Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
KATA KUNCI: Hadits Tarbawi: Tarbawi diartikan kata kerja yang merujuk kepada aktivitas refleksi
paedagogis, sehingga Hadits Tarbawi, ialah Penelaahan dan Penarikan Implikasi Paedagogis terhadap Esensi
Isi Hadits Nabi Saw; Implikasi Paedagogis: Penarikan nilai dan pesan moral yang terkandung dalam isi
Hadits Nabi Saw tentang pendidikan; Fitrah: Potensi laten dan kekuatan terpendam yang ada di dalam diri
manusia yang dibawanya sejak lahir; dan Komponen Pendidikan Islami: faktok-faktor yang menentukan
kelangsungan pendidikan Islami, yaitu tujuan, lingkungan, alat, pendidik, dan terdidik.
2
PENDAHULUAN
digali dari ajaran Islam, yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Makalah ini memusatkan
kepada penggalian sisi penidikan dari esensi isi beberapa hadits tentang fitrah.
Dengan demikian konsep pendidikan Islami harus digali dari ajaran agama Islam
sendiri; manakala tidak demikian, maka sulit dapat dikatakan sebagai pendidikan
makalah ini adalah hasil penarikan (implikasi paedagogis) dari esesnsi isi hadits
untuk perlu dan dapat dididik sangat lebar, atau justru manusia (anak) telah
menbawa dasar atau bakat, bawaan, potensi semenjak lahir sehingga tidak ada
ruang untuk perlu dan dapat dididik, seperti yang dianggap oleh kaum nativisme;
atau justru isi hadits tentang fitrah itu identik dengan pandangan kaum
perpaduan antara dasar dan ajar; atau justru esensi isi hadits tentang fitrah itu
3
merupakan suatu keunikan dari ajaran agama Islam tentang pendidikan termasuk
komponen-komponennya?
perolehan tentang hakikat atau karakter manusia (anak) yang nanti memungkin
antropologis-normatif-yang praktis.
Dengan demikian istilah atau lafadl fitrah pada teks hadits Ma min
bawaan, bakat, potensi) dan ajar (fa abawahu: pengaruh lingkungan, termasuk
pada teks hadits tentang fitrah itu, baik secara tersurat ataupun tersirat, merupakan
bawaan (fithrah: dasar, bakat, potensi), yang sama sekali tidak merupakan hasil
(anak)?
Bila teks hadits tentang fitrah itu menunjukkan bahwa dalam tingkahlaku
(perbuatan, tindakan) manusia (anak) itu faktor bawaan (fithrah: dasar, bakat,
potensi) dan sekaligus ada faktor pengaruh dari lingkungan termasuk pendidikan
manakah yang bawaan (fithrah: dasar, bakat, potensi) dan yang manakah yang
Seberapa jauh faktor bawaan (fithrah: dasar, bakat, potensi), dan seberapa
jauh pula faktor lingkungan termasuk pendidikan (fa abawahu: upaya orangtua,
menunjukkan, 1). Abdul Mujib (Fitrah dan Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan
Psikologis, Darul Falah, Jakarta, 1999), mengkaji beberapa hadits tentang fitrah,
konsep fitrah dan kaitannya dengan struktur kepribadian. Struktur fitrah yang
kepribadian manusia; 2). Yasien Mohamed (Insan Yang Suci: Konsep Fithrah
dalam Islam, terj., Mizan, Bandung, 1997), membahas beberapa hadits tentang
ditinjau dari sudut pandang metafisis, epistemologis, etis, psikologis, hukum, dan
5
kehendak bebas. 3). Huzayyin Arifin (Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara,
tersebut diduga cukup mewakili, bahwa pembahasan hadits tentang fitrah dari sisi
Muslim, Ibnu Hiban, Imam Ahmad bin Hanbal disandingkan dengan lafadl fa
lahir meninggal meskipun ia adalah saat meninggal sebagai anak zina, karena ia
dilahirkan atas dasar fitrah Islam, kedua orangtuanya atau hanya ayahnya saja
gugur; dengan demikian sungguh Abu Hurairah Ra (semoga Allah Swt Awj rela
kepadanya) adalah benar mengemukakan, Nabi Saw bersabda Tidak ada anak
fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrahnya) itu…
(QSS. 30 : 30)’ (Shahih Al-Bukhari II, Hadits ke-1278 Kitab Al-Jana-iz, hal. 522;
lihat pula Shahih Al-Bukhari Juz V, hal. 281). ‘Abdan menceriterakan kepada
Saw bersabda, tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan, melainkan ia
seekor hewan ternak, maka ia melahirkan ternak pula dengan sempurna, tiada
Allah disebabkan Dia menciptakan manusia menurut (fitrahnya) itu. Tidak ada
perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus… ayat ke-30 dari QSS.
Al-Rum. (Shahih Al-Bukhari, II, Hadits ke-1279 Kitab Al-Jana-iz, hal. 522; lihat
pula Shahih Al-Bukhari, Juz 16, hal. 7). Shahih Al-Bukhari (Juz 22, hal. 9)
kepada kami, Abu Hurairah berkata: Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak
Imam Muslim pada bab qadar menuangkan bahwa Hajib bin Al-Walid
menceriterakan kepada kami, Muhammad bin Harb dari Al-Zunaid dari Al-Zuhri
Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam
yahudi, kristen, dan majusi, seperti halnya hewan yang melahirkan hewan pula
dengan fitrah tersebut, tak ada perubahan pada penciptaan Allah (QSS. 30 : 30).
menceriterakan kepada kami; dan ‘Abdu bin Humaid menceritakan kepada kami,
dari Al-Zuhri melalui Isnad ini, seraya ia berkata sebagaimana hewan yang
melahirkan bayi hewan, namun ia tidak menyebutkan secara sempurna. Abu Al-
Thahir dan Ahmad bin Isa menceriterakan kepada kami dimana keduanya berkata,
8
Ibnu Wahb menceriterakan kepada kami, Yunus bin Yazin dari Ibnu Syihab
Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam
membaca …fitrah Allah yang mana Allah menciptakan manusia selaras dengan
fitrah tersebut, tak ada perubahan pada penciptaan Allah, itulah agama yang
lurus (QSS. 30 : 30). Zuhair bin Harb menceriterakan kepada kami, Jarir dari
Al-‘Amasy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah menceriterakan kepada kami, Abu
Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan
pendapat anda kalau anak tersebut meninggal sebelum itu, Beliau menjawab,
Allah lebih mengetahui kepada keadaan yang mereka kerjakan. Abu Bakr bin Abi
Syaibah dan Abu Kuraib menceriterakan kepada kami, seraya keduanya berkata,
kepada kami, ayah keduanya dari Al-‘Amasy melaui isnad ini dalam suatu hadits
Ibnu Numai menceriterakan kepada kami, Tidak ada anak yang dilahirkan
kecuali ia adalah dalam beragama; dan dalam riwayat Abu Bakr dari Abu
menjelaskannya; juga dalam suatu riwayat Abu Kuraib dari Abu Muawiyah,
Tidak ada anak yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan dalam keadaan suci bersih
9
ini, sehingga lisannya ia mahir berbicara dengan jelas. Muhammad bin Rafi’
yang Abu Hurairah ceriterakan kepada kami dari Rasulullah Saw, lantas Abu
Saw bersabda, Anak yang dilahirkan pasti dilahirkan atas fitrah ini, namun kedua
meninggal dalam keadaan masih kecil, Beliau menjawab Allah lebih mengetahui
kepada kami, Abdul Aziz, yaitu Al-Darawardi, dari Al-‘Ala dari ayahnya dari
bersabda, setiap manusia yang ibunya melahirkannya dalam keadaan suci bersih,
maka anaknya adalah Islam. Setiap manusia yang ibunya melahirkannya dalam
keadaan syetan menusuk pada kedua dadanya, kecuali Mariam dan anaknya.
Musnad Ahmad bin Hanbal (Juz, 18, hal. 321; Juz 22, hal. 43; dan Juz 2,
Salamah dari Qais dari Thawus dari Abu Hurairah menceriterakan kepada kami,
bahwasannya Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan kecuali ia
yang mereka kerjakan. Qais berkata, seseorang itu tidak berpendapat kecuali ia
ia berkata Al-‘Amasy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah menceriterakan kepada
kami, Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak yang
sekali lagi, Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci bersih; dengan
musyrik; Rasulullah Saw ditanya, Wahai Rasulullah, Apakah pendapat anda yang
mati sebelum itu. Beliau menjawab, Allah lebih mengetahui yang ada padanya;
menceriterakan kepada kami, Abu Muawiyah dari Al-‘Amasy dari Abu Shalih
Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan kecuali ia dilahirkan
berkeadaan sebelum itu; Beliau menjawab, Allah lebih mengetahui terhadap yang
mereka kerjakan.
konsep fitrah yang terdapat dalam Surat Al-Rum, ayat 30 sebagai berikut.
agama Allah, ia terciptakan pertama kali dan sebagai agama yang sejak pertama
kali penciptaannya, kemurniannya tak tercampuri apa dan siapa pun; karena itu
agama dan fitrah adalah Al-Islam. Abdan menceriterakan kepada kami, Abdullah
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Saw bersabda, Tak ada anak yang dilahirkan
kekurangan. Al-Imam Ahmad bin Hanbal berkata: Setiap orang dilahirkan dalam
dalam Kitab Al-Sair dari Ziyad bin Ayub dari Hasyim dari Yunus, dia Ibnu Abid
dari Al-Hasan Al-Bashri. Al-Imam Ahmad juga berkata, Hasyim Tsana Abu
12
Ja’far dari Al-Rabi’ bin Anas dari Al-Hasan dari Jabir bin Abdullah
maupun kufur. Al-Imam Ahmad juga berkata, Affan menceriterakan kepada kami,
Abu ‘Awanah menceriterakan kepada kami, Abu Basyar dari Sa’id bin Jubair dari
lebih mengetahui terhadap yang mereka perbuat pada saat Allah menciptakan
shahihnya masing-masing, mengenai suatu hadits Abu Basyar Ja’far bin Iyas Al-
Yasykari dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas, yang mana hadits tersebut
kepada kami, Hammad, yaitu Ibnu Salamah menceriterakan kepada kami, Umar
bin Abi Umar dari Ibnu Abbas memberitakan kepada kami, ia berkata, Rasulullah
maka terdiri atas dua Jumlah Mufidah pokok sebagaimana tergambar berikut.
BUKHARI BUKHARI
Ma min Mauwludin illa Yuwladu ‘alal Fa Abawahu Yuhawwidanihi auw
Fithrah Yunashshiranihi auw Yumajjisanihi…
13
MUSLIM MUSLIM
Ma min Mauwludin illa Yuwladu ‘alal Fa Abawahu Yuhawwidanihi wa
Fithrah Yunashshiranihi wa Yumajjisanihi…
dasar (nature) yang mengingatkan kita pada teori tauwlid dari paham mu’tazilah
(determinisme).
Ibnu Mandlur Al-Anshari Al-Ifriqi Al-Mishri (Lisanul ‘Arab, Juz II, 2005, hal.
menyangkut pengenalan kepada Allah Swt Awj yang Dia ciptakan kepada
diciptakan kepada setiap anak yang lahir, yang penciptaan tersebut berlangsung
dalam perut ibu anak terlahir tersebut. Dengan demikian konsep Fithrah pada
sabda Nabi Saw, Kullu mauwludin Yuwladu ‘alal Fithrah, ialah penciptaan
kesemulakejadian yang tercipta semenjak anak masih terdapat di rahim, baik yang
dalam keadaan kedua orangtuanya yahudi, kristen, atau majusi, maka yang
mengubah tataran luar dari fitrah yang secara penetapan hukum yang berlaku dan
berdasarkan hukum dunia tadi, termasuk pendidikan, bila yahudi, maka yang
menjadikan ia seorang kristen; bila majusi, maka yang memajusikan adalah kedua
Allah ciptakan semula; dan inilah fitrah yang terbawa sejak ia dilahirkan; namun
fitrah dalam artian situasi yang diciptakan berdasarkan ajaran agama Islam, yang
sebagaimana yang dibawakan oleh Rasulullah Saw dengan benar, maka fitrah ini
disebut fitrah tataran luar, yang disebut fitrah beragama; hadits Al-Bara’ bin ‘Azib
Islam. Fithrah juga dapat berarti ia diciptakan oleh Allah Swt Awj dalam keadaan
menjadi seorang yang beriman, pengertian ini mengingat, Futhira Kullu Insanin
bahwasannya Allah itu Tuhan segala sesuatu, dan Dia adalah penciptanya).
meninggal. Sehingga istilah ghayyah berasal dari kata Al-Ghawayah, yaitu sesat,
yakni bahwa setiap anak yang dilahirkan dishalatkan, jika salah seorang dari
dilahirkan adalah dari ibu yang kafir atau penzinah atau yang semisal keduanya.
Adapun Fithrah Al-Islam, ialah agama dan sistem serta jalan menujunya. Lafadl
Istahalla Sharikh: menjadi tanda hidupnya anak yang lahir tersebut pada saat
kelahiran dengan menangis ataupun tidak menangis. Saqth adalah janin yang
kristen, atau majusi selaras dengan agama kedua orangtuanya itu yang
tersebut atau melalui metode teladan agar anak tersebut mengikuti jejak
maksudnya melihat dengan mata sendiri. Jad’a-a ialah terputus telinga, hidung,
makna fitrah termaksud dalam hadits ini dengan firman Allah Swt Awj pada ayat
ke-30 dari surat Ar-Rum. Fithrah Allah, adalah agama keimanan, tauhid, dan
antara semua manusia dalam segi asal penciptaannya; dan tak ada satu pun dari
apa dan siapa pun yang mampu mengubah tabi’ah (nature) diri mereka secara
hakiki. Al-Qayyim, ialah yang lurus dan menetap pada seluruh urusan manusia.
anaknya; karena itu kelahiran terjadi atas faktor keturuanan tadi sehingga
hewan, yakni, hewan yang dilahirkan itu lengkap anggota badannya dalam
terputus telinga atau selainnya dari anggota badan itu; hal ini menunjukan
badannya, tak ada kekurangan padanya; sungguh kejadian cacat dan kekurangan
(alamiah), penciptaan pertama, tabi’at yang mulus tidak terkenai kecacatan, dan
abstrasi (tajarrud, tajrid) dari pengalaman (pendidikan dan pengajaran dari kedua
menunjukkan bahwa pengertian sesuatu itu tidak muncul karena hasil resonansi
Pengertian tersebut merujuk kepada idea-idea yang dibawa lahir, bahkan secara
lahir; realita sehari-hari, bergaul dengan orang tua dan sesama manusia dan
fitriah. Dengan demikian hadits-hadits tentang fithrah dari satu sisi menunjukkan
18
bahwa segala kejadian di dunia sebagai manifestasi dari benih yang ada padanya
sejak semula. Ini tidak hanya berlaku bagi tanaman, melinkan juga bagi segala
merupakan semacam penjabaran dari yang telah disiapkan semula, yang telah
dibawakan sejak kelahirannya. Jadi hadits-hadits tentang fithrah dalam satu sisi
menujukkan masalah perenialitas dan hereditas. Manusia dimulai sejak jauh yang
ada dalam pangkuan dan genggaman Allah Swt Awj, yang dalam penciptaan
Allah sejak awal itu, manusia mengandung zat hidup yang mengandung berbagai
di samping persamaannya.
berbentuk fitrah (bawaan, bakat, potensi). Meskipun masalah fitrah ini secara utuh
potensi) yang terdapat dan diciptakan pada manusia, tak dapat lepas dari
fitrah pada seseorang yang mencerap pengaruh lingkungan tersebut. Teks hadits-
hadits ini dalam satu sisi menunjukkan bahwa fithrah (bawaan, bakat, potensi)
dari fithrah (bawaan, bakat, potensi) yang diciptakan oleh Allah Swt Awj
19
Dari makna fithrah pada satu sisi seperti disinggung di atas, bila dipertautkan
seseorang itu? Masih adakah ruang dan peluang bagi kedua orangtua (lingkungan,
itu, apakah dapatkah anak itu dididik dan orang tua mendidik, bila segalanya telah
pengetahuan dan perkembangan manusia (anak) yang didapatkan dan atau hasil
pendidikan)nya, sehingga seolah-olah manusia tak diberi daya dan tidak boleh
manusia tak dapat lepas dari bentukan kedua orangtua (lingkungan, pendidikan).
fithrah (bawaan, bakat, potensi) maupun dari fa abawahu (upaya kedua orangtua,
bahwa apa yang dimiliki seseorang sebagai fithrah (bawaan, bakat, potensi) yang
kemungkinan atau bahan dasar, yakni bahwa fitrah (bawaan, bakat, potensi)
dengan kondisi dan situasi yang terkandung dalam upaya kedua orangtua,
sekedar ditentukan oleh dasar (fithrah) semata, tetapi juga ajar (fa abawahu)
mempunyai saham, meskipun ujungpangkal serta prosesnya tak dapat lepas dan
dilepaskan dari (petunjuk, hidayah) Allah Swt Awj, sang Rabb dan Pencipta
mewujukan fithrah dan fa abawahu (dasar dan ajar) secara seimbang. Pendidik
namun juga pendidik (kedua orangtua) hendaknya berendah hati; tidak pada
pendidik (kedua orangtua) itu tergantung pula dari situasi (lingkungan, milieu)
saat pendidikan itu berlangsung, cara terdidik menerima atau menolaknya, dari
fithrah (bawaan, bakat, potensi) dan kemampuan yang ada pada terdidik; bahkan
sulit ditentukan mana hasil didikan (fa abawahu), mana penjabaran bawaan, bakat,
muslim, yang berkesadaran berpengalaman akan fitrah dan lingkungan yang turut
targhib menjadi suatu alat pendidikan yang turut membantu ke arah terperoleh
KESIMPULAN
(dasar) belaka, tanpa pengaruh dari lingkungan (fa abawahu); namun juga 2). Ada
manusia (anak) menerima begitu saja apa yang ditimpakan dan ditempakan oleh
dasar (fitrah) dan ajar (fa abawahu) dalam kerangka memperoleh keberhasilan
yang dituju; b). terdidik adalah manusia (anak) yang sedang berkembang, yang
pendidikannya, dengan penuh redah hati, dan mengukui kekuasaan Allah; d).
keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai lingkungan, milieu (bi’ah) yang turut
DAFTAR KEPUSTAAN
Al-Qur’an Al-Karim
Yasien Mohamed, Insan Yang Suci: Konsep Fithrah dalam Islam, terj., Mizan,
Bandung, 1997
24
Dosen Pengampu
Dr. Ali Masrur
25