You are on page 1of 18

MAKALAH

PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS

MULTIMEDIA

DI SEKOLAH DASAR

Oleh

IMAM SUBANDI

Nip. 130 331 567

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

DINAS PENDIDIKAN

SEKOLAH DASAR NEGERI KEDUNGASEM IV

Jl. Lumajang Km.6 Telp. ( 0335 ) 425326

Kecamatan Wonoasih Kota Probolinggo Tahun 2007 / 2008

ABSTRAK

PEMBELAJARAN INTERAKTIF BERBASIS MULTIMEDIA

DI SEKOLAH DASAR

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa dari

Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sis tematis, kritis, dan kreatif, serta berkemampuan bekerja sama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Namun

demikian, walaupun matematika memiliki peran yang sangat besar,

matematika masih menjadi ”momok” bagi kebanyakan siswa. Nilai Ujian

Akhir Sekolah tahun 2007 di Kecamatan Wonosobo baru mencapai 7,00.

Jika dibandingkan dengan standar ideal Kurikulum 2006 yang mengidealkan


ketercapaian materi 75%, maka nilai ini masih jauh dari yang diharapkan.

Makalah ini bertujuan untuk memberikan alternatif metode pembelajaran

bagi para guru dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran

matematika di kelas. Diharapkan dengan pembelajaran alternatif dalam

proses pembelajaran matematika, dapat meningkatkan motivasi belajar siswa

yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

Oleh karena itu diperlukan cara alternatif untuk menyempurnakan

ndekatan tersebut. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan

menggunakan multimedia pembelajaran. Komputer dan CD interaktif yang

berisikan materi pembelajaran cukup memadai untuk mengurangi hambatan

yang muncul pada proses pembelajaran. Diharapkan dengan adanya

penggunaan multimedia sebagai alat bantu akan dapat meningkatkan

motivasi belajar siswa sehingga prestasi belajar meningkat secara optimal.

KATA PENGANTAR

Sekolah ingin dan selalu berusaha agar siswa-siswanya mencapai

perkembangan belajar secara optimal dan seefektif mungkin. Keinginan

yang demikian ditunjukkan dengan adanya berbagai kegiatan yang

dilaksanakan sekolah. Guru sebagai tokoh ”center” di kelas harus menguasai

berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak jenuh dan siswa merasa

lebih tertantang dalam pemecahan masalah di kelas khususnya pada mata

pelajaran matematika dan mata pelajaran lain pada umumnya.

Pendekatan kelompok belajar interaktif dengan memanfaatkan

multimedia sebagai sarana pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif pemecahan masalah khususnya pada mata pelajaran matematika.

Sekaligus memberikan variasi bagi guru dan siswa dalam proses belajarmengajar
agar tidak terjadi kejenuhan. Penggunaan pendekatan

Pembelajaran kooperatif dengan memanfaatkan multimedia (komputer dan

CD interaktif yang berisi materi pelajaran) dalam pelaksanaannya

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan

motivasi dan prestasi belajar siswa, yang selanjutnya juga meningkatkan

mutu pendidikan di sekolah. Pada makalah ini penulis menyampaikan ulasan

singkat mengenai ”apamengapa- dan bagaimana” menggunakan pendekatan

pembelajaran kooperatif secara interaktif menggunakan multimedia. Namun

demikian penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam

penulisan makalah ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari

semua pihak sangat diharapkan. Tak lupa penulis menyampaikan banyak

terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya

makalah ini. Semoga bermanfaat bagi dunia pendidikan.

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Judul......................................................................................................... i

Abstrak......................................................................................................... ii

Kata Pengantar.............................................................................................iii

Daftar Isi...................................................................................................... iv

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................... 1

Latar Belakang............................................................................................ 1

BAB II : KAJIAN

PUSTAKA................................................................................................. 3

A. Landasan Teori...................................................................................... 3
1. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika.............................................. 3

2. Konstruktivisme dalam Pembelajaran............................... ……………4

3. Pembelajaran Berbasis Multimedia....................................................... 7

BAB III : IMPLEMENTASI

PEMBELAJARAN................................................................................... 8

Penggunaan Multimedia.......................................................................... 8

BAB IV :

PENUTUP........................................................................................... …10

A. Kesimpulan......................................................................................... 10

B. Saran.............................................................................................. ….10

Daftar Pustaka.......................................................................................................... 12

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah adalah

matematika. Matematika merupakan ilmu yang bersifat universal yang

mendasari perkembangan teknologi modern. Matematika mempunyai

peranan yang sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan

daya pikir manusia. Perkembangan yang pesat di bidang teknologi informasi

dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di

bidang bilangan, aljabar, analisis, teori peluang. Untuk dapat menguasai dan

menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika

yang kuat sejak usia dini. Mata pelajaran matematika diberikan kepada

semua peserta didik sejak dari Sekolah Dasar untuk membekali siswa

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta


kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa

memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi

untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan

kompetitif di masa mendatang (memasuki era globalisasi).

Matematika yang memiliki peranan sangat besar dalam kehidupan

mendatang, namun dewasa ini mata pelajaran matematika masih menjadi

”momok” bagi kebanyakan siswa. Nilai rata-rata Ujian Akhir Sekolah pada

mata pelajaran matematika di Kecamatan Wonosobo tahun pelajaran

2006/2007 masih rendah, yaitu baru mencapai 7,00. Jika dibandingkan

dengan standar ideal Kurikulum 2006 yang mengidealkan ketercapaian

materi 75%, maka nilai ini masih sangat jauh dari yang diharapkan.

Rendahnya nilai matematika siswa juga dipengaruhi oleh kurangnya minat

belajar matematika siswa. Sebagian siswa masih menganggap bahwa

matematika itu sulit dan tidak menyenangkan. Di samping itu juga dari

faktor guru yang kurang bervariasi dalam menyajikan materi pelajaran

matematika. Belum digunakannya metode pembelajaran yang bervariatif dan

menyenangkan akan memicu siswa tidak menyukai matematika dan

menganggap matematika sebagai ”momok”. Mengacu pada hasil ujian dan

rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran matematika, maka di

pandang perlu untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar

matematika. Usaha-usaha yang dilakukan hendaknya tidak hanya berpusat

pada usaha untuk menaikkan prestasi kognitif, namun juga usaha yang dapat

menaikkan faktor afektif siswa.

Hambatan utama disebabkan oleh kesalahan konsep ketika kelompok

ahli menerangkan kembali di kelompok asal. Kesalahan terjadi terutama


pada materi materi pelajaran yang bersifat abstrak. Di samping itu, waktu

yang diperlukan untuk proses pembelajaran menjadi lama. Seringkali waktu

pelajaran habis sebelum cakupan materi terselesaikan. Oleh karena itu

diperlukan salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan

memanfaatkan multimedia pembelajaran. CD pembelajaran interaktif yang

berisikan materi pembelajaran matematika dirasa cukup memadai untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Karakteristik Mata Pelajaran Matematika

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi modern, matematika mempunyai peranan

penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia.

Perkembangan pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan

komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang

teori bilangan, aljabar, analisis, dan teori peluang. Untuk menguasai dan

mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika sejak

dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada anak sejak dari

Sekolah Dasar untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir logis,

analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama yang

baik. Kompetensi tersebut diperlukan siswa untuk memiliki kemampuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup

pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif pada era
globalisasi ini. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dalam Kurikulum

2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) disusun sebagai landasan

pembelajaran untukmengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu

dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan

matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau

gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah

terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara

penyelasaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu

dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model

pembelajaran matematika, menyelesaikan masalah, dan manafsirkan solusi

dan penyelesaiannya. Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika...

menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 hendaknya

dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, siswa secara bertahap

dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan

keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi

informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya.

Mata pelajaran matematika Sekolah Dasar bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan, sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi


matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan

gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menfsirkan solusi

yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan dan masalah.

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Ruang lingkup pembelajaran mata pelajaran matematika pada satuan

pendidikan Sekolah Dasar, meliputi aspek-aspek: Bilangan, Geometri dan

Pengukuran, dan Pengolahan Data.

2. Konstruktivisme dalam Pembelajaran

Pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Von Glasersfeld

dalam Suparno, 1997) Von Glasersfeld (dalam Suparno) menegaskan bahwa

pengetahuan bukanlah suatu tiruan dan gambaran dari kenyataan yang ada.

Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif

kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema,

kategori, konsep, dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk

pengetahuan.

Para konstruktivis memandang bahwa satu-satunya alat atau sara yang

tersedia bagi seseorang untuk mengetahui sesuatu adalah indranya.

Seseorang beinteraksi dengan objek dan lingkungannya dengan melihat,

mendengar, menjamah, dan merasakan. Dari sentuhan indrawi seseorang


membangun gambaran dunianya. Misalnya dengan mengamati, merasakan

dan bermain dengan air, seseorang membangun gambaran tentang air. Para

konstruktivis percaya bahwa pengetahuan ada dalam diri seseorang yang

sedang mengetahui. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari

otak seseorang (guru) ke kepala orang lain (siswa). Siswa sendirilah yang

harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap

pengalaman-pengalaman mereka. (Lorsbach dan Tobin dalam Setiawan,

2004) Von Glasersfeld dalam Suparno (1997) menjelaskan bahwa ide pokok

adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak

siswa sebagai mediator yaitu memproses informasi masuk dari luar dan

menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja

mental aktif, bukan menerima pengajaran dari guru secara pasif. Dalam

kerja mental siswa, guru memegang peranan penting dengan cara

memberikan dukungan, tantangan berpikir, melayani sebagai pelatih/model,

namun siswa tetap merupakan kunci pembelajaran.

Dalam uraian di atas, ada satu prinsip yang penting dalam psikologi

pendidikan, yaitu bahwa siswalah yang dengan sadar menentukan dan

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar, tetapi dalam hal ini guru

juga harus ikut berperan aktif di dalamnya. Shymansky dalam

uparno,(1997) mengemukakan bahwa kegiatan belajar adalah kegiatan yang

aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Pelajar mencari

arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan

konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada

dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka

sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu.
Abruscanto (1999) mengemukakan 3 prinsip yang menggambarkan

konstruktivisme yaitu:

a) Seseorang yang tidak pernah benar-benar memahami dunia

sebagaimana adanya, karena tiap orang membentuk keyakinan atas

apa yang sebenarnya;

b) Keyakinan/pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang atau

mengubah informasi yang diterima; dan

c) c) Siswa membentuk suatu realitas berdasarkan pada keyakinan yang

dimiliki, kemampuan untuk bernalar, dan kemauan siswa untuk

mengerti.

Maka penting bagi setiap siswa mengerti kekhasan, keunggulan, dan

kelemahan/kekurangannya dalam memahami sesuatu. Siswa perlu

kenemukan cara yang tepat bagi mereka sendiri. Setiap siswa memiliki cara

yang cocok dan tepat dalam mengkonstruksikan pengetahuannya yang

terkadang berbeda dengan temantemannya. Pengajar atau guru berperan

sebagai mediator dan fasilitator yang bertugas membantu proses belajar

siswa berjalan baik. Adapun agar peran guru sebagai mediator dan fasilitator

berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan dan pemikiran yang

harus dikerjakan dan disadari oleh guru, yaitu:

a) Guru perlu banyak beinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa

yang sudah mereka ketahui dan pikirkan;

b) Tujuan apa yang akan dibuat di kelas sebaiknya didiskusikan bersama

siswa sehingga siswa sungguh-sungguh terlibat di dalamnya;

c) Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan

kebutuhan siswa;
d) Diperlukan keterlibatan dengan siswa yang sedang berjuang dan percaya

kepada siswa bahwa mereka dapat belajar; dan

e) Guru harus mempunyai pemikiran yang flksibel untuk dapat mengerti

dan menghargai pemikiran siswa, hal ini perlu karena kadang siswa berpikir

berdasarkan pengandaian yang tidak diterima guru. Siswa harus membangun

sendiri pengetahuannya, guru harus melihat mereka bukan sebagai lembaran

kertas putih kosong. Mereka sudah membawa ”pengetahuan awal”.

Pengetahuan yang mereka punyai adalah dasar untuk membangun

pengetahuan selanjutnya. Karena itu, guru perlu mengerti pada taraf mana

pengetahuan mereka? (Von Glasersfeld, 1989). Apapun yang dikatakan

siswa dalam menjawab suatu persoalan adalah jawaban yang masuk akal

bagi mereka pada saat itu. Hal ini perlu ditanggapi serius, apapun ”salah”

mereka seperti yang dilihat guru. Bagi siswa dinilai salah merupakan sesuatu

yang mengecewakan dan mengganggu pikirannya. Berikan jalan kepada

mereka untuk menginterpretasikan pertanyaan. Dengan demikian,

diharapkan jawabannya akan lebih baik. (Von Glasersfeld, 1989).

Guru perlu mengerti sifat kesalahan siswa. Perkembangan intelektual

dan matematis perlu dengan kesalahan dan kekeliruan, ini adalah bagian dari

konstruksi semua bidang yang tidak bisa dihindarkan. Guru perlu melihat

kesalahan sebagai suatu sumber informasi tentang penalaran. Puit dan

Confrey dalam Suparno (1997) merangkum beberapa prinsip penting teori

konstrktivis sebagai arah pembaruan kurikulum pendidikan sains dan

matematika, yakni:

a) Pendekatan yang menekankan penggunaan matematika dan sains

dalam situasi yang sesuai dengan minat siswa;


b) Matematika pengetahuan, artinya bukan hanya menekankan isi

matematika dan sains, tetapi juga konteks dan prinsip-prinsipnya. Dalam hal

ini sangat penting bagi guru, mengerti bagaimana latar belakang penemuanpenemuandalam

bidang matematika dan sains;

c) Penekanan lebih pada konstruksi, interpretasi, koordinasi, dan juga

multiple idea;

d) Menekankan agar siswa aktif; dan e) Penting diperhatikan adalah adanya

perspektif alternatif dalam kelas.

3. Pembelajaran Berbasis Multimedia

Media adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari

sumber informasi kepada penerima informasi. Pada hakikatnya proses

belajar-mengajar merupakan suatu bentuk komunikasi dimana siswa tidak

hanya terpaku pada penjelasan guru, tetapi siswa juga dapat menggunakan

media-media penunjang pembelajaran. Dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berbasis multimedia adalah suatu metode pembelajaran

dengan menggunakan perangkat multimedia sebagai sarana utamanya.

Dalam hal ini, komputer merupakan komponen utama dalam

pembelajaran

Kemp dan Dayton (1985) mengemukakan manfaat penggunaan media

dalam pembelajaran adalah:

a) penyampaian materi dapat diseragamkan;

b) proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik;

c) proses pembelajaran menjadi lebih interaktif;

d) efisiensi waktu dan tenaga;

e) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa;


f) media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan dimana saja

dan kapan saja;

g) media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan

proses belajar; dan

h) mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.

Penggunaan media dalam pembelajaran memang sangat disarankan, tetapi

dalam penggunaannya tidak semua media baik. Ada hal-hal yang harus

dipertimbangkan dalam pemilihan media, antara lain tujuan pembelajaran,

sasaran didik, karakteristik media yang bersangkutan, waktu, biaya,

ketersediaan sarana, konteks penggunaan, dan mutu teknis. Penggunaan

media yang tepat akan sangat menunjang keberhasilan dalam proses

pembelajaran. Sebaliknya, penggunaan media yang tidak tepat hanya akan

menghambur-hamburkan biaya dan tenaga, terlebih bagi ketercapaian tujuan

pembelajaran akan jauh dari apa yang diharapkan. Sebagai salah satu sarana

pembelajaran, sekolah harus dapat menyediakan media yang tepat untuk

menunjang aktivitas siswa dalam belajar agar tidak jenuh dalam menerima

pembelajaran di sekolah..

BAB III

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

Berbagai penelitian tentang metode/pendekatan pembelajaran dari

tingkat pendidikan paling rendah sampai Perguruan Tinggi telah dilakukan

oleh pada ahli. Setiap metode/pendekatan memiliki keunggulan dan

kelemahan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

yang setiap saat berubah dan berkembang. Dalam makalah ini penulis

mengangkat salah satu pendekatan


pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia untuk meningkatkan motivasi

dan prestasi siswa khususnya pada mata pelajaran matematika.

Penggunaan Multimedia

Pembelajaran dengan menggunakan multimedia untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa, namun bukan berarti dalam prakteknya tidak ada

hambatan. Hambatan utama adalah disebabkan adanya kesalahan konsep

yang terjadi ketika kelompok ahli menerangkan kembali ke kelompok asal.

Kesalahan terutama terjadi pada materi pembelajaran yang bersifat abstrak.

Disamping itu, waktu yang diperlukan untuk proses pembelajaran menjadi

relatif lebih lama. Seringkali waktu pelajaran habis sebelum cakupan materi

terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu diperlukan suatu alternatif untuk

menyempurnakan pendekatan pembelajaran ini. Salah satu cara yang dapat

digunakan adalah dengan menggunakan multimedia pembelajaran. CD

interaktif yang berisikan materi-materi pembelajaran dianggap cukup

memadai untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang muncul pada

proses pembelajaran. Keuntungan pembelajaran interaktif berbasis

multimedia antara lain:

1. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih

konkrit/nyata, sehingga mudah diterima siswa,

2. Media dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. Siswa yang belum

memahami materi dapat mengulang materi tersebut di rumah sama persis

dengan yang dibahas dalam kelompok,

3. Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan

memberikan kesan yang mendalam pada diri siswa,

4. Penggunaan media pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang


perbagai macam perkembangan kecerdasan.

5. Dapat menyeragamkan materi pembelajaran dan mengurangi resiko

kesalahan konsep.

Perkembangan teknologi dewasa ini banyak mengarah pada

penggunaan sarana audiovisual sebagai sarana pembelajaran. CD

pembelajaran interaktif dewasa ini cukup mudah untuk diperoleh, komputer

pun saat ini sudah sangat terjangkau. Proses pembelajaran dengan

menggunakan seperangkat teknologi ini dikenal dengan pembelajaran

berbasis multimedia. Pembelajaran berbasis multimedia mempunyai banyak

keunggulan disbanding dengan media papan tulis dan kapur. Pembelajaran

berbasis multimedia melibatkan hampir semua unsur-unsur indera.

Penggunaan multimedia dapat mempermudah siswa dalam belajar dan juga

waktu yang digunakan lebih efektif dan efisien. Selain itu pembelajaran

dengan menggunakan multimedia akan sangat meningkatkan motivasi

belajar siswa. Dimana dengan motivasi yang meningkat maka prestasi pun

akan dapat diraih lebih optimal. Penggunaan multimedia dalam

pembelajaran juga akan mengenalkan sedini mungkin pada siswa akan

teknologi.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sekolah ingin dan selalu berusaha agar siswa-siswanya mencapai

perkembangan belajar secara optimal dan seefektif mungkin. Keinginan

yang demikian ditunjukkan dengan adanya berbagai kegiatan yang

dilaksanakan sekolah. Guru sebagai tokoh ”center” di kelas harus menguasai


berbagai pendekatan pembelajaran agar siswa tidak bosan dan siswa merasa

lebih tertantang dalam pemecahan masalah di kelas khususnya pada mata

pelajaran matematika dan mata pelajaran lain pada umumnya.

Pendekatan kelompok belajar interaktif dengan memanfaatkan

multimedia sebagai sarana pembelajaran dapat digunakan sebagai salah satu

alternatif pemecahan masalah khususnya pada mata pelajaran matematika.

Sekaligus memberikan variasi bagi guru dan siswa dalam proses belajarmengajar

agar tidak terjadi kejenuhan. Keuntungan menggunakan

pembelajaran interaktif berbasis multimedia, antara lain:

1. Materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih konkrit/nyata, sehingga

mudah diterima siswa,

2. Multimedia dapat mengatasi kendala ruang dan waktu. Siswa yang belum

memahami materi dapat mengulang materi tersebut di rumah sama persis

dengan yang dibahas dalam kelompok,

3. Informasi pelajaran yang disajikan dengan media yang tepat akan

memberikan kesan yang mendalam pada diri siswa,

4. Penggunaan multimedia pembelajaran yang tepat akan dapat merangsang

berbagai macam perkembangan kecerdasan.

5. Materi pembelajaran yang diterima siswa menjadi lebih seragam (relatif

sama) dan mengurangi resiko kesalahan konsep.

B. Saran

Dalam proses pembelajaran diperlukan kreativitas dan inovasi yang

terusmenerus. Proses kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh guru melalui

kegiatankegiatan pembelajaran yang menarik, membangkitkan

keingintahuan pada siswa, memotivasi siswa dalam berpikir kreatif dan


merangsang untuk menemukan hal-hal baru pada guru maupun siswa.

Diantaranya model pembelajaran interaktif berbasis multimedia. Untuk itu

dapat disarankan hal-hal berikut:

1. Perlunya guru memberi perhatian lebih pada pendekatan pembelajaran

yang dapat

merangsang motivasi siswa dalam pembelajaran/pemecahan masalah.

2. Perlunya guru menggunakan berbagai metode pendekatan pembelajaran,

karena tidak ada satu metode pun yang sempurna.

3. Perlu diadakan penelitian mengenai penggunaan strategi pembelajaran

interaktif berbasis multimedia.

4. Perlunya pemerintah daerah menyediakan multimedia sampai tingkat

sekolah pendidikan dasar dalam hal ini Sekolah Dasar

5. Perlu adanya pelatihan pembuatan dan penggunaan perangkat multimedia

pembelajaran interaktif yang dapat digunakan oleh siswa.

Sebagai tugas pokok guru adalah merangsang terciptanya proses

pembelajaran aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan serta efektif dan

efisien di kelas. Sehingga sasaran dan target dari kebijakan pendidikan dapat

tercapai dan dapat diwujudkan seperti yang diamanatkan dalam Tujuan

Pendidikan Nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Drs. Syaiful Bahri. Zain, Drs. Aswan, Strategi Belajar

mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Grasindo.

Jumbadi. 2005. Strategi Pelaksanaan Program Tutorial Sebaya dalam

Pembelajaran Matematika di SMA. Widya Tama Vol. 2 No. 3:25.


Rustantoro, Tuwuh. 2005. Penyiapan Bahan Ajar Multimedia Pembelajaran

(Fisika). Semarang: LPMP Jawa Tengah.

Suparno, Drs. Paul. 1997.Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan.

Yokyakarta: Kanisius Setiawan, Didag. 2004. Konstruktivisme dalam

Pembelajaran. Jakarta: Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas Vol. 10 tahun

2004.

Soepena, 2003. Belajar dengan CD-ROM, suatu Lompatan dalam

pendidikan.

Jakarta: Buletin Pusat Perbukuan Depdiknas Vol. 8 Tahun 2003.

Yusuf, 2003, Proses dan Hasil Belajar Biologi melalui Pembelajaran

Kooperatif.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

http://media.diknas.go.id/media/document/5520.pdf

You might also like