You are on page 1of 15

Tugas Makalah Agama

Mengenai Haji dan Umrah


(Untuk Memenuhi Tugas dari Guru
Pendidikan Agama Drs. Odja Sumardjati)

Nama : Dhiyaa Putri Kaniawati


Kelas : X-6
Absen : 12
Kata Pengantar

Assalamualaikum Wr. Wrb.

Alḥamdulillāh dan Puji syukur ke hadirat Allah SWT saya ucapkan atas
terselesaikannya makalah ‘Makalah Agama Mengenai Haji dan Umrah beserta
Wawancara’ ini. Tanpa rida dan kasih sayang dari-Nya mustahil makalah ini
dapat dirampungkan.

Makalh ini disususun sebagai pemenuh tugas dari guru Pendidikan


Agama Islam Drs. Hj. Odja Sumardjati. Besar harapan saya, makalah ini dapat
berguna bagi teman-teman saya dan sesuai dengan kriteria dari Ibu Guru.

Makalah ini mencakup bab Pendahuluan, Pembahasan Materi, Hasil


Wawancara dan Penutup yang akan dibahas setelah ini.

Akhirnya, saya mengharapkan kritik dan saran dari Ibu Guru dan teman-
teman. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allahlah yang Memiliki dan
Mahakuasa. Saya juga mengucapkan kepada yang telah bersedia saya mintai
keterangannya dalam wawancara.

Senin, 8 Juni 2009

Penyusun

Dhiyaa Putri Kaniawati


Pendahuluan

Haji, adalah salah satu dari lima Rukun Islam yang wajib
dipenuhi oleh seorang muslim, yang juga berfungsi untuk
menyempurnakan Islam dari seorang muslim. Masih banyak
muslim yang belum mengerti tata cara melaksanakan haji,
larangan-larangannya, dalil naqli dan aqli yang membahasnya,
dan perbedaannya dengan umrah. Maka dari itu, saya
menyusun makalah ini, selain untuk memenuhi tugas dari Guru
Pendidikan Agama Islam Drs. Odja Sumardjati, juga bermaksud
untuk menerangkan secara lebih jelas apa itu haji dan umrah,
dan bagaimana tata cara pelaksanaan dari haji dan umrah
sendiri.

Dalam makalah ini juga tercantum hasil wawancara saya


dengan , yang berguna sebagai bahan referensi untuk lebih
mengenal dan memahami haji dan umrah.

Demikian penadahuluan ini, dan semoga pembaca lebih


mengerti mengenai haji dan umrah setelah membaca makalah
ini.

Sekian dan terima kasih.


Materi
1.Haji

A. Pengertian Haji

Pengertian ‘haji’ secara etimologis berarti tujuan, maksud, dan


meyengaja. Pengertian ‘haji’ menurut istilah ulama fikih adalah
menyengaja mendatangi Ka’bah (Baitullah) untuk menunaikan amalan-
amalan tertentu (antara lain tawaf dan sa’i) atau mengunjungi tempat
tertentu pada waktu tertentu untuk melakukan amalan-amalan tertentu
(seperti berkunjung ke Arafah untuk wukuf dimulai setelah tergelincir
matahari tanggal 9 Zulhijah sampai dengan terbit fajar pada tanggal 10
Zulhijah).

Ibadah Haji Adalah salah satu dari rukun (tiang) Islam. Dalam
sebuah hadis ditegaskan :

B. Dasar Hukum Haji

Dasar hukum ibadah haji ialah Al-Qur’an Surah Ᾱli ‘Imrān, 3:97, Al-
Baqarah, 2:196-197, dan Al-Ḥajj, 22:27-28. Dalam Surah Ᾱli ‘Imrān, 2:97 Allah SWT
berfirman :

Hadis yang dijadikan dasar hukum ibadah haji cukup banyak.


Selain hadis tentang rukun Islam yang telah disebutkan sebelumnya, juga
bisa didapatkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
sebagaimana berikut : “Rasulullah SAW berkhotbah kepada kami. Beliau
bersabda ‘Wahai manusia, Allah telah memfardukan haji bagi kamu, maka
laksanakanlah.’ Kemudian seseorang bertanya, ‘Apakah haji itu
dikerjakan setiap tahun, wahai Rasulullah?’ Rasulullah SAW kemudian
diam, sampai-sampai lelaki itu mengulang pertanyaannya tiga kali.
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, ‘Kalau saya berkata benar, pasti
akan wajib setiap tahun, tetapi kalian tidak akan mampu.’ “ (H.R. Ahmad
Bin Hanbal, Muslim, dan An-Nasai)

Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis tersebut, ulama fikih sepakat


bahwa hukum menunaikan ibadah haji adalah fardu ‘ain bagi setiap
Muslim/Muslimah yang telah memenuhi syarat wajibnya.

C. Syarat Wajib Haji

Adapun syarat-sayarat wajib haji itu sebagai berikut :

■ Beragama Islam

■ Berakal Sehat, tidak wajib haji atas orang gila

■ Baligh (dewasa), anak-anak tidak wajib

■ Merdeka, bukan hamba sahaya / tidak sedang dalam tahanan.

■ Kuasa atau mampu mengerjakan (istiṭaah)

Yang dimaksud mampu menunaikan haji adalah :

• Menpunyai ongkos naik haji (ONH) baik untuk pergi maupun pulang.

• Ada trnasportasi (alat angkut yang pantas dengan keadaannya, baik melalui darat, laut
maupun udara).

• Aman dalam perjalanan melakukan ibadah haji.

• Sehat jasmani dan rohani.

• Bagi wanita ada muhrim yang menyertainya.

D. Rukun Haji

Rukun Haji yaitu suatu perbuatan yang apabila tidak dilakukan tidak sah hajinya.
Perbuatan itu tidak boleh diganti dengan dam (denda).

Rukun haji ada enam, yaitu:


1. Ihram : niat menunaikan ibadah haji sambil mengenakan pakaian ihram.

2. Wukuf : berdiam diri di aArafah, waktu dzuhur tanggal 9 Dzulhijah sampai tanggal 10
Dzulhijah menjelang fajar.

3. Thawaf : mengelilingi Ka’bah 7 kali.

4. Tahallul : mencukur atau menggunting rambut.

5. Tertib : mengerjakan ruku-rukun Haji di atas sesuai dengan urutannya.

E. Wajib Haji

Wajib haji adalah perbuatan-perbuatan yang wajib dilakukan dalam melaksanakan


ibadah haji. Jika salah satu wajib haji ditinggalkan, hajinya tetap sah, tetapi harus membayar
dam atau denda yaitu menyembelih binatang. Jadi, wajib haji itu tidak termasuk rukun haji,
dan tidak mempengaruhi sah atau tidaknya yang bersangkutan melakukan ibadah haji.

Wajib haji ada tujuh, yaitu :

1. Ihram dari Miqat

Miqat adalah tempat dan waktu yang ditentukan untuk mengerjakan haji. Ihram dari
Miqat maksudnya niat haji atau umrah dari Miqat Zamani maupun Miqat Makani. Miqat
Zamani mulai dari awal bulan Syawal sampai terbit fajar tanggal 10 Dzulhijah. Miqat Makani
adalah tempat memulai ihram bagi yang akan mengerjakan haji atau umrah. Untuk Jamaah
Indonesia , memulai ihramnya di Bandara King Abdul Aziz. Jedah bagi yang langsung
menuju Makkah dan Bir Ali bagi yang menuju Madinah terlebih dahulu.

2. Bermalam di Muzdalifah.

3. Melontar Jumrah Aqabah

Melontar sebanyak 7 kerikil dengan 7 kali lontaran pada tanggal 10 Dzulhijah di


Mina.,

4. Melontar 3 Jumrah, yaitu Jumrah Ula, Wustha dan Aqabah, dilaksanakan pada
tanggal 12 dan 13 Dzulhijah. Melontar 3 Jumrah dilakukan dengan 7 lontaran, setiap
lontaran satu kerikil.

5. Bermalam di Mina.

6. Thawaf wada’, dilakukan ketika akan meninggalkan Baitullah di Makkah.

7. Menjauhkan diri dari Muharramat, yaitu meninggalkan atau menghindarkan diri dari
segala yang dilarang dalam melakukamn ibadah haji.

F. Sunnah Haji
Sunnah Haji adalh perbutan-perbuatan dalam ibadah haji yang
apabila dikerjakan mendapat pahala, tetapi tidak dikerjakan ibadah
hajinya tetap sah dan dianggap tidak berdosa.

Sunnah-sunnah haji tersebut antara lain :

1. Mandi ketika hendak ihram, wukuf dan melempar jumrah.

2. Membaca Talbiyah dari ihram sampai melontar jumrah aqabah padi


hari raya haji.

3. Membaca shalawat dan do’a setelah membaca Talbiyah

4. Masuk ke dalam Ka’bah, dan Hijir Ismail.

5. Ziarah ke makam Rasulullah.

G. Cara-cara mengerjakan haji.

1. Cara Ifrad : mengerjakan ibadah haji dahulu sampai selesai, setelah


itu baru mengerjakan ibadah umrah.

2. Cara Tamattu : mengerjakan ibadah umrah terlebh dahulu samapi


selesai, setelah itu baru mengerjakan haji. Orang yang menunaikan
haji dan Umrah dengan cara tamattu dikenai denda.

3. Cara Qiran : mengerjakan ibadah haji dan umrah dalam satu niat,
serta mengerjakan pekerjaan-pekerjaan haji dan umrah secara
bersamaan.

H. Larangan bagi orang yang dalam ihram

Larangan berarti segala sesuatu yang tidak boleh dikerjakan.


Larangan tersebut berlaku bagi laki-laki dan peremppuan.

Larangan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagi laki-laki, dilarang memakai pakaian berjahit dan menutup


kepala.

2. Bagi perempuan, dilarang menutup muka dan telapak tangan.


Dalam keadaan terpaksa boleh menutup muka, tetapi harus
membayar fidyah.

3. Bagi laki-laki maupun perempuan :

■ Dilarang memakai harum-haruman selama ihram.

■ Memotong rambut atau bagian badan yang lain. Dan memakai minyak
rambut. Firman Allah SWT :
■ Dilarang memotong kuku.

■ Dilarang meminang, menikah, menikahkan dan menjadi wali dalam


pernikahan. Sabda Rasulullah SAW:

■ Dilarang bersetubuh dan segala yang berhubungan dengan bersetubuh.

■ Dilarang berburu dan memburu binatang darat yang liar dan halal
dimakan. Firman allah SWT :
I. Dam (Denda) dalam Haji

Dam adalah denda yang wahib dilaksankan oleh orang yang


selama menunaikan ibadah haji dan umrah, melangggar larangan atau
meninggalkan wajib haji/umrah.

1. Dam karena bersenggama dalam keadaan ihram sebelum


tahallul pertama :

• Menyembelih seekor unta, atau seekor lembu atau tujuh ekor kambing
dan hajinya wajib diulang.

• Bila tidak mampu menyembelih, maka ia wajib meberikan sedekah


kepada fakir miskin berupa makanan seharga seekor unta dan hajinya
wajib diulang.

•Bila tidak sanggup bersedekah, maka ia harus berpuasa sejumlah hari


dengan perhitungan setiap 0,8 daging unta, ia harus berpuasa satu hari.

2. Dam karena berburu atau membunuh binatang buruan :

• Menyembelih binatang yang sebanding dengan binatang yang diburu


atau dibunuh.

• Jika tidak bisa, bersedekah kepada fakir miskin sebanyak harga binatang
tersebut.

• Jika tidak bisa, Puasa sejumlah hari dengan perhitungan setiap 0,8 kg
daging binatang, ia harus puasa satu hari.

3. Dam karena mengerjakan larangan lainnya yang disebutkan


diatas, dan atau Bersenggama sesudah tahallul pertama :

• Menyembelih seekor kambing.

• Jika tidak bisa, puasa tiga hari.

• Jika tidak bisa, bersedekah sebanyak tiga kantong (9,3 liter) makanan
kepada 6 orang fakir miskin.

4. Dam karena melaksanakan haji tanattu’ atau qiran, atau juga


karena meninggalkan salah satu wajib haji.:

• Menyembelih seekor kambing.

• Jika tidak mampu , wajib berpuasa 10 hari, yaitu tiga hari dikerjakan di
tanah haram, dan tujuh hari setelah kembali ke tanah airnya.
2.Umrah
A. Pengertian Umrah

Menurut pengertian bahasa, umrah berarti ziarah. Menurut istilah,


umrah adalah ziarah ke Ka’bah, thawaf, sa’i, dan tahallul. Karena
umrah pengertiannya hampir sama dengan haji, bedanya hanya pada
waktu mengerjakannya. Ibadah haji dikerjakan pada bulan tertentu,
sedangkan Umrah boleh kapan saja. Umrah hukumnya fardhu ‘ain bagi
setiap muslim laki-laki maupun perempuan jika telah terpenuhi syarat-
syaratnya.

B. Rukun Umrah

■ Ihram , dengan ikhlas karena Allah (sambil mengatakan ‘labbaika


umratan’, artinya aku memenuhi panggilan-Mu untuk melakukan Umrah).

■Thawaf, atau mengelilingi Ka’bah (seperti thawaf haji)

■Sa’i antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali.

■ Tahallul, yakni bercukur atau mengunting rambut sekurang-kurangnya 3


helai.

■ Tertib.

C. Wajib Umrah

• Ihram dari miqat (ketentuan tempat dan waktu)

• Meninggalkan larangan-larangan (seperti laranagan saat melaksanakan


haji)

D. Miqat Zamani dan Makani

■ Miqat Zamani : kapan saja sepanjang tahun boleh ihram untuk umrah.

■ Miqat Makani : sama halnya haji, terkecuali bagi orang Mekah sendiri,
awal ihramnya adalah tanah halal (di luar Mekkah).

E. Hikmah Wajib Haji dan Umrah

• Memupuk rasa persatuan dan kesatuan umat Islam di seluruh dunia.

•Mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.


•Memepererat ukhuwah Islamiyah, baik antara penjabat dengan rakyat
biasa atau lingkungan sosial ekonomi lainnya pada waktu berkumpul di
padang Arafah.

• Dengan melaksanakan ibadah haji dan umrah dapat mendekatkan diri


kepada Allah .

• Menumbuhkan kesadaran untuk lebih menaati agama.

•Menumbuhkansemangat berkorban.

• Mengenal tempat-tempoat bersejarah.

• Menjadi forum mukhtamar Isalm sedunia.

Hasil Wawancara
Berikut ini hasil wawancara yang disusun secara narasi dengan KBIH
(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji) Bakkah Al Mubarakah yang bertempat
di Jalan Muararajeun Baru Nomor 1 Bandung.

Yayasan Haji dan Umrah Bakkah al Mubarakah didirikan oleh 6


orang, yaitu Drs. H. Mundarwiyarso , Drs. H. Dody Amarudien , H. Moch.
Husnie Thamrien , Ir. H. Ugon Dulwilugon K. , Ir. H. Nana Rachmat, MBA ,
dan H. M. Suryadi pada tahun 1995. Azas dan Tujuan dari pendirian
Bakkah sendiri adalah untuk menyelenggarakan ibadah haji yang
berdasarkarkan azas keadilan, dan agar para calon haji memperoleh
kesempatan, perlindungan, kenyamanan, dan kemudahan dalam
persiapan dan pelaksanaan haji. Bakkah juga didirikan guna memberikan
pembinaan, pelayanan dan perlindungan yang sebaik-baiknya melalui
sistem penyelenggaraan yang baik agar pelaksanaan ibadah haji dapat
berjalan dengan baik, aman, tertib, lancar dan nyaman sesuai dengan
tumtutan agama serta jamaah haji dapat melaksanakan ibadah haji
secara mandiri, sehingga diperoleh haji yang mabrur.

Menurut pihak Bakkah, penyelenggaraan ibadah haji dilaksanakan


di bawah koordinasi Menteri Agama, yang bertanggung jawab dalam
penyelenggaraan ibadah haji yang merupakan tugas nasional.
Penyelenggaraan ibadah haji, Menteri Agama (pihak Indonesia)
melakukan koordinasi dan atau bekerja sama dengan
Departemen/lembaga/instansi yang berhubungan dengan Pemerintah
Arab Saudi. Departemen/lembaga/instansi yang berhubungan tersebut
adalah Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Departemen
Keuangan, Departemen Perhubungan, Departemen Kehakiman dan HAM,
Departemen Kesehatan, Departemen Pertahanan, dan Bank Indonesia.

Koordinasi penyelenggaraan ibadah haji sendiri dilaksanakan di


tingkat pusat oleh Menteri Agama, di tingkat provinsi oleh Gubernur, di
tingkat kabupaten atau kota oleh Bupati atau Walikota, dan di Arab Saudi
oleh Kepala Perwakilan Republik Indonesia.

Dalam penyelenggaraan ibadah haji Menteri Agama menunjuk


petugas operasional yang menyertai jemaah haji Indonesia, yaitu :

• TPIHI (Tim Pembimbing Ibadah Haji Indonesia)

• TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia)

• TPHI (Tim Pemandu Haji Indonesia)

Selain itu atas usul Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam


dan Penyelenggaraan Haji, Menteri Agama juga menunjuk Panitia
Penyelenggaraan Haji Pusat (PPIH), PPIH Embarkasi (bandara udara
tempat pemberangkatan jamaah haji ke Arab Saudi), dan PPIH di Arab
Saudi. Untuk memudahkan penanganan dan bimbingan, seluruh jamaah
haji di Indonesia dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari:

• Kelompok regu terdiri dari 11 orang termasuk Ketua Regu (Karu).

• Kelompok Rombongan sebanyak 4 regu, dengan seorang Ketua


Rombongan (Karom).

• Kloter (Kelompok Terbang), dengan seorang Ketua Kloter.

Pesawat yang digunakan untuk transportasi jamaah haji adalah


pesawat yang berbadan lebar, yang mempunyai kapasitas sekurang-
kurangnya 325 tempat duduk, dan layak terbang sesuai standar
penerbangan sipil Indonesia.

Penyelenggaraan Ibadah haji masayarakat dilakukan oleh


Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Bimbingan masyarakat Islam dan Penyelenggara Haji
atas nama Menteri Agama dalam masa 3 kali musim haji. PPIU
menyelenggarakan ibadahh haji khusus, yang disediakan bagi jamaah
yang membutuhkan pelayanan secra khuhsus di bimbingan ibadah,
transportasi, akomodasi, konsumsi, dan kesehatan. Kekhususan atau
keistimewaan di bidang akomodasi adalah fasilitas akomodasi harus hotel,
dengan jarak dari pagar Masjidil Haram dan Masjidil Nabawi maksimal 300
meter. Selain itu masa tinggal jamaah haji khusus di Arab Saudi maksimal
25 hari. Biaya Perjalanan Haji (BPIH) dari penyelenggaraan Ibadah Haji
Khusus (ONH Plus) ditetapkan oleh Menteri Agama, dan sudah tentu lebih
mahal dari BPIH Reguler (biasa).

Bimbingan Ibadah hajidapat dilakuakan oleh masyarakat melalui


lembaga sosial keagamaan Islam yang telah mendapat izin sebagai KBIH
(Kelompok Bimbingan Ibadah Haji), contohnya Bakkah Al Mubarakah, dar
Kantor Wilayah Departemen Agama setempat. KBIH hanya melaksanakan
bimbingan ibadah haji dan bukan sebgai penyelenggara. Bimbingan
Ibadah Haji wajib diberikan oleh KBIH kepada jamaahnya, baik di tanah air
maupun di Arab Saudi. Materi bimbingan berpedoman kepada buku
bimbingan ibadah haji yang diterbitkan oleh Departemen Agama. Jamaah
haji yang termasuk KBIH merupakan jamah haji yang telah terdaftar di
Departemen Agama. Mereka harus melunasi BPIH/ONH biasa, yang
jumlahnya sudah ditentukan oleh pemerintah, juga harus menyerahkan
uang jasa bimbingan kepada KBIH yang besarnya sesuai dengan
kesepakatan.

Mengenai BPIH, BPIH ditetapkan oleh presiden atas usul Menteri


Agama, setelah mendapat persetujuan DPR RI. BPIH digunakan untuk
keperluan penyelenggaraan ibadah haji yang terdiri dari biaya operasional
dalam negeri, biaya transportasi Indonesia –Arab Saudi pulang pergi, dan
biaya operasional di Arab Saudi.

Besarnya BPIH ditetapkan dengan perhitungan kurs dollar Amerika


pada waktu penyetoran BPIH.

Kita ambil contoh BPIH/ONH Reguler pada tahun 2006, yang


ditetapkan sebagai berikut:

1. Zona I USD 2.624,44 ditambah dengan biaya dalam negeri dan


administrasi sebesar Rp. 722.327,00 . Zona I meliputi embarkasi
Banda Aceh (Provinsi Nangroe Aceh Darussalam), embarkasi Medan
(Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat), dan
embarkasi Batam (Provinsi Riau, Kepulauan Riau, Provinsi Jambi,
dan Provinsi Kalimantan Barat)

2. Zona II USD 2.733,44 ditambah biaya dalam negeri dan administrasi


sebesar Rp. 723.327,00 . Zona II meliputi embarkasi Jakarta
(Provinsi DKI Jakarta, Provinsi Lampung, Provinsi Bengkulu, Provins
Sumatera Selatan, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Bangka Belitung,
dan Provinsi Banten), embarkasi Solo (Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), da embarkasi Surabaya
(Provinsi Jawa Timur, Provinsi Bali, dan Provinsi Nusa Tenggara
Timur).
3. Zona III USD 2.824,44 ditambah biaya dalam negeri dan
administrasi sebesar Rp. 722. .327,00 . Zona III meliputi embarkasi
Makassar (Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Maluku, Provinsi
Maluku Utara, Provinsi, Provinsi Gorontalo), embarkasi Balikpapan
(Provinsi Kalimantan Timur, Provinsi Sulawesi Tengah), dan
embarkasi Banjarmasin (Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi
Kalimantan Tengah).

Mengenai tata cara pendaftaran, setiap warga negara yang beragama


Islam yang akan menunaikan ibadah haji diwajibkan untuk
mendaftarkan diri ke kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota,
dengan memenuhi sejumlah persyaratan. Contoh syarat pendaftaran
bagi calon jamaah haji tahun 2006 adalah sebgai berikut :

1. Mempunyai Kartu Tanda Penduduk (KTP) asli yang masih berlaku.

2. Sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan


sehat asli dari Puskesmas.

3. Bagi wanita harus disertai suami atau mahramnya.

4. Berusia minimal 17 tahun dan belum pernah haji bagi yang


mendaftar setelah tanggal 30 Maret 2005.

5. Menyerahkan fotokopi bukti tabungan haji pada BPS BPIH (Bank


Penerima Setoran BPIH), dengan jumlah tabungan minimal Rp.
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah).

6. Menyerahkan pas foto terbaru berlatar putih tampak muka 70%-


80%, ukuran 3x4 sebanyak 31 lembar, dan ukuran 4x6 sebanyak 2
lembar.

7. Pelunasan tabungan dilakukan setelah besaran BPIH ditetapkan


melalui BPS BPIH di Provinsi atau domisili calon jamaah haji yang
tersambung dengan SISKOHAT (SistemKomputerisasi Haji Terpadu).

Penutup
Demikian makalah saya ini. Mudah-mudahan sesuai dengan apa yang
diharapkan Ibu Guru dan teman-teman.

Akhir kata saya ucapkan banyak terima kasih atas pihak yang telah
membantu penyelasaian makalah. Mohon maaf bila ada kesalahan kata dan
bahasa, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Terima kasih atas kesedian teman-teman yang membaca dan Ibu Guru
yang menilai makalah ini. Semoga bermanfaat bagi semuanya.

Wassalamualaikum Wr. Wrb.

You might also like