Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
1. Ricki Susilo A24070032
Latar Belakang
Sistem pangan saat ini sedang gencar-gencarnya mengupayakan
diversifikasi pangan dari padi ke bahan pangan lain. Bahan pangan tersebut dapat
diperoleh dari umbi-umbian maupun yang lainnya. Umbi-umbian yang biasa
dikonsumsi masyarakat Indonesia yakni ubi kayu dan ubi jalar. Kedua jenis umbi-
umbian ini banyak dikonsumsi karena selain murah, teknik budidayanya juga
tidak terlalu rumit. Ubi jalar memiliki peran yang besar dalam pembangunan
pertanian sehingga prospeknya sangat cerah apabila dikelola dan dikembangkan
dengan pola agribisnis. Untuk ubi kayu, permasalahan umum yang ada adalah
rendahnya produksi dan produktivitas yang disebabkan penerapan teknologi
budidaya yang kurang tepat.
Tanaman ubi kayu atau singkong (Manihot esculenta) merupakan salah
satu komoditi yang mudah hidup hanya dengan perbanyakan stek dan sangat
digemari oleh masyarakat. Disamping sebagai bahan makanan, ubi kayu juga
dapat digunakan sebagai bahan baku industri dan pakan ternak. Ubinya
mengandung air sekitar 60%, pati 25-35%, serta protein, mineral, serat, kalsium
dan fosfat. Ubi kayu merupakan sumber energi yang lebih tinggi dibanding padi,
jagung, ubi jalar dan sorgum. Ubi kayu memiliki beberapa macam varietas, yakni
Adira 1, Adira 2, Adira 4, Malang 1 dan Malang 2. Dari beberapa varietas
tersebut, Adira 1 memiliki kadar tepung tertinggi yakni sebesar 45%, disusul
Adira 2 (41%), Malang 1 dan 2 (32-36%) dan Adira 4 (18-22%) (Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman Pangan, 1993).
Pengolahan produk setengah jadi merupakan salah satu cara pengawetan
hasil panen, terutama untuk komoditas yang berkadar air tinggi, seperti aneka
umbi dan buah. Keuntungan lain dari pengolahan produk setengah jadi yaitu
sebagai bahan baku yang fleksibel untuk industri pengolahan lanjutan, aman
dalam distribusi, serta menghemat nuangan dan biaya penyimpanan. Teknologi ini
mencakup teknik pembuatan sawut/chip/granula/grits, teknik pembuatan tepung,
teknik separasi atau ekstraksi dan pembuatan pati (Widowati, 2009).
Salah satu pemanfaatan dari ubi kayu adalah pembuatan tepung tapioka.
Tepung tapioka merupakan tepung pati ubi jalar. Pati adalah bahan utama yang
dihasilkan oleh tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk
fotosintesis) dalam jangka panjang. Pati tersusun dari dua macam karbohidrat,
amilosa dan amilopektin, dalam komposisi yang berbeda-beda. Amilosa
memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin menyebabkan sifat lengket.
Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin
tidak bereaksi.
Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan
makanan cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai
komponen perekat, campuran kertas dan tekstil, serta pada industri kosmetika.
Tujuan
Tujuan dari kegiatan praktikum ini adalah untuk melatih mahasiswa dalam
memanfaatkan ubi kayu menjadi produk setengah jadi, yaitu salah satunya dengan
pembuatan tepung tapioka, serta untuk mengetahui persentase bobot tepung
tapioka yang dihasilkan dari ubi kayu segar yang diolah.
TINJAUAN PUSTAKA
Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang mudah rusak. Apabila tidak
diolah secara langsung, maka 3 hari setelah panen, ubi kayu akan mengalami
kerusakan (warna daging ubi kayu kebiru-biruan dan rasanya tidak enak). Oleh
karena itu, ubi kayu segar perlu diolah menjadi bahan lain seperti diolah menjadi
tepung tapioka. Pengolahan ubi kayu menjadi tepung bertujuan untuk
memperpanjang masa simpan, meningkatkan nilai tambah tanaman ubi kayu,
diversifikasi makanan dan sebagai bahan substitusi dalam industri pangan
(Suismono et al., 2006).
Ubi kayu merupakan sumber karbohidrat (34,70-37,90 g/100 g ubi
kayu) sehingga dapat digunakan sebagai makanan pokok terutama di daerah
pedesaan, namun kandungan protein ubi kayu sangat rendah (0,80-1,20 g/100 g
ubi kayu) (Direktorat Gizi Depkes RI, 1981).
Tepung digolongkan menjadi dua, yaitu tepung tunggal adalah
tepung yang dibuat dari satu jenis bahan pangan, misalnya tepung beras, tepung
kasava serta tepung ubi jalar, dan tepung komposit yaitu tepung yang dibuat dari
dua atau lebih bahan pangan, misalnya tepung komposit kasava-terigu-kedelai,
tepung komposit jagung-beras, atau tepung komposit kasava-terigu-pisang.
Tujuan pembuatan tepung komposit antara lain untuk mendapatkan karakteristik
bahan yang sesuai untuk produk olahan yang diinginkan atau untuk mendapatkan
sifat fungsional tertentu. Pertimbangan lain adalah faktor ketersediaan dan harga
(Widowati, 2009).
Tepung dan pati merupakan dua produk yang berbeda cara pembuatan
maupun sifat fsikokimia serta pemanfaatannya. Namun, seringkali terjadi
kerancuan pengertian antara dua produk tersebut. Pada pembuatan tepung, seluruh
komponen yang terkandung di dalam bahan pangan dipertahankan
keberadaannya, kecuali air. Sedangkan pada pembuatan pati, pada prinsipnya
hanya mengekstrak kandungan pati saja. Oleh sebab itu, dalam pembuatan pati
terdapat limbah padat (ampas), sedangkan pada pembuatan tepung tidak ada
limbah padat, kecuali kulit (Widowati, 2009).
Teknologi tepung merupakan salah satu proses alternatif produk setengah
jadi yang dianjurkan, karena lebih tahan disimpan, mudah dicampur (dibuat
komposit), diperkaya zat gizi (difortifikasi), dibentuk dan lebih cepat dimasak
sesuai tuntutan kehidupan modern yang ingin serba praktis. Prosedur pembuatan
tepung sangat beragam, dibedakan berdasarkan sifat dan komponen kimia bahan
pangan. Namun secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bahan
pangan yang tidak mudah menjadi coklat apabila dikupas (kelompok serealia) dan
bahan pangan yang mudah menjadi coklat (kelompok aneka umbi dan buah yang
kaya akan karbohidrat) (Widowati, 2009).
Produktivitas ubi kayu rata-rata 30 ton/ha, dan kadar pati optimum
pada umur panen 8-9 bulan. Rendemen tepung ubi kayu atau disebut tepung
kasava sekitar 30%. Jadi satu hektar ubi kayu akan menghasilkan rata-rata umbi
sebesar 30 ton atau setara dengan 9 ton tepung. (Widowati, 2009).
Berikut merupakan komposisi ubi kayu per 100 gram bahan:
Tabel 1. Komposisi Ubi Kayu (per 100 gram bahan)
KOMPONEN KADAR
Kalori 146,00 kal
Air 62,50 gram
Phosphor 40,00 mg
Karbohidrat 34,00 gram
Kalsium 33,00 mg
Vitamin C 30,00 mg
Protein 1,20 gram
Besi 0,70 mg
Lemak 0,30 gram
Vitamin B1 0,06 mg
Berat dapat dimakan 75,00
Sumber : Radiyati dan Agusto (1990)
Metode Pelaksanaan
Tahapan pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut:
1. Ubi kayu segar dikupas lalu dicuci bersih kemudian diparut.
2. Hasil parutan ditambahkan air lalu disaring dan kemudian diperas dengan kain.
3. Hasil saringan disimpan selama 24 jam untuk mengendapkan patinya.
4. Air di atas endapan dibuang dan hasil pengendapan ditiriskan.
ubi kayu segar
5. Hasil endapan di oven hingga kering (kadar air turun) selama beberapa jam.
6. Endapan yang telah di oven kemudian di blender lalu di ayak sehingga
dikupas, dicuci bersih, diparut
didapatkan tepung tapiokanya.
7. Tepung tapioka yang telah diperoleh ditimbang kemudian disimpan didalam
wadah (toples).
ditambahkan air, diperas, disaring
tepung tapioka
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Pada praktikum ini dilakukan pembuatan tepung tapioka dari ubi kayu.
Tepung tapioka merupakan tepung pati ubi jalar. Pati ini diperoleh melalui
penghancuran ubi kayu segar, pelarutan dengan air, pemerasan, pengendapan pati
dan pengeringan. Ubi kayu yang digunakan adalah sebanyak 4 kg dan setelah
diolah, ubi kayu tersebut menghasilkan 180 gram tepung pati, sehingga persentase
hasilnya adalah 4.5%. Tepung tapioka yang diperoleh memiliki penampakan fisik
berwarna putih namun sedikit keruh (kekuningan).
Saran
1. Ketersediaan alat-alat untuk menunjang praktikum masih kurang lengkap dan
kurang banyak sehingga pelaksanaan praktikum masih kurang efisien.
2. Kapasitas ruang praktikum yang tidak sesuai dengan jumlah mahasiswa
praktikan, mahasiswa praktikan sangat banyak dibandingkan dengan ruangan
praktikum yang tidak terlalu luas. Untuk selanjutnya lebih baik jumlah
mahasiswa yang praktikum dikurangi agar kondisi pada saat praktikum lebih
kondusif.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Gizi Depkes RI. 1981. Daftar Komposisi Bahan Pangan. Bhrata Karya
Aksara. Jakarta.
Suismono, Hadi S., dan Widowati. 2006. Pembuatan Tepung Kasava. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Jakarta.
Gambar 6. Hasil endapan pati yang telah dioven dan siap untuk dihaluskan