You are on page 1of 20

08/08/2010

Geografi

By: Chintia Rahmadhanti


Class: X III

SMANBI (SMA NEGERI BERTARAF INTERNASIONAL)


Bakosurtanal, salah satu Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND)
berkumpul banyak alumni Geografi, baik dari UI, UGM maupun UMS.
Dalam Seminar Peningkatan Relevansi Metode Penelitian Geografi tanggal 24

Oktober 1981 Prof. Bintarto dalam papernya berjudul Suatu Tinjauan Filsafat

Geografi mengemukakan definisi Geografi sebagai berikut: Geografi mempelajari

hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di

muka bumi baik yang fisikal maupun yang menyangkut mahkluk hidup beserta

permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologikal dan regional untuk

kepentingan program, proses dan keberhasilan pembangunan (Bintarto, 1984).

Seminar dan lokakarya yang dilaksanakan di Jurusan Geografi, FKIP, IKIP

Semarang kerjasama dengan IGI tahun 1988 telah menghasilkan rumusan definisi:

Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari perbedaan dan persamaan

fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan, kewilayahan dalam konteks

keruangan.

Menurut Wikipedia :
Geografi adalah ilmu tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik

dan manusia di atas permukaan bumi. Kata geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu

gê ("Bumi") dan graphein ("menulis", atau "menjelaskan").


Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang

terkenal adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya

menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di

tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari

hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang

disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Geografer menggunakan empat pendekatan:

* Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang

kemudian dibahas secara global


* Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah

tertentu atau lokasi di atas planet.


* Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan

populasinya.
* Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut

pada wilayah geografis tertentu.

Istilah geografi untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Erastothenes pada

abad ke 1. Menurut Erastothenes geografi berasal dari kata geographica yang berarti

penulisan atau penggambaran mengenai bumi. Berdasarkan pendapat tersebut, maka

para ahli geografi (geograf) sependapat bahwa Erastothenes dianggap sebagai peletak

dasar pengetahuan geografi.


Pada awal abad ke-2, muncul tokoh baru yaitu Claudius Ptolomaeus

mengatakan bahwa geografi adalah suatu penyajian melalui peta dari sebagian dan

seluruh permukaan bumi. Jadi Claudius Ptolomaeus mementingkan peta untuk

memberikan informasi tentang permukaan bumi secara umum. Kumpulan dari peta

Claudius Ptolomaeus dibukukan, diberi nama ‘Atlas Ptolomaeus’.

Menjelang akhir abad ke-18, perkembangan geografi semakin pesat. Pada masa

ini berkembang aliran fisis determinis dengan tokohnya yaitu seorang geograf terkenal

dari USA yaitu Ellsworth Hunthington. Di Perancis faham posibilis terkenal dengan

tokoh geografnya yaitu Paul Vidal de la Blache, sumbangannya yang terkenal adalah

“Gen re de vie”. Perbedaan kedua faham tersebut, kalau fisis determinis memandang

manusia sebagai figur yang pasif sehingga hidupnya dipengaruhi oleh alam

sekitarnya. Sedangkan posibilisme memandang manusia sebagai makhluk yang aktif,

yang dapat membudidayakan alam untuk menunjang hidupnya.

Setiap manusia memiliki pendapat masing-masing tentang berbagai hal dalam

kehidupannya. Demikian pula dengan definisi atau pengertian geografi. Berikut ini

disajikan beberapa definisi yang akan saling melengkapi dan dengan demikian

diharapkan dapat menyingkap inti masalah atau pokok kajian geografi.


Definisi 1: Preston e James berpendapat bahwa, “Geografi dapat diungkapkan

sebagai induk dari segala ilmu pengetahuan” karena banyak bidang ilmu pengetahuan

selalu mulai dari keadaan muka bumi untuk beralih pada studinya masing-masing.
Definisi 2: “Geografi adalah interaksi antar ruang”. Definisi ini dikemukakan

oleh Ullman (1954), dalam bukunya yang berjudul Geography a Spatial Interaction.
Definisi 3: Objek study geografi adalah kelompok manusia dan organisasinya

di muka bumi. Definisi ini dikemukakan oleh Maurice Le Lannou (1959). Ia

mengemukakan dalam bukunya yang berjudul La Geographie Humaine.


Definisi 4: Paul Claval (1976) berpendapat bahwa ‘Geografi selalu ingin

menjelaskan gejala gejala dari segi hubungan keruangan’.


Definisi 5: Suatu definisi yang lain adalah hasil semlok (seminar dan

lokakarya) di Semarang tahun 1988. Geografi adalah ilmu yang mempelajari

persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan dan

kelingkungan dalam konteks keruangan.

Kalau kita perhatikan beberapa definisi/pengertian dan sejarah perkembangan

dari geografi tersebut, ternyata pengertian geografi selalu mengalami perkembangan.

Namun kalau kita kaji lebih jauh, di antara pandangan para ahli tersebut tampak ada

kesamaan titik pandang. Kesamaan titik pandang tersebut adalah mengkaji:


1. bumi sebagai tempat tinggal;
2. hubungan manusia dengan lingkungannya (interaksi);
3. dimensi ruang dan dimensi historis; dan
4. pendekatannya, spasial (keruangan), ekologi (kelingkungan) dan regional

(kewilayahan).

Geografi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Halaman sampul Geographia edisi cetak tahun 1535


Geografi adalah ilmu yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan

(variasi) keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Kata

geografi berasal dari Bahasa Yunani yaitu gêo ("Bumi") dan graphein ("menulis",

atau "menjelaskan").

Geografi juga merupakan nama judul buku bersejarah pada subyek ini, yang terkenal

adalah Geographia tulisan Klaudios Ptolemaios (abad kedua).

Geografi lebih dari sekedar kartografi, studi tentang peta. Geografi tidak hanya

menjawab apa dan dimana di atas muka bumi, tapi juga mengapa di situ dan tidak di

tempat lainnya, kadang diartikan dengan "lokasi pada ruang." Geografi mempelajari

hal ini, baik yang disebabkan oleh alam atau manusia. Juga mempelajari akibat yang

disebabkan dari perbedaan yang terjadi itu.

Prinsip pemetaan

Peta dunia Ptolemy yang disusun kembali dari Geographia Ptolemeus (sekitar 150) di

abad ke-15, mengindikasikan "Sinae" (Cina) di ekstrem kanan, luar pulau

"Taprobane" (Sri Lanka, besar) dan "Aurea Chersonesus" (Asia Tenggara)

Ptolemeus juga merancang dan menyediakan petunjuk tentang cara membuat peta

dunia yang dihuni (oikoumenè) dan provinsi Romawi. Pada bagian kedua dari buku

Geographia ia memberikan daftar topografi yang diperlukan, dan keterangan untuk

peta. Oikoumenè Nya membentang 180 derajat garis bujur dari kepulauan Canary di

Samudra Atlantik ke Cina, dan sekitar 80 derajat lintang dari Arktik, India timur

sampai jauh ke Afrika; Ptolemeus menyadari bahwa ia mengetahui hanya seperempat

dari seluruh dunia .

Posisi pulau sumatera


Dalam "Geographia" Ptolemeus menulis tentang sebuah pulau yang menarik yang

terletak di sebelah timur benua India disebut sebagai Pulau Labadius yang dalam

Deskripsi Ptolemy sebagai berikut "... dikatakan sebagai yang paling bermanfaat, dan

untuk menghasilkan banyak emas," dan "Ini sebuah metropolis di sisi utara ke arah

barat disebut Argentea ...." penyebutan nama Labadius mungkin berasal dari kata

Sansekerta Yavadvipa atau pulau Jawa.

Sejarah Geografi

Bangsa Yunani adalah bangsa yang pertama dikenal secara aktif menjelajahi geografi

sebagai ilmu dan filosofi, dengan pemikir utamanya Thales dari Miletus, Herodotus,

Eratosthenes, Hipparchus, Aristotle, Dicaearchus dari Messana, Strabo, dan Ptolemy.

Bangsa Romawi memberi sumbangan pada pemetaan karena mereka banyak

menjelajahi negeri dan menambahkan teknik baru. Salah satu tekniknya adalah

periplus, deskripsi pada pelabuhan dan daratan sepanjang garis pantai yang bisa dilihat

pelaut di lepas pantai; contoh pertamanya adalah Hanno sang Navigator dari

Carthaginia dan satu lagi dari Laut Erythraea, keduanya selamat di laut menggunakan

teknik periplus dengan mengenali garis pantai laut Merah dan Teluk Persi.

Pada Zaman Pertengahan, bangsa Arab seperti al-Idrisi, Ibnu Battuta dan Ibnu

Khaldun memelihara dan terus membangun warisan bangsa Yunani dan Romawi.

Dengan perjalanan Marco Polo, geografi menyebar ke seluruh Eropa. Selama zaman

Renaissance dan pada abad ke-16 dan 17 banyak perjalanan besar dilakukan untuk

mencari landasan teoritis dan detil yang lebih akurat. Geographia Generalis oleh

Bernhardus Varenius dan peta dunia Gerardus Mercator adalah contoh terbesar.

Setelah abad ke-18 geografi mulai dikenal sebagai disiplin ilmu yang lengkap dan

menjadi bagian dari kurikulum di universitas di Eropa (terutama di Paris dan Berlin),
tetapi tidak di Inggris dimana geografi hanya diajarkan sebagai sub-disiplin dari ilmu

lain. Salah satu karya besar zaman ini adalah Kosmos: sketsa deskripsi fisik Alam

Semesta, oleh Alexander vom Humboldt.

Selama lebih dari dua abad kuantitas pengetahuan dan perangkat pembantu banyak

ditemukan di Indonesia[rujukan?]. Terdapat hubungan yang kuat antara geografi

dengan geologi dan botani, juga ekonomi, sosiologi dan demografi.

Di barat, selama abad ke-20, disiplin ilmu geografi melewati empat fase utama:

determinisme lingkungan, geografi regional, revolusi kuantitatif dan geografi kritis.

Determinisme lingkungan adalah teori yang menyatakan bahwa karakteristik manusia

dan budayanya disebabkan oleh lingkungan alamnya. Penganut fanatik deteriminisme

lingkungan adalah Carl Ritter, Ellen Churchill Semple dan Ellsworth Huntington.

Hipotesis terkenalnya adalah "iklim yang panas menyebabkan masyarakat di daerah

tropis menjadi malas" dan "banyaknya perubahan pada tekanan udara pada daerah

lintang sedang membuat orangnya lebih cerdas". Ahli geografi determinisme

lingkungan mencoba membuat studi itu menjadi teori yang berpengaruh. Sekitar tahun

1930-an pemikiran ini banyak ditentang karena tidak mempunyai landasan dan terlalu

mudahnya membuat generalisasi (bahkan lebih sering memaksa). Determinisme

lingkungan banyak membuat malu geografer kontemporer, dan menyebabkan sikap

skeptis di kalangan geografer dengan klaim alam adalah penyebab utama budaya

(seperti teori Jared Diamond).

Geografi regional menegaskan kembali topik bahasan geografi pada ruang dan tempat.

Ahli geografi regional memfokuskan pada pengumpulan informasi deskriptif tentang

suatu tempat, juga metode yang sesuai untuk membagi bumi menjadi beberapa

wilayah atau region. Basis filosofi kajian ini diperkenalkan oleh Richard Hartshorne.
Revolusi kuantitatif adalah usaha geografi untuk mengukuhkan dirinya sebagai ilmu

(sains), pada masa kebangkitan interes pada sains setelah peluncuran Sputnik.

Revolusioner kuantitatif, sering disebut "kadet angkasa", menyatakan bahwa

kegunaan geografi adalah untuk menguji kesepakatan umum tentang pengaturan

keruangan suatu fenomena. Mereka mengadopsi filosofi positifisme dari ilmu alam

dan dengan menggunakan matematika - terutama statistika - sebagai cara untuk

menguji hipotesis. Revolusi kuantitatif merupakan landasan utama pengembangan

Sistem Informasi Geografis.

Walaupun pendekatan positifisme dan pos-positifisme tetap menjadi hal yang penting

dalam geografi, tetapi kemudian geografi kritis muncul sebagai kritik atas positifisme.

Yang pertama adalah munculnya geografi manusia. Dengan latar belakang filosofi

eksistensialisme dan fenomenologi, ahli geografi manusia (seperti Yi-Fu Tuan)

memfokuskan pada peran manusia dan hubungannya dengan tempat. Pengaruh

lainnya adalah geografi marxis, yang menerapkan teori sosial Karl Marx dan

pengikutnya pada geografi fenomena. David Harvey dan Richard Peet merupakan

geografer marxis yang terkenal. Geografi feminis, seperti pada namanya,

menggunakan ide dari feminisme pada konteks geografis. Arus terakhir dari geografi

kritis adalah geografi pos-modernis, yang mengambil ide teori pos-modernis dan pos-

strukturalis untuk menjelajahi konstruksi sosial dari hubungan keruangan.

Metode

Hubungan keruangan merupakan kunci pada ilmu sinoptik ini, dan menggunakan peta

sebagai perangkat utamanya. Kartografi klasik digabungkan dengan pendekatan

analisis geografis yang lebih modern kemudian menghasilkan Sistem Informasi

Geografis (SIG) yang berbasis komputer.


Geografer menggunakan empat pendekatan:

▪ Sistematis - Mengelompokkan pengetahuan geografis menjadi kategori yang

kemudian dibahas secara global

▪ Regional - Mempelajari hubungan sistematis antara kategori untuk wilayah tertentu

atau lokasi di atas planet.

▪ Deskriptif - Secara sederhana menjelaskan lokasi suatu masalah dan populasinya.

▪ Analitis - Menjawab kenapa ditemukan suatu masalah dan populasi tersebut pada

wilayah geografis tertentu.

Cabang

Geografi fisik

Cabang ini memusatkan pada geografi sebagai ilmu bumi, menggunakan biologi

untuk memahami pola flora dan fauna global, dan matematika dan fisika untuk

memahami pergerakan bumi dan hubungannya dengan anggota tata surya yang lain.

Termasuk juga di dalamnya ekologi muka bumi dan geografi lingkungan.

Topik terkait: atmosfer - kepulauan - benua - gurun - pulau - bentuk muka bumi -

samudera - laut - sungai - danau - ekologi - iklim - tanah - geomorfologi - biogeografi

- garis waktu geografi, paleontologi - paleogeografi - hidrologi.

Geografi manusia

Cabang geografi non-fisik juga disebut antropogeografi yang fokus sebagai ilmu

sosial, aspek non-fisik yang menyebabkan fenomena dunia. Mempelajari bagaimana

manusia beradaptasi dengan wilayahnya dan manusia lainnya, dan pada transformasi

makroskopis bagaimana manusia berperan di dunia. Bisa dibagi menjadi: geografi


ekonomi, geografi politik (termasuk geopolitik), geografi sosial (termasuk geografi

kota), geografi feminisme dan geografi militer.

Topik terkait: Negara-negara di dunia - negara - bangsa - negara bagian -

perkumpulan individu - provinsi - kabupaten - kota - kecamatan

Geografi manusia-lingkungan

Selama masa determinisme lingkungan, geografi bukan merupakan ilmu tentang

hubungan keruangan, tetapi tentang bagaimana manusia dan lingkungannya

berinteraksi. walaupun paham determinisme lingkungan sudah tidak berkembang,

masih ada tradisi kuat di antara geografer untuk mengkaji hubungan antar manusia

dengan alam. Terdapat dua bidang pada geografi manusia-lingkungan: ekologi budaya

dan politik dam penelitian risiko-bencana. banyak lingkungan yang sudah dirusak oleh

manusia, seharusnya sudah menjadi tugas manusia yang harus menjaga dan

melestarikan lingkungan, mungkin alam sudah tidak ankan kuat bertahan lagi.

Perencanaan dan Pengembangan Wilayah

Cabang Geografi ini adalah cabang yang relatif baru. Dikembangkan pada sekitar

tahun 1980-an oleh para Geografiwan Eropa, terutama dari Nederland. Saat kerjasama

Universitas antar kedua negara dilakukan, sejumlah ahli Geografi asal Belanda ikut

serta dalam program pencangkokan dosen di UGM. Hasilnya adalah lahirnya program

studi baru bernama Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah dan sekarang

lebih dikenal dengan Program Studi Pengembangan Wilayah. Sebelum berdiri

menjadi disiplin tersendiri yang memadukan Ilmu Geografi dengan Ilmu Perencanaan

Wilayah, proyek ini dikenal dengan nama Rural and Regional Development Planning

(RRDP). Selain itu dapat dijelaskan bahwa perencanaan dan pengembangan wilayah
dapat berkaitan dengan ilmu-ilmu sosial terutama terkait dengan fenomena sosial yang

terjadi di masyarakat, sehingga sangat bersinggungan dengan konsep-konsep dan

teori-teori sosial yang ada.

Ekologi budaya dan politik

Ekologi budaya muncul sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran

dalam antropologi. Ekologi budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi

dengan lingkungan alamnya. Ilmu keberlanjutan (sustainability) kemudian tumbuh

dari tradisi ini. Ekologi poltik bangkit ketika beberapa geografer menggunakan aspek

geografi kritis untuk melihat hubungan kekuatan alam dan bagaimana pengaruhnya

terhadap manusia. Misalnya, studi yang berpengaruh oleh Micahel Watts berpendapat

bahwa kelaparan di Sahel disebabkan oleh perubahan sistem politik dan ekonomi di

wilayah itu sebagai hasil dari kolonialisme dan menyebarnya praktek kapitalisme.

Penelitian risiko-bencana

Penelitian pada bencana dimulai oleh Gilbert F. Withe, yang mencoba memahami

mengapa orang tinggal dataran banjir yang mudah terkena bencana. Sejak itu, bidang

ini berkembang menjadi multi disiplin dengan mempelajari bencana alam (seperti

gempa bumi) dan bencana teknologi (seperti kebocoran reaktor nuklir). Geografer

yang mempelajari bencana tertarik pada dinamika bencana dan bagaimana manusia

dan masyarakat menghadapinya.

Geografi sejarah

Cabang ini mencari penjelasan bagaimana budaya dari berbagai tempat di bumi

berkembang dan menjadi seperti sekarang. Studi tentang muka bumi merupakan satu
dari banyak kunci atas bidang ini - banyak disimpulkan tentang pengaruh masyarakat

dahulu pada lingkungan dan sekitarnya.

Ada apa dibalik nama? Geografi sejarah dan kampus Berkeley


"Geografi Sejarah" tentu saja merupakan akibat timbal-balik dari geografi dan sejarah.

Tetapi di Amerika Serikat, mempunyai arti yang yang lebih spesifik. Nama ini

dikenalkan oleh Carl Ortwin Sauer dari Universitas California, Berkeley dengan

programnya mereorganisasi geografi budaya (beberapa orang menyebutkan semua

geografi) pada semua wilayah, dimulai pada awal abad ke-20.

Bagi Sauer, muka bumi dan budaya di atasnya hanya bisa dipahami jika mempelajari

semua pengaruhnya (fisik, budaya, ekonomi, politik, lingkungan) menurut sejarah.

Sauer menekankan kajian wilayah sebagai satu-satunya cara untuk mendapatkan

kekhususan pada wilayah di atas bumi.

Filosofi Sauer merupakan pembentuk utama pemikiran geografi di Amerika pada

pertengahan abad ke-20. Sampai sekarang kajian wilayah masih menjadi bagian

departemen geografi di kampus-kampus di AS. Tetapi banyak geografer beranggapan

ini akan membahayakan ilmu geografi itu sendiri untuk jangka panjang: penyebabnya

adalah terlalu banyak pengumpulan data dan klasifikasi, sementara analisis dan

penjelasannya terlalu sedikit. Studi ini menjadi lebih spesifik pada wilayah sementara

geografer angkatan berikutnya berusaha mencari nama yang tepat untuk ini. Mungkin

ini yang menyebabkan krisis 1950-an pada geografi yang hampir menghancurkannya

sebagai disiplin akademis.

Teknik Geografis

Penginderaan Jauh
Penginderaan Jauh merupakan terjemahan dari istilah remote sensing, adalah ilmu,

teknologi dan seni dalam memperoleh informasi mengenai objek atau fenomena di

(dekat) permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objek atau fenomena yang

dikaji, melainkan melalui media perekam objek atau fenomena yang memanfaatkan

energi yang berasal dari gelombang elektromagnetik dan mewujudkan hasil

perekaman tersebut dalam bentuk citra. Pengertian 'tanpa kontak langsung' di sini

dapat diartikan secara sempit dan luas. Secara sempit berarti bahwa memang tidak ada

kontak antara objek dengan analis, misalnya ketika data citra satelit diproses dan

ditransformasi menjadi peta distribusi temperatur permukaan pada saat perekaman.

Secara luas berarti bahwa kontak dimungkinkan dalam bentuk aktivitas 'ground truth',

yaitu pengumpulan sampel lapangan untuk dijadikan dasar pemodelan melalui

interpolasi dan ekstrapolasi pada wilayah yang jauh lebih luas dan pada kerincian

yang lebih tinggi.

Pada awalnya penginderaan jauh kurang dipandang sebagai bagian dari geografi,

dibandingkan kartografi. Meskipun demikian, lambat laun disadari bahwa

penginderaan jauh merupakan satu-satunya alat utama dalam geografi yang mampu

memberikan synoptic overview --pandangan secara ringkas namun menyeluruh-- atas

suatu wilayah sebagai titik tolak kajian lebih lanjut. Penginderaan jauh juga mampu

menghasilkan berbagai macam informasi keruangan dalam konteks ekologis dan

kewilayahan yang menjadi ciri kajian geografis. Di samping itu, dari sisi

persentasenya, pendidikan penginderaan jauh di Amerika Serikat, Australia dan Eropa

lebih banyak diberikan oleh bidang ilmu (departemen, 'school' atau fakultas) geografi.

Dari segi metode yang digunakan, dikenal metode penginderaan jauh manual atau

visual dan metode penginderaan jauh digital. Penginderaan jauh manual

memanfaatkan citra tercetak atau 'hardcopy' (foto udara, citra hasil pemindaian
scanner di pesawat udara maupun satelit) melalui analisis dan interpretasi secara

manual/visua]. Penginderaan jauh digital menggunakan citra dalam format digital,

misalnya hasil pemotretan kamera digital, hasil pemindaian foto udara yang sudha

tercetak, dan hasil pemindaian oleh sensor satelit, dan menganalisisnya dengan

bantuan komputer. Baik metode manual maupun digital menghasilkan peta dan

laporan. Peta hasil metode manual dapat dikonversi menjadi peta tematik digital

melalui proses digitisasi (sering diistilahkan digitasi). Metode manual kadangkala juga

dilakukan dengan bantuan komputer, yaitu melalui proses interpretasi di layar monitor

(on-screen digitisation), yang langsung menurunkan peta digital. Metode analisis citra

digital menurunkan peta tematik digital secara langsung. Peta-peta digital tersebutd

dapat di-'lay out' dan dicetak untuk menjadi produk kartografis (disebut basis dat

kartografis), namun dapat pula menjaid masukan (input) dalam suatu sistem informasi

geografis sebagai basis data geografis. Peta-peta itu untuk selanjutnya menjaid titik

toak para geografiwan dalam menjalankan kajian geografinya.

Kartografi

Kartografi atau pemetaan mempelajari representasi permukaan bumi dengan simbol

abstrak. Bisa dibilang, tanpa banyak kontroversi, kartografi merupakan penyebab

meluasnya kajian geografi. Kebanyakan geografer mengakui bahwa ketertarikan

mereka pada geografi dimulai ketika mereka terpesona oleh peta di masa kecil

mereka. walaupun subdisiplin ilmu geografi lainnya masih bergantung pada peta

untuk menampilkan hasil analisisnya, pembuatan peta itu sendiri masih terlalu abstrak

untuk dianggap sebagai ilmu terpisah.

Kartografi berkembang dari kumpulan teknik menggambar menjadi bagian sebuah

ilmu. Seorang kartografer harus memahami psikologi kognitif dan ergonomi untuk
membuat simbol apa yang cocok untuk mewakili informasi tentang bumi yang bisa

dimengerti orang lain secara efektif, dan psikologi perilaku untuk mempengaruhi

pembaca memahami informasi yang dibuatnya. Mereka juga harus belajar geodesi dan

matematika yang tidak sederhana untuk memahami bagaimana bentuk bumi

berpengaruh pada penyimpangan atau distorsi dari proses proyeksi ke bidang datar.

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis membahas masalah penyimpanan informasi tentang bumi

dengan cara otomatis melalui komputer secara akurat secara informasi. Sebagai

tambahan pada subdisiplin ilmu geografi lainnya, spesialis SIG harus mengerti ilmu

komputer dan sistem database. SIG memacu revolusi kartografi sehingga sekarang

hampir semua pembuatan peta dibuat dengan piranti lunak (software) SIG.

Metode kuantitatif geografi

Metode kuantitatif geografi membahas metode numerik yang khas (atau paling tidak

yang banyak ditemukan) dalam geografi. Sebagai tambahan pada analisis keruangan,

anda mungkin akan menemukan analisis klaster, analisis diskriminan dan uji statistik

non-parametris pada studi geografi.

Bidang Terkait

Perencanaan Kota dan Wilayah

Perencanaan kota dan wilayah menggunakan ilmu geografi untuk membantu

mempelajari bagaimana membangun (atau tidak membangun) suatu lahan menurut

kriteria tertentu, misalnya keamanan, keindahan, kesempatan ekonomi, perlindungan


cagar alam tau cagar budaya, dsb. Perencanaan kota, baik kota kecil maupun kota

besar, atau perencanaan pedesaan mungkin bisa dianggap sebagai geografi terapan

walau mungkin terlihat lebih banyak seni dan pelajaran sejarah. Beberapa masalah

yang dihadapi para perencana wilayah diantaranya adalah eksodus masyarakat desa

dan kota dan Pertumbuhan Pintar (Smart Growth).

Ilmu Wilayah

Pada tahun 1950-an, gerakan ilmu wilayah muncul, dipimpin oleh Walter Isard untuk

menghasilkan lebih banyak dasar kuantitatif dan analitis pada masalah geografi,

sebagai tanggapan atas pendekatan kualitatif pada program geografi tradisional. Ilmu

wilayah berisi pengetahuan bagaimana dimensi keruangan menjadi peran penting,

seperti ekonomi regional, pengelolaan sumber daya, teori lokasi, perencanaan kota

dan wilayah, transportasi dan komunikasi, geografi manusia, persebaran populasi,

ekologi muka bumi dan kualitas lingkungan.

Pendidikan Tinggi Geografi

Di Indonesia, perguruan tinggi yang membuka program studi Geografi sebagai ilmu

murni hanya dua perguruan tinggi negeri (Universitas Indonesia (UI) dan UGM

(Universitas Gadjah Mada) dan satu perguruan tinggi swasta (Universitas

Muhammadiyah Surakarta). Sedangkan program studi Pendidikan Geografi ada di 45

perguruan tinggi.

UGM, Geografi telah berkembang lebih jauh sehingga menjadi Fakultas tersendiri

sejak tahun 1963, yaitu Fakultas Geografi. Saat ini telah mempunyai jenjang

pendidikan tinggi dari D3 (diploma) Penginderaan Jauh dan SIG, S1, S2 dan S3.

Fakultas Geografi UGM juga mempelajari ilmu Perencanaan dan Pengembangan


wilayah.

Di UI, Geografi menjadi jurusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (MIPA). Geografi dipelajari sebagai bagian terapan ilmu-ilmu murni sejajar

dengan Matematika, Fisika, Kimia dan Biologi.

Fakultas Geografi UMS didirikan oleh sejumlah alumni dan dosen Fakultas Geografi

UGM. Para Alumni Pendidikan Tinggi Geografi kemudian membentuk sebuah

asosiasi profesi yang disebut dengan Ikatan Geografiwan Indonesia (IGI). Disamping

itu, dalam wadah yang lebih sempit, para Geografiwan dari UGM juga mempunyai

wadah Ikatan Geografiwan Universitas Gadjah Mada (disingkat IGEGAMA).

Kesimpulan Pengertian Geografi:


Geografi adalah Ilmu yang mempelajari tentang segala sesuatu yang

berhubungan erat dengan bumi dan kehidupan yang ada di dalamnya.


08/08/2010
08/08/2010

You might also like