You are on page 1of 9

Pendekatan dalam Pendidikan

Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung
seumus hidup.pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang
banyak dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada
bayi dalam kandungan dengan harapan ia akan bisa (mengajar) bayi mereka sebelum
kelahiran.

Pendidikan merupakan kegiatan yang hanya dilakukan oleh manusia dengan lapangan
yang sangat luas, yang mencakup semua pengalaman serta pemikiran manusia tentang
pendidikan. Pendidikan sebagai suatu praktik dalam kehidupan, seperti halnya dengan
kegiatan-kegiatan lain.

Pendidikan dapat dilihat dalam dua sisi yaitu: (1) pendidikan sebagai praktik dan (2)
pendidikan sebagai teori. Diantara keduanya memiliki keterkaitan dan tidak bisa
dipisahkan. Praktik pendidikan seyogyanya berlandaskan pada teori pendidikan.
Demikian pula, teori-teori pendidikan seyogyanya bercermin dari praktik pendidikan.
Perubahan yang terjadi dalam praktik pendidikan dapat mengimbas pada teori
pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas
pada praktik pendidikan.

I. Praktik Pendidikan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan juga sesuatu yang tidak dapat
dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan
kebijaksanaan. Salah satu dasar utama pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan
melewati generasi.

Menurut Redja M. Praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang


bertujuan membantu pihak lain agar mengalami perubahan tingkah laku yang
diharapkan. Praktik pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek tujuan, aspek
proses kegiatan, dan aspek dorongan(motivasi).

Tujuan praktik pendidikan adalah membantu pihak lain mengalami perubahan tingkah
laku fundamental yang diharapkan.

Proses kegiatan merupakan seperangkat kegiatan sosial/bersama, usaha menciptakan


peristiwa pendidikan dan mengarahkannya, serta merupakan usaha secara sadar atau
tidak sadar melaksanakan prinsip-prinsip pendidikan.

Dorongan atau motifasi untuk melaksanakan praktik pendidikan muncul karena


dirasakan adanya kewajiban untuk menolong orang lain.

II. Teori Pendidikan


Sementara pendidikan sebagai teori yaitu seperangkat pengetahuan yang telah
tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan,
meramalkan dan mengontrol berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang
bersumber dari pengalaman-pengalaman pendidikan (empiris) maupun hasil
perenungan-perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam
konteks yang lebih luas.

Mengapa kita harus mempelajari teori pendidikan? Karena yang kita hadapi dalam
dunia pendidikan adalah manusia. Karena mendidik itu merupakan perbuatan yang
harus betul-betul didasari dan disadari dalam rangka membimbing manusia pada suatu
tujuan yang akan dicapai.

Dalam pendidikan tidak dikenal suatu resep yang pasti (mutlak), karena yang utama
dalam pendidikan adalah kreativitas dan kepribadian pendidik.

Pendidikan memerlukan teori pendidikan, karena teori pendidikan akan memberikan


manfaat sebagai berikut:

1) Teori pendidikan dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui arah dan tujuan
yang akan dicapai.

2) Teori pendidikan berfungsi untuk mengurangi kesalahan-kesalahan dalam


praktik pendidikan. Dengan begitu kita dapat mengetahui mana yang boleh dan mana
yang tidak boleh dilakukan.

3) Teori pendidikan dapat dijadikan sebagai tolak ukur sampai dimana kita telah
berhasil dalam melaksanakan tugas dalam pendidikan.

Dalam Dictionary Americana dijelaskan bahwa teori adalah :

a) Suatu susunan yang sistematis tentang fakta-fakta yang berkaitan dengan dalil-
dalil nyata atau dalil-dalil hipotesis.

b) Suatu penjelasan hipotesis tentang fenomena atau sebagai hipotesis yang belum
teruji secara empiris.

c) Suatu eksposisi tentang prinsip-prinsip umum atau prinsip-prinsip abstrak ilmu


humaniora yang berasal dari praktik

d) Suatu rencana atau sistem yang dapat dijadikan suatu metode bertindak

e) Suatu doktrin atau hukum yang hanya didasarkan atas renungan spekulatif.

Dagobert Runes mengemukakan tiga pengertian teori yaitu :

a) Hypothesis, more losely: supossition, whatever is problemetic verified.

Teroi merupakan suatu hipotesis tentang segala masalah, dapat diuji tetapi tidak perlu
diuji
b) As opposed to practice: systematically organized knowlegde of relatively high
generallity.

Merupakan lawan dari praktik, merupakan pengetahuan yang disusun secara


sistematis dari kesimpulan umum relatif.

c) As opposed to low and obeservation:explanition. The deduction of axsioms and


theorems of one system from assertions (not necessarity verified) from another system
of relatively less problematic and intelligibble.

Teori diartikan sebagai lawan dari hukum-hukum dan observasi, suaru dedukdi dari
aksioma-aksioma dan teorema-teorema suatu sistem yang pasti (tidak perlu diuji),
secara relatif kurang problematif dan lebih banyak diterima atau diyakini.

Menurut Kneller, teori memiliki dua pengertian, antara lain ; teori itu empiris, dalam
arti sebagai suatu hasil pengujian terhadap hipotesis dengan melalui observasi dan
ekserimen, cara berpikir yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode induktif,
maka teori di sini sama dengan makna teori dalam sains. Seorang guru tidakboleh
dikacaukan dengan isu-isu yang tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Kedua, teori
dapat diperoleh melalui berpikir sistematis spekulatif, dengan metode deduktif, dalam
hal ini kneller mengemukakan bahwa teori merupakan “a set of coherent thought”,
seperangkat berpikir koheren yang sesuia dengan teori koherensi tentang kebenaran.

Jadi, teori tidak sebatas diartikan sebagai suatu penjelasan terhadap fenomena,
melainkan merupakan petunjuk untuk membangun atau mengontrol pengalaman.

BAB II

PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM TEORI PENDIDIKAN

Terkait dengan upaya mempelajari pendidikan sebagai teori dapat dilakukan melalui
beberapa pendekatan, diantaranya: (1) pendekatan sains; (2) pendekatan filosofi; dan
(3) pendekatan religi, (4) pendekatan multidisiplin, dan (5) pendekatan dalam
penulisan.

1. 1. Pendekatan Sains

Pendekatan sains yaitu suatu pengkajian pendidikan untuk menelaah dan dan
memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan disiplin ilmu
tertentu sebagai dasarnya. Cara kerja pendekatan sains dalam pendidikan yaitu dengan
menggunakan prinsip-prinsip dan metode kerja ilmiah yang ketat, baik yang bersifat
kuantitatif maupun kualitatif sehingga ilmu pendidikan dapat diiris-iris menjadi
bagian-bagian yang lebih detail dan mendalam.

Melalui pendekatan sains ini kemudian dihasilkan sains pendidikan atau ilmu
pendidikan, dengan berbagai cabangnya, seperti: (1) sosiologi pendidikan; suatu
cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari sosiologi dalam pendidikan untuk
mengkaji faktor-faktor sosial dalam pendidikan; (2) psikologi pendidikan; suatu
cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi untuk mengkaji perilaku dan
perkembangan individu dalam belajar; (3) administrasi atau manajemen pendidikan;
suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari ilmu manajemen untuk mengkaji
tentang upaya memanfaatkan berbagai sumber daya agar tujuan-tujuan pendidikan
dapat tercapai secara efektif dan efisien; (4) teknologi pendidikan; suatu cabang ilmu
pendidikan sebagai aplikasi dari sains dan teknologi untuk mengkaji aspek
metodologi dan teknik belajar yang efektif dan efisien; (5) evaluasi pendidikan; suatu
cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari psikologi pendidikan dan statistika
untuk menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa; (6) bimbingan dan konseling,
suatu cabang ilmu pendidikan sebagai aplikasi dari beberapa disiplin ilmu, seperti:
sosiologi, teknologi dan terutama psikologi.

Tentunya masih banyak cabang-cabang ilmu pendidikan lainnya yang terus semakin
berkembang yang dihasilkan melalui berbagai kajian ilmiah.

Karakteristik Pendekatan Sains

Karakteristik pendekatan sains dapat dilihat dari tiga segi yaitu; objek pengkajian,
tujuan pengkajian, dan metode kerja pengkajian.

Objek pengkajian dalam sains pendidikan sangat terbatas karena objeknya merupakan
salah satu aspek dari pendidikan. Oleh karenanya sains pendidikan mencoba
menganalisis objeknya menjadi unsur-unsur yang lebih kecil, misalnya, sosiologi
pendidikan sebagai salah satu bagian dari sains pendidikan.

Tujuan pengkajian sains pendidikan adalah untuk menggambarkan peristiwa yang


terjadi dalam pendidikan. Mendeskripsikan dan menggambarkan apa yang terjadi
dalam peristiwa pendidikan. Karakteristik seperti ini disebut deskriptif analisis yaitu
menggambarkan secara rinci unsur-unsur dari aspek pendidikan yang menjadi objek
penyelidikannya.

Metode kerja pengkajian sains pendidikan ialah dengan menggunakan metode sains
yaitu dengan cara induktif yang berasal dari fakta-fakta khusus, fakta empiris
pendidikan dianalisis dan diverifikasi, lalu ditarik suatu kesimpulan generalisasi
sebagai suatu teori pendidikan.

Jenis-jenis Sains Pendidikan

Sebagai hasil pendekatan sains terhadap pendidikan, terdapat beberapa jenis sains
yang dihasilkan diantaranya,

- sosiologi pendidikan, merupakan cabang sains pendidikan sebagai aplikasi dari


sosiologi dalam kajian pendidikan, aplikasi dari hasil-hasil penelitian dalam sosiologi.
Sosiologi pendidikan berangkat dari asumsi bahwa pendidikan merupakan organisasi
sosial, sehingga objek penyelidikan sosiologi pendidikan adalah faktor sosial dalam
pendidikan

- psikologi pendidikan, sebagai aplikasi dari psikologi dalam kajian pendidikan,


sangat dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian dalam psikologi.
Psikologi pendidikan berangkat dari sumsi bahwa pendidikan merupakan hal ihwal
dari individu yang sedang belajar. Belajar merupakan perubahan perilaku individu
sehingga objek penelitian dalam prikologi pendidikan adalah perilaku individu dalam
belajar

- administrasi pendidikan, sebagai aplikasi dari ilmu manajemen yang


dipengaruhi dan bersumber dari hasil penelitian dalam bidang manajemen.
Administrasi pendidikan bertolak dari asumsi bahwa pendidikan adalah usaha
pendayagunaan sumber yang tersedia secara efektif dan efisien. Yang menjadi objek
utama penelitian administrasi pendidikan adalah pengelolaan atau pengaturan sumber
daya manusia dan bukan manusia, agar individu dapat belajar efektif dan efisien.

- Teknologi pendidikan, sebagai aplikasi dari sains dan teknologi, sangat


dipengaruhi oleh perkembangan dan hasil penelitian di bidang teknologi. Teknologi
pendidikan antara lain bertolak dari asumsi bahwa pendidikan merupakan aspek
metodologi dan teknik belajar mengajar yang efektif dan efisien.

- Evaluasi pendidikan, sebagai aplikasi dan psikologi pendidikan dan statistik.


Banyak dipengaruhi oleh hasil perkembangan dan penelitian dalam psikologi
pendidikan dan statistik. Evaluasi pendidikan berasal dari asumsi bahwa pendidikan
merupakan persoalan untuk menemukan dan menentukan tingkat keberhasilan
pendidikan

- Cabang-cabang lain yang termasuk sains pendidikan adalah ekonomi


pendidikan, pendidikan kependudukan, ekologi pendidikan, bimbingan dan
penyuluhan pendidikan, pengembangan kurikulum, perencanaan pendidikan, evaluasi
sistem pendidikan.

2. Pendekatan Filosofi

Pendekatan filosofi yaitu suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan


masalah-masalah pendidikan dengan menggunakan metode filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah pendidikan tidak hanya menyangkut
pelaksanaan pendidikan semata, yang hanya terbatas pada pengalaman.

Karakteristik Pendekatan Filosofi

Objek pengkajian pendidikan dengan pendekatan filosofi adalah semua aspek


pendidikan tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Seluruh aspek pendidikan seperti
tujuan pendidikan, isi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik,
keluarga, masyarakat merupakan kajian komprehensif dari pengkajian filosofis.

Tujuan akhir suatu pengkajian filosofi dalam pendidikan adalam merumuskan apa dan
bagaimana seharusnya tentang pendidikan. Kajian filosofi berusaha merumuskan apa
yang dimaksud dengan pendidikan, bagaimana seharusnya tujuan pendidikan,
bagaimana seharusnya kurikulum dirumuskan.pengkajian seperti ini biasa disebut
sebagai pengkajian normatif, karena berkaitan dengan norma-norma, nilai-nilai yang
berlaku dalam kehidupan manusia.

Metode pengkajian filosofis melalui kajian rasional yang mendalam tentng


pendidikan dengan menggunakan semua pengalaman manusia dan kemanusiaannya
sehingga pengalaman kemanusiaan seseorang dapat diterapkan dalam menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan.

Dalam pendidikan akan muncul masalah-masalah yang lebih luas, kompleks dan lebih
mendalam, yang tidak terbatas oleh pengalaman inderawi maupun fakta-fakta faktual,
yang tidak mungkin dapat dijangkau oleh sains. Masalah-masalah tersebut
diantaranya adalah tujuan pendidikan yang bersumber dari tujuan hidup manusia dan
nilai sebagai pandangan hidup. Nilai dan tujuan hidup memang merupakan fakta,
namun pembahasannya tidak bisa dengan menggunakan cara-cara yang dilakukan
oleh sains, melainkan diperlukan suatu perenungan yang lebih mendalam.
Cara kerja pendekatan filsafat dalam pendidikan dilakukan melalui metode berfikir
yang radikal, sistematis dan menyeluruh tentang pendidikan, yang dapat
dikelompokkan ke dalam tiga model: (1) model filsafat spekulatif; (2) model filsafat
preskriptif; (3) model filsafat analitik.

Filsafat spekulatif adalah cara berfikir sistematis tentang segala yang ada,
merenungkan secara rasional-spekulatif seluruh persoalan manusia dengan segala
yang ada di jagat raya ini dengan asumsi manusia memliki kekuatan intelektual yang
sangat tinggi dan berusaha mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan
alam berfikir dan keseluruhan pengalaman.

Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standar) penilaian


tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, penilaian tentang seni,
menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Nilai suatu
benda pada dasarnya inherent dalam dirinya, atau hanya merupakan gambaran dari
fikiran kita. Dalam konteks pendidikan, filsafat preskriptif memberi resep tentang
perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.

Filsafat analitik memusatkan pemikirannya pada kata-kata, istilah-istilah, dan


pengertian-pengertian dalam bahasa, menguji suatu ide atau gagasan untuk
menjernihkan dan menjelaskan istilah-istilah yang dipergunakan secara hati dan
cenderung untuk tidak membangun suatu mazhab dalam sistem berfikir (disarikan
dari Uyoh Sadulloh, 1994)

Terdapat beberapa aliran dalam filsafat, diantaranya: idealisme, materialisme,


realisme dan pragmatisme (Ismaun, 2001). Aplikasi aliran-aliran filsafat tersebut
dalam pendidikan kemudian menghasilkan filsafat pendidikan, yang selaras dengan
aliran-aliran filsafat tersebut. Filsafat pendidikan akan berusaha memahami
pendidikan dalam keseluruhan, menafsirkannya dengan konsep-konsep umum, yang
akan membimbing kita dalam merumuskan tujuan dan kebijakan pendidikan. Dari
kajian tentang filsafat pendidikan selanjutnya dihasilkan berbagai teori pendidikan,
diantaranya: (1) perenialisme; (2) esensialisme; (3) progresivisme; dan (4)
rekonstruktivisme. (Ella Yulaelawati, 2003).

Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan


dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut
faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak
terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa
lalu.

Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang


hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya
sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia? Apa
pengalaman itu?

Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,


berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.

Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada


rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis
dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan pada
hasil belajar dari pada proses.

1. 3. Pendekatan Religi

Pendekatan religi yaitu suatu pendekatan untuk menyusun teori-teori pendidikan


dengan bersumber dan berlandaskan pada ajaran agama. Di dalamnya berisikan
keyakinan dan nilai-nilai tentang kehidupan yang dapat dijadikan sebagai sumber
untuk menentukan tujuan, metode bahkan sampai dengan jenis-jenis pendidikan.

Cara kerja pendekatan religi berbeda dengan pendekatan sains maupun filsafat dimana
cara kerjanya bertumpukan sepenuhnya kepada akal atau ratio, dalam pendekatan
religi, titik tolaknya adalah keyakinan (keimanan). Pendekatan religi menuntut orang
meyakini dulu terhadap segala sesuatu yang diajarkan dalam agama, baru kemudian
mengerti, bukan sebaliknya.

Terkait dengan teori pendidikan Islam, Ahmad Tafsir (1992) dalam bukunya “ Ilmu
Pendidikan dalam Persfektif Islam” mengemukakan dasar ilmu pendidikan Islam
yaitu Al-Quran, Hadis dan Akal. Al-Quran diletakkan sebagai dasar pertama dan
Hadis Rasulullah SAW sebagai dasar kedua. Sementara akal digunakan untuk
membuat aturan dan teknis yang tidak boleh bertentangan dengan kedua sumber
utamanya (Al-Qur’an dan Hadis), yang memang telah terjamin kebenarannya. Dengan
demikian, teori pendidikan Islam tidak merujuk pada aliran-aliran filsafat buatan
manusia, yang tidak terjamin tingkat kebenarannya.

Sedangkan Abdur Rahman Shalih membandingkan teori pendidikan islam dengan


teori sains. Ia mengatakan bahwa teori sains bersifat deskriptif dapat membantu para
pendidik. Tetapi tidak mungkin dapat menjadi paradigma bagi teori pendidikan,
karena bagi pendidikan teori tidak sekedar menerangkan bagaimana atau mengapa
sesuatu iyu bisa terjadi.

Fungsi teori dalam pendidikan itu sendiri dalam pendidikan adalah sebagai petunjuk
perilaku peserta didik. Dalam pendidikan islami nilai-nilai Qurani merupakan bentuk
elemen dasar kurikulum, dan sekolah berkepentingan membawa siswa-siswanya agar
sesuai dengan nilai-nilai tersebut

Sementara itu, Ahmad Tafsir (1992) merumuskan tentang tujuan umum pendidikan
Islam yaitu muslim yang sempurna dengan ciri-ciri : (1) memiliki jasmani yang sehat,
kuat dan berketerampilan; (2) memiliki kecerdasan dan kepandaian dalam arti mampu
menyelesaikan secara cepat dan tepat; mampu menyelesaikan secara ilmiah dan
filosofis; memiliki dan mengembangkan sains; memiliki dan mengembangkan filsafat
dan (3) memiliki hati yang takwa kepada Allah SWT, dengan sukarela melaksanakan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangannya dan hati memiliki hati yang
berkemampuan dengan alam gaib.

Dalam teori pendidikan Islam, dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan dengan
substansi pendidikan lainnya, seperti tentang sosok guru yang islami, proses
pembelajaran dan penilaian yang islami, dan sebagainya.

-prinsinsipTeori pendidikan islam merupakan teori yang terintegratif yang


berdasarkan pada prinsip-prinsip Qurani, jadi teori pendidikan islam tidak akan
mungkin bertentangan dengan hasil-hasil sains tetapi bisa menerima dan
memanfaatkan bagian-bagian dari sains bagi pelaksanaan operasional pendidikan.

Abdullah mengemukakan :

“jika prinsip-prinsip yang diderivasi dari bidang-bidang ilmu lain diadopsi ke dalam
pandangan Quran, maka akan muncul kontradiksi antara apa yang diajarkan tentang
penciptaan manusia pertama di muka bumi dengan apa yang diajarkan biologi. Karena
seluruh prinsip terkait erat, teori pendidikan islam dapat digambarkan sebagai teori
yang terintegrasi, dimana prinsip-prinsip Qurani membentuk intinya. Disebabkan Al
Quran mengandung satu kesatuan pandangan tentang manusia dan alam, teori nyang
berdasakan kepanya juga harus pula begitu.”

1. 4. Pendekatan Multidisiplin

Mengingat kompleksitas dan luasnya lingkup pendidikan, maka untuk menghasilkan


teori pendidikan yang lengkap dan menyeluruh kiranya tidak bisa hanya dengan
menggunakan satu pendekatan saja. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan holistik
dengan memadukan ketiga pendekatan di atas yang terintegrasi dan memliki
hubungan komplementer, saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.
Pendekatan semacam ini biasa disebut pendekatan multidisipliner.

Jadi pendekatan yang perlu kita lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh,
pendekatan multidisiplin yang terpadu. Pendekatan filosofi, pendekatan sains,
pendekatan religi atau mungkin pendekatan seni , dipergunakan secara terpadu tidak
terpisah. Antara pendekatan yang satu dengan pendekatan yang lainnya harus
memiliki hubungan yang komplementer, karena satu sama lainnya saling melengkapi.

You might also like