You are on page 1of 4

I.

FUNGSIONALISME

Dalam teori Fungsionalisme tokoh yang sangat berperan adalah David Mitrany,

yangmana asumsinya adalah bahwa penawaran itu harus sesuai dengan tuntutan guna

memenuhi kebutuhan dasar umat manusia seperti makanan, perlindungan, dan keamanan.

meningkatnya spesialisasi dan pertukaran yang lebih luas dalam barang, jasa dan orang-

orang menyebabkan meningkatnya konsekuensi terhadap permasalahan seperti depresi

ekonomi dan wabah. Hasilnya kelompok-kelompok kecil menjadi kesulitan menangani

permasalahan mengglobal tersebut. Oleh karena itu, badan-badan internasional telah

dibentuk untuk memecahkan permasalahan global.

Teori Fungsionalisme ini menjelaskan lebih lanjut yang pada awalnya, organisasi

itu merupakan unit kecil yang mungkin belum menjadi organisasi hanya berupa asosiasi-

asosiasi. Namun, karena kinerjanya memang memenuhi kebutuhan manusia maka

organisasi tersebut semakin lama semakin membesar. Fungsionalisme tidak menekankan

pada aspek High politic tetapi lebih menekankan pada fungsi-fungsi yang kecil seperti

hanya menangani masalah korban perang, kesehatan, pengadilan dan mahkamah

internasional. Semakin lama organisasi-organisasi kecil itu semakin banyak anggotanya

yang kemudian disatukan oleh negara-negara dalam satu payung organisasi supranasional.

Kaum fungsionalisme menekankan bahwa proses intergrasi tidak akan berlanjut lebih jauh

tanpa tercapainya kerjasama dalam memecahkan permasalahan bersama.

Model kaum Fungsionalis yang paling nyata adalah proses pembentukan Uni Eropa

yang dimulai dari komunitas besi baja yang khusus menangani masalah produksi dan

perdagangan, berlanjut ke pembentukan pasar bersama dalam aspek ekonomi hingga


terciptanya Union seperti saat ini yang melingkupi aspek ekonomi, politik bahkan juga

kesepakatan penanganan masalah keamanan.

II. NEO-FUNGSIONALISME

Neo-fungsionalisme menggabungkan unsur-unsur teori komunikaasi, teori

fungsionalisme dan federalisme. Teori ini menyatakan bahwa unit-unit didirikan

berdasarkan kesepakatan-kesepakatan diantara negara-negara, terutama dalam

hubungannya dengan pasar bersama atau kesepakatan ekonomi. Teori ini menjelaskan

bahwa kesinambungan kerjasama ini tidak akan berlangsung lama tanpa ada unsur

kesepahaman yang diupayakan oleh para anggotanya. Artinya, harus ada ego yang ditekan

untuk menyelaraskan kepentingan nasional masing-masing guna menghasilkan kebijakan

yang bisa merangkul semua anggota. Jika pada awal berdirinya suatu organisasi itu karena

adanya kebutuhan yang sama mengenai sesuatu hal dan pertimbangannya karena aspek

untung-rugi, pada proses selanjutnya high poltic ternyata tetap diperlukan untuk

memelihara organisasi tersebut, terutama dalam hal membuat keputusan. Peran elit politik,

komitmen para aktor pada perjanjian-perjanjian yang mereka buat, seperti halnya asumsi-

asumsi kaum federalis semua itu tetap penting dalam eksistensi sautu organisasi, terlebih

organisasi supranasional.

Tokoh yang berperan penting dalam teori ini dalah Ernst B.Haas, menurutnya,

Integrasi merupakan suatu proses dimana aktor politk dari berbagai bangsa berusaha untuk

menggeser royalitas dan kegiatan politik mereka kearah suatu pusat yang baru, dimana

lembaga tersebut ikut menentukan kebijakan regional negara-negara anggotanya. Dia

menjelaskan lebih lanjut lagi bahwa institusi regional maupun internasional diperlukan oleh
negara-negara berdaulat yang kapasitas mereka untuk memperjuangkan kesejahteraan bagi

rakyatnya sedang menurun. Sehingga ia memandang negara mempunyai andil besar dalam

pembentukan dan kinerja sebuah institusi.

Prediksi utama neofungsionalisme adalah bahwa integrasi akan menjadi self-

sustaining dan bersifat ’spill over ’. Ada dua jenis spill over yang pertama adalah spill over

fungsional dimana unit-unit yang kecil yang terlibat dalam integrasi akan menciptakan

permasalahan baru yang hanya bisa dipecahkan melalui kerja sama lebih lanjut.

Meningkatnya kompleksitas inerdependendi berarti bahwa kerja sama di satu wilayah akan

memperluas kerjasama mereka ke dalam wilayah-wilayah yang lebih luas. Kelompok-

kelompok penekan akan memaksa terbentuknya integrasi yang lebih lanjut guna

mendapatkan berbagai keuntungan ekonomi yang lebih besar.

Kedua adalah spill over politis, dimana manajemen interdependensi yang kompleks

membutuhkan manajemen teknokratik terpusat, sekali diciptakan institusi-institusi

menghasilkan suatu dinamika internal didalam tubuhnya sendiri yang hasil akhirnya adalah

tersebarnya loyalitas.

Tokoh-tokoh Integrasi lainnya yaitu:

- Karl Deutch: integrasi regional sama dengan security comunity, yaitu penciptaan

lembaga baru yang dapat menjamin perubahan yang bisa berlangsung dengan damai dalam

jangka waktu yang panjang. Security comunity dibagi 2 yaitu:

1. Almagamated community, ciri-cirinya: kecocokan nilai-nilai utama, cara hidup yang

khas, harapan mendapat keuntungan yang sama, peningkatan politik dan administrasi,

adanya kerjasama antara negara yang unggul dibidang ekonomi dengan yang lemah, tidak

terputusnya komunikasi sosial antar wilayah dan lapisan-lapisan sosial, terdapat elit politik
yang semakin meluas, keanekaragaman dalam komunikasi dan transaksi, terdapatnya

mobilitas orang sekurang-sekurangnay diantara lapisan politik yang relevan.

2.Pluralistic Community, ciri-cirinya: kecocokan nilai-nilai diantara para pengambil

keputusan, terdapat kemungkinan memprediksi tingkah laku para pengambil keputusan dari

unit-unit yang diintegrasikan, dan ketersediaan pemerintah memberi tanggapan dalam

bentuk aksi dan komunikasi tanpa melakukan tindakan kekerasan.

- Joseph Nye: membagi integrasi menjadi 3:

1. Integrasi Politik: mengajukan konsep sistem politik transnasional dengan ciri-ciri

memiliki beberapa struktur institusional yang diikuti dengan terdapatnya interdependensi

dalam perumusan kebijakan serta terdapat perasaan identitas regional yang sama secara

timbal balik antar anggotanya.

2. Integrasi ekonomi: yang dipelajari adalah efek politik dari interdependensi ekonomi

terhadap hubungan antar negara-negara berdaulat.

3. Integrasi sosial: menunjuk pada pertumbuhan komunikasi dan transaksi yang melintasi

batas wilayah nasional.

Sumber:

S.Nuraeini, Deasy Silvya & Arfin Sudirman. Regionalisme Dalam Studi Hubungan

Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010

You might also like