You are on page 1of 92

FAKTOR-FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN

BERDASARKAN PERSEPSI KARYAWAN YANG


BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPUASAN
KARYAWAN DI PT SINAR SOSRO UNGARAN

SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Nama Mahasiswa : Wiwik Dian Cahyani
NIM : 6450401095
Program Studi : S1
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
KARAKTERISTIK KARYAWAN, PERSEPSI TERHADAP
PELAYANAN KESEHATAN DAN TINGKAT KEPUASAN
DI PT SINAR SOSRO UNGARAN

SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Nama Mahasiswa : Wiwik Dian Cahyani
NIM : 6450401095
Program Studi : S1
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2005
SARI

Wiwik Dian Cahyani. 2005. Faktor-Faktor Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan Persepsi Karyawan Yang Berhubungan Dengan Tingkat

Kepuasan Karyawan Di PT. Sinar Sosro Ungaran.

Di PT. Sinar Sosro Ungaran terdapat pelayanan kesehatan yang disediakan


untuk karyawan selama bekerja. Pelayanan kesehatan yang terdiri dari kegiatan
pelayanan kesehatan, kompetensi petugas kesehatan, peralatan dan fasilitas
kesehatan dan jaminan kesehatan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada yang berhubungan
antara kegiatan pelayanan kesehatan, Kompetensi petugas kesehatan, peralatan
dan fasilitas, jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT Sinar
Sosro Ungaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah hubungan
antara kegiatan pelayanan kesehatan, kompetensi petugas kesehatan, peralatan dan
fasilitas, jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT Sinar Sosro
Ungaran.
Desain penelitian dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian sebanyak 254 orang. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah random sampling atau acak dengan menggunakan
formula sederhana untuk mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada
tingkatan statistik yang bermakna (significance), sehingga diperoleh sampel
sebanyak 153 orang. Teknik pengambilan data dengan menggunakan angket dan
lembar obervasi.
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan antara kegiatan pelayanan
kesehatan dengan tingkat kepuasan dengan nilai p < 0,05, nilai koefisien
kontingensi 0.477 yang berarti bahwa kegiatan pelayanan kesehatan dengan
tingkat kepuasan mempunyai hubungan yang cukup kuat. Hubungan antara
kompetensi petugas kesehatan dengan tingkat kepuasan terbukti dengan uji Chi
square dengan nilai p < 0,05, nilai koefisien kontingensi 0,534, yang artinya
adanya hubungan yang cukup kuat antara kompetensi petugas kesehatan dan
tingkat kepuasan. Jaminan kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan
terhadap tingkat kepuasan karyawan dengan nilai p < 0,05, dengan derajat
hubungan yang lemah yaitu 0,250
Saran yang dapat diberikan untuk meningakatkan tingkat kepuasan
karyawan terhadap pelayanan kesehatan di PT Sinar Sosro Ungaran ialah
diharapkan perusahaan meningkatkan pelayanan pada kompetensi petugas dalam
melayani karyawan agar lebih teliti dan detail dalam memeriksa dan
mempermudah prosedur penggunanan jaminan kesehatan.

Kata Kunci :Pelayanan kesehatan, Tingkat Kepuasan


PERSETUJUAN

Telah disetujui oleh Pembimbing I dan Pembimbing II untuk diajukan mengikuti

ujian Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang

Pada hari :

Tanggal :

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Eram Tunggul P, SKM, M. Kes Drs.Bambang Wahyono


NIP.132303558 NIP.131674366

Mengetahui,

Ketua Jurusan IKM


dr. Oktia Woro K.H, M. Kes
NIP.131695159

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

 Hati yang bersih akan peka terhadap ilmu, apapun yang dilihat, didengar,

dirasakan jadi samudera ilmu yang membuatnya kian bijak, arif dan tepat

dalam menyikapi hidup ini.

 Suatu kebahagiaan apabila kita dapat melakukan sesuatu yang menurut

orang lain tidak bisa lakukan

 Jadilah orang yang beriman yang selalu rukuk, sujud, menyembah Tuhan

dan berbuat kebajikan untuk memperoleh kemenangan.

PERSEMBAHAN

Karya ini penulis persembahakan untuk:

1. Bapak dan Ibu tercinta, Mbak Lis, Mbak Ta,

Mas Ton, Darul, Salsa dan keluarga besarku.

2. Bang Wildan, tum mera sapna, mera rani, n

mera dilhai, mere tum se pyar……….

3. Teman-temanku mahasiswa IKM angkatan

2001 serta sohib kos angakatan 2001.


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur ke-hadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi dengan judul “Faktor-
faktor Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Persepsi Karyawan Yang
Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Karywan PT. Sinar Sosro
Ungaran” ini sebagai salah satu syarat kelulusan program studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat S-1 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan

dalam penyusunan skripsi ini, kepada:

1. Drs. Sutardji, M. S, Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang

2. dr. Oktia Woro K.H, M. Kes, Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

3. Drs. Herry Koesyanto, M. S, Dosen Pembimbing Akademik

4. Eram Tunggul P, SKM, M. Kes, Dosen Pembimbing I, yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Bambang Wahyono, Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyususnan skripsi ini.

6. Bapak Joko Purwanto, Supervisor Personalia dan Umum, atas ijin dan

bantuannya dalam penelitian ini

7. Segenap karyawan PT Sinar Sosro Ungaran, yang telah membantu dalam

pelaksanaan penelitian ini


8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu

Keolahragaan, atas ilmu yang diberikan selama di bangku kuliah

9. Bapak dan Ibuku serta kakak-kakaku tercinta yang telah memberikan

dorongan dan batuan baik spiritual maupun materiil sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini

10. Abang Wildan, diajeng Ulfa, , Mbak Atik, Sari, Dian, Mbak Ita, Mbak Dewi,

Mbak Yuni, Mami Endah dan semua teman-teman jurusan IKM angkatan

2001 terima kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan.

11. Bapak Sukarto dan Bapak Kastono sekeluarga serta teman – teman KKN

“Batukali” yang Keren terima kasih dorongan spiritualnya.

12. Adik-adik kost Dian Ratna Tercinta terima kasih atas motivasi yang diberikan.

13. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu saran dan kritik diharapkan guna kesempurnaan skripsi ini

dan semoga dapat bermanfaat bagi semua yang berkepentingan.

Semarang, Oktober 2005

Penulis

DAFTAR ISI

JUDUL ....................................................................................................... i
SARI ........................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ......................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 4
1.4 Penegasan Istilah .................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian................................................................. 6
BAB II Landasan Teori ........................................................................... 7
2.1 Pelayanan Kesehatan ......................................................... 7
2.1.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan ........................................ 7
2.1.2 Pelayanan Kesehatan Kerja ............................................... 8
2.1.3 Kegiatan Pelayanan Kesehatan ........................................... 13
2.1.4 Kompetensi Petugas Kesehatan ......................................... 15
2.1.5 Peralatan Pelayanan Kesehatan .......................................... 16
2.1.6 Jaminan Kesehatan ............................................................ 17
2.2 Mutu Pelayanan Kesehatan ................................................ 19
2.2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan dari
Berbagai ahli Pelayanan Kesehatan ................................... 19
2.2.2 Arti Mutu Pelayanan Kesehatan dari Beberapa Sudut Pandang 20
2.2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan .................................. 21
2.2.4 Faktor-faktor Fundamental Yang Mempengaruhi Mutu ..... 23
2.2.5 Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan ............................... 24
2.2.6 Kepuasan Pelanggan ........................................................ 26
2.2.7 Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan
Kesehatan.......................................................................... 31
2.3 Kerangka Berpikir ........................................................... 33
2.4 Kerangka Konsep ............................................................ 33
2.5 Hipotesis ......................................................................... 34
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 36
3.1 Populasi Penelitian .......................................................... 36
3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling........................... 36
3.3 Variabel Penelitian .......................................................... 37
3.4 Rancangan Penelitian ...................................................... 37
3.5 Teknik Pengambilan Data ................................................ 39
3.6 Prosedur Penelitian .......................................................... 44
3.7 Analisis Data ................................................................... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 49
4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 49
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 49
4.1.2 Gambaran Umum Responden ......................................... 52
4.1.3 Hubungan Kelompok Umur dengan Tingkat
Kepuasan Karyawan ........................................................ 55
4.1.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat
Kepuasan Karyawan ....................................................... 56
4.1.5 Hubungan Bagian Pekerja dengan Tingkat
Kepuasan Karyawan ........................................................ 56
4.1.6 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Kepuasan
Karyawan ........................................................................ 58
4.1.7 Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kepuasan Karyawan 59
4.1.8 Hubungan Kegiatan Pelayanan Kesehatan dengan
Tingkat Kepuasan Karyawan ........................................... 59

4.1.9 Hubungan Kompetensi Petugas Kesehatan dengan


Tingkat Kepuasan Karyawan ........................................... 61
4.1.10 Hubungan Peralatan dan Fasilitas kesehatan dengan
Tingkat Kepuasan Karyawan ........................................... 62
4.1.11 Hubungan Jaminan Kesehatan dengan ............................
Tingkat Kepuasan Karyawan ........................................... 63
4.2 Pembahasan..................................................................... 64
4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................... 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 72
5.1 Simpulan ....................................................................... 72
5.2 Saran ............................................................................. 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 74
LAMPIRAN ............................................................................................... 77

DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman

Gambar 2.1 Besar mutu, kepuasan pelanggan, mutu menyeluruh 30

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir 33

Gambar 2.3 Kerangka Konsep 34

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 3.1 Matrik variable Penelitian 40

Tabel 3.2 Data angket hasil penelitian 42

Tabel 3.3 Pedoman untuk memberikan interpelasi terhadap 48

koefisien kontingensi

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden menurut kelompok umur 53

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden menurut tingkat 53

pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden menurut bagian kerja 54

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden menurut jenis kelamin 54

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden menurut masa kerja 55

Tabel 4.6 Hubungan kelompok umur dengan tingkat kepuasan 55

karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.7 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan 56

karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.8 Hubungan bagian kerja dengan tingkat kepuasan 57

karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.9 Hubungan jenis kelamin dengan tingkat kepuasan 58

karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.10 Hubungan masa kerja dengan tingkat kepuasan karyawan 59

PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.11 Hubungan kegiatan pelayanan kesehatan dengan tingkat 60


kepuasan karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.12 Hubungan kompetensi petugas kesehatan dengan tingkat 61

kepuasan karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.13 Hubungan peralatan dan fasilitas kesehatan dengan 62

tingkat kepuasan karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Tabel 4.14 Hubungan jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan 63

karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
Lampiran 1 Angket Uji Coba 76

Lampiran 2 Angket Penelelitian 81

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliabilitas 85

Lampiran 4 Rekapitulasi Hasil Penelitian 87

Lampiran 5 Hasil Pengujian Variabel Penelitian 95

Lampiran 6 Surat Keputuasan Dosen Pembimbing 96

Lampiran 7 Surat Ijin Penelitian 97

Lampiran 8 Data Kunjungan Polikinik Tahun 2003 – 2004 98

Lampiran 9 Daftar nama 10 jenis penyakit yang diderita karyawan 99

periode tahun 2004

Lampiran 10 Tabel Nilai-nilai r Product Moment 100

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Indonesia Sehat 2010 merupakan visi pembangunan Nasional yang

ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dengan tujuan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Dalam


upaya mencapai visi tersebut ditetapkan program-program unggulan, salah

satunya adalah program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) (Depkes RI,

2003:1).

Di era globalisasi dan pasar bebas Asean Free Trade Agreement (AFTA) tahun 2003 Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) merupakan salah satu persyaratan yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi antar negara anggota
termasuk Indonesia. Beban ini cukup berat, dimana jumlah usia kerja mencapai 126.417.742 jiwa yang terdiri dari
laki-laki 62.678.901 jiwa dan perempuan 63.738.841 jiwa, jumlah angkatan kerja 95.650.961 jiwa terdiri dari laki-laki
58.779.722 jiwa dan perempuan 36.871.239 jiwa (BPS, 2000) (Depkes RI, 2003:MD-3:3)

Era desentralisasi ini telah mendorong pemerintah daerah untuk membangun

wilayahnya dengan menggembangkan berbagai program termasuk program

kesehatan kerja terutama bidang pelayanan kesehatan. Terwujudnya keadaan sehat

adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh orang per orang tetapi juga

keluarga, kelompok dan masyarakat . Menurut konsep BLUM (1974) untuk

mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang perlu dilakukan salah satu

diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang cukup penting adalah

penyelanggaraan pelayanan kesehatan (A.A.Gde Muninjaya. 1999: 14).

Berdasarkan estimasi WHO 1995, pelayanan kesehatan yang memadai baru bisa

diberikan pada 20 – 30% pekerja di negara maju, sedangkan untuk negara

berkembang hanya 5 – 10% (Depkes RI, 2003: MD-3:3). Berdasarkan Undang-

undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 10 menyatakan bahwa

untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat,

diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan

kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit

(kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara

menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Dan pada bagian Ke-enam tentang

Kesehatan Kerja pasal 23 ayat (1) menyatakan bahwa kesehatan kerja


diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, ayat (2)

menyebutkan bahwa kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja,

pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja, ayat (3) bahwa

setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja, serta pada pasal 23

ayat (4) menyatakan bahwa ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan transmigrasi Republik Indonesia No. 03/Men/1982, Pelayanan
Kesehatan di Perusahaan adalah usaha yang dilaksanakan dengan tujuan memberikan bantuan kepada tenaga kerja
dalam penyesuaian diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan tenaga kerja; melindungi
tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja; meningkatkan
kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan kemampuan fisik tenaga kerja; memberikan pengobatan dan perawatan
serta rehabilitasi bagi tenaga kerja yang menderita sakit.

Dengan meningkatnya peranan tenaga kerja dalam perkembangan

pembangunan nasional di seluruh tanah air dan semakin meningkat pula

penggunaan teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha, maka dapat diduga

meningkatnya kecelakaan kerja yang berakibat cacat tubuh (disability) atau

meninggal serta meningkatnya kasus-kasus penyakit akibat kerja, sehingga dapat

menyebabkan berkurangnya produktivitas kerja. Oleh sebab itu perlu upaya

peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja untuk mengurangi terjadinya

kecelakaan akibat kerja, penyakit akibat kerja, serta produktivitas kerja tidak

mengalami penurunan.

PT. Sinar Sosro Ungaran merupakan produsen minuman teh yang memperkenalkan produk unggulnya dan tidak
membahayakan bagi kesehatan dengan konsep 3P yaitu tanpa pengawet, pewarna dan pemanis buatan. Untuk
memberikan perlindungan kesehatan pada karyawan maka PT. Sinar Sosro Ungaran menyediakan pelayanan
kesehatan. Berdasarkan data kunjungan tahun 2003 jumlah karyawan yang memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan
yang ada di perusahaan sebanyak 223 karyawan dari semua bagian. Pada tahun 2004 terdapat karyawan yang pergi ke
poliklinik sebanyak 200 karyawan. (dapat dilihat pada lampiran). Hasil observasi yang dilakukan peneliti mengenai
pelayanan kesehatan tersebut ternyata karyawannya mengeluhkan pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan
sehingga karyawan menjadi kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Oleh karena itu, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai “Faktor-faktor Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Persepsi Karyawan Yang Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Karyawan Di PT. Sinar Sosro
Ungaran ini”.

1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran perlu
diketahui faktor-faktor pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan tingkat kepuasan karyawan. Sehingga
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Apakah ada hubungan antara kegiatan pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan ?

2) Apakah ada hubungan antara kompetensi petugas kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan ?

3) Apakah ada hubungan antara peralatan dan fasilitas kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan ?

4) Apakah ada hubungan antara jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan ?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini meliputi :

1.3.1 Tujuan Umum


Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan faktor-faktor pelayanan kesehatan
dengan tigkat kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus ini adalah:

1) Mengetahui hubungan antara kegiatan pelayanan kesehatan dengan tingkat

kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

2) Mengetahui hubungan antara kompetensi petugas kesehatan dengan tingkat

kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

3) Mengetahui hubungan antara penyediaan peralatan dan fasilitas kesehatan

dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

4) Mengetahui hubungan antara jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan

karyawan PT. Sinar Sosoro Ungaran.


1.4 Penegasan Istilah

1) Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat (Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab I pasal 1

ayat 2). Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga,

kelompok maupun masyarakat (R. Darmanto Djojodibroto, 1999: 16).

2) Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan

hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan

dalam hubungannya dengan harapan seseorang (Djoko Wijono, 1999:13).

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi/kesannya terhadap kinerja atau hasil

suatu produk dan harapan-harapannya (Philip Kotler. 2002: 42). Persepsi

karyawan penting dalam mengetahui tingkat kepuasan. Dimana kunci dari

kepuasan adalah kualitas pelayanan yang dipersepsikan pelanggan.


1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1) Bagi Instansi PT. Sinar Sosro Ungaran dapat digunakan sebagai referensi

dalam upaya peningkatan dan penggembangan pelayanan kesehatan serta

tingkat kepuasan karyawan.

2) Bagi Peneliti dapat mengetahui beberapa faktor-faktor pelayanan kesehatan

yang berhubungan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Simar Sosro

Ungaran.

3) Dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai tingkat kepuasan

karyawan terhadap pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelayanan Kesehatan

2.1.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat

(Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 Bab I pasal 1 ayat 2).


Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diselenggarakan oleh suatu

organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menyembuhkan penyakit, memulihkan kesehatan, perorangan, keluarga,

kelompok maupun masyarakat (R. Darmanto Djojodibroto, 1999: 16).

Dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 23 Tahun 1992 dalam Bab I pasal

1 ayat 2 disebutkan bahwa upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan

atau masyarakat. Selanjutnya dalam Bab V pasal 10, bahwa untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan

dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan

penyakit (Preventif), penyembuhan penyakit (Kuratif) dan pemulihan kesehatan

(Rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan

berkesinambungan .

2.1.2 Pelayanan Kesehatan Kerja

2.1.2.1 Pengertian

Pelayanan kesehatan kerja adalah upaya pelayanan kesehatan yang diberikan

pada masyarakat pekeja secara paripurna (peningkatan, pencegahan, pengobatan,

dan pemulihan) (Depkes RI.2003:MI-1:6).

2.1.2.2 Tujuan Pelayanan Kesehatan Kerja


Tujuan dari pelayanan kesehatan kerja adalah meningkatkan status

kesehatan pekerja dan optimalisasi produktivitas kerja melalui upaya peningkatan,

pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan kerja (Depkes RI.2003: MI-

1: 6). Upaya Departemen Kesehatan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan

bertujuan sebagai berikut:

1) Tujuan Umum

Terselenggaranya pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi masyarakat

pekerja yang bermutu, merata dan terjangkau untuk meningkatkan

produktivitas kerja masyarakat pekerja dan kondisi kerja yang aman, sehat

dan produktif.

2) Tujuan Khusus

(1) Tersedianya standar pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

(2) Mendorong terbentuknya jaringan pelayanan kesehatan kerja yang

sadar mutu/berkualitas.

(3) Memelihara dan meningkatkan kemitraan lintas program, lintas

sektoral, tokoh masyarakat, organisasidan dunia usaha dalam

pembinaan pelayanan kesehatan dasar.

Mempertimbangkan tujuan yang akan dicapai maka beberapa hal dibawah

ini perlu di kaji dan ditingkatkan sehingga pelaksanaan upaya-upaya kesehatan

kerja dapat lebih efektif dan efisien, hal-hal tersebut antra lain:

1) Institusi pelayanan ksehatan kerja

2) Jenis pelayanan kesehatan kerja

3) Kompetensi petugas kesehatan


4) Peralatan

2.1.2.3 Tugas Pokok Pelayanan Kesehatan Kerja

Tugas pokok pelayanan Kesehatan Kerja antara lain sebagai berikut:

(R.Darmanto Djojodibroto, 1999: 6)

1) Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan

pemeriksaan khusus.

2) Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga

kerja.

3) Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.

4) Pembinaan dan pengawasan terhadap perlengkapan sanitair.

5) Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga kerja.

6) Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit akibat

kerja.

7) Pertolongan pertama pada kecelakaan.

8) Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas

pertolongan pertama pada kecelakaan.

9) Memberikan nasihat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat kerja,

pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan, serta penyelenggaraan

makanan di tempat kerja.

10) Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

11) Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai

kelainan tertentu dalam kesehatannya.


12) Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja pada

pengurus. Pengurus yang dimaksud adalah orang yang mempunyai tugas

pemimpin langsung suatu tempat kerja atau bagian yang berdiri sendiri.

2.1.2.4 Persyaratan Pelayanan Kesehatan Di Perusahaan

Suatu pelayanan kesehatan perusahaan dikatakan baik apabila memenuhi

persyaratan – persyaratan sebagai berikut: (R.Darmato Djojodibroto, 1999: 18)

1) Tersedia (available); perusahaan harus menyediakan pelayanan kesehatan

untuk pegawainya dengan cara mempunyai poliklinik atau rumah sakit, bila

tidak menyerahkan kepada pihak ketiga.

2) Wajar (appropriate); pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan.

3) Berkesinambungan (continue); pelayanan kesehatan yang memerlukan

kelanjutan harus diberikan berkesinambungan. Pemeriksaan berkala harus

dilakukan secara periodik sehingga keadaan kesehatan karyawan bisa

dipantau secara terus menerus.

4) Dapat diterima (acceptable); suatu perusahaan memberikan pelayanan yang

sesuai dengan kemampuan perusahaan dan dapat diterima oleh karyawan.

5) Dapat dicapai (accesible); pelayanan kesehatan diharapkan mudah dicapai.

6) Terjangkau (affordable);perusahaan bisa memilih layanan kesehatan dan

harganya terjangkau oleh perusahaan.


Ada beberapa cara suatu perusahaan melaksanakan pelayanan kesehatan:

(R.Darmato Djojodibroto, 1999: 20)

1) Penataan Terpadu (managed care)

Penataan terpadu adalah pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus

dengan pengurusan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak

dilakukan di masyarakat dengan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan

Masyarakat (JPKM).

2) Sistem Reimburstment

Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for service.

3) Asuransi

Perusahaan menggunakan modal asuransi kesehatan dalam upaya

melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya.

4) Pemberian Tunjangan Kesehatan

Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk mengikuti asuransi kesehatan.

5) Rumah Sakit Perusahaan

Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus

menyiapkan rekam medik khusus, yang lebih lengkap dan perlu dievaluasi

secara periodik.

6) Peraturan Pegawai yang Mengatur Fasilitas Kesehatan

Manajemen perusahan harus membuat peraturan yang mengatur pemberian

fasilitas kesehatan perusahaan.


2.1.2.5 Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja Di Perusahaan

Dalam petunjuk pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja sesuai dengan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia disebutkan

bentuk dan cara penyelenggaraan Kesehatan Kerja Di Perusahaaan tergantung

pada jumlah tenaga kerja dan tingkat bahaya yang ada di tempat kerja yaitu:

(Zulmiar Yanri, Sri Haryani, Muchamad Yusuf, 1999 : 150)

1) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja lebih dari 500 orang harus

menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Kerja:

- Berbentuk klinik

- Dipimpin oleh seorang dokter yang praktek tiap hari kerja. Bila

pekerjaan dilaksanakan dalam beberapa shift dan tiap shift

mempekerjakan lebih dari 500 orang harus ada poliklinik jaga pada tiap

shift.

2) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 200 – 500 orang dengan tingkat

bahaya rendah harus menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan kerja:

- berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayanai oleh paramedis)

- Dipimpin oleh dokter yang praktek sekali 2 hari.

3) Dengan tingkat bahaya tinggi harus menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Kerja seperti butir (1)


4) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja 100 – 200 orang dengan tingkat

bahaya rendah harus menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan kerja:

- berbentuk klinik, buka tiap hari kerja (dilayanai oleh paramedis)

- Dipimpin oleh dokter yang praktek sekali 3 hari

5) Dengan tingkat bahaya tinggi harus menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan

Kerja seperti butir (2).

6) Perusahaan yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 100 orang dapat

menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan Kerja bersama – sama dengan

pengurus perusahaan lain.

2.1.3 Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja

1) Upaya Peningkatan (promotif)

Upaya peningkatan (promotif), diberikan kepada pekerja dengan tujuan

untuk meningkatkan status kesehatan dan kapasitas kerja yang meliputi

pendidikan dan penyuluhan kesehatan kerja, perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS), norma sehat ditempat kerja antara lain merokok, tidak

mengkonsumsi NAPZA (narkotik, psikotropika dan zat aditif), peningkatan

perilaku dan cara kerja yang baik dan benar, konsultasi gizi, kesehatan jiwa,

masalah perkawinan, KB dan lain-lain, penerapan gizi seimbang,

pemeliharaan kebugaran pekerja melalui kegiatan olahraga yang baik dan

benar, pemeliharaan berat badan ideal (Depkes RI, 2003: 11). Promotif :

Penyuluhan, konsultasi, sarasehan, pengenalan bahaya potensial, pencatatan

dan pelaporan.
2) Upaya Pencegahan (Preventif)

Upaya pencegahan (preventif), pelayanan ini diberikan sebagai perlindungan

pada pekerja sebelum adanya proses gangguan akibat kerja. Kegiatannya

meliputi pemeriksaan kesehatan terdiri atas pemeriksaan awal/sebelum

bekerja, berkala dan khusus, imunisasi, misalnya vaksinasi hepatitis pada

tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit, hygiene lingkungan kerja,

perlindungan diri terhadap bahaya-bahaya dari pekerjaan, penerapan

ergonomi (penyerasian manusia dengan mesin dan alat-alat kerja), serta

surveilance kesehatan kerja (Depkes RI, 2003:11).

Prinsip Pencegahan ini harus dilakukan untuk mencegah kejadian PAK

(Penyakit Akibat Kerja), PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja) dan

KAK (Kecelakaan Akibat Kerja) namun juga untuk mencegah penderitaan

yang dapat mengurangi produtivitas kerja bila terjadi kasus PAK (Penyakit

Akibat Kerja), PAHK (Penyakit Akibat Hubungan Kerja) dan KAK

(Kecelakaan Akibat Kerja). Preventif: Identifikasi bahaya potensial,

penyediaan contoh Alat Pelindung Diri, fasilitator dan pencatatan.

Pencegahan terhadap timbulnya penyakit karena hubungan kerja dan

kecelakaan akibat kerja dapat di bagi atas 3 (tiga) bagian yaitu: pencegahan

primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.

(1) Pencegahan Primer (Primary Prevention)

a. Pemeriksaan kesehatan awal sebelum bekerja; yaitu pemeriksaan

kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja

diterima untuk melakukan pekerjaan.


b. Pendidikan kesehatan, gizi kerja, imunisasi, penggunaan alat pelindung diri, hygene dan sanitasi tempat

kerja, ergonomi dan kontrol potensi risiko tempat kerja.

c. Pemeriksaan kesehatan berkala; yaitu pemeriksaan kesehatan pada waktu – waktu tertentu terhadap tenaga

kerja yang dilakukan oleh dokter.

(2) Pencegahan Sekunder (Secondary Prevention)

a. Pengendalian melalui undang-undang (Legislative Control)

b. Pengendalian melalui administrasi (Administrtive Control)

c. Pengendalian secara teknis (Engineering Control)

d. Pengendalian melalui jalur kesehatan (Medical Control)

(3) Pencegahan Tersier (Tertiary Prevention)

Pencegahan dilakukan melalui pembatasan ketidakmampuan (disability

elimination) dan pemulihan (Rehabilitation).

3) Upaya Penyembuhan (kuratif)

Upaya penyembuhan (kuratif) diberikan kepada pekerja yang sudah

memperlihatkan gangguan kesehatan/gejala dini dengan mengobati

penyakit, mencegah komplikasi dan penularannya terhadap keluarga

ataupun teman sekerjanya. Pada pekerja yang sudah menderita sakit

pelayanan ini diberikan untuk menghentikan proses penyakit sehingga dapat

sembuh, mempercepat masa istirahat kerja dan mencegah terjadinya cacat

atau kematian (Depkes RI, 2003: MI1:12). Pengobatan: pertolongan pertama

pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada gejala penyakit, pencatatan

dan pelaporan sederhana.

2.1.4 Kompetensi Petugas Kesehatan


Petugas kesehatan dalam hal ini adalah dokter perusahaan, dokter

perusahaan bertanggungjawab mengenai soal kesehatan para pekerja kepada

pimpinan perusahaan, namun sebagai dokter juga bertanggungjawab kepada

dokter yang memimpin dinas kesehatan daerah tempat terdapatnya perusahaan

dan dokter juga memimpin inspeksi higene perusahaan dan kesehatan kerja.

Dokter harus mempunyai hubungan baik dan kerja sama yang erat dengan dokter

luar. Salah satu tugas penting dokter perusahaan adalah pemeriksaan sebelum

bekerja, berkala. Dokter harus melakukan pemeriksaan secara cermat sesuai

dengan keahlian dan tugasnya, sehingga kelainan-kelainan dapat ditemukan

(Suma’mur. 1996: 276). Kompetensi petugas ialah kader yang diharapkan

mempunyai persyaratan sebagai berikut : mampu dan mau memimpin, transparan

dan mau berdiskusi, paham terhadap masalah yang ada, bisa baca tulis, dan lain-

lain. Jenis ketenagaan yang diharapkan adalah dokter dengan pelatihan kesehatan

dan keselamatan kerja, sarjana kesehatan masyarakat, tenaga laboratorium,

sanitarian dan lain-lain.

2.1.5 Peralatan Kesehatan

Jenis peralatan yang diharapkan dapat menjamin berlangsungaya poliklinik

di sutau perusahaan. Peralatan dan bahan sebagai berikut yang seharusnya

tersedia: P3K Kit, media penyuluhan, contoh Alat Pelindung diri, buku pencatatan

dan pelaporan dan alat tulis, buku panduan, obat-obatan standar puskesmas

(parasetamol, antalgin, vitamin B komplek, tabet besi folat, oralit dan betadine),

peralatan standar puskesmas ( stetoskop, alat tensimeter, perlengkapan bedah


minor), perlengkapan poliklinik (meja, kursi, tempat tidur pasien, lemari obat)

dan sebagainya.

2.1.6 Jaminan Kesehatan

1) Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek)

Jaminan sosial tenaga kerja adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja

dalam bentuk santunan berupa uang sebagai pengganti sebagian penghasilan yang

hilang atau berkurang serta pelayanan sebagi akibat dari peristiwa atau keadaan

yang dialami tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua,

dan meninggal dunia. Persyaratan kepesertaan program jaminan sosial tenaga

kerja terdiri atas jaminan berupa uang (jaminan kecelakaan kerja, jaminan

kematian dan jaminan hari tua) dan jaminan berupa pelayanan (jaminan

pemeliharaan kesehatan) (Undang-undang republic Indonesia Nomor 3 Tahun

1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja).

Besarnya iuran program jaminan sosial pelayanan kesehatan sebagaimana

ditetapkan dalam peraturan Pemerintah RI Nomor 14 Tahun 1993 adalah:

(1) Jaminan kecelakaan kerja dengan rincian besar iuran berdasarkan kelompok jenis usaha sebgai berikut:

a. Kelompok I : 0,24% dari upah sebulan

b. Kelompok II : 0,54% dari upah sebulan

c. Kelompok III : 0,89% dari upah sebulan

d. Kelompok IV : 1,27% dari upah sebulan

e. Kelompok V : 1,75% dari uapah sebulan

(2) Jaminan hari tua sebesar 3,70% dari upah sebulan

(3) Jaminan Kematian sebesar 0,30% dari upah sebulan


(4) Jaminan pemeliharaan kesehatan sebesar 6% dari upah sebulan bagi tenaga -kerja yang sudah berkeluarga, dan 3%

dari upah sebulan bagi tenaga kerja yang belum berkeluarga.

2) Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK)

(1) Pelayanan Program Pemeliharaan Tingkat Pertama

Tenaga kerja dan keluarganya berhak memperoleh pelayanan program

pemeliharaan kesehatan pada tingkat pertama berupa pemeriksaan dan berobat

jalan pada balai pengobatan umum/gigi yang dipilih dengan menunjukan Kartu

Pemeliharaan Kesehatan (KPK) dan pastikan KPK masih berlaku serta

perusahaan membayar iuran (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003: 72)

(2) Pelayanan Program Pemeliharaan Kesehatan Tingkat Lanjutan

Untuk dapat memperoleh pelayanan program pemeliharaan kesehatan

tingkat lanjutan harus melalui rujukan dari program pemeliharaan kesehatan

tingkat pertama, pelayanan dimaksud berupa rawat inap dan tindakan medis yang

diperlukan. Bagi yang memerlukan tindakan emergency (gawat darurat) bawalah

Kartu Pemeliharaan Kesehatan (KPK) ke rumah sakit yang ditunjuk dan

tujukanlah pada loket pendaftaran dan selanjutnya pasien akan diberikan

perawatan segera. Apabila ternyata atas indikasi medis bukan kasus emergency,

peserta akan diminta membayar biaya oleh Rumah Sakit dan tidak dapat diganti

oleh PT. Jamsostek .

2.2 Mutu Pelayanan Kesehatan

2.2.1 Pengertian Mutu Pelayanan Kesehatan dari Berbagai Ahli Pelayanan

Kesehatan
Mutu pelayanan kesehatan atau pemeliharaan kesehatan diterima dan

didefinisikan dalam banyak pengertian. Mutu pelayanan kesehatan dapat semata-

mata dimaksudkan adalah dari aspek teknis medis yang hanya berhubungan

langsung antara pelayanan medis dan pasien saja, atau mutu kesehatan dari sudut

pandang sosial dan sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk

akibat-akibat manajemen administrasi, keuangan, peralatan dan tenaga kesehatan

lainnya (Djoko Wijono, 1999: 26).

Dr.Avedis Donabedian, ahli mutu pelayanan kesehatan, The University of

Michigan, The Nathan Siani,Professor of Public Health, memperoleh gelar MD

dari The American University of Beirut dan MPH dari Harvard School of Public

Health dan mengajar pula pada New York Medical College, menilai mutu adalah

suatu keputusan yang berhubungan dengan proses pelayanan, yang berdasarkan

tingkat di mana pelayanan memberikan kontribusi terhadap nilai outcomes.

(Djoko Wijono, 1999: 27).

Mutu Pelayanan Kesehatan adalah penampilan yang pantas dan sesuai

(yang) berhubungan dengan standar-standar dari suatu intervensi yang diketahui

aman, yang dapat memberikan hasil kepada masyarakat dan yang telah

mempunyai kemampuan untuk menghasilkan dampak pada kematian, kesakitan,

ketidakmampuan dan kekurangan gizi (Milton I Roemer dan C Montoya

Aguilar,WHO, 1998).

Dalam bukunya “The definition of Quality and Approaches to It Assesment”,

Avedis Donabedian (1980) mengatakan bahwa mutu adalah sifat yang dimiliki

dan merupakan suatu keputusan terhadap unit pelayanan tertentu dan bahwa
pelayanan dibagi ke dalam paling sedikit dua bagian: teknik dan interpersonal.

Perlu dibedakan apa yang merupakan mutu atau kebaikan dalam masing-masing

bagian ini dan mutu pelayanan kesehatan terdiri dari aplikasi ilmu kedokteran

(medicine sciene) dan teknologi dalam suatu cara, yang memaksimalkan

manfaatnya terhadap kesehatan, tanpa menambah risikonya. Oleh karena, derajat

mutu, pelayanan yang disediakan diharapkan memberikan keseimbangan yang

paling baik antara risiko dan manfaat (Djoko Wijono, 1999: 33).

2.2.2 Arti Mutu Pelayanan Kesehatan dari Beberapa Sudut Pandang

Arti mutu dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang (perspektif): Pasien

(dalam hal ini pekerja), petugas kesehatan dan manajer. Mutu merupakan fokus

sentral dari tiap upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan.

Untuk Pasien (dalam hal ini pekerja), mutu pelayanan kesehatan berarti

suatu empathi respek dan tanggap akan kebutuhannya, pelayanan harus sesuai

dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka

berkunjung.

Untuk Petugas Kesehatan, mutu pelayanan kesehatan berarti bebas

melakukan segala sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat

kesehatan pekerja sesuai dengan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang maju,

mutu peralatan yang baik dan memenuhi standar yang baik (state of the art )

Untuk manajer, fokus mutu akan mendorongnya untuk mengatur staf, pasien

dan masyarakat dengan baik (Djoko Wijono, 1999: 33).


2.2.3 Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan

Menurut teori Lori Di Prete Brown,et al. Dengan bukunya Quality

Assurance of Health Care In Developing Countries, Mutu merupakan fenomena

yang komprehensif dalam multi facet. Dimensi mutu tepat untuk pelayanan klinis

maupun manajemen untuk mendukung pelayanan kesehatan.

Delapan Dimensi Mutu Pelayanan Kesehatan tersebut antara lain:( Djoko

Wijono, 1999: 35)

1) Kompetensi Teknis

Kompetensi teknis berhubungan dengan cara petugas mengikuti standar

pelayanan yang ditetapkan dalam hal: dan dapat dipertanggungjawabkan

atau diandalkan (dependability), ketepatan (accuracy) ketahanan uji

(reliability) dan konsitensi (Consisitency). Kurangnya kompetensi teknis

dapat bervariasi dari penyimpangan kecil dari prosedur standar sampai

kesalahan yang besar yang menurunkan efektifitas dan membahayakan

pasien.

2) Akses dalam Pelayanan

Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan

geografis, sosial, ekonomi, budaya , organisasi atau hambatan bahasa.

3) Efektifitas

Kualitas pelayanan kesehatan tergantung dari efektifitas yang menyangkut

norma pelayanan kesehatan dan petunjuk klinis sesuai standar yang ada.
4) Hubungan antar Manusia

Dimensi hubungan antar manusia berkaitan dengan interaksi antara petugas

kesehatan dan pasien, manajer dan petugas, dan antar tim kesehatan.

Hubungan antar manusia yang bak menanamkan kepercayaan dan

kredibilitas dengan cara menghargai, menjaga rahasia, menghormati,

responsif dan memberikan perhatian. Hubungan antar manusia yang baik

mempunyai andil yang besar dalam konseling yang efektif. Hubungan antar

manusia yang kurang baik akan mengurangi efektifitas dari kompetensi

teknis pelayanan kesehatan.

5) Efisiensi

Efisiensi pelayanan kesehatan merupakan dimensi yang penting dari mutu


karena efisiensi akan mempengaruhi hasil pelayanan kesehatan, apalagi
sumber daya pelayanan kesehatan pada umumnya terbatas. Pelayanan yang
efisien akan memberikan perhatian yang optimal daripada memaksimalkan
pelayanan kepada pasien. Pelayanan yang kurang baik disamping
menyebabkan risiko yang tidak perlu terjadi dan ketidaknyamanan pasien.
6) Kelangsungan Pelayanan

Kelangsungan pelayanan berarti klien akan menerima pelayanan yang

lengkap yang dibutuhkan (termasuk rujukan) tanpa interupsi, berhenti atau

mengulangi prosedur diagnosa atau terapi yang tidak perlu. Tidak adanya

kelangsungan pelayanan akan mengurangi efisien dan kualitas hubungan

antar manusia.

7) Keamanan

Sebagai salah satu dimensi dari mutu, keamanan (safety) berarti mengurangi

risiko cedera, infeksi, efek samping, atau bahaya yang lain yang berkaitan

dengan pelayanan. Keamanan pelayanan melibatkan petugas dan pasien.


8) Kenyamanan, Kenikmatan

Keramahan/kenikmatan (amenities) berkaitan dengan pelayanan kesehatan

yang tidak berhubungan dengan efektifitas klinis, tetapi dapat mempengaruhi

kepuasan pasien dan bersediannya untuk kembali ke fasilitas kesehatan untuk

memperoleh pelayanan berikutnya.

Delapan dimensi tersebut mutu dapat membantu pola pikir

dalam menentukan masalah dan menganalisa masalah yang ada

untuk mengukur sampai sejauh mana telah dicapai standar

program atau standar pelayanan kesehatan.

2.2.4 Faktor-faktor Fundamental yang Mempengaruhi Mutu

Mutu produk dan jasa pelayanan secara langsung

dipengaruhi oleh 9 cara fundamental (9M), yaitu: (Djoko Wijono,

1999: 10)

1) Men; Kemajuan teknologi, komputer dan lain-lain

memerlukan pekerja spesialis yang semakin banyak.

2) Money; Meningkatnya kompetisi di segala bidang

memerlukan penyesuaian pembiayaan yang luar biasa

termasuk untuk mutu.

3) Materials; bahan-bahan yang semakin terbatas dan berbagai

jenis material yang diperlukan.


4) Machines dan Mechanization; selalu perlu penyesuaian-

penyesuaian seiring dengan kebutuhan kepuasan pelanggan.

5) Modern Information Methods; kecepatan kemajuan teknologi

komputer yang harus selalu dikuti.

6) Markets; tuntutan pasar yang semakin tinggi dan luas.

7) Management; meningkatnya mutu yang kompleks perlu

kesadaran mutu bagi pekerja-pekerja.

8) Mounting Product Requirement; persyaratan produk yang

meningkat yang di minta pelanggan perlu penyesuaian mutu

terus menerus.

2.2.5 Penilaian Mutu Pelayanan Kesehatan

Hubungan mutu dan aspek-aspek dalam pelayanan kesehatan dan cara-cara

peningkatan mutu pelayanan kesehatan dapat melaui pendekatan institusional atau

individu. Pada umumnya untuk meningkatkan mutu pelayanan ada dua cara:

1) Meningkatkan mutu dan kuantitas sumber daya, tenaga, biaya, peralatan, perlengkapan dan material yang

diperlukan dengan menggunakan teknologi tinggi atau dengan kata lain meningkatkan input atau struktur namun

cara ini mahal.

2) Memperbaiki metode atau penerapan teknologi yang dipergunakan dalam kegiatan pelayanan, hal ini berarti

memperbaiki proses pelayanan kesehatan.

Mutu Pelayanan kesehatan adalah hasil akhir (outcome) dari interaksi


dan ketergantungan antara berbagai aspek, komponen, atau unsur organisasi
pelayanan kesehatan sebagai suatu sistem.
Menurut Prof.A.Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu

yaitu dari aspek:(Djoko Wijono, 1999: 38)

1) Struktur

Aspek struktur ini meliputi sarana fisik perlengkapan dan peralatan,

organisasi dan manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber

daya lainnya di fasilitas kesehatan. Baik tidaknya struktur sebagi input dapat

diukur dari: jumlah dan besarnya input, mutu struktur dan mutu input,

besarnya anggaran atau biaya, dan kewajaran. Penilaian terhadap struktur

termasuk penilaian terhadap perlengkapan - perlengkapan dan instrumen-

instrumen yang tersedia dan dipergunakan sebagai alat untuk pelayanan.

2) Proses

Proses adalah semua kegiatan yang dilakukan secara profesional oleh tenga

kesehatan dan interaksinya terhadap pasien. Dalam pengertian proses

mencakup diagnosa, rencana pengobatan, indikasi, tindakan, prosedur dan

penanganan kasus. Penilaian terproses adalah evaluasi terhadap dokter dn

profesi kesehatan dalam me-manage pasien. Baik tidaknya proses dapat

diukur dari: relevan tidaknya proses itu bagi pasien, fleksibilitas dan

efektifitas, mutu proses itu sendiri dengan standar pelayanan semestinya,

kewajaran, tidak kurang dan tidak lebih. Pendekatan proses adalah

pendekatan paling langsung terhadap mutu pelayanan kesehatan.

3) Outcome

Outcome adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan tenaga profesional

terhadap pasien. Dapat terjadi adanya perubahan derajat kesehatan dan


kepuasan baik positif maupun negatif. Penilaian terhadap outcome evaluasi

hasil akhir dari kesehatan atau kepuasan. Bahwa evaluasi ini dalam banyak

hal dapat memeberikan bukti atau fakta akhir dimana pelayanan asuhan

adalah baik, buruk atau diabaikan yang disebabkan karena keadaan sosial

yang mendasar dalam arti luas dan kesepakatan profesi dimana hasil-

hasilnya timbul, paling sedikit terhadap derajat pelayanan asuhan yang

semestinya.

2.2.6 Kepuasan Pelanggan (Pasien)

Philip Kotler dalam bukunya Marketing Management

(2002:42), memberikan definisi tentang kepuasan pelanggan

(costumer satisfaction), kepuasan adalah tingkat keadaan yang

dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan

penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam

hubungannya dengan harapan sesorang (Djoko Wijono, 1999:

13). Ada tingkatan kepuasan yaitu; tingakatan pertama bila

penampilan kurang dari harapan, pelanggan tidak dipuaskan;

tingkatan kedua, bila penampilan sebanding dengan harapan

pelanggan puas; tingkatan ketiga, bila penampilan melebihi

harapan , pelanggan amat puas. Menurut para pakar Day

(Tjiptono, 1996), kepuasan pelanggan adlah respon pelanggan

terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasAkan antara


harapan dengan kinerja aktual produk yang dirasakan setelah

pemakaian (Susi Utami W.1998: 25). Kepuasan pasien adalah

suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari

kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien

membandingkannya dengan apa yang diharapkannya.

Pengukuran tingkat kepuasan pasien dapat diukur secara

kuantitatif ataupun kualitatif. Pengukuran tingkat kepuasan

dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang berisi aspek-

aspek pelayanan kesehatan yang dianggap penting oleh pasien.

(Imbalo S Pohan. 2003: 178 – 181).

Faktor-faktor yang menyebabkan pelanggan (pasien)

merasakan puas dan tidak puas itu dapat terjadi karena dua hal

yaitu faktor yang berasal dari diri pelanggan dan faktor yang

berasal dari produk. Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri

pelanggan sering disebut persepsi atau tanggapan terhadap

produk atau outcome sedangkan faktor-faktor yang terdapat

pada produk berupa atribut produk (jasa). Atribut produk, ada

kalanya dapat dilihat, didengar atau dirasakan oleh panca indera

manusia dalam hal ini produknya adalah pelayanan kesehatan.


Produk yang memiliki kualitas yang bagus/baik dapat

memberikan kepuasan bagi pelanggan (Sumadi. 2001: 56).

Kepuasan pelanggan dipengaruhi banyak faktor antara lain:

(Djoko Wijono, 1999: 13).

1) Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan pasien terutama

saat pertama kali datang atau berkunjung.

2) Mutu informasi yang di terima, seperti apa yang dikerjakan,

apa yang di harap.

3) Prosedur perjanjian

4) Waktu tunggu.

5) Outcome terapi dan perawatan yang di terima.

Kepuasan pelanggan akan dapat terbentuk jika perusahaan

dapat memberikan pelayanan yang berkualitas. Kunci dari

kepuasan adalah kualitas pelayanan yang dipersepsikan oleh

pelanggan. Aspek ini menurut Parasuraman dan kawan-kawan

(1990) dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut:

1) Menunjukan adanya fasilitas fisik, peralatan yang lengkap

personil yang menarik serta fasilitas komunkasi yang baik.

2) Mengupayakan pemberian pelayanan secara akurat, tepat

waktu dan dapat dipercaya.


3) Menunjukan kemauan untuk membantu pelanggan dengan

memberikan pelayanan yang baik dan cepat.

4) Berusaha untuk mengetahui dan mengeerti kebutuhan

pelanggan secara individual

Mengukur kepuasan pelanggan dapat dilihat dari puas atau

tidak puasnya. Puas dan tidak puasnya pelanggan tergantung

pada sikap terhadap ketidaksesuaian (rasa senang atau tidak

senang) dan tingakatan dari pada evaluasi baik atau tidak untuk

dirinya, melebihi atau dibawah standar.

Standar adalah suatu harapan di mana nilai yang

diharapakan akan terwujud, sebelumnya lebih dulu melakukan

pembelian atau menggunakan. Standar dapat berupa;

penampilan yang diperkirakan, berdasarkan norma dalam

pengalaman, kewajaran, nilai-nilai, toleransi minimum,

kepantasan, dan keinginan atau janji penjual. Pasien akan

mengukur kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya

dengan menggunakan standar pribadinya, yaitu standar tidak

resmi dan tidak tertulis. Di sini dapat di lihat pada diagram

mengenai kepuasan pelanggan.


Tingkat kepuasan pelanggan sangat tergantung pada mutu

suatu produk. Dalam buku ini prouk bisa berarti barang atau

jasa. Mengukur tingkat kepuasan sangat perlu walaupun tidak

semudah mengukur berat badan atau tunggi badan. Alat yang

digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan ialah daftar

pertanyaan (questioner). Data yang diperoleh berupa jawaban

dari para pelanggan terhadap pertanyaan yang diajukan

(Johanes Supranto, 2001: 2,76).

1. produk/jasa
Mutu 2. pekarjaan
sehari-hari

Kepuasan 1. Harga
Biaya 2. Biaya
sepenuhnya
pelanggan
1. Tepat tempat
2. Tepat waktu
Penghantaran 3. Tepat jumlah

Keamanan penggunaan
Keamanan

Moral Pegawai
Besar Mutu

Gambar 2.1

Besar Mutu, kepuasan pelanggan, mutu menyeluruh”


(Djoko Wijono,1999:16)

Menurut Gunarsa (1995) dan Charles Abraham dan Eamon Shanley (1997:

48) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pernyataan kepuasan pasien adalah

latar belakang pasien yang berbeda-beda adalah sebagai berikut:

1) Umur

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu usia 15 – 64 tahun

(Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2000: 193)..

Semuanya memberikan kepribadian yang berbeda-beda terhadap pelayanan

kesehatan.

2) Pendidikan

Pendidikan dan pengetahuan pasien yang kurang, membutuhkan lebih

banyak perhatian khusus. Setiap orang akan memeperhatikan aspek yang

berbeda dari objek yang mereka temui, sesuai dengan pengalaman masa

lalu, keahlian dan minatnya masing-masing. Pendidikan seseorang

mmempengaruhi cara berpikir dalam menghadapi segala sesuatu (Depkes

RI. 1990: 103).

3) Pekerjaan

Pasien yang mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda-beda dan tingkat

penghasilan yang berbeda pula. Menurut Green (1970) dalam Lumenta


menyimpulkan bahwa masyarakat yang berpenghasilan rendah dan

berpendidikan formal rendah yang menimbulkan sikap masa bodoh dan

pengingkaran serta rasa takut yang tidak mendasar.

4) Jenis kelamin

Emosi seseorang jelas mempengaruhi persepsi seseorang. Laki-laki

cenderung bisa mengendalikan emosinya dibanding dengan wanita (Deddy

Mulyana. 2001: 183)

2.2.7 Perilaku Masyarakat Dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Perilaku terhadap sistem pelayanan kesehatan adalah respon seseorang

terhadap sistem pelayanan kesehatan baik sistem pelayan kesehatan modern

maupun tradisional. Perilaku ini menyangkut respon terhadap fasilitas pelayanan,

cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-obatannya, yang terwujud dalam

pengetahuan, persepsi, sikap dan penggunanan fasilitas, petugas dan obat-obatan.

Perilaku kesehatan hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau kegiatan

seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya Soekidjo

Notoatmojdo,1996:123-124).

Menurut Green dalam Soekidjo Notoatmojdo (2003:13-15) ada beberapa

faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan yaitu;

1) Faktor predisposisi (predisposing factor), yang mencakup pengetahuan,

sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai yang terdapat dalam diri

individu/masyarakat.
2) Faktor pendukung (enabling factor) adalah ketersediaan fasilitas kesehatan

dan kemudahan untuk mencapainya.

3) Faktor pendorong (reinforcing factor) adalah sikap dan pelayanan petugas

kesehatan.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang tentang kesehatan ditentukan oleh

pengetahuan, sikap, persepsi, kepercayaan, tradisi dan sebagainya.

2.3 Kerangka Berpikir

Income Proses : Output :


Pelayanan kesehatan 1) Diagnosa Mutu pelayanan
1) Kegiatan
Pelayanan 2) Rencana
kesehatan
2) Kompetensi pengobatan
petugas kesehatan
3) Indikasi Out come:
3) Peralatan dan
Kepuasan
fasilitas kesehatan 4) Tindakan,
prosedur dan
Jaminan kesehatan
penanganan
Faktor yang mempengaruhi pernyataan Kepuasan
1) Umur
2) Pendidikan
3) Jenis kelamin
4) Pekerjaan

Gambar 2.2
Kerangka Berpikir

2.4 Kerangka Konsep

Menurut Prof.A.Donabedian, ada tiga pendekatan evaluasi (penilaian) mutu

yaitu dari aspek struktur, proses dan outcome (Djoko Wijono, 1999: 38).

Aspek-aspek dalam struktur dan proses melekat langsung dalam hubungan

pasien (karyawan) dengan pemberi jasa pelayanan. Aspek-aspek tersebut meliputi

pelayanan kesehatan, kompetensi petugas, peralatan dan fasilitas dan jaminan

kesehatan.

Variabel Bebas Variabel terikat

Pelayanan kesehatan
1) Kegiatan Pelayanan
Kepuasan karyawan
Kesehatan
2) Kompetensi Petugas
3) Peralatan dan fasilitas
4) Jaminan Kesehatan
1) Umur
2) Pendidikan
3) Jenis kelamin
4) Pekerjaan

Variabel Pengganggu

Gambar 2.3
Kerangka konsep penelitian

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari

pertanyaan penelitian (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 45).

Hipotesis merupakan dugaan tentang kebenaran mengenai

hubungan dua variabel atau lebih ( Suharsimi Arikunto, 2002:

56). Hipotesis dalam penelitian ini adalah jenis hipotesis kerja

yakni yang menyatakan adanya hubungan antara variabel.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Ada hubungan antara kegiatan pelayanan kesehatan dengan

tingkat kepuasan karyawan.

2. Ada hubungan antara kompetensi petugas kesehatan dengan

tingkat kepuasan karyawan.

3. Ada hubungan antara peralatan dan fasilitas kesehatan

dengan tingkat kepuasan karyawan.


4. Ada hubungan antara jaminan kesehatan dengan tingkat

kepuasan karyawan.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1998:


220). Populasi dalam penelitian adalah seluruh karyawan PT.Sinar Sosro
Ungaran baik laki-laki maupun perempuan yaitu sebanyak 254 karyawan
yang semuanya pernah memanfaatkan pelayanan kesehatan.

3.2 Sampel Penelitian dan Teknik Sampling

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan
sampel secara random sampling atau acak. Karena setiap anggota populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Penentuan
besar sampel penelitian ini menggunakan formula sederhana untuk mengukur
proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang bermakna
(significance). Untuk menghitung minimum besarnya sampel yang dibutuhkan
bagi ketepatan (accuracy) dalam membuat perkiraan atau estimasi proporsi-
proporsi. Menurut Soekidjo Notoatmodjo (2002: 91) formula tersebut adalah
sebagai berikut:
pxq N −n
d = Z 
n N −1

Keterangan:

d = penyimpangan terhadap populasi atau derajat ketepatan 0,05


Z = standar deviasi normal, ditentukan pada 1,95 dengan derajat

kemaknaan 95%

p = Proporsi untuk sifat tertentu yang diperkirakan terjadi pada

populasi apabila tidak diketahui proporsi maka p = 0,5. Dengan

angka ini diperoleh variance yang maksimal sehingga sampel yang

dipilih cukup mewakili.

q = 1,0 – p

N = Besarnya populasi

n = Besarnya sample

besar sampel dalam penelitian ini adalah:

0 ,5 × 0 ,5 254 − n
0,05 = 1,95 
n 254 − 1

n = 152,52

n = 153

Besar sampel dalam penelitian ini adalah 153 orang karyawan sebagai

responden.

3.3 Variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan dari satuan penelitan tentang suatu konsep pengertian

tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lain sebagainya (Soekidjo

Notoatmodjo, 2002: 70).


Variabel bebas (indenpenden) adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya variabel terikat (variabel dependen).Variabel bebas

dalam penelitaian ini adalah kegiatan pelayanan kesehatan, kompetensi petugas

kesehatan, Peralatan dan fasilitas kesehatan dan Jaminan Kesehatan yang ada di

PT Sinar Sosro Ungaran.

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi

atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(independen) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 70). Variabel terikat

dalam penelitaian ini adalah Kepuasan karyawan.

Variabel pengganggu (confounding) adalah variabel yang

berhubungan dengan variabel bebas dan berhubungan dengan

variabel tergantung, tetapi bukan merupakan variabel antara

(Sudigdo Satroasmoro, 1995: 158). Variabel ini merupakan

variabel yang tidak diteliti, namun dapat mempengaruhi hasil

penelitian. Variabel pengganggu dalam penelitian disini adalah

karakteistik responden antara lain umur, pendidikan, pekerjaan

dan jenis kelamin.

3.4 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah dengan penelitian Survei. Dalam

penelitian Survei, penelitian tidak dilakukan terhadap seluruh


objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil

sebagian dari populasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey

dengan pendekatan cross sectional (belah silang) mengingat hanya

dilakukan satu kali saja (sesaat), untuk mengetahui kejadian

berdasarkan data yang dikumpulkan dari individu dan sepanjang

ada hubungan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data

untuk jenis penelitian ini, baik untuk variabel sebab (independen

variable) maupun variabel akibat (dependent variable) dilakukan

secara bersama-sama. (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 26).

3.5 Teknik Pengambilan Data

Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian. Untuk

mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka digunakan teknik-

teknik sebagai berikut:

3.5.1 Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung melalui angket

yang dipandu pengisiannya mengenai identitas responden, umur,

masa kerja, jabatan serta persepsi responden.

1) Pengisian Angket
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai

suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang

banyak) (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 112). Untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini angket disusun sedemikian rupa tegas, terbatas dan

kongrit, sehingga dapat dpahami responden. Selain menggunakan pertanyaan

terbuka sebagai penjelasan juga digunakan jenis pertanyaan dengan pilihan

jawaban, untuk pertanyaan tentang upaya kesehatan di tempat kerja jawaban

Ya diberi skor 2 dan jawaban Tidak diberi skor 1. Adapun alasan

menggunakan metode angket adalah:

(1) Waktu untuk memperoleh data relatif singkat

(2) Menghemat tenaga dan biaya

(3) Responden tidak merasa terpaksa dan dapat lebiuh terbuka.

Angket ini akan di uji validitas dan reliabilitas untuk dapat memenuhi kriteria.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang di ukur. Untuk mengetahui apakah angket disusun

tersebut mampu mengukur apa yang hendak diukur, maka perle diuji dengan

uji korelasi antara skor (nilai) tiap item (pertanyaan) dengan total angket

tersebut. Teknik korelasi yang digunakan adalah tejnik korelasi product

moment yang rumusnya sebagai berikut: (Soekidjo Notoatmodjo. 2002: 131)

N( ∑XY ) – ( ∑X∑Y )
R=
{N ∑ X 2
− (∑ X ) }{N ∑ Y
2 2
− (∑ Y )
2
}
Keterangan:

X : Skor Pertanyaan

Y : Skor Total

Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat

ukur dapat di percaya dan dapat diandalkan. Uji reliabilitas ini menggunakan

rumus Koefisien Alfa Cronbach (Suharsimi Arikunto. 2003: 237):

r11
 k  
=  1−
∑σ 2
b


 k − 1   
2
σ t 

Keterangan :
r11 : Koefisien reliabilitas

K : Banyaknya butir pertanyaan


σ2t : Varians Total

σ2b : Varians butir


r11 > r tabel maka instrumen tersebut reliabel

Hasil uji validitas dan reliabilitas dari 27 nomer yaitu dari nomer 9 sampai

dengan nomer 35 terdapat nomer yang yang tidak valid yaitu nomer 9 dan 10.

Dan yang valid adalah nomer 11 sampai dengan nomer 35. Untuk nomer 1 sampai

dengan 8 mengenai karakteristik responden. Hasil uji coba angket dapat dilihat

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Matrik Variabel Penelitian

Variabel Penelitian No. Item Instrumen


1 2
Karakteristik Responden 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Kegiatan Pelayanan Kesehatan 9, 10, 11, 12,
Kompetensi Petugas Kesehatan 13, 14, 15, 16, 17, 18
Peralatan dan fasilitas kesehatan 19, 20, 21, 22, 23
Jaminan Kesehatan 24, 25, 26, 27, 28,
Tingkat Kepuasan 29, 30, 31, 32, 33

2) Observasi

Observasi atau yang disebut pengamanan meliputi kegiatan pemusatan

perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera

(Suharsimi Arikunto,1998:146). Dalam penelitian ini melakukan observasi

langsung pada pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

3.5.2 Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari perusahaan mengenai perusahaan secara

umum. Data sekunder diperoleh secara studi dokumen, meliputi data perusahaan

secara umum, jumlah karyawan, serta data pelaksanaan pelayanan kesehatan di

PT Sinar Sosro Ungaran.

3.5.3 Instrumen Penelitian

Intrumen penelitian adalah alat untuk mengumpulkan data dari suatu

penelitian ini meliputi:

1) Lembar observasi pelayanan kesehatan

2) Angket yang diberikan kepada karyawan.


Tabel 3.2

Data Angket Hasil Penelitian

No. Variabel Skala


1 2 5
1 Kelompok Umur Interval
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yaitu 15 – 64 tahun.
Kelompok umur penelitian ini adalah:
20 – 25, 25 – 30, 31 – 35, 36 – 40 dan 41 – 45.
2 Tingkat Pendidikan Nominal
Tingkat pendidikan responden yaitu SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi

No. Variabel Skala


1 2 5
3 Pekerjaan Nominal
Pekerjaan di PT. Sinar Sosro Ungaran ini terdiri dari 6 Bagian Pekerjaan
yaitu; Produksi, Satpam, Gudang PIPB & sparepart, Personalia/Umum,
Quality Control dan Bengkel/Utility
4 Jenis Kelamin Nominal
Jenis Kelamin responden yaitu laki-laki dan perempuan
5 Kegiatan Pelayanan Kesehatan Ordinal
Variabel ini diukur melalui serangkaian pertanyaan tentang pelaksanaan

pemeriksaan berkala, pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada,

pelayanan yang tidak baik dan baik serta puas dan tidaknya dengan

pelayanan yang ada. Ada 4 pertanyaan pada nomer 9-13 hasil analisis

diperoleh skor tertinggi 8 dan terendah 5 sehingga untuk kategori kurang

baik skor antara 5 – 6 dan kategori baik skor nilai antara 7 - 8..

6 Kompetensi petugas kesehatan Ordinal


Variabel kompetensi petugas ini diukur melalui serangkaian pertanyaan

antara lain mengenai kasabaran, keramahan, kecepatan, kehandalan

dokter serta puas tidaknya karyawan dengan petugas kesehatan. Terdapat

5 pertanyaan dari nomer 14 – 19. Berdasarkan hasil analisis dipeoleh

skor tertinggi 12 dan skor terendah 7 sehingga untuk kategori kurang

baik skor antara 7 – 9 dan kategori baik skor nilai antara 10 – 12

No. Variabel Skala


1 2 5
7 Peralatan dan Fasilitas Kesehatan Ordinal
Variabel paralatan dan fasilitas kesehatan diukur dengan 5 pertanyaan
dari nomer 20 – 24 skor terendah 5 dan tertinggi 10 sehingga untuk
kategori kurang baik dengan skor 5 – 7 dan kategori baik dengan skor 8
– 10 .

8 Jaminan Kesehatan Ordinal


Variabel jaminan kesehatan terdapat 5 pertanyaan dari nomer 25 – 29
hasil analisis menunjukkan skor tertinggi 10 dan skor terrendah 6
sehingga untuk kategori kurang baik dengan skor 6 – 8 dan kategori baik
dengan skor 9 – 10 .
9 Tingkat Kepuasan Ordinal

Variabel kepuasan ini terdapat 5 pertanyaan dari nomor 30 – 35 dengan


skor tertinggi adalah 20 dan terendah 5 sehingga untuk kategori tidak
puas dengan skor 5 – 14 dan kategori puas dengan skor 15 – 20
3.6 Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey

dengan pendekatan cross sectional (belah silang) mengingat hanya

dilakukan satu kali saja (sesaat), untuk mengetahui kejadian

berdasarkan data yang dikumpulkan dari individu dan sepanjang

ada hubungan dengan masalah yang diteliti. Pengumpulan data

untuk jenis penelitian ini, baik untuk variabel sebab (independen

variable) maupun variabel akibat (dependent variable) dilakukan

secara bersama-sama. Prosedur pengumpulan data dalam

penelitian ini dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap persiapan

dan tahap pelaksanaan;

1) Tahap Persiapan

(1) Observasi ke PT Sinar Sosro Ungaran

(2) Pengajuan ijin ke PT Sinar Sosro Ungaran

(3) Penyusunan Angket

(4) Penyebaran Angket dilakukan secara bersamaan

dengan pengambilan data sekunder yang berhubungan

dengan masalah yang diteliti.


2) Tahap Pelaksanaa

(1) Peneliti melakukan observasi di PT Sinar Sosro Ungaran

untuk mengetahui mengenai pelayanan kesehatan di PT

Sinar Sosro Ungaran. Observasi dilakukan pada bulan Mei

2005.

(2) Penyebaran angket sebanyak 153 responden untuk semua

bagian dilakukan pada hari Senin tanggal 22 Agustus 2005

yang dilakukan oleh pihak manajemen PT Sinar Sosro

Ungaran dengan alasan agar terkoordinir dan agar tidak

mengganggu produktivitas dan angket dapat kembali semua.

(3) Pengambilan angket tanggal 5 September 2005. Dan

pengambilan data di Poliklinik PT Sinar Sosro Ungaran

dilakukan peneliti sendiri pada tanggal 22 Agustus 2005

mulai jam 08.00 WIB sampai dengan 15.00 WIB.

3.7 Analisis Data

Analisis data adalah langkah terpenting untuk memperoleh

hasil atau simpulan dari masalah yang diteliti. Data yang


terkumpul tidak dapat memberikan simpulan tanpa diolah. Yang

dimaksud metode analisis data adalah cara mengolah data yang

terkumpul untuk dapat disimpulkan. Data yang sudah terkumpul

sebelum di analisis harus melalui pengolahan data terlebih

dahulu. Tahap-tahap pengolahan antara lain:

1) Editing

Editing bertujuan untuk meneliti kelengkapan data, kesinambungan data dan

menganalisa keseragaman data, bila ada kekurangan dapat segera dilengkapi.

2) Koding

Pengolahan dengan cara koding yaitu untuk meyederhanakan jawaban dari

hasil wawancara yang dilakukan dalam bentuk simbol-simbol tertentu untuk

setiap jawaban.

3) Tabulasi

Tabulasi ini adalah mengelompokkan data dalam bentuk tabel menurut


sifat-sifatnya.
Setelah melalui pengolahan data kemudian data tersebut dianalisis dengan

teknik analisis sebagai berikut:

1) Analisis Univariat

Analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Analisis

dekriptif dilakukan dengan membuat tabel distribusi frekuensi dari masing-masing

variabel. Analisis ini untuk mengetahui gambaran karakteristik responden (umur,

pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin), pelayanan kesehatan, dan tingkat

kepuasan karyawan.
2) Analisis Bivariat

Analisis bivariat yang dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisis ini dapat dilakukan pengujian statistik

yaitu dengan Chi Square (X) untuk mengetahui hubungan Pelayanan Kesehatan

dengan Tingkat Kepuasan karyawan PT Sinar sosro Ungaran.

Uji dalam peneletian yang digunakan adalah chi-square dengan koefisien

kontingensi, dimana teknik ini berkaitan erat dengan chi kuadrat (chi square) yang

digunakan untuk menguji hipotesis (Sugiyono, 2005: 224). Untuk dapat

memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yangditemukan tersebut besar

atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel 3.3

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Pedoman Untuk memberikan Interpelasi Terhadap


Koefisien Kontingensi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

1 2

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sugiyono. 2002 : 216


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan hasil kajian di lapangan menggunakan


angket tentang Faktor-faktor Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Persepsi
Karyawan yang berhubungan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Sinar
Sosro Ungaran. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi kegiatan pelayanan
kesehatan, kompetensi petugas kesehatan, peralatan dan fasilitas serta jaminan
kesehatan. Berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dianalisis secara
deskriptif untuk memberikan gambaran tentang variabel-variabel yang diteliti
dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis menggunakan koefisien
kontingensi uji chi kuadrat (chi square).

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitan

4.1.1.1 Lokasi PT. Sinar Sosro Ungaran

PT. Sinar Sosro Ungaran beberapa pabrik yang tersebar di Pulau Jawa
dan Sumatra. Salah satunya adalah PT. Sinar Sosro Ungaran yang berada di
jalan Bawen Semarang Km 28 Semarang Jawa Tengah.

4.1.1.2 SARANA DAN FASILITAS PENDUKUNG

Fasilitas penunjang PT Sinar Sosro Ungaran adalah :


1) Pembangkit Tenaga Listrik

2) Unit Pengelolahan Air Bersih

3) Sarana Laboratorium

4) Pengelolahan Limbah (Padat dan Cair)

5) Bengkel

Fasilitas Umum Karyawan adalah :

1) Makan

Setiap karyawan mendapatkan fasilitas makan setiap hari satu kali yang disediakan di kantin
2) Uang Transport Harian

Uang transport harian untuk semua karyawan diberikan

satu bulan sekali.

3) Biaya Kesehatan

Biaya kesehatan ini meliputi biaya perawatan rumah sakit dan bersalin, bagi

karyawati dan istri karyawan tetap.

4) Pemberian pakaian dan peralatan dinas

5) Biaya kecelakaan dan asuransi pada karyawan yang terjadi saat karyawan

sedang menjalankan tugas akan dibiayai sepenuhnya oleh perusahaan dan

karyawan telah diasuransikan sehingga ada jaminan terhadap keselamatan

jiwanya.

6) Tunjangan Hari Raya (THR), diberikan sebesar satu bulan gaji pada hari

raya Idul Fitri

7) Tempat Ibadah bagi Karyawan yang sebagian besar beragama Islam, oleh

karena itu disediakan Masjid.

8) Poliklinik untuk karyawan dapat memeriksan kesehatannya di poliklinik

yang disediakan perusahaan secara gratis.

9) Tunjangan akhir tahun diberikan pada karyawan setelah masa percobaan

sebesar satu bulan gaji.

10) Asuransi

PT. Sinar Sosro Ungaran ikut program asuransi sosial tenaga kerja

(Jamsostek) dengan 4 program, yaitu Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK),


Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kematian (JKM), dan Jaminan

Pemeliharaan Kesehatan (JPK).

4.1.1.3 PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran meliputi

bebagai macam bentuk kegiatan yaitu:

1) Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

2) Kotak P3K Karyawan

Kotak P3K berisi obat-obatan untuk memberikan pertolongan pertama pada


kecelakaan. Kotak P3K berada disetiap ruangan.
3) Poliklinik

Di PT. Sinar Sosro Ungaran menyediakan poliklinik yang buka setiap hari

senin, rabu, dan jumat yaitu pada pukul 14.00 – 16.30 dengan satu dokter.

Macam pelayanan yang diberikan poliklinik meliputi :

(1) Pelayanan Umum

(2) Pelayanan Pengobatan

(3) Pengobatan Penyakit Akibat Kerja

(4) Pengobatan Kecelakaan Kerja.

Untuk penyakit akibat kerja (PAK) selama ini belum ditemukan adapun

daftar 10 penyakit karyawan terlampir. Di poliklinik ini tidak ada RS khusus yang

ditunjuk sebagai RS rujukan yaitu RSUD Ungaran.

Perusahaan melakukan pemeriksaan secara rutin bagi semua karyawan

PT. Sinar Sosro Ungaran setiap bulan Juli – Agustus.

Standart Pemeriksaan Kesehatan Karyawan PT Sinar Sosro Ungaran


(1) Keadaan Umum : Kesadaran Baik/Tidak

(2) Pemeriksaan Fisik/vital Sign : Tekanan darah/tensi, Denyut nadi,

Kepala, Mata, Telinga, Dada, Hepar, Perut, Extremitas.

4.1.2 Gambaran Umum Responden

1) Karateristik Responden

Responden dalam penelitian ini sebanyak 153 responden

yang berada atau bekerja di PT. Sinar Sosro Ungaran. Gambaran

distribusi responden menurut bagian kerja, jenis kelamin, umur,

pendidikan, dan masa kerja dapat dilihat sebagai berikut:

(1) Umur Responden

Analisa univariate dari data umur responden yang


dikelompokkan berdasarkan umur termuda responden 20 tahun
dan tertua 45 tahun.
Tabel 4.1
Distribusi Ferkuensi Responden Menurut Kelompok Umur
NO Kelompok Umur Jumlah Prosentase
1 2 3 4
1 20– 25 15 9,8
2 26 – 30 55 35,9
3 31 – 35 47 30,7
4 35 – 40 31 20,3
5 40 – 45 5 3,3

Jumlah 153 100

Berdasarkan tabel diatas umur responden terbanyak pada

kelompok umur 26 – 30 tahun dan responden yang paling sedikit

pada kelompok umur 40 – 45 tahun.

(2) Tingkat Pendidikan Responden

Tabel 4.2
Distribusi Ferkuensi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah Prosentase
1 2 3 4
1 SLTP 16 10,5
2 SLTA 97 63,4
3 Perguruan Tinggi 40 26,1
Jumlah 153 100

Tabel 4.2 menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden yang paling

banyak adalah SLTA sebanyak 97 orang (63,4%), selebihnya responden

berpendidikan Perguruan tinggi sebanyak 40 orang (26,1%) dan SLTP 16 orang

(10,5%).

(3) Bagian Kerja


Analisis univariate data bagian kerja responden dapat dilihat

pada tabel 4.3

Tabel 4.3

Distribusi Ferkuensi Responden Menurut Bagian kerja


NO Bagian Kerja Jumlah Prosentase
1 2 3 4
1 Produksi 55 35,9
2 Satpam 30 19,6
3 Gudang PIPB & Spare part 27 17,6
4 Personalia/umum 21 13,7
5 Quality Control 15 9,8
6 Bengkel 5 3,3
Jumlah 153 100

Tabel diatas menunjukan bahwa dari 7 bagian kerja

responden yang paling banyak pada bagian produksi sebanyak 55

orang (35,9%) dan yang paling sediit pada bagian bengkel 5

orang atau (3,3%).

(4) Jenis Kelamin Responden

Analisa univariate data jenis kelamin responden dapat dilihat

pada tabel 4.4

Tabel 4.4

Distribusi Ferkuensi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase


1 2 3 4
1 Laki-laki 149 97,4
2 Perempuan 4 2,6
Jumlah 153 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden


berjenis kelamin laki-laki yaitu 149 orang atau (97 %) sedangkan
responden perempuan sebanyak 4 orang (2,6 %).

(5) Masa kerja

Tabel 4.5
Distribusi Ferkuensi Responden Menurut masa kerja
NO Masa kerja Jumlah Prosentase
1 2 3 4
1 1-5 93 60,8
2 6 - 10 45 29,4
3 11 – 15 15 9,8
Jumlah 153 100

Banyaknya responden dengan masa kerja 1-5 tahun adalah

93 orang (60,8%) dan untuk masa kerja 6-10 tahun sebanyak 45

orang (29,4 %), dan 11-15 tahun 15 orang atau (9,8%).

4.1.3 Hubungan Kelompok Umur dengan Tingkat Kepuasan Karyawan

Ada tidaknya hubungan antara kelompok umur responden dengan


persepsi mengenai tingkat kepuasan dapat diketahui melalui uji chi square.
Tabel 4.6
Hubungan Kelompok Umur dengan Tingkat Kepuasan
Karyawan
PT. Sinar Sosro Ungaran
Tingkat Kepuasan Jumlah total
Umur Tidak Puas Puas P value CC
F % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
20-25 9 60 6 40 15 100
26-30 24 43,6 31 56,4 55 100
31-35 22 45,8 26 54,2 48 100
0,392 0,098
36-40 13 46,4 15 53,6 28 100
41-45 1 14,3 6 85,7 7 100
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

2
Hasil dari pengujian secara statistik dari nilai X hitung = 4,107 dengan
probabilitas 0,392 > 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

4.1.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan Karyawan

Ada tidaknya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat


kepuasan karyawan terhadap pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran
dapat dilihat pada tabel 4.7

Tabel 4.7
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Kepuasan
Karyawan
PT. Sinar Sosro Ungaran

Tingakat Tingkat Kepuasan Jumlah total


Tidak Puas Puas p value CC
Pendidikan
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
SLTP 8 50 8 50 16 100
SLTA 43 44,3 54 55,7 97 100
0,915 0,019
PT 18 45 22 55 40 100
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100
Tabel diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan responden tidak
mempunyai hubungan dengan persepsi mengenai tingkat kepuasan karyawan
walapun sebagaian besar responden tingkat pendidikannya SLTA. Hal ini
2
dapat dilihat dari pengujian statistik dari nilai X hitung = 0,179 dengan
probabilitas 0,915 > 0,05 yang berarti tidak ada hibungan yang signifikan.

4.1.5 Hubungan Bagian Kerja dengan Tingakat Kepuasan Karyawan

Pengujian bagian kerja dengan tingkat kepuasan karyawan dilakukan


peneliti guna mengetahui apakah bagian kerja ini mempengaruhi kepuasan
karyawan tehadap pelayanan kesehatan yang ada di PT. Sinar Sosro Ungaran.
Ada tidaknya hubungan antara bagian kerja dengan tingkat kepuasan dengan
menggunakan uji chi Square adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8
Hubungan Bagian Kerja dengan Tingkat Kepuasan Karyawan
PT. Sinar Sosro Ungaran
Tingkat Kepuasan Jumlah
Bagian Kerja Tidak Puas Puas total P value CC
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Produksi 31 56,4 24 43,6 55 100
Satpam 15 50 15 50 30 100
Gudang PIPB &
Sparepart 6 22,2 21 77,8 27 100
0,006 0,191
Personalia/Umum 13 61,9 8 38,1 21 100
Quality Control 3 20 12 80 15 100
Bengkel Utility 1 20 4 80 5 100
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan bahwa bagian kerja responden dapat


mempunyai hubungan dengan kepuasan karyawan terhadap pelayanan
kesehatan di PT Sinar Sosro Ungaran ini terbukti dari uji chi square. Secara
2
statistik terbukti dari nilai X hitung = 16,301 dengan nilai probabilitasnya 0,006
< 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan. Derajat hubungan antara
bagian kerja dengan tingkat kepuasan sebesar 0,191 yang berarti menpunyai
hubungan yang sangat lemah.
4.1.6 Hubungan Jenis Kelamin Karyawan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan

Ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin dengan


Tingkat kepuasan dapat dilihat pada tabel 4.9
Tabel 4.9
Hubungan Jenis Kelamin denagn Tingkat Kepuasan Karyawan
PT. Sinar Sosro Ungaran

Jenis Tingkat Kepuasan Jumlah


Tidak Puas Puas total f value CC
Kelamian
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Perempuan 3 75 1 25 4 100
Laki-laki 66 44,3 83 55,7 149 100 0,223 0,098
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa jenis kelamin tidak


mempunyai hubungan dengan tingkat kepuasan karyawan terhadap pelayanan
kesehatan di PT Sinar Sosro Ungaran ini terbukti dari uji chi square. Secara
2
statistik terbukti dari nilai X hitung = 1,483 dengan nilai probabilitasnya 0,223
> 0,05 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

4.1.7 Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kepuasan Karyawan

Tabel 4.10
Hubungan Masa Kerja dengan Tingkat Kepuasan Karyawan
PT. Sinar Sosro Ungaran
Tingkat Kepuasan Jumlah total
Masa Kerja Tidak Puas Puas P value CC
f % f % F %
1 2 3 4 5 6 7 8
1-5 44 47,3 49 52,7 93 100
6-10 17 37,8 28 62,2 45 100
0,456 0,016
11-15 8 53,3 7 46,7 15 100
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100
Tabel diatas menunjukan bahwa masa kerja responden tidak mempunyai
hubungan dengan persepsi mengenai tingkat kepuasan karyawan terhadap
pelayanan kesehatan kerja PT. Sinar Sosro Ungaran. Hal ini dapat dilihat dari
2
pengujian statistik dari nilai X hitung = 1,569 dengan probabilitas 0,456 > 0,05
yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

4.1.8 Hubungan Kegiatan Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan

Pengujian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan kegiatan


pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan dapat dilihat dari uji
chi square sebagai berikut:

Tabel 4.11

Hubungan Kegiatan Pelayanan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Mutu Kegiatan Tingkat Kepuasan Jumlah total p


Pelayanan Tidak Puas Puas CC
Value
Kesehatan f % f % F %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kurang baik 35 92,1 3 7,9 38 100
Baik 34 29,6 81 70,4 115 100 0,000 0,477
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Tabel di atas menunjukkan dari 38 orang yang menyatakan mutu


kegiatan pelayanan kesehatan kurang baik yang merasa puas sebanyak 3 orang
(7,9%) selebihnya merasa tidak puas. Dan dari 115 orang yang menyatakan
mutu kegiatan pelayanan kesehatan baik merasa puas sebanyak 81 orang
(70,4%). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara mutu
kegiatan pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Sinar
Sosro Ungaran yaitu semakin baik mutu kegiatan pelayanan kesehatan maka
semakin banyak orang yang merasa puas . Secara statistik terbukti dari nilai
2
χ hitung = 45,119 dengan probabilitas 0,000 < 0,05, yang berarti ada hubungan
yang signifikan. Dengan koefisien kontingensi sebesar 0,477 yang berarti ada
hubungan yang cukup kuat antara kegiatan pelayanan kesehatan dengan
tingkat kepuasan karyawan.

4.1.9 Hubungan Kompetensi Petugas Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan

Pengujian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan kompetensi


petugas kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan dapat dilihat dari uji
chi square sebagai berikut:
Tabel 4.12

Hubungan Kompetensi Petugas Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran

Mutu Tingkat Kepuasan Jumlah total p


Kompetensi Tidak Puas Puas CC
value
Petugas f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kurang baik 50 84,7 9 15,3 59 100
Baik 19 20,2 75 79,8 94 100 0,000 0,534
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 59 orang yang menyatakan mutu


kompetensi petugas kesehatan kurang baik terdapat 9 orang (15,3%) yang
merasa puas dan 50 orang (84,7%) merasa tidak puas. Dan untuk menyatakan
mutu kompetensi petugas kesehatan baik sebanyak 19 orang (20,2%) merasa
tidak puas dan 75 orang (79,8%) merasa puas. Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan yang positif antara mutu kompetensi petugas kesehatan dengan
tingakat kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran. Secara statistik
terbukti dari nilai χ2hitung = 60,969 dengan probabilitas 0,000 < 0,05, yang
berarti ada hubungan yang signifikan. Derajat hubungan kedua variabel
tersebut diperoleh dari nilai koefisien kontingensi sebesar 0,534 yang berarti
bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara kompetensi petugas kesehatan
dengan tingkat kepuasan.
4.1.10 Hubungan Peralatan dan Fasilitas Kesehatan dengan Tingkat

Kepuasan Karyawan

Pengujian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan peralatan dan


fasilitas kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan dapat dilihat dari uji chi
square sebagai berikut:
Tabel 4.13

Hubungan Peralatan dan Fasilitas Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan


Karyawan PT Sinar Sosro Unagaran

Mutu Peralatan Tingkat Kepuasan Jumlah total


Tidak Puas Puas p value CC
dan fasilitas
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kurang baik 13 65 7 35 20 100
Baik 56 42,1 77 57,9 133 100 0,055 0,153
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Tabel di atas menunjukkan bahwa mutu peralatan dan fasilitas kesehatan


baik terbukti 133 orang menyatakan peralatan dan fasilitas kesehatan baik.
Dari mutu peralatan dan fasilitas kesehatan yang baik terdapat 77 orang
(57,9%)merasa puas dan 56 orang (42,1%) merasa tidak puas.Dan dari 20
orang yang menyatakan bahwa mutu peralatan dan fasilitas kesehatan dalam
kategori kurang baik, terdapat 13 orang atau 65% merasa tidak puas. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara mutu peralatan dan fasilitas
kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.
Secara statistik terbukti dari nilai χ2hitung = 3.681 dengan probabilitas 0,055
> 0,05, yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan.

4.1.11 Hubungan Jaminan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan Karyawan

Pengujian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan jaminan


kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan dapat dilihat dari uji chi square
sebagai berikut:
Tabel 4.14

Hubungan Jaminan Kesehatan dengan Tingkat Kepuasan

Karyawan PT. Sinar Sosro Ungaran


Mutu Jaminan Tingkat Kepuasan Jumlah total p
Tidak Puas Puas CC
Kesehatan value
f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kurang baik 45 57,7 33 42,3 78 100
Baik 14 32 51 68 75 100 0,001 0,250
Jumlah 69 45,1 84 54,9 153 100

Berdasarkan tabel diatas menunjukan dari 78 orang menyatakan mutu


jaminan kesehatan kurang baik terdapat 33 oarang (42,3%) merasa puas dan
selebihnya merasa tidak puas. Dari 75 orang yang menyatakan bahwa jaminan
kesehatan dalam kategori baik, terdapat 14 orang atau 32% merasa puas. Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif antara mutu jaminan
kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.
Secara statistik terbukti dari nilai χ2hitung = 10.194 dengan probabilitas 0,001 <
0,05, yang berarti ada hubungan yang signifikan dan dengan koefisien
kontingensi 0,250 yang berarti bahwa hubungan antara jaminan kesehatan
dengan tingkat kepuasan rendah atau lemah.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Karakteristik Responden

Persepsi seseorang dalam penelitian ini sangat penting

terutama mengenai tingkat kepuasan. Pernyataan kepuasan

dipengaruhi beberapa hal antara lain sebagai berikut: umur,

tingkat pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Jumlah

responden dalam penelitian sebanyak 153 orang. Responden

dalam penelitian merupakan tenaga kerja yang ada di PT. Sinar

Sosro Ungaran. Umur responden yang paling banyak pada

kelompok umur 26 – 30 tahun sebanyak 55 orang. Dari 55 orang


tersebut yang merasa puas sebanyak 31 orang dan 24 orang

merasa tidak puas. Berdasarkan usia kerja bagi tenaga kerja

yaitu umur 15 – 64 tahun, maka di PT. Sinar Sosro Ungaran

memiliki tenaga kerja yang masih memenuhi ketentuan usia kerja

yang ada. Hasil penelitian menunjukan bahwa umur tidak ada

hubungan dengan tingkat kepuasan. Tingkat pendidikan

responden dalam penelitian ini ada tiga tingkat yaitu tingkat

SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi, dari ketiga tingkat tersebut

responden paling banyak yang berpendidikan SLTA sebanyak

97 orang, 43 orang merasa tidak puas dan 54 orang merasa puas.

Hasil pengujian chi square menunjukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan tingkat

kepuasan. Responden yang paling banyak memanfaatkan

pelayanan kesehatan yang ada adalah bagian produksi dengan

tingkat pendidikan SLTA sebanyak 25 orang, SLTP 10 orang dan

20 berpendidikan Perguruan Tinggi.. Dalam penelitian ini jumlah

responden yang paling banyak adalah bagian produksi sebanyak

55 orang. Dari ketujuh bagian pekerjaan ini yang paling banyak

merasa puas dengan pelayanan kesehatan bagain produksi

sebanyak 24 orang selanjutnya bagian gudang PIPB dan


sparepart sebanyak 21 orang. Hasil uji chi square menunjukakan

adanya hubungan yang signifikan antara bagian pekerjaan

dengan tingkat kepuasan dengan nilai koefisien kontingensi 0,191

yang berarti hubungan antara bagaian pekerjaan dengan tingkat

kepuasan sangat lemah. Jenis kelamin responden juga dapat

mempengaruhi persepsi kepuasan. Jumlah responden yang

sebagian besar berjenis kelamin laki – laki dan hanya 4 orang

perempuan. Hasil perhitungan menunjukan tidak ada hubungan

yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kepuasan.

Lama kerja atau masa kerja responden bervariasi. Masa kerja

responden yang paling banyak pada masa kerja 1 – 5 tahun

sebanyak 93 orang. Perhitungan dengan menggunakan chi square

menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja

dengan tingkat kepuasan. Dari karakteristik responden tersebut

diatas yang berhubungan hanya bagian pekerjaan .

4.2.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan adalah segala kegiatan yang secara langsung atau tidak

langsung berupaya untuk menghasilkan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan

atau dituntut oleh masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatannya (Budioro B,

2002: 117).
Pelayanan kesehatan kerja yang bertujuan meningkatkan status kesehatan

pekerja/karyawan dan optimalisasi produktivitas kerja melalui peningkatan ,

pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan kesehatan kerja. Pelayanan kesehatan

di perusahaan dapat di lihat dari :

1) Kegiatan Pelayanan Kesehatan

Institusi pelayanan kesehatan kerja di PT Sinar Sosro Ungaran adalah

jenis pelayanan kesehatan kerja dasar yang berbentuk poliklinik. Menurut

Philip Kotler dalam bukunya Marketing management, kepuasan pelanggan

adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari

membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam

hubungannya dengan harapan seseorang. Salah satu faktor yang

mempengaruhi kepuasan adalah outcome terapi atau perawatan yang diterima.

Hasil penelitian tentang persepsi karyawan terhadap kegiatan pelayanan

kesehatan yang diberikan PT Sinar Sosro Ungaran kepada karyawan bahwa

75,2% responden menyatakan bahwa kegiatan pelayanan kesehatan dalam

kategori baik serta 88,2% responden yang mendapat pelayanan dengan baik.

Pelayanan yang diberikan poliklinik PT Sinar Sosro Ungaran antara lain

pelayanan umum, pelayanan pengobatan, pengobatan penyakit akibat kerja,

pengobatan kecelakaan kerja. Untuk penyakit akibat kerja selama ini belum

pernah ditemukan. Persepsi 88,2% responden yang mendapatkan pelayanan

kesehatan dengan baik. Dari pernyataan pelayanan kesehatan baik terdapat

69,9% orang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan dan 98,7% pernah

memanfaatkan pelayanan kesehatan, meskipun frekuensi pelaksanaan

pemeriksanaan secara berkala masih jarang dilakukan, terbukti 75,2%


menyatakan bahwa pemeriksanaan secara rutin dilaksanakan 1 kali dalam

setahun. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan bahwa

pemeriksaan secara berkala selama 2 tahun ini tidak dilakukan pemeriksaan.

Dalam pengujian hipotesis yang menyatakan adanya hubungan pelayanan

kesehatan dengan kepuasan karyawan dengan menggunakan uji chi square

tersebut terbukti adanya hubungan yang signifikan antara mutu kegiatan

pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan di PT Sinar Sosro

Ungaran..

2) Kompetensi Petugas Kesehatan

Diharapkan petugas kesehatan mempunyai persyaratan antara lain mampu

dan mau memimpin, transparan dan mau berdiskusi, paham terhadap masalah

yang ada memberikan pelayanan yang baik kepada pekerja/karyawan. Faktor yang

mempengaruhi kepuasan menurut Philip Kotler adalah pendekatan dan perilaku

petugas, perasaan pasien terutama saat pertama kali datang berkunjung. Hasil

penyebaran angket menyatakan bahwa kompetensi petugas kesehatan

memberikan pelayanan baik sebanyak 61,4% dan 38,6% menyatakan kurang baik.

Gambaran kompetensi petugas diketahui bahwa responden yang

menyatakan tidak baik karena petugas tidak memeriksa secara teliti dan tidak

mendetail bahkan tidak dperiksa, obat yang diberikan selalu sama. Namun dari

distribusi frekuensi pada variabel kompetensi petugas kesehatan terdapat 46 orang

merasa tidak puas dengan pelayanan petugas dan sebanyak 32 orang menyatakan

bahwa petugas tidak melayani dengan sabar.


Ley (1982) dalam Krowinski (1996) menyatakan bahwa kepuasan pasien

terhadap konsultasi dokter dan pemeriksaan dokter dipengaruhi oleh apa yang ada

pada ingatan pasien dan pengetahuannya. Komunikasi yang baik antara dokter

dan pasien akan membawa pengaruh pada kepuasan pasien. Dalam penelitian

Hadi Wahyono (1998) di Rumah sakit Bethesda menyebutkan bahwa dalan

hubungan interpersonal antara dokter dan pasien sebanyak-banyaknya responden

menyatakan kurang puas.

Responden yang menyatakan tentang pelayanan petugas kepada karyawan,

pelayanan yang ramah sebagai wujud pendekatan dan perilaku petugas, pelayanan

yang sabar, ketepatan pengobatan serta kehandalan petugas dalam memeriksa.

Baik dan kurang baiknya kompetensi dapat dilihat dari hasil jawaban responden

tentang kompetensi petugas kesehatan antara lain responden yang menyatakan

bahwa petugas melayani dengan baik sebanyak 135 orang atau 88,2% menyatakan

mutu petugas baik. Keramahan petugas dalam melayani terdapat 142 orang atau

92,8% menyatakan baik, 121 orang atau 79,1% petugas melayani dengan sabar,

83,7% petugas melayani dengan cepat, 82,4% petugas handal dalam pengobatan.

Petugas kesehatn disini memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan

kualitas dari pelayanan yang diberikan kepada pasien. Dalam pengujian hipotesis

bahwa ada hubungan kompetensi petugas kesehatan dengan kepuasan karyawan

dengan menggunakan uji chi kuadrat. Hasil pengujian tersebut terdapat 59 orang

menyatakan kompetensi petugas kurang baik. Dari 59 orang tersebut 50 orang

atau 84,7% tidak puas. Dari 94 orang yang menyatakan kompetensi petugas

kesehatan dalam kategori baik, terdapat 84 orang atau 54,9% merasa puas. Dari
hasil analisis chi square menunjukan adanya hubungan antara kualitas kompetensi

petugas kesehatan dengan kepuasan karyawan PT Sinar Sosro Ungaran. Mutu

pelayanan kesehatan berarti suatu empati respek dan tanggap akan

kebutuhannnya, pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan pasien atau karyawan,

diberikan dengan cara yang ramah pada waktu mereka berkunjung

3) Peralatan Dan Fasilitas Kesehatan

Peralatan dan fasilitas adalah faktor penunjang

terlaksananya pelayanan kesehatan tersebut. Untuk pelayanan

kesehatan (poliklinik) jenis perlatannya antara lain pertolongan

pertama pada kecelakaan, contoh alat pelindung diri (APD),

media penyuluhan, abat-obat standar puskesmas, peralatan

satandar puskesmas dan lain sebagainya (Depkes RI, 2003:MI-

I:10). Hasil observasi mengenai peralatan dan fasilitas yang

tersedia di poliklinik antara lain Tensimeter, peralatan bedah

minor, stetoskop dan pertolongan pertama pada kecelakaan,

obat-obatan serta menyediakan alat pelindung diri.

Menurut Prof.A.Donabedian menyatakan bahwa sarana fisik

dan peralatan merupakan komponen struktur. Baik tidaknya

struktur sebagai masukan dapat diukur dari jumlah dan

besarnya masukkan. Asumsi jika struktur baik, besar

kemungkinan mutu pelayanan akan baik pula.


Persepsi responden ditinjau dari peralatan dan fasilitas

kesehatan yang ada menyatakan bahwa peralatan dan fasilitas

kategori baik, terbukti dari 86,9% responden menyatakan baik,

selebihnya 13,1% menyatakan kurang baik. Kepuasan karyawan

terhadap peralatan dan fasilitas kesehatan baik dan merasa puas

ini terbukti dari 133 responden yang manyatakan baik terdapat

77 responden atau 57,9% merasa puas. Sedang responden yang

menyatakan bahwa peralatan dan fasilitas kesehatan kurang baik

sebanyak 20 responden. Dari 20 responden tersebut terdapat 13

responden atau 65% merasa tidak puas. Secara teoritis peralatan

dan fasilitas ada hubungan dengan tingkat kepuasan namun

berdasarkan uji statistic menunjukan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara peralatan dan fasilitas kesehatan dengan

kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

4) Jaminan Kesehatan

Hasil persepsi responden menunjukkan bahwa jaminan kesehatan yang


diberikan perusahaan kepada karyawan termasuk dalam kategori kurang baik,
terbukti dari 51% menyatakan kurang baik, selebihnya 49% dalam kategori
baik. Responden yang merasa kesulitan dalam prosedur pemanfaatan jaminan
kesehatan serta penggantian biaya pengobatan dan penggantian obat diluar
jaminan. Berdasarkan hasil pengisian angket diperoleh data bahwa responden
yang benar-benar memanfaatkan jaminan dengan baik sebanyak 139 atau
90,8%. Responden menyatakan merasa puas dengan jaminan kesehatan yang
ada walaupunada beberapa keluhan mengenai jaminan kesehatan antra lain
dokter hanya pada jam praktek saja, obat yang diluar daftar jaminan tidak
mendapat ganti, prosedur penggantian biaya sangat rumit dan proses
penggunan jaminan kesehatan sulit.

4.2.3 Kepuasan Karyawan

Kepuasan adalah keadaan yang dirasakan seseorang ynag merupakan


hasil dari membandingkan penampilan atau outcome (produk) yang dirasakan
dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Berdasarklan hasil penelitian
responden yang menyatakan puas dengan pelayanan kesehatan yang diberikan
sebanyak 54,9% responden dan 45,1% merasa tidak puas. Tingkat kepuasan
ini dilihat dari kecepatan pelayanan, ketepatan pengobatan, perhatian dokter
kepada karyawan sampai dengan sembuh, tanggapan dokter terhadap keluhan
karyawan dan proses pendaftaran. Penelitian ini menyebutkan bahwa
responden merasa puas dengan pelayanan pendaftaran yang mudah namun
responden merasa kurang mendapat perhatian dokter. Jacobalis menyatakan
bahwa rasa puas seorang pasien adalah tidak terlepas dari mutu pelayanan
yang diterimanya, dimana mutu yang baik dikaitkan dengan kesembuhan
penyakit, peningkatan derajat kesehatan, kecepatan pelyanan dan penanganan,
kelengkapan alat-alat penunjang dan obat-obatan.
4.3 Keterbatasan Penelitian

1) Penelitian ini pengumpulan datanya tidak menggunakan angket baku

tentang kepuasan terhadap pelayanan kesehatan melainkan menggunakan

kuesioner/angket yang dibuat oleh peneliti. Angket ini sudah diuji validitas

dan reliabilitasnya.

2) Kepuasan pasien atau karyawan merupakan pernyataan subjektif dari

pasien. Sehingga kepuasan pasien dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

antara lain; pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi yang diterima

dan lain sebagainya

3) Keterbatasan waktu untuk wawancara peneliti kepada karyawan karena

dikhawatirkan akan mengganggu produktivitas.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan bahwa hasil hipotesis

dalam penelitian ini antara lain:

1) Ada hubungan antara kegiatan pelayanan kesehatan dengan tingkat

kepuasan keryawan PT sinar Sosro Ungaran.

2) Ada hubungan antara kompetensi petugas kesehatan dengan tingkat

kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

3) Tidak ada hubungan antara peralatan dan fasilitas kesehatan dengan tingkat

kepuasan karyawan di PT. Sinar Sosro Ungaran.

4) Ada hubungan antara jaminan kesehatan dengan tingkat kepuasan karyawan

di PT. Sinar Sosro Ungaran.

5.2 Saran

1) Waktu buka poliklinik yang seharusnya dalam Peraturan Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi adalah setiap hari dan dilayani dokter praktek 2 hari

sekali maka PT Sinar Sosro diharapkan untuk menentukan waktu buka

poliklinik sesuai dengan peraturan yang ada.

2) Secara umum pelayanan kesehatan di PT Sinar Sosro Ungaran sudah baik

dan sudah memenuhi standard namun perlu peningkatan dalam memberi

pelayanan.
3) Ketelitian petugas kesehatan dalam memeriksa pasien untuk lebih

diperhatikan agar pelayanan kesehatan dapat lebih meningkat lagi.

4) Memperbaiki prosedur penggunanan jaminan kesehatan agar karyawan

mudah penggunaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abraham Charles dan Eamon Shanley.1997. Psikologi Sosial untuk Perawat.


Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

A.A.Gde Muninjaya. 1999. Manajemen Kesehatan Edisi 1. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

-----------------------. 2004. Manajemen Kesehatan Edisi 2 .Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Azrul Azwar. 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi Ketiga. Jakarta:


Binarupa Aksara.

Budioro B. 2002. Pengantar Administrasi Kesehatan Masyarakat. Semarang:


FKM UNDIP.

Deddy Mulyana. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit PT.
Remaja rosdakarya Bandung.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Modul Pelatihan Bagi


Fasilitator Kesehatan Kerja.Jakarta: Depker RI Pusat Kesehatan Kerja.
.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2003. Kebijakan Teknis Program
Kesehatan Kerja. Jakarata: Depkes RI.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1990. Upaya Kesehatan Sektor


Informal. Jakarta: Dirjen Pembinaan Kesehatan Masyarakat Depkes RI.
Departemen Personalia dan Umum PT Toba Sosro Kencono. 1998. Pedoman
Pengendalian Higienis Karyawan PT. Toba Sosro Kencono. Semarang:
PT. Toba Sosro Kencono.

Djoko, Wijono. 1999. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya:


Airlangga University Press.

Gunarsa. 1995. Psikologi Keperawatan Cetakan ke-2. Jakarta: Gunung Mulia.

Hadi Wahyono. 1998. Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa Rawat Jalan Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta. Semarang: FKM UNDIP.

Hepi Joko Wijono. 1998. Pelayanan Kesehatan Kerja di Perusahaan. Semarang:


PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Mas.

Imbalo S Pohan. 2003. Jaminan Mutu Pelayanan Kesehatan.Jakarta: Kesaint


Blanc.

Johanes Supranto. 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk


Menaikan Pangsa Pasar. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES. 2004. Pedoman Penyusunan


Skripsi Mahasiswa Program Strata 1. Semarang: IKM-FIK

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI. 2000. Dasar-dasar Demografi.


Jakarta : Lembaga Penerbit FEUI.

Philip Kotler. 2002. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT Prenhalindo.

R.Darmanto Djojodibroto.1999. Kesehatan Kerja di Perusahaan. Jakarta: PT.


Gramedia Pustaka Utama.

Siswanto Sastrohadiwiryo. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia


Pendekatan Administratif dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara.

Soekidjo Notoatmodjo. 1996. Ilmu Kesehatan Masyarakat Prisip-prinsip Dasar.


Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

--------------------. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka


Cipta.

--------------------. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka


Cipta.

Suci Utami W. 1998. Menciptakan Kepuasan pelanggan Dalam Organisasi Jasa.


Yogyakarta: Staf pengajar STIE Widya Wiwaha Yogyakarta.
Sudigdo Sastroasmoro. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:
Binarupa Aksara.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Suharsimi Arikunto. 1998.Prosedur Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta.

----------------------. 2003. Manajemen Penelitian. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Sumadi. 2001. Konsep dan Teknik Mengukur Kualitas Produk Jasa. Yogyakarta:
FE UII.

Suma’mur P.K. 1996. Higene Perusahan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Gunung Agung.

Tim Penelitian dan Penggembangan. 2003. Pengolahan Data Statistik dengan


SPSS 11,5. Jakarta: Penerbit Slemba Infetek.

Tatik Suryani. 1997. Kesetiaan Pelanggan Konsep dan implikasinya. Semarang:


FEUNDIP.

Zulmiar Yanri, Sri Haryani dkk. 1999. Himpunan Peraturan Perundang-


undangan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT.Citra Bangun Madin.

No.Responden :
ANGKET UJI COBA

I. KARAKTERISTIK KARYAWAN
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Bekerja Pada Bagian :
7. Mulai bekerja Di PT. Sinar Sosro Ungaran :
8. Lama Bekerja dalam sehari :

II. KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN

9. Apakah Di PT Sinar Soro terdapat pelayanan kesehatan yang disediakan untk


karyawan?
1. TIDAK 2. YA
10. Apakah di PT Sinar Sosro diadakan pemeriksaan secara berkala ?
1. TIDAK 2. YA
11. Jika Ya berapa kali dalam setahun anda mendapat pemeriksaan berkala?
1. 1 kali 2. >2 kali
12. Apakah Anda selama bekerja di PT. Sinar Sosro Ungaran ini pernah
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada ?
1. TIDAK 2. YA
13. Jika Ya apakah Anda mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik?
1. TIDAK 2. YA
14. Apakah Anda merasa puas dengan pelayanan kesehatan ( Poliklinik ) yang
ada di PT. Sinar Sosro Ungaran ?
1. TIDAK 2. YA

III. KOMPETENSI PETUGAS KESEHATAN


15. Apakah Petugas kesehatan ( dokter ) di PT. Sinar Sosro Ungaran melayani
Anda dengan baik?
1. TIDAK 2. YA
16. Apakah Petugas Kesehatan ( dokter ) di PT. Sinar Sosro Ungaran memberikan
pelayanan dengan ramah?
1. TIDAK 2. YA
17. Apakah Petugas Kesehatan ( dokter ) di PT. Sinar Sosro Ungaran memberikan
pelayanan dengan sabar?
1. TIDAK 2. YA
18. Apakah Petugas Kesehatan (dokter) memberikan pengobatan dengan tepat?
1. TIDAK 2. YA
19. Apakah Petugas Kesehatan (dokter) handal dalam menangani pengobatan?
1. TIDAK 2. YA
20. Apakah Anda puas dengan pelayanan yang diberikan Petugas Kesehatan
(dokter)?
1. TIDAK 2. YA

IV. PERALATAN DAN FASILITAS


21. Apakah di PT. Sinar Sosro Ungaran menyediakan perlengkapan Pertolongan
Pertama Pada Kecelakaan pada tiap bagian?
1. TIDAK 2. YA
22. Apakah di PT. Sinar Sosro terdapat apotek atau kamar obat untuk mengobati
karyawan yang periksa?
1. TIDAK 2. YA
23. Apakah Anda mendapat fasilitas keluarga berencana?
1. TIDAK 2. YA
24. Apakah keluarga boleh memanfaatkan pelayanan kesehatan di PT. Sinar Sosro
Ungaran?
1. TIDAK 2. YA

25. Apakah Fasilitas kesehatan di PT. Sinar Sosro Ungaran, Anda manfaatkan
dengan baik?
1. TIDAK 2. YA
V. JAMINAN KESEHATAN (JAMSOSTEK)
26. Apakah Anda benar-benar memanfaatkan jaminan pemeliharaan kesehatan
tersebut?
1. TIDAK 2. YA
27. Apakah Anda tidak pernah mendapat kesulitan dalam pemanfaatan asuransi
pemeliharaan kesehatan dari Jamsostek?
1. TIDAK 2. YA
28. Apakah dalam mendapatkan jaminan pemeliharaan kesehatan dari Jamsostek
Anda tidak dipungut biaya selain yang telah dibayarkan perusahaan
1. TIDAK 2. YA
29. Apakah Anda merasa puas dengan pelayanan dari Jamsostek?
1. TIDAK 2. YA
30. Apakah Anda merasa terjamin dengan adanya Jamsostek?
1. TIDAK 2. YA

VI. TINGKAT KEPUASAN


31. Bagaimana Pendapat Anda tentang Kecepatan Pelayanan Kesehatan kepada
Anda?
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
32. Bagaimana Pendapat Anda tentang ketepatan pengobatan?
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
33. Bagaimana Pendapat Anda tentang perhatian dokter kepada Anda sampai
dengan sembuh?
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
34. Bagaimana Pendapat Anda tentang Tanggapan dokter terhadap keluhan Anda?
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas
35. Bagaimana Pendapat Anda tentang Proses pendaftaran untuk mandapatkan
pelayanan kesehatan?
1. Tidak Puas
2. Kurang Puas
3. Cukup Puas
4. Puas

You might also like