You are on page 1of 11

RESUME BUKU

KULIAH AKHLAK TASAWUF

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Sebagai Pengganti Ujian Tengah Semester

Disusun Oleh:
Yus Kusaeri
1209703047

PRODI FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2010
Kata Pengantar

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat-
Nya, sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan resensi atau resume buku yang berjudul
kuliah akhlak tasawuf karya DRS.Mahyuddin. Resume buku ini saya buat untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Ahklak Tasawuf..

Saya menyadari resume buku ini masih belum sempurna. Namun, semoga dapat
bermanfaat bagi yang memerlukannya, khususnya bagi saya.

Saya menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada rekan-rekan saya


dan berbagai pihak yang telah ikut berpartisipasi dalam penyusunan resume buku ini. Saya
mengharapkan saran-saran dari dosen dan rekan-rekan untuk menyempurnakan resume buku ini.

Bandung, bandung 2010


Penyusun,

Yus Kusaeri
PROFILE BUKU

Judul : kuliah akhlak tasawuf


Penulis : DRS. Mahyuddin
Cetakan : ke-5 (2003)
Jumlah halaman : 185
Penerbit : Kalam Mulia, Jakarta.

ISI BUKU

I.Tinjaun Tentang Akhlaq

A. Definisi akhlak

Menurut Imam Al- Ghazaaly menekankan, bahwa ahlak adalak sifat yan tertanam dalam jiwa
manusia, yang dapat dinilai baik atau buruk, dengan menggunakan ukuran ilmu pengetahuan dan
norma agama.
Jadi, akhlak merupakan sifat yang terdapat pada manusia yang bersumber dari dorongan
jiwanya, bisa diukur oleh ilmu pengetahuan dan norma agama.
Dorongan jiwa yang melahirkan perbuatan manusia bersumber dari kekuatan batin, yaitu:
1. Tabi’at (pembawaan)
2. Akal Pikiran
3. Hati Nurani

B. Kaitan akhlak dengan istilah etika, moral, kesusilaan dan kesopanan

1. Akhlak dan ilmu akhlak

Akhlak adalah suatu istilah yag dipakai menilai perbuatan manusia, baik atau buruk.
Sedangkan ilmu akhlak adalah suatu ilmu pengetahuan agama islam, yang berguna untu
memberikan petujuk-petunjuk kepada manusia.

2. etika dan moral

Etika (ethos, yunani ) berarti kesusilaan atau adat. Sedangkan berasal dari bahasa Latin,
mores yaitu jamak dari kata mos yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup.
Perbedaan etika dan moral:
a. Istilah etika digunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada. Karena itu, etika
merupakan suatu ilmu;
b. Istilah moral digunakan untuk memberikan kriterian perbuatan yang sedang
dinilai . karena itu, moral bukan suatu ilmu, tetapi merupakan suatu perbuatan
manusia.
3. kesusilaan dan kesopanan

Kesusilaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu “susila”, su berarti baik atau bagus dan sila
berarti (dasar) atau aturan hidup. Jadi perkataan kesusilaan adalah dasar-dasar aturan hidup yang
lebih baik. Sedangkan kesopanan, yang berasal kata sopan; artinya tenang, beradab, baik, dan
halus (perkataan ataupun perbuatan).

C. Jenis-jenis akhlaq

Akhlaq terbagi dua, yaitu :


• Akhlaq baik atau terpuji (al-akhlaaqul mahmuudah)
• Akhlaq buruk atau tercela (al-akhlaaqul madzmuumah)

Akhlaq baik terhadap tuhan :


a. Bertaubat ( At-taubah)
b. Bersabar (Ash-Shabru)
c. Bersyukur (Asy-Syukur)
d. Bertawakal (At-Tawakkal)
e. Ikhlas (Al-Ikhlaash)
f. Raja’ (Ar-Rajaa’)
g. Bersikap takut (Al-Khauf)

Akhlaq buruk terhadap tuhan :


a. Takabbur ( Al-Kibru )
b. Musyrik ( Al-Israak )
c. Munafiq ( An-Nifaaq )
d. Riya’ ( Ar-Riyaa’)
e. Boros atau Berfoya-foya ( Al-Israak)
f. Rakus atau Tamak ( Al-Hirshu atau Ath-Thama’u)

Akhlak baik terhadap sesama manusia :


a. Belas Kasihan atau Sayang ( Asy-Syafaqah )
b. Rasa Persaudaraan ( Al-Ikhaa’ )
c. Memberi Nasehat ( An-Nashaiihah )
d. Memberi Pertolongsn (An-Nashru )
e. Menahan Amarah ( kazhmul Ghaizhi )
f. Sopan Santun ( Al-Hilmu )
g. Suka Memaafkan ( Al-‘Afwu )

Akhlaq Buruk terhadap Manusia


a. Mudah Marah (Al-Ghadhab)
b. Iri-Hati atau dengki ( al-Hasadu atau Al-Hiqdu)
c. Mengadu-adu (An-Namiimah )
d. Mengumpat ( Al-Ghiibah)
e. Bersikap congkak ( Al-Ash’aru )
f. Sikap kikir ( Al-Bukhlu )
g. Berbuat aniaya ( Azh-Zhulmu)

D. System Penilaian akhlaq

1) Menurut Ahlus Sunah


2) Menurut Kaum Jabariyah
3) Menurut Kaum Qadariyah
4) Menurut Kaum Shufiyah

E. Persoalan-persoalan Akhlaq Masa Kini

Kemajuan ulmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh manusia sekarang ini, tidak
sedikit dampak negatifnya terhadap sikap hidup dan prilakunya, baik ia sebagai mausia yang
beragama, maupun makhluk individu dan social.
Dampak negative yang paling berbahaya yaitu di tandai dengan adanya kecenderungan
menganggap bahwa satu-satinya yang dapat membahagiakan hidupnya adalah nilai
materiilsehingga manusia mengejar materi, tanpa menghiraukan nilai-nilai spiritual
yangberfungsi untuk memelihara dan mengendalikan akhlaq manusia.
Mengejar nilai materi saja tidak bisa dijadikan sarana untuk mencapai kebahagian yang
hakiki. Bahkan hanya akan menimbulkan bencana hebat, karena orientasi hidup manusia sudah
idak mempedulikan orang lain, akhirnya timbul persaingan hidup yang tidak sehati, sehingga
menimbulkan sikap tamak ( rakus ),membuat dirinya kikir.

II.Tinjauan Tentang Tasawuf

A. Pengertian, Definisi dan Asal-usul kata Shufi


1) Pengertian
Secara bahasa tasawuf berarti:
• saf (baris), sufi (suci), sophos (Yunani: hikmah), suf (kain wol)
Menurut Istilah:
• Upaya mensucikan diri dengan cara menjauhkan pengaruh kehidupan dunia dan
memusatkan perhatian hanya kepada Allah Swt.
• Kegiatan yang berkenaan dengan pembinaan mental ruhaniah agar selalu dekat
dengan Tuhan.

2) Definisi shufi
Kata shufi atau shufiyah, diartikan sebagai orangyang selalau mengamalkan
ajaran dalam keidupan sehari-hari. Menurut Asy-Syahk Muhammad Amin Al-
Kudry mengatakan “Shufi adalah opang yang hatinya jernih dari kehidupan yang
buruk dan terisi pengajaran (dari tuhan ) seerta karunianyabagaikan emas dan
tanah liat”.
B. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Tasawuf dalam Islam

1. Pertumbuhan Tasawuf

Jauh sebelum lahirnya agama islam, memang sudah ada ahli mistik yangmenghabiskan masa
hidupnyadengan mendekatkan diri kepada tuhannya,antara lain orang india kuno yang beragama
hindu maupun budha.kemudian ahli mistik kristenyang selalu mendekatjan dirinya yang tidak
beda jauh kalau di islam di sebut zuhud dikalangan shufi.meskipun tasawuf islam dilator
belakangi oleh berbagai kegiatan mistik yang mirip dalam ajarannya, tetapi tidak berarti bahwa
hal itu kelanjutanajaran mistik sebelumnya, sebab tasawuf islam itu sendiri bersumber pada
alqur’an dan hadits rasullula SAW. (Contohnya Q.S. albaqarah :186,).

2. Perkembangan Tasawuf

a. Pada abad pertama dan kedua hijriyah

• Perkembangan tasawuf pada masa shahabat

Beberapa shabat yang tergolong shufi pada abad pertama, yaitu diantaranya :
1) Abu BAkar As-Sidik (13 H )
2) Umar bin Khatab (23 H)
3) Utsman bin Affan (35H )
4) Ali bin Abi Thalib (40 H )
Dan masih banyak lagi tokoh sufi lainnya pada masa sahabat tersebut

• Perkembangan tasawuf pada masa Tabi’in

Tokoh tokoh Ulama shufi Tabi’in, antara lain :


1) Al-Hasan Al-Bashry (22H – 110H)
2) Rabi’ah Al- “Adawiyah, (wafat 185 H)
3) Sufyaan bim Sa’id Ats-Tsaury (97H – 161H )
4) Daud Ath-Thaaiy ( wafat 195 H)
5) Syaqieq Al- Balkhiy ( wafat 194 H)

b. Pada abad ketiga dan kedua keempat hijriyah

• Perkembangan tasawuf pada abad ketiga hijriyah

Pada abad ini, terlihat perkembangan Tasawuf yang sangat pesat, ditandai dengan adanya
golongan yang mencoba menyelidikiinti ajaran tasawufyang berkembang pada masa itu,
sehingga mereka membaginya menjadi tiga macam, yaitu :
a) Tasawuf yang berintikan ilmu jiwa
b) Tasawuf yang berintikan ilmu akhlaq
c) Tasawuf yang berintikan metafisika
Sedangkan tokoh-tokoh sufi yang terkenal pada abad itu:
1) Abu Sulaiman Ad-Daaraany ( 215H)
2) Ahmad Al-Hawaary Ad-Danasqiy ( 230 H)
3) Abul Faidh Dzuun Nun bin IbrahimAl-mishry ( 245 H)
4) Abu Yazid Al-Busthaamy (261 H / 874 M)
5) Junaid Al-Baghdaady (298 H)
6) As-Hallaj ( lahir 244 H/ 858 M)

• Perkembangan tasawuf pada abad keempat hijriyah

Pada abad ini tasawuf berkembang yang sangat pesat dengan Baghdad sebagai pusat
kegiatan tasawuf. Upaya untuk mengembangkan tasawuf di luar kota dipelopori oleh :

1) Musa Al-Anahaary (341 H), mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan ( Persia atau Iran ).
2) Abu Hamid bin Muhammad Ar-Rubaazy (322 H ), mengajarkan di salah satu kota di
Mesir.
3) Abu Zaid Al-Adamy ( 341 H), mengajarkan di semenanjung arabiyah.
4) Abu Ali bin Muhammad bin Abdil Wahhaab As-Saqafy ( 328 H), mengajarkan di
Naisabur dan kota Syaraz.

c. Pada abad kelima hijriyah

Menurut madzab syi’ah Ismaa’iliyah, ada 12 Imam yang berhak mengatur dunia ini yang disebut
imam Mahdi, keduabelas Imam tersebut :
1) Ali bin Abi Thalib
2) Hasan bin Ali
3) Husein bin Ali
4) Ali bin Husein ( Zainul Abidin )
5) Muhammad Al-baakir bin Ali bin Husein
6) Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-baakir
7) Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq
8) Ali Ridhaa bin Kazhim
9) Muhammad Jawwaad bin Ali Ridhaa
10) Ali Al-Haadi bin Jawwaad
11) Hasan Askary bin Al-Haadi
12) Muhammad bin Hasan Al-Mahdi

Pengalaman pahit yang dialami kaum muslimin ini, yang tidak sedikit menelan pengorbanan,
maka muncullah salah satu pemikir muslim yaitu Imam Al-Ghazaly, yang memusatkan
perhatiannya untuk meredakan perselisihan dan pertentangan yangberlarut-larut sejak masa
sebelumnya.
Imam Al-Ghazaly juga membedakan tingkatan iman setiap hamba menjadi tiga tingkatan,
yaitu:
1) Iman orang Awam
2) Iman oaring Alim
3) Iman orang Arif ( Bijaksana )
d. Pada abad keenam, ketujuh, dan kedelapan hijriyah

• Perkembangan tasawuf pada abad keenam hijriyah


Beberapa Ulama Tasawuf yang berpengaruh pada abad ini, yaitu :
1) Syaihabuddin Abdul Futuu As-Suhrawardy ( 587 H/ 1191 M).
2) Al-Gaznawy ( 545 H/ 1151 M).

• Perkembangan tasawuf pada abad ketujuh hijriyah


Beberapa Ulama Tasawuf yang berpengaruh pada abad ini, yaitu :
1) Umar Ibnul Faridh, lahir di Homat (Siria ) tahun 576 H/ 1181 M. dan wafat di
Mesir tahun 632 H/ 1233 M.
2) Ibnu Sabi’iin, lahir di Mercial ( Sepanyol ) tahun 613 H/ 1215 M. dan wafat di
Makkah tahun 667 H/ 1269 M.
3) Jalaludin Ar-Ruumy, lahir di Balkh tahun 604 H/ 1217 M. dan wafat tahun 672 H/
1273 M.

e. Pada abad kesembilan, keepuluh hijriyah dan seudahnya.


Pada abad ini tasawuf sudah mulai runtuh, yang menyebabkanya ada dua factor
yaitu:
1) Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercaaan
dikalangan masyarakat islam, sebab banyak diantara mereka yang
menyimpangdari ajaran islam yang sebenarnya.
2) Karena ketika itum penjajah Bangsa Eropa yang ber agama Nasrani
sudah menguasai seluruh negri Islam.

C. Perkembangan Tasawuf di Indonesia

1. Perkembangan Tasawuf di Pulau Jawa

Tersebarnya ajaran tasawuf di Indonesia, tercatat sejak masuk agama Islam di negri ini,
ketika pedagang-pedagang muslim yang mengislamkan orang-orang Indonesia, tida hanya
menggunakan pendekatan bisnis, tetapi juga pendekatan tasawuf.

Perkembangan tasawuf di Pulau Jawadi akhir abad XV Masehi, tepatnya 1479 M,


berdirilah kerajaan Islam yang pertama di pulau jawa, dengan raja nya Raden Patah. Maka
tercatat dalam sejarah baha semenjak itu pula tersebar ajaran tasawuf di Pulau Jawa.
Penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, tidak terlepas dari usah para wali yang dikenal
dengan nama “Wali Songo”, yaitu :
1) Sunan Malik Ibrahim di Gresik
2) Sunan Ampel di Ampel
3) Sunan giri di Giri dekat Grsik
4) Sunan Bonang di Bonang dekat Rembang
5) Sunan Kudus di Kudus
6) Sunan Murya di Gunung Murya
7) Sunan Kalijaga dekat Demak
8) Sunan Derajat di Demak
9) Sunan Gunungjati di Cirebon

2. Perkembangan Tasawuf di Pulau Sumatra

Ulama-ulama yang berpengaruh, antara lain :


1) Syekh Hamzah Pansuri
2) Syekh Syamsuddin bin Abdillah As-Sumatraany ( 1039 H/ 1630 M )
3) Syekh Abdur Rauf Al-Fansuri
4) Syekh Abdus Shamad Al-Falimbani

D. Tahapan–tahapan Tasawuf

Ada empat macam tahapan yang harus dilalui oleh hamba yang menekuni ajaran
tasawuf untuk mencapai tujuan “As-Sa’aadah” menurut Al-Ghazaly; yaitu :

1) Syari’at
Menurut Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengtakan bahwa:
“Syari’at adalah hokum-huku yang telah diturunkan kepada Rasullulah SAW.
Yang telah ditetapkan oleh ulama (melalui ) sumber nash Al-Qur’an dan sunnah
ataupun dengan (cara) istirahat; yaitu hokum-hukum yang telah diterangkan dalam
ilmu Tauhid, Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawuf”.

Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengemukakan definisi syari’at dengan


menitik beratkan pada hokum-hukum yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Kepada
Nabi Muhammad SAW. Maka hukun-hukum bersumber pada Al-Qur’an dan sunnah,
penetapan kaum mutakalimin dalam ilmu tauhid, hasil ijtihad fuqaha dalam ilmu
fiqih, dan hasil tahqiq dalam ilmu tasawuf.

2) Tarekat

Istilah tarekat berasal dari kata Ath-Thariq (jalan ) menuju kepada hakikay atau
dengan kata lain pengamalan syari’at. Salah satu dari tiga pengertian tarekat menurut
Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy, yaitu :
“Tarekat adalah pengamalan syari’at melaksanakan beban ibadah (dengan tekun
) dan menjauhkan (diri) dari ( sikap) mempermudah (ibadah), yang sebenarnya
tidak boleh dipermudah”.

Tarekat itu bisa dilihat dari dua sisi; yaitu Amaliyah dan
Perkumpulan( organisasi). Sisi Amaliyah merupakan latihan kejiwaan ( kerohanian ),
dengan melalui aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkat kerohanian yang
di sebut Al-maqaamat dan Al-aakhwaal. Latihan kerohanian tersebut sering di sebut
Suluk.

3) Hakikat
Ilmu Hakikat berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran,
menurut Imam Al-Qasyairy mengatakan :
“Hakikat adalah menyaksikan sesuatu yang telah ditentukan, ditakdirkan,
disembunyikan ( dirahasiakan ) dan yang telah dinyatakan ( oleh Allah kepada
Hambanya )”
Hakikat yang di dapat oleh sufi, yang telah lama menempuh tarekat dengan selalu
menekuni suluk, menjadikan dirinya yakin terhadap apa yang dihadapinya. Ulama
sufi sering mengalami tiga tingkatan keyakinan :
1) ‘Ainul Yaqiin.
2) ‘Ilmul Yaqiin.
3) Haqqul Yaqiin.

4) Ma’rifat

Ma’rifat adalah mengetahui atau mengenal sesuatu, dalam konsep tasawuf


Ma’rifat adalah mengenal Allah ketika sufi mencapai suatu maqam dalam Tasawuf.
Menurut Dr. Mustafa Zahri :
“Ma’rifat adalah ketetapan hati ( dalam mempercayai hadirnya ) wujud yang
wajib adanya ( Allah ) yang menggambarkan segala kesempurnaannya”.

Tidak semua orang yang menuntut ajaran tasawuf mencapai tingkat ma’rifat,
menurut keterangan Dzuun Nuun Al-Mishriy yang mengatakan ada beberapa
tingkatan yang dimiliki oleh sufi bila sudah mencapai tingkatan ma’rifat, antara lain :
1) Selalu memancar cahaya ma’rifat padanya dalam segala sikap dan
perilakunya. Karena itu sikap wara’ selalu ada pada dirinya.
2) Tidak menjadikan keputusan segala sesuatu yang berdasarkan fakta yang
bersipat nyata, karena hal-hal yang nyata menurut ajaran tasawuf belum
tentu benar.
3) Tidak menginginkan nikmat Allah yang terlalu banyak buat dirinya,
karena hal itu bisa membawanya kepada perbuatan yang haram.

E. Penerapan Suluk dalam Kehidupan Shufi

Penerapan suluk yang sering dilakukan oleh shufi dalam kehidupan sehari-hari
untuk mencapai keridhaan allah SWT, sering mengalami perbedaan pelaksanaanya.
misalnya Antara penganut tarekat Naqsyabandiyah dan penganut tareqat qadiriyah.
Orang arab sering metakan husnus suluuk bagi peringai yang baik, dan suus suluk
bagi kelakuan yang buruk.

Tetapi menurut Dr. Mustafa Zahri mengemukakan hakikat suluk yang mengatakan:
“Hakikat suluk adalah mengosongkan diri sifat-sifat buruk ( maksiat lahir mauupun
batin ), dan mengisinya dengan sifat-sifat baik ( dengan melakukan ketaatan lahir
dan batin )”.

Suluk merupakan pengamalan dari prinsip tarekat tersebut untuk mencapai tingkat
kerohanin yang peling tinggi.

You might also like