You are on page 1of 12

Tugas Proposal Penelitian

Mata Kuliah Pengendalian Pencemaran Udara


Gita Lestari, 0706275605

1. Judul Penelitian
Judul penelitian yang akan dilakukan adalah Konsentrasi Zat Pencemar SO2 di Lokasi
Konstruksi Jalan Tol dan Penentuan Jarak Aman Bagi Pekerja di Lokasi Ambien

2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui kandungan zat pencemar SO2 di lokasi konstruksi jalan tol saat
pekerjaan tanah (galian dan timbunan), pekerjaan pengeboran bored pile, dan
pekerjaan pengecoran.
2. Untuk mengetahui apakah kandungan zat pencemar SO2 di lokasi konstruksi jalan tol
saat pekerjaan tersebut masih memenuhi standar baku mutu ambien bagi pekerja di
sekitarnya.
3. Untuk memperkirakan jarak aman bagi pekerja saat pekerjaan tanah (galian dan
timbunan), pekerjaan pengeboran bored pile, dan pekerjaan pengecoran, agar
terhindar dari kadar SO2 yang melebihi batas ambien.

3. Latar Belakang Teori


Kegiatan konstruksi merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari oleh sebuah negara.
Kebutuhan di berbagai bidang mengharuskan sebuah negara untuk terus melakukan
pembangunan secara fisik maupun non-fisik. Pembangunan fisik di sebuah negara antara lain
adalah berupa pembangunan infrastruktur untuk mendukung kegiatan negara dan masyarakat
di dalamnya seperti jalan tol. Pembangunan fisik ini terlaksana melalui kegiatan konstruksi.
Pelaksanaan konstruksi sebagai salah satu kegiatan industri, sebagaimana kegiatan
industri lainnya memberikan konsekuensi terhadap lingkungan berupa limbah. Limbah yang
dihasilkan dari pelaksanaan konstruksi ini dapat berupa padat, cair serta udara. Limbah
tersebut bila tidak diolah secara layak dan tidak memenuhi standar baku mutu lingkungan
dapat mengakibatkan pencemaran bagi lingkungan di sekitarnya. Industri konstruksi
menghasilkan limbah udara yang dapat merubah kualitas udara ambien, hingga terjadi
pencemaran udara (Arsad, 2007).
Udara dikatakan tercemar bilamana terdapat unsur-unsur pencemar atau polutan yang
bersumber dari aktifitas alam dan aktivitas manusia, yang dapat mempengaruhi
keseimbangan udara normal dan mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan manusia,
hewan dan tumbuhan serta benda-benda lain. Polutan yang dihasilkan dari aktivitas manusia
antara lain adalah oksida sulfur (SOx), karbon monoksida (CO), particulat matter (PM10 dan
PM2,5), oksida nitrogen (NOx), timah (Pb), ozon (O3) dan Volatile Organic Compounds
(VOCs). Polutan tersebut selain dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan, juga
mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan makhluk hidup di sekitarnya.
Bentuk oksida sulfur (SOx) sebagai pencemar di udara antara lain adalah berupa SO 2
dan SO3. Sulfur dioksida (SO2) adalah gas yang tidak berbau bila berada pada konsentrasi
rendah tetapi akan memberikan bau yang tajam pada konsentrasi pekat. SO2 bersifat korosif
dan beracun karena selalu mengikat oksigen untuk mencapai kestabilan fase gasnya. SO 2
dapat menimbulkan gangguan sistem pernafasan. Pada kadar 400-500 ppm, SO 2 akan sangat
berbahaya. Pada kadar 8-12 ppm dapat menimbulkan iritasi mata dan pada kadar 3-5 ppm
dapat menimbulkan bau (Indra, 2003).
Tingginya tingkat konsentrasi polutan di udara berakibat pada timbulnya berbagai
kasus penyakit pernafasan pada penduduk. Data sensus BPS tahun 1990 menyatakan dari
keseluruhan kematian, penyakit pernafasan menyebabkan 6% kematian. Sementara di
Jakarta, 12% kematian disebabkan oleh penyakit pernafasan. Tingginya kasus penyakit
pernafasan biasanya dikaitkan dengan kualitas udara di suatu kota. Konsentrasi polutan
udara yang berada di atas ambang batas ambien dapat menimbulkan efek terhadap manusia
maupun makhluk hidup lain yang menghirup udara tersebut. SO2 yang terhirup oleh manusia
akan mengakibatkan iritasi pada saluran pernafasan.
SO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti minyak bumi dan batubara.
Oleh karena itu, SO2 banyak dihasilkan oleh kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin
serta kegiatan industri dengan bahan bakar fosil. Menurut laporan Tim Badan Eksekutif
WALHI (1998), sektor industri merupakan sumber utama sulfur dioksida (SO2). Industri
menyumbang emisi sebesar 15-28% dari TSP, 16-43% dari oksida nitrogen (NO x) dan 63-
88% dari oksida sulfur (SOx) di kota Jakarta dan Surabaya.
Pada proyek konstruksi Jalan Tol Cinere-Jagorawi, kegiatan konstruksi terdiri dari
beberapa fase penting, yaitu pekerjaan tanah berupa galian dan timbunan, pekerjaan bored
piling (pondasi) dan pekerjaan pengecoran. Pekerjaan tersebut dianggap berpotensi lebih
besar terhadap penurunan kualitas udara di sekitar lokasi proyek dikarenakan besarnya
jumlah penggunaan kendaraan berat untuk mendukung kegiatan tersebut. Kendaraan berat
yang digunakan dalam kegiatan tersebut dan berpotensi meningkatkan kandungan SO2 dalam
udara antara lain adalah dump truck, bulldozer, excavator, sheep foot roller, dan vibratory
roller pada pekerjaan galian dan timbunan; kendaraan crawler crane, alat bor, vibrator serta
mixer truck pada pekerjaan bored piling; dan kendaraan mixer truck, concrete pump, air
conditioner, dan vibrator pada pekerjaan pengecoran. Seluruh kendaraan tersebut diketahui
menggunakan bahan bakar bensin yang berpotensi besar menghasilkan gas buang dengan
konsentrasi SO2 yang tinggi.
Pencemaran udara oleh gas SO2 di lokasi proyek akan membahayakan kesehatan pekerja
yang berada di sekitarnya. Selain itu, peningkatan kadar SO2 di udara dalam jumlah besar
juga akan menyumbang pada tingkat pencemaran udara di suatu kota. Oleh karena itu,
dibutuhkan pencegahan, pengawasan dan pengendalian terhadap peningkatan jumlah SO2 di
area konstruksi agar dampak yang lebih buruk akibat pencemaran tersebut dapat dihindari.
Penelitian terhadap konsentrasi zat pencemar SO2 di lokasi proyek dilakukan untuk
mengetahui apakah tingkat konsentrasi zat pencemar tersebut melebihi ambang batas ambien
bagi manusia di sekitarnya. Penelitian juga ditujukan untuk mengetahui jarak aman bagi
pekerja di sekitar lokasi proyek agar terhindar dari pajanan konsentrasi SO2 yang tinggi.

4. Hipotesa
Hipotesa dari penelitian ini adalah kandungan zat pencemar SO 2 saat pekerjaan tanah
(galian dan timbunan), pekerjaan pengeboran bored pile dan pekerjaan pengecoran di lokasi
konstruksi jalan tol berada di atas ambang batas ambien dan dapat beresiko terhadap
kesehatan pekerja di sekitarnya.

5. Permasalahan
Penelitian akan dilakukan di lokasi Proyek Pembangunan Jalan Tol Cinere-Jagorawi
dimana dilakukan berbagai kegiatan konstruksi yang berpotensi menghasilkan zat pencemar
SO2 ke udara. Lokasi konstruksi ini menghabiskan lahan seluas 135 hektar. Selama kegiatan
konstruksi berlangsung, berbagai kendaraan berat beroperasi dalam kurun waktu lebih dari 12
jam dalam sehari. Emisi gas buang dari kendaraan berat tersebut diperkirakan antara lain
berupa SO2 yang menjadi semakin besar jumlahnya karena waktu pengoperasian kendaraan
yang panjang. Emisi gas tersebut berpotensi menurunkan kualitas udara di sekitar lokasi
proyek yang akan berdampak buruk bagi pekerja di sekitarnya.
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah kandungan zat pencemar SO2 di
lokasi proyek dan menentukan jarak aman bagi pekerja agar terhindar dari pajanan zat
pencemar SO2 yang konsentrasinya melebihi ambang batas ambien.

6. Metodologi Penelitian
Pada penelitian dilakukan pengukuran konsentrasi zat pencemar SO2 di udara ambien
lokasi konstruksi jalan tol saat pekerjaan tanah (galian dan timbunan), pekerjaan pengeboran
bored pile, dan pekerjaan pengecoran. Pengukuran dilakukan pada jarak 5, 10, 25, dan 50
meter untuk mengetahui kandungan zat pencemar SO2 dalam rentang jarak tersebut. Dari
hasil pengukuran dan perhitungan kemudian dapat diperhitungkan besarnya jarak yang dapat
dikatakan aman bagi pekerja proyek, yaitu jarak dimana kandungan zat pencemar SO 2 yang
diemisikan oleh kendaraan berat di lokasi tersebut berada di bawah ambang batas ambien
untuk SO2. Ambang batas ambien yang digunakan berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999
tentang Pengendalian Udara Ambien yaitu untuk SO2 sebesar 900 µg/Nm3 dengan waktu
pengukuran selama 1 jam. Pengukuran SO2 ambien dalam penelitian ini dilakukan dengan
metode analisis pararosanilin dan spektrofotometri.
Kerangka penelitian dapat dilihat sebagai berikut.

Ide penelitian dan penyusunan

Studi literatur

Persiapan alat dan Perizinan dan


bahan penelitian survey lokasi

Pengambilan sampel
uji ambien SO2
di lokasi proyek

Pengujian sampel
uji di
laboratorium
Perhitungan hasil
pengujian sampel uji

Pembahasan dan analisis


hasil perhitungan

Analisis berdasarkan Analisis jarak aman bagi pekerja


standar baku mutu ambien proyek dari kandungan SO2 yang
dalam PP No. 41 Tahun 1999 melebihi standar

Kesimpulan dan saran

Langkah-langkah dalam pelaksanaan penelitian yang telah disusun menjadi kerangka


penelitian tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Ide studi
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh tingginya resiko pekerja proyek terhadap
kandungan zat pencemar SO2 yang berlebih yang dihasilkan dari berbagai kendaraan
proyek di lokasi proyek. Untuk mengetahui besarnya kandungan zat pencemar SO 2
tersebut dalam penelitian ini diberikan variabel yaitu berupa jarak radius dari sumber
emisi dalam hal ini kendaraan proyek. Pengambilan sampel uji diambil pada jarak 5, 10,
25, dan 50 meter dari sumber emisi. Pengambilan sampel uji secara lebih spesifik
dilakukan di lokasi proyek saat pekerjaan tanah (galian dan timbunan), pekerjaan
pengeboran bored pile, dan pekerjaan pengecoran.
b. Studi literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendukung penelitian mulai dari awal
penyusunan proposal hingga pembahasan dan penarikan kesimpulan. Studi literatur juga
ditujukan untuk menguatkan dasar teori sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian.
Sumber literatur meliputi text book, jurnal, SNI, serta laporan penelitian, tugas akhir dan
karya terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini.
c. Persiapan alat dan bahan
Peralatan yang perlu dipersiapkan untuk pengambilan sampel uji hingga
pengujian di laboratorium meliputi alat penangkap udara (midget impringer) dan
peralatan laboratorium untuk pengujian sampel uji dengan metode analisis pararosanilin
dan spektrofotometri.
Peralatan-peralatan tersebut dapat dirinci sebagai berikut.
1. Peralatan pengambilan contoh uji sesuai gambar (setiap unit peralatan disambung
dengan selang silikon dan tidak mengalami kebocoran)
2. Labu ukur 50 mL, 100 mL, 250 mL, 500 mL dan 1000 mL
3. Pipet volumetrik 1 mL, 2mL, 5 mL, dan 50 mL
4. Gelas ukur 100 mL
5. Gelas piala 100 mL, 250 mL, 500 mL, dan 1000 mL
6. Tabung uji 25 mL
7. Spektrofotometer UV-Vis-dilengkapi kuvet
8. Timbangan analitik dengan ketelitian 0,1 mg
9. Buret 50 mL
10. Labu erlenmeyer asah bertutup 250 mL
11. Oven
12. Kaca arloji
13. Termometer
14. Barometer
15. Pengaduk
16. Botol pereaksi
Gambar 1. Botol Penyerap Midget Impringer

Keterangan gambar
A = ujung silinder gelas yang berada di dasar labu dengan maksimum diameter dalam
1 mm
B = botol penyerap midget impringer dengan kapasitas volume 50 mL
C = ujung silinder gelas yang berada di dasar labu dengan maksimum diameter dalam
1 mm
D = botol peyerap midget impringer dengan kapasitas volume 30 mL

Gambar 2. Rangkaian Peralatan Pengambil Contoh Uji SO2 Selama 1 Jam


Keterangan gambar
A = botol penyerap volume 30 mL
B = perangkap uap
C = serat kaca (glass wool)
D = flow meter yang mampu mengukur laju alir 0,2 L/menit
E = kran pengatur
F = pompa

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


1. Larutan penyerap tetrakloromerkurat (TCM) 0,04 M
2. Larutan induk natrium metabisulfit (Na2S2O5)
3. Larutan standar natrium metabisulfit (Na2S2O5)
4. Larutan induk iod (I2) 0,1 N
5. Larutan indikator kanji
6. Larutan asam klorida (HCl) (1+10) dan 1 M
7. Larutan induk natrium tio sulfat (Na2S2O3) 0,1 N dan 0,01 N
8. Larutan asam sulfamat (NH2SO3H) 0,6% b/v
9. Larutan asam fosfat (H3PO4) 3 M
10. Larutan induk pararosanilin hidroksida (C219H17N3.HCl) 0,2%
11. Larutan formaldehide (HCHO) 0,2% v/v
12. Larutan penyangga asetat1 M (pH= 4,74)

d. Perizinan dan survey lokasi


Perizinan merupakan langkah awal yang menentukan pelaksanaan penelitian. Izin
penelitian harus didapatkan dari kepala proyek serta kepala lapangan dan staf-staf di
bawahnya agar penelitian di lapangan dapat dilakukan sesuai dengan perencanaan awal.
Survey lokasi proyek diperlukan untuk mengetahui dan memperkirakan lokasi
pengambilan sampel uji dengan midget impringer.

e. Pengambilan sampel uji


Sampel uji diambil di lokasi proyek saat pekerjaan tanah (galian dan timbunan),
pekerjaan pengeboran bored pile, dan pekerjaan pengecoran. Di setiap lokasi tersebut,
pengambilan sampel uji dilakukan pada jarak 5, 10, 25, dan 50 meter dari sumber emisi
(kendaraan proyek). Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel uji untuk
waktu pengukuran selama 1 jam dengan alat midget impringer adalah sebagai berikut.
a. Peralatan disusun sesuai gambar 2.
b. Larutan penyerap SO2 dimasukkan ke dalam masing-masing botol penyerap
sebanyak 10 mL. Botol penyerap diatur sedemikian rupa agar terlindung dari hujan
dan sinar matahari langsung.
c. Pompa penghisap udara dihidupkan dan diatur kecepatan alirny sebesar 0,5 L/menit
– 1 L/menit. Kemudian setelah stabil baru dicatat laju alir awal F1 (L/menit).
d. Pengambilan contoh uji dilakukan selama 1 jam. Temperatur dan tekanan udara
dicatat.
e. Setelah 1 jam, laju akhir F2 dicatat dan pompa penghisap dimatikan.
f. Peralatan didiamkan dulu selama 2 menit setelah pengambilan contoh uji untuk
menghilangkan pengganggu.

f. Pengujian sampel uji di laboratorium


Penelitian udara ambien SO2 ini dilakukan dengan metode pararosanilin dan
spektrofotometri. Prinsip dari metode ini adalah SO2 diserap oleh larutan penyerap
tetraklomerkurat dan membentuk senyawa kompleks diklorosulfonatomerkurat.
Penambahan larutan pararosanilin dan formaldehida ke dalam senyawa
diklorosulfonatomerkurat akan membentuk senyawa pararosanilin metil surfonat yang
berwarna ungu. Konsentrasi larutan kemudian diukur dengan metode spektofotometri
pada panjang gelombang 550 nm.
Sebelum pengujian dimulai, terlebih dahulu dilakukan persiapan pengujian
dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Standardisasi larutan natrium tiosulfat 0,01 N
2. Penentuan konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5
a. Larutan induk Na2S2O5 dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam labu
erlenmeyer asah. Larutan iod 0,01 N dipipet sebanyak 50 mL ke dalam labu dan
disimpn dalam ruangan tertutup selama 5 menit.
b. Larutan dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat 0,01 N
sampai warna larutan kuning muda.
c. Setelah dititrasi, larutan tersebut ditambahkan 5 mL indikator kanji dan dititrasi
kembali sampai titik akhir (warna biru tepat hilang). Volume larutan peniter yang
terpakai saat titrasi dicatat sebagai Vc)
d. Langkah yang sama dilakukan pada air suling (sebanyak 25 mL) untuk
mendapatkan nilai akhir Vb, yaitu volume penitrat yang dibutuhkan saat titrasi.
3. Konsentrasi SO2 dalam larutan induk tersebut dihitung dengan rumus berikut.
( V b−V c ) × N ×32,03 ×1000
C=
V3
dengan
C = konsentrasi SO2 dalam larutan induk Na2S2O5 (µg/Nm3)
Vb = volume natrium tio sulfat hasil titrasi blanko (mL)
Vc = volume natrium tio sulfat hasil titrasi larutan induk Na2S2O5 (mL)
N = normalitas larutan natrium tio sulfat 0,01 N (N)
V3 = volume larutan induk Na2S2O5 yang dipipet (mL)
1000 = konversi gram ke µg
32,03 = berat ekivalen SO2 (BM SO2/2)

Catatan: Melalui rumus di atas dapat diketahui jumlah (µg) SO 2 tiap mL larutan induk
Na2S2O5, sedangkan jumlah (µg) SO2 untuk tiap mL larutan standar dihitung dengan
memperhatikan faktor pengenceran.

Kemudian, dibuat kurva kalibrasi untuk melihat hubungan antara serapan dengan
jumlah SO2 yang terkandung dalam sampel uji sebagai hasil pengukuran dengan
spektrofotometer. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Alat spektrofotometer dipersiapkan dan diotimalkan sesuai petunjuk penggunaan
alat.
2. Larutan standar Na2S2O2 dimasukkan masing-masing 0 mL, 1 mL, 2 mL, 3 mL dan 4
mL ke dalam 2 buah tabung uji 25 mL dengan menggunakan pipet volume atau
buret mikro.
3. Larutan penyerap ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji sampai
volumenya 10 mL.
4. Larutan asam sulfamat 0,6% ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji
sebanyak 1 mL. Kemudian didiamkan sampai 10 menit.
5. Larutan formaldehida 0,2% ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji
sebesar 2 mL.
6. Larutan pararosanilin ditambahkan ke dalam masing-masing tabung uji sebesar 5
mL.
7. Masing-masing tabung uji kemudian ditambahkan dengan air suling hingga
volumenya 25 mL, dihomogenkan dan didiamkan selama 30-60 menit.
8. Masing-masing larutan standar tersebut lalu diukur serapannya dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm.
9. Dibuat kurva kalibrasi antara serapan dengan jumlah SO2 (µg).

Pengujian sampel uji dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.


1. Larutan contoh uji dipindahkan ke dalam tabung uji 25 mL dan ditambahkan 5 mL
air suling untuk dibilas.
2. Larutan asam sulfamat 0,6% ditambahkan ke dalam tabung uji sebanyak 1 mL.
Kemudian didiamkan sampai 10 menit.
3. Larutan formaldehida 0,2% ditambahkan ke dalam tabung uji sebesar 2 mL.
4. Larutan pararosanilin ditambahkan ke dalam tabung uji sebesar 5 mL.
5. Tabung uji kemudian ditambahkan dengan air suling hingga volumenya 25 mL,
dihomogenkan dan didiamkan selama 30-60 menit.
6. Larutan contoh uji tersebut lalu diukur serapannya dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 550 nm.
7. Dihitung konsentrasi serapan contoh uji dengan menggunakan kurva kalibrasi.
8. Langkah-langkah diatas diulangi kembali untuk pengujian blanko dengan
menggunakan 10 mL larutan penyerap.

g. Perhitungan dan analisa hasil pengujian sampel uji


Setelah pengujian selesai dilakukan, dilakukan perhitungan dengan rumus.
Volume sampel uji udara yang diambil ditentukan dengan rumus sebagai berikut.
(kondisi normal = 25ºC dan 760 mmHg)
F 1+ F 2 P a 298
V= ×t × ×
2 T a 760
dengan
V = volume udara yang dihisap (L)
F1 = laju alir awal (L/menit)
F2 = laju alir akhir (L/menit)
T = durasi pengambilan contoh uji (menit)
Pa = tekanan baometer rata-rata selama pengambilan contoh uji (mmHg)
Ta = temperatur rata-rata selama pengambilan contoh uji (K)
298 = temperatur pada kondisi normal 25ºC (K)
760 = tekanan pada kondisi norml 1 atm (mmHg)

Konsentrasi SO2 dalam sampel uji untuk pengambilan sampel uji selama 1 jam
dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut.
a
C= × 1000
v
dengan
C = konsentrasi SO2 di udara (µg/Nm3)
A = jumlah SO2 dari contoh uji dengan melihat kurva kalibrasi (µg)
1000 = konversi liter (L) ke air (m3)

h. Pembahasan dan analisa hasil perhitungan


Dari hasil perhitungan diketahui konsentrasi SO2 selama 1 jam dalam sampel uji
untuk setiap radius pengukuran di setiap lokasi pekerjaan. Konsentrasi tersebut kemudian
dibandingkan dengan standar baku mutu ambien SO2 dalam PP No. 41 Tahun 1999. Dari
hasil perhitungan tersebut dianalisis pula jarak aman bagi pekerja proyek di masing-
masing lokasi pekerjaan, agar terhindar dari pajanan SO2 dalam konsentrasi yang
melebihi standar baku mutu ambiennya.
Pembahasan dilakukan terkait dengan keadaan lokasi proyek saat pengambilan
sampel uji, metode yang digunakan untuk pengujian kandungan SO2 ambien, serta hasil
dari pengujian tersebut. Pembahasan juga dilakukan terkait kandungan SO2 di lokasi
proyek, darimana sumber emisinya, serta karakteristik SO2 tersebut dan resiko bagi
pekerja yang berada di lokasi dengan konsentrasi SO2 di atas ambang batas ambien.

i. Kesimpulan dan saran


Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil
penelitian dan pembahasan. Saran diberikan berkaitan dengan kesimpulan hasil
penelitian.

7. Penyelesaian Masalah

You might also like