Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh
Nama Mahasiswa : Wakhyulianto
NIM : 6450401010
Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
Panitia Ujian
Dosen Penguji,
MOTTO
2. Wahai Tuhanku, hiburlah aku, demi hatiku yang lembut, lunak, dan aku
PERSEMBAHAN
2. Bapak, Ibu, serta Adikku, yang selalu memberikan dorongan dan pengertian
3. My candle light, Fad’l, thanks to your dream (it keep me alive, then you never
4. Sahabatku Sri Wahyuni, Putut, Priyanto, Bambang, Adi, Arif, atas saran dan
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
1. Dekan FIK UNNES, Drs. Sutardji, M.S, atas izin penelitian yang
diberikan.
2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat FIK UNNES, dr. Oktia Woro
5. Kepala Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit, Dr. Damar Tri
6. Peneliti BPVRP, Drs. Hasan Boesri, M.S, atas bimbingan dan arahan
penulisan skripsi.
Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik dan
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
SARI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GRAFIK.................................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN
5.1 Simpulan........................................................................................... 50
5.2 Saran................................................................................................. 50
LAMPIRAN-LAMPIRAN....................................................................... 55
DAFTAR TABEL
Halaman
Halaman
Lampiran Halaman
2. Frequencies .................................................................................. 57
6. Dokumentasi Penelitian................................................................ 62
7. Surat-Surat Penelitian................................................................... 67
BAB I
PENDAHULUAN
sebagai vektor penyakit arthropod-born viral disease adalah Aedes aegypti (Ae.
aegypti). Nyamuk Ae. aegypti berperan sebagai vektor penyakit demam berdarah
Virus dengue ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk Ae. aegypti yang
terinfeksi virus tersebut. DBD merupakan penyakit yang paling penting dari
penyakit daerah perkotaan, tetapi sejak tahun 1980 wabah DBD mulai menyebar
bulan Januari 2005 sebanyak 11 pasien dan pada awal Febuari 2005 menjadi
kecuali wilayah yang terletak pada ketinggian lebih dari 1000 meter
Nelson dkk (1974) yang dikutip oleh Aji Bau (1999:2) menjelaskan
Hal tersebut merupakan ancaman bagi manusia, karena nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti dapat dikenali melalui ciri-ciri pada badan, kaki dan
sayapnya yang berwarna dasar hitam dengan bintik-bintik putih. Jenis kelamin
probosis ganda. Nyamuk Ae. aegypti berukuran lebih kecil dibandingkan dengan
spesies nyamuk lain (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000:218). Ukuran tubuh yang
toksisitas insektisida pada suatu spesies dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kadar
senyawa kimia insektisida tersebut pada tubuh spesies sasaran. Semakin kecil
ukuran tubuh suatu spesies, maka kadar senyawa kimia insektisida pada tubuh
pengendalian yang ada (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:98-101).
tersebut adalah karena hasilnya dapat dilihat secara cepat dan langsung,
kontaminasi terhadap kebun sayuran dan buah, serta polusi lingkungan (North
Oleh karena itu dilakukan suatu usaha untuk mendapatkan insektisida nabati
daun, batang ataupun akar dari tanaman. Salah-satu tanaman yang mengandung
Aroma ini disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan
metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka
fungi, virus, dan protozoa. Contoh terpenoid adalah artemisin, yang telah
digunakan oleh WHO sebagai antimalaria. Senyawa terpenoid pada cabai rawit,
capsaicin, bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Cara kerja capsaicin
adalah ikut terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik (Rohman
Naim, 2004). Data hasil penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang
adalah spesies dari candida yang menyebabkan infeksi pada membran mukosa
mengenai daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti.
1.2 Permasalahan
daya bunuh dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti setelah
24 jam perlakuan. Uji daya bunuh dalam penelitian ini dilakukan pada
konsentrasi ekstrak cabai rawit sebesar 10%, 50%, 90%, dan 100%.
Ekstrak cabai rawit adalah sediaan berupa larutan cair pekat yang diperoleh
dari ekstraksi cabai rawit menggunakan metode soxhlet. Ekstrak cabai rawit
yang digunakan dalam penelitian tidak bisa dibedakan zat-zat kimia yang
Nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian adalah nyamuk Ae. aegypti dengan
jenis kelamin betina, berumur antara 2-5 hari, dan dalam keadaan telah diberi
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak cabai rawit dengan
konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Parameter dalam penelitian adalah
di seluruh dunia dalam garis lintang 35°LU dan 35°LS, dengan ketinggian
wilayah kurang dari 1000 meter di atas permukaan air laut (WHO, 1997:7).
Nyamuk Ae. aegypti berasal dari Afrika, khususnya Ethiopia. Penyebaran nyamuk
Ae. aegypti ke seluruh dunia terjadi pada abad ke 19, yang disebabkan
Nyamuk Ae. aegypti pada awalnya hanya hidup di daerah tepi pantai,
tidak terlepas dari penyebaran nyamuk Ae. aegypti. Di Indonesia, spesies nyamuk
Ae. aegypti diketahui berperan sebagai vektor utama penyakit demam berdarah
Aedes albopictus (Jumali dkk, 1979 yang dikutip oleh Sumarmo, 1988:19).
dkk, 2000:217):
Divisi : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Diptera
Sub-Ordo : Nematocera
Superfamili : Culicoidea
Famili : Culicidae
Sub-Famili : Culicinae
Genus : Aedes
2.1.1.2 Morfologi
1) Telur
Gambar 1
Telur Ae. aegypti
Sumber: Juni Prianto, dkk (2002:184)
2) Larva
(4) Sepasang rambut serta jumbai akan dijumpai pada corong (siphon).
(5) Pada setiap sisi abdomen segmen kedelapan terdapat comb scale
(7) Pada sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk kurva dan
Gambar 2
Larva Ae. aegypti
Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)
larva yaitu:
(1) Larva instar I; berukuran 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada belum
(2) Larva instar II; berukuran 2,5–3,5 mm, duri–duri belum jelas, corong
(4) Larva instar IV; berukuran 5-6 mm dengan warna kepala gelap.
3) Pupa
Pupa Ae. aegypti berbentuk seperti koma, berukuran besar namun lebih
Gambar 3
Pupa Ae. aegypti
Sumber: Dept. Medical Entomology (2002)
4) Dewasa
nyamuk lain. Badan, kaki dan sayapnya berwarna dasar hitam dengan bintik-
Gambar 4
Nyamuk Ae. aegypti
Sumber: Dinkes DKI (2003)
2.1.1.3 Daur hidup
Gambar 5
Daur hidup nyamuk Ae. aegypti
Sumber: North Dakota State University (1991)
Nyamuk Ae. aegypti betina dapat meletakkan telur sampai 100 butir
setiap datang waktu bertelur. Telur-telur tersebut diletakkan di atas permukaan air
dengan tempat penampungan air yang terbuka, karena tempat penampungan air
Telur akan menetas dalam waktu 1 sampai 3 hari pada suhu 30 ˚C, sementara
pada suhu 16 ˚C telur akan menetas dalam waktu 7 hari. Telur dapat bertahan
lama tanpa media air dengan syarat tempat tersebut lembab. Telur dapat bertahan
empat tingkatan perkembangan atau instar. Instar I terjadi setelah 1-2 hari
telur menetas, instar II terjadi setelah 2-3 hari telur menetas, instar III
terjadi setelah 3-4 hari telur menetas dan instar IV terjadi setelah 4-6 hari
Stadium pupa terjadi setelah 6-7 hari telur menetas. Stadium pupa
berlangsung selama 2-3 hari. Lama waktu stadium pupa dapat diperpanjang
Stadium dewasa terjadi setelah 9-10 hari telur menetas. Meskipun umur
nyamuk Ae. aegypti betina di alam pendek yaitu kira-kira 2 minggu, tetapi waktu
tersebut cukup bagi nyamuk Ae. aegypti betina untuk menyebarkan virus dengue
2.1.1.4 Perilaku
Nyamuk Ae. aegypti jantan tidak menghisap darah tetapi hanya menghisap
darah manusia daripada darah binatang. Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap
darah dengan tujuan mematangkan telur dalam tubuhnya. Nyamuk Ae. aegypti
Nyamuk Ae. aegypti betina biasanya menggigit di dalam rumah dengan aktivitas
menggigit antara pukul 09.00-10.00 dan pukul 16.00-17.00. Pada malam hari
bersih di dalam rumah ataupun berdekatan dengan rumah, dan air bersih tersebut
1) Tempat penampungan air (TPA) yaitu tempat menampung air guna keperluan
yang biasa digunakan untuk menampung air tetapi bukan untuk keperluan
sehari-hari seperti tempat minum hewan piaraan, kaleng bekas, ban bekas,
Hal ini disebabkan pada musim hujan banyak tempat penampungan air alami yang
Ae. aegypti. Peningkatan populasi nyamuk Ae. aegypti pada musim hujan juga
musim kemarau sebelumnya belum sempat menetas dan bertahan dalam tempat
Cabai rawit merupakan tanaman berumur pendek antara 1–2,5 tahun. Tanaman ini
mulai berbuah pada umur 2,5–3 bulan dengan masa produktif antara 3–24 bulan.
2.1.2.1 Klasifikasi
1991:114):
Divisi : Spermatophytae
Kelas : Dycotiledonae
Ordo : Solanales
Famili : Solanacea
Genus : Capsicum
2.1.2.2 Karakteristik
cabai rawit adalah sebagai berikut: mempunyai tinggi antara 50-150 cm; batang
panjang 1-2 cm; bunga keluar dari ketiak daun, tunggal atau 2-3, mahkota
berbentuk bintang berwarna putih, bergaris tengah antara 1,75 sampai 2,0 mm;
buah tegak, berbentuk bulat telur atau jorong, panjang 1-3 cm, lebar
Gambar 6
Cabai Rawit (Capsicum frutescens L)
Sumber: pusat data dan informasi PERSI (2003)
2.1.2.3 Jenis
Cabai rawit mempunyai banyak varietas unggul yang biasa ditanam, yaitu
1) Cabai Kecil
Karakteristik utama cabai kecil ialah ukurannya yang kecil. Cabai kecil muda
2) Cabai Putih
Cabai putih berukuran lebih besar dari cabai kecil. Cabai putih muda
berwarna putih dan setelah tua berwarna merah jingga atau merah agak
akan tetapi setelah tua rasanya menjadi panas. Rasa panas cabai putih
3) Cabai Ceplik
Cabai ceplik berukuran hampir sama dengan cabai putih. Cabai ceplik muda
berwarna hijau agak putih dan setelah masak menjadi merah menyala.
Rasa panas cabai ceplik paling rendah dibandingkan cabai rawit lainnya
(Sarpian, 2003:2-3).
2.1.2.4 Habitat
dataran sedang maupun dataran tinggi. Pertumbuhan cabai rawit akan optimal
apabila ditanam pada daerah dengan ketinggian antara 0–500 m
dari permukaan laut dengan suhu rata-rata sebesar 19–30 ˚C dan curah hujan
sebesar 1000–3000 mm/tahun. Tanah yang akan dipakai sebagai media tumbuh
cabai rawit harus kaya bahan organik serta mempunyai derajat keasaman
2.1.2.6 Manfaat
Manfaat cabai rawit (Michael Tierra, 2004) adalah sebagai stimulan yang
(diaforetik). Selain itu cabai rawit berkhasiat sebagai obat rematik, obat sariawan,
tertentu, seperti Helicobacter pylori (Rohman Naim, 2004). Menurut data hasil
penelitian Tyas Ekowati Prasetyoningsih (1987) yang dikutip oleh Setiawan
infeksi pada membran mukosa mulut (thrush def 1), dan infeksi saluran
pernapasan (bronkokandidiasis).
nyamuk tidak dapat masuk, dan menata rumah beserta lingkungan sekitar
1) Modifikasi Lingkungan
dengan nyamuk.
2.1.3.2 Pengendalian Hayati
dan patogen nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat
Gambussia affinis, ikan mas, ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites.
larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak menimbulkan kerugian
yang menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati (Upik Kesumawati
1) Insektisida Sintetik
2) Insektisida Nabati
(S. rarak) tersebut efektif digunakan sebagai insektisida pada nyamuk Ae.
3) Insektisida anorganik
oleh karena itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan steril
tidak akan menghasilkan keturunan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana,
2000:115).
4) Mengubur atau membuang kaleng bekas, ban bekas, dan botol-botol pecah
yang dapat menampung air hujan agar tidak menjadi tempat berkembang biak
untuk membunuh jentik-jentik nyamuk Ae. aegypti setiap 2-3 bulan sekali.
2.1.4 Kerangka Teori
Pengendalian Nyamuk
Insektisida
Nabati
Variabel pengganggu:
Suhu
Kelembaban
Umur nyamuk
Kematian Nyamuk Ae.
Jenis kelamin nyamuk
aegypti
Jumlah nyamuk
Jarak penyemprotan
Waktu kontak
Gambar 7
Kerangka Teori
2.1.5 Kerangka Penelitian
VARIABEL
PENGGANGGU
Suhu
Kelembaban
Umur nyamuk
Jenis kelamin nyamuk
Jumlah nyamuk
Jarak penyemprotan
Waktu kontak
Gambar 8
Kerangka Penelitian
6.2 Hipotesis
“Ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit (Capsicum frutescens L) terhadap
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh nyamuk Ae. aegypti yang
Sampel dalam penelitian ini adalah nyamuk Ae. aegypti betina berumur
2-5 hari dalam keadaan kenyang darah marmut, yang diambil dari populasi
nyamuk Ae. aegypti betina untuk satu perlakuan adalah 20 ekor (Damar Tri
dua tahap. Tahap pertama adalah purposive sampling, yang dilakukan dengan
mengambil nyamuk Ae. aegypti betina sampel dari tempat penangkaran secara
1) Variabel Bebas
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kematian nyamuk Ae. aegypti.
3) Variabel Pengganggu
(1) Suhu
thermometer ruangan.
(2) Kelembaban
cabai rawit ke dalam Glass chamber secara mendatar, dengan syarat tidak
ada nyamuk Ae. aegypti yang berada dalam garis lurus arah
diabaikan.
Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai
Arikunto, 1998:85), yang dilaksanakan untuk mengetahui daya bunuh dari ekstrak
cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti. Sementara itu, desain yang digunakan
dalam penelitian adalah post test only control group design (Ahmad Watik
Pratiknyo, 2003:130), yaitu suatu desain penelitian yang terdiri dari kelompok
kelompok sampel tidak dilakukan pada awal perlakuan, tetapi dilakukan 24 jam
X 0 -1
(-) 0-2
Gambar 9
Desain penelitian post test only control group design
Sumber : Ahmad Watik Pratiknyo (2003:130)
Ket :
0–1 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok eksperimen
0–2 : Observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti pada kelompok kontrol
Tugas dari tenaga pembantu tersebut adalah untuk membantu peneliti dalam
Ae. aegypti yang terjadi dalam penelitian adalah karena ekstrak cabai rawit.
Ae. aegypti hasil biakan laboratorium Aedes BPVRP Salatiga, yang diperoleh
peneliti dalam bentuk jadi. Nyamuk Ae. aegypti diambil dari tempat penangkaran
Penelitian ini membutuhkan 20 paper cup, pada tiap-tiap paper cup terdapat
20 ekor nyamuk Ae. aegypti. Jumlah nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian
Bahan dan alat yang digunakan dalam pembuatan ekstrak cabai rawit adalah
sebagai berikut:
1) Buah cabai rawit jenis cabai kecil sebanyak 2 kg, digunakan sebagai bahan
pembuatan ekstrak.
2) Etanol 94% sebanyak 750 ml, digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan
ekstrak.
6) Gelas ukur, untuk mengukur volume Etanol 94%, dan volume ekstrak
cabai rawit.
Bahan dan alat yang digunakan dalam uji daya bunuh adalah sebagai berikut:
5) Nyamuk Ae. aegypti betina berumur 2-5 hari kenyang darah marmut.
6) Glass chamber (berukuran 70 x 70 x 70 cm) yang akan digunakan
11) Gelas ukur, untuk mengukur volume ekstrak cabai rawit dan volume
aquadest.
14) Karet gelang, untuk mengikat kain kasa pada paper cup.
berikut:
selama 7 hari dalam kondisi tidak terkena sinar matahari secara langsung.
menggunakan blender.
alat soxhlet.
(3) Mengekstrak cabai rawit sampai larutan pada labu bagian atas berwarna
bening.
5) Ekstrak cabai rawit yang diperoleh masih bercampur dengan ethanol sebanyak
6) Hasil akhir ekstraksi adalah larutan pekat ekstrak cabai rawit sebanyak
240 ml.
5) Butir 3 dan 4 diulang sebanyak tiga kali, selanjutnya selisih berat perulangan
untuk setiap 1 kali perlakuan sebesar 0,7 gram (Damar Tri Boewono, 2003:
5-6).
2) Nyamuk Ae. aegypti dimasukkan ke dalam Glass chamber, setelah satu menit
dari konsentrasi 10%, 50%, 90%, dan 100%. Larutan ekstrak cabai rawit
V1 x M1 = V2 x M2
Cara pembuatan konsentrasi:
(1) Mengukur 100 ml ekstrak cabai rawit dengan gelas ukur tanpa
mencampurnya dengan aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 100%.
Perhitungan:
Konsentrasi 100%;
V1 x 100 = 100 x 100
V1 x 100 = 10000
10000
V1 =
100
V1 = 100 ml
(2) Mengukur 90 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 10 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 90%.
Perhitungan:
Konsentrasi 90%;
V1 x 100 = 100 x 90
V1 x 100 = 9000
9000
V1 =
100
V1 = 90 ml
(3) Mengukur 50 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 50 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 50%.
Perhitungan:
Konsentrasi 50%;
V1 x 100 = 100 x 50
V1 x 100 = 5000
5000
V1 =
100
V1 = 50 ml
(4) Mengukur 10 ml ekstrak cabai rawit dan mencampurnya dengan 90 ml
aquadest untuk mendapatkan konsentrasi 10%.
Perhitungan:
Konsentrasi 10%;
V1 x 100 = 100 x 10
V1 x 100 = 1000
1000
V1 =
100
V1 = 10 ml
4) Menyemprotkan ekstrak cabai rawit ke dalam Glass chamber.
5) Mengamati nyamuk dalam Glass chamber selama 20 menit, kemudian
mencatat nyamuk yang mengalami knockdown atau pingsan.
6) Nyamuk yang mengalami knockdown maupun yang tidak, dipindahkan
ke dalam paper cup dengan aspirator dan disimpan (holding) selama 24 jam.
Selama holding disediakan air gula untuk kebutuhan makan nyamuk.
7) Menghitung jumlah nyamuk yang mati setelah 24 jam dan data dimasukkan
tabel.
8) Apabila kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol kurang dari 5% maka data
kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol diabaikan, kematian nyamuk
Ae. aegypti kontrol lebih dari 20% maka dilakukan perlakuan ulang,
dan jika kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol antara 5-20% maka dilakukan
penghitungan persen (%) kematian nyamuk Ae. aegypti perlakuan ekstrak
dikoreksi, dengan menggunakan formula abbot (H.H. Yap, et al, 1996:141).
Rumus formula abbot tersebut adalah sebagai berikut:
Pt (%) − Pu (%)
Pc (%) = χ100 (%)
100 (%) − Pu (%)
dimana:
nyamuk Ae. aegypti yang mati akibat ekstrak cabai rawit selama penelitian.
sebagai berikut:
1) Editing
selama penelitian.
2) Tabulating
sebagai berikut:
Uji varian satu arah digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan apabila probabilitas
< 0,05 maka H0 ditolak (Singgih Santoso, 2005:320). Setelah dilakukan uji
varian satu arah, kemudian dilakukan uji lanjutan menggunakan uji LSD
probabilitas sebagai berikut, apabila probabilitas > 0,05 maka H0 diterima dan
2) Uji Probit
Uji probit digunakan untuk mengetahui nilai LC50 (H.H. Yap, et al, 1996:140)
dari ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti untuk waktu
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
bahwa nilai tertinggi nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam penelitian adalah
9 ekor, dan nilai terendah adalah 0 ekor. Hasil deskripsi data juga menunjukkan
rata-rata nyamuk yang mati dalam penelitian adalah 4 ekor dan standar deviasi
BPVRP Salatiga Jawa Tengah selama 3 hari, yaitu pada tanggal 27-29 Juli 2005.
dan kelembaban ruangan penelitian serta perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti
Data dalam peneraan berat semprotan ekstrak cabai rawit adalah sebagai
berikut:
perlakuan:
= 3 kali semprotan
ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat.
Hasil pengukuran suhu dan kelembaban ruangan disajikan pada
Tabel 1
Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruangan Uji Insektisida
Rumah Tangga BPVRP Salatiga pada Tanggal 27-29 Juli 2005
Kelembaban
Hari Suhu (dalam celcius)
(dalam %)
Pertama (27 Juli 2005) 26 75
Kedua (28 Juli 2005) 25 74
Ketiga (29 Juli 2005) 27 76
Rata-Rata 26 75
Sumber : Data Primer (2005)
adalah 26 ˚C, dan rata-rata kelembaban ruangan selama penelitian adalah 75%.
Perhitungan jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dilakukan 24 jam setelah
penyemprotan ekstrak cabai rawit. Jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati dalam
Grafik 1
Tingkat Kematian Nyamuk
pada berbagai Konsentrasi Ekstrak
35% 31.25%
30%
Tingkat Kematian Nyamuk
Sampel Eksperimen
25%
18.75%
20% Sampel Kontrol
13.75%
15%
10% 6.25%
0%
10% 50% 90% 100%
10% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 6,25% dari seluruh jumlah
yaitu 100% dapat membunuh nyamuk Ae. aegypti sebesar 31,25% dari seluruh
1) Analisis ANOVA
Tabel 2
Uji ANOVA Rata-Rata Antar Kelompok Data
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
sebesar 0,001 atau kurang dari 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak cabai rawit yang satu dengan
yang lain tidak saling identik atau berbeda secara nyata (perhitungan pada
lampiran).
Setelah diketahui bahwa rata-rata antar kelompok data konsentrasi ekstrak
cabai rawit berbeda secara nyata, kemudian dilakukan uji post hoc test
berbeda secara nyata tersebut. Hasil uji post hoc test menggunakan uji LSD
Tabel 3
Uji LSD (Least Significance Difference) Pasangan Kelompok Data
Konsentrasi Ekstrak Cabai Rawit
kurang dari 0,05 atau mempunyai rataan yang berbeda secara bermakna,
adalah antara konsentrasi 10% dengan 90%, 10% dengan 100%, 50% dengan
100%, 90% dengan 10%, 90% dengan 100%, 100% dengan 10%, 100%
Tabel 4
Uji Probit
10 22.77523
20 67.93570
30 149.39250
40 292.78830
50 548.56540
60 1027.78600
70 2014.31600
80 4429.53600
90 13212.73000
Sumber: Data Primer (2005)
pada konsentrasi ekstrak cabai rawit 549%. Hal tersebut menunjukkan bahwa
LC50 tidak dapat dicapai dalam penelitian karena konsentrasi untuk mencapai
4.3 Pembahasan
Suhu dan kelembaban ruangan selama penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai
rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti, diukur dan dicatat. Rata-rata suhu ruangan
untuk seluruh perlakuan adalah sebesar 26 ˚C. Suhu tersebut termasuk suhu yang
ideal bagi kehidupan nyamuk Ae. aegypti. Suhu optimum yang baik bagi spesies
nyamuk agar dapat hidup normal adalah antara rentang 25-27 ˚C (WHO,
1975:81). Pada suhu dibawah 10 ˚C dan diatas 40 ˚C, siklus hidup nyamuk Ae.
aegypti akan berhenti (Upik Kesumawati Hadi dan Susi soviana, 2000:25).
daya tahan nyamuk terhadap pajanan senyawa kimia. Oleh karena itu
uji daya bunuh ekstrak cabai rawit adalah rentang usia antara 2-5 hari. Rentang
usia 2-5 hari merupakan rentang umur terbaik dari nyamuk. Pada umur dibawah 2
hari, keadaan fisik nyamuk masih lemah sehingga akan mempermudah terjadinya
kematian pada nyamuk, sementara pada umur di atas 5 hari ketahanan tubuh
ditularkan oleh nyamuk betina. Hal ini disebabkan perilaku nyamuk betina
Nyamuk betina berumur lebih lama dibandingkan nyamuk jantan Nyamuk jantan
biasanya hanya dapat bertahan hidup selama 6 sampai 7 hari, sementara nyamuk
betina dapat bertahan hidup sampai 2 minggu (Soedarto, 1992:60). Oleh karena
itu dalam penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit digunakan nyamuk
persaingan hidup antar nyamuk Ae. aegypti pada saat holding selama 24 jam.
kematian nyamuk yang tinggi sehingga meningkatkan resiko terjadinya bias data
hasil penelitian, sementara jumlah nyamuk yang terlalu besar akan meningkatkan
resiko kematian akibat persaingan hidup antar nyamuk pada saat holding selama
24 jam. Untuk menghindari hal-hal tersebut maka jumlah nyamuk Ae. aegypti
yang digunakan dalam setiap perlakuan mengacu kepada jumlah standar yang
digunakan dalam penelitian uji insektisida semprot cair yaitu sebanyak 20 ekor
Jarak antara ujung alat semprot dengan nyamuk sasaran pada saat dilakukan
Nyamuk dapat mati hanya dengan semprotan aquadest saja, apabila semprotan
ekstrak cabai rawit dilakukan secara mendatar dan tidak ada nyamuk Ae. aegypti
yang berada dalam garis lurus arah penyemprotan. Dengan demikian pengaruh
Lama waktu kontak antara nyamuk Ae. aegypti dengan ekstrak cabai rawit
nyamuk Ae. aegypti. Lama waktu kontak yang terlalu singkat akan mengurangi
lama interaksi antara senyawa kimia dengan nyamuk sasaran yang akan
yang terlalu lama akan meningkatkan lama interaksi antara senyawa kimia
dengan nyamuk sasaran yang akan meningkatkan jumlah nyamuk yang mati.
Oleh karena itu lama waktu kontak dalam uji daya bunuh dibuat sama yaitu
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti dalam penelitian, disebabkan zat
yang digunakan dalam uji daya bunuh berbentuk cair. Nilai LC yang diharapkan
dapat dicapai dalam penelitian adalah LC50. Hal ini karena untuk penelitian uji
daya bunuh yang baik serta tidak berbahaya bagi lingkungan apabila mencapai
LC50. Nilai LC dibawah LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh rendah, dan
nilai LC diatas LC50 dikategorikan memiliki daya bunuh yang efektif. Tetapi
rata-rata antar masing-masing kelompok data konsentrasi esktrak cabai rawit tidak
saling identik atau berbeda secara nyata, kemudian dengan uji LSD
ekstrak cabai rawit 68%. Hasil analisis probit juga menunjukkan bahwa LC50
Pada penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk
1) Berat bahan kasar yang dipakai dalam pembuatan ekstrak cabai rawit
kurang banyak, yaitu hanya 2 kg, sehingga ekstrak cabai rawit yang
2) Zat hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit berbentuk larutan cair pekat,
3) Fungsi aromatik senyawa capsaicin pada cabai rawit yang diduga dapat
fungsi rasa yang dimilikinya. Oleh karena itu ekstrak cabai rawit
fungsi rasa dari capsaicin yang diduga lebih dominan. Untuk itu diperlukan
penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap
dapat merusak membran sel, saponin yang dapat merusak pembuluh darah,
dan tannin yang dapat mengecilkan pori-pori lambung. Untuk itu diperlukan
penelitian lain untuk membuktikan daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap
disebutkan.
dalam penelitian, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila
akan dilakukan suatu penelitian yang sejenis. Pada penelitian ini, hal-hal tersebut
tidak dapat dilakukan oleh peneliti dikarenakan keterbatasan dana dan waktu.
3) Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium
untuk uji daya bunuh hendaknya disesuaikan dengan sifat dan cara kerja
suatu uji toksisitas akut, diperlukan tiga rentang dosis dalam penelitian
sehingga kisaran dosis yang akan mencapai LC50 dapat diperkirakan dengan tepat.
Dosis pertama adalah dosis yang dapat membunuh kurang dari separuh jumlah
sampel, dosis yang kedua adalah dosis yang dapat membunuh separuh dari jumlah
sampel, dan dosis yang ketiga adalah dosis yang dapat membunuh
bahwa konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yang dipakai pada penelitian yaitu
konsentrasi 100% dapat membunuh sampel sebanyak 31,25% atau mencapai LC20.
Analisis dengan uji probit menunjukkan bahwa nilai LC20 yang dicapai dalam
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak cabai rawit memiliki daya
bunuh terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh tersebut sangat rendah,
Penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap nyamuk Ae. aegypti
memiliki daya bunuh yang sangat rendah terhadap nyamuk Ae. aegypti,
diharapkan data hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian
.
BAB V
5.1 Simpulan
Berdasarkan data hasil penelitian uji daya bunuh ekstrak cabai rawit
konsentrasi ekstrak cabai rawit terendah yaitu 10% mampu mencapai LC5, dan
konsentrasi ekstrak cabai rawit tertinggi yaitu 100% mampu mencapai LC20. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa ada daya bunuh dari ekstrak cabai rawit yang
digunakan dalam penelitian terhadap nyamuk Ae. aegypti, tetapi daya bunuh
5.2 Saran
a. Menambah jumlah bahan kasar dalam pembuatan ekstrak cabai rawit supaya
zat hasil akhir pembuatan ekstrak menjadi lebih pekat sehingga diharapkan
b. Mengganti bentuk hasil akhir pembuatan ekstrak cabai rawit dari bentuk cair
menjadi bentuk serbuk kering, sehingga tidak terdapat lagi kandungan etanol
dalam ekstrak diharapkan dapat menambah daya bunuh dari ekstrak cabai
c. Melakukan uji daya bunuh ekstrak cabai rawit terhadap berbagai stadium
Aji Bau. 1999. Uji Efikasi Daun Tumbuhan Paitan (Tithonia diversifolia Grey)
Terhadap Larva Aedes aegypti di Laboratorium. Skripsi. FKM UNDIP
Semarang.
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar: asas, organ sasaran dan penilaian risiko.
Terjemahan Edi Nugroho. Jakarta: UI-Press
H.H. Yap, N.L. Chong, C.Y. Lee. 1996. Biology and Control of Urban Pests.
Penang: Universiti Sains Malaysia.
Juni Prianto L.A., Tjahaya P.U., Darwanto. 2003. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
North Dakota State University. 1991. Mosquitos. http: //www. ext. nodak. edu/
extpubs/ ansci/horse/eb55-2.htm (Accested 20 Agustus 2005).
Nunik Siti Aminah. 2001. Nunik Siti Aminah, Badan Litbang Kesehatan.
digilib.litbang.depkes.go.id/go. php?id=jkpkbppk-gdl-s2-1995-
nunik-57-insecticid (Accested 20 Agustus 2005).
Pusat data dan informasi PERSI. 2003. Cabai Rawit (Capsium frutescens L).
www.pdpersi.co.id/pdpersi/news/alternatif (Accested 20
Agustus 2005).
Rochman Naim. 2004. http://www.kompas.com/kompas-cetak /0409 /15 /sorotan
/1265264.htm (Accested 20 Agustus 2005).
Sarpian. 2003. Bertanam Cabai Rawit dalam Polybag. Jakarta: PT. Penebar
Swadaya.
Setiadi. 1995. Jenis dan Budidaya Cabai Rawit Cetakan Kedua. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Setiawan Dalimartha. 2004. Atlas Tanaman Obat Indonesia Jilid II. Jakarta:
Trubus Agriwidya.
Singgih Santoso. 2005. Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 12.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sri Sugati Syamsuhidayat, Johnny Ria Hutapea. 1991. Inventaris Tanaman Obat
(I). Jakarta: Balitbangkes Depkes RI.
Tarif Khalidi. 2003. The Muslim Jesus. Jakarta. PT Serambi Ilmu Semesta.
WHO. 1984. Chemical Methods for The Control of Arthropod Vectors and Pests
of Public Health Importance. Geneva. WHO Publications.
Lampiran 1
Suhu Rata-Rata = 26 ˚C
Kelembaban Rata-Rata = 75%
Sumber: Data Primer (2005)
Lampiran 2
Frequencies
Statistics
Kematian
Nyamuk
Setelah 24 Konsentrasi
Jam Ekstrak
N Valid 16 16
Missing 0 0
Mean 3.50 2.50
Std. Error of Mean .555 .289
Median 3.00 2.50
Mode 2a 1a
Std. Deviation 2.221 1.155
Variance 4.933 1.333
Range 9 3
Minimum 0 1
Maximum 9 4
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
Kematian Nyamuk Setelah 24 Jam
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 1 6.3 6.3 6.3
1 1 6.3 6.3 12.5
2 4 25.0 25.0 37.5
3 4 25.0 25.0 62.5
5 4 25.0 25.0 87.5
6 1 6.3 6.3 93.8
9 1 6.3 6.3 100.0
Total 16 100.0 100.0
Konsentrasi Ekstrak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10% 4 25.0 25.0 25.0
50% 4 25.0 25.0 50.0
90% 4 25.0 25.0 75.0
100% 4 25.0 25.0 100.0
Total 16 100.0 100.0
Lampiran 3
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kematian Nyamuk
.214 16 .048 .924 16 .197
Setelah 24 Jam
a. Lilliefors Significance Correction
b. Kurva Normal Hasil Uji Normalitas
1
Expected Normal
-1
-2
0 2 4 6 8 10
Observed Value
Lampiran 4
ANOVA