Professional Documents
Culture Documents
www.infoibu.com
6bulan-dosis 3
DPT dan 3 bulan-dosis1 18bulan-booster1 Dipteria, pertusis, tetanus, dan
Polio polio
4 bulan-dosis2 6tahun-booster 2
5 bulan-dosis3 12tahun-booster3
campak 9 bulan -- Campak
5bulan-dosis 3
Hepatitis A 12-18bulan -- Hepatitis A
Cacar air 12-18bulan -- Cacar air
Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum imunisasi
jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-kejang
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.
vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya akan mendapatkan
suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini adalah untuk kesehatan
© Dr.Suririnah-www.infoibu.com
adwal imunisasi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Langsung ke: navigasi, cari
Wikipedia Indonesia tidak dapat bertanggung jawab dan tidak bisa
menjamin bahwa informasi kedokteran yang diberikan di halaman ini
adalah benar.
Mintalah pendapat dari tenaga medis yang profesional sebelum melakukan pengobatan.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau imunisasi
harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja berbeda dengan
negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang berwewenang mengeluarkannya.
V
Bulan Tahun
a
k
s
i L
n a
1 1 1 1 1
h 1 2 3 4 5 6 9 2 3 6
2 5 8 0 2
i
r
Program Pengembangan Imunisasi (PPI, diwajibkan)
B
C
G
H
e
p
a
t
i 1 2 3
t
i
s
P
o
l 0 1 2 3 4
i
o
d
T
D
a
T 1 2 3 4
t
P
a
u
T
T
C 1 2
a
m
p
a
k
H
i 1 2 3 4
b
M
M
R
| 1 2
M
M
R
T
i
f
Ulangan, tiap 3 tahun
o
i
d
H
e
p
a
t
diberikan 2x, interval 6-12
i
bulan
t
i
s
A
V
a
r
i
s
e
l
a
0-2 BCG • BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan
bulan diberikan pada umur > 3 bulan sebaiknya dilakukan
uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan
apabila uji tuberkulin negatif.
2 DTP-1 • DTP-1 diberikan pada umur lebih dari 6 minggu,
bulan dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1
diberikan secara kombinasi dengan Hib-1 (PRP-T)
Informasi selengkapnya...
Imunisasi merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu pada diri seseorang
dengan pemberian vaksin. Vaksin adalah antigen yang dapat bersifat aktif maupun inaktif
yang berasal dari mikroorganisme ataupun racun yang dilemahkan. Pemberian vaksin
bisa melalui injeksi ,misalnya vaksin BCG, DPT, DT, TT, Campak, dan Hepatitis B.
Sedangkan yang diberikan secara oral yaitu vaksin polio. Pemberian vaksin secara dini
dan rutin pada bayi dan balita diketahui mampu memunculkan kekebalan tubuh secara
alamiah. Cara itu sangat efektif, mudah, dan murah untuk menangkal berbagai penyakit
menular.
DIFTERI
Pertusis disebabkan oleh bakteri bordetella pertusis yang bersarang di saluran pernafasan.
Penyakit yang mudah menular tersebut digolongkan sebagai penyakit berat pada bayi.
Pada balita, jarang menyebabkan kematian. Namun adanya batuk yang disertai nafas
yang tersengal serta muntah-muntah dapat menimbulkan gangguan gizi pada anak,
akibatnya pertumbuhannya akan terganggu. Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi
DPT.
TETANUS
Penyakit tetanus disebabkan oleh bakteri clostridium tetani yang terdapat dimana-mana,
misalnya di tanah, kotoran hewan, debu dan lain sebagainya. Bakteri tersebut bisa masuk
ke dalam tubuh manusia melalui luka yang tercemar oleh kotoran. Di dalam luka itu,
bakteri akan berkembang biak dan membentuk toksin yang menyerang saraf. Gejala awal
berupa ketegangan pada otot rahang dan leher yang dalam beberapa hari dapat berubah
menjadi kejang otot disertai kesulitan menelan, gelisah dan mudah terangsang oleh suara,
sentuhan, sinar dan sebagainya. Penyakit tetanus dapat dicegah dengan imunisasi
DPT/DT pada usia bayi. Selain itu, wanita yang tengah hamil juga perlu diberikan
imunisasi dengan vaksin TT (Tetanus Toksoid) untuk melindungi bayinya dari tetanus
ketika lahir.
Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang
terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan
kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan
memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada
seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang
sama.
Anak-anak kecil adalah korban yang lemah terhadap berbagai serangan penyakit yang
berbahaya karena tubuh anak masih belum sempurna sistem kekebalan tubuhnya di mana
belu banyak terdapat antibodi di dalam tubuhnya. Untuk itulah diperlukan imunisasi
lengkap wajib yang teratur pada anak agar terhindar dari berbagai macam gangguan
penyakit berbahaya dan fatal.
Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh
sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat
berguna. Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam
imunisasi bagi anak :
1. BCG
2. DPT/DT
3. Polio
- Perlindungan Penyakit : Poliomielitis / Polio (lumpuh layuh) yang menyababkan nyeri
otot, lumpuh dan kematian.
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 3 bulan
II. Umur / usia 4 bulan
III. Umur / usia 5 bulan
IV. Umur / usia 1 tahun 6 bulan
V. Umur / usia 5 tahun
4. Campak / Measles
5. Hepatitis B
1. MMR
- Perlindungan Penyakit : Campak, gondongan dan campak Jerman
- Waktu Pemberian :
I. Umur / usia 1 tahun 3 bulan
II. Umur / usia 4-6 tahun
2. Hepatitis A
Jenis dan Macam-Macam Imunisasi Kekebalan Tubuh / Anti Bodi - Ilmu Sains Biologi
Tue, 30/05/2006 - 9:00pm — godam64
A. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara
aktif membentuk zat anti bodi.
1. Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu
penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit
B. Imunisasi Pasif
Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapatkan dari luar.
1. Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan
orang tua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah penyakit
tertentu.
B ila ingin si kecil sehat, lakukan imunisasi secara teratur. Tak perlu khawatir
imunisasinya akan kelebihan. Justru semakin banyak, si kecil akan semakin aman.
Hampir sebulan sekali bayi pasti dibawa ke dokter untuk imunisasi. Merunut peraturan
WHO yang ada di UCI (Universal Child Imunitation), imunisasi untuk bayi atau anak
usia 0-1 tahun terdiri dari BCG, DPT, Polio, Campak, Hepatitis B dan MMR. "Khusus
MMR, pemerintah kita belum mewajibkannya. Pertimbangannya, vaksin ini masih
diimpor sehingga harganya relatif mahal, yaitu sekitar Rp. 120 ribu," tutur dr. H. Adi
Tagor, Sp.A, DPH dari RS. Pondok Indah, Jakarta.
Misalnya, imunisasi DPT ke-1 yang dijadwalkan pada usia 2 bulan, DPT ke-2 di usia 3
bulan dan DPT ke-3 di usia 4 bulan. Bukan berarti setiap bayi harus diimunisasi DPT
pada usia-usia tersebut. Yang penting, sebelum usia setahun si bayi harus sudah
diimunisasi DPT lengkap. Memang, aku Adi, ada beberapa imunisasi yang sebaiknya
dilakukan tepat berdasarkan umur. Misalnya, BCG, sebaiknya dilaksanakan setelah bayi
berusia 1 bulan atau 1 bulan lebih 1 minggu. "Sebenarnya BCG bisa dilaksanakan
sewaktu bayi berumur sehari.
Namun menurut penelitian, imunisasi BCG akan efektif bila bayi sudah berumur sebulan
atau sebulan lebih seminggu. Alasannya, karena imunologi terhadap BCG belum bisa
bangkit dengan baik pada bayi yang baru lahir," terangnya. Imunisasi lain yang sebaiknya
dilaksanakan tepat umur ialah Campak, yaitu di usia 9 bulan. Mengapa? Karena pada
umumnya, hampir semua ibu sudah pernah kena campak. "Nah, sewaktu hamil, dia
mewariskan kekebalannya pada janin yang dikandungnya melalui plasenta. Kekebalan ini
bertahan hingga bayi berusia 8 bulan. Itulah mengapa vaksinasi Campak harus dilakukan
di usia 9 bulan. Jadi, sebelumnya bayi masih ada kekebalan campak dari ibunya," terang
Adi.
PENTINGNYA HiB
Selain soal jadwal imunisasi, yang kerap membingungkan para ibu ialah imunisasi HiB
(Hemophilus Influenzae type B) . Pasalnya, tak setiap dokter menganjurkan imunisasi ini.
"Beberapa dokter memang memandang imunisasi ini tak perlu," aku Adi. Sebab,
terangnya, imunisasi yang dimaksudkan untuk menghindari radang selaput otak ini,
selain harganya mahal, juga penyakit tersebut memang di Indonesia sangat jarang terjadi.
"Umumnya penyakit radang selaput otak banyak dijumpai di negeri dingin, seperti
Australia, Amerika, atau negara-negara di Eropa."
Namun, bukankah pasien berhak diberi tahu atau istilah kedokterannya, inform concent?
Setuju atau tak setuju dilakukan, dikembalikan pada diri orang tua si pasien. Iya, kan!
Terlebih lagi, kata Adi, komunikasi di negeri kita sudah mengglobalisasi, terutama untuk
Jakarta dan Bali. "Coba saja, bila kita berjalan-jalan di mal atau berenang, pasti, kan, kita
bertemu anak bule. Nah, kalau enggak disuntik HiB, bayi pun bisa terkena. Akibatnya
sangat fatal, lo, karena langsung ke selaput otak dan dapat menimbulkan kematian
dengan cepat. Kalaupun sembuh, si anak bisa cacat seperti orang terkena stroke."
Jadi, sarannya, bila memang orang tua cukup mampu, apa salahnya si bayi diberi
imunisasi HiB. Toh, tak ada ruginya. Imunisasi HiB, terang Adi, dilaksanakan 3 kali. Dua
kali dilakukan pada saat bayi berusia di bawah setahun dan sekali dilakukan di atas usia
setahun. Jarak waktu imunisasi HiB yang pertama dan kedua adalah sebulan, sedangkan
HiB ketiga dilakukan setelah setahun. Oleh karena itu, saran Adi, bila orang tua ingin
mengajak bayinya pergi ke negeri dingin, sebaiknya si bayi sudah disuntik "tiga-satu".
Artinya, 3 kali di bawah usia setahun dan satu kali di atas usia setahun. Jadi, 4 kali
suntikan. "Kalau mau aman, sebelum berangkat disuntik sekali lagi."
Lo, apa nanti enggak kelebihan? Ternyata tidak. Menurut Adi, kelebihan pun enggak apa-
apa. Bahkan, mau dilakukan sampai 10 kali juga enggak apa-apa. Tapi kalau sampai 3
kali dinilai sudah cukup, ya, tak perlu lebih. Bukankah harganya mahal? Hal ini juga
berlaku untuk semua jenis imunisasi. Sebab, terangnya, "imunisasi bukan obat. Kalau
obat, bisa overdosis. Namun imunisasi, tidak." Jadi, Bu, kalau memang lupa apakah si
bayi sudah diimunisasi atau belum, tak ada salahnya Ibu lakukan lagi imunisasi.
"Daripada bingung-bingung, suntik saja sekali lagi. Enggak akan bahaya, kok, malah biar
safe ," kata Adi.
EFEKTIVITAS IMUNISASI
Soal tempat dilaksanakannya imunisasi, menurut Adi, bisa di mana saja. Entah di rumah
sakit, di poli anak, maupun di puskesmas. Asal jangan di rumah; tapi para dokter
biasanya juga enggak berani, kok, melaksanakan imunisasi di rumah. Pasalnya, vaksin
untuk imunisasi harus disimpan di lemari pendingin.
Jadi, kalau lampu mati sehingga lemari pendingin tak bekerja, maka vaksin-vaksin
tersebut sudah tak efektif lagi. "Di rumah sakit besar biasanya memiliki special storage
atau tempat penyimpanan khusus. Juga kalau lampu mati, generator langsung hidup,"
tutur Adi. Tapi, toh, kita tak perlu khawatir terhadap rumah sakit kecil ataupun
puskesmas yang tak memiliki tempat penyimpanan khusus maupun generator.
Karena kalau sampai terjadi listrik padam, maka pihak rumah sakit/puskesmas tersebut
akan segera meletakkan vaksin-vaksin imunisasi di antara es batu agar tetap bisa efektif
pada saat digunakan. Lantas, bagaimana mengukur efektivitas dari vaksin-vaksin
tersebut? Menurut Adi, caranya dengan mengambil darah. "Tapi hal ini jarang dilakukan
karena biayanya yang terlalu mahal." Namun ada beberapa imunisasi yang jelas-jelas bisa
diukur; antara lain imunisasi BCG. "Suntikan ini akan membuat suatu tanda seperti 'bisul'
kecil di tempat yang disuntik, entah itu di lengan kanan atau pantat sebelah kiri."
Nah, bila "bisul" tersebut tak muncul, berarti imunisasinya gagal dan harus diulang.
Pengulangan bisa dilakukan kapan saja. "Tapi sebaiknya sebelum usia setahun. Karena
setelah usia setahun, biasanya anak sudah banyak dibawa ke mana-mana sehingga bisa
tertular TBC. Bukankah data TBC di Indonesia masih yang tertinggi di dunia, seperti
juga di India dan Bangladesh? Nah, bila anak tak diproteksi, maka ia akan gampang
terkena TBC," jelas Adi. Selain BCG, imunisasi Hepatitis B juga bisa diukur dengan cara
yang tak terlalu mahal, "yaitu dengan cara mengecek kadar Hepatitis B-nya setelah anak
berusia setahun."
Dari hasil tes dokter akan mendapat angka. Di atas 1000, berarti daya tahannya 8 tahun;
di atas 500, tahan 5 tahun; di atas 200, tahan 3 tahun. Tapi kalau angkanya cuma 100,
maka dalam setahun akan hilang. Sementara bila angkanya nol berarti si bayi harus
disuntik ulang 3 kali lagi. Yang patut disadari orang tua, lanjut Adi, imunisasi tak bisa
memproteksi bayi hingga 100 persen.
"Bila bayi bisa terproteksi sampai 80 persen saja, itu sudah bagus; karena banyak hal
yang memperngaruhi imunisasi, salah satunya adalah gizi dan kesehatan bayi." Selain itu,
efektivitas imunisasi hanya bertahan sekitar 5-10 tahun. Jadi di antara usia tersebut, anak
perlu diimunisasi lagi atau istilahnya booster (penguat). Nah, Bu-Pak, sudah paham, kan!
Jadi, jangan malas mengimunisasi si kecil, ya.
DPT bisa digabungkan dengan Polio, sehingga imunisasi menjadi DPT Polio.
Imunisasinya dilaksanakan sebanyak 4 kali; 3 kali di bawah usia setahun dan 1 kali di
atas usia setahun.
* Hepatitis B.
* Campak.
Agar bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit campak; harus dilakukan di usia 9
bulan. Biasanya setelah seminggu bisa timbul sedikit demam pada bayi, namun ini hanya
efek sementara.
Tujuannya agar bayi memiliki kekebalan terhadap penyakit radang selaput otak.
Imunisasi dilaksanakan 3 kali; 2 kali di bawah usia setahun dan 1 kali di atas usia
setahun.
Penting diperhatikan, bayi yang hendak diimunisasi haruslah dalam kondisi benar-benar
fit. Sebab, imunisasi yang dilaksanakan pada bayi tak sehat akan menjadi tak efektif atau
malah berubah jadi penyakit. Jadi, Bu, bila si kecil tengah pilek, misalnya, tundalah
jadwal imunisasinya sampai ia sembuh dulu dari sakitnya.
Biasanya dokter akan memberi tahu kapan bayi Ibu harus diimunisasi. Namun demikian,
tak ada salahnya bila Ibu dan Bapak aktif bertanya, kapan dan imunisasi apa yang harus
dilaksanakan bayi selanjutnya. Tanyakan pula apa efeknya setelah bayi menerima
imunisasi tersebut dan apa yang harus Bapak-Ibu lakukan.
BILA KEJANG DEMAM
Biasanya bayi akan mengalami panas setelah menerima imunisasi DPT dan MMR. Bila
panasnya tak terlalu tinggi atau hanya sekadar sumeng, tak usah khawatir. Cukup diberi
obat penurun panas khusus untuk bayi yang dapat dibeli bebas di apotik.
Obat penurun panas juga dapat diberikan sebelum bayi menerima imunisasi. "Obat ini tak
berbahaya dan tak akan menimbulkan efek apa-apa, karena jangka waktu bekerjanya
hanya 6 jam," terang Adi Tagor . Jadi, kalau sudah lewat waktunya dan si bayi masih
panas, maka boleh diberikan lagi. Normalnya 3 kali sehari. Namun bila panasnya tinggi
(38 derajat atau lebih) atau panasnya berlangsung lebih dari 2 hari, sebaiknya Bapak dan
Ibu segera menghubungi dokter yang bersangkutan.
Yang penting diperhatikan, bila keluarga Anda memiliki keturunan stuip atau kejang
demam; sebaiknya, sebelum bayi diimunisasi, beri tahu dokter tentang hal itu. Sebab,
terang Adi, walaupun stuip bukan penyakit berbahaya, namun bila berbaur dengan
imunisasi, terutama DPT, maka keadaannya akan tragis.
Selain itu, dengan Anda memberi tahu dokter, maka dokter tak akan menggunakan DPT
tapi hanya DT. Jadi, tak termasuk Pertusis atau batuk rejan alias batuk 100 hari.
Pertimbangannya, batuk rejan sudah jarang sekali terjadi sehingga lebih baik dilewatkan
saja daripada si bayi nanti panas dan kejang.
Kadang dokter juga menggunakan DPT aceluler yang tak ada efek panasnya. Atau, tutur
Adi, "sebelum suntikan DPT yang pertama, dubur bayi akan dimasukan dengan obat anti
kejang. Dengan begitu, bayi akan aman sampai 6 jam. Disamping, bayi juga diberi obat
penurun panas sebelum disuntik dan diulangi setiap 6 jam sekali."