You are on page 1of 7

Tugas

Sejarah Indonesia Masa Klasik


Sejarah Masuknya Agama Islam ke Indonesia,
Proses, dan Pengaruhnya

Oleh:

Nama : Kurnia Yunita Rahayu

No : 4415107001

Prodi : Pendidikan Sejarah Non Reg 2010

Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka No. 1 Jakarta


A. Masuknya Agama Islam ke Indonesia
Bahasan mengenai masuknya agama Islam ke Indonesia memang masih menjadi perdebatan
diantara para sejarawan. Beberapa hal yang diperdebatkan antara lain adalah:

1. Kapan Islam masuk ke Indonesia?

2. Golongan apa yang membawa agama Islam masuk ke Indonesia, kaum wiraswasta atau
guru-guru tasawuf1 ?

3. Daerah mana di Indonesia ini yang menjadi daerah pertama yang menerima ajaran agama
Islam?

Pertanyaan kapan Islam masuk ke Indonesia sulit dipastikan, ditambah lagi wilayah Indonesia
yang begitu luas dan posisi geografisnya yang terletak di persimpangan jalan laut niaga antara
Arabia, India, dan Cina menjadi faktor alamiah sukarnya menmastikan daerah mana yang
paling awal menerima ajaran agama Islam.

Oleh karena itu, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas akan dikemukakan beberapa
teori tentang masuknya agama Islam di Indonesia, yang menurut Ahmad Mansur Suryanegara
terdapat beberapa teori yang dapat membantu menjawab beberapa pertanyaan tersebut, yaitu:

Teori Gujarat
Teori ini lahir dari hasil penulisan sarjana-sarjana Belanda yang menulis tentang sejarah
masuknya Islam ke Indonesia. Diantaranya yang paling berpengaruh adalah teori Prof. Dr. C.
Snouck Hurgronje yang meyatakan bahwa Islam tidak mungkin masuk ke Indonesia Indonesia
langsung dari India tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di India. Beliau juga
menjelaskan bahwa daerah India yang dimaksud tersebut adalah Gujarat.

Daerah pertama yang dimasuki adalah Kerajaan Samudera Pasai, pada abad ke-13 M. Snouck
tidak menjelaskan antara masuk dan berkembangnya Islam, serta tidak pula menjelaskan di
Gujarat menganut mazhab apa dan mazhab apa yang berkembang di Samudera Pasai. Yang
menjadi pertanyaan atas teori Snouck Hurgronje ini adalah, mungkinkan Islam langsung
mendirikan kekuasaan politik atau Kerajaan ketika awal masuk ke Samudera Pasai?

Berikut beberapa pendapat dan bukti yang memperkuat teori ini:

1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di
Indonesia.

2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia-Cambay-
Timur Tengah-Eropa.

1
3. Adanya batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak
khas Gujarat.

Pendukung Teori Gujarat yanglain adalah WF Stutterheim dan Bernard H. M. Vlekke. Para ahli
yang mendukung teori ini lebih memusatkan perhatiannya pada saat munculnya kekuasaan
politik Islam yaitu dengan adanya Kerajaan Samudera Pasai. Hal ini juga bersumber dari
keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak (Perureula) pada
tahun 1292. Marcopolo menceritakan bahwa di Perlak sudah ada banyak penduduk yang
menganut agama Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan agama Islam.

Teori Makkah
Teori ini merupakan teori yang muncul sebagai sanggahan terhadap Teori Gujarat. Adapun teori
ini didasarkan pada Berita Cina Dinasti Tang yang dikemukakan oleh Prof. Dr. Buya Hamka
dalam Seminar Masuknya Agama Islam ke Indonesia yang dilaksanakan di Medan pada tahun
1963.

Berita Cina Dinasti Tang tersebut memaparkan bahwa telah ditemukan daerah hunian
wirausahawan Arab Islam di Pantai Barat Sumatera. Hal ini memberikan satu pendapat bahwa
Islam masuk ke Indonesia dari daerah asalnya yaitu Arab dan dibawa oleh kaum wirausahawan.
Hal lain yang dapat disimpulkan adalah Kerajaan Samudera Pasai yang didirikan pada tahun
1275 M atau lazim disebut pada abad ke-13 M, bukanlah awal masuknya agama Islam melainkan
sudah merupakan bagian dari perkembangan agama Islam di Indonesia.

Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M dan
pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Berikut beberapa bukti yang memperkuat teori ini:

1. Pada abad ke-7 yaitu pada tahun 674, di Pantai Barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan orang Islam (Arab) dengan pertimbangan bahwa pedangang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga merupakan keterangan
dari Berita Cina.

2. Kerajaan Samudera Pasai menganut mazhab Syafi’i, dimana pengaruh terbesat dari mazhab
tersebut pada waktu itu adalah Mesir dan Makkah. Sedangkan Gujarat adalah penganut
mazhab Hanafi.

3. Raja-raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al Malik, yaitu gelar tersebut berasal dari
Mesir.

Para ahli yang mendukung teori ini selain Buya Hamka atara lain adalah Van Leur dan T.W.
Arnold. Mereka yang mendukung teori ini menyatakan bahwa di abad ke-13 sudah berdiri
kekuasaan politik Islam, jadi dapat disimpulkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia terjadi
jauh sebelumnya yaitu pada abad ke-7 dan yang berperan besar dalam penyebarannya adalah
bangsa Arab itu sendiri.
Teori Persia
Teori ini dipercayai oleh Prof. Dr. Abubakar Atjeh yang mengikuti pandangan Dr. Hosein
Djajadiningrat, bahwa Islam masuk dari Persia dan bermazhab Syi’ah. Pendapat Prof. Dr.
Abubakar Atjeh ini didasarkan pada sistem baca atau sistem mengeja membaca huruf Al-Quran,
terutama di daerah Jawa Barat. Contohnya:

Ejaan Arab Ejaan Persia

Fat-hah Jabar

Kasrah Je-er

Dhammah Py-es

Teori ini dinilai lemah karena tidak semua pengguna sistem baca huruf Al-Quran tersebut di
Persia menganut mazhab Syi’ah. Karena pada saat Baghdad sebagai ibukota Khilafah
Abbasiyah, Khalifah Abasiyah umumnya penganut Ahlussunnah wal Jama’ah. Secara lebih jelas
lagi, para pengguna sistem baca huruf Al-Quran Persia tersebut di Jawa Barat bukanlah
penganut mazhab Syi’ah. Para penganut tasawuf Qadiriyah Naqsabandiyah yang terdapat di
Jawa Barat pun bukanlah pengikut mazhab Syi’ah. Namun pada umumnya, pemeluk agama
Islan di Jawa Barat bermazhab Syafi’i, seperti Abbasiyah di Baghdad yang juga merupakan
penganut mazhab Syafi’i.

Teori Cina
Prof. Dr. Slamet Muljana dalam bukunya yang berjudul Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa dan
Timbulnya Negara-negara Islam di Indonesia berpendapat bahwa bukan hanya Sultan Demak
yang merupakan seorang peranakan Cina. Namun, dia juga menyimpulkan bahwa para Wali
Sanga adalah juga orang-orang peranakan Cina. Pendapatnya ini didasarkan dari Kronik
Klenteng Sam Po Kong.

Menurut budaya Cina, dalam penulilsan sejarah nama tempat yang bukan negeri Cina, dan
nama orang yang bukan bangsa Cina juga diCinakan penulisannya.

Besar kemungkinan seluruh nama-nama raja Majapahit dan nama Kerajaan Majapahit pun
seperti halnya kerajaan lainnya diCinakan pula dalam Kronik Sam Po Kong Semarang.
Anehnya, mengapa nama-nama wali dan nama Sultan Demak yang diCinakan dalam Kronik
Sam Po Kong ditafsirkan oleh Prof. Dr. Slamet Muljana sebagai orang Cina? Mengapa tidak
nama seluruh pelaku sejarah yang diCinakan dalam Kronik Sam Po Kong ditafsirkan sebagai
orang Cina? Dengan pengertian tidak ada seorangpun pribumi. Tidak ada sebuah kerajaan pun
di Indonesia yang bukan bagian dari kerajaan Cina.

Oleh karena itu, kelemahan data dan sistem interpretasi yang demikian ini, menjadikan Prof.
Dr. G. W. J. Drewes, Guru Besar Islamologi dari Universitas Leiden ketika di IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, diberitakan oleh Berita Buana, Selasa 23 November 1971, menyatakan
bahwa pengambilan data yang dikumpulkan oleh Prof. Dr. Slamet Muljana tidak tepat dan tidak
beralasan.

Teori Maritim
Menurut N.A. Baloch, seorang sejarawan Pakistan, masuk dan perkembangan agama Islam di
Indonesia adalah karena umat Islam memiliki navigator atau mualim dan wirausahawan
muslim yang dinamik dalam penguasaan maritime dan pasar. Melalui aktivitas ini, ajaran Islam
mulai dikenalkan sepanjang jalan laut niaga di pantai-pantai tempat persinggahannya pada
masa abad ke-1 H atau abad ke-7 M.

Oleh karena itu, langkah awal sejarahnya, ajaran Islam dikenalkan di pantai-pantai Nusantara
Indonesia hingga di Cina Utara oleh para wirausahawan Arab. Demikian pendapat N.A. Baloch
dala The advent of Islam in Indonesia. Dijelaskan pula tentang waktunya, terjadi pada abad ke-
7 M. Adapun proses waktu yag dilalui dalam dakwah pengenalan ajaran Islam ini berlangsung
selama lima abad, dari abad ke-7 M sampai abad ke-12 M.

Selanjutnya N.A. Baloch menjelaskan mulai abad ke-13 M terjadi pengembangan Islam hingga
ke pedalaman. Pada periode ini pengembangan agama Islam ke pedalaman dilakukan oleh para
wirausahawan pribumi. Selain itu, dimulai dari Aceh pada abad ke-9 M. Kemudian mulai diikuti
di wilayah lainnya di Indonesia, kekuasaan politik Islam atau kesultanan mulai tumbuh.

Dari beberapa teori tersebut, pada dasarnya maisng-masing memiliki kebenaran dan
kelemahannya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan
jaan damai pada abad ke-7 M dan mengalami perkembangannya pada abad ke-13 M. sebagai
pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah Bangsa Arab, Persia, dan Gujarat (India).

B. Proses Perkembangan Agama dan Kebudayaan Islam di


Indonesia
Proses masuk adan berkembangnya Islam di Indonesia pada dasarnya dilakukan dengan jalan
damai melalui beberapa jalur yaitu melalui perdagangan seperti yang dilakukan oleh para
pedagang Arab, Persia, dan Gujarat.

Pedagang tersebut berinteraksi dengan masyarakat Indonesia. Kesempatan tersebut


dipergunakan oleh para pedagang Islam untuk menyebarkan agama Islam. Selanjutnya diantara
pedagang itu ada yang terus menetap, atau mendirikan perkampungan, seperti pedagang
Gujarat mendirikan Perkampungan Pekojan.

Dengan adanya perkampungan pedagang, maka interaksi semakin sering bahkan ada yang
sampai menikah dengan perempuan Indonesia sehingga proses penyebaran Islam menjadi
semakin cepat.

Perkembangan Islam yang cepat menyebabkan muncul tokoh ulama atau mubaligh yang
menyebarkan Islam melalui pendidikan dengan mendirikan pondok-pondok pesantren. Pondok
pesantren adalah tempat para pemuda dari berbagai daerah dan kalangan masyarakat menimba
ilmu agama Islam. Setelah tamat dari pondok tersebut, maka para pemuda menjadi juru
dakwah untuk menyebarkan Islam di daerahnya masing-masing.

Di damping penyebaran Islam melalui alur yang telah disebutkan di atas, juga dilakukan
melalui kesenian. Seperti pertunjukan seni gamelan maupun wayang kulit.

Proses Islamisasi di Indonesia tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaligh/ulama,
raja, bangsawan, atau para adipati. Di Pulau Jawa peranan para mubaligh tergabung dalam
kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Wali Songo.

C. Pengaruh Islam yang Terwujud dalam Akulturasi Kebudayaan


Indonesia dengan Kebudayaan Islam
Sebelum Islam masuk dan berkembang, Indonesia sudah memiliki corak kebudayaan yang
dipengaruhi oleh agama Hindu dan Buddha. Dengan masuknya Islam, Indonesia kembali
mengalami proses akulturasi yang melahirkan kebudayaan baru, yaitu budaya Islam Indonesia,
yang tentu saja tidak berarti kebudayaan Hindu Buddha hilang, namun sebaliknya kebudayaan
tersebut tetap ada.

Berikut wujud budaya Indonesia yang telah mengalami akulturasi dengan budaya Islam:

1. Seni Bangunan

Wujud akulturasi dalam seni bangunan dapat terlihat pada bangunan masjid, makam, dan
istana. Contoh: Masjid Aceh, Masjid Agung Demak, Masjid Gunung Jati, Makam Sendang
Duwur (Tuban).

2. Seni Rupa

Tradisi Islam tidak menggambarkan bentuk manusia atau hewan. Seni ukir relief yang
menghias masjid, makam Islam berupa saluran tumbuh-tumbuhan namun terjadi pula
sinkretisme (hasil perpaduan dua aliran seni logam), aga didapat keserasian.

3. Aksara dan Seni Sastra

Tersebarnya agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang tulisan Arab
Melayuatau biasanya dikenal dengan istilah Arab Gundul yaitu tulisan Arab yang dipakai
untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi tidak menggunakan tanda-tanda a-i-u seperti
lazimnya tulisan Arab.

Lalu, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang banyak digunakan sebagai motif
hiasan ataupun ukiran. Sedangkan dalam seni sastra yang berkembang pada periode awal
Islam adalah seni sastra yang berasal dari perpaduan sastra pengaruh Hindu –Buddha dan
dan sastra Islam yang banyak mendapat pengaruh Persia. Bentuk seni sastra yang
berkembang adalah hikayat, babad, suluk, primbon.
4. Sistem Pemerintahan

Sebelum Islam masuk ke Indonesia, sudah ada pemerintahan yang bercorak Hindu Buddha,
tetapi setelah Islam masuk maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu Buddha
mengalami keruntuhan dan perannnya digantikan oleh keranjaan-kerajaan Islamseperti
Samudera Pasai, Demak,Malaka, dsb.

Sistem pemerintahan yang bercorak Islam rajanya bergelar Sultan atau Sunan seperti halnya
para wali dan apabila rajana meninggal tidak lagi dimakamkan di candi atau dicandikan,
tetapi dimakamkan secara Islam.

5. Sistem Kalender

Sebelum budaya Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia sudah mengenal


Kalender Saka (Kalender Hindu) yang dimulai pada tahun 78 M. Dalam kalender Saka ini
ditemukan nama-nama pasaran hari seperti legi, pahing, pon, wage, dan kliwon.

Setelah berkembangnya Islam, Sultan Agung dari Mataram menciptakan Kalender Jawa
dengan menggunakan perhitungan peredaran bulan seperti tahun Hijrian.

Pada Kalender Jawa, Aultan Agung melakukan perubahan pada nama-nama bulan seperti
Muharram diganti dengan Syuro, Ramadhan diganti dengan Pasa, sedangkan nama-nama
hari tetap menggunakan hari-hari sesuai dengan Bahasa Arab. Kalender Sultan Agung
tersebut dimulai pada tanggal 1 Syuro 1555 Jawa, atau bertepatan dengan 1 Muharram 1053
H dan 8 Agustus 1633 M.

Daftar Pustaka
Masuknya Pengaruh Islam di Indonesia, melalui

http://elcom.umy.ac.id/elschool/muallimin_muhammadiyah/file.php/1/materi/Sejarah/MAS
UKNYA%20PENGARUH%20ISLAM%20DI%20INDONESIA.pdf

Suryanegara, Ahmad Mansur. 2009. Api Sejarah. Bandung: Salamadani Pustaka Semesta

You might also like