Professional Documents
Culture Documents
JUDUL PERCOBAAN:
ANALISA KUALITATIF BIOMOLEKUL
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2009
ABSTRAK
I. TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan analisa kualitatif terhadap biomolekul yang meliputi
karbohidrat, lipid, protein dan vitamin.
(Fessenden, 1984)
b. Galaktosa
Merupakan monosakarida yang paling rendah
kemanisanya, dapat memutar cahaya terpolarisasi ke kanan,
proses oksidasi oleh asam kuat dan dalam keadaan panas
galaktosa menghasilkan asam kuat yang kurang larut dalam
2. Ketosa
Merupakan monosakarida yang mengandung gugus
keton dan sifatnya menyerupai keton alifatik (alkuna)
contohnya yaitu fruktosa, sifat-sifatnya adalah :
Mengandung gugus keton bebas atau karbonil bebas
disamping gugus hidroksida (OH).
Dapat terhidrasi jika dipanaskan bersama asam mineral
kuat.
Jika bereaksi dengan phernhyo Indino akan membentuk
senyawa berwarna kuning.
Dapat mereduksi Fehling membentuk larutan merah bata
dan juga mereduksi benedict.
Fruktosa sering disebut selulosa karena memutar bidang
polarisasi ke kiri. Fruktosa merupakan gula termanis.
(Fessenden, 1984)
b. Disakarida
Bila dihidrolisis akan menghasilkan 2 molekul
monosakarida yang sama atau berbeda. Disakarida terbentuk
dari 2 molekul monosakarida dimana tergabung melalui ikatan
glioksida yang berbentuk antara karbon aromatik dan salah satu
monosakarida dengan gugus hidroksil dari monosakarida
lainnya, terhadap aktivitasnya terhadap oksidator, maka
disakarida dibedakan atas disakerida produksi (maltosa, laktosa)
dan disakarida non produksi (sukrosa). Hidrogen disakarida oleh
pengaruh asam-asam mineral energi panas atau oleh enzim
disakarida pada kondisi tertentu akan dihasilkan monosakarida
penyusunnya.
1. Maltosa
Pembentukan maltose:
Glukosa + glukosa maltosa + H2O
Maltosa terdapat pada gandum yang sedang
berkecambah, Maltosa adalah disakarida yang diperoleh
sebagai hasil hidrolisa pati, hidrolisis selanjutnya
menghasilkan glukosa, karena itu maltosa terdiri dari 2
glukosa, memberi tes positif terhadap pereaksi tollens dan
fehling.
(Arsyad, 2001)
2. Sukrosa
Pembentukan sukrosa :
Glukosa + Fruktosa Sukrosa + H2O
Sukrosa larut dalam air, tetapi tidak larut dalam alcohol,
hidrolisis sukrosa dapat ditentukan dengan enzim sukrosa
atau investase oleh pengaruh asam mineral encer panas
menghasilkan glukosa dan fruktosa, sukrosa banyak terdapat
pada tanaman yang berfotosintesis, fungsinya sebagai sumber
energi, tidak memiliki gugus karbonil bebas sehingga tidak
dapat mereduksi dan membentuk osanan.
(Arsyad, 2001)
3. Laktosa
Pembentukan laktosa
Glukosa + Galaktosa Laktosa + H2O
Laktosa merupakan gula utama yang terdapat pada susu
sapi dan asi oleh sebab itu sering disebut “gula susu” dapat
mengkristal dengan molekul air, kristal besar dan kelarutan
dalam air kurang baik, laktosa mempunyai sifat mereduksi
pereaksi benedict atau fehling pada pemanasan laktosa atas 1
molekul glukosa dan 1 molekul glukosa.
(Arsyad, 2001)
c. Polisakarida
Polisakarida merupakan senyawa karbohidrat yang tersusun
dari banyak sakarida, polisakarida terpenting yaitu amilum,
glikogen dan selulosa, sifat dari polisakarida: tidak dapat
mereduksi, tidak menunjukkan mutarotasi, tidak membentuk
mutanon, dan relatif stabil terhadap pengaruh basa. Polisakarida
yang tidak mengandung nitrogen yaitu :
1. Amilum atau pati
Merupakan karbohidrat cadangan yang terdapat pada
tumbuhan, terdapat dua fraksi pada amilum yaitu fraksi
amilase (fraksi tidak bercabang) dan fraksi amilopektin
(fraksi bercabang).
2. Selulosa
Merupakan senyawa organik yang melimpah di bumi,
membentuk komponen dan dinding sel tumbuhan, molekul
selulosa merupakan rantai-rantai mikroblit dan D-glukosa,
suatu molekul tunggal selulosa merupakan molekul dari 1,4 –
B – 0 glukosa menghasilkan 0 –glukosa.
3. Glikogen
Merupakan polisakarida yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan glukosa dalam tubuh hewan terutama pada otot
dan hati. Glikogen mengandung rantai glukosa yang terikat
1,4 dengan percabangan 1,6 dan mengandung
amilopektin.
5. Kitin
Merupakan polisakarida linier yang mengandung N–asetat–
D–gluko–samiria terikat B. Hidrolisis kitin menghasilkan 2–
amino–2 dioksi glukosa, sedangkan gugus asetalnya terlepas
dalam proses hidrolisis kitin biasanya terdapat pada serangga.
(Winarno, 1982)
2.1.3 Sifat-sifat Karbohidrat
a. Monosakarida
1. D-glukosa, terdapat dalam darah dan merupakan sumber
energi utama pada kegiatan sel larutan D-glukosa dalam air
memutarkan bidang polarisasi ke kanan sehingga disebut
diktrosa. Larutan D-fruktosa memutarkan ke kiri jika dalam
air sehingga disebut lesulosa.
2. Semua monosakarida merupakan zat padat yang mudah larut
dalam air. Bila dipanaskan, zat itu akan hancur dan mudah
terurai dan membentuk karbon dan uap air.
3. Semua monosakarida merupakan reduktor kuat. Daya
reduksinya tidak sekuat aldehid tapi lebih kuat dari pada
keton.
4. Larutan monosakarida yang baru dibuat mengalami
perubahan sudut putaran sampai akhirnya dicapai keadaan
seimbang dengan sudut putaran tertentu peristiwanya disebut
mubtorasi.
(Fessenden,1984)
b. Disakarida
1. Bila dihidrolisis molekulnya akan terurai menjadi 2 molekul
monosakarida.
2. Dapat direduksi.
3. Dapat termulatorasi.
(Poedjiadi, 1994)
c. Polisakarida
1. Merupakan senyawa polimer kondensasi dan sejumlah besar
monosakarida.
2. Jenis ikatannya dapat berbentuk alfa atau beta anomer.
3. Molekulnya sangat panjang dan besar.
4. Berupa zat padat berwarna putih.
(Fessenden,1984)
2.1.4 Identifikasi Karbohidrat
a. Uji Molisch
Karbohidrat + alfanaftol dalam alkohol + asam sulfat
terbentuk larutan berwarna ungu. Cara penyelidikannya yaitu
larutan zat yang tidak diketahui (2 ml) + 10% alfanaftol segar
dalam alkohol, melalui dinding tabung percobaan diakhiri asam
sulfat pekat, ciri-ciri merah sampai ungu menunjukan adanya
karbohidrat.
CHO
H C OH
H C OH H C CH H
H C OH H C C CH H
CH 2OH O O
b. Uji Benedict
Pereaksi benedict terdiri dari campuran larutan tembaga
sulfat, natrium filtrat dan natrium karbonat. Cara
penyelidikannya 2 ml karbohidrat ditambah 2 ml pereaksi
benedict dan dipanaskan dalam pemanasan air. Perubahan warna
dari biru menjadi ungu, kuning, kemerah-merahan sampai
terbentuk endapan warna merah bata menunjukkan adanya
karbohidrat yang diselidiki mempunyai sifat dapat mereduksi.
O COONa
C H HO C H
H C OH HO C H
H C OH H C OH
H C OH CH 2OH
H2C CH 2OH
Reaksi fruktosa dengan benedict :
CH 2OH CH 2OH
C O H C OH
HO C H H C OH
H C OH H C OH
CH 2OH CH 2OH
O H HOCH 2
H
H
H O
O H
OH H H + CU 2+ + 2OH-
OH
CH2OH
HO OH
H OH
c. Uji Barfoed
Pereaksi barfoed tersusun atas campuran tembaga asetat
dan asam glacial. Cara penyelidikannya seperti pada tes benedict
dan fehling.
Reagen Barfoed
CuOH2 CuO H 2O O2
d. Hidrolisis Polisakarida
Pemecahan (hidrolisis) molekul gula, pati dan selulosa ion
kompleks menjadi molekul monosakarida mudah dilakukan
dalam laboratorium dengan mendidihkan larutan karbohidrat
dengan larutan encer asam. Maltosa, pati dan selulosa
membentuk glukosa hanya pada hidrolisis sempurna :
C12H22O 11 H20 2 C6H1206
MALTOSA GLUKOSA
(C6H10O5)2 H 20 2 C6H1206
SELULOSA GLUKOSA
Sukrosa menghasilkan fruktosa dan glukosa sama banyak dalam
hidrolisis :
C12H22O11 H20 C6H1206 C6H1206
MALTOSA GLUK OSA GLUKOSA
(Sumardjo,1998)
H2C O C R1
O
HC O C R2
O
H2C O C R3
HC OH
H 2C OH
(gliserol)
(Sumardjo,1998)
b. Asam-asam Lemak
1. Keberadaan Asam Lemak
Asam lemak jarang terdapat bebas dialam tetapi terdapat
sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam
lemak pada umumnya adalah asam monokarboksilat berantai
lurus. Asam lemak pada umumnya mempunyai jumlah atom
karbon genap (ini berarti banyak karena asam-asam lemak
disintesa terutama dua karbon setiap kali). Asam lemak dapat
dijenuhkan atau dapat mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap.
Walaupun asam lemak berantai linier terdapat dalam
jumlah yang lebih besar dialam namun masih banyak jenis lain
yang kita ketahui. Misalnya lemak wol dan sumber-sumber
bacterial menghasilkan asam lemak yang berantai cabang. Juga
ada asam lemak siklik. Misalnya asam lemak siklik tak jenuh,
asam kaulmoograt adalah pereaksi penting untuk pengobatan
penyakit kusta :
C C C C
R R R
cis trans
Kenyataan bahwa alam lebih menyukai asam-asam lemak
tak jenuh cis mungkin bertalian dengan pentingnya senyawa-
senyawa ini dalam struktur membran biologi.
(Page,1981)
2. Klasifikasi Asam Lemak
a. Klasifikasi asam lemak berdasarkan ikatannya :
1. Asam lemak jenuh
Asam lemak jenuh tidak mempunyai ikatan rangkap
dalam strukturnya. Beberapa contoh penting antara lain :
C3H7 COOH : asam butirat
C5H11 COOH : asam kaproat
C7H15 COOH : asam kaprilat
C11H23 COOH : asam laurat
C13H27 COOH : asam miristat
C13H27 COOH : asam stearat
C19H39 COOH : asam arachidat
(Sumardjo,1998)
2. Asam lemak tak jenuh
Asam lemak tak jenuh adalah asam lemak yang
mempunyai sebuah atau lebih ikatan rangkap 2 dalam
struktur molekulnya. Beberapa contoh asam lemak tak
jenuh :
H2 H2
H 3C (CH2) 5 C C (CH2) 7 CH 2OOH
(asam lemak palmitoleat)
H2 H2
H 3C (CH2) 7 C C (CH2) 7 COOH
(asam oleat)
H2 H2 H2
H 3C C C C C C C C C C (CH2) 7 COOH
H H H H H H
(asam linoleat)
(Sumardjo,1998)
b. Klasifikasi asam lemak berdasarkan dapat atau tidaknya
disintesis oleh tubuh :
Asam lemak esensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh,tetapi
tubuh sendiri tidak dapat mensintesisnya. Asam lemak ini
diperoleh dari luar, yaitu dari lemak makanan. Asam ini
mempunyai 2 buah atau lebih ikatan rangkap dua didalam
struktur molekulnya. Contoh : asam linoleat, asam
arachidat.
(Sumardjo,1998)
Asam lemak nonesensial
Yaitu asam lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan
tubuh sendiri dapat mensintesisnya.
(Sumardjo,1998)
CH3
CH3
HO
(Poedjiadi, 1994)
b. Uji peroksida
Uji ini untuk menentukan derajat ketidak jenuhan asam
lemak. Iodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam
lemak. Tiap molekul iodium mengadakan reaksi adisi pada suatu
ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap,
makin banyak pula iodium yang dapat bereaksi.
C C + I2
C C
I I
(Poedjiadi, 1994 )
c. Uji fosfat pada lesitin
Fosfatidikolin atau lesitin berupa zat padat lunak seperti lilin,
berwarna putih dan dapat diubah menjadi coklat bila terkena
cahaya dan bersifat higroskopik dan bila dicampur dengan air
membentuk koloid. Lesitin larut dalam semua pelarut lemak
kecuali aseton. Bila lesitin dikocok dengan asam sulfat akan
terjadi asam fosfatidat dan kolin. Dan dipanaskan dengan asam
atau basa akan menghasilkan asam lemak, kolin, gliserol dan
asam fosfat.
O
O H2C O C R1
R2 C O CH O CH3
H2C O P O C C N+ CH3
H2 H2
OH CH3
FOSFATIDIKOLIN
( Poedjiadi, 1994 )
2.3 Protein
2.3.1 Definisi Protein
Kata protein berasal dari kata yunani ‘protos atau proteos’
yang berarti pertama atau utama. Protein merupakan komponen
penting atau komponen utama sel hewan atau manusia.Oleh karena
sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein yang
terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukkan dan pertumbuhan tubuh.
Struktur Protein :
H R O
N C C
H H OH
GUGUS AMINO GUGUS KARBONIL
(Poedjiadi,1994)
2.3.2 Klasifikasi Protein
Berdasarkan kelarutannya :
a. Protein fibrosa : tidak larut dalam pelarut biasa namun larut
dalam asam dan basa.
b. Protein globular : larut dalam air, larutan asam, basa, bahkan
garam.
Berdasarkan komplekan strukturnya :
a. Protein sederhana : hidrolisisnya menghasilkan asam amino.
contoh : albumin, globular.
b. Protein konjugasi : memilik gugus bukan protein yaitu gugus
prostetik.
contoh : neuro protein, kromoprotein.
(Sumardjo,1998)
HC NH 2 HC NH 2 HC NH 2
COO H C C
O O O
O
Cu
(Sumardjo,1998)
b. Uji Ninhidrin
Merupakan uji asam amino dengan radikal fenil. Larutan
HNO3 pekat jika ditambahkan dengan protein terjadi endapan
putih dan dapat berubah kuning bila di panaskan. Reaksi yang
terjadi adalah nitrasi pada inti Benzena yang terdapat pada
molekul protein. Reaksi ini positif untuk protein yang
mengandung tiroksin, fenilalanin, dan triptofan.
O
OH R O O
H O
N C C N RCHO CO2 3 H 2O H+
OH H H OH
GUGUS AM INO GU GUS KARBONIL O
O
NINHIDRIN VIOLET ANION
(Poedjiadi, 1994)
c. Uji Hopkin-Cole
Larutan protein yang mengandung triptofan dapat bereaksi
membentuk senyawa berwarna. Pereaksi hopkins-cole dibuat
dari asam oksalat dengan
COOH CHO
Mg
COOH
serbuk COOH
(Arsyad, 2001)
e. Uji presipitasi (pengendapan)
Protein larutan protein encer dapat diendapan dengan
penambahan untuk mengendapkan larutan protein diantaranya
adalah larutan garam-garam logam berat dan alkohol reagensia,
zat putih telur (protein) jika dalam larutan berupa koloid.
(Poedjiadi, 1994)
f. Uji Sulfida
Jika protein yang mengandung gugus amino unsur S
ditambahkan NaOH dan dipanaskan, maka H2SO4 dapat
diuraikan dan dalam larutan alkalis membentuk Na 2S. Jika
ditambah Pb Acetat, maka akan terbentuk PbS yang mengendap
sebagai koloid. Jika hasil positif maka larutan mula-mula
berwarna kuning, kemudian coklat dan akhirnya hitam serta
mengendap.
H COOH H 3C COOH
HS C H
C Pb2+ C
H2 Pb2S
H 2N
COKLAT HITAM HN 2
(Poedjiadi, 1994)
H
C S S HC H
2H 2 C S
H S C
H
H
Reducing CYSTONE
CYSTEIN agent
H O
C C
H C
H2
O
(Sumardjo,1998)
2.4 Vitamin.
2.4.1 Definisi Vitamin
Vitamin adalah senyawa organik yang tidak bisa disintesis
dalam tubuh, walaupun dalam jumlah sedikit. Viamin dikenal
sebagai suatu kelompok senyawa organik yang termasuk dalam
golongan protein, karbohidrat, lemak, dan sangat penting
peranannya bagi beberapa fungsi tertentu tubuh untuk menjaga
kelangsungan hidup serta pertumbuhan vitamin-vitamin tidak dapat
dibuat oleh manusia. Oleh karena itu, harus diperoleh dari bahan.
Sebagai perkecualian adanya vitamin D yang dapat dibuat dalam
bahan pangan yang dikonsumsi mendapat cukup kesempatan.
(Poedjiadi, 1994)
(Winarno, 1982)
b. Vitamin B kompleks
Vitamin B komplek merupakan thiamin, riboflafin,
pereduksi (vitamin B6), asam pantofenat, broflasin serta
vitamin B12.
Vitamin B2
Vitamin B1
Vitamin B5
Vitamin B6
(Winarno, 1982)
b.Vitamin D
Vitamin D sangat berperan penting bagi metabolisme
kalsium dan fosfor. Dengan adanya vitamin D, diadsorpsi
kalium oleh alkohol pencernaan akan diperbaiki, kalsium, dan
fosfor dari tulang dimobilisasi.
Pengeluaran dan kesetimbangan mineral dalam darah ikut
dikendalikan. Sumber vitamin D diperoleh dari dari dalam
bahan nabati dan dalam minyak hati, ikan, dan vitamin D dapat
diperoleh dari sinar matahari pagi.
ergocalciferol
colecalciferol
(Winarno, 1982)
c.Vitamin E
Vitamin E merupakan salah satu faktor yang larut dalam
lemak. Vitamin E dalam tubuh kita berperan sebagai
antioksidan, membantu oksidasi terhadap vitamin A dalam
saluran pencernaan serta membantu dan mempertahankan
fungsi membran sel.
(Winarno, 1982)
d. Vitamin K
Disebut juga vitamin koagulasi. Vitamin K dapat
mendorong terjadinya peredaran darah secara normal,
pembentukan tulang, dan pembentukan perototan. Sumber
vitamin K antara lain adalah hati dan sayuran yang berzat
besi seperti bayam, kubis, dan bunga kol.
(Winarno, 1982)
OH RO O ROH
(Poedjiadi, 1994)
2.5.5 Glukosa
Berwarna putih, berasa manis, larut dalam air dan sedikit larut
dalam etanol, bersifat sebagai reduktor kuat, lebih manis dibanding
galaktosa dikenal sebagai gula darah karena terdapat paling banyak
dalam darah.
(Arsyad, 2001)
2.5.6 Fruktosa
Berupa heksosa kristalin, titik leleh 102-1040C, terdapat dalam
bentuk piranosa, ditemukan dalam sari buah (levulosa) madu dan
dalam gula tebu.
(Arsyad,2001)
2.5.7 Sukrosa
Suatu disakarida, Kristal bewarna putih, berasa manis, larut
dalam air dan terhidrolisis membentuk glukosa dan fruktosa, titik
leleh (185-1860C), masa jenis 1.6 g/cm3, sukar larut dalam alkohol
dan eter.
(Pudjaatmaka, 2003)
2.5.8 HCl
Mengandung 30 gram hidrogen klorida, berat jenis 1.19 g/cm3,
titik didih -850C, titik lebur -1140C, merupakan asam kuat.
(Pringgodigdo, 1973)
2.5.9 Larutan Iodine
Titik leleh 113.50C, titik Didih 184.350C, dalam bentuk gas
massa jenisnya 11.27916, berbau tidak enak, menguap dalam
temparatur biasa.
(Pudjaatmaka, 2003)
2.5.10 Larutan Benedict
Digunakan untuk mendeteksi gula pereduksi, terdiri atas
campuran tembaga (II) sulfat dan hasil saringan dari campuran
natrium sitrat berhidrat dengan natrium karbonat berhidrat.
(Daintith, 1999)
2.5.11 KI
Tidak bewarna, kristal putih, titik leleh 6800C, densitas 3.12,
larut dalam air dan alkohol.
(Grant, 1987)
2.5.12 Kloroform
Cairan jernih tidak bewarna, berbau menyengat, rasa manis,
mudah menguap, pelarut yang baik untuk lemak, tidak larut dalam
air, titik leleh -16.20 C, berat jenis 1,49 g/ml.
(Arsyad, 2001)
2.5.13 Asam Asetat
Zat cair tanpa warna, berbau sangir, membeku pada suhu
0
290 C, termasuk asam organik hasil fermentasi alkohol dan bakteri
acetobacter acetil ditemukan dalam cuka.
(Basri, 1996)
3.1.2 Bahan
Larutan polisakarida (larutan pati)
Glukosa
Fruktosa
Sukrosa
α-Naftol (dalam etanol)
H2SO4 pekat
HCl pekat
NaOH
Larutan iodin (dalam KI 30/L)
Larutan benedict
Larutan barfode
Minyak kemasan
Lemak padatan
Kloroform
Asam asetat glasial
KI 10 %
KI 30 %
Lesitin (dalam alkohol)
Asam nitrat pekat
Amonium molibdat
Kolesterol (dalam kloroform)
Natrium tiosianat
Amilum
Etanol
Eter
KOH Alkoholis
Aquadest
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Karbohidrat
a. Uji Molisch
2 mL larutan gandum+ 2 tetes α
naftol
Tabung reaksi
Penambahan 1 mL H2SO4
Pengamatan
hasil
b. Uji Benedict
5 tetes glukosa
Tabung reaksi
5 tetes fruktosa
Tabung reaksi
5 tetes sukrosa
Tabung reaksi
1 mL glukosa
Tabung reaksi
Penambahan 2 mL larutan Barfoed
Pemanasan 1 menit dalam penangas air
Pendiaman hingga dingin
Pengamatan
Hasil
1 mL fruktosa
Tabung reaksi
1 mL sukrosa
Hasil
1 mL minyak baru
Tabung reaksi
1 mL minyak baru
1 mL minyak baru
Tabung reaksi
Hasil
3.2.3. Protein
a. Tes Ninhidrin
1 mL larutan putih
telur
Tabung reaksi
Hasil
1 mL larutan glisin
Tabung reaksi
Hasil
c. Tes Xanthoprotein
hasil
hasil
e. Tes Sulfur
Penambahan 2 mL alkohol 96 %
Pengamatan
Hasil
Pengendapan oleh Logam Berat
Hasil I Hasil II
Penambahan ZnSO4 berlebih
Pengamatan
Hasil
3.2.4. Vitamin
a. Vitamin A
Serbuk vitamin A
Tabung reaksi
Penambahan kloroform
Penambahan 2 tetes asam asetat anhidrat
Penambahan 1 ml larutan SbCl3
Pengamatan
Hasil
b. Vitamin B1
Serbuk vitamin B1
Tabung Reaksi
Penambahan 2 mL etanol 80 %
Pengocokkan hingga kuat hinga
bercampur
Pengamatan
Hasil
d. Vitamin C
2 mL larutan vitamin C
Tabung reaksi
Gelas beker
Penambahan air
Pendiaman
Penirisan
Hasil
Sayatan pear
Gelas beker
1. Karbohidrat
a.Uji Molisch Sampel : Larutan Pati
- pemasukkan 2 tetes larutan α-Naftol - warna larutan bening
+ 2 mL larutan karbohidrat kedalam - warna larutan bening
satu tabung reaksi. - tidak terbentuk 2 lapisan
- penambahan 1 mLH2SO4
- pengamatan pada tabung reaksi Blangko (aquadest)
- pengulangan perlakuan dengan air - warna larutan bening
tanpa karbohidrat - warna larutan bening
- tidak terbantuk 2 lapisan
b. Uji Benedict
- pemasukkan 4 tetes larutan glukosa, - warna larutan awal bening
fruktosa,sukrosa ke dalam 3 tabung
reaksi berbeda,
- penambahkan 2 mL larutan benedict, - warna larutan dalam ke-4 tabung
berwarna biru
- pemanasan - glukosa: warna larutan coklat kebiruan
sukrosa: warna larutan orange
kecoklatan
fruktosa : warna larutan orange
c. Uji Barfoed
- pemasukkan 1 ml larutan glukosa, - glukosa: warna larutan biru
fruktosa, sukrosa + 2 mL larutan fruktosa: terdapat gumpalan
barfoed (dalam 3 tabung reaksi sukrosa: warna larutan biru
berbeda),
- pemanasan dan pendinginan - glukosa: warna larutan tetap
kembali, fruktosa: tetap terdapat endapan
- pengamatan pada perubahan sukrosa: warna larutan tetap
warna.
d. Hidrolisis Polisakarida
- pemasukkan 10 Ldalam tabung - larutan berwarna putih keruh
reaksi, pemanasan.
- pemasukkan 1 tetes larutan
diatas + 1 tetes Iarutan iodin ke - wana larutan semakin hijau tua
dalam “Drop Plate”.
- penetralkan dengan NaOH + 5 ml
larutan benedict, larutan ini adalah - warna larutan biru
larutan A.
- perlakukan pada menit ke-6, lalu
pendidihan semua tabung reaksi - warna larutan tetap
selama 3 menit, lalu pendinginan
kembali,
- pengamatan pada perubahan yang
terjadi.
2. Lipid Sampel:
a. Uji Peroksida ● minyak baru
- pemasukkan 1 mL minyak sampel + + kloroform : larut
1 mL kloroform + 2 mL asam asetat + CH3COOH : keruh
glasial + 1 tetes larutan KI 10%, + KI 10% : larutan tetap
pengadukan, pendiaman selama ● minyak tengik
5 menit. + kloroform : larut
- pengulangan untuk minyak/ lemak + CH3COOH : keruh
tengik. + KI 10% : larutan tetap
● fenol
- + HNO3 : larutan berwarna kuning
bening
- + tetes demi tetes NaOH : larutan
menjadi semakin kuning
4. Vitamin
a. Vitamin A
- pemasukkan dalam tabung reaksi - sampai tidak terbentuk endapan
0,5 mL minyak ikan/ sedikit (ujung
spatula) serbuk vitamin A,
penambahan tetes demi tetes
kloroform hingga larut, lalu
penambahan 2 tetes asam asetat
anhidrid dan penambahan 1 mL
larutan SbCl3,
- pengamatan pada perubahan - larutan bagiam bawah berwarna biru,
warna di bawah lampu ultraviolet.. Menunjukkan uji postif vit. A
b. Vitamin B1
- pemasukkan dalam tabung reaksi - larutan berwarna kuning, terbentuk
sedikit (ujung spatula) serbuk lapisan
vitaminB1,lalu penambahan 3 tetes
NaOH 30%, kemudian pemasukkan
3 tetes K3Fe(CN)6 0,6% dengan - terbentuk 2 lapusan.
penambahan 1 mL isobutanol, lapisan atas : larutan berwarna biru
pengocokan hingga rata. lapisan bawah : ada endapan berwarna
hijau
c. Vitamin B2
- pemasukkan dalam tabung reaksi - setelah pengamatan di bawah sinar
sedikit (ujung spatula) serbuk ultraviolet, warna endapan hijau muda
vitamin B2 + 2 mL etanol 80%, lalu menunjukkan uji positif.
pengocokan hingga rata,kemudian
penyaringan,dan pengamatan
filtrate di bawah sinar ultra violet.
V. HIPOTESIS
5.1 Karbohidrat
5.1.1 Uji Molisch
Suatu zat dikatakan positif mengandung karbohidrat dapat
diuji melalui uji molisch. Uji molisch terhadap adanya karbohidrat
ini ditandai dengan terbentuknya cincin merah hingga ungu.
5.1.2 Uji Benedict
Suatu zat yang mengandung karbohidrat seperti glukosa
jika diuji dengan uji ini akan menghasilkan endapan yang berwarna
merah, hijau, atau merah bata. Perbedaan warna endapan ini
disesuaikan konsentrasi/kadar kemanisan dari karbohidrat yang
diuji.
5.1.3 Uji Barfoed
Suatu zat positif mengandung karbohidrat dapat pula diuji
dengan uji barfoed. Uji positifnya ditandai dengan perubahan
warna yang terjadi pada larutan yaitu menjadi merah bata.
5.1.4 Hidrolisis Polisakarida
Hidrolisis polisakarida ini dapat digunakan untuk menguji
adanya karbohidrat. Uji positif pada hidrolisis polisakarida ini
ditandai dengan perubahan warna yang terjadi menjadi merah bata.
5.2 Lipid/ Lemak
5.2.1 Uji Peroksida
Suatu minyak dikatakan mengandung peroksida
ditunjukkan dengan pembebasan iodin. Uji positif ini dapat
dilakukan dengan menggunakan indikator amilum. Jika iodin
benar-benar ada, maka setelah ditambah indikator amilum akan
berubah menjadi biru hingga hitam.
5.2.2 Uji Fosfat pada Lesitin
Uji ini dilakukan pada lesitin yang dilarutkan dalam
alkohol. Uji positifnya ditandai dengan adanya perubahan warna
pada larutan.
5.2.3 Uji Kolesterol (Libermann-Buchard)
Ada perbedaan warna pada masing-masing larutan. Antara
kolesterol, mentega, minyak hewan dan minyak nabati,
kemungkinan minyak nabati jauh lebih jernih daripada minyak
hewani.
5.3 Asam Amino dan Protein
5.3.1 Uji Ninhidrin
Hasil positif dari uji ini adalah timbulnya perubahan warna
pada larutan mulai dari ungu hingga tua, berarti terbukti bahwa zat
tersebut mengandung asam amino.
5.3.2 Tes Biuret
Suatu zat jika diuji dengan reagen biuret, maka
menghasilkan warna merah muda hingga violet, berarti zat tersebut
termasuk protein yang mempunyai ikatan peptida.
CHO
H C OH
H C OH H C CH H
H C OH H C C CH H
CH 2OH O O
(Poedjiadi, 1994)
C H HO C H
H C OH HO C H
H C OH H C OH
H C OH CH 2OH
H2 C CH 2OH
CH 2OH CH 2OH
C O H C OH
HO C H H C OH
H C OH H C OH
CH 2OH CH 2OH
CH 2OH
O H HOCH 2
H
H
H O
O H
OH H H + CU 2+ + 2OH-
OH
CH2OH
HO OH
H OH
(Poedjiadi, 1994)
OOCR 1 CH 2 CH 2OH
R1COONa
OOCR 2 CH NaOH CHOH R2COONa
O H2 C O C R1
CH2 CH 3
R2 C O CH H 2C
HO
HNO3
N CH3
H2 C O O O
H3 C
O
CH2 CH 3
H 2C
CH3
H3PO4 HO
N
ASAM LEMAK
H3 C
(Poedjiadi, 1994)
H COOH
H
C
NH2
Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa uji positif diberikan
pada susu kedelai,berarti protein dalam susu kedelai mengandung
ikatan peptida sedangkan glisin menunjukkan uji negatif.
H C C
PROTEIN
NH2 H NH2
C C
O
O
O
O
CU
(Arsyad, 2001)
6.3.3 Tes Xanthoprotein
Uji xanthoprotein diperlukan dalam identifikasi asam amino dan
protein. Uji ini dapat mengetahui ada tidaknya cincin benzen (fenil)
dalam suatu protein. Gigus fenil merupakan gugus benzen yang
berikatan dengan OH- Pada percobaan kali ini kita juga akan
menggunakan larutan sampel protein (susu kedelai) dan larutan
glisin serta ditambah larutan fenol sebagai bahan percobaan.
Pada tabung pertama yang berisi larutan protein setelah
ditambah dengan 0.5 ml reagen HNO3 dan 0.5 ml NaOH maka akan
terbentuk endapan kuning. Tujuan dari penambahan HNO 3 adalah
untuk mereaksikan sampel agar terjadi perubahan warna sedangkan
tujuan penambahan NaOH adalah untuk membuat suasana menjadi
basa, karena tes xanthoprotein hanya bekerja dalam suasana basa.
Endapan ini terjadi karena adanya reaksi nitrasi pada inti benzen
yang terdapat pada molekul protein. Endapan ini juga menunjukkan
bahwa didalam sampel larutan protein (susu kedelai kemasan) yang
telah diuji mengandung tirosin, fenilalanin, dan triptofan. Dan pada
tabung yang berisi larutan fenol juga menghasilkan warna kuning
pada larutanny,a setelah ditambahkan dengan 0.5 ml reagen HNO3
dan 0.5 ml NaOH. Hal ini juga menandakan adanya fenil di dalam
larutan fenol. Sedangkan pada tabung yang berisi larutan glisin,
setelah ditambahkan dengan 0.5 ml reagen HNO3 dan 0.5 ml NaOH
tidak terbentuk endapan berwarna kuning ataupun larutannya
berubah warna menjadi kuning. Melainkan warna larutannya tetap
bening (tidak berwarna).
Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa uji positif diberikan
pada larutan protein, susu kedelai, dan fenol yang ditandai dengan
terbentuknya endapan kuning. Sedangkan uji negatif diberikan pada
glisin.
Reaksi Xanthoprotein :
H
NH3+NO3 -
NH2
H
COOH
+
H 3N C H HNO3 (P)
H
(Arsyad, 2001)
Reaksinya :
H COOH H 3C COOH
HS C H
C Pb2+ C
H2 Pb2S
H 2N
COKLAT HITAM HN 2
(Poedjiadi, 1994)
H H H
H
COO- NH3+
H O O
O NH3+ COO-
H3N N C N (NH4 )2SO4
C
R R-
R+ COO- NH3+
C
O
O
PROTEIN TERAGREGASI ATAU MENGENDAP
PROTEIN TERLARUT
(Poedjiadi, 1994)
H
C S S HC H
2H2 C S
H S C
H
H
Reducing CYSTONE
CYSTEIN agent
(Poedjiadi,1994)
H O
C C
H C
H2
O
(Poedjiadi,1994)
6.3.6 Denaturasi Protein Putih Telur
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan protein
yang terkandung didalam albumin telur. Albumin telur dimasukkan
ke dalam tabung reaksi setelah dipanaskan pada suhu tinggi. Pada
saat dipanaskan, terjadi penggumpalan pada albumin telur, hal ini
disebabkan karena adanya denaturasi protein. Uji positif diberikan
pada percobaan ini ditandai dengan adanya gumpalan dari protein
yang terdenaturasi.
Denaturasi protein dapat diartikan suatu perubahan atau
modifikasi terhadap struktur sekunder, tertier dan kuartener molekul
protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovelen.
(Winarno, 1992).
Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya.
Lapisan molekul bagian dalam yang ersifat hidrofobik akan keluar
sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan atau
pembakikkan akan terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu
protein akan menggumpal dan mengendap.
(Winarno, 1992).
Titik Isoelektrik adalah derajat keasaman atau pH ketika suatu
makromolekul bermuatan nol akibat bertambahnya proton atau
kehilangan muatan oleh reaksi asam-basa. Pada koloid, jika pH sama
dengan titik isoelektrik, maka sebagian atau semua muatan pada
partikelnya akan hilang selama proses ionisasi terjadi. Jika pH
berada pada kondisi di bawah titik isoelektrik, maka matan partikel
koloid akan bermuatan positif. Sebaliknya jika pH berada di atas titik
isoelektrik maka muatan koloid akan berubah menjadi netral atau
bahkan menjadi negatif.
(Winarno, 1992).
6.4 Vitamin
6.4.5 Vitamin A
Uji coba ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
vitamin A pada suatu sampel yang di analisis, pada percobaan ini
digunakan sampel yaitu minyak ikan, minyak ikan sebanyak 0,5 ml
pertama tama di analisis dengan menambahkan tetes demi tetes
kloroform hingga larut, penambahan kloroform ini sesuai dengan
prinsip like dissolve like dimana sampel yang digunakan dan
kloroform sama-sama bersifat non polar. Kemudian larutan
ditambahkan asam asetat anhidrat dengan fungsi menghilangkan air,
karena sifat dari asam asetat anhidrat yang dapat mengikat air, dan
analisis ini harus bebas air. Kemudian ditambahkan SbCl3 dalam
bentuk padatan dengan tujuan sebagai indikator perubahan warna
yang nantinya akan diamati di bawah sinar UV. Dan hasil yang
didapat saat diamati dibvawah sinar UV yaitu larutan berwarna biru,
yang menandakan pada sampel minyak ikan positif mengandung
vitamin A didalamnya.
Reaksi Vitamin A dengan SbCl3 :
OH
O
H2C O C C 15H 31
H2C O C C15H 31
Cl-
Cl
(Poedjiadi, 1994)
6.4.1 Vitamin B1
Uji coba ini bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
vitamin B1 pada sampel yang akan dianalisis yaitu sebuk vitamin B
kompleks, sebuk vitamin B kompleks dianalisis dengan penambahan
3 tetes NaOH 30% atau 7,5 N, penambahan NaOH tersebut
berfungsi untuk membuka lingkar piarol dalam tiamin yang terdapat
pada vitamin, kemudian setelah lingkar piarol terbuka di tambahkan
3 tetes K3Fe(CN)6 untuk mengoksidasi tiamin untuk menghasilkan
produk yang bersifat fluoresens yaitu tisokrom, setelah perlakuan
tersebut kemudian ditambahkan isobutanol untuk mengekstrak
fluoresens tarsebut, selanjutnya dikocok, pengkocokkan ini bertujuan
untuk mencampurkan larutan tersebut agar merata dan untuk
mempercepat proses reaksi dalam tabung reaksi karena partikel
partikel yang ada didalamnya lebih sering terjadi tumbukan.
Kemudian mengamati warna fluoresens yang terbentuk dibawah
sinar UV dan apabila warna fluoresens tersebut berwarna hijau
berarti positif mengandung vitamin B1, saat diamati warna
fluoresensi yang terbentuk pada larutan yang dianalisis dibawah
sinar UV menunjukan warna hijau, yang berarti pada sampel vitamin
B kompleks positif mengandung vitamin B1.
6.4.2 Vitamin B2
Dari hasil uji yang dilakukan dengan menambahkan serbuk
vitamin B2 dengan etanol 80% yang bertujuan melarutkan vitamin B2
dikarenakan etanol bersifat polar (suka dengan air),vitamin B2
merupakan vitamin yang larut dalam air. Kemudian dilakukan
pengocokan secar kuat fungsi dari pengkocokkan sendiri agar
seluruh vitamin dapat larut dalam air. Setelah mengamati larutan
melalui lampu UV agar warna larutan dapat terlihat.Setelah diamati
tampak warna hijau membuktikan larutan tersebut positif
mengandung vitamin B2.
Reaksi kimia yang terjadi :
HOH2C
CHOH
CHOH
H2C
H3C N N H
H3C N N
CO
CO
C2H5 OH
HC NH
HC NH
C
O C
O
LUMIKRON
(Poedjiadi, 1994)
6.4.3 Vitamin C
Uji terhadap vitamin C dilakukan dengan mereaksikan 2ml
larutan vitamin C dengan 2 tetes NaOH 10% .Alasan pemilihan
pelarut ini karena vitamin C larut dalam pelarut polar,sehingga untuk
hasil yang terbaik digunakan NaOH .Kemudian ditambah 2ml
FeSO4 5% setelah campuran rata.Kemudian didiamkan beberapa
saat.Lama kelaman pada larutan tersebut terbentuk warna hijau
kehitaman,warna ini menunjukan uji positif bahwa larutan
mengandung vitamin C.
O
H2
C C OH
O H2
C C OH
H
HOHC
CH2OH
L Asam Askorbat
(Poedjiadi,1994)
OH RO O ROH
O O O
H2
C C OH C CH
HIDROGENASI
O H2 + O
-H
C C OH C C O
H H H
HOHC HOHC
CH 2OH CH 2OH
VII. KESIMPULAN
7.1 Karbohidrat
a. Uji Molisch
Uji ini menghasilkan uji yang positif dengan terbentuknya cincin
merah dan reaksinya bersifat eksotermis. Pada uji ini, larutan pati positif
mengandung karbohidrat.
b. Uji Benedict
Uji ini menghasilkan uji yang positif dan negatif.Pada fruktosa uji
positif terbentuk larutan berwarna merah bata, menandakan bahwa
mengandung gula pereduksi sedangkan glukosa dan sukrosa uji negatif.
c. Uji Barfoed
Hasil dari uji ini bernilai negatif pada sukrosa dan glukosa,
sedangkan pada fruktosa bernilai positif, karena kelompok monosakarida.
Uji positif ditunjukkan dengan adanya endapan merah bata.
d. Hidrolisis Polisakarida.
Hasil dari uji ini bernilai negatif. Seharusnya uji positif
memberikan endapan merah bata.
7.2 Lipid
a. Uji Peroksida
Munculnya peroksida dipengaruhi oleh tipe dan jumlah radikal
bebas yang terdapat pada lipid. Semakin bertambahnya pembentukkan
peroksida ditandai dengan bertambahnya derajat ketidakjenuhan. Uji ini
memberikan uji negatif untuk minyak baru dan minyak tengik. Hal ini
menunjukkan bahwa minyak baru dan minyak tengik tidak mengandung
peroksida.
b. Uji fosfat pada lesitin
Hasil dari uji ini adalah positif dengan memberikan endapan
kuning. Hal ini berarti lesitin mengandung fosfat.
c. Uji Kolesterol
Hasil dari uji ini adalah negatif untuk mentega, minyak nabati dan
minyak hewani. Uji positif ini dapat ditunjukkan dengan terbentuknya
endapan kuning.
7.3 Asam Amino dan Protein
a. Tes Ninhidrin
Hasil dari uji ini adalah negatif untuk susu kedelai(protein). Uji
positif memberikan perubahan warna larutan menjadi ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam susu kedelai tidak mengandung α amino.
b. Tes Biuret
Pada tes ini menunjukkan adanya perbedaan hasil antara protein
dan glisin. Pada protein menghasilkan uji positif warna ungu, sedangkan
pada glisin menghasilkan uji negatif larutan bening. Hal ini berarti protein
mengandung ikatan peptida.
c. Tes Xanthoprotein
Hasil tes ini menunjukkan uji positif pada susu kedelai dan fenol
dengan memberikan endapan kuning, sedangkan uji negatif pada glisin.
Hal ini menunjukkan bahwa susu kedelai dan fenol mengandung gugus
fenil.
d. Tes Sulfur
Pada uji ini menghasilkan uji yang positif dengan terbentuknya
larutan berwarna coklat, terbukti bahwa di dalam protein mengandung
sulfur dalam asam aminonya.
e. Reaksi pengendapan protein
Pengendapan Protein oleh Garam
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
garam.
Pengendapan oleh Logam Berat
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
logam berat.
Pengendapan oleh Alkohol
Pada uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan
terbentuknya endapan. Hal ini berarti protein dapat diendapkan oleh
alkohol.
f. Denaturasi Protein pada Putih Telur
Uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya
gumpalan. Hal ini menunjukkan bahwa protein mudah terdenaturasi
dengan adanya pemanasan.
g. Penggumpalan Protein
Uji ini menghasilkan uji positif yang ditandai dengan terbentuknya
endapan. Hal ini menunjukkan bahwa protein dapat diendapkan dalam
asam encer.
7.4 Vitamin
a. Vitamin A
Uji positif yang ditandai dengan warna biru ketika diamati di
bawah sinar UV. Hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung vitamin
A
b. Vitamin B1
Uji positif yang ditandai dengan warna hijau ketika diamati di
bawah sinar UV. Hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung vitamin
B1
c. Vitamin B2
Uji positif yang ditandai dengan warna hijau ketika diamati di
bawah sinar UV. Hal ini menunjukkan bahwa larutan mengandung vitamin
B2
d. Vitamin C
Uji positif yang ditandai dengan warna kuning. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan mengandung vitamin C.
e. Sifat Antioksidan Vitamin C
Pada uji ini menghasilkan uji positif, berarti vitamin C
mengandung zat antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad.M.N, 2001, Kamus Kimia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Basri,S, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Daintih.J, 1999, Kamus Kimia, Erlangga, Jakarta
Fessenden,R, 1984, Organic Chemistry, edisi ke 2, Willard Grant Press
Publisher, USA
Grant, 1987, Chemical Dictionary, Mc Graw Hill, USA
Hart,H, 1983, Organic Chemistry-A Short Course, edisi ke 5, Houghton Miffin
Company, Boston
Kuswati,dkk, 2001, Sains Kimia, Bumi Aksara, Jakarta
Mayers.P.A, 1992, Biokimia Harper, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Mulyono, 2001, Kamus Kimia, Grasindo, Bandung
Page,D.S., 1981, Prinsip-prinsip Biokimia, Erlangga, Jakarta
Poedjiadi, 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas Indonesia, Jakarta
Pringgodigdo. AG, 1973, Ensiklopedia Umum, Yayasan Buku Franklin, Jakarta
Pudjaatmaka. H, 2003, Kamus Kimia Organik, Depdikbud, Jakarta
Sumardjo.D, 1998, Kimia Kedokteran Undip, edisi ke 3, Universitas Diponegoro,
Semarang
Suwandi.M, 1989, Kimia Organik: Karbohidrat, Lipid, Protein, FKUI, Jakarta
Willey, J, 2001, Hawley’s Condensed Chemical Dictionary, edisi ke 14, John
Willey and Sons Inc, New York
Winarno.F.G, 1982, Analisa Bahan Pangan, UI Press, Jakarta
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten,
Rizkia Mulyowati
J2C 006 045