You are on page 1of 17

Metode Penelitian Kualitatif

Saturday, 17 January 2009 00:00 Iyan Afriani H.S

A. Pengantar
Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara
kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda
berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang
luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-
masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah
namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada
metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini,
peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan
responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang
diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian
kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan
wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi
lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif
digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami
interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah
perkembangan.

B. Sistematika Penelitian Kualitatif


Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Konteks Penelitian
Fokus Kajian Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Pendekatan
Batasan Istilah
Unit Analisis
Deskripsi Setting Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran

Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan
judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias
makna.
2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam
laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca
memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain
untuk membacanya.
3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan
sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam
melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka
menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau
serupa.
4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses
penelitian.
5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara
rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan
penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah
direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan
atau manipulasi peneliti itu sendiri.
6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan lebih lanjut dan
penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan
terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-
hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif


Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan
mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point
moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup
seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena
pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan
dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang
dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap
yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu).
Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche
menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk
mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu,
tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang
berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau
terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded
theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji
kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah
proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup
panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam
keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut.
Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci,
memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian
ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau
individu.

D. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang
diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh
keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara
dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)
wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi
suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam
mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang
dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).
Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan
informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building
raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek,
perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah
untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk
membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek
tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian
kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak
terstruktur.
 Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana
observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide
observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya
pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
 Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau
beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas
atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar
data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan
sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada
peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter
terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial,
klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan
lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)


Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada
penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah
kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil
diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari
pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

E. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa
bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan
pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara
kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari
epipani dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah
kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman
hidup individu.
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses
dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup
individu tersebut.

2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena
pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap
penting kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan
melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama.
Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang
bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural
dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang
bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga
menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai
fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana
fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti
dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

3. Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang
menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam
model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan
keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.

4. Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
a. Mengorganisir file.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
d. Menginterpretasi penemuan.
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.

5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik
untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.

F. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas
peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan
adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan
apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil
akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai
adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif,
membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang
dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk
membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang
sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk
keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan
mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data,
serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam
mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk
menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian
sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan
dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam
penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang
dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi
dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan
responden.(IAHS)
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.
(MATERI I) METODE PENELITIAN SOSIAL
Pengantar Metode Penelitian Sosial
K. B. Primasanti
Metode penelitian sosial merupakan subjek yang sangat luas. Pembahasan mengenai subjek ini akan
diawali dengan memberikan gambaran mengenai metode penelitian sosial. Kemudian, sedikit
mengulang mengenai logika berpikir ilmiah menjadi baik sebagai dasar pemahaman metode-metode
dalam riset sosial. Logika berpikir ilmiah diaplikasikan dalam diskusi mengenai problem sosial.
Diskusi yang terakhir dalam bab ini dimaksudkan sebagai stimulan untuk memasuki pembahasan
mengenai permasalahan sosial pada pertemuan berikutnya.
Dalam arti yang sederhana, penelitian adalah cara untuk melakukan penemuan jawaban atas sebuah
pertanyaan (Neumann, 2000: 2). Penelitian sosial adalah salah satu tipe penelitian yang dikerjakan oleh
para sosiolog, ilmuwan sosial, dll untuk mencari jawaban mengenaia dunia sosial (social world)
(Neumann,, 2000: 2). Neumann mengatakan, ”Social research is a collection of methods people use
systematically to produce knowledge. …It is a more structured, organized, and systematic process than
the alternative” (2000: 2). Penelitian sosial pada dasarnya adalah aktivitas mencari, mengolah, dan
menemukan pengetahuan dari pengamatan di lapangan yang dilakukan menurut aturan-aturan tertentu
dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal ini tentu berbeda dengan wawancara seorang
wartawan dengan selebriti atau tokoh politik. Penelitian sosial mensyaratkan keteraturan, kecermatan
(accurate), handal (reliable), dan sahih (valid). Syarat ini diwujudkan dengan harus adanya sebuah
‘metode’ tertentu dalam melakukan penelitian sosial. Seperti yang dikatakan Arnold M Rose (1965
dalam Suyanto (ed.), 2005: iii), “…karena fakta-fakta sosial tidak tergeletak dan sudah siap dipakai
begitu saja, tinggal menunggu untuk diambil. Tetapi fakta-fakta sosial itu harus dibuka dari ‘kulit
pembungkus’ kenyataan yang sepintas tampak, harus diamati dalam suatu kerangka acuan yang
spesifik, harus diukur dengean tepat, dan harus diamati pula pada suatu fakta yang dapat dikaitkan
dengan fakta-fakta lain yang releevan”.
Metode penelitian sosial selalu mengalami perubahan. Pada awalnya, metode penelitian dilakukan
dengan pendekatan positivistik (empiris). Pendekatan ini mengasumsikan bahwa suatu gejala hanya
boleh dinilai “betul” (true ), bukan “benar” (right), jika gejala itu dapat dilihat oleh mata, dapat
diamati, dapat diukur (Suyanto (ed.), 2005: iv). Pandangan dunia positivistik adalah sebagai berikut:
objektif (bebas nilai), fenomenalisme (semesta yang teramati), reduksionisme (semesta direduksi
menjadi fakta yang dapat diamati), naturalism (semesta adalah objek mekanis). (Bungin, 2006: 10).
Namun, karena karakternya ini, pendekatan positivistik membuat penelitian hanya menghasilkan fakta-
fakta empiris yang otomatis mereduksi kekayaan pengalaman manusia. Bungin menyebut, prinsip
bebas nilai positivistik membuat ilmuan menjadi robot-robot tak berperasaan. Beberapa kelemahan ini
membuat pendekatan positivistik lama-lama dimodifikasi, bahkan ditinggalkan manakala ditemukan
bahwa tidak semua gejala sosial dapat diukur dan diamati secara empiris. Demikian muncullah
pendekatan penelitian yang bersifat fenomenologis. Pendekatan ini memberikan ruang kepada peneliti
sosial untuk tidak sekadar mengobservasi fakta-fakta anorganik tetapi gejala-gejala yang mengandalkan
intuitive insight untuk memahami objek kajian sosial.
Penelitian sosial bertujuan untuk mengungkap dan memahami realitas sosial. Dalam hal ini, peran
metode penelitian sosial bukan sebagai objek atau ideologi ditentukan pada awal penelitian melainkan
sebagai alat atau cara untuk melakukan penelitian. Hal ini berarti metode penelitian selalu mengikuti
objek atau ide penelitian, bukan sebaliknya. Terkadang, peneliti yang memiliki kecenderungan
menggunakan metode tertentu akan menentukan metode terlebih dahulu barulah mencari objek
penelitiannya. Dengan mengenal hakikat metode penelitian sosial ini diharapkan dapat membantu
memahami berbagai konsep hingga aplikasi penelitian sosial.  Bagian selanjutnya akan membantu
mengingatkan mengenai logika berpikir ilmiah sebagai dasar melakukan penelitian sosial.
Logika Berpikir Ilmiah
Keasyikan dalam melakukan penelitian sosial dapat dirasakan ketika peneliti telah memahami logika
berpikir ilmiah. Pada dasarnya, logika berpikir ilmiah merupakan seperangkat pengetahuan untuk
mencapai suatu kebenaran yang sahih dan handal. Berpikir ilmiah bertolak dari pemikiran Rene
Descartes dengan slogannya Cogito ergo Sum, “Saya berpikir maka saya ada”.  Dalam
perkembangannya, hasil dari berpikir ilmiah atau scientific knowledge dicirikan oleh sistematika,
relative, koheren, heuristic (pengertian yang terbuka), kausal, netral atau tidak emosional (Suyanto
(ed.), 2005: 3).
Dalam Buku Metode Penelitian sosial (Suyanto (ed.), 2005: 4), berpikir secara ilmiah dapat dilakukan
secara formal dan material. Berpikir formal adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari
bentuk pengertian (aspek eksternal). Kesimpulan atau putusannya disasarkan pada hubungan bentuk
(formal) pada aspek eksternalnya saja, dan bukan pada aspek isinya (aspek internal. Sedangkan berpikir
secara material adalah berpikir yang mendasarkan premis-premis dari bentuk pengertian (aspek
internal). Kesimpulan atau keputusan diperoleh melalui hubungan antara isi pengertian pada aspek
internalnya, dan bukan pada aspek eksternalnya. Dua bentuk cara berpikir ini kemudian melahirkan
kebenaran formal dan kebenaran material. Keduanya dapat menjadi hasil dari sebuah penelitian sosial.
Selain memahami bentuk-bentuk pemikiran, untuk dapat memahami logika berpikir ilmiah hendaknya
memahami pola umum dalam berpikir, yakni deduktif dan induktif. Proses berpikir deduktif merupakan
proses berpikir dari hal-hal yang umum menuju hal-hal yang khusus. Sedangkan proses berpikir
induktif adalah proses berpikir dengan menggunakan premis-premis khusus menuju ke premis umum.
Dasar pola berpikir iduktif ini adalah observasi. Pemikiran ilmiah menggunakan kedua pola ini secara
bolak balik dan terus menerus. Pola-pola dalam logika berpikir ini menentukan terjadinya sebuah
pohon pengetahuan yang terdiri dari akar (realitas) hingga puncak pohon (paradigma). Berikut akan
dijelaskan setiap bagian yang membentuk pohon pengetahuan ilmiah (Suyanto (ed.), 2005: 8).
1. Realitas, yakni materi dasar, ide, fakta
2. Gejala, yakni apa saja yang ditangkap manusia
3. Tanda, manusia memberi tanda terhadap gejala itu
4. Symbol, manusia memberikan makna, arti, nilai sehingga memunculkan sebuah istilah
5. Istilah, kata untuk menggambarkan symbol itu
6. Pengertian, pemberian makna atau arti pada istilah
7. Pemberian nilai dan norma, pemberian arti yang lebih subjektif dan bermakna khusus
8. Konstruk, membangun suatu pengertian yang lebih menyeluruh dan terorganisasi
9. Konsep, pengertian yang lebih menyeluruh dengan batas-batas yang jelas
10. Preposisi, kumpulan beberapa konsep dengan pengertian tertentu dan utuh
11. Argumentasi, kumpulan beberapa proposisi dengan pola berpikir khusus
12. Hipotesis, teori yang kebenarannya belum seluruhnya terbuktikan
13. Teori, pernyataan yang telah terbuktikan
14. Dalil, teori yang kebenarannya sangat luas dan terbukan dalam waktu yang lama
15. Aksioma, teori yang kebenarannya tak terbantahkan lagi dan dapat dikatakan universal
16. Paradigma, suatu konsep yang paling umum dan terdalam untuk melihat dan memahami
realitas
Untuk melihat suatu model proses keilmuan, dapat meminjam pandangan klasik dari Walter Wallace:
1. Ilmu memiliki komponen utama yaitu teori, hipotesis, data dan generalisasi
2. Proses keilmuan bergerak dari teori ke hipotesis, ke data dan generalisasi
3. Proses induksi akan berakhir pada keinginan untuk melakukan suatu generalisasi
4. Proses keilmuan akan menghasilkan suatu “teori baru”
Dalam proses keilmuan di atas, formula logika ilmu adalah apa yang disebut sebagai logicohipotetico-
verifikatif (Suyanto (ed.), 2005: 11-13). Pernyataan ini meringkas proses keilmuan sebagai proses
pembuktian hipotesis. Tampaknya pembuatan dan pemunculan hipotesis sangat penting dalam ilmu,
dan kemudian hipotesis diverifikasi/ dibuktikan dalam penelitian di lapangan. Logika ini merupakan
langkah-langkah yang harus memenuhi prosedural seperti:
1. Perumusan masalah
2. Penyusunan kerangka berpikir
3. Penyusunan hipotesis
4. Pengujian hipotesis
5. Penarikan kesimpulan
Logika keilmuan lain yang juga digunakan dalam penelitian ilmiah adalah deduct-inducto-hypotetico-
verifikatif . Menurut logika berpikir ini, proses berpikir ilmiah dalam ilmu ialah melalui proses:
1. Deduksi
2. Induksi
3. Penyusunan hipotesis
4. Pembuktian hipotesis/ verifikasi
Khusus dalam logika penelitian sosial, Neumann mengajukan beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam mengerjakan riset sosial, yakni (2000: 11):
1. Topic selection
2. Focus research question
3. Carry out the specific study of research project (design study)
4. Gather data or evidence
5. Analyze the data
6. Interpret the data
7. Inform others
Melakukan langkah-langkah di atas tidak lantas menjadi jaminan keabsahan dan kevalidan ilmu. 
Dalam logika ilmu pun dijumpai materi tentang kesesatan berpikir (fallacia/ fallacy) yaitu suatu proses
berpikir yang menghasilkan putusan akal atau kesimpulan yag pasti salah atau keliru. Beberapa sumber
yang mendatangkan kesesatan itu adalah: bahasa, hal yang tidak relevan, konsep dan proporsisi,
procausal non causal , definisi dan komposisi, asas petition-principii¸ asas ignorantio-elenchi. Dengan
demikian, berpikir ilmiah tampak nyata memiliki sifat yang heuristik, yang bermakna terbuka, fleksibel
terhadap pembaharuan, dan didasari dengan pola berpikir yang rasional, kritis, fundamental, bebas
nilai.
Dengan memahami pengantar metode penelitian sosial serta logika berpikir ilmiah sebagai dasarnya
disimpulkan bahwa suatu riset sosial sangat diperlukan mengingat banyaknya problem dalam berbagai
aspek kehidupan. Neumann mengatakan, “Social research can be used to raise children, reduce crime,
improve public health, sell product, or just understand one’s life” (2000:1). Pengenalan ini menjadi
dasar untuk menapaki proses selanjutnya yakni mengenai problem dalam penelitian sosial.
Persoalan Sosial
PERSOALAN SOSIAL
K. B. Primasanti
Masalah sosial di sekitar kehidupan manusia sangat banyak dan beragam. Bahkan, setiap detik, berita
melalui media menyiarkan persoalan sosial yang berbeda. Namun, memilih masalah sosial yang hendak
diteliti adalah persoalan lain. Ada beberapa syarat untuk seorang peneliti mengangkat sebuah masalah
sosial dalam kelayakan penelitian, yakni: berkaitan dengan teori atau praktik, peneliti memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai persoalan tersebut, dan ketrampilan perumusan masalah dalam
penelitian. Untuk memenuhi kriteria ini, peneliti hendaknya terlebih dahulu memahami beberapa hal
mengenai masalah penelitian, misalnya: definisi masalah penelitian, topik penelitian, sumber topik dan
masalah penelitian, motivasi memilih masalah penelitian, pertimbangan memilih masalah penelitian,
perumusan masalah, tipe masalah (deskriptif, korelasional, kausal, komparatif, multivariat. Dalam bab
ini kita akan membahas beberapa hal tersebut.
Definisi Masalah Penelitian
Sekelompok masyarakat dari Desa Sukatani mengharapkan kesuksesan berkali-kali lipat ketika
melakukan program transmigrasi. Namun, setelah lima tahun, mereka belum juga merasakan dampak
dari transmigrasi seperti yang dijanjikan oleh pemerintah. Beberapa warga mendatangi kantor
transmigrasi untuk berdemo. Dari cerita ini, ada ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan
apa yang terjadi. Silalahi (2009) menyebut masalah sebagai kondisi tidak sesuainya sesuatu yang ideal
dengan aktualitasnya. Inilah yang disebut masalah. Namun, tidak semua masalah dapat dapat diteliti
menggunakan metode penelitian sosial. Untuk menentukan sebuah masalah dapat diteliti dengan
metode penelitian sosial maka perlu dipahami terlebih dahulu mengenai topic penelitian.
 
Topik Penelitian
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menggantikan istilah topik penelitian, misalnya: Focus
study, research topic, research ideas, research issue, research problem. Topik penelitian adalah konsep
utama yang dibahas dalam penelitian. Misalnya: anak jalanan, perceraian, pendidikan, dll. Topik
penelitian konsep dari masalah penelitian yang dipikirkan peneliti. Topik menelitian hendaknya
memiliki definisi baik secara formal maupun material. Merumuskan topik penelitian berfungsi untuk
mengisi kekosongan penelitian. Misalnya, akhir-akhir ini marak disiarkan berita mengenai kelompok
‘bonek’ atau ‘bondo nekat’ namun belum ada satu kajian pun yang membahasnya. Maka, perumusan
topik mengenai ‘bonek’ ini berguna untuk mengisi kekosongan penelitian. Selanjutnya, topik penelitian
juga dimaksudkan untuk replikasi, atau mengulang meneliti topik yang pernah diteliti sebelumnya,
memperluas, dan mengembangkan ide-ide baru. Sebuah topik penelitian yang baik memenuhi kriteria
sebagai berikut: Researchable (dapat diteliti, waktu tertentu, sumber, data?), topic menarik perhatian
pribadi peneliti, berguna secara teoritis, mungkin untuk diterbitkan, memiliki tujuan praktis. Silalahi,
Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama
Paradigma Penelitian Sosial
PARADIGMA PENELITIAN SOSIAL
K. B. Primasanti
Pada pohon pengetahuan ilmiah digambarkan bahwa posisi tertinggi dari susunan proses ilmu
pengetahuan ditempati oleh ‘paradigma’. Sama ketika kita berjalan di bawah hujan, kita menggunakan
payung untuk melindungi tubuh dan aktivitas kita demikian pula dalam penelitian, paradigma dianggap
sebagai payung dari suatu kerja penelitian. Melalui sebuah paradigma, peneliti akan dapat memutuskan
apakah penelitian yang akan dilakukan kuantitatif atau kualitatif. Namun, sebelum menentukan
paradigma, peneliti hendaknya melihat ontology, yakni hakikat fenomena, dari objek yang diteliti.
Apakah fenomena tersebut dipandang sebagai realitas tunggal atau realitas ganda. Realitas tunggal
memisahkan satu fenomena dari realitas lain sehingga masing-masing dapat diteliti. Sedangkan realitas
ganda maka realitas itu tidak bisa dibagi-bagi menjadi bagian yang terpisah satu dengan lainnya. Yang
pertama dapat dilakukan menggunakan logika positivistik; sedangkan yang ke dua dapat dilakukan
dengan logika fenomenologis (Kasiram, 2008: 125). Dari sisi pendekatan epistemologi, ragam
pengetahuan yang kemudian menjadi paradigma dapat dibedakan melalui: ide-ide yang abstrak, benda
fisik, jasad hidup, gejala ruhani, persistiwa sosial dan proses tanda. Kasmiran (2008: 126)
merangkumnya dalam tabel berikut: Materi ilmu/ Pdkt Epistemologis Ide Abstrak Benda Fisik Jasad
Hidup Gejala Rohani Peristiwa sosial Proses tanda Rasionalisme x x x Empirisme x x Rasionalisme
Kristis x x x x x Positivisme x x x x x Konstruktivisme x x x x Fenomenologis x x x Pragmatisme x x x
x x Historisme x x Objektivisme problem solving x x x x Hermeneutik x x Rahayu memilih
mendefinisikan paradigma sebagai “ . . . a set of basic beliefs (or metaphysics) that deals with ultimate
or first principles . . . a world view that defines, for its holder, the nature of the ‘world’ . . .” (Guba,
dalam Denzin dan Lincoln, 1994; hal. 107). Guba dan Lincoln (1994) mengajukan tipologi yang
mencakup 4 (empat) paradigma: Positivism, Postpositivism, Critical Theories et al., dan
Constructivism, masing-masing dengan implikasi metodologi tersendiri. Tetapi sejumlah ilmuwan
sosial lain melihat positivism dan postpositivism bisa disatukan sebagai classical paradigm karena
dalam prakteknya implikasi metodologi keduanya tidak jauh berbeda. Karena itu pula, untuk
kepentingan mempermudah bahasan tentang implikasi metodologi dari suatu paradigma, maka teori-
teori dan penelitian ilmiah komunikasi cukup dikelompokkan ke dalam 3 (tiga) paradigma, yakni: 1.
classical paradigm (yang mencakup positivism dan postpositivism), 2. critical paradigm, dan 3.
constructivism paradigm. Untuk melihat perbedaan paradigmatik dalam penelitian, berikut ini disajikan
tabel berdasarkan empat dimensi dalam metafisik: Item Positivism Postpositivism Critical
Constructivism Ontology Naïve realism-real Reality but apprehendable Critical realism “real” reality
but only imperfectly and probabilistically apprehendable Historical realism virtual reality shaped by
social, political, cultural, economic, ethnic, and gender values, crystallized over time Relativism local
and specific constructed realities Epistemology Dualist/ objectivist finding true Modified
dualist/objectivist, critical tradition/ communit, findings probably true Transactional/ subjectivist, value
mediated findings Transactional/ subjectivist, created findings Methodology Experimental/
manipulative, verification of hypotheses, chiefly quantitative methods Modified experimental/
manipulative, critical multiplism, falsification of hypotheses, may include qualitative methods
Dialogic/ dialectical Hermeneutical/ dialectical Klasik Konstruktivisme Kritis Menempatkan ilmu
sosial seperti halnya ilmu-ilmu alam dan fisika, dan sebagai metode yang terorganisir untuk
mengkombinasikan deductive logic dengan pengamatan empiris, guna secara probabilistik menemukan
— atau mem-peroleh konfirmasi tentang – hukum sebab-akibat yang bisa dipergunakan mem-prediksi
pola-pola umum gejala sosial tertentu. Memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan rinci terhadap pelaku sosial dalam setting
keseharian yang alamiah, agar mampu memahami dan menafsirkan bagaimana para pelaku sosial yang
ber-sangkutan menciptakan dan memelihara/mengelola dunia sosial mereka. Mendefinisikan ilmu
sosial sebagai suatu proses yang secara kritis berusaha meng-ungkap “the real structures” dibalik ilusi,
false needs, yang dinampakkan dunia materi, dengan tujuan membantu membentuk suatu kesadaran
sosial agar memperbaiki dan merobah kondisi kehidupan manusia Perbedaan antar paradigma juga bisa
dibahas dari 4 (empat) dimensi, yakni: 1. Epistemologis, yang antara lain menyangkut asumsi
mengenai hubungan antara peneliti dan yang diteliti dalam proses untuk memperoleh pengetahuan
mengenai objek yang diteliti. Kesemuanya menyangkut teori pengetahuan (theory of knowledge) yang
melekat dalam perspektif teori dan metodologi. 2. Ontologis, yang berkaitan dengan asumsi mengenai
objek atau realitas sosial yang diteliti. 3. Metodologis, yang berisi asumsi-asumsi mengenai bagaimana
cara memperoleh pengetahuan mengenai suatu objek pengetahuan. 4. Aksiologis, yang berkaitan
dengan posisi value judgments, etika, dan pilihan moral peneliti dalam suatu penelitian. Paradigma
positivism menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat
diobservasi. Dalam meneliti, peneliti dan obyek yang diteliti bersifat independen dan saling tidak
berinteraksi. Cara menelitinya bisa dengan percobaan atau manipulasi sehingga dapat dikontrol
obyektivitasnya. Paradigma Post Positivisme melihat realitas sebagai sesuatu yang tidak dapat diindera
secara sempurna, hanya kemungkinan karena kelemahan manusia dan faktor lingkungan yang selalu
berubah. Paradigma ini mensyaratkan keterlibatan subjektif dari peneliti untuk memudahkan
memahami realitas subjektif sedekat mungkin. Paradigma konstruktivis menganggap kenyataan itu
hanya bisa dipahami daam bentuk jamak, berupa konstruksi mental yang tidak dapat diindera. Berbasis
sosial dan pengalaman yang bersifat lokal dan spesifik. Peneliti dan subjek peneliti terkait erat secara
timbal balik sehingga penemuan dicipta seperti yang dikehendaki peneliti. Cara penelitian ini
menggunakan teknik hermeneutic dan dibandingkan serta dilawankan dengan melalui tukar menukar
bahasa daerah, sehingga terjaring konstruksi consensus yang lebih jelas. Sementara, paradigma kritis
menganggap realitas sebagai kenyataan sejarah, terjadi pada masa lampau dan dibentuk oleh
sekumpulan faktor: sosial, politik, ekonomi, budaya yang mengkristal dalam sejumlah struktur sebagai
kenyataan alamiah dan tidak berubah. Peneliti dan yang diteliti dianggap berkaitan eraat timbale balik
dan penilaian peneliti tidak dapat dielakkan mempengaruhi penemuan. Cara menelitinya dengan cara
dialog antara peneliti dengan menggunakan bahasa yang saling dimengerti. Ke empat paradigma ini
dapat digolongkan menjadi dua paradigma besar, yakni: paradigma ilmiah dan paradigma alamiah.
Paradigma ilmiah bersumber pada positivistik; sedangkan paradigma alamiah bersumber pada
fenomenologis. Sumber: Kasiram. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif-Kuantitatif. Malang: UIN-
Malang Press. Rahayu. Diktat Mata Kuliah Metode Penelitian Komunikasi Kuantitatif. Yogyakarta:
Jurusan Ilmu Komunikasi Fisipol UGM.
METODE PENELITIAN SOSIAL
RABU 19-05-2010
MASALAH PENELITIAN
Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah
Terdapat perbedaan masalah penelitian kuantitatif dan kualitatif
Penelitian kuantitatif masalah yang dibawa harus jelas
Penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah memasuki lapangan
Apa itu masalah ?
Suatu kesulitan yang dirasakan;
Suatu perasaan yang tidak menyenangkan atas suatu hal;
Ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan;
Sebagai Penyimpangan antara :
yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi;
teori dan praktek;
aturan dan pelaksanaan;
rencana dan pelaksanaan;
Adanya pengaduan;
Adanya kompetisi
Klasifikasi Masalah Penelitian
Masalah Teoritik;
Masalah Praktek;
CIRI-CIRI MASALAH YANG BAIK
Masalah yang dipilih harus mempunyai nilai penelitian
Masalah yang dipilih harus mempunyai fisibilitas
Masalah yang dipilih harus sesuai dengan kualifikasi si peneliti
Masalah harus ada nilai penelitian ?
Masalah harus mempunyai keaslian, maksudnya :
- masalah haruslah up to date dan baru
- Hindarkan masalah yang usan dan banyak dirumuskan org
- Mempunyai nilai ilmiah dan aplikasi ilmiah

Masalah harus menyatakan suatu hubungan, maksudnya :


hubungan dua variabel atau lebih
hubungan antara fenomena-fenomena
hubungan fakta-fakta atau kondisi-kondis
Masalah harus merupakan hal penting, maksudnya;
masalah yang dipilih harus mempunyai arti dan nilai dalam bidang ilmu
mempunyai arti dan nilai dalam aplikasi
Masalah ditujukan harus memperoleh fakta dan kesimpulan bidang tertentu
Masalah harus dapat diuji, maksudnya;
Melalui perlakuan-perlakuan serta data dan fasilitas yang ada
Variabel-variabel yang diuji harus dapat di ukur
Masalah harus dinyatakan dalam bentuk pertanyaan :
Masalah harus Fisibilitas ?
Data metode harus tersedia, maksudnya :
Masalah yang dipilih harus mempunyai metode memecahkannya
Harus ada data untuk menunjang pemecahannya
Data mempunyai kebenaran standar dan dapat dijelaskan
Equipment dan kondisi harus mengijinkan, maksudnya :
Masalah yang dipilih harus sesuai dengan perlengkapan (equipment) dan alat tersedia
Equipment harus digunakan untuk memecahkan masalah
Alat yang paling penting dalam memecahkan masalah adalah pikiran manusia itu sendiri (the mind of
man)
Biaya memecahkan masalah harus seimbang, maksudnya:
Biaya pemecahan masalah harus selalu dipikirkan dalam memilih masalah;
Sesuai dengan jangkauan biaya penelitian;
Mencocokkan masalah dengan biaya merupakan seni serta keterampilan peneliti;
Administrasi dan sponsor harus kuat, maksudnya:
Masalah yang dipilih harus mempunyai sponsor serta administrasi yang kuat;
Pembimbing, adviser dan tenaga ahli serta dana yang memadai
Tidak bertentangan dengan hukum adat, maksudnya:
Tidak bertentangan dengan adat-istiadat, hukum yang berlaku dan kebiasan;
Tidak melahirkan kebencian orang lain
Hindari masalah yang dapat menimbulkan pertentangan fisik dan itikad baik secara individu maupun
kelompok
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi peneliti ?
Menarik bagi sipeneliti, maksudnya :
Menarik bagi sipeneliti dan cocok dengan bidang kemampuannya;
Menarik keingintahuan si peneliti dan memberi harapan kepada peneliti untuk menemukan
jawabannya.
Masalah harus sesuai dengan kualifikasi, maksudnya :
Masalah yang dipilih harus sesuai derajat daya nalar si peneliti;
Sensitivitas terhadap data;
Kemampuan menghasilkan orsinilitas.
SUMBER UNTUK MEMPEROLEH MASALAH
Pengamatan terhadap kegiatan manusia;
Pengamatan terhadap alam sekeliling;
Bacaan;
Ulangan serta perluasan penelitian;
Cabang studi yang sedang dikembangkan;
Catatan dan pengalaman pribadi;
Praktik serta keinginan masyarakat;
Bidang spersialisasi;
Pelajaran yang sedang diikuti;
Diskusi-diskusi ilmiah;
Perasaan/Intuisi;
Hakekat kebenaran
Mencari hakekat kebenaran mungkin sering kita ucapkan, tapi susah dilaksanakan. Makhluk apa itu
kebenaran juga kita kadang masih nggak ngerti. Yang pasti bahwa “benar” itu pasti “tidak salah” .
Pertanyaan-pertanyaan kritis kita di masa kecil, misalnya mengapa gajah berkaki empat, mengapa
burung bisa terbang, dsb kadang tidak terjawab secara baik oleh orang tua kita. Sehingga akhirnyaÂ
sering sesuatu kita anggap sebagai yang memang sudah demikian wajarnya (taken for granted).
Banyak para ahli yang memaparkan ide tentang sudut pandang kebenaran termasuk bagaimana
membuktikannya. Saya mencoba ulas masalah hakekat kebenaran ini dari tiga sudut pandang yaitu:
kebenaran ilmiah, kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat.
Harus kita pahami lebih dahulu bahwa meskipun kebenaran ilmiah sifatnya lebih sahih, logis, terbukti,
terukur dengan parameter yang jelas, bukan berarti bahwa kebenaran non-ilmiah atau filasat selalu
salah. Malah bisa saja kebenaran non-ilmiah dan kebenaran filsafat terbukti lebih “benar” daripada
kebenaran ilmiah yang disusun dengan logika, penelitian dan analisa ilmu yang matang. Contoh
menarik adalah kasus patung Kouros yang telah diteliti dan dibuktikan keasliannya oleh puluhan pakar
selama lebih dari 1,5 tahun di tahun 1983, bahkan juga dianalisa dengan berbagai alat canggih seperti
mikroskop elektron, mass spectrometry, x-ray diffraction, dsb. Namun beberapa pakar lain (George
Despinis, Angelos Delivorrias) menggunakan pendekatan intuitif sebagai ahli geologi dan mengatakan
bahwa patung tersebut palsu (terlalu fresh, seolah tidak pernah terkubur, kelihatan janggal). Akhirnya
patung itu dibeli dengan harga tinggi oleh museum J. Paul Getty di California dengan asumsi
kebenaran ilmiah lebih bisa dipertanggungjawabkan. Kenyataan kemudian membuktikan bahwa semua
dokumen tentang surat tersebut palsu, dan patung itu dipahat disebuah bengkel tempa di Roma tahun
1980. Cerita ini menjadi pengantar buku bestseller berjudul Blink karya Malcolm Gladwell.
KEBENARAN ILMIAH
Kebenaran yang diperoleh secara mendalam berdasarkan proses penelitian dan penalaran logika ilmiah.
Kebenaran ilmiah ini dapat ditemukan dan diuji dengan pendekatan pragmatis, koresponden, koheren.
• Kebenaran Pragmatis: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila memiliki kegunaan/manfaat
praktis dan bersifat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya, Yadi mau bekerja di sebuah
perusahaan minyak karena diberi gaji tinggi. Yadi bersifat pragmatis, artinya mau bekerja di perusahaan
tersebut karena ada manfaatnya bagi dirinya, yaitu mendapatkan gaji tinggi.
• Kebenaran Koresponden: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila materi pengetahuan yang
terkandung didalamnya berhubungan atau memiliki korespondensi dengan obyek yang dituju oleh
pernyataan tersebut. Teori koresponden menggunakan logika induktif, artinya metode yang digunakan
dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Dengan kata lain kesimpulan akhir
ditarik karena ada fakta-fakta mendukung yang telah diteliti dan dianalisa sebelumnya. Contohnya,
Jurusan teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil Undip ada di Tembalang. Jadi Fakultas Teknik
Undip ada di Tembalang.
• Kebenaran Koheren: Sesuatu (pernyataan) dianggap benar apabila konsisten dan memiliki koherensi
dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Teori koheren menggunakan logika deduktif,
artinya metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal umum ke khusus.
Contohnya, seluruh mahasiswa Undip harus mengikuti kegiatan Ospek. Luri adalah mahasiswa Undip,
jadi harus mengikuti kegiatan Ospek.
KEBENARAN NON-ILMIAH
Berbeda dengan kebenaran ilmiah yang diperoleh berdasarkan penalaran logika ilmiah, ada juga
kebenaran karena faktor-faktor non-ilmiah. Beberapa diantaranya adalah:
• Kebenaran Karena Kebetulan: Kebenaran yang didapat dari kebetulan dan tidak ditemukan secara
ilmiah. Tidak dapat diandalkan karena kadang kita sering tertipu dengan kebetulan yang tidak bisa
dibuktikan. Namun satu atau dua kebetulan bisa juga menjadi perantara kebenaran ilmiah, misalnya
penemuan kristal Urease oleh Dr. J.S. Summers.
• Kebenaran Karena Akal Sehat (Common Sense): Akal sehat adalah serangkaian konsep yang
dipercayai dapat memecahkan masalah secara praktis. Kepercayaan bahwa hukuman fisik merupakan
alat utama untuk pendidikan adalah termasuk kebenaran akal sehat ini. Penelitian psikologi kemudian
membuktikan hal itu tidak benar.Â
• Kebenaran Agama dan Wahyu: Kebenaran mutlak dan asasi dari Allah dan Rasulnya. Beberapa hal
masih bisa dinalar dengan panca indra manusia, tapi sebagian hal lain tidak.
• Kebenaran Intuitif: Kebenaran yang didapat dari proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan
proses berpikir. Kebenaran intuitif sukar dipercaya dan tidak bisa dibuktikan, hanya sering dimiliki
oleh orang yang berpengalaman lama dan mendarah daging di suatu bidang. Contohnya adalah kasus
patung Kouros dan museum Getty diatas.
• Kebenaran Karena Trial dan Error: Kebenaran yang diperoleh karena mengulang-ulang pekerjaan,
baik metode, teknik, materi dan paramater-parameter sampai akhirnya menemukan sesuatu.
Memerlukan waktu lama dan biaya tinggi.
• Kebenaran Spekulasi: Kebenaran karena adanya pertimbangan meskipun kurang dipikirkan secara
matang. Dikerjakan dengan penuh resiko, relatif lebih cepat dan biaya lebih rendah daripada trial-error.
• Kebenaran Karena Kewibawaan: Kebenaran yang diterima karena pengaruh kewibawaan seseorang.
Seorang tersebut bisa ilmuwan, pakar atau ahli yang memiliki kompetensi dan otoritas dalam suatu
bidang ilmu. Kadang kebenaran yang keluar darinya diterima begitu saja tanpa perlu diuji. Kebenaran
ini bisa benar tapi juga bisa salah karena tanpa prosedur ilmiah

You might also like