Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
hal ini berkaitan erat dengan kualitas pendidikan yang diberikan kepada anggota
Kedua lembaga ini secara simultan memproses row input untuk dapat lebih
munculnya produk kreatif seseorang. Produk kreatif akan muncul bila mana ada
motivasi baik motivasi intrinsik maupun ekstrinsik disertai komitmen yang tinggi
1
2
atau desain pembelajaran yang baik adalah yang memungkinkan siswa dapat
mengekspresikan kreativitasnya.
proses pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat (1)
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, dan ayat
ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan
kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara Indonesia. Undang-
termasuk dari mereka yang berbakat istimewa atau memiliki kemampuuan dan
suku, ras, kedudukan sosial, dan tingkat kemampuan ekonomi dengan tetap
usia dini.
dimulai ketika anak menginjak usia enam tahun atau lebih. Sementara itu ketika
anak berusia kurang dari enam tahun (antara empat sampai dengan lima tahun ),
pendidikan kreatif.
Bab I Pasal 2 Ayat (1) yang telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-
jasmani dan rokhani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak (Soemantri
dasar.
bermain sesuai dengan prinsip TK yaitu “bermain sambil belajar, dan belajar
seraya bermain”, hal ini merupakan cara yang paling efektif, karena dengan
mengikuti peraturan, tata tertib dan disiplin. Dalam kegiatan bermain anak
lingkungan tersebut, anak dapat menghargai orang lain, tenggang rasa terhadap
orang lain, tolong menolong sesama teman dan yang lebih utama anak dapat
memotivasi anak untuk mengetahui segala sesuatu secara lebih mendalam, dan
dapat bereksperimen.
anak didik tidak akan canggung lagi menghadapi cara pembelajaran dijenjang
bermain atau alat bantu, metode yang digunakan, serta waktu dan tempat
bermainya.
Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih
kuat untuk mengenal lingkungan alam sekitar dan lingkungan sosialnya lebih
6
baik. Anak ingin memahami segala sesuatu yang dilihat dan didengar
(Moeslichatoen, 1999 : 10). Segala sesuatu yang diamati oleh inderanya. Untuk
dengan berbagai cara. Misalnya jawaban terhadap segala sesuatu yang dilihat,
didengar, dicium, dirasakan atau diraba itu. Tentang bagaimana terjadinya, dari
mana segala sesuatu itu berasal atau apa yang terjadi bila sesuatu itu dipegang,
Anak juga mempunyai dorongan yang kuat untuk menguji dan mencoba
yang lebih baik tentang sifat-sifat yang dimiliki sesuatu benda. Karena itu, bila
kerja mereka dan juga dapat mengapresiasi cara kerja anak lain.
ini terbukti dengan nilai rata-rata ulangan harian selama semester I adalah 7,1. ini
berarti taraf serap siswa mencapai 7,1% (Dokumentasi Guru, 2004). Dengan
Nilai Pengamatan, diperoleh rata-rata nilai anak didik untuk Kreativitas masih
7
5,4 yang berarti masih dibawah batas belajar tuntas, yakni 7,5% (Dokumentasi
Guru, 2004). Jumlah anak didik kelompok A adalah 44 anak, yang terdiri dari
latar belakang sosial ekonomi orang tua lebih dari 80% mampu dan sudah sadar
pula bagaimana percobaan sains di TK itu berlangsung dan dengan kata lain
B. Fokus Permasalah
yang berupa prestasi akademik anak didik. Hal ini berarti baru potensi
seoptimal mungkin.
C. Rumusan Masalah
berikut :
sains ?”
D. Tujuan Penelitian
percobaan-percobaan sains
2. Tujuan Khusus Penelitian Tindakan Kelas ini adalah setelah penelitian ini
E. Manfaat Penelitian
1. Peneliti
penerapan metode eksperimen yang benar dan tepat, serta peneliti mampu
mencari alternatif solusi yang tepat. Selain itu ,peneliti mampu memperbaiki
siswa.
2. Anak Didik
Moenadi Ungaran
a. Penelitian Tindakan Kelas ini merupakan aset penting karena hal ini
F. Sistematika Skripsi
halaman pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, sari, daftar isi,
sistematika skripsi.
Bab III : Metode penelitian, yang terdiri dari rancangan penelitian, data dan
BAB II
LANDASAN TEORI
orang tua disebut sebagai usia yang problematis, menyulitkan atau mainan;
oleh para pendidik dinamakan sebagai usia prasekolah; dan oleh ahli
mempunyai dampak yang kuat terhadap jumlah bicara dan isi pembicaraan.
kanak-kanak.
diterima dalam mempelajari berbagai pola bermain dan status sosial ekonomi
keluarga.
8. Ketidak tepatan dalam mengerti sesuatu, merupakan hal yang umum pada
dipelajari tanpa cukup bimbingan dan karena anak sering didorong untuk
memandang kehidupan secara tidak realistis agar lebih menarik dan lebih
semarak.
9. Awal masa kanak-kanak ditandai oleh moralitas dengan paksaan, suatu masa
hukuman dan pujian. Periode ini juga merupakan masa penegakan disiplin
dengan cara yang berbeda, ada yang dikenakan disiplin yang otoriter, lemah
dan demokratis.
10. Minat umum anak meliputi minat terhadap agama, tubuh manusia, diri
11. Awal masa kanak-kanak sering dianggap sebagai usia kritis dalam
12. Berbagai hubungan keluarga, orang tua anak, antar saudara dan hubungan
14. Diantara bahaya psikologis yang terpenting adalah isi pembicaraan yang
emosi yang kurang baik, disiplin yang tidak konsisten atau disiplin yang
terlalu didasarkan pada hukum, gagal dalam mengambil peran seks sesuai
15. Kebahagiaan pada awal masa kanak-kanak bergantung lebih pada kejadian
dikuasai anak sebelum mereka memasuki sekolah diletakkan selama masa bayi,
tetapi masih banyak yang harus dipelajari dalam waktu empat tahun, yaitu dalam
periode awal masa kanak-kanak atau usia dini yang relatif singkat.
umum.
14
2. Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang
tumbuh.
dan berhitung.
sehari-hari.
lembaga.
3. Tingkah laku yang diharapkan apabila dibina secara terus menerus pada
saatnya akan terjadi dengan sendirinya, atas prakarsa anak sendiri meskipun
Dalam membina hubungan dengan anak lain ada beberapa pendekatan dengan
anak lain yang dapat dilaksanakan atau yang tidak dapat dilaksanakan berkaitan
dengan ketrampilam bergaul, membina hubungan, memecahkan pertentangan
dengan anak lain. Anak belajar cara yang dapat dilaksanakan dalam berbagai
bahan, perlengkapan dengan anak lain atau saling mengemukakan gagasan
dengan anak lain. Anak balajar mempertahankan diri, menuntut hak dengan cara
yang dapat diterima, menerima giliran, mengkomunikasikan keinginan dan
mengadakan negosiasi dengan cara yang dapat diterima kelompok:
mempertahankan barang miliknya, meminta menggunakan alat permainan,
menanti menggunakan alat permainan, menyatakan keinginan untuk melakukan
sesuatu kepada anak lain, mengadakan kesepakatan dalam menggunakan alat
permainan secara bergantian. Anak berusaha untuk dapat memberi informasi dan
contoh cara menggunakan atau melakukan kepada anak lain misalnya: dimana
membeli buku tulis yang dimilikinya, memberti contoh cara menggunakan alat
permainan yang dimiliki, selanjutnya anak belajar untuk mengantisipasi apa yang
bakal terjadi atau menghindari permasalahan berdasarkan pengharapan-
pengharapan yang realistis: dapat membayangkan apa yang terjadi bila air kalau
dipanasi menjadi hangat, akan berjalan disisi kiri jalan untuk menuju kesekolah.
Dalam membina hubungan dalam kelompok anak belajar untuk dapat berperan
serta, meningkatkan hubungan kelompok, meningkatkan hubungan antar pribadi,
mengenal identitas kelompok dan belajar bekerja dalam kelompok. disamping itu
anak balajar untuk mengikuti jadwal dan pola kegiatan sehari-hari, mengadaptasi
dengan hal-hal rutin di sekolah, serta mengenal peraturan dan pengharapan
sekolah, misalnya : kegiatan piket, menjadi bagian kelompok, bekerja sama
melaksanakan tugas guru, menaati jadwal dan kegiatan bermain dan kegiatan
yang lain, mengetahui apa yang harus dilakukan setiap hari disekolah, menaati
tata tertib dan peraturan sekolah (tidak boleh datang terlambat, jari-jari tangan
bersih, kuku tidak boleh panjang dan sebagainya). Anak juga belajar menghargai
hak, perasaan dan harta milik orang lain, serta belajar untuk bersabar menunda
dan menaati giliran untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Dalam membina diri sebagai individu anak belajar untuk bertanggung jawab
membantu diri sendiri, menjaga diri sendiri dan berprakarsa untuk melakukan
kegiatan yang dipilihnya, misalnya anak menyiapkan alat tulis, menyiapkan bekal
makanan, membersihkan bangku setelah melakukan kegiatan, anak juga belajar
berdekatan dengan anak lain tanpa mengganggu, mengadakan kesepakatan,
16
berkomunikasi secara verbal dan non verbal, dan menerima penolakan, atau
perasaaan yang menyakitkan atau kekecewaan dengan cara yang diterima
kelompok misalnya, tidak merebut alat permainan teman didekatnya,
mengadakan kesepakatan dalam berbagai alat permainan, menyuruh anak lain
diam dengan menempatkan jari telunjuk pada mulutnya. Disamping itu anak juga
belajar untuk mengenal keterbatasan kondisi anak lain sehingga anak dapat
memahami bantuan apa yang bisa diberikan kepada anak tersebut.
Ahli pendidikan anak menyatakan bahwa cara belajar anak yang paling
lingkungan, membentuk daya imajinasi, dunia nyata, dan mengikuti tata tertib
dan disiplin.
binatang, dan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Anak punya kesempatan
anak.
bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses dari pada
lebih besar) menjadi belajar sambil bermain (unsur belajar lebih banyak).
yang kreatif dan menyenangkan. Dengan demikian anak didik tidak akan
alat bermain atau alat Bantu, metode yang digunakan, serta waktu, tempat dan
teman bermainya.
Barmain adalah kegiatan yang spontan dan penuh usaha dan kegiatan
anak dengan caranya sendiri dan menurut tingkat perkembangan sendiri akan
kebebasan.
dengan itu, maka tugas guru adalah merencanakan dan memberi kesempatan
19
dengan bimbingan, model bermain dimana guru memilih alat permainan dan
anak TK. Melalui bermain anak akan dapat memuaskan tuntutan dan
kebutuhan bagi anak usia TK, menurut Hartley, Frank dan Goldenson
f. Untuk kilas balik untuk peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok
2. Metode Pembelajaran di TK
selamanya berfungsi secara memadai. Oleh karena itu dalam memilih suatu
Kanak-kanak seorang guru perlu mempunyai alasan yang kuat dan faktor
ada, memahami tubuh dan perasaan mereka sendiri, melatih memahami untuk
mengurus diri sendiri. Selain itu melatih anak menggunakan bahasa untuk
berhubungan dengan orang lain, dan melakukan apa yang dianggap benar
hubungan-hubungan baru.
Oleh karena itu guru menciptakan lingkungan yang aman dan menantang,
perasaan takut, cemas dalam menggunakannya. Berbagai alat dan bahan yang
didasari oleh nilai-nilai agama dan moral Pancasila agar anak dapat menjalani
pemilihan metode. Perlu diingat oleh guru bahwa anak Taman Kanak-kanak
pada umumnya adalah anak yang selalu bergerak, mempunyai rasa ingin tahu
pengarahan langsung oleh guru yakni kegiatan yang kondisinya berada dalam
dikerjakan sesuai dengan perintah guru. Selain itu juga anak diperintah
kesempatan untuk mewujudkan daya kreatifnya. Dalam hal ini anak telah
yang semi kreatif ini anak belum sepenuhnya kreatif karena masih mendapat
bimbingan guru, yaitu anak masih berbuat berdasar pengarahan guru. Oleh
berbagai macam sumber belajar dan media belajar yang memadai. Fungsi
guru dengan pola kegiatan kreatif adalah sebagai fasilitator yang selalau siap
(a) Metode Bercerita (b) Metode Bercakap-cakap (c) Metode Tanya Jawab
(d) Metode Pemberian Tugas (e) Metode Karya Wisata (f) Metode
dilaksanakan/diperagakan.
cermat.
tepat.
1. Pengertian Kretivitas
Mungkin hal yang paling penting disadari oleh orang tua dan guru ialah
lebih dari orang lain, tetapi tak ada orang yang tidak kreatif sama sekali.
Sayangnya banyak orang tua dan guru yang kurang menyadari atau
yang selalu patuh dan melakukan hal-hal yang diinginkan orang tua atau
melakukan hal-hal yang sama seperti anak lain. Orisinalitas kurang dapat
Ini tidak berarti bahwa disiplin dan kepatuhan tidak penting. Di sinilah
sering terjadi kesalah pahaman tentang arti dan makna dari kreativitas.
ditentukan.
hasil dari kemampuan mencipta. Banyak hal yang dilakukan manusia ada
26
karena kebiasaan mencipta sesuatu yang baru (Anggani Sudono: 1997 :1).
dan sistematis untuk memberi peluang kepada anak didik agar dapat
manusia. Kreativitas dapat pula dilihat sebagai suatu proses dan mungkin
inilah yang lebih esensial dan yang perlu dibina pada anak didik sejak dini
untuk bersibuk diri secara kreatif (Conny Semiawan, AS. Munandar, SCU
Munandar, 1990:8).
komposisi, produk atau gagasan yang pada dasarnya baru (Hurlock, 1989 :4).
dan tujuan yang ditentukan bukan fantasi semata, tetapi merupakan hasil yang
ini juga memiliki ciri lain yaitu afektif, seperti rasa ingin tahu, senang
1992 :7). Dari pendapat ini menunjukkan bahwa kreativitas adalah suatu
proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, yang berupa gagasan atau
berupa suatu objek dalam suatu bentuk atau susunan baru. Kreativitas sebagai
konsep baru dari dua konsep tersebut dapat berupa sesuatu yang abstrak atau
benda konkrit yaitu berupa produk atau jasa, cara serta tehnik atau berupa
metodologi.
yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dengan hal tersebut akan semakin
luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau
menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu
memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu berbeda
(berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga,
c. Kreativitas sebagai proses ialah proses bersibuk diri secara kreatif. Pada
kreatif yang memenuhi standar mutu tertentu, hal ini akan mengurangi
bermakna bagi individu dan /atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak,
hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia
anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam
berkreasi.
perasaan anak, menjangkau masa lalu, masa kini, dan masa depan, menantang
2. Ciri-ciri Kreativias
Ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non
ketrampilan menilai.
percaya diri, efisien dalam berpikir, tertarik pada hal-hal yang komplek dan
kreativitasnya kurang memiliki kesadaran diri akan arti hidup sehat dan
berpikir.
Pada dasarnya seorang anak selalu mencotoh orang tua dan ingin
mandiri seperti apa yang diperbuat orang tua. Dengan meniru orang tua, anak
diri, penuh inisiatif, terbuka terhadap pengalaman yang baru, luwes dalam
berpikir dan selalu ingin mandiri. Anak yang ingin mandiri pada dasarnya
ingin mendapatkan pengakuan dari orang tua bahwa pada diri anak sudah
tumbuh menuju kearah kedewasaan. Anak sudah mulai tidak senang diatur
dibutuhkan dalam diri anak. Bahwa tujuan anak melakukan sesuatu yang
31
menarik perhatian orang lain karena anak ingin mengetahui bagaimana reaksi
orang lain karena anak tersebut ingin memperhatikan kepada orang tua
diperhatikan dan diakui. Hal itu mencerminkan kreativitas alamiah anak usia
dini.
c. Rasa ingin tahu mereka besar, karena itu mereka suka mengajukan
diberikan.
tuanya atau gurunya keheran-heranan dan tidak jarang pula merasa tidak
Ada pula cirri-ciri kreativitas yang lain yaitu memiliki rasa ingin tahu
keindahan, menonjol dalam satu atau lebih bidang studi, dapat mencari
masih abstrak serta dapat pula benda-benda yang konkrit. Hal ini dilakukan
oleh anak agar mendapat pengakuan tentang keberadaan dirinya dan dianggap
yang tinggi untuk hidup mandiri tanpa selalu menggantungkan diri pada
orang lain.
3. Perkembangan Kreativitas
kreativitas sejak usia dini menjadi sangat penting untuk terus dipupuk dalam
masalah.
Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat (bagi diri
individu.
Perkembangan kreativitas antara anak yang satu dan yang lain berbeda-
muncul dalam setiap tahapan perkembangan manusia dari bayi sampai tahap
normal.
Kreativitas mencapai puncaknya pada masa usia tiga puluhan sampai empat
puluhan.
Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak, karena pada masa
ini anak akan mulai menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak
kreativitasnya. Dari kegiatan tersebut diperoleh jati diri serta hal yang cocok
maupun yang bertanggung jawab bagi anak. Secara tidak langsung anak akan
Oleh karena itu perlu terus dikembangkan kreativitas pada diri anak, perlu
pengalaman berharga dan melalui model atau tiruan yang ada dilingkungan
35
anak.
asa, merasa tidak aman sehingga menarik diri dari kegiatan dan takut
baik untuk mengembangkan diri lebih jauh yang disertai keterlibatan yang
jenis kelamin, urutan kelahiran, intelegensi dan tingkat pendidikan orang tua
(Hurlock, 1991:8).
a. Jenis kelamin
b. Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah dan anak bungsu akan berbeda tingkat
cenderung lebih kreatif dari pada anak anak yang lahir pertama. Hal ini
menyesuaikan diri oleh orang tua sehingga anak lebih penurut dan
kreativitasnya mati.
c. Intelegensi
kreatif dari Treffinger (1980) yang telah disusun oleh Conny R. Semiawan
berikut :
lazim, aneh, atau luar biasa. Terhadap yang demikian itu kita harus
wajar.
1) Pemanasan
sudah masuk pada suasana pemikiran yang siap untuk menelaah hal
39
berikutnya.
a) Andaikata
sebagainya.
atau hal untuk dipikirkan fungsi lainya dilain fungsi yang lazim.
e) Alternatif judul.
3) Sumbang Saran
gagasan-gagasan.
41
sebagai berikut:
tahapan ini harus dilaksana akan secara disiplin, karena sering kali
secepat itu muncul kritik dari pihak lain. Ini tidak dibenarkan,
karena kritik secara dini akan berakibat mematikan ide, atau akan
murni dan berani. Tentu akan terlahir gagasan dan ide yang
beraneka ragam, yang sifatnya ada yang wajar, ada yang tidak atau
kurang wajar atau bahkan tidak masuk akal sama sekali. Hal
tertelaah oleh pihak lain yang dalam tingkat atau saat tertentu akan
gagasan yang telah ada yang diperkirakan akan lahir gagasan yang
lebih bermutu.
teknik ini ialah bahwa melalui kombinasi dari unsur yang sebelumnya
sebagainya.
5) Penyusunan sifat
meninjau satu persatu dari setiap ciri atau sifat untuk dipertimbangkan
telah selesai.
sebagainya.
kemungkinan dan kombinasi baru dari objek atau gagasan, yang tidak
menantang. Dalam teknik ini akan lebih terasa betapa penting pola
dalam kehidupanya.
3) Synectics
memperoleh suatu pandangan yang baru. Ada dua prinsip dasar dalam
teknik ini adalah, pertama, membuat yang asing menjadi yang lazim;
diarahkan sendiri. Adapun teknik yang digunakan dalam tingkat ketiga ini
bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling
sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun
begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang
kegiatan ini.
6) Rencana evaluasi
7) Peningkatan administrative.
dari kepala sekolah, guru, orang tua, konselor dan pegawai administrasi
48
4) Ruang kelas perlu dilengkapi dengan ruang kerja mandiri bagi siswa
yang membutuhkan
4) Semua siswa harus disikapi dan diberi perilaku secara adil, seperti
yang berbeda dengan yang lain yang aneh atau yang tidak lazim.
objektif.
ide atau gagasan kreatif. Kreativitas tidak timbul secara langsung dan
spontan.
anak atau siswa, antar anak dan orang tua, dan antara siswa dengan
51
monopoli seni.
pengarah.
keputusan.
lain.
seseorang.
kesempatan kepada anak untuk bermain dan belajar dari observasi dan
perlu merasa bebas dalam bersibuk diri secara kreatif, tanpa perlu
sebaik-baiknya.
1997:252).
anak berbakat guru dapat merasa terikat pada tuntutan kurikulum dan
bermain untuk pertumbuhan dan belajar anak, tetapi juga perlunya mereka
minat baru dan penyampaian gagasan, perasaan serta ekspresi daya kreasi
anak.
7. Penilaian Kreativitas
Ada lima pendekatan dalam menilai kreativitas yaitu (1) analisis objek
kepribadian; dan (4) inventori biografis; serta (5) tes kreativitas. (Dedi
pertimbangan pengamat yang kompeten, guru, orang tua dan teman sebaya
pada berbagai bidang kegiatan kreatif, dapat menjaring orang atau produk
yang sesuai dengan kriteria kreativitas yang ditentukan oleh pengukur; dan
sesuai dengan prinsip bahwa pada ahirnya kreativitas sesuatu atau seseorang
mempunyai persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang disebut kreatif itu,
Choice (ya/tidak) atau skala likert (sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju,
dalam dua hal, yakni tes verbal dan figural ( Torance dalam Dedi Supriyadi,
1997 :30). Tes verbal lebih menekankan pada aspek keunikan (Orisinalitas),
keluwesan yaitu sejauh manakah yang satu dengan yang lain berbeda-beda
56
Dalam penelitian ini akan digunakan alat ukur tes verbal yang
karena kemajuan kreatif yang murni merupakan fase evaluasi kritis yang
approach), sebagai mana dikemukakan oleh Alex Osbron dan Sidney Parnes
(khatena, 1992), yang harus diikuti dengan penilaian terhadap berbagai ide
dan juga yang ditindak lanjuti dengan evaluasi yang didasarkan pada
dalam proses ber-pikir kreatif yang penilaianya tidak terlalu sulit untuk
dilaksanakan.
Khatena, 1994).
dalam model pengayaan sekolah, yaitu suatu protokol interview bila terjadi
a. Apa yang anda lakukan diluar sekolah bila boleh memilih sendiri kegiatan
itu ?
b. Berapa waktu digunakan untuk kegiatan yang anda gemari, senangi atau
minati ?
f. Adakah yang lain yang ingin anda ketahui berkenaan dengan kegiatan ini
g. Apakah anda mau bicara dengan pakar atau baca buku tentang kegiatan
ini ?
58
h. Kalau ada yang membantu anda dalam informasi tertentu yang terkait
baru ?
i. Masalah apa yang anda hadapi untuk kerja bebas ini, apakah berkenaan
1991:106)
D. Percobaan sains
oleh anak didik, dengan kegiatan ini anak mencoba menemukan sesuatu yang
yang sederhana.
60
Kegiatan percobaan sains ini merupakan salah satu cara agar anak lebih
yang penting anak dapat terlibat langsung dalam kegiatan tersebut, anak dapat
memahami apa yang dia lakukan, hasil apa yang didapat dalam kegiatan
tersebut, dan anak melakukan dengan rasa senang tanpa paksaan, karena pada
mahal dan canggih, karena hal ini membuat anak menjadi takut untuk
bereksperimen, tapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal anak,
c. Percobaan-percobaan tentang berat benda dalam air, baik itu air tawar
teknologi canggih tetapi harus menggunakan alat peraga yang sudah dikenal
kegiatan sains bukan merupakan hal yang aneh bagi anak, dengan demikian
komunikatif, sabar dan mempunyai wawasan yang luas tentang sains. Hal ini
menyenangkan dan penuh tantangan bagi guru yang kreatif. Kreativitas dalam
hal ini merupakan proses berpikir dimana guru berusaha untuk menemukan
yang dapat membantu terciptanya percobaan ini. Alat peraga ini sebagian
62
besar terbuat dari bahan-bahan bekas, yakni bahan-bahan yang sudah dikenal
oleh anak, murah dan mudah didapat karena ada dilingkungan anak.
(Depdiknas, 2003).
BAB III
METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Guru kelompok A1 merupakan guru senior di sekolah ini dan dari segi waktu
penelitian.
meningkatkanya.
aktifitas belajar para murid. Ketiga, kajian diarahkan pada faktor pendorong
Variabel Penelitian
yang bervariasi. Jadi variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi
Ada dua hal yang menjadi variabel dalam Penelitian Tindakan Kelas
yang tidak bebas dan sebagai variabel akibat. Dalam Penelitian Tindakan
disebut juga variabel bebas. Dalam Penelitian ini yang menjadi variabel
Rencana Tindakan
siklus-siklus dan tiap siklus terdiri empat tahapan, yakni (1) perencanaan (2)
Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang mencakupi empat tahapan
Tolak ukur permasalahan ini adalah nilai kreativitas siswa yang masih cukup
rendah. Berpijak dari refleksi awal diatas maka perlu adanya peningkatan
siswa dalam percobaan sains. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan pada
1. Perencanaan 1. Perencanaan
SIKLUS I SIKLUS II
4. Refleksi 2. Tindakan 4. Refleksi 2. Tindakan
3. Pengamatan 3. Pengamatan
Siklus I
Siklus satu dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Perencanaan umum
kreativitas siswa.
b. Tindakan
siswa.
materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
ini siswa bersama guru melakukan percobaan sains, yang dilakukan oleh
guru dan kemudian siswa. Dalam hal ini merupakan wahana untuk
menunjukkan gagasan kreatif dan produk kreatif siswa. Oleh karena itu
68
c. Pengamatan/observasi
guru peneliti sebagai penyampai materi. Dalam tahap ini dilakukan pula
akan diamati oleh observer yaitu peneliti dan guru dengan menggunakan
d. Refleksi
Tahap ini berisi diskusi dari peneliti bersama guru. Materi diskusi
siklus selanjutnya.
69
Disamping itu dalam tahap ini juga dilakukan analisis data, untuk
Siklus II
Siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2X40 menit
a. Perencanaan
dan refleksi, maka perencanaan pada siklus II ini pada dasarnya hanya
b. Tindakan
pada siklus I. Tetapi, pada siklus II akan dilakukan perbaikan untuk lebih
meningkatkan hasil yang didapat pada siklus I. Pada tahap ini siswa
c. Pengamatan/observasi
d. Refleksi
kreativitas.
1. Sumber Data
Sumber utama data adalah guru dan siswa Taman Kanak-Kanak Hj.
Isriyati Moenadi Ungaran. Disamping itu sumber data juga berasal dari dari
studi pustaka, antara lain Buku Daftar Nilai Pengamatan untuk mengetahui
Kreativitas siswa, dan Buku Daftar Nilai Harian untuk mengetahui nilai
harian siswa.
2. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data utama
dan data pendukung. Data utama terdiri dari (1) rencana pembelajaran guru
pada percobaan sains, (2) aktivitas guru selama percobaan sains berlangsung,
71
(3) kreativitas siswa, yang terdiri dari gagasan kreatif dan produk kreatif, (4)
harian siswa.
a. Metode observasi
lewat instrumen 1
instrumen 4.
72
b. Metode Dokumen
data yang stabil, mudah didapat dan digunakan, (3) data/informasi yang
digunakan bersifat faktual dan realistis dalam arti memuat apa adanya
1) Item Pertanyaan
Skore perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X 100%
Skore maksimal
Keterangan :
setiap item
pertanyaan.
item
pertanyaan,
setiap item
pertanyaan.
74
item
pertanyaan, yakni 28
berikut:
1) Item Pertanyaan
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X 100%
Skor Maksimal
Keterangan :
Cukup(C), Kurang
setiap item
pertanyaan.
item
75
pertanyaan.
Keterangan :
Cukup(C), Kurang
setiap item
pertanyaan.
masing item
pertanyaan, yakni 44
c. Kreativitas Siswa
1) Item Pertanyaan
banyaknya indikator.
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X100%
Skor Maksimal
Keterangan :
76
Cukup(C), Kurang
setiap item
pertanyaan.
masing item
pertanyaan
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X100%
Skor Maksimal
Keterangan :
pertanyaan.
1) Item Pertanyaan
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (Kategori) = X100%
Skor Maksimal
77
Keterangan :
pertanyaan.
pertanyaan
Skor Perolehan
Rumus Pengolahan Nilai (kategori) = X100%
Skor Maksimal
Keterangan :
pertanyaan.
pertanyaan
tersebut dibawah.
Tabel 1
78
5. Subjek Penelitian
Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran, kelompok A1 yang terdiri dari 22 orang
C. Indikator Kinerja
tujuan umum dan tujuan khusus penelitian ini sudah tercapai, yakni :
1. Umum
2. Khusus
baik.
BAB IV
Hasil Penelitian
dari Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Hj. Isriati moenadi. Terletak di Jalan
Letjen Suprapto No. 29 Ungaran yang dipimpin oleh Ibu Hanik Munfiatun,
S.Ag. TK ini mempunyai empat kelompok yaitu Kelompok A yang terdiri dari
A1 dan A2, dan kelompok B yang terdiri dari B1 dan B2. Penelitian dilakukan
disini adalah belajar seraya bermain, sesuai dengan prinsip belajar di Taman
Kanak-kanak yaitu belajar seraya bermain dan bermain seraya belajar. Dengan
belajarnya.
Hasil penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Siklus I
menit, dan siklus II dilaksanakan dalam dua kali tindakan dengan alokasi waktu
instrumen I.
80
silkus II dapat dilihat dalam tabel berikut. Berikut disajikan rerata prosentase
Tabel 2
Guru dengan Percobaan Sains pada siklus I tindakan pertama, secara keseluruhan
termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua, secara keseluruhan
kategori Amat Baik (AB). Pada siklus I tindakan ke tiga, secara keseluruhan
indikator yang muncul berjumlah 27, dan termasuk dalam kategori Amat Baik
(AB).
yang muncul untuk aspek Perumusan Tujuan Pembelajaran pada siklus I tindakan
pertama adalah 5 buah, dengan prosentase 62.5 %, dan termasuk dalam kategori
Cukup (C). Pada siklus I tindakan kedua, muncul 6 buah indikator dengan
prosentase 75.0 %, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Siklus I tindakan
ketiga muncul 8 buah indikator dengan prosentase 100%, ini termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama banyaknya indikator
yang muncul adalah 8 buah dengan angka prosentase 100%, dan termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 8 buah indikator
dengan angka prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori Amat baik
(AB).
indikator yang muncul untuk siklus I adalah 19 buah atau sama dengan 79.16%
dalam kategori Baik (B). Sedang pada siklus II secara keseluruhan muncul 16
82
buah indikator atau sama dengan 100% yang berarti bahwa Perumusan Tujuan
Metode dan Media Pembelajaran pada siklus I tindakan pertama adalah 7 buah
dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). siklus I tindakan
kedua adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat
Baik (AB). Siklus I tindakan ketiga adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama
banyaknya indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua banyaknya
indikator yang muncul adalah 10 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk
dengan prosentase 86.6%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
muncul untuk siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 60%,
dan termasuk dalan kategori Cukup (C). Siklus I tindakan kedua adalah 9 buah
indikator dengan prosentase 90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada siklus II tindakan pertama
indikator yang muncul adalah 9 buah dengan prosentase 90%, dan termasuk
dalam kategori Amat Baik (AB). Siklus II tindakan kedua muncul 10 buah
dengan porosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
83
adalah 24 indikator yang muncul, dengan prosentase 80%, dan ini termasuk
dalam kategori Baik (B). Pada siklus II muncul 19 buah indikator dengan
prosentase 95%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Dari uraian
percobaan sains yang terdiri dari tiga aspek (item) pengamatan, yaitu (1)
kreativitas siswa.
siswa, yang terdiri dari dua aspek pengamatan, yakni (1) Mendorong siswa
agar berani mengemukakan pendapat sendiri; dan (2) merasa guru bukan
Sains, secara keseluruhan dapat dilihat dalam tabel 2 yaitu rerata prosentase
berikut ini.
84
Tabel 3
dalam Percobaan Sains. Pada siklus I tindakan pertama indikator yang muncul
Cukup (C). siklus I tindakan kedua indikator yang muncul berjumlah 35 buah
dengan prosentase 71.4%, dan termasuk dalam kategori Cukup (C). Siklus I
dan ini termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
ini ternasuk dalam kategori Baik (B). Siklus II tindakan kedua indikator yang
muncul berjumlah 44 buah dengan prosentase 89.8%, dan ini termasuk dalam
muncul pada siklus I tindakan pertama adalah 6 buah dengan prosentase 75%,
dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah
dengan prosentase 87.5%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
85
Siswa Melakukan Percobaan adalah 7 buah atau 87.5%, dan termasuk dalam
kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua banyaknya indikator yang muncul
berjumlah 8 buah dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalam kategori
70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 7 buah,
dengan prosentase 70%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan
ketiga muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam kategori
Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama muncul 9 buah, dengan prosentase
90%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan ke 2 muncul
10 buah, dengan prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik
adalah 4 buah, dengan prosentase 66.7%, dan termasuk dalam kategori Cukup
(C). tindakan kedua muncul 5 buah, dengan prosentase 83.3%, dan termasuk
dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muncul 5 buah, dengan prosentase
83.3, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
indikator yang muncul berjumlah 6 buah, dengan prosentase 100%, dan ini
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Tindakan kedua muncul 6 buah,
dengan prosentase 100%, dan ini termasuk dalan kategori Amat Baik (AB).
sama dengan 86.66% yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam
pertama adalah 8 buah, dengan prosentase 80% dan termasuk dalam kategori
Baik (B). Tindakan kedua muncul lagi 8 buah, dengan prosentase 80%, dan
termasuik dalam kategori Baik (B). Tindakan ketiga muincul 9 buah, dengan
prosentase 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Pada
skiklus II tindakan pertama muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan ini
termasuk dalam kategori Baik (B). Tindakan kedua muncul 10 buah, dengan
buah, dengan prosentase 70% cdan termasuk dalam kategori Baik (B).
tindakan kedua muncul 8 buah, dengan prosentase 80%, dan termasuk dalam
kategori Baik (B). Tindakan ketiga adalah 8 buah, dengan prosentase 80%,
dan termasuk dalam kategori Baik (B). Pada siklus II tindakan pertama
prosentase 100%, dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Secara
yang berarti bahwa aspek tersebut termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
tindakan pertama tidak ada satupun indikator yang muncul, demikian pula
3. Kreativitas Siswa
yang diharapkan muncul; (4) Penguraian Gagasan yang disertai dengan yang
yang diharapkan muncul. Ketiga, proses kreatif yang diamati melalui 5 buah
terdiri dari 5 fokus pengamtan, yakni (1) Sikap Kejujuran yang memunculkan
diharapkan muncul; (3) Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator yang
diharapkan muncul; (4) Sikapo Percaya Diri yang disertai dengan 5 buah
indikator yang diharapkan muncul ; (5) Sikap Kerja Sama yang disertai 5
Siswa (Terlampir).
banyaknya indikator yang muncul adalah 254, observer 2 muncul 251. Tindakan
muncul 311. Secara keseluruhan rerata skor untuk kelancaran pada siklus I adalah
266,00 dengan prosentase 48.4%, dan termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada
yang muncul adalah 464, observer 2 muncul 444. Secara keseluruhan rerata skor
untuk siklus II adalah 440,00, dengan prosentase 80.0% dan termasuk dalam
banyaknya indikator yang muncul adalah 248, observer 2 muncul 242. Tindakan
muncul 308. Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek keluwesan siklus I
adalah 260.33 dengan prosentase 47.3% dan termasuk dalam kategori Kurang
banyaknya indikator yang muncul adalah 452, observer 2 muncul 442. Secara
keseluruhan rerata skor aspek keluwesan pada siklus II adalah 433.50 dengan
Berpikir Rasional
90
banyaknya indikator yang muncul adalah 238, observer 2 muncul 239. Tindakan
ketiga observer 1, banyaknya indikator yang muncul 311, observer 2 muncul 305.
Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada
siklus I adalah 252.67 dengan prosentase 45.9% dan termasuk dalam kategori
yang muncul adalah 391, observer 2 muncul 405. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 445, observer 2 muncul 444. Secara
keseluruhan rerata skor untuk aspek kemampuan berpikir rasional pada siklus II
adalah 421.25 dengan prosengtase 76.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B).
indikator yang muncul adalah 244, observer 2 muncul 240. Tindakan ketiga
Secara keseluruhan rerata skor untuk aspek menilai siklus I adalah 261.33
dengan prosentase 47.5%, dan termasuk dalam kategori kurang. Pada siklus II
yang muncul adalah 443, observer 2 muncul 449. Secara keseluruhan rerata
skor untuk aspek menilai siklus II adalah 435.75 dengan prosentase 79.2%,
pada siklus I adalah 1297.00 dengan prosentase 47.2%, dan termasuk dalam
prosentase 78.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B). Dengan demikian
ke siklus II.
92
berikut.
banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan
ketiga observer 1, bayaknya indikator yang muncul 273, observer 2 muncul 266.
Rerata skor untuk aspek tersebut pada siklus I adalah 266.33 dengan prosentase
48.4%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Sedangkan pada siklus II
muncul adalah 456. observer 2 muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50
banyaknya indikator yang muncul adalah 286, observer 2 muncul 288. Tindakan
93
muncul 315. Rerata skornya adalah 290.00 dengan prosentase 52,7%, dan ini
termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan pertama observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 444, observer 2 muncul 404. Tindakan
muncul 426. Rerata skornya adalah 432.50 dengan prosentase 78.6%, dan
Sikap Tanggung Jawab yang disertai 5 indikator; (4) Sikap Percaya Diri yang
disertai dengan 5 indikator serta; (5) Sikap Kerjasama yang juga disertai 5
indikator.
50.7%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan
adalah 293, observer 2 muncul 262. Rerata skornya adalah 272.50 dengan
banyaknya indikator yang muncul adalah 271, observer 2 muncul 270. Tindakan
muncul 273. Rerata skornya adalah 267.50 dengan prosentase 48.6%, dan ini
termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindalan pertama observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 397. Tindakan
muncul 403. Rerata skornya adalah 419.75 dengan prosentase 76.3%, dan ini
51.8%, dan ini termasuk dalam kategori Kurang (K). Pada siklus II tindakan
adalah 447, observer 2 muncul 432. Rerata skornya adalah 430.75 dengan
banyaknya indikator yang muncul 272, observer 2 muncul 275. Tindakan ketiga
278. Rerata skornya adalah 273.00 dengan prosentase 49.6%, dan termasuk
banyaknya indikator yang muncul adalah 432, observer 2 muncul 407. Tindakan
muncul 407. Rerata skornya adalah 424.75 dengan prosentase 77.2%, dan
banyaknya indikator yang muncul adalah 313, observer 2 muncul 307. Tindakan
yang muncul adalah 423, observer 2 muncul 410. Tindakan kedua observer 1,
banyaknya indikator yang muncul adalah 449, observer 2 muncul 470. Rerata
96
skornya adalah 438.00 dengan prosentase 79.6%, dan termasuk dalam kategori
Baik (B).
B. Pembahasan
sebagai berikut :
1. Siklus I
Rencana Pembelajaran Guru untuk Siklus I yang didesain dalam tiga kali
pembalajaran, yakni pada anak didik di Taman Kanak- Kanak Hj. Isriyati
pada tindakan pertama dari delapan indikator yang diharapakan muncul baru lima
indikator yang muncul. Secara umum tindakan pertama ini belum dapat
Pembelajran Khusus belum mencerminkan tiga ranah baik itu ranah kognitif,
97
Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan kedua ada sedikit peningkatan yaitu
muncul 6 indikator, namun dalam hal ini kelemahan pada Tujuan Pembelajaran
sehingga Tujuan Pembelajaran Khusus belum dapat diukur. Pada tindakan ketiga
tercapai.
sepuluh indikator yang diharapkan muncul baru tujuh indikator saja yang
muncul. Hal ini dikarenakan dalam pelaksanaan percobaan sains metode yang
penggunaan metode yang hanya satu buah menjadikan anak didik jenuh, dan juga
kedua ada sedikit peningkatan yaitu ada sembilan indikator yang muncul. Hanya
ada satu indikator yang tidak muncul yaitu penggunaan metode yang seharusnya
lebih dari satu buah, akan tetapi guru masih mengunakan satu metode saja.
Dalam hal ini refleksi perlu dilakukan oleh guru untuk memperbaiki metode yang
digunakan lebih dari satu buah. Pada tindakan ketiga semua indikator sudah
indikator baru muncul enam indikator. Hal ini karena guru dalam merencanakan
skenario pembelajaran belum dibuat secara hierarkis, bertahap dan logis. Alokasi
98
waktu yang digunakan belum sesuai dengan derajat kepentingan tiap tahap.
karakteristik dari percobaan sains belum nampak. Pada tindakan kedua indikator
yang muncul sebanyak sembilan buah, demikian pula pada tindakan ketiga, akan
tetapi disini dalam merencanakan skenario masih belum dibuat secara hierarkis,
bertahap, dan logis. Refleksi sangat perlu dilakukan untuk menungkatkan hasil
dari delapan indikator yang diharapkan munjul ada enem yang muncul. Hal
tersebut dikarenakan alat dan bahan percobaan masih kurang memadai, begitu
pula pada tindakan ketiga. Namun sampai pada tindakan ketiga, adanya penuntun
atau panduan percobaan masih belum muncul, dalam artian pandun tersebut
maskih sangat kurang. Untuk itu perlu adanya refleksi pada indikator tersebut
diharapakan muncul, pada tinndakan pertama dan kedua muncul tujuh indikator,
dan pada tindakan ketiga muncul delapan indikator. Hal ini karena dalam
pelaksanaan percobaan sains guru masih membatasi pada ruang kelas saja.
Jalanya percobaan sains hanya berlangsung dirung kelas saja, serta masih adanya
99
kerickihan yang terjadi antar siswa walaupun sedikit namun tidak sampai
Pada aspek ini memiliki enem indikator yang diharapakan muncul. Tindakan
pertama sudah memunculkan empat indikator, pada tindakan kedua dan ketiga
sama yaitu lima indikator. Hal ini dikarenakan siswa belum merasa puas dengan
indikator yang seharusnya muncul, pada tindakan pertama sudah muncul delapan
demikian pula pada tindakan ketiga sudah mengalami peningkatan yaitu sudah
muncul sembilan indikator. Dalam hal ini guru masih mengalami kesulitan dalam
masih didominasi oleh beberapa siswa saja, dan karena jawaban siswa yang
indikator pada tindakan pertama sudah muncul tujuh indikator. Tindakan kedua
dan ketiga sudah muncul delapan indikator. Tapi masih ada indikator yang belun
juga muncul dari tindakan pertama sampe tindakan ketiga yaitu guru tidak
percobaan. Guru kurang menghargai pendapat dari anak didik yang beragam
dengan alasan sebagai acun untuk penarikan kesimpulan, sedangkan anak didik
Suasana kelas masih gaduh, siswa tertentu berbicara sendiri dengan teman, dan
ada sebagian siswa yang mengganggu teman lain. Hasil tersebut mengindikasikan
sedang diajarkan.
Pada awal pelajaran anak didik masih “takut” akan kehadiran observer,
namun setelah selang beberapa waktu (ketika mulai percobaan) mereka justru
masih dapat diterima karena model pembelajaran ini masih baru bagi mereka.
Anak didik memiliki rasa ingin tahu yang mendalam, sehingga dalam
melakukan percobaan kembali namun karena waktu yang ditentukan dan guru
tidak memberikan waktu yang cukup luas, maka untuk melakukan percobaan
dari masing-masing tindakan oleh observer. Hal ini karena pengamatan dan
juga refleksi yang dilakukan dalam setiap tindakan. Proses kreatif terjadi
dalam empat tahap yaitu: tahap persiapan, tahap inkubasi, tahap inspirasi, dan
alat dan bahan dkipersiapkan terlebih dahulu. Tahap inkubasi disini adalah
mengenai alokasi waktu yang harus jelas. Tahap inspirasi mengenai gagasan
Sikap Ilmiah Siswa pada siklus I reratanya masih rendah dan semua masih
termasuk dalam kategori kurang (K). Terlihat pada setiap aspeknya seperti, sikap
sikap tanggung jawab reratanya hanya 51.8%, sikap percaya diri reratanya hanya
49.6%, sikap kerja sama reratanya hanya 54.2%. Namun demikian pada siklus I
percobaan sains setiapa aspek mengalami peningkatan, hal ini telihat dengan
yang muncul hingga mencapai 90%, dan ini termasuk dalam kategori Amat
Baik (AB). Hal tersebut disebabkan oleh adanya interaksi antara siswa dan
hal ini didongkrak oleh sikap tanggung jawab dan sikap kerjasama siswa
siklus I adalah 434.33 dengan prosentase 79.0% dan ini termasuk dalam
kategori tinggi. Hal ini dikarenakan masih ada siswa yang tidak konsentrasi
dalam pelaksanaan percobaan sains, seperti halnya suka ngobrol sendiri dan
diri siswa itu sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa masih menganggap
banyaknya pengalaman yang diperoleh siswa maka akan tumbuh rasa ingin
tahu dari dalam dirinya, perasaan untuk senang mengajukan pertanyaan guna
2. Siklus II
termasuk dalam kategori Amat Baik (AB). Hal ini disebabkan oleh tajamnya
mencapai 100% dengan kategori Amat Baik (AB), dan ini sesuai dengan apa
yang diharapakan. Hal ini disebabkan oleh sudah mantapnya guru peneliti di
bermakna dari tim kolaborasi. Jadi aktivitas guru secara keseluruhan pada
siklus II adalah 89.8% dan termasuk dalam kategori Amat Baik (AB).
Dari hasil tersebut diatas kita mengacu pada pendapat Conny R. Semiawan
(1997) tentang saran untuk menciptakan iklim dan suasana yang mendorong dan
baik
sini
(eksplorasi)
keputusan
juga mengalami peningkatan dalam setiap aspek baik itu aspek kelancaran,
tindakan pertama dan kedua reratanya sudah mencapau 78.2% dan ini
termasuk dalam kategori Baik (B), dan telah mencapai tahap yang optimal.
mencapai 78.6% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini karena guru
yang selalu memberikan dorongan pada siswa yang belum berhasil dengan
senantiasa disuruh untuk mencoba dan mencoba agar mencapai tahap yang
dan dapat menerima gagasan-gagasan dari semua anak (menerima tidak sama
diri sendiri.
Memupuk anak (dan diri sendiri) untuk memberikan kritik secara konstruktif
tidak biasa
108
Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecapatan antar anak dalam
hingga mencapai 79.2% dan termasuk dalam kategori Baik (B). Hal ini
prasarana yang diperlukan. Dalam yang hal ini penting ialah memberi
berikut :
(Khatena, 1994)
peningkatan hingga mencapai 72.2%, dan termasuk dalam kategori Baik (B).
hal itu terjadi pada setiap aspek ba ik itu sikap kejujuran, sikap kedisiplinan,
sikap tanggungjawab, sikap percaya diri, dan sikap kerjasama. Setiap aspek
kreatif yang bisa dirasakan secara langsung. Hal ini dibuktikan dengan
yang hasil karya anak didik selama penelitian. Lebih jelasnya peningkatan
telah muncul rasa ingin tahu yang mendalam dari para siswa ditunjukkan dari
yang berbeda dengan orang lain, dan mampu menghadapi masalah dari
seluruh aspek kemampuan siswa yang meliputi ranah afektif, kognitif dan
siklus II ini adalah 339.00 dengan prosentase 61.6% dan termasuk dalam
kategori cukup. Hal ini karena siswa sudah mulai asik dengan pelaksanaan
percobaan sains dan guru mencoba menekan sekecil mungkin tindakan siswa
yang tidak relevan selama pembelajaran. Namun demikian tindakan itu masih
berikut
112
pembalajaran ini dan mereka juga setuju jika model pembelajaran tersebut
model pembelajran ini serta setuju jika model pembalajaran ini dalam
pembalajaran dikelas.
BAB V
PENUTUP
Simpulan
Penelitian ini juga mampu menjawab tujuan khusus penelitian yakni setelah
prosentase 100%.
Aktivitas guru selama percobaan sains meningkat baik, hal ini terbukti dari
Proses kreatif siklus I 52.7% dan siklus II 79.2%. Sikap ilmiah Siklus I
Saran
Agar kreatifitas siswa tidak mati di tangan guru, pegang teguh hakikat percobaan
Kepada para anak didik di Taman Kanak-Kanak Hj. Isriyati Moenadi Ungaran,
jangan takut salah untuk selalu mencoba dan mencoba, karena didalam
Moenadi Ungaran, kreatifitas siswa yang dibina dengan baik akan dapat