Professional Documents
Culture Documents
MATA KULIAH
FILSAFAT ILMU
Dosen
Ibnu Miskawaih
Oleh
R. Edwin A2B110024
Abdinie
Program Pascasarjana
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin
2010
IBNU MISKAWAIH
• Kelahirannya
lengkapnya Abu Ali Al-Khazin Ahmad ibn Muhammad Ya'kub dikenal dengan
gelar Ibnu Miskawaihi. Dia berdarah Persi yang hidup tumbuh dan
nama rumpun keluarga. Dia dilahirkan di Ray, sebuah kota sebelah Selatan
Teheran pada tahun 330 H. Dia hidup pada zaman Daulah Bani Buwaihi
Sejak masih muda, ia dengan tekun mempelajari sejarah dan filsafat, serta
pernah menjadi pustakawan Ibnu al-‘Abid, tempat dia menuntut ilmu dan
kali dia bekerja pada wazir Al-Mahallabi ibn Abi Shafrah tahun 348 H, sebagai
sekretarisnya.
seorang yang aktif dalam dunia politik di era kekuasaan Dinasti Buwaih, di
Isfahan dan Rayy.Setelah wazir Al-Mahallabi ibn Abi Shafrah wafat tahun 360
ilmuwan yang hebat, filsuf, dan penyair. Ia bahkan dijuluki sebagai guru
berbeda dengan al-Kindi dan al-Farabi yang lebih menekankan pada aspek
metafisik, ibnu Maskawaih lebih pada tataran filsafat etika seperti al-Ghazali.
luas meliputi ilmu-ilmu yang lain seperti kedokteran, bahasa, sastra, dan
Ibnu Miskawaihi salah seorang intelektual, pakar dalam ilmu sejarah, dan
Mukhtar Al-Asy' ar, Nadim Al-Farid, Nu Zhat Namah 'Alaiy, Jawidan Khird,
obat-obatan), Al-Asyribah.
pendidikan dan ilmu jiwa. Katanya "Tujuan kami menyusun kitab ini
dan mempelajari ilmu jiwa. Jiwa menurut Ibnu Miskawaihi adalah zat pada
diri kita yang bukan berupa jisim, bukan pula bagian dari jisim, bukan pula
tubuh, tapi dia jauhar basith (substansi yang tidak berdiri atas unsur-
unsur) tak dapat diindra oleh pengindraan". Dia (jiwa) dapat menanggapi
lagi akan hal tersebut di atas bahwa tiap jisim mempunyai shurah. Dia
tidak akan menerima shurah lain yang dari jenis shurah pertama kecuali
macam kekuatan ini berbeda-beda pada setiap orang. Salah satunya kuat,
b) Al 'Iffah, sifat utama ini membawahi sifat-sifat yang baik, hayaa (rasa
dari orang-orang mulia dengan jalan tatap muka yang manis dan
malaikat dan para Nabi dan alim utama, dan beramal sebagaimana
antara manusia.
1. Pendidikan
berbudi pekerti mulia. Dan budi (jiwa/watak), lahir pekerti (perilaku) yang
mulia. Untuk mencapai cita-cita ini haruslah melalui pendidikan dan untuk
pekerti manusia.
(watak) itu ialah suatu kondisi bagi jiwa yang mendorong untuk melahirkan
tingkah laku tanpa pikir dan pertimbangan (tingkah laku spontan). Kondisi ini
terbagi dua. Ada yang alamy dari asal mizaaj (temperament) seperti sifat
menjadi kebiasaan/watak. Karena itu kata Miskawaihi para ahli jaman dahulu
mengatakan ada juga aspek dari kekuatan jiwa natiqah pada watak itu.
Sebagian lain mengatakan tak ada sesuatu pun pada watak itu yang
alamy. Kami sendiri, kata Miskawaihi - tidaklah berpendapat watak itu tidak
alamy. Kita diciptakan atas dasar menerima watak, namun kita berubah
inilah pilihan kami karena sesuai dengan kesaksian mata kita. Pendapat
pertama (yang mengatakan watak itu alamy dan tak dapat dididik)
karena pengaruh pergaulan watak yang baik itu menjadi buruk Sedang
jahat, sebagian lagi mengatakan watak itu dasarnya baik, diantara mereka
ada yang mengatakan dasar watak itu tengah-tengah antara baik dan buruk.
• Perbedaan Individual
karena watak mereka nampak wajar sejak mula perkembangan, terbuka apa
perangainya itu.
terhadap potensi-potensi insani. Mana yang muncul lahir lebih dahulu, maka
dahulu itu, kemudian kepada kebutuhan potensi berikutnya yang lahir sesuai
dengan hukum alam. Potensi yang muncul pertama kali adalah gejala umum
yang ada pada tingkat kehidupan hayawani dan nabati, kemudian terus-
menerus lahir suatu gejala khusus yang berbeda dengan gejala potensi
macam lain sampai menjadi tingkat kehidupan insany. Maka dari itu kata
makan, yang muncul pada diri kita dengan jalan memenuhi kebutuhan
karena didasarkan proses kejadian manusia, yakni pertama kali embrio lalu
alamiyah.
Fungsi Pendidikan
1) Memanusiakan manusia
perilaku yang spesifik baginya yang tidak ada makhluk lain yang
menyertainya pada perilaku itu. Maka manusia mempunyai perilaku khusus
yaitu segala segala perilaku yang lahir dari pertimbangan nalar akal
adalah orang yang paling mampu menunjukkan perilaku yang khas padanya
pikir) yang membedakan dia dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu tugas
sebagai makhluk yang termulia dan makhluk lainnya. Hal itu ditandai dengan
perilaku dan perbuatan yang khas bagi manusia yang tak mungkin dilakukan
kebajikan itu sangat banyak dan tak mungkin mewujudkan seluruh kebajikan
dari kemampuan satu orang manusia. Oleh karena itu kata Miskawaihi untuk
royong itu.
tetapi pasti dengan pertolongan dari golongan manusia lain. Dia dapat
kini
a) Memanusiakan manusia
perilaku yang spesifik baginya yang tidak ada makhluk lain yang
yang ada mempunyai perilaku khusus yaitu segala yaitu segala perilaku
yang lahir dari pertimbangan nalar akal pikirannya. Karena itu siapa yang
pertimbangannya paling jernih penalarannya paling benar, keputusannya
Manusia yang paling utama adalah orang yang paling mampu menunjukkan
perilaku yang khas padanya dan yang paling teguh berpegang kepada
makhluk lainnya. Maka, kewajiban yang tidak diragukan lagi ialah berbuat
Hal itu ditandai dengan perilaku dan perbuatan yang khas bagi manusia
sedikit hingga sempurna. Pada tingkat perkembangan ini, anak dinamai aqil
insani), Tujuan yang tak ada lagi tujuan lainnya, yaitu "al-Khair al-mutlaq".
tama yang muncul dari kekuatan-kekuatan ini pada manusia adalah rasa
malu (al-hayaa'u), yaitu rasa takut lahirnya sesuatu yang jelek dari dirinya.
malu karena hal itu menunjukkan bahwa anak sudah menginsafi tentang
Ibnu Miskawaihi menandai gejala ini dengan perilaku anak seperti - kata
Miskawaihi - bila kau amati anak-anak dan kau dapati dia tersipu-sipu,
matanya menunduk ke bawah, wajahnya sayu, maka itu tandanya awal dari
kebagusan bawaanya dan menjadi bukti bagimu bahwa jiwa sudah mengerti
kebaikan dan keburukan. Jiwa yang demikian berbakat untuk dididik, pantas
dan penanaman ini dimulai sedini mungkin yakni pada awal munculnya
gejala jiwa tamyiz, yakni perkembangan anak mulai berpikir kritis dan logis
pada waktu mereka duduk di sekolah dasar, pada umur antara 10-12 tahun.
Anak telah dapat mengenal aturan kesusilaan serta tahu bagaimana dia
• Kesimpulan
Pemikiran Ibn Miskawaih dalam bidang akhlak termasuk salah satu yang
Yunani itu adalah dalam hal penggunaan landasan teori jalan tengah.