap

dari masing-masing tindakan oleh observer. Hal ini karena pengamatan dan

juga refleksi yang dilakukan dalam setiap tindakan. Proses kreatif terjadi

dalam empat tahap yaitu: tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap inspirasi, dan

tahap verifikasi. Pada tahap persiapan sebelum percobaan dmilakukan semua

alat dan bahan dkipersiapkan terlebih dahulu. Tahap inkubasi disini adalah

mengenai alokasi waktu yang harus jelas. Tahap inspirasi mengenai gagasan

dari masing-masing anak didik dalam memecahkan masalah. Tahap verifikasi

disini adalah anak didk dapat memahami menurut pemahamanya sendiri,

sesuai dengan keadaan nyata atau kondisi realita.

Sikap Ilmiah Siswa pada siklus I reratanya masih rendah dan semua masih

termasuk dalam kategori kurang (K). Terlihat pada setiap aspeknya seperti, sikap

kejujuran reratanya hanya 50.7%, sikap kedisiplinan reratanya hanya 48.6%,

sikap tanggung jawab reratanya hanya 51.8%, sikap percaya diri reratanya hanya

49.6%, sikap kerja sama reratanya hanya 54.2%. Namun demikian pada siklus I

ini telah terjadi peningkatan dari masing-masing tindakan oleh observer.


102

Pada Siklus I tindaka ketiga, aktivitas guru selama berlangsungnya

percobaan sains setiapa aspek mengalami peningkatan, hal ini telihat dengan

banyaknya indikator yang muncul. Aspek mendorong siswa untuk

mengeluarkan pendapat sendiri mengalami peningkatan dengan

memunculkan indikator sebanyak 9 buah dengan prosentase 90% dan

termasuk dalam kategori Baik (B).

Skenario Pembelajaran mengalami peningkatan, banyak indikator

yang muncul hingga mencapai 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat

Baik (AB). Hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antara siswa dan

guru yang relatif meningkat.

Kreativitas Siswa selama pembelajaran pada tindakan kedua siklus I

mengalami peningkatan. Aspek gagasan kreatif sudah mulai menampakkan

hasil, meskipun masih belum optimal. Aspek kelancaran dan kemampuan

berpikir rasional masih merupakan pengamatan terlemah dan masih dalam

kategori Kurang (K).

Sikap Ilmiah Siswa tindakan ketiga siklus I mengalami peningkatan,

hal ini didongkrak oleh sikap tanggung jawab dan sikap kerjasama siswa

yang mulai meningkat.

Perilaku Siswa yang Kurang Relevan Selama Pembelajaran pada

siklus I adalah 434.33 dengan prosentase 79.0% dan ini termasuk dalam

kategori tinggi. Hal ini dikarenakan masih ada siswa yang tidak konsentrasi

dalam pelaksanaan percobaan sains, seperti halnya suka ngobrol sendiri dan

mengganggu teman lain.


103

Berdasarkan temuan pada sikus I tersebut menunjukkan bahwa gendala

yang menyebabkan masih rendahnya kreativitas siswa bersumber dari dalam

diri siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa masih menganggap

model pembelajaran yang sedang dikembangkan masih asing baginya

sehingga suasana kelas manjadi gaduh. Pernyataan tersebut senada dengan

pendapat Hurlock (1989:4) yang menyatakan bahwa proses kreatif adalah

suatu proses yang mengarahkan seseorang untuk dapat menghasilkan suatu

komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru sehingga

diperlukan waktu untuk dapat beradaptasi. Secara umum dapat dijelaskan

bahwa untuk dapat meningkatkan kreativitas siswa diperlukan tahapan-

tahapan agar siswa dapat menghubungkan informasi yang diperoleh dari

pengalaman sebelumnya kedalam situasi yang baru. Dengan semakin

banyaknya pengalaman yang diperoleh siswa maka akan tumbuh rasa ingin

tahu dari dalam dirinya, perasaan untuk senang mengajukan pertanyaan guna

mendapatkan pengalaman baru.

2. Siklus II

Perencanaa Pembelajaras Guru pada siklus II tindakan kedua telah

mencapai tahap yang optimal, rata-ratanya telah mencapai 100% dan

termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Hal ini disebabkan oleh tajamnya

observer didalam memanfaatkan analisis dan refleksi pada siklus I.

Kegiatan kreatif yang direncanakan dengan baik membantu anak

mengembangkan perasaan positif mengenai diri sendiri dan kemampuan-

kemampuanya. Dengan bekerja bersama-sama anak lain, anak belajar


104

keterampilan sosial, seperti menyesuaikan diri, komunikasi, toleransi, dan kerja

sama. (Freeman & Munandar, 1997:252)

Rencana pembelajaran diupayakan mampu mengkondisikan suasana

yang mendukung tumbuh dan berkembangnya kreativitas anak dalam belajar.

Mengacu pada pendapat Feldhusen dan Treffinger (1990) seperti diuraikan

oleh Utami Munandar (1992), meliputi pengaturan fisik/lingkungan kelas

serta persiapan dan perilaku guru dalam layanan pembelajaran.

Aktivitas Guru selama pembelajaran pada siklus II tindakan kedua

mengalami peningkatan hingga mencapai 100% dalam kategori Amat Baik

(AB). Semua aspek baik itu Membina siswa melakukan percobaan,

mengeloloa pelaksanaan percobaan, peningkatan kreativitas siswa,

mendorong siswa untuk mengeluarkan pendapat serta menempatkan guru

bukan satu-satunya sumber belajar, telah mengalami peningkatan hingga

mencapai 100% dengan kategori Amat Baik (AB), dan ini sesuai dengan apa

yang diharapakan. Hal ini disebabkan oleh sudah mantapnya guru peneliti di

dalam melaksanakan tugasnya, karena sudah mendapat masukan yang

bermakna dari tim kolaborasi. Jadi aktivitas guru secara keseluruhan pada

siklus II adalah 89.8% dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).

Dari hasil tersebut diatas kita mengacu pada pendapat Conny R. Semiawan

(1997) tentang saran untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan

menunjang pemikiran kreatif dalam pembelajaran sebagai berikut :

Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak

Berialah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan ide

atau gagasan kreatif


105

Ciptakanlah suasana saling menghargai dan saling menerima, sehingga antar

mereka dapat belajar, bekerja secara bersama maupun mandiri dengan

baik

Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan monopoli

sini

Dornglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah narasumber dan pengarah

Berikan suasana yang aman dan bebas untuk berpikir menyelidiki

(eksplorasi)

Berilah kesempatan pada anak untuk berperan serta dan mengambil

keputusan

Libatkan dan dukunglah gagasan dari semua anak

Bersikap positif terhadap kegagalan untuk meningkatkan gagasan

Kreativitas Siswa pada aspek kepribadian kreatif selama siklus II

juga mengalami peningkatan dalam setiap aspek baik itu aspek kelancaran,

keluwesan, kemampuan berpikir rasional, penguraian, serta menilai. Dari

tindakan pertama dan kedua reratanya sudah mencapau 78.2% dan ini

termasuk dalam kategori Baik (B), dan telah mencapai tahap yang optimal.

Lebih jelasnya peningkatan kreatifitas siswa tersebut dapat disajikan pada

gambar berikut ini :


106

Gambar 2. Peningkatan Kreatifitas Anak Didik

Dari gambar tersebut menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan

kreativitas. Dari sinilah terlihat bahwa kreativitas mempunyai peran penting

dalam menentukan perkembangan manusia. Karena anak yang dapat

menyalurkan kreativitasnya akan mempunyai makna pada tahap

perkembanganya. Kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan

kualitas hidupnya. Dalam era pembangunan ini kesejahteraan dan kejayaan

masyarakat dan negara bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide-ide

baru, penemuan-penemuan baru, dan teknologi baru. (Munandar, 1999:31)

Pendorong Kreatif pada siklus II telah mengalami peningkatan hingga

mencapai 78.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini karena guru

yang selalu memberikan dorongan pada siswa yang belum berhasil dengan

senantiasa disuruh untuk mencoba dan mencoba agar mencapai tahap yang

optimal. Lebih jelasnya peningkatan pendorong kreatif tersebut dapat dilihat

pada gambar 2 berikut :


107

Gambar 3. Peningkatan Pendorong Kreatif

Dalam pembalajaran yang berlangsung, guru menjadi sangat penting

dalam fungsinya sebagi fasilitator pendorong kreatif. Sebagai fasilitator guru

mendorong siswa (motivator) untuk mengembangkan inisiatif dalam

menjajagi tugas-tugas baru. Ia tidak capat memberikan kritik, tetapi

memberikan dukungan dan rangsangan di mana perlu. Guru harus terbuka

dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua anak (menerima tidak sama

dengan menyetujui; menerima disini berarti terbuka dan berusaha

memahami). Adlah tidak bijaksana memuji anak tertentu secara berlebihan

dan bersikap menolak gagasan-gagasan anak lain.

Guru harus berusaha manghilanghkan ketakutan dan kecemasan siswa

yang menghambat pemikiran dan pemacahaan masalah secara kreatif. Anak-

anak pun harus belajar menunjukkan penghargaan terhadap peekerjaan anak

lain dan tidak mengejek, mengkritik (dalam arti mencela), atau

menertawakan, sebagaimana mereka juga harus belajar menghargai pekerjaan

diri sendiri.

Jadi, dalam peran sebagai fasilitator seorang guru harus:

Mendorong balajar mandiri sebanyak mungkin

Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua anak

Memupuk anak (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif

dan untuk memberikan penilaian diri sendiri

Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang

tidak biasa
108

Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecapatan antar anak dalam

kemampuan memikirkan ide-ide baru.

Proses Kreatif pada siklus II juga telah mengalami peningkatan

hingga mencapai 79.2% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini

karena guru senantiasa memberikan kesempatan pada anak didik untuk

bersibuk diri secara kreatif dengan membantu mengusahakan sarana dan

prasarana yang diperlukan. Dalam yang hal ini penting ialah memberi

kebebasan kepada anak untuk mengekspresikan dirinya secara kreatif. Lebih

jelasnya peningkatan proses kreatif tersebut dapat dilihat pada gambar 3

berikut :

Gambar 4. Peningkatan Proses Kreatif

Rogers (Kitano & Kirby, 1986), menjelaskan proses kreativitas yang

menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang


109

diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan berbagai

pengalamanya. (Semiawan, 1997:104)

Kondisi yang diperlukan untuk itu, antara lain sebagai berikut.

Keterbukaan terhadap pengalaman; toleransi untuk makna ganda sesuatu; dan

fleksibilitas terhadap keterbatasan konseptual.

Lokus internal evaluasi; artinya dapat memperoleh kepuasan atas evaluasinya

sendiri tanpa terlalu tergantung dengan pikiran orang lain

Kemampuan untuk bergulir dengan macam-macam ide dan konsep.

(Khatena, 1994)

Sikap Ilmiah Siswa pada siklus II tindakan kedua juga mengalami

peningkatan hingga mencapai 72.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).

hal itu terjadi pada setiap aspek ba ik itu sikap kejujuran, sikap kedisiplinan,

sikap tanggungjawab, sikap percaya diri, dan sikap kerjasama. Setiap aspek

tersebut telah mencapai tahap yang optimal hingga memunculkan produk

kreatif yang bisa dirasakan secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan

diadakanya bazar pada ahir penelitian dengan memamerkan produk-produk

yang hasil karya anak didik selama penelitian. Lebih jelasnya peningkatan

sikap ilmiah siswa tersebut dapat dilihat pada gambar 2 berikut :


110

Gambar 5. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa

Berdasarkan temuan pada siklus II tersebut menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan metode demonstrasi yang diujicobakan telah mampu

meningkatkan kreatifitas untuk seluruh aspek yaitu kelancaran, keluwesan,

kemampuan berpikir rasional, penguraian, serta menilai. Pada sikus II ini

telah muncul rasa ingin tahu yang mendalam dari para siswa ditunjukkan dari

seringnya mereka mengajukan pertanyaan, mengajukan gagasan-gagasan, dan

mengajukan pendapat secara spontan saat proses pembelajaran. Pernyataan

tersebut didukung oleh pendapat Hawadi, Wihardjo & Wiyono (2001:14)

yang menyatakan bahwa munculnya sikap kreatif siswa ditandai dengan

munculnya rasa ingin tahu yang mendalam, sering mengajukan pertanyaan,

memberikan banyak gagasan, mampu menyatakan pendapat secara spontan,

dapat memecahkan masalah dari beberapa segi, mampu mengajukan gagasan

yang berbeda dengan orang lain, dan mampu menghadapi masalah dari

berbagai sudut pandang.

Dengan baiknya kreatifitas siswa setelah mendapatkan model pembelajaran

demontrasi, maka model pembelajaran ini terbukti mampu mengantarkan

siswa untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman baru dalam setiap model

pembelajaran yang diikuti sebagai manifestasi kemampuan sesunguhnya dari

masing-masing siswa. Maslow (1967) menjelaskan bahwa dengan


111

munculnya sikap kreatif siswa menunjukkan bahwa secara keseluruhan

seluruh aspek kemampuan siswa yang meliputi ranah afektif, kognitif dan

psikomotor telah berfungsi sepenuhnya dan dapat memberikan kepuasan

tersendiri bagi siswa terhadap kemampuan yang telah dicapainya tersebut

dalam proses pembelajaran

Perilaku Siswa yang Kurang Relevan Selama Pembelajaran pada

siklus II ini adalah 339.00 dengan prosentase 61.6% dan termasuk dalam

kategori cukup. Hal ini karena siswa sudah mulai asik dengan pelaksanaan

percobaan sains dan guru mencoba menekan sekecil mungkin tindakan siswa

yang tidak relevan selama pembelajaran. Namun demikian tindakan itu masih

muncul walaupun kecil. Lebih jelasnya penurunan perilaku siswa yang

kurang relevan selama pembelajaran tersebut dapat dilihat pada gambar 5

berikut
112

Gambar 6. Penurunan Perilaku Siswa Yang Kurang Relevan Selama


Pembelajaran

Respon Siswa terhadap model pembelajaran ini sangat baik.

Responden merasa bahwa percobaan sains merupakan pembelajaran baru

bagi mereka, hampir semua responden merasa tertarik dengan model

pembalajaran ini dan mereka juga setuju jika model pembelajaran tersebut

diterapkam di dalam kelas.

Respon Observer terhadap percobaan sains mengatakan efektif untuk

pembelajaran sains di Taman Kanak-kanak, dan mereka tertarik dengan

model pembelajran ini serta setuju jika model pembalajaran ini dalam

pembalajaran dikelas.

Berdasarkan data-data diatas, penelitian ini mampu menjawab tujuan

penelitian, yakni bahwa penelitian tindakan kelas dengan menerapkan

perclobaan-percobaan sains dapat meningkatkan kreativitas anak didik di

Taman Kanak-kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran tahun pelajaran

2004/2005 telah terbukti dapat meningkatkan kreativitasnya.


113

BAB V

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan data hasil penelitian beserta pembahasanya dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut ;
Penelitian ini mampu menjawab tujuan umum penelitian yakni meningkatkan

kreativitas anak didik dalam pembelajaran melalui percobaan-percobaan

sains di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran.

Penelitian ini juga mampu menjawab tujuan khusus penelitian yakni setelah

penelitian ini berahir, kreativiras anak didik semakin meningkat secara

signifikan yang ditunjukkan oleh indikator-indikator sebagai berikut :

Guru terampil membuat rencana pembelajaran, yang terbukti dengan

perolehan rerata prosentase Siklus I 96.4%, Siklus II mencapai rerata

prosentase 100%.

Aktivitas guru selama percobaan sains meningkat baik, hal ini terbukti dari

perolehan rerata prosentase, dari Siklus I sampai Siklus II adalah 65.3%,

71.4%, 75.5%, 77.6%, 89.8%.

Kreativitas anak didik yang berupa kepribadian kreatif, pendorong Kreatif,

proses kreatif, sikap ilmiah semuanya mengalami peningkatan dari

masing-masing siklus. Untuk kepribadian kreatif siklus I 47.2% dan

siklus II 78.2%. Pendorong kreatif siklus I 48,4% dan siklus II 78.6%.


114

Proses kreatif siklus I 52.7% dan siklus II 79.2%. Sikap ilmiah Siklus I

46.9% dan siklus II 72.2%.

Penelitian tersebut telah mampu menjawap permasalahan yaitu dengan

percobaan sains dapat meningkatkan kreativitas anak didik di Taman

Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran tahun pelajaran 2004/2005.

Saran

Kepada para guru, tumbuh kembangkan kreativitas anak didiknya, khususnya

melalui percobaan-percobaan sains.

Agar kreatifitas siswa tidak mati di tangan guru, pegang teguh hakikat percobaan

sains sebagai sikap ilmiah.

Kepada para anak didik di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran,

jangan takut salah untuk selalu mencoba dan mencoba, karena didalam

kreativitas dimungkinkan adanya kesalahan-kesalahan yang justru dapat

membuat kita lebih kreatif.

Kepada Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati

Moenadi Ungaran, kreatifitas siswa yang dibina dengan baik akan dapat

membawa nama harum sekolah. Oleh karena itu tumbuh kembangkan

kreativitas anak didik di lembaga tersebut.


115

You might also like