You are on page 1of 8

MATAERI

Oksida adalah senyawa kimia yang sedikitnya mengandung sebuah atom oksigen serta
sedikitnya sebuah unsur lain. Sebagian besar kerak bumi terdiri atas oksida. Oksida terbentuk
ketika unsur-unsur dioksidasi oleh oksigen di udara. Pembakaran hidrokarbon menghasilkan dua
oksida utama karbon, karbon monoksida, dan karbon dioksida. Bahkan materi yang dianggap
sebagai unsur murni pun seringkali mengandung selubung oksida. Misalnya aluminium foil
memiliki kulit tipis Al2O3 yang melindungi foil dari korosi. Oksida-oksida dari unsur-unsur
periode 3:
Na2O MgO Al2O3 SiO2 P4O10 SO3 Cl2O7 P4O6 SO2 Cl2O
Oksida-oksida pada barisan pertama dikenal sebagai oksida-oksida tertinggi dari tiap unsur.
Oksida-oksida ini adalah saat di mana unsur-unsur periode 3 berada pada keadaan oksidasi
tertinggi. Pada oksida-oksida ini, semua elektron terluarnya terlibat dalam pembentukkan ikatan
mulai dari natrium yang hanya memiliki satu elektron terluar hingga klor dengan 7 elektron
terluar.
Struktur
Kecenderungan pada struktur adalah dari oksida logam mengandung struktur ionik raksasa pada
bagian kiri periode, oksida kovalen raksasa (silikon dioskida) pada bagian tengah dan oksida
molekuler di bagian kanan periode.
Titik leleh dan titik didih
Struktur raksasa (oksida logam dan silikon dioksida) memiliki titik leleh dan titik didih yang
tinggi karena dibutuhkan energi yang besar untuk memutuskan ikatan yang kuat (ionik atau
kovalen) yang bekerja pada tiga dimensi.
Oksida-oksida fosfor, sulfur dan klor terdiri dari molekul-molekul individual, beberapa
diantaranya kecil dan sederhana, dan yang lainya berupa polimer.
Gaya tarik menarik antar molekul-molekul ini berupa dispersi / penyebaran gaya van der Waals
dan interaksi dipol-dipol. Ukuran yang bermacam-macam ini tergantung pada ukuran, bentuk
dan polaritas dari masing-masing molekul, tapi akan selalu lebih lemah dari pada yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan ionik atau kovalen pada struktur raksasa.
Oksida-oksida ini cenderung menjadi gas, cairan atau padatan dengan titik leleh rendah.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada diantara oksida-oksida ini yang memiliki elektron bebas atau yang dapat bergerak. Ini
berarti bahwa tidak ada satupun dari oksida-oksida ini yang dapat menghantarkan arus listrik
dalam keadaan padatnya.
Oksida-oksida ini dapat mengalami elektrolisis jika dicairkan. Oksida-oksida ini dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan ion-ion menuju elektroda dan pelepasan
muatan ion-ion saat mencapai elektroda.
Oksida-oksida logam
Struktur
Oksida-oksida natrium, magnesium dan alumunium terdiri dari struktur raksasa yang
mengandung ion-ion logam dan ion-ion oksida. Magnesium oksida memiliki struktur seperti
NaCl. Dua yang lainnya memiliki struktur yang lebih rumit yang berada di luar cakupan silabus
pada tingkat ini.
Titik leleh dan titik didih
Terdapat gaya tarik menarik yang kuat antara ion-ion pada masing-masing oksida dan gaya tarik
menarik ini membutuhkan energi yang besar untuk diputuskan. Oleh karena itulah oksida-oksida
ini memiliki titik leleh dan titik didih yang tinggi.
Daya hantar arus listrik
Tidak ada satupun dari oksida-oksida logam periode 3 dapat menghantarkan arus listrik pada
keadaan padatnya, tapi elektrolisis mungkin dilakukan jika dicairkan. Cairannya dapat
menghantarkan arus listrik karena adanya pergerakan dan perubahan muatan ion-ion yang ada.
Contoh pentingnya adalah elektrolisis alumunium oksida dalam pembuatan alumunium. Apakah
kita dapat mengelektrolisis cairan natrium oksida itu tergantung pada cairan / lelehannya apakah
menyublim atau terurai pada keadaan biasa atau tidak. Jika menyublim, maka tak akan
didapatkan cairan untuk dielektrolisis.
Magnesium dan alumunium oksida memiliki titik leleh yang sangat tinggi sehingga sulit untuk
dielektrolisis dalam laboratorium sederhana.
Silikon dioksida (silikon (IV) oksida)
Struktur
Elektronegatifitas / keelektronegatifan dari unsur-unsur meningkat sepanjang periode dari kiri ke
kanan, dan pada silikon, beda elektronegatifitas antara silikon dan oksigen tidak cukup besar
untuk membentuk ikatan ionik. Silikon dioksida memiliki struktur kovalen raksasa..
Terdapat tiga bentuk silikon dioksida yang berbeda. Yang paling mudah diingat dan
digambarkan adalah struktur yang mirip intan.
Kristal silikon memiliki struktur yang sama dengan intan. Untuk mengubahnya menjadi silikon
dioksida, perlu dilakukan perubahan struktur silikon dengan menyisipkan beberapa atom
oksigen.
Perhatikan bahwa masing-masing atom silikon dengan atom silikon tetangganya dijembatani
oleh atom oksigen. Jangan lupakan bahwa ini hanya bagian kecil dari struktur raksasa dalam tiga
dimensi.
Titik leleh dan titik didih
Silikon dioksida memiliki titik leleh yang tinggi, bermacam-macam tergantung pada strukturnya
(ingat bahwa hanya satu dari tiga struktur yang mungkin), tapi angkanya sekitar 1700 °C. Ikatan
kovalen silikon-oksigen yang sangat kuat harus diputuskan terlebih dahulu sebelum meleleh.
Silikon dioksida mendidih pada suhu 2230°C.
Karena kita membicarakan tentang perbedaan bentuk ikatan, tidak berarti bila membandingkan
nilai ini dengan oksida logam yang lain. Lebih baik menyatakan bahwa karena oksida logam dan
silikon dioksida memiliki struktur raksasa, maka titik leleh dan titik didihnya tinggi.
Daya hantar arus listrik
Silikon dioksida tidak memiliki elektron-elektron atau ion-ion yang dapat bergerak sehingga
tidak dapat menghantarkan arus listrik, baik dalam bentuk padatan maupun cairannya.
Oksida molekuler
Fosfor, sulfur dan klor semuanya membentuk oksida yang terdiri dari molekul-molekulnya.
Beberapa dari molekul-molekul ini sederhana dan lainnya merupakan polimer. Kita hanya akan
membahas molekul sederhana.
Titik leleh dan titik didih dari oksida-oksida ini akan lebih rendah dari oksida logam dan silikon
dioksida. Gaya intermolekuler mengikat satu molekul dengan molekul yang lain melalui dispersi
gaya van der Waals atau interaksi dipol-dipol. Kekuatannya bermacam-macam tergantung pada
ukuran molekulnya.
Tak satupun dari oksida-oksida ini yang menghantarkan arus listrik baik sebagai padatan maupun
cairannya. Tak satupun yang mengandung ion-ion atau elektron-elektron bebas.
Oksida-oksida fosfor
Fosfor memiliki dua oksida yang umum, fosfor (III) oksida, P4O6, dan fosfor (V) oksida,
P4O10.
Fosfor (III) oksida
Fosfor (III) oksida adalah padatan putih, meleleh pada 24 °C dan mendidih pada 173 °C.
Struktur dari molekul ini paling baik disusun dari molekul-molekul P4 yang tetrahedral.
Tarik bagian ini sehingga kita akan lihat ikatannya….
… dan kemudian gantikan ikatannya dengan ikatan baru yang menghubungkan atom-atom fosfor
dengan atom-atom oksigen. Ini akan membentuk V seperti pada air, tapi tidak akan disalahkan
bila menggambarnya dengan garis lurus antara atom-atom fosfor, seperti contoh
Fosfor hanya menggunakan tiga elektron terluar (3 elektron p yang tidak berpasangan)
membentuk tiga ikatan dengan oksigen.
Fosfor (V) oksida
Fosfor (V) oksida juga berupa padatan putih yang dapat menyublim (berubah dari padat ke gas)
pada suhu 300°C. Dalam kasus ini, fosfor menggunakan semua elektron terluar untuk berikatan.
Padatan fosfor (V) oksida berada dalam beberapa bentuk berbeda, beberapa diantaranya
berbentuk polimer. Kita akan membahas bentuk molekuler sederhana dan ini juga berada dalam
keadaan gas.
Ini mudah digambarkan dengan menggambar P4O6 terlebih dahulu. Empat atom oksigen yang
lain diikatkan pada empat atom fosfor melalui ikatan rangkap.
Oksida-oksida sulfur
Sulfur membentuk dua oksida yang umum, sulfur dioksida (sulfur (IV) oksida), SO2, dan sulfur
trioksida (sulfur (VI) oksida), SO3.
Sulfur dioksida
Sulfur dioksida adalah gas yang tak berwarna pada suhu ruangan yang mudah dikenal dengan
bau yang khas / mencekik. Ini terdiri dari molekul sederhana SO2 .
Sulfur menggunakan empat elektron terluarnya untuk membentuk ikatan rangkap dengan
oksigen, menyisakan dua elektron yang berpasangan pada sulfur. Bentuk bengkok dari SO2
adalah akibat dari adanya pasangan elektron bebas ini.
Sulfur trioksida
Sulfur trioksida murni merupakan padatan putih dengan titik leleh dan titik didih yang rendah.
Sulfur trioksida bereaksi cepat dengan uap air di udara membentuk asam sulfat. Ini berarti bahwa
jika kita membuatnya di laboratorium, maka akan tampak sebagai padatan dengan asap di udara
(membentuk kabut asam sulfat).
Sulfur trioksida dalam keadaan gas, terdiri dari molekul sederhana SO3 di mana semua elektron
terluar dari sulfur terlibat dalam pembentukkan ikatan.
Terdapat bermacam-macam bentuk sulfut trioksida. Yang paling sederhana adalah trimer, S3O9,
di mana 3 molekul SO3 bergabung membentuk cincin.
Terdapat bentuk polimer lainnya di mana molekul SO3 bergabung membentuk rantai panjang.
Sebagai contoh:
Kenyataanya molekul-molekul sederhana bergabung dengan cara ini membentuknya struktur
yang lebih besar membentuk padatan SO3
Klor oksida
Klor membentuk beberapa oksida. Disini kita hanya membahas dua diantaranya yaitu klor (I)
oksida, Cl2O dan klor (VII) oksida, Cl2O7.
Klor (I) oksida
Klor (I) oksida adalah gas berwarna merah kekuningan pada suhu ruangan. Ini terdiri dari
molekul ionik sederhana.
Tidak ada yang mengejutkan tentang molekul ini dan sifat fisiknya hanya memperkirakan dari
ukuran molekulnya.
Klor (VII) oksida
Dalam klor (VII) oksida, klor menggunakan 7 elektron terluarnya untuk membentuk ikatan
dengan oksigen. Ini menghasilkan molekul yang lebih besar sehingga dapat diperkirakan bahwa
titik leleh dan titik didihnya lebih tinggi dari pada klor (I) oksida.
Klor (VII) oksida adalah cairan seperti minyak yang tak berwarna pada suhu ruangan.
Pada diagram, digambarkan rumus struktur yang standar. Pada kenyataannya, bentuknya adalah
tetrahedral di sekitar kedua Cl dan berbentuk V di sekitar oksigen pusat.
www.wikipedia.com

Oksigen
Dioksigen, O2, adalah gas tak berwarna dan tak berbau (bp -183.0o C) menempati 21% udara (%
volume). Karena atom oksigen juga komponen utama air dan batuan, oksigen adalah unsur yang
paling melimpah di kerak bumi. Walaupun unsur ini melimpah, oksigen dibuktikan sebagai
unsur baru di abad ke-18. Karena kini sejumlah besar oksigen digunakan untuk produksi baja,
oksigen dipisahkan dalam jumlah besar dari udara yang dicairkan.
Isotop oksigen 16O(kelimpahan 99.762%), 17O (0.038%), dan 18O (0.200%). 17O memiliki spin I =
5/2 dan isotop ini adalah nuklida yang penting dalam pengukuran NMR. 18O digunakan sebagai
perunut dalam studi mekanisme reaksi. Isotop ini juga bermanfaat untuk penandaan garis
absorpsi spektrum IR atau Raman dengan cara efek isotop.
Sebagaimana dideskripsikan di bagian 2.3 (e), dioksigen, O2, dalam keadaan dasar memiliki dua
spin yang tidak paralel dalam orbital molekulnya, menunjukkan sifat paramagnetisme dan
disebut oksigen triplet. Dalam keadaan tereksitasi, spinnya berpasangan dan dioksigen menjadi
diamagnetik, disebut oksigen singlet. Oksigen singlet sangat penting untuk sintesis kimia, sebab
oksigen singlet ini memiliki kereaktifan karakteristik. Oksigen singlet dihasilkan dalam larutan
dengan reaksi transfer energi dari kompleks yang teraktivasi oleh cahaya atau dengan pirolisis
ozonida (senyawa O3).

Ion superoksida, O2-, dan ion peroksida, O22-, adalah anion-anion dioksigen (Tabel 4.3).
Keduanya dapat diisolasi sebagai garam logam alkali. Ada keadaan oksidasi lain, O2+, yang
disebut kation dioksigen (1+), dan dapat diisolasi sebagai garam dengan anion yang cocok.

Ozon, O3, adalah alotrop oksigen dan merupakan gas tak stabil dengan bau yang mengiritasi.
Ozon adalah molekul bengkok terdiri dari tiga atom (bersudut 117o) dan memiliki kereaktifan
yang unik. Akhir-akhir ini ozon diketahui memiliki peran yang sangat penting dalam menyaring
radiasi ultraviolet dari matahari yang membahayakan, dan memegang peranan penting dalam
melindungi kehidupan di bumi dari kerusakan fotokimia. Kini jelas bahwa khlorofluorokarbon,
yang sering digunakan sebagai refrigeran atau sebagai pembersih komponen elektronik, juga
merusak lapisan ozon, dan aksi yang sesuai telah dilakukan dalam skala global untuk
menanggulangi masalah lingkungan yang serius ini.
Oksida hidrogen
Oksigen sangat reaktif, dan bereaksi langsung dengan banyak unsur membentuk oksida. Air
adalah oksida hidrogen dan perannya sangat krusial bagi lingkungan global dan kehidupan.
Air H2O

Sembilan puluh tujuh persen air ada di laut, 2% ada sebagai es di kutub dan air tawar hanya
merupakan sedikit sisanya saja. Sifat kimia dan fisika dasar air sangat penting dalam kimia.
Sifat-sifat kimia utamanya diberikan dalam Tabel 4.1. Sebagian besar sifat anomali air
disebabkan oleh ikatan hidrogen yang kuat. Sifat fisik air berbeda cukup besar dengan
keberadaan isotop hidrogen. Paling tidak ada 9 polimorf es yang diketahui dan struktur
kristalnya bergantung pada kondisi pembekuan es.
Air memiliki sudut ikatan 104.5o dan panjang ikatan 95.7 pm dalam molekul bebasnya. Telah
dideskripsikan di bagian 3.4 (b) autoionisasi air menghasilkan ion oksonium, H3O+. Penambahan
air lebih lanjut menghasilkan [H(OH2)n]+ (H5O2+, H7O3+, H9O4+, dan H13O6+), dan struktur
berbagai spesies ini telah ditentukan.
Hidrogen peroksida, H2O2

Hidrogen peroksida adalah cairan yang hampir tak berwarna (mp -0.89o C dan bp
(diekstrapolasikan) 151.4o C), bersifat sangat eksplosif dan berbahaya dalam konsentrasi tinggi.
Biasanya hidrogen peroksida digunakan sebagai larutan encer, tetapi larutan dalam air 90%
digunakan. Karena hidrogen peroksida digunakan dalam jumlah besar sebagai bahan
pengelantang untuk serat dan kertas, proses sintetik industri skala besar telah dibuat. Proses ini
menggunakan reaksi katalitik sangat lunak untuk menghasilkan larutan encer hidrogen peroksida
dari udara dan hidrogen dengan menggunakan antrakuinon tersubstitusi. Larutan encer ini
kemudian dipekatkan. Bila deuterium peroksida dipreparasi di laboratorium, reaksi berikut
digunakan.
K2S2O8 + 2 D2O → D2O2 + 2 KDSO4

Hidrogen peroksida terdekomposisi menjadi air dan oksigen dengan keberadaan mangan
dioksida, MnO2. Hidrogen peroksida dapat bereaksi sebagai oksidator maupun reduktor
bergantung ko-reaktannya. Potensial reduksinya dalam asam diungkapkan dalam diagram
Latimer (lihat bagian3.3 (c)) :

O K SIG E N
A . Karakteristik Umum

Sifat fisika

Oksigen memiliki nomor atom 8 (1s22s22p4).


T itik leleh oksigen adalah -218oC dan titik didihnya -183oC
emiliki jari-jari atom 0,074 nm
Keelektronegatifannya adalah 3,5
W ujud yang sering dijumpai adalah gas

Sifat lain

O ksigen terdapat dalam bentuk molekul diatomic yang diskrit. O ksigen


menunjukkan kealotropan yang dinamis. Energy ikatan ganda oksigen (494 kJ mol-1)
jauh lebih besar bila dibandingkan dengan ikatan tunggal oksigen (142 kJ mol-1).

DiO ksida
O ksigen merupakan senyawa biner.
1. Kencenderungan dalam oksida
Logam-logam pada keadaan oksidasi yang paling rendah membentuk oksida yang
ionic dan bersifat basa. M issal : BaO(s) + H2O (l) Ba(O H)2(aq)
O ksida dari unsure-unsur buka logam selalau merupakan ikatan kovalen. O ksida
unsure-unsur ini dengan suatu kedaan oksidasi yang rendah cenderung netral,
sementara pada posisi keadaan oksidasi yang lebih tinggi cenderung asam.
2. Klasifikasi oksida
Berdasarkan strukturnya, oksida terbagi menjadi :
a. O ksida normal
M elibatkan hanya ikatan diantara unsure dengan oksigen.
b. P eroksida
M elibatkan ikatan diantara atom-atom oksigen.
c. S uboksida
M elibatkan ikatan diantara atom-atom unsure sebagai tambahan pada ikatan
unsure oksigen
d. O ksida campuran
Bersifat seolah-olah mengandung kuantitas terpisah dari dua oksida yang

berbeda dari satu unsur yang sama .


Klasifikasi oksida :

Oksida Normal
• Peroksida
• Suboksida
• Oksida Campuran

You might also like