You are on page 1of 3

Data Tesis Pulmonologi FK UI

Judul Skripsi
Hubungan Kebiasaan Menggunakan Alat Pelindung Diri Masker Dengan Gambaran Klinis, Faal
Paru Dan Foto Toraks Pada Pekerja Yang Terpajan Debu Semen Di Pabrik Semen PT. X Bogor
Tahun : 2007
Penulis : Triya Damayanti, Faisal Yunus, Mukhtar Ikhsan, Kiki Sutjahyo
Ringkasan :
Penelitian ini dilakukan untuk mencari hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan
kelainan klinis, faal paru, dan foto toraks yang dihubungkan juga dengan faktor lainnya yaitu usia, tingkat
pendidikan, kebiasaan merokok, status gizi, area kerja, lama kerja dan kadar pajanan. Kelompok yang diteliti
adalah pekerja pabrik semen PT.X yang hampir 90% karyawannya berjenis kelamin laki-laki yang
berhubungan langsung dengan proses produksi semen sehingga pada penelitian ini subjek penelitian yang
dipilih adalah laki-laki. Subjek penelitian dipilih secara acak secara stratified random sampling berdasarkan
tempat kerja sebanyak 196 orang dan terbagi menjadi kelompok dengan kebiasaan menggunakan APD masker
yang baik didapatkan sebesar 98 orang dan kebiasaan menggunakan APD yang buruk sebesar 84 orang.
Penelitian dilakukan dengan melakukan wawancara kuesioner, pemeriksaan spirometri dan foto toraks serta
pengukuran kadar debu respirabel individu. Sebanyak 14 orang tidak diikutkan dalam penelitian ini yaitu 3
orang menolak untuk ikut serta dalam penelitian, 3 orang dalam penahanan polisi, 2 orang dipindah tugaskan
ke Cilacap, 2 orang sulit ditemui karena kesibukannya, 2 orang belum melakukan pemeriksaan foto toraks
sampai batas waktu yang ditetapkan dan 2 orang sulit ditemui karena shift kerja yang berubah. Hal ini terjadi
karena di lapangan sangat sulit untuk menemui subjek penelitian yang bekerja dalam tiga shift berbeda dan
saat ditemui ternyata tidak ada di tempat sedangkan peneliti dibatasi oleh waktu, sarana, tenaga dan dana.

Rerata subjek penelitian 41,65 tahun dengan usia minimum 30 tahun dan maksimum 54 tahun. Pendidikan
subjek penelitian paling banyak adalah tingkat pendidikan sedang yaitu setingkat SMA pada 132 orang
(72,5%). Status gizi subjek penelitian yang diukur dengan IMT menunjukkan IMT normal paling banyak
didapatkan pada 99 orang (54,4%) diikuti subjek dengan kelebihan berat badan sebanyak 72 orang (39,6%),
obesiti pada 8 orang (4,4%) dan hanya 3 orang (1,6%) dengan status gizi kurang. Kebiasaan merokok yang
terbanyak ditemukan adalah perokok ringan sebanyak 75 orang (41,2%), diikuti perokok sedang 66 orang
(36,3%) dan bukan perokok 35 orang (19,2%). Perokok berat hanya didapatkan pada 6 orang (3,3%).
Berdasarkan area kerja yang paling banyak pada area kerja sebanyak 59 orang (32,4%). Subjek penelitian
rata-rata telah bekerja selama 15,1 tahun dengan lama kerja minimal 10 tahun dan maksimal 32 tahun. Hasil
pengukuran kadar debu total lingkungan menunjukkan bahwa debu terdapat di hampir seluruh area pabrik
dengan kadar yang bervariasi dari 0,055 mg/m3 sampai lebih di atas NAB sebesar 492 mg/m3. Rata-rata
kadar pajanan debu respirabel semen terhadap subjek penelitian adalah sebesar 0,4167 mg/m3 dengan kadar
pajanan terendah sebesar 0,0000 mg/m3 didapatkan pada semua area kerja dengan pajanan debu respirabel
tertinggi didapatkan pada area semen dengan nilai tengah 0,8333 mg/m3 (0,0000-10,6250 mg/m3) dan paling
rendah pada area campuran dengan nilai tengah 0,2083 mg/m3 (0,0000-2,9167 mg/m3). Pengukuran kadar
debu respirabel individu mendapatkan kadar di atas NAB 3 mg/m3 hanya didapatkan pada 11 orang (6,0%)
dan kadar debu respirabel di bawah nilai ambang batas sebanyak 171 orang (94%).

Sebaran kebiasaan menggunakan APD masker dari 182 subjek penelitian didapatkan bahwa sebanyak 98
orang (53,8%) mempunyai kebiasaan baik menggunakan APD masker sedangkan 84 orang (46,2%)
mempunyai kebiasaan buruk menggunakan APD masker. Kelainan klinis yang ditemukan pada subjek
penelitian di pabrik semen PT. X sebanyak 18 orang (9,9%) dan yang tanpa kelainan klinis sebanyak 164
orang (90,1%). Kelainan faal paru didapatkan pada 56 orang (30,8%) dan sebanyak 126 orang (69,2%) tidak
didapatkan kelainan faal paru. Kelainan faal paru yang didapatkan berupa kelainan restriksi saja pada 35 orang
(19,2%) dengan perincian 33 orang (18,1%) restriksi ringan dan 2 orang (1,1%) restriksi sedang. Kelainan
obstruksi ringan didapatkan berupa kelainan restriksi saja pada 35 orang (19,2%) dengan perincian 33 orang

Page 82
Data Tesis Pulmonologi FK UI

(18,1%) restriksi ringan dan 2 orang (1,1%) restriksi sedang. Kelainan obstruksi ringan didapatkan pada 15
orang (8,2%) serta kelainan campuran pada 6 orang (3,3%). Kelainan campuran berupa restriksi ringan dan
obstruksi ringan, restriksi sedang dan obstruksi ringan serta restriksi sedang dan obstruksi sedang yang
masing-masing sebanyak 2 orang. Kelainan foto toraks didapatkan pada 9 (4,9%) subjek penelitian sedang
yang tidak ditemukan kelainan foto toraks didapatkan pada 173 (95,1%)subjek penelitian. Kelainan foto toraks
yang ditemukan berupa bercak halus dengan kerapatan 1/0 dan ukuran s/s sesuai kriteria ILO didapatkan pada
subjek (0,5%), corakan bronkovaskular yang meningkat pada 4 subjek (2,2%), gambaran fibrosis saja
didapatkan pada 2 subjek (1,1%) dan fibrosis yang disertai klasifikasi pada 2 subjek (2,2%).

Hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kelainan klinis, faal paru dan foto toraks
didapatkan secara statistik tidak berbeda bermakna. Dari analisis bivariat didapatkan tidak ada hubungan
bermakna secara statistik antara usia, tingkat pendidikan , status gizi, area kerja dan kadar pejanan debu
dengan terjadinya kelainan klinis, faal paru dan foto toraks namun usia dan lama kerja mempunyai hubungan
bermakna secara statistik dengan terjadinya kelainan faal paru. Hasil analisis multivariat terhadap faktor
tingkat pendidikan, status gizi, area kerja dan kebiasaan menggunakan APD masker tidak berhubungan
bermakna dengan kelainan klinis. Didapatkan juga hasil analisis multivariat bahwa faktor tingkat pendidikan,
usia dan kebiasaan menggunakan APD masker tidak berhubungan bermakna dengan kelainan faal paru.
Namun faktor lama kerja berhubungan bermakna dengan kelainan faal paru (p=0,000) dan mempunyai risiko
mendapatkan kelainan faal paru setiap 6,6 tahun kenaikan lama kerja. Sedangkan hasil analisis multivariat
antara faktor usia, lama kerja, status gizi dan kebiasaan menggunakan APD masker tidak berhubungan
bermakna dengan kelainan foto toraks namun kebiasaan merokok berhubungan bermakna dengan terjadinya
kelainan foto toraks namun kebiasaan merokok berhubungan bermakna dengan terjadinya kelainan foto toraks
(p=0.039)dengan perokok berat yang mempunyai risiko 11.667 kali mendapatkan kelainan foto toraks
(IK95%1.058-128.662 dan p=0.045)
Kesimpulan :
1. Tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kelainan klinis akibat
pajanan debu semen pada pekerja pabrik semen PT.X

2. Tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kelainan faal paru akibat
pajanan debu semen namun kelompok yang buruk kebiasaan menggunakan masker pada pekerja pabrik semen
PT.X menunjukkan kecenderungan penurunan faal paru.

3. Tidak didapatkakn hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kelainan foto toraks
akibat pajanan debu semen pada pekerja pabrik semen PT.X

4. Tidak didapatkan hubungan yang secara stastistik bermakna antara tingkat pendidikan kadar pajanan debu,
usia, status gizi, kebiasaan merokok, lama bekerja dan area kerja dengan kelainan klinis akibat pajanan debu
semen pada pabrik semen PT.X

5. Didapatkan hubungan yang bermakna antara lama kerja dengan kelainan faal paru akibat pajanan debu
semen pada pekerja pabrik semen PT.X dengan peningkatan risiko mendapatkan kelainan faal paru setiap
kenaikan lama pekerja sebesar 6.6 tahun sedangkan faktor lainnya seperti tingkat pendidikan, kadar pajanan
debu, usia, status gizi, kebiasaan merokok dan area kerja tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik.

6. Didapatkan hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan kelainan foto toraks akibat pajanan
debu semen pada pekerja pabrik semen PT.X dengan perokok berat mempunyai risiko 11.667 kali
mendapatkan kelainan foto toraks sedangkan faktor lainnya seperti tingkat pendidikan, kadar pajanan debu,
usia, status gizi, lama kerja dan area kerja tidak didapatkan hubungan bermakna secara statistik.

Page 83
Data Tesis Pulmonologi FK UI

7. Didapatkan prevalens kelainan klinis sebesar 9.9%, prevalens kelainan faal paru 30.8% dan prevalens
kelainan foto toraks 4.9% pada pekerja pabrik semen PT.X

8. Didapatkan rerata kadar debu respirabel sebesar 0.4167 mg/m3 pada pekerja pabrik semen PT.X yang
dibawah NAB sebesar 3 mg/m3.
Saran :
1. Penggunaan APD masker saat sedang bekerja disertai penghentian kebiasaan merokok pada pekerja yang
terpajan debu semen akan melindungi pekerja dari berkembangnya penyakit pernapasan kronik yang lebih
berat di masa yang akan datang.

2. Sebaiknya setiap akan memulai pekerjaan rutin dilakukan induksi tentang manfaat dan cara menggunakan
APD oleh team leader.

3. Kampanye anti rokok lebih digalakkan dengan cara antara lain pemasangan tanda dilarang merokok pada
ruangan-ruangan tertutup.

4. Subjek penelitian yang sudah menunjukkan kelainan klinis, faal paru dan foto toraks perlu terus dipantau
perkembangannya dengan mengukur tingkat pajanan debu dan pemantauan kesehatan secara teratur dan
berkesinambungan serta dianjurkan ditempatkan pada area kerja dengan kadar debu yang rendah.

5. Pengawasan lingkungan kerja pabrik disertai perawatan secara teratur sebelum terjadi kerusakan mesin
sehingga dapat mengantisipasi pajanan debu akibat kebocoran alat.

6. Walaupun tidak didapatkan hubungan antara kebiasaan menggunakan APD masker dengan kelainan klinis,
faal paru dan foto toraks, penggunaan APD masker harus tetap digalakkan melalui peran serta team leader,
bagian Keselamatan Kerja dan manajemen perusahaan karena penggunaan APD masker merupakan usaha
paling akhir dalam mengatasi bahaya pajanan debu semen.

Page 84

You might also like