You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah menunjukkan bahwa bidan merupakan salah satu profesi tertua


didunia sejak adanya peradapan umat manusia. Bidan lahir sebagai wanita terpecaya
dalam mendampingi dan menolong ibu – ibu yang menhadapi proses persalinan.
Sejak saat itu profesi bidan berkembang mejdai profesi yang dihargai banyak
kalangan, mempunyai legalitas,organisasi dan disiplin ilmu yang jelas. Bidan
merupakan seorng wanita yang telah lulus dari pendidikan bidan mendapatkan izin
untuk menjalankan praktek kebidanan.

Dewasa ini permintaan akan bidan semakin berkembang, hal ini sesuai dengan
program kesehatan pemerintah untuk menurunkan jumlah angka kematian ibu dan
angka kematian bayi. Hingga saat ini tenaga bidan masih banyak dibutuhkan hingga
ke desa- desa, tingginya permintaan akan tenaga bidan mendorong banyak pihak
membuka program studi kebidanan. Ini juga sejalan dengan banyaknya permintaan
akan bidan pendidik , yang akan menjadi pendidik para calon bidan .

Sejak tahun 1993 program pendididik bidan sudah pernah di perkenalkan,


tujuan program ini adlah untuk mempersiapkan tenaga pengajar bidan program A,
seiring dengan berkembangnya ilmu kebidanan pendidikan para calon bidan pada saat
ini dilakukan oleh tenaga pengajar yang telah menamatkan Div kebidanana, STIkes
fort de kock adalah salah satu perguruan tinggi swasta yang membuka program
tersebut. Dimana peserta didiknya adalah para bidan yang telah menamatkan
pendidikan bidan DIII, para peserta didik akan mendapatkan pembelajaran salah
satunya adalah mata kuliah konsep kebidanan

Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya


ditopang oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga
dalam perjalanannya mulai dipertanyakan identitas dirinya sebagai suatu disiplin
keilmuan yang mandiri. Yang sering dipertanyakan pada pengetahuan kebidanan
(Midwifery Knowledge) terutama terfokus pada tubuh pengetahuan kebidanan (Body
of Knowledge) untuk eksistensi sebagai suatu disiplin keilmuan yang mandiri. Lebih
lanjut sering dipertanyakan adalah cirri-ciri atau karakteristik yang membedakan
pengetahuan kebidanan (Midwifery Knowledge) dengan ilmu yang lain.
Berdasarkan komponen hakekat ilmu, maka setiap cabang pengetahuan
dibedakan dari jenis pengetahuan lainnya berdasarkan apa yang diketahui (ontology),
bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh dan disusun (epistemologis) serta nilai
mana yang terkait dengan pengetahuan tersebut(Aksiologis). Oleh karena itu
pengetahuan ilmiah mempunyai landasan ontology, epistemology, dan aksiologi yang
spesifik dan bersifat ilmiah. Artinya suatu pengetahuan ilmiah apabila dapat
memenuhi persyaratan ontology, epsitemiologi dan aksiologi keilmuan.

Dalam makalah ini kami kelompok tiga akan mencoba menjabarkan tentang
salah satu kompetensi dasar dalam mata kuliah konsep kebidanan yakni exploring
midwifery knowledge and science. Dimana makalah ini diajukan sebagai tugas
kelompok yang akan menjadi persyaratan untuk melengkapi nilai kosep kebidanan.
Kami sadar makalah ini jauh dari kata sempurna untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran agar sempurnanya makalah kami in kelak.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
dan dapat menjelaskan tentang exploring midwifery knowledge and science.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah:

1. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pengertian ilmu dan pengetahuan


kebidanan.
2. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang tinjauan filosofi dalam ilmu
kebidanan.
3. Dapat mengetahui dan mejelaskan tentang jenis pengetahuan kebidanan.
4. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang disiplin ilmu dalam kebidanan.
5. Dapat mengetahui dan menjelaskan tentang pola pengembangan pendidikan
bidan.
6. Dapat mengatahui dan menjelaskan tentang bidan sebagai pembaharu.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian ilmu dan pengetahuan kebidanan

Ilmu Kebidanan adalah ilmu yang terbentuk dari sintesa yang berbagai
disiplin ilmu atau multi disiplin yang terkait dengan pelayanan kebidanan meliputi
ilmu kedokteran, ilmu keperawatan, ilmu sosial, ilmu perilaku, ilmu budaya, ilmu
kesehatan masyarakat, dan ilmu manajemen, untuk dapat memberikan pelayanan
kepada ibu dalam masa pra konsepsi, hamil, bersalin, post partum, dan bayi baru
lahir. Pelayanan kebidanan tersebut meliputi pendeteksian keadaan abnormal pada
ibu dan anak, melaksanakan konseling dan pendidikan kesehatan terhadap individu,
keluarga dan masyarakat. Kebidanan adalah seni dan praktek yang
mengkombinasikan keilmiahan, filosofi dan pendekatan pada manusia sebagai syarat
atau ketetapan dalam pemeliharaan kesehatan wanita dan proses reproduksinya yang
normal, termasuk kelahiran bayi yang mengikutsertakan keluarga dan atau orang
yang berarti lainnya. (Lang,1979.)
Menurut sarwono (2006), Ilmu kebidanan ialah bagian ilmu kedokteran yang
khusus mempelajari segala soal yang berkaitan dengan lahirnya bayi. Dengan
demikian , yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan , persalianan, nifas, dan bayi
bru lahir.
Dapat dikatakan bahwa ilmu dan pengetahuan kebidanan adalah segala atau
semua disiplin ilmu dan pengehuan yang mendasari segala proses dalam pelayanan
maupun pendidikan kebidanan yakni melipui ilmu dasar,ilmu ilmu social, ilmu
terapan, dan ilmu kebidanan.

B. Tinjauan filosofi dalam ilmu kebidanan

1. Tinjauan keilmuan

Setiap pengetahuan mempunyai 3 komponen yang merupakan tiang


penyangga tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah :
ontology, epistemology dan aksiologi. Ontology merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan (objek
ontology atau objek formal pengetahuan) dan penafsiran tentang hakekat
realitas (metafisika) dari objek ontologis atau objek formal tersebut.
Epistemology merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Aksiologi
merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan
disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Ilmu /science adalah suatu studi / pengetahuan yang sistematik untuk
menerangkan suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui
metode ilmia(Hutchinson,1994).

a. Komponen Antologi
Secara antologi ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya
hanya beradapada daerah – daerah dalam jangkauan pengalaman manusia.
Objek penelaahan yang berada dalam batas pra pengelaman ( Pencipta
manusia) dan pasca pengalaman (surge dan neraka) diserahkan ilmunya pada
pengatahuan lain. Ilmu merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak
pengetahuan yang mencoba menelaah kehidpan dalam batas batas ontology
tertentu. Penetapan lingkup batas penelaahan keilmuan yang bersifat empiris
ini secara konsisten dengan asas epistemologis keilmuan yang mensyaratkan
adanya verifikasi dalam proses penemuan dan penyusunan pernyataanyang
bersifat benar secara ilmiah.
Aspek kedua dari pendekatan ontologism adalah penafsiran hakekat
realitas (metafisika)dari objek ontologis keilmuan. Penafsiran metafisika
keilmuan harus didasarkan kepada karakteristik objek ontologis sebagaimana
adanya dengan deduksi deduksi yang dapat di verifikasikan secara fisik. Ini
berarti bahwa secara metafisik ilmu terbebas dari nilai nilai yang bersifat
dogmatig. Suatu pernyataan dapat diterima sebagai premis dalam argumentasi
ilmiah setelah melalui pengkajian / penelitian berdasarkan epistemologis
keilmuan. Metafisika keilmuan berdasarkan sebagaimana adanya
menyebabkan ilmu menolak premis moral yang bersifat seharusnya.

b. Komponen Epistemoslogi
Landasan epistemologis tercermin secara operasional dalam metoda
ilmiah. Pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan
menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan:
a)Kerangka pemikian yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat
konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun.
b)Menjabarkan hipotesis yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran
tersebut.
c)Melakukan verifikasi terhadap hipotesis untuk menguji kebenaran
pernyataan secara factual.
Kerangka pemikiran yang bersifat logis adalah argumentasi yang
bersifat rasional dalam mengembangkan penjelasan terhadap fenomena alam.
Verifikasi secara empiris berarti evaluasi secara objektif dari suatu pernyataan
hipotesis terhadap kenyataan factual. Verifikasi ini menyatakan bahwa ilmu
terbuka untuk kebenaran lain selain yang terkandung dalam hipotesis.
Kebenaran ilmiah dengan keterbukaan baru mempunyai sifat pragmatis yang
prosesnya secara berulang berdasarkan berfikir kritis.
Disamping sifat moral yang secara implicit terkait dengan proses logico-
hypotico-verifikatif tersebut terdapat azas moral yang secara eksplisit
merupakandas-solen dalam epistemology keilmuan. Azas tersebut menyatakan
bahwadalam proses kegiatan keilmuan, setiap upaya ilmiah harus ditujukan
untuk menemukan kebenaran yang dilakukan dengan penuh kejujuran, tanpa
mempunyai kepentingan langsung tertentu dan hak hidup yang berdasarkan
kekuatan argumentasi secara individual.

c. Komponen Aksiologi
Aksiologi keilmuan menyangkut nilai nilai yang berkaitan dengan
pengetahuan ilmiah yang baik secara internal,eksternal maupun sosial. Nilai
internal berkaitan dengan wujud dan kegiatan ilmiah dalam memperoleh
pengetahuan tanpa mengenyampingkan fitrah manusia. Nilai eksterna
menyangkut nilai nilai yang berkaitan dengan pengguanaan pengetahuan
ilmiah. Nilai sosial menyangkut pandangan masyarakat yang menilai keberadan
suatu pengetahuan dan profesi tertentu. Penerapan pengetahuan sangat
tergantung kepada manusia yang meramalkanya. Oleh karena itu, kode etik
profesi merupakan suatu persyaratan mutlak bagi keberadaan suatu profesi.
Kode etik profesi ini pada hakekatnya bersumber dari nilai internal dan
eksternal dari suatu disiplin keilmuan. Bangsa Indonesia berbahagia karena
kebidanan sebagai suatu profesi dibidang kesehatan telah memilkiki kode etik
yang mutlak diaplikasikan kedalam praktek klinik kebidanan.
Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk
keuntungan dan berfaedah bagi umat manusia. Dalam hal ini ilmu dapat
dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia
dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia dan kelestarian
keseimbagan alam. Untuk kepentingan menusia tersebut maka pengetahuan
ilmiah yang diperoleh dan disusun dipergunakan secara komunal dan universal.
Komunal berarti bahwa ilmu merupakan milik bersama, dimana setiap orang
berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya. Universal berarti ilmu
mempunyai konotasi parochial seperti ras,ideology atau agama.
Pendekatan ontologism, aksiologis, dan epistemiologis memberikan 18
azas moral yang terkait dengan kegiatan keilmuan. Keseluruhan azas moral ini
pada hakekatnya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok tanggung
jawab sosial.
Tanggung jawab sosial professional ditujukan kepada masyarakat ilmuwan
dalam mempertanggungjawabkan moral yang berkaitan dengan landasan
epistemologis. Sedangkan tanggung jawab sosial yakni pertanggungjawaban
ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut azas moral mengenai
pemilihan etis terhadap penelaahan keilmuwan dan penggunaan pengetahuan
ilmiah.

2. Dimensi kefilosofian ilmu kebidanan


Dimensi kefilosofian keilmuan secara lebih rinci dapat dibagi menjadi
tiga tingkatan karakteristik,yaitu:
a. Bersifat Universal artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat
keilmuan.
b. Bersifat generik artinya merincikan segolongan tertentu dari pengetahuan
ilmiah, contoh:ilmu – ilmu sosial.
c. Bersifat spesifik artinya memiliki cirri ciri yang khas dari sebuah disiplin
ilmu yang membedakannya dengan disiplin keilmuan lain.

3. Tubuh Pengetahuan Kebidanan


Disiplin keilmuan kebidanan mempunyai karakteristik dan spesifikasi
baik objek formal maupun objek material.objek formal disiplin keilmuan
adalah cara pandang yang berfokus pada objek penelaahan dalam batas atau
ruang lingkup tertentu
Objek material disiplin keilmuan kebidanan adalah subtansi dari objek
penelaahan dalam lingkup tertentu.
Berdasarkan pikiran dasar, objek forma dan objek material, disusunlah
tubuh pengetahuan kebidanan yang dikelompokkan menjadi empat bagian
diantaranya ilmu dasar, ilmu-ilmu sosial, ilmu terapan, ilmu kebidanan.

C. Jenis Pengetahuan
Setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang
penyanggah tubuh pengetahuan yang disusun. Komponen tersebut adalah ontology,
epistemology, dan aksiologi. Ontology merupakan azas dalam menetapkan ruang
lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan dan penafsiran tentang hakekat realitas
dari objek ontology tersebut. Epistemology merupakan azas mengenai cara
bagaimana materi pengetahuan diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh
pengetahuan. Aksiologi merupakan azas dalam menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dan disusun dalam tubuh pengetahuan tersebut.
Ilmu adalah suatu studi atau pengetahuan yang sistematik untuk menerangkan
suatu fenomena dengan acuan materi dan fisiknya melalui metoda
ilmiah(Hutchinson,1994). Pengetahuan dapat dijadikan alat untuk mewujudkan tujuan
tujuan yang mencerminkan dassolen dengan jalan mempelajari des sein agar dapat
menjelaskan, meramalkan serta mengawasi gejala alam.
Berdasarkan pikiran dasar objek formal dan material disusunlah tubuh
pengatahuan kebidanan (body of midwifery knowledge) dikelompokkan menjadi:
1. Ilmu dasar yakni
 Anatomi
 Fisiologi
 Mikrobiologi
 Parasitologi dan Patofisiologi
 Fisika
 Biokimia
2. Ilmu-ilmu sosial yakni
 Pancasila
 Bahasa Indonesia
 Bahasa Inggris
 Sosiologi
 Antropologi
 Psikologi
 Administrasi dan Kepemimpinan
 Ilmu komunikasi
 Humaniora
 Pendidikan
3. Ilmu Terapan
 Kedokteran
 Farmakologi
 Epidemiologi
 Statistic
 Teknik Kesehatan Dasar
 Paradigm Sehat
 Ilmu Gizi
 Hokum Kesehatan
 Kesehatan Masyarakat
 Metoda Riset
4. Ilmu Kebidanan
 Dasar-dasar kebidanan
 Teori dan Model Konseptual Kebidanan
 Siklus Kehidupan Wanita
 Etika dan Etiket Kebidanan
 Pengantar Kebidanan Profesional
 Teknik dan prosedur kebidanan
 Asuhan kebidanan dalam kaitan kesehatan reproduksi
 Tingkat dan jenis pelayanan kebidanan
 Legislasi kebidanan
 Praktek klinik kebidanan

D. Disiplin ilmu Kebidanan


Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya
ditopang oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga
dalam perjalanannya mulai dipertanyakan identitasnya sebagai satu disiplin keilmuan
yang mandiri.
Secara khusus setiap disiplin keilmuan mempunyai obyek forma dan obyek
material sebagai wujud yang menjadifokus penelaahanya. Objek forma merupakan
cara pandang terhadap sesuatu, sedangkan objek material merupakan substansi dari
objek tertentu.setiap disiplin keilmuan yang mandiri mempunyai objek forma dan
objek material yang berbeda dengan disiplin keilmuan yang lain. Dan inilah yang
menjadi kriteria untuk menilai keberadaan suatu disiplin keilmuan yang mandiri.
Oleh karena itu objek foma dan material merupakan cirri yang spesifik dari suatu
disiplin keilmuan.
Pada hakekatnya pengetahuan ilmiah suatu disiplin keilmuan dapat dibedakan
antara pikiran dasar yang melandasi suatu pemikiran dan tubuh pengetahuan teoritis
yang dibangun di atas pemikiran dasar tersebut. Pikiran dasar tersebut terdiri dari
postulat, asumsi dan prinsip. Postulat merupakan anggapan tentang sesuatu obyek
yang merefeleksikan sudut pandang tertentu. Anggapan ini tidak terkait kepada benar
atau salah melainkan kepada setuju atau tidak setuju dengan postulat yang dianjuran.
Setiap disiplin keilmuan mempunyai postulat yang khas yang berbeda dengan
disiplin ilmu yang disebabkan cara pandang yang berbeda pula meskipun mungkin
obyek yang menjadi telaahannya sama. Pikiran dasar kedua adalah asumsi yakni
pernyataan dasar tentang realitas menjadi objek. Oleh karena kaitannya dengan
realitas yang bersifat empirik, maka pernyataan ini harus diuji kebenarannya. Suatu
asumsi belum tentu benar atau cocok dengan suatu kondisi tertentu. Asumsi yang
berbeda akan menghasilkan tubuh pengetahuan yang berbeda pula dan pada akhirnya
akan menghasilkan kesimpulan yang berbeda.
Dengan postulat dan asumsi tersebut terbangunlah prinsip yang merupakan
pernyataan dasar mengenai tindakan atau pilihan. Prinisp ekonomi umpamanya
merupakan tindakan manusia untuk memperoleh untung yang sebesar-besarnya
dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya, merupkan dasar atau landasan bagi
manusia sebagai elaku ekonomi. Postulat, asumsi dan prinsip merupakan pikiran
dasar dari sebuah pengetahuan ilmiah. Pikiran dasar dalam ilmu kebidanan adalah
memberdayakan semua potensi klien (wanita/ibu) untuk menghimpun kekuatan
(power) dirinya sendiri dalam upaya melahirkan janin yang dikandung dalam
tubuhnya. Socrates (427 – 374 SM), seorang Filsuf Yunani menyebutkan hal ini
sebagai mateutika tekhne (ketrampilan kebidanan). Di atas pikiran dasar inilah
dibangun tubuh pengetahuan teoritis yang secara ekstensif berupaya
mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol berbagai jenis gejala
dari objek telaahan dari sebuah disiplin ilmu
Dalam upaya pengembangan tubuh pengetahuan teoritis ini sering kali sebuah
disiplin keilmuan menjamin atau menerapkan unsur-unsur pengetahuan dari berbagai
disiplin ilmu yang ada. Hal lain adalah wajar dan biasa dilakukan, sebab sebuah
disiplin ilmu yang mandiri dapat menentukan pengetahuan mana yang bersifat khas
milik disiplin ilmunya dan pengetahuan mana yang pinjam datau diterapkan dari
disiplin keilmuan lain.
Perangkat pikian dasar utama yang bersifat khas memberikan payung atau
kerangka konseptual yang bersifat makro. Kerangka konseptual ini dikembangkan
pula pada tingkat tubuh penegtahuan teoritis yang bersifat khas pula. Dalam mengisi
kerangka konseptual yang bersifat makro inilah yang bisa dipinjam atau diterapkan
unsur pengetahuan dari disiplin lain yang sesuai dengan kebutuhan. Sebagai contoh
ilmu kebidanan meminjam unsur pengetahuan bimbingan dan konseling psikologi
dalam tindakan memimpin persalinan pada kliennya. Pinjam meminjam antar
pengetahuan adalah biasa dan tidak menimbulkan kebingungan selama ilmuwan
dapat mengidentifikasi kerangka konseptual makro yang merupakan paying dari
penyusunan tubuh pengetahuan teoritis masing-masing.

E. Pola Pengembangan Pendidikan Kebidanan


Dalam mengantisipasi tingkat kebutuhan masyarakat yang semakin bermutu
terhadap pelayanan kebidanan, perubahan – perubahan yang cepat dalam
pemerintahan maupun dalam masyarakat dan perkembangan IPTEK serta persaingan
yang ketat di era global ini di perlukan tenaga kesehatan khsusnya tenaga bidan yang
berkualitas baik tingkat pengetahuan, keterampila, dan sikap profesionalisme.
Pengembangan pendidikan kebidanan seyogyanya dirancang secara
berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur
hidup bagi bidan yang mengapdi ditengah tengah masyarakat. Pendidikan yang
berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme bidan baik
melalui pendidikan formal maupunpendidikan non formal. Namun IBI dan
pemerintahan menghadapi berbegai kendala untuk memulai penyelenggaraan
program pendidikan tersebut.
Pendidikan formal yang telah dirancang dan diselenggarakan oleh pemerintah
dan swasta yakni program pendidikan DIII dan DIV Kebidanan. Sedangkan
pendidikan non formal telah dilaksanakan melalui program pelatihan, magang,
seminar dll.

Spesialis II
S3

Spesialis I
S2

Diploma IV

S1
Diploma III
kebidanan

Bidan Pra
SMU
Diploma III

Skema Pola Pengembangan Pendidikan Bidan


Pola pengambangan pendidiknn berkelanjutantelah berkembang sesuai
dengan kebutuhan. Pengembangan pendidikan berkelanjutan bidan mengacu pada
peningkatan kualitas bidan sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Materi pendidikan
berkelanjutan meliputi aspek klinik dan non klinik.

F. Bidan Sebagai Pembaharu


Keberadaan disiplin keilmuan kebidanan sama seperti keilmuan lainnya
ditopang oleh berbagai disiplin keilmuan yang telah jauh berkembang, sehingga
dalam perjalanannya mulai dipertanyakan identitas dirinya sebagai suatu disiplin
keilmuan yang mandiri. Yang sering dipertanyakan pada pengetahuan kebidanan
(Midwifery Knowledge) terutama terfokus pada tubuh pengetahuan kebidanan (Body
of Knowledge) untuk eksistensi sebagai suatu disiplin keilmuan yang mandiri. Lebih
lanjut sering dipertanyakan adalah cirri-ciri atau karakteristik yang membedakan
pengetahuan kebidanan (Midwifery Knowledge) dengan ilmu yang lain.
Pada hakekatnya bidan adalah suatu profesi yang berkelanjutan,saat itu juga
ilmu dalam kebidanan telah berkembang secara pesat. Bertambahnya ilmu ilmu yang
menunjang keberhasilan bidan dalam menjalankan tugasnya mewajibkan bidan untuk
selalu aktif mengikuti perkembangan ilmu tersebut baik secara formal maupun non
formal, diterapkannya ilmu ilmu baru oleh seorang bidan dalam pelaksannan tugas
kebidanannya baik sebagai pengelola , pelaksana, pendidik maupun peneliti
menjadikan bidan adalah sebagai seorang pembaharu dimana bidan harus senanntiasa
mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan dengan menerapkan
teknologi kebidanan yang tepat guna.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Berdasarkan tinjauan diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu kebidanan adalah
bagian ilmu kedokteran yang khusus mempelajari segala soal yang berkaitan dengan
lahirnya bayi. Dengan demikian , yang menjadi objek ilmu ini ialah kehamilan ,
persalianan, nifas, dan bayi baru lahir. Dimana ilmu tersebut memiliki dasar dasar
keilmuan yang jelas, ilmu dan praktek kebidanan memliki filosofi dan disiplin ilmu
yang mendasari setiap bidan dalam menjalankan tugas sebagai mana mestinya.
Ilmu kebidanan didasari oleh oleh ilmu dasar,ilmu-ilmu sosial budaya, ilmu
terapan, dan ilmu kebidanan yang menjadikan pengetahuan kebidanan sebagai ilmu
yang dapat diakui keberadaannya,mempunyai disiplin ilmu yang menjadi dasar
pelaksanaan tugas yang menjadi profesi yang dikenal dan dihargai keberadaanya
sebagai pendamping wanita selama siklus kehidupannya. Sebagai suatu profesi bidan
mempunyai pola pola pengembangan pendidikan yang telah disesuaikan dan dapat
diterapkan. Bidan juga mempunyai kewajiban sebagai pembaharu.

B. Saran
Bidan adalah suatu profesi yang berkelanjutan seumur hidup untuk itu
diharapkan kepada bidan dapat memahami kembali mengenai filosofi kebidanan ,hak
dan kewajiaban, disiplin ilmu,serta pola pengembangan pendidikan bidan dalam
menjalankan setiap kewajibannya kelak
Makalah ini dibuat dengan segala keterbatasan yang ada untuk itu diharapkan
kritik dan sarang yang menunjang bagi kesempurnaan mekalah ini kelah,semoga
makalh ini dapat dijadikan salah satu referensi bacaan yang dapat menambah
wawasan kita untuk lebih mengenal ilmu kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono , Prawihardjo . 2006 . Ilmu Kebidanan , jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Syofyan , Mustika . 2006 . Bidan Menyonsong Masa Depan , Jakarta : Pengurus


Pusat IBI.

Soepardan , Suryani . 2007 . Konsep Kebidanan , Jakarta : EGC.


MAKALAH
KONSEP KEBIDANAN

exploring midwifery knowledge and science

OLEH
WINNY YULISAVITRI
NURPELITA PAKPAHAN

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan(STIKes)


Fort De Kock
Bukittinggi
2010

You might also like