You are on page 1of 2

Tumbuhan yang sehari-hari kita jumpai memiliki maanfaat yang sangat besar bagi

kelangsungan makhluk hidup. Ketergantungan tersebut tidak lepas dari peran


makhluk itu sendiri dalam mengolah dan membudidayakan tanaman tersebut.

Pohon atau juga pokok ialah tumbuhan dengan batang dan cabang yang berkayu.
Pohon memiliki batang utama yang tumbuh tegak, menopang tajuk pohon. Pohon
dibedakan dari semak melalui penampilannya. Semak juga memiliki batang berkayu,
tetapi tidak tumbuh tegak. Dengan demikian, pisang bukanlah pohon sejati karena
tidak memiliki batang sejati yang berkayu. Jenis-jenis mawar hias lebih tepat disebut
semak daripada pohon karena batangnya walaupun berkayu tidak berdiri tegak dan
habitusnya cenderung menyebar menutup permukaan tanah.

Batang merupakan bagian utama pohon dan menjadi penghubung utama antara
bagian akar, sebagai pengumpul air dan mineral, dan bagian tajuk pohon (canopy),
sebagai pusat pengolahan masukan energi (produksi gula dan bereproduksi). Cabang
adalah juga batang, tetapi berukuran lebih kecil dari berfungsi memperluas ruang
bagi pertumbuhan daun sehingga mendapat lebih banyak cahaya matahari dan juga
menekan tumbuhan pesaing di sekitarnya. Batang diliputi dengan kulit yang
melindungi batang dari kerusakan.

Dalam bahasa sehari-hari, pengertian pohon agak lebih luas, yang dalam botani
disebut "pohon semu". Contoh paling umum dari kasus ini adalah "pohon" pisang.

DAN TANAMAN PUN BERTASBIH…

‫ان‬ ْ َ‫َوالنَّ ْج ُم َوالش ََّج ُر ي‬


ِ ‫س ُج َد‬

“Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.” (Q.S Ar-


Rahman [55]: 6)

Dalam Al-Quran, masih banyak ayat seperti di atas yang menyebut tentang tanaman dan
pepohonan bertasbih dan bersujud kepada Allah. Selama ini, ayat-ayat tersebut ditafsirkan
hanya sebagai kiasan. Artinya, tumbuhan bersujud dan bertasbih dengan cara tunduk pada
hukum alam (sunnatullah).

Tanaman dianggap makhluk tak berjiwa. Mereka yang meyakini tanaman berjiwa akan dicap
sebagai penganut animisme atau dinamisme yang musyrik. Sayang sekali, padahal hal itu
(konsepsi pohon berjiwa) mengandung isyarat ilmu. Akhirnya, ilmuwan non-muslim lah yang
berhasil menemukan fakta ilmiah tumbuhan yang mempunyai jiwa dan kecerdasan.

Richard Karban, ahli ekologi University of California, dalam makalahnya yang berjudul
Ecology Letter di tahun 2008 membuktikan bahwa tumbuhan bisa merespon situasi
lingkungannya. Mereka bisa berkomunikasi satu sama lain, bahkan juga saling
memperebutkan mangsa. Mereka bisa bereaksi sama terhadap stimulus yang pernah dialami.
Ini artinya mereka mempunyai memori.

Tanaman pemangsa bisa bergerak secepat 1/30 detik menangkap serangga. Bahkan bunga
Morus Alba dapat menyergap mangsa dengan kecepatan kilat Mach 0.5. Tanaman lain bisa
bergerak melingkar lebih lambat dalam hitungan beberapa jam.

Tanaman juga ‘berburu’ di bawah tanah dengan akarnya. Long Li, ilmuwan dari China
Agricultural University (Beijing), meneliti respon akar kacang yang menyemburkan zat kimia
asam untuk mengejar dan menangkap cairan fosfor (yang ia perlukan) di dalam tanah. Ketika
serangga jenis tertentu memakan atau melubangi daunnya, tanaman tersebut mengeluarkan
berbagai jenis zat kimia yang dapat ‘memanggil’ serangga jenis lain yang merupakan musuh
serangga pertama. Bukan hanya itu, tanaman di sekitarnya juta ikut ‘berteriak’ dan membuat
pertahanan.

Anthony Trewavas dari University of Edinburgh dalam bukunya mengatakan bahwa tanaman
punya kemampuan problem solving. Ini berarti bahwa mereka memiliki kecerdasan. Pada
bulan Mei 2009, para peneliti plant neurobiology berkumpul untuk kelima kalinya di
Florence (Italia) untuk membahas keberadaan otak pada tumbuhan. Consuelo M De Moraes
dari Penn State University menemukan bahwa tanaman bisa membedakan dirinya dari
tanaman sejenis. Ini mengindikasikan bahwa tanaman mempunyai kepribadian khas yang
membedakannya dengan tanaman (sejenis) lain.

You might also like