Professional Documents
Culture Documents
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis
2010
3
Pendahuluan
Industri modern memberikan kemakmuran material yang tak tertandingi,
tapi juga menciptakan ancaman lingkungan yang menakutkan bagi kita dan
generasi selanjutnya. Teknologi yang memungkinkan kita memanipulasi dan
mengendalikan alam, ternyata juga mencemari lingkungan dan dengan cepat
menghabiskan persediaan sumber daya.
Semenjak abad ke-21, ada beberapa kecenderungan yang menentukan nasib
peradaban manusia. Di antaranya adalah: meningkatnya populasi, kenaikan suhu,
penurunan label air, berkurangnya lahan pertanian dan wilayah perikanan,
penyusutan hutan, dan punahnya sejumlah spesies hewan dan tanaman. Jumlah
manusia terus bertambah sementara system alam tetap sama. Tren kedua yang
mempengaruhi seluruh dunia adalah kenaikan suhu yang disebabkan oleh
bertambahnya konsentrasi karbondioksida (CO2). Hal ini akan mengubah semua
ekosistem yang ada di muka bumi.
Hal lain yang semakin mempersulit penyediaan pangan bagi populasi dunia
yang diperkirakan terus bertambah dalam beberapa decade mendatang adalah
penyusutan jumlah lahan pertanian per individu. Ketiga kecenderungan tersebut,
yaitu penurunan tabel air, penyusutan lahan pertanian, dan hasil laut yang tidak
bertambah mengarah pada kesimpulan bahwa akan jauh lebih sulit bagi manusia
untuk memenuhi kebutuhan pangan setengah abad ke depan. Dalam artian
tertentu, kecenderungan yang paling berpengaruh pada manusia adalah semakin
cepatnya tingkat kepunahan spesie hewan dan tanaman. Jadi bila ekosistem local
mulai hancur dan begitu pula dengan ekosistem dunia. Masalah-masalah
lingkungan memunculkan berbagai persoalan etika dan teknologi yang rumit bagi
masyarakat bisnis kita.
1
4
juga masuk ke dalam tanah dan jatuh ke pohon rerumputan dan tanaman
lainnya. Beberapa akibat hujan asam ini antara lain:
1. Sebagian ikan dan populasi air lainnya tidak mampu bertahan hidup.
2. Hujan asam secara tidak langsung akan meruak dan menghancurkan
pohon, tanaman, tumbuhan laut, dan lumut serta menghancukan
spesies yang menggantungkan diri pada hutan.
3. Dapat melelehkan logam-logam beracun seperti: mercuri, timan, nikel,
cadmium dari tanah dan membawanya ke perairan dan selanjutnya
mengontaminasi sumber iar berih dan ikan.
4. Dapat merusak dan menghancurkan bangunan, patung dan benda-
benda lain khususnya yang dari besi, kapur, dan marmer.
Racun Udara
Racun udara merupakan ancaman lain tapi kurang begitu berbahaya tapi
sangat mengkhawatirkan karena 2,4 milliar pon zat racun udara masuk ke
atmosfer setiap tahunnya. Racun udara tersebut meliputi: carcinogen (benzene,
formaldehyde) dan neurotoksin (toluene dan trichloroethylene) yang
menyebabkan beribu-ribu penyakit kanker.
Kualitas Udara
Bentuk polusi udara yang paling umum adalah gas dan partikel yang
keluar dari mobil dan proses industry, yang berpengaruh terhadap kualitas
udara. Gas-gas tersebut antara lain:
1. Karbon monoksida, yang dapat mengakibatkan sakit kepala,
penglihatan kabur, dan penurunan koordinasi otot.
2. Sulfuroksida, yang dihasilkan dari pembakaran minyak dan batu
bara merusak logam dan batu, merusak tanaman, menyebabkan
penyakit pernafasan dan premature.
3. Nitrogenoksida, mengakibatkan kabut fotokimia, warna kabur
kecoklatan yang akan membahayakan pendaratan pesawat, dan
mengganggu system pernafasan.
4. Hidrokarbon, merupakan kelompok bahan kimia dengan jenis
yang sangat banyak yang dapat menghasilkan kanker
7
Persediaan air bawah tanah juga semakin tercemar. Menurut salah satu
laporan pemerintah insiden kontaminasi air tanah oleh bahan kimia organic,
bahan kimia inorganik, radionuklida (limbah radioaktif) atau mikroorganisme
dilaporkan sering terjadi. Lebih dari 50% populasi Amerika bergantung pada
sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan air minum. Bahan pencemar air
tanah diketahui berkaitan dengan penyakit kanker, liver, ginjal, serta kerusakan
sistem saraf pusat. Ironisnya tanpa kita sadari selama bertahun-tahun air yang kita
gunakan dan kita konsumsi telah tercemar karena air telah terkontaminasi, tidak
berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa. Saat ini lebih dari satu juta orang tidak
rneiniliki akses air sehat, sebagian besar di negara-negara miskin. Sekarang
ini persediaan air per kapita semakin berkurang dan sekarang jumlah
persediaan 30 persen lebih keci dibandingkan 25 tahun lalu. Ada beberapa
faktor yang berkaitan dengan menurunnya persediaan air. Kenaikan populasi dan
aktivitas ekononi menambah permintaan terhadap sumber air dan pemakaian
air yang seharusnya dipakai untuk pertanian dialihfungsikan untuk menyediakan
air ke wilayah perkotaan.
Polusi Tanah
Zat beracun atau berbahaya adalah bahan-bahan yang menyebabkan
kenaikan tingkat kematian atau tidak bisa diubah atau menyebabkan sakit
atau yang memberikan pengaruh-pengaruh buruk bagi kesehatan dan
lingkungan. Pada akhir tahun 1970-an, bahan-bahan kimia yang dikubur dalam
tanah oleh Hooker Chemical Company di dekat air terjun Niagara, New York
diketahui bocor dan mencemari wilayah-wilayah pemukiman penduduk. Bahan-
bahan kimia ini termasuk dioksin, pestisida, karbon tetraklorida , dan sejumlah
bahan kimia karsinogen atau beracun yang dicurigai menyebabkan aborsi
spontan, kerusakan saraf dan cacat bawaan pada sejumlah keluarga yang tinggal
didekat tempat tersebut.
Benzena adalah bahan kimia beracun yang dipakai dalam plastik, bahan
celup, nylon, zat tambahan pada makanan, deterjen, obat-obatan, fungisida dan
bensin. Benzena menyebabkan anemia, kerusakan sungsum dan leukemia. Begitu
juga dengan vinly klorida yang dipakai dalam produksi plastik.
9
Sampai tahun 1980an bahan bakar fosil terus mengalami penyusutan secara
eksponensial. Jika terus dibiarkan penyusutan eksponensial akan berakhir dengan
punahnya semua sumber daya dalam waktu yang relatife singkat. Diperkirakan
bahwa cadangan batu bara dunia akan habis dalam waktu 100 tahun, minyak akan
habis dalam waktu 40 tahun, dan gas alam akan habis dalam waktu 25 tahun.
Namun demikian, menurut penelitian konsumsi manusia akan bahan bakar fosil
tidak bisa terus naik secara eksponensial. Saat semua cadangan sumber daya akan
mulai menipis secara otomatis proses produksinya juga akan semakin sulit dan
biayanya juga semakin mahal. Jadi meskipun tingkat penyusutan naik dalam
periode tertentu namun kenaikan biaya produksi pada akhirnya akan mendorong
kenaikan tersebut sampai puncaknya dan mulai turun sebelum seluruh cadangan
sumber daya tersebut habis sama sekali.
Penyusutan Mineral
Jika tingkat penyusutan eksponensial berlanjut, alumunium diperkirakan
akan habis menjelang tahun 2003, besi tahun 2025, mangga tahun 2018,
molybdenum tahun 1993. Seperti halnya bahan bakar fosil, tingkat penyusutan
mineral tidak naik secara eksponensial, namun memuncak lalu turun saat logam
semakin langka, semakin sulit, dan semakin mahal penggolahannya.
Cadangan sumber daya dunia juga terbatas dan tingkat penyusutan sebagian
besar persediaan mineral dunia kemungkinan juga akan mencapai puncak dan
selanjutnya turun secara bertahap saat semakin sulit diperoleh dan biaya
pemrosesan semakin tinggi. Bahan pengganti kemungkinan ditemukan untuk
sebagian mineral yang persediaannya terbatas dan perkembangan teknologi
kemungkinan juga akan menghapus penggunaan mineral-mineral tersebut.
Namun dari hasil penelitian terhadap jenis mineral yang sampai saat ini
masih ditambang secara besar-besaran menunjukkan bahwa dimasa mendatang
tembaga dan jenis-jenis mineral lainnya akan semakin langka dan mahal dan
kelangkaan ini akan memberikan pengaruh ekonomi yang cukup besar pada
masyarakat Indonesia. Jadi ada batas-batas fisik dari sumber daya alam kita
meskipun berlimpah, namun semuanya tidak bisa digali secara terus menerus dan
pada akhirnyapun semuanya akan habis. Bahan-bahan pengganti yang lebih
11
berlimpah bisa ditemukan untuk sebagian besar dari sumber daya alam tersebut,
namun mungkin bahan-bahan pengganti ini tidak bisa menggantikan semua.
5.2 Etika Pengendalian Polusi
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan para pelaku bisnis mengabaikan
dampak negatif kegiatannya terhadap lingkungan (polusi) yaitu :
1. Adanya anggapan udara dan air adalah barang gratis
Udara dan air dianggap tidak ada yang memiliki, sehingga para pelaku bisnis
tidak perlu mengeluarkan biaya atas kerusakan/kerugian yang ditimbulkannya.
2. Lingkungan sebagai barang tak terbatas
Para pelaku bisnis menganggap sumbangan polusi air dan udara dari masing-
masing perusahaan relatif kecil dan tidak signifikan dari keseluruhan daya
tampung alam.
Sebenarnya sumber polusi sangat beragam dan dari berbagai sumber, tidak
hanya disebabkan oleh adanya limbah perusahaan/ pabrik-pabrik, tetapi juga
disebabkan oleh penduduk secara umum. Hal ini terjadi terutama pada kota-kota
besar yang sangat erat kaitannya dengan polusi air dan udara. Beberapa
penyebabnya diantaranya limbah konsumsi, limbah aktivitas sehari-hari,
penggunaan kendaraan bermotor, dan masih banyak yang lainnya. Masalah polusi
ini memerlukan penanganan yang serius dari berbagai pihak dalam berbagai sisi
kehidupan.
Etika Ekologi
Sebuah sistem ekologi adalah rangkaian organisme dan lingkungan yang
saling terkait dan bergantung satu sama lain. Usaha bisnis merupakan bagian
sistem ekologi yang lebih besar yaitu alam semesta. Usaha bisnis bergantung pada
alam kaitannya dalam penggunaan sumberdaya alam, energi, dan pembuangan
limbah. Begitu pula sebaliknya, kondisi alam bergantung pada bagaimana
aktivitas-aktivitas pelaku bisnis tehadap alam. Adanya keterkaitan antara usaha
bisnis dan lingkungan menyebabkan perlu adanya kesadaran untuk menjaga
keutuhan sistem tersebut, baik untuk manusianya sendiri dan juga untuk
kelestarian alam. Sehingga munculnya istilah etika ekologi yang didasarkan pada
12
gagasan bahwa bagian-bagian lingkungan yang bukan manusia perlu dijaga demi
bagian-bagian itu sendiri.
Terdapat beberapa macam etika ekologi yang digunakan, yaitu :
1. Binatang memiliki nilai intrinsik yang layak kita hargai dan lindungi
2. Tumbuhan memiliki kepentingan untuk tetap hidup dan memiliki hak moral
3. Spesies alam, sperti danau, sungai, gunung dan komunitas biotik mempunyai
hak agar integritas, stabilitas, dan keindahannya tetap terjaga.
Namun demikian, usaha untuk memperluas hak moral, sikap menghormati
dan menghargai alam sebagai kewajiban terhadap makhluk non-manusia masih
mendatangkan banyak kontroversi. Sehingga perlu adanya pendekatan-
pendekatan untuk menghadapi masalah-masalah lingkungan yang didasarkan pada
hak asasi manusia dan pertimbangan utilitarian.
Hak Lingkungan dan Pembatasan Mutlak
Blackstone berpendapat bahwa manusia memiliki hak untuk hidup pada
lingkungan yang nyaman dan manusia memiliki hak moral atas suatu objek yang
mendukung kehidupan manusia secara layak. Blackstone juga mengungkapkan
bahwa hak moral dan hukum lebih diutamakan daripada hak kepemilikan secara
hukum.
Undang-undang federal menetapkan batasan atas hak properti para pemilik
perusahaan dengan cara yang mutlak demi penegakan hak manusia atas
lingkungan yang bersih. Hal ini didasarkan pada argumen Blackstone yang
diambil dari teori Kant tentang hak yaitu manusia mempunyai kewajiban moral
untuk melakukan orang lain sebagai tujuan dan bukan sebagai cara, maka mereka
memiliki kewajiban korelatif untuk menghargai dan menegakkan pengembangan
kemampuan orang lain untuk secara bebas dan rasional memilih bagi dirinya
sendiri.
Namun demikian, masalah utama pandangan Backstone adalah pandangan
ini gagal memberikan petunjuk tentang sejumlah pilihan yang cukup berat
mengenai lingkungan yaitu seberapa besar penangan polusi, adanya larangan
mutlak terhadap polusi, batasan-batasan pemilikan property, dan tanggungan
biaya kerusakan lingkungan.
13
tidak bisa dihindari dalam perspektif tersebut. Jadi, kerusakan lingkungan yang
terjadi secara luas tidak bisa dihentikan sampai masyarakat kita menjadi tidak
terlalu hierarkis, tidak terlalu mendominasi, dan tidak terlalu menindas.
Masyarakat yang ideal adalah masyarakat yang menjauhkan diri dari semua
dominasi dan di mana semua kekuasaan terdesentralisasi. Pertanian dan teknologi
dibatasi hanya pada sistem-sistem yang dapat dipertahankan dan di mana manusia
bisa hidup sejalan dengan alam.
Sejumlah pemikir feminis menyatakan bahwa bentuk hierarki yang paling
berkaitan dengan kerusakan lingkungan adalah dominasi pria atas perempuan.
Ekofeminisme digambarkan sebagai “posisi di mana terdapat beberapa hubungan
penting yang historis, eksperensial, simbolis, dan teoritis antara dominasi atas
kaum perempuan dan dominasi atas alam, sebuah pemahaman yang sangat
penting baikbagi etika feminism ataupun etika lingkungan.” Kaum ekofeminis
menyatakan bahwa akar dari krisis ekologi yang terjadi ada pada pola dominasi
atas alam yang berkaitan erat dengan praktek-praktek social dan lembaga-lembaga
di mana perempuan memiliki posisi lebih rendah dibanding kaum pria. Satu pola
berpikir dasar logika dominasi membentuk dualisme (maskulin-feminin, nalar-
emosi, artifak-alami, pikiran-tubuh, objektif-subjektif) yang dipakai untuk
membedakankan karakteristik pria dan perempuan. Karena adanya perbedaan
peran dalam kemampuan bereproduksi, mengasuh anak , dan seksualitas, kaum
perempuan dilihat lebih emosional, lebih dekat pada alam dan tubuh, dan lebih
subjektif dan pasif, sementara pria maskulin, lebih rasional, lebih dekat pada
artifak dan kehidupan pikiran, dan lebih objektif dan aktif. Karakteristik-
karakteristik maskulin selanjutnya dilihat lebih unggul dan lebih berharga
dibandingkan feminine (nalar, objektifitas, dan pikiran lebih baik dibandingkan
emosi, subjektifitas, dan perasaan-perasaan tubuh), dalam hal ini diambil sebagai
pembenaran atas subordinasi kaum perempuan oleh pria.
Sejumlah pakar ekologi sosial seperti Bookchin menyatakan bahwa
manusia harus melihat diri mereka sendiri sebagai pengurus alam, bukan
penguasa yang mendominasi alam. Sebagian kaum ekofeminis menyatakan bahwa
perempuan perlu berusaha memperjuangkan budaya androgen, yang
18
bisa menjalin hubungan yang harus dijaga dan dihormati. Alam tidak boleh dilihat
sebagai objek yang harus didominasi, dikendalikan, dan dimanipulasi.
rata, dan jatah untuk kita paling banyak hanya beberapa liter. Selanjutnya kita
akan berada dalam posisi yang tidak masuk akal karena harus mengakhiri
peradaban manusia agar masing-masing individu di masa mendatang
memperoleh jatah minyak merata.
3. Kita bisa mengatakan bahwa seseorang memiliki hak tertentu hanya jika kita
tahu bahwa dia memiliki kepentingan tertentu yang dilindungi oleh hak
tersebut.
Tujuan dari hak lagi pula adalah untuk melindungi kepentingan yang punya
hak, namun kita sama sekali tidak tahu apa kepentingan yang akan dimilki oleh
generasi mendatang. Manusia masa depan mungkin diciptakan melalui
rekayasa genetika di mana keinginan, kesenangan, dan kebutuhan mereka
sangat berbeda dari kita. Ilmu pengetahuan mungkin muncul dengan teknologi-
teknologi untuk menciptakan produk dari bahan baku yang melimpah saat ini,
misalnya mineral dalam laut, fusi nuklir, atau yang lainnya. Atau mungkin
generasi masa depan mampu mengembangkan bahan-bahan pengganti yang
murah dan melimpah untuk sumber daya langka yang kita perlukan saat ini.
Jika argumen-argumen itu benar, dalam arti kita tidak tahu pasti apakah
generasi masa depan benar-benar akan ada atau bagaimana penampilan
mereka, maka berarti mereka tidak punya hak. Namun demikian, ini tidak
berarti kita tidak punya kewajiban sama sekali terhadap generasi masa depan
karena kewajiban kita bisa jadi didasarkan pada alasan-alasan lain.
Keadilan bagi Generasi Mendatang
John Rawls menyatakan bahwa meskipun tidak adil bila memberikan beban
yang berat bagi generasi sekarang demi generasi mendatang, namun juga tidak
adil bila generasi sekarang tidak meninggalkan apa-apa sama sekali bagi generasi
mendatang. Untuk menentukan cara yang adil untuk mendistribusikan sumber
daya antar generasi, menurutnya masing-masing anggota generasi selayaknya
menempatkan diri dalam posisi awal, dan tanpa mengetahui dari generasi mana
mereka berasal.
Secara umum, Rawls menyatakan bahwa metode ini memastikan apa yang
diberikan oleh generasi sebelumnya pada generasi selanjtnya, akan mengarahkan
21
pada kesimpulan bahwa apa yang diisyaratkan oleh keadilan pada kita hanyalah
kepastian bahwa generasi selanjutnya tidak menerima yang lebih buruk dari yang
kita terima dari generasi sebelumnya. Masing-masing generasi tidak hanya wajib
melestarikan hasil-hasil budaya dan peradaban, serta mempertahankan institusi-
institusi yang telah terbentuk, namun juga menyisihkan akumulasi modal dalam
jumlah yang memadai (bukan hanya modal yang berbentuk pabrik, mesin, dan
sebagainya, tapi juga pengetahuan dan budaya, serta teknik dan keahlian, yang
mendukung terlaksananya institusi-institusi yang adil dan memberikan nilai yang
tepat pada kebebasan).
Kewajiban untuk memberikan perhatian yang berasal dari etika member
perhatian juga menyarankan kebijakan-kebijakan konservasi serupa dengan yang
diusulkan dalam pandangan Rawls tentang keadilan. Kesimpulan Rawls juga
didukung oleh sejumlah penalaran utilitarian. Robin Attfield, seorang utilitarian,
misalnya, menyatakan bahwa utilitarianisme mendukung apa yang disebutnya
prinsip Locke bahwa “masing-masing individu wajib memberikan warisan yang
cukup dan baik bagi yang lain. Interpretasi Attfield atas prinsip ini adalah masing-
masing generasi berkewajiban mewariskan suatu dunia yang kapasitas outputnya
tidak lebih kecil dibandingkan dari yang diterima dari generasi sebelumnya.
Attfield menyatakan bahwa mewariskan dunia dengan kapasitas output yang sama
tidak berarti mewariskan dunia dengan sumber daya alam yang sama. Sebaliknya,
mempertahankan kapasitas output bisa dicapai melalui konservasi, pengolahan
kembali, atau inovasi terknologi.
Pendukung utilitarianisme lainnya juga memberikan kesimpulan serupa
meskipun sedikitberbeda dengan berdasarkan prinsip-prinsip utilitarian lain.
Mereka menyatakan bahwa masing-masing generasi mempunyai tugas untuk
memaksimalkan keuntunganp-keuntungan masa depan dari tindakan mereka dan
meminimalkan kerugian masa depan. Namun, mereka juga menyatakan bahwa
konsekuensi masda depa perlu dipotong (diberi nilai yang lebih rendah) karena
adanya ketidakpastian dan jarak dengan masa depan.
Kebutuhan dan permintaan generasi masa depan, serta kemungkinan
terjadinya kelangkaan sumber daya yang terjadi jauh di masa depan, banyak
22
dipotong oleh pasar sehingga hamper tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap
harga. William Shepherd dan Clair Wilcox memberikan sebuah ringkasan alasan-
alasan yang direpresentasikan oleh pilihan dalam pasar dan gagalnya harga pasar
untuk memperhitungkan kelangkaan sumber daya di masa mendatang.
1. Akses beragam. Jika suatu sumber daya bias digunakan oleh beberapa pihak,
maka akses bersama ini akan mengarah kepada penyusutan sumber daya yang
cepat.
2. Preferensi waktu dan myopia. Perusahaan sering memiliki rentang waktu yang
singkat, di bawah tekanan kompetisi komersial. Hal ini bias jadi akan menekan
kepentingan-kepentingan dari generasi mendatang.
3. Perkiraan yang tidak memadai. Para pemakai saat ini secara umum gagal
memperkirakan perkembangan masa depan. Ini mungkin mencerminkan
kurangnya minat untuk melakukan penelitian dan kemampuan untuk
memahami perubahan-perubahan masa depan.
4. Pengeruh khusus. Pajak dan insentif khusus lainnya kemungkinan mendorong
penggunaan sumber daya yang terlampau cepat.
5. Pengaruh eksternal. Ada beberapa eksternalitas penting dalam penggunaan
berbegai sumber daya sehingga pemakai cenderung mengabaikan masalah
polusi dan biaya-biaya eksternal lain.
6. Distribusi. Terakhir keputusan pasar swasta didasarkan pola distribusi
kekayaan dan penghasilan yang sudah ada. Saat pemakai sumber daya memilih
dengan menggunakan uang mereka, permintaan pasar akan sangat
mencerminkan kepentingan dan preferensi kaum kaya.
Dalam istilah praktisnya, pandangan Rawls mengimplikasikan bahwa
meskipun kita tidak perlu mengorbankan kemajuan budaya yang telah kita
peroleh, namun kita perlu, secara sukarela atau melalui langkah-langkah hokum,
melakukan konservasi atas kekayaan sumber daya dan lingkungan yang kita
anggap diperlukan oleh generasi-generasi selanjutnya jika kita ingin agar mereka
memiliki pilihan-pilihan yang setidaknya sama dengan kita peroleh.
23
Pertumbuhan Ekonomi
Sejumlah penulis menyatakan bahwa jika kita ingin menghemat sumber
daya alam yang langka agar generasi mendatang bisa memperoleh kualitas
kehidupan yang memuaskan, maka kita perlu mengubah system perekonomian
secara substansial, khususnya dengan menekan usaha-usaha untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi. E.F.Schumacher misalnya, mengklaim bahwa negara-
negara industry harus beralih dari teknologi padat modal yang berorientasi pada
pertumbuhan menuju teknologi padat karya di mana manusia melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang sekarang dilakukan oleh mesin. Kesimpulan bahwa
pertumbuhan ekonomi harus ditinggalkan jika masyarakat ingin mampu
mengganti masalah penyusutan sumber daya telah banyak mendapat tantangan.
Jika perekonomian dunia terus didasarkan pada tujuan pertumbuhan
ekonomi, maka permintaan akan sumber daya yang tidak dapat diperbarui akan
terus meningkat. Karena sumber daya dunia terbatas, maka pada titik tertentu
persediaannya akan habis. Dan pada titik ini, jika negara-negara seluruh dunia
masih menekankan pada usaha pertumbuhan ekonomi, maka diperkirakan
institusi-institusi ekonomi besar akan hancur (misalnya perusahaan dan lembaga
keuangan, jaringan komunikasi, industry jasa), yang selanjutnya juga akan
menghancurkan institusi politik dan social (pemerintahan tersentralisasi, program-
program pendidikan dan budaya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
perawatan kesehatan). Standar kehidupan selanjutnya akan turun dengan tajam
disertai munculnya bencana kelaparan di seluruh dunia dan dislokasi politik,
berbagai scenario untuk peristiwa-peristiwa ini telah banyak ditulis, dan semuanya
kurang lebih bersifat spekulatif dan hanya didasarkan pada asumsi-asumsi yang
tidak pasti.
Yang paling terkenal dan paling tua adalah penelitian-penelitian dari Club
of Rome, yang selama dua decade memproyeksikan akibat-akibat yang
mengerikan dari pola-pola pertumbuhan ekonomi yang terus berlanjut dalam
kaintannya dengan semakin menipisnya cadangan sumber daya alam.
Asumsi yang digunakan sebagai dasar scenario “kiamat” dari Club of Rome
dan kelompok-kelompok banyak mendapat kritikan dan penolakan. Program-
24
program computer dan persamaan yang digunakan untuk membuat prediksi ini
membuat asumsi-asumsi yang sangat controversial dan tidak pasti tentang tingkat
pertumbuhan populasi masa depan, tidak ada kenaikan output per unit input di
masa depan, ketidakmampuan kita menemukan bahan pengganti dari sumber daya
yang sudah habis, dan teknologi daur ulang yang tidak efektif.
Masalah lain yang juga cukup merisaukan adalah persoalan-persoalan moral
yang muncul dan distribusi persediaan energy yang semakin kecil. Amerika
adalah negara terkaya di dunia sekaligus konsumen energy paling besar. Enam
persen penduduk dunia yang tinggal di Amerika mengonsumsi 35 persen
persediaan energy tahunan dunia, sementara 50 persen penduduk dunia yang
tinggal di negara-negara kurang berkembang hanya menerima 8 persen persediaan
energy dunia. Pada kenyataanya, tiap orang Amerika mengonsumsi 15 energi
lebih banyak dibandingkan penduduk asli Amerika Selatan, 24 kali lebih banyak
dibandingkan penduduk Asia, dan 31 kali lebih banyak dibandingkan penduduk
asli Afrika. Lebih jauh lagi orang-orang Amerika menggunakan sebagian besar
energy yang tersedia untuk hal-hal yang tidak penting (produk-produk yang tidak
perlu, perjalanan yang tidak perlu, kenyamanan rumah dan peralatan untuk
kesenangan), sementara negara-negara yang lebih hemat, menggunakan
persediaan energy untuk memenuhi kebutuhan pokok (makanan, pakaian, rumah).
Dalam kaitannya dengan semakin langkanya sumber daya energy,
perbandingan-perbandingan di atas mau tidak mau memunculkan pertanyaan
apakah negara dengan tingkat konsumsi energy yang tinggi secara moral
dibenarkan untuk menggunakannya terus menerus sesuai selera mereka atas
sumber daya energy yang tidak dapat diperbarui dari negara lain yang secara
ekonomi terlalu lemah untuk memanfaatkan sumber daya ini atau terlalu lemah
secara militer untuk melindunginya.