You are on page 1of 3

Menyusun Karangan

Ekspositoris

Nama : Dhiyaa Putri Kaniawati


Kelas : X-6
Absen : 12
Mading, Jadilah Ciri Khas SMAN 3

Mading merupakan singkatan ‘Majalah Dinding’, berisi berita, info, fakta, opini,
angket, dan hal lainnya seperti ramalan bintang, dan gossip. Disebut majalah dinding
karena isinya mirip dengan majalah, namun disusun atau ditempel di dinding, bukan dalam
bentuk buku. Isi mading tergantung si pembuat dan pembacanya. Biasanya, banyak sekolah
memasang mading, terutama SMP dan SMA.
Mading memiliki banyak fungsi, seperti pengumuman penting seperti jadwal ujian ,
info atau berita terbaru, pengetahuan dari berbagai media seperti internet dan koran, media
pembelajaran menarik, media aspirasi melalui angket, media komunikasi antar sesama
murid atau guru-murid, dan melatih kreativitas murid melalui penyusunan mading yang
menarik. Selain itu, bisa mencerminkan sekolah atau penyusunnya dalam menghasilkan
inovasi-inovasi terbaik serta mempermudah aliran informasi dalam lingkungan sekolah
ataupun antar sekolah.
Namun, manfaat di atas sepertinya tidak dihiraukan oleh banyak sekolah, khusunya
SMAN 3 Bandung. Terlihat di sini penanganan dan penyusunan madingnya buruk dan
acak-acakan. Padahal, pihak sekolah sudah menyediakan sarana berupa papan tulis di setiap
kelas dan di lorong/koridor yang dapat digunakan sebagai mading. Pihak sekolah juga
sudah menganjurkan agar papan tulis tersebut diisi dengan karya para siswa, lalu dihias dan
ditata rapi sehingga enak dipandang, dan visa berguna bagi siswa sendiri. Tapi
kenyataannya keadaan papan tulis untuk mading tersebut tidak terawat. Ada yang masih
kosong, bersih seperti baru dibeli, ada yang ditempeli bekas seloti (mungkin bekas kakak
kelas atau ekskul yang menempelkan sesuatu seperti pengumuman di sana, lalu dirobek dan
dibuang, tapi terelalu malas untuk dibersihkan), dan ada juga yang bentuknya sudah tidak
jelas, karena mading yang lama dibiarkan begitu saja sehingga rusak tak terawat. Dan yang
paling parah, digunakan sebagai ajang kreativitas yang buruk dan tidak pada tempatnya.
Siswa mencorat-coret papan tulis tersebut dengan gambar tidak jelas, bahkan dengan kata-
kata kasar dan tidak senonoh. Satu-satunya mading yang terlihat ‘seperti mading’ adalah
mading di koridor menuju kantin dan lapangan parkir motor SMAN 3, yang ditangani
ekskul M3. Namun, mading ini periode penggantiannya lama sekali, bahkan berbulan-
bulan, dan tentunya isinya pun sudah usang dan basi. Kalau seperti ini, seharusnya tidak
perlu papan tulis khusus mading.
Dan sepertinya, pihak sekolah pun tampak tenang, bahkan bersikap acuh-tak acuh.
Dan hanya guru Bhs. Indonesia serta guru Seni Rupa-lah yang rajin menyadarkan para
siswa. Padahal, tiap guru pembimbing ekskul bisa membimbing ekskulnya mengisi papan
tulis tersebut, daripada kelas yang punya tidak menyentuhnya sama sekali. Padahal,
menurut isu, SMAN 3 akan dianugrahi ISO. Tentunya hal ‘remeh’ seperti ini bisa
menjatuhkan nilai SMAN 3. saat datang penilai, tentunya mereka merasa aneh, karena
hanya satu mading yang bisa dinilai ‘mading’ di SMAN 3 yang berstandar ISO.
Penyebab kemasa-bodohan ini karena siswa dan guru sekarang sudah beranggapan
di era globalisasi sekarang tidak dibutuhkan lagi mading. Betapa kurang mengertinya,
pasalnya, Jepang pun yang notabene negara dengan teknologi yang maju menganggap
mading sebagai budaya sekolah, dan memiliki nilai penting, dan kreativitas siswa pun
dikembangkan mulai dari bangku SD. Sungguh ironis.
SMAN 3 yang merupakan sekolah terfavorit di Bandung tidak menyadari hal
sepenting ini. Kenapa tidak mencoba membentuk suatu ciri khas yang luar biasa, dan tidak
lazim, karena itu akan membanggakan SMAN 3 sendiri? Kenapa kita tidak mencoba
memajukan majalah dinding di SMAN 3? Pertanyaan tersebut belum bisa terjawab oleh
SMAN 3 Bandung. Padahal banyak SMA lain yang sudah berhasil memenangkan lomba
menyusun mading. Jangan hanya mengembangkan kemampuan berpikir logis (otak kiri),
namun kembangkan juga kreasi kita (otak kanan), karena kita bisa.
Yang harus kita lakukan untuk memajukan dan mengembangkan mading SMAN 3
agar menjadi ciri khas yang luar biasa serta membanggakan hanya dua, yaitu bertanggung
jawab dan menghilangkan kemalasan untuk berkreasi dan berinovasi. Mading bukan hal
yang merepotkan karena harus diganti secara berkala, namun melatih kita untuk bertanggug
jawab, rajin, berkreativitas, berkreasi, berinovasi dan bekerja sama dalam penyusunan
mading. Dengan membuat pembaca senang, kita bisa bangga dan puas atas hasil kerja keras
kita. Salurkan aspirasi yang terhambat di otak dan hati melalui mading. Berlombalah
menyusun mading terbaik. Ajaklah teman kita untuk bergabung, dengan menyalurkan
aspirasi serta karyanya. Biaya penyusunan pun bisa dipangkas, dengan menggunakan
barang bekas, kain perca, atau apapun di sekeliling kita yang harganya terjangkau. Asalkan
mading kita indah, rapi dan sempurna, maka mading tersebut akan memiliki daya guna
yang tinggi, dan tentunya pembaca pun akan puas.
Akhir kata, saya ingin menyampaikan dukungan pada siswa yang bersemangat
dalam mengembangkan mading sekolah, sehingga dapat menjadi ciri khas yang luar biasa
dari SMAN 3, karena hanya SMAN 3 yang sadar akan kegunaan dan kelebihan mading.
Semoga karangan ini bermanfaat, dan penjelasan saya cukup memuaskan semuanya
sehingga bisa mengenal mading lebih jauh. Saya haturkan banyak terima kasih. Mohon
maaf bila ada banyak kesalahan, karena kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T. semata.

You might also like