Professional Documents
Culture Documents
Nama Kelompok :
Perhitungan
Data 1 : Data 2:
Data 3 :
50.1.M1 = 5.1.0,1
50M1 = 0,5
M1 = 0,010 M
Kesimpulan
Dari ketiga data diatas kami mengambil molaritas rata-rata, yaitu :
0,012 + 0,016 + 0,010 = 0,0126 M
3
Sehingga data yang dianggap paling akurat adalah data pada percobaan satu, yaitu :
a. Molaritas HCl yang dicari adalah : 0,012 M
b. Volume NaOH yang digunakan adalah : 6mL
Dasar Teori
Definisi Titrasi
Titrasi adalah pengukuran suatu larutan dari suatu reaktan yang dibutuhkan untuk
bereaksi sempurna dengan sejumlah reaktan tertentu lainnya.
Titrasi asam basa adalah reaksi penetralan.
Jika larutan bakunya asam disebut asidimetri dan jika larutan bakunya basa disebut
alkalimetri.
Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat ataupun titran. Titrasi asam
basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan
larutan basa dan sebaliknya.
Titran ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen ( artinya
secara stoikiometri titran dan titrat tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik
ekuivalen”.
Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat
volume titrat yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data
volume titran, volume dan konsentrasi titrat maka kita bisa menghitung kadar titran.
Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.
2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi
dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah
titrasi kita hentikan.
Pada umumnya cara kedua dipilih disebabkan kemudahan pengamatan, tidak diperlukan
alat tambahan, dan sangat praktis.
Indikator yang dipakai dalam titrasi asam basa adalah indicator yang perbahan warnanya
dipengaruhi oleh pH. Penambahan indicator diusahakan sesedikit mungkin dan umumnya
adalah dua hingga tiga tetes.
Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin
dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan
sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan.
Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut
sebagai “titik akhir titrasi”.
Contoh :
Persamaan Reaksi :
HCl + NaOH → NaCl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
contoh :
Persamaan Reaksi :
HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + NH4OH → H2O + NH4+
contoh :
- Asam lemah : CH3COOH
- Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi :
CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O
Reaksi ionnya :
H+ + OH- → H2O
contoh :
contoh :
Persamaan Reaksi :
NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH
Reaksi ionnya :
OH- + NH4- → NH4OH
1. Zat penitrasi (titran) yang merupakan larutan baku dimasukkan ke dalam buret yang
telah ditera
2. Zat yang dititrasi (titrat) ditempatkan pada wadah (gelas kimia atau
erlenmeyer).Ditempatkan tepat dibawah buret berisi titran
4. Rangkai alat titrasi dengan baik. Buret harus berdiri tegak, wadah titrat tepat dibawah
ujung buret, dan tempatkan sehelai kertas putih atau tissu putih di bawah wadah titrat
5. Atur titran yang keluar dari buret (titran dikeluarkan sedikit demi sedikit) sampai
larutan di dalam gelas kimia menunjukkan perubahan warna dan diperoleh titik akhir
titrasi. Hentikan titrasi !
Indikator asam basa adalah asam lemah atau basa lemah (senyawa organik) yang
dalam larutannya warna molekul-molekulnya berbeda dengan warna ion-ionnya
Zat indikator dapat berupa asam atau basa yang larut, stabil, dan menunjukkan
perubahan warna yang kuat.
Perubahan warna
Pelarut
Indikator
Asam Basa
Etanol
Metil kuning Merah Kuning
90%
Kuning-
Metil jingga Merah Air
jingga
Tak Etanol
Fenolftalein Merah-ungu
berwarna 70%
Tak Etanol
Thimolftalein biru
berwarna 90%
Materi pengayaan
Analisis volumetri atau disebut juga titrasi,berdasarkan jenis reaksinya digolongkan
menjadi:
1. asidimetri / alkalimetri : analisis yang didasarkan pada reaksi netralisasi
2. iodometri / permanganometri : analisis yang didasarkan pada reaksi oksidasi reduksi
3. argentometri : analisis yang didasarkan pada penbentukanendapan dari ion Ag+
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalent asam akan sama dengan mol-ekuivalent
basa, maka hal ini dapat kita tulis sebagai berikut:
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara Normalitas dengan volume maka rumus
diatas dapat kita tulis sebagai:
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada
asam atau jumlah ion OH pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
keterangan :
V = Volume
M = Molaritas
n = jumlah ion H+ (pada asam) atau OH – (pada basa)
Gambar Penunjang ;
Gambar 1dan 2 : Ball Pipet dan Pipet Gondok
Gambar 3 : Buret
Gambar 4 : Phenolftalein
Gambar5 dan 6 : Gelas Kimia dan Gelas Ukur
Daftar Pustaka
www.isolabgmbh.com/product.asp%3...rup%3D19
www.indigo.com/glass/gphglass/buret.html
www.daym.gov.tr/index2.php%3Fad%...kat%3D57
www.analisateknisia.blogspot.com/200...ive.html
www.oldprint.blogspot.com/2009/12/pe...int.html
www.try4know.co.cc/2009/12/gelas...mia.html
www.an89.wordpress.com/2009/03/2...am-basa/
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/SRIYANI(050679)/latihan.html
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2008/Sri%20Ratisah
%20054828/materi.HTM
http://akhitochan.wordpress.com/2010/02/06/titrasi-asam-basa/