You are on page 1of 8

Potensi Gas Alam

Di sektor gas alam, Indonesia masih tercatat sebagai salah satu negara penghasil gas
alam yang diakui dunia. Menurut data Departemen ESDM, pada 2008 total cadangan
gas alam Indonesia tercatat mencapai 170,07 TCF (triliun kaki kubik). Dari jumlah
tersebut, sebanyak 112,47 TCF merupakan gas alam terbuktikan, sementara 67,60 TCF
sisanya belum terbuktikan alias potensial.Jika volume produksi gas alam Indonesia
konstan di angka 2,77 TCF per tahun, stok gas alam diprediksikan baru akan habis 68
tahun mendatang. Dengan begitu, tantangan terbesar pemerintah dalam pengembangan
gas alam ke depan ialah bagaimana meningkatkan eksplorasi di sumur-sumur potensial
dan menemukan sumur-sumur alternatif.Saat ini sumur-sumur eksplorasi gas alam
seperti di blok Arun (NAD) atau Bontang (Kalimantan Timur) sudah mulai uzur karena
sudah beroperasi lebih dari setengah abad. Pemerintah pun harus mengoptimalkan
proyek eksplorasi gas alam lain misalnya di lapangan Tangguh (Papua) atau Natuna
(Kepulauan Riau).Hasil feasibility study Departemen ESDM membuktikan, dua
lapangan itu menyimpan cadangan gas bumi yang berlimpah, lapangan Tangguh sebesar
24,21 TCF serta Natuna sebesar 52,59 TCF. Cadangan gas alam yang terkandung di
blok Natuna dua kali lebih besar dari cadangan gas blok Tangguh di Papua serta hampir
sepertiga dari total cadangan gas alam yang dimiliki Indonesia (170,07
TCF).Sayangnya, cadangan gas sebesar itu belum mampu dioptimalkan untuk
kepentingan ekonomis. Saat ini proyek eksplorasi blok Natuna atau yang dikenal
sebagai Natuna D-Alpha masih terkatung-katung akibat gagalnya kesepakatan kontrak
kerja sama antara pemerintah dengan Exxonmobil selaku pengembang sebelumnya.
Total Cadangan Gas Alam Dunia (Yang Sudah Dikonfirmasi)
27 February 2010 at 10:37 am (umum) (alam, dunia, gas)

1 Votes

Total cadangan dunia (yang sudah dikonfirmasi) adalah 6,112 triliun kaki persegi.
Daftar 20 besar negara dengan cadangan gas terbesar dalam satuan triliun kaki persegi
(trillion cu ft) adalah:

1. Rusia =1,680
2. Iran =971
3. Qatar =911
4. Arab Saudi =241
5. United Arab Emirates =214
6. Amerika Serikat =193
7. Nigeria =185
8. Aljazair =161
9. Venezuela =151
10. Irak =112
11. Indonesia =98
12. Norwegia =84
13. Malaysia =75
14. Turkmenistan =71
15. Uzbekistan =66
16. Kazakhstan =65
17. Belanda =62
18. Mesir =59
19. Kanada =57
20. Kuwait =56

Total cadangan 20 negara diatas adalah 5,510 triliun kaki persegi dan total cadangan
negara-negara diluar 20 besar diatas adalah 602 triliun kaki persegi.

Produksi gas alam dunia, warna coklat adalah produksi terbesar, diikuti warna merah

Daftar ladang gas terbesar dalam satuan (*109 m³):

1. Asalouyeh, South Pars Gas Field (10000 – 15000)


2. Urengoy gas field (10000)
3. Shtokman field (3200)
4. Karachaganak field, Kazakhstan (1800)
5. Slochteren (1500)
6. Troll (1325)
7. Greater Gorgon (1100)
8. Shah Deniz gas field (800)
9. Tangguh gas field , Indonesia (500)
10. Sakhalin-I (485)
11. Ormen Lange (400)
12. Jonah Field (300)
13. Snøhvit (140)
14. Barnett Shale (60 – 900)
15. Maui gas field (?)
16. Cadangan Gas Alam Dunia
17. Berdasarkan data dari Natural Gas Fundamentals, Institut Francais Du Petrole
pada tahun 2002, cadangan terbukti (proved reserves) gas alam dunia ada sekitar
157.703 109 m3 atau 142 Gtoe (1000 m3 = 0,9 toe). Jumlah cadangan ini jika
dengan tingkat konsumsi sekarang akan dapat bertahan sampai lebih dari 60
tahun. Apabila kita bandingkan dengan cadangan minyak dunia, maka
berdasarkan tingkat konsumsi sekarang, minyak bumi hanya akan dapat
bertahan sampai 40 tahun ke depan saja. Namun demikian, penemuan baru
cadangan gas alam umumnya lebih cepat daripada tingkat konsumsinya. Pada
tahun 1970, cadangan terbukti gas alam dunia hanya sekitar 35 Gtoe. Dengan
asumsi konsumsi sebesar 47 Gtoe, berarti selama 30 tahun terakhir tambahan
cadangan gas alam adalah sebesar 154 Gtoe.
18. Dengan menggunakan metode estimasi yang konvensional, total sumber gas
alam dunia dapat mencapai 450 gtoe, sedangkan apabila estimasi
berdasarkan unconventional yang tingkat ketidakpastiannya lebih tinggi maka
sumber gas alam dapat mencapai 650 gtoe. Cadangan gas alam tersebar di
seluruh benua, dengan cadangan terbukti (proved reserves) terbesar berada pada
negara-negara pecahan Uni Soviet dan Timur Tengah.

19. Diterbitkan oleh ichi san


20. Kondisi Geologi
Nusa tenggara berada diantara bagian timur pulau Jawa dan kepulauan Banda
tediri dari pulau-pulalu kecil dan lembah sungai. Secara fisik, dibagian utara
berbatasan dengan pulau Jawa, bagian timur dibatasi oleh kepulauan Banda,
bagian utara dibatasi oleh laut Flores dan bagian selatan dibatasi oleh Samudra
Hindia. Secara geologi nusa tenggara berada pada busur Banda. Rangkaian
pulau ini dibentuk oleh pegunungan vulkanik muda. Pada teori lempeng
tektonik, deretan pegunungan di nusa tenggara dibangun tepat di zona subduksi
indo-australia pada kerak samudra dan dapat di interpretasikan kedalaman
magmanya kira-kira mencapai 165-200 km sesuai dengan peta tektonik
Hamilton (1979).
Lempeng tektonik kepulauan Indonesia terletak di penggabungan tiga lempeng
utama diantaranya lempeng indo-australia, Eurasia dan pasifik. Interaksi dari ke
tiga lempeng tersebut menimbulkan kompleks tektonik khususnya di perbatasan
lempeng yang terletak di timur Indonesia.
Sebagian besar busur dari kepulauan Nusa Tenggara dibentuk oleh zona
subduksi dari lempeng Indo-australia yang berada tepat dibawah busur Sunda-
Banda selama diatas kurun waktu tertier yang mana subduksi ini dibentuk
didalam busur volcanik kepulauan Nusa Tenggara. Bagaimanapun juga ada
perbedaan-perbedaan hubungan dari análisis kimia diantara batuan volkanik
pada kepulauan Nusa Tenggara. Busur volkanik pada bagian timur wilayah
sunda secara langsung dibatasi oleh kerak samudra yang keduanya memiliki
karakteristik kimia yang membedakanya dari lava pada bagian barat busur Nusa
Tenggara. Menurut Hamilton dibagian barat barisan pegunungan Nusa Tenggara
dibentuk pada massa Senozoic.
Batuaan Volkanik didalam busur Banda dari kepulauan Nusa Tenggara yang
diketahui lebih tua dari batuan pada awal miocene, ditemukan pada kedalaman
150 km dibawah zona gempa. Wilayah seismic di Jawa terbentang pada
kedalaman maksimal 600 km ini merupakan indikasi dari subduksi dari sub-
ocean lithosfer milik lempeng Australia.yang terletak dibawah busur Banda.
Pada awal pleistosen di seberang Timor menunjukkan adanya tabrakan dari
Timor dengan Alor dan Wetar, setelah semua lautan dimusnahkan oleh zona
subduksi.
Ukuran dari deretan kepulauan volkanik perlahan-lahan akan semakin kecil dari
timur pulau Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa , Flores, Wetar sampai ke Banda.
Penurunan ini sangat terlihat nyata pada bagian timur Wetar, kemungkinan ini
karena pantulan jumlah subduksi dari kerak samudra, Yang secara tidak
langsung gerakannya berupa dip-slip di bagian barat Wetar dan gerakan strike-
slip dibagian timurnya. Kemungkinan busur vulkanik dibagian timur wetar lebih
muda dan kemungkinan busur volkanik yang asli di bagian timur Wetar telah
disingkirkan oleh pinggiran batas benua Australia.
Peta Kepulauan Nusa Tenggara

Sumber: Microsoft Encarta

Sesuai dengan teori tektonik lempeng, Nusa Tenggara dapat dibagi menjadi
menjadi 4 struktur tektonik yaitu busur belakang yang terletak di laut Flores,
busur dalam yang dibentuk oleh kepulauan vulkanik diantaranya Bali, Lombok,
Sumbawa, Cómodo, Rinca, Flores, Andora, Solor, Lomblen, Pantar, Alor,
Kambing dan Wetar. Busur volkanik luar yang dibentuk oleh kepulauan non-
volkanik diantaranya Dana, Raijua, Sawu, Roti, Semau dan Timor, dan dibagian
depan busur dibagi kedalam dua bagian yaitu inner arc (busur dalam) dan outer
arc (busur luar) dan bagian dalam ialah lembah yang dalam diantaranya lembah
(basin) Lombok dan Sawu.
a. Nusa Tenggara Bagian Barat
Struktur Geologi NTB. Kondisi geologi wilayah NTB dengan batuan tertua
berumur Tersier dan yang termuda berumur Kuarter, didominasi oleh Batuan
Gunungapi serta Aluvium (recent). Batuan Tersier di Pulau Lombok terdiri dari
perselingan batupasir kuarsa, batulempung, breksi, lava, tufa dengan lensa-lensa
batugamping, batu gamping dan dasit. Sedangkan di Pulau Sumbawa terdiri dari
lava, breksi, tufa, andesit, batupasir tufaan, batulempung, dasit, tonalit, tufa
dasitan, batugamping berlapis, batugamping tufaan dan lempung tufaan. Batuan
Kuarter di Pulau Lombok terdiri dari perselingan breksi gampingan dan lava,
breksi, lava, tufa, batuapung dan breksi lahar. Sedangkan di Pulau Sumbawa
terdiri dari terumbu koral terangkat, epiklastik (konglomerat), hasil gunungapi
tanah merah, gunungapi tua, gunungapi Sangeangapi, gunungapi Tambora,
gunungapi muda dan batugamping koral. Aluvium dan endapan pantai cukup
luas terdapat di Pulau Sumbawa dan Lombok.
Berdasarkan tatanan geologi Indonesia, Wilayah Nusa Tenggara Barat terletak
pada pertemuan dua lempeng besar (Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng
Eurasia) yang berinteraksi dan saling berbenturan satu dengan yang lain. Batas
kedua lempeng ini merupakan daerah yang sangat labil ditandai dengan
munculnya tiga gunungapi aktif tipe A (Rinjani, Tambora dan Sangeangapi).
Struktur geologi yang kita jumpai di Jawa dapat ditelusuri sampai di pulau
Flores. Hanya geantiklinalnya sebagian besar telah mengalami Tektonik
Sekunder Dermal meluncur ke dasar laut di sebelah utaranya. Stutterhein (1922)
mengemukakan bahwa berdasarkan sejarah Hindu, pulau Bali terpisah dari
Pulau Jawa pada tahun 280M. Perluasan ke timur dari busur dalam vulkanis
adalah rangkaian pulau-pulau Bali-Lombok-Sumbawa-Flores. Di setiap pulau
tersebut dijumpai Zone-zone seperti di Jawa Timur misalnya zone Solo yang
terisi vulkan kuarter menempati bagian utara Pulau Bali (G. Batur, G Agung),
bagian utara pulau Lombok (G. Rinjani), mulai tidak nampak di Pulau Sumbawa
karena geantiklinalnya tenggelam di dasar laut membentuk teluk Sholeh, di P.
Flores bekas geantiklinalnya masih nampak Di pulau Komodo dan P. Rinca dan
juga Teluk Maumere di Flores Timur. Busur luar non vulkanisnya berupa
punggungan dasar laut sebelah selatan deretan pulau-pulau tersebut.

b. Nusa Tenggara Bagian Timur


Bagian timur Nusa Tenggara mulai dari Alor-Kambing-Wetar-Romang, disebut
orogene timor dengan pusat undasi di L. Flores. Evolusi orogenik daerah Nusa
Tenggara bagian timur ini agak kompleks karena pada masa Mesozoikum muda
terjadi penggelombangan yang termasuk sirkum Australia menghasilkan busur
dalam dari P. Sumba kearah timur laut dan busur luar melalui P. Sawu ke timur
laut, Namun memasuki periode tertier daerah ini mengalami penggelombangan
dengan pusat undasi di Laut Flores sebagai bagian dari sitem Pegunungan
Sunda. Keganjilan-keganjilan yang nampak seperti posisi pulau sumba di
interdeep, garis arah busur luar Rote-Timor ke arah timur laut nndan
sebagiannya, menurut Van Bemmelen adalah warisan dari evolusi Geologis
terdahulu yang tidak dapat dikaitkan dengan sistem penggelombangan masa
tertier dari pegunungan Sunda.
Adapun daerah undasi di Orogene Timor sebagai berikut:
Busur dalam: Alor-Kambing-Wetar-Romang, tidak memperlihatkan tanda-tanda
vulkanis.♣
Palung Antara: Pulau Sumba-L. Sawu♣
Busur Luar: Dana-Raijua-Sawu-Rote-Semau-Timor.♣
Backdeep: Punggungan Batutaza♣
Brouwer (1917) mengemukakan absenya aktivitas vulakanisme didaerah ini
karena jalan keluarnya magma tersubat sebagai akibat dari pergeseran lempeng
Australia ke utara. Pendapat Brouwer ini mendapat tantangan dari para ahli
belakangan ini termasuk Van Bemmelen karena tidak ada tanda-tanda yang
menunjukkan adanya pergeseran secara lateral ke utara disekitar P. Bantar-P.
Alor, tempat mulai absenya aktivitas vulkanisme kearah timur. Juga tidak ada
perubahan arah struktural pada busur luar yang menandakan pengaruh tekanan
blok Australia, padahal busur luar inilah yang akan terlebih dahulu tenderita
tekanan tersebut. Lebih jauh, Van Bemmelen mengemukakan alasannya bahwa
bila ditelusuri terus ke timur maka deretan busur dalam yang tidak vulkanis ini
tidak bersambung dengan deretan busur dalam Damar-Banda yang vulkanis,
tetapi dengan zona Ambon yang tidak vulkanis.
Menurut Van Bemmelen absennya aktivitas vulkanisme dari alor ke timur dan
juga zona Ambon terjadi karena berbatasan dengan dangkalan sahul.
Faktor lokal lainnya yang mungkin berpengaruh adalah:
1. Gaya endogen dari lapisan tektonosfer telah habis
2. Puncak asthenolithnya mungkin mengalami pembekuan sehingga saluran
magma yang keluar tersumbat.
Sumbu geantiklin di Nusa Tenggara makin ke timur makin tenggelam. Hal ini
dapat dilihat dari selat-selat antar pulau yang makin ke timur makin dalam (di
sebelah barat pulau Tampar rata-rata kurang dari 200 meter, sedang sebelah
timurnya makin dalam yaitu antara Pantar-Alor= 1140m, Alor-
Kambing=1260m, Kambing=1040 m, Wetar-Roman=lebih 2000 m, sebelah
timur Roman kira-kira 4000 m).
P. Rote, tersusun dari sedimen-sedimen yang telah mengalami pelipatan kuat,
tertutup dengan karang kuarter sampai ketinggian 430 m.¬
P. Sawu, terdiri dari batuan praterrier, dikelilingi oleh karang koral setinggi 300
m.¬
P. Timur, puncak genatiklinalnya mengalami depresi memanjang mulai dari
teluk Kupang sampai dengan sungai Lois. Brouwer (1935) mengemukakan
bahwa menurut cerita penduduk asli Timor, dahulu hampir seluruh pulau
merupakan laut. G. Lakaan 1525 m dahulu merupakan pulau saja. Ini berarti
pengangkatan P. Timor telah terjadi Belum lama ini. Adanya pengangkatan
tersebut didukung oleh bukti-bukti ditemukannya sisa-sisa karang pada
ketinggian 1000 m lebih. Pulau ini banyak mengalami over thrust, batuan intrusi
banyak yang tersingkap di permukaan bumi. Bahan galian seperti emas,
tembaga, chromium, dan uranium ditemukan di sana namun dalam jumlah yang
tidak ekonomis.¬
Sebaran struktur batuan geologi yang ada di wilayah propinsi ini, adalah :
a. Batuan Silicic (acid) Rock (batuan berasam kersi asam), terdapat di
Kabupaten Alor, Kabupaten Lembata, sebagian besar Kabupaten Flores Timur,
Kabupaten Sikka, Kabupaten Ende, sebagian besar Kabupaten Ngada, sebagian
Kabupaten Manggarai, sebagian besar Manggarai Barat dan sebagian kecil
Kabupaten Kupang;
b. Batuan Matic Basic Rocks (batuan basa);
c. Batuan Intermediate Basic (basa menengah);
d. Batuan Pre Tertiare Undivideo (pra tersier tak dibedakan);
e. Batuan Paleagene (pleogen);
f. Alluvial Terrace Deposit and Coral Reets (alluvium undak dan berumba
koral);
g. Batuan Neogene (neogen);
h. Batuan Kekneno Series (deret kekneno);
i. Batuan Sonebait Series (deret sonebait);
j. Batuan Sonebait and Ofu Series Terefolde (deret sonebait dan deret terlipat
bersama);
k. Batuan Ofu Series (deret ofu);
l. Batuan Silicic Efusives (efusiva berasam kersik);
m. Batuan Triassic (trias);
n. Batuan Crystalline Shist (sekis hablur).

Tanggapan atas terjadinya bencana alam gerakan tanah/tanah longsor di Kampung


Kolilanang, Desa Kolilanang Kecamatan Adonara Kabupaten Flores Timur Provinsi
Nusa Tenggara Timur, berdasarkan pemberitaan Harian Umum Suara Karya tanggal 12
Maret 2008, kami sampaikan sebagai berikut:
• Lokasi bencana alam gerakan tanah/tanah longsor:

Bencana gerakan tanah/tanah longsor terjadi di Kampung Kolilanang, Desa Kolilanang


Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur Provinsi Nusa Tenggara Timur.
• Waktu kejadian bencana gerakan tanah/tanah longsor di daerah ini terjadi sejak
hari minggu 24 Februari lalu. Tanah longsor yang terjadi setelah turun hujan lebat ini
mengakibatkan penduduk Desa tersebut yang berjumlah 1.137 jiwa atau 287 KK
terpaksa mengungsi. Aneka tanaman warga mengalami kerusakan tertimbun longsoran
tanah. Permukaan tanah di desa itu terus bergerak turun dengan kedalaman mencapai 2
(dua) meter. Sejauh ini bencana gerakan tanah tidak menimbulkan korban jiwa (sumber
: Harian Umum Suara Karya, 12 Maret 2008).
• Kondisi daerah bencana:
o Morfologi (bentang alam) umumnya merupakan daerah dataran hingga
perbukitan berlereng landai, terjal.
o Batuan penyusun umumnya berupa batuan endapan kuarter muda
gunungapi yang merupakan endapan lahar.
o Berdasarkan Peta Prakiraan Potensi Gerakan Tanah Provinsi Nusa
Tenggara Tirnur Bulan Maret 2008, Kecamatan Adonara terletak pada zona potensi
gerakan tanah rendah - menengah, artinya daerah ini berpotensi terjadi gerakan tanah
terutama pada saat curah hujan cukup tinggi.
• Faktor penyebab terjadinya gerakan tanah diperkirakan karena:
o Curah hujan yang lebat dan berlangsung lama sebelum dan pada saat
kejadian.
o Morfologi daerah bencana yang merupakan dataran hingga perbukitan
berlereng landai sampai terjal membuat lereng kurang stabil.
o Kondisi batuan batupasir tufaan dengan sisipan batulanau dan
batulempung yang kedap air, sehingga permukaannya licin dan dapat berfungsi
sebagai bidang gelincir.
o Curah hujan yang tinggi mengakibatkan tanah menjadi lembek, tekanan
air pori meningkat dan berat, sehingga kuat geser tanah akan mengecil dan
keseimbangan lereng terganggu.
o Adanya bidang lemah pada zona struktur geologi yang berada disekitar
lokasi bencana mengakibatkan tanah bergerak dan terjadi amblasan.
• Tim Tanggap Darurat Pemeriksaan gerakan tanah siap untuk diberangkatkan ke
lokasi bencana apabila diperlukan, untuk melakukan:
o Penyelidikan daerah bencana.
o Memberikan saran dan rekomendasi teknis penanggulangan bencana
gerakan tanah/tanah longsor.
Memberikan penyuluhan mengenai gerakan tanah/tanah longsar kepada masyarakat.

You might also like