Professional Documents
Culture Documents
oleh Safriandi
Perlu untuk diketahui adalah seorang anak tidak dengan tiba-tiba memiliki tata
bahasa B1 dalam otaknya dan lengkap dengan semua kaidahnya. B1 diperolehnya
dalam beberapa tahap dan setiap tahap berikutnya lebih mendekati tata bahasa dari
bahasa orang dewasa. Menurut para ahli, tahap-tahap ini sedikit banyaknya ada
ciri kesemestaan dalam berbagai bahasa di dunia.
Pada umur sekitar 6 minggu, bayi mulai mengeluarkan bunyi-bunyi dalam bentuk
teriakan, rengekan, dekur. Bunyi yang dikeluarkan oleh bayi mirip dengan bunyi
konsonan atau vokal. Akan tetapi, bunyi-bunyi ini belum dapat dipastikan
bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Yang menjadi
pertanyaan adalah apakah bunyi-bunyi yang dihasilkan tadi merupakan bahasa?
Fromkin dan Rodman (1993:395) menyebutkan bahwa bunyi tersebut tidak dapat
dianggap sebagai bahasa. Sebagian ahli menyebutkan bahwa bunyi yang
dihasilkan oleh bayi ini adalah bunyi-bunyi prabahasa/dekur/vokalisasi
bahasa/tahap cooing.
Pada tahap celoteh ini, anak sudah menghasilkan vokal dan konsonan yang
berbeda seperti frikatif dan nasal. Mereka juga mulai mencampur konsonan
dengan vokal. Celotehan dimulai dengan konsonan dan diikuti dengan vokal.
Konsonan yang keluar pertama adalah konsonan bilabial hambat dan bilabial
nasal. Vokalnya adalah /a/. dengan demikian, strukturnya adalah K-V. Ciri lain
dari celotehan adalah pada usia sekitar 8 bulan, stuktur silabel K-V ini kemudian
diulang sehingga muncullah struktur seperti:
Orang tua mengaitkan kata papa dengan ayah dan mama dengan ibu
meskipun apa yang ada di benak tidaklah kita ketahui. Tidak mustahil celotehan
itu hanyalah sekedar artikulatori belaka (Djardjowidjojo, 2005:245).
blumen bu
boot bu
semut emut
pergi gigi
nakal kakal
Apakah tahap celoteh ini penting bagi si anak. Jawabannya tentu saja
penting. Tahap celoteh ini penting artinya karena anak mulai belajar
menggunakan bunyi-bunyi ujaran yang benar dan membuang bunyi ujaran yang
salah. Dalam tahap ini anak mulai menirukan pola-pola intonasi kalimat yang
diucapkan oleh orang dewasa.
Tahap ini berlangsung ketika anak berusia antara 12 dan 18 bulan. Ujaran-ujaran
yang mengandung kata-kata tunggal diucapkan anak untuk mengacu pada benda-
benda yang dijumpai sehari-hari. Pada tahap ini pula seorang anak mulai
menggunakan serangkaian bunyi berulang-ulang untuk makna yang sama. pada
usia ini pula, sang anak sudah mengerti bahwa bunyi ujar berkaitan dengan makna
dan mulai mengucapkan kata-kata yang pertama. Itulah sebabnya tahap ini disebut
tahap satu kata satu frase atau kalimat, yang berarti bahwa satu kata yang
diucapkan anak itu merupakan satu konsep yang lengkap, misalnya “mam” (Saya
minta makan); “pa” (Saya mau papa ada di sini), “Ma” (Saya mau mama ada di
sini).
Mula-mula, kata-kata itu diucapkan anak itu kalau rangsangan ada di situ, tetapi
sesudah lebih dari satu tahun, “pa” berarti juga “Di mana papa?” dan “Ma” dapat
juga berarti “Gambar seorang wanita di majalah itu adalah mama”.
Menurut pendapat beberapa peneliti bahasa anak, kata-kata dalam tahap ini
mempunyai tiga fungsi, yaitu kata-kata itu dihubungkan dengan perilaku anak itu
sendiri atau suatu keinginan untuk suatu perilaku, untuk mengungkapkan suatu
perasaan, untuk memberi nama kepada suatu benda. Dalam bentuknya, kata-kata
yang diucapkan itu terdiri dari konsonan-konsonan yang mudah dilafalkan seperti
m,p,s,k dan vokal-vokal seperti a,i,u,e.
Pada usia 2 dan 3 tahun, anak mulai menghasilkan ujaran kata-ganda (multiple-
word utterances) atau disebut juga ujaran telegrafis. Anak juga sudah mampu
membentuk kalimat dan mengurutkan bentuk-bentuk itu dengan benar. Kosakata
anak berkembang dengan pesat mencapai beratus-ratus kata dan cara pengucapan
kata-kata semakin mirip dengan bahasa orang dewasa. Contoh dalam tahap ini
diberikan oleh Fromkin dan Rodman.
Pada usia dini dan seterusnya, seorang anak belajar B1-nya secara bertahap
dengan caranya sendiri. Ada teori yang mengatakan bahwa seorang anak dari usia
dini belajar bahasa dengan cara menirukan. Namun, Fromkin dan Rodman
(1993:403) menyebutkan hasil peniruan yang dilakukan oleh si anak tidak akan
sama seperti yang diinginkan oleh orang dewasa. Jika orang dewasa meminta sang
anak untuk menyebutkan “He’s going out”, si anak akan melafalkan dengan “He
go out”. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa seorang anak belajar dengan cara
penguatan (reinforcement), artinya kalau seorang anak belajar ujaran-ujaran yang
benar, ia mendapat penguatan dalam bentuk pujian, misalnya bagus, pandai, dsb.
Akan tetapi, jika ujaran-ujarannya salah, ia mendapat “penguatan negatif”,
misalnya lagi, salah, tidak baik. Pandangan ini berasumsi bahwa anak itu harus
terus menerus diperbaiki bahasanya kalau salah dan dipuji jika ujarannya itu
benar.
Teori ini tampaknya belum dapat diterima seratus persen oleh para ahli psikologi
dan ahli psikolinguistik. Yang benar ialah seorang anak membentuk aturan-
aturan dan menyusun tata bahasa sendiri. Tidak semua anak menunjukkan
kemajuan-kemajuan yang sama meskipun semuanya menunjukkan kemajuan-
kemajuan yang reguler.
Selain tahap pemerolehan bahasa yang disebutkan di atas, ada juga para ahli
bahasa seperti Aitchison mengemukakan beberapa tahap pemerolehan bahasa
anak.
Tahap 1: Mendengkur
Tahap ini mulai berlangsung pada anak usia sekitar enam minggu. Bunyi yang
dihasilkan mirip dengan vokal tetapi tidak sama dengan bunyi vokal orang
dewasa.
Tahap 2: Meraban
Tahap ini berlangsung ketika usia anak mendekati enam bulan. Tahap meraban
merupakan pelatihan bagi alat-alat ucap. Vokal dan konsonan dihasilkan secara
serentak.
Anak mulai menirukan pola-pola intonasi. Tuturan yang dihasilkan mirip dengan
yang diucapkan ibunya.
Pada umur satu tahun sampai delapan belas bulan anak mulai mengucapkan
tuturan satu kata. Pada usia ini anak memperoleh sekitar lima belas kata meliputi
nama orang, binatang, dan lain-lain.
Umumnya pada usia dua setengah tahun anak sudah menguasai beberapa ratus
kata. Tuturan hanya terdiri atas dua kata.
Kata-kata yang dianggap remeh dan infleksi mulai digunakan. Dalam bahasa
Indonesia yang tidak mengenal istilah infleksi, mungkin berwujud pemerolehan
bentuk-bentuk derivasi, misalnya kata kerja yang mengandung awalan atau
akhiran.
Pada tahap ini anak sudah dapat menghasilkan kalimat-kalimat seperti orang
dewasa.
1. Fonologi
2. Morfologi
Pada usia 3 tahun anak sudah membentuk beberapa morfem yang menunjukkan
fungsi gramatikal nomina dan verba yang digunakan. Kesalahan gramatika sering
terjadi pada tahap ini karena anak masih berusaha mengatakan apa yang ingin dia
sampaikan. Anak terus memperbaiki bahasanya sampai usia sepuluh tahun.
3. Sintaksis
4. Semantik
B.F. Skinner adalah tokoh aliran behaviorisme. Dia menulis buku Verbal
Behavior (1957) yang digunakan sebagai rujukan bagi pengikut aliran ini.
Menurut aliran ini, belajar merupakan hasil faktor eksternal yang dikenakan
kepada suatu organisme. Menurut Skinner, perilaku kebahasaan sama dengan
perilaku yang lain, dikontrol oleh konsekuensinya. Apabila suatu usaha
menyenangkan, perilaku itu akan terus dikerjakan. Sebaliknya, apabila tidak
menguntungkan, perilaku itu akan ditinggalkan. Singkatnya, apabila ada
reinforcement yang cocok, perilaku akan berubah dan inilah yang disebut belajar.
Semua anak yang normal dapat belajar bahasa apa saja yang digunakan oleh
masyarakat sekitar. Apabila diasingkan sejak lahir, anak ini tidak memperoleh
bahasa. Dengan kata lain, LAD tidak mendapat “makanan” sebagaimana biasanya
sehingga alat ini tidak bisa mendapat bahasa pertama sebagaimana lazimnya
seperti anak yang dipelihara oleh srigala (Baradja, 1990:33).
Tanpa LAD, tidak mungkin seorang anak dapat menguasai bahasa dalam
waktu singkat dan bisa menguasai sistem bahasa yang rumit. LAD juga
memungkinkan seorang anak dapat membedakan bunyi bahasa dan bukan bunyi
bahasa.
Menurut teori ini, bahasa bukanlah suatu ciri alamiah yang terpisah, melainkan
salah satu di antara beberapa kemampuan yang berasal dari kematangan kognitif.
Bahasa distrukturi oleh nalar. Perkembangan bahasa harus berlandaskan pada
perubahan yang lebih mendasar dan lebih umum di dalam kognisi. Jadi, urutan-
urutan perkembangan kognitif menentukan urutan perkembangan bahasa (Chaer,
2003:223). Hal ini tentu saja berbeda dengan pendapat Chomsky yang
menyatakan bahwa mekanisme umum dari perkembangan kognitif tidak dapat
menjelaskan struktur bahasa yang kompleks, abstrak, dan khas. Begitu juga
dengan lingkungan berbahasa. Bahasa harus diperoleh secara alamiah.
Sebenarnya, menurut hemat penulis, faktor intern dan ekstern dalam pemerolehan
bahasa pertama oleh sang anak sangat mempengaruhi. Benar jika ada teori yang
mengatakan bahwa kemampuan berbahasa si anak telah ada sejak lahir (telah ada
LAD). Hal ini telah dibuktikan oleh berbagai penemuan seperti yang telah
dilakukan oleh Howard Gardner. Dia mengatakan bahwa sejak lahir anak telah
dibekali berbagai kecerdasan. Salah satu kecerdasan yang dimaksud adalah
kecerdasan berbahasa (Campbel, dkk., 2006: 2-3). Akan tetapi, yang tidak dapat
dilupakan adalah lingkungan juga faktor yang memperngaruhi kemampuan
berbahasa si anak. Banyak penemuan yang telah membuktikan hal ini.
5. Kesimpulan
Ada beberapa tahap yang dilalui oleh sang anak selama memperoleh bahasa
pertama. Tahap yang dimaksud adalah vokalisasi bunyi, tahap satu-kata atau
holofrastis, tahap dua-kata, tahap dua-kata, ujaran telegrafis. Selain tahap
pemerolehan bahsa seperti yang telah disebutkan ini, ada juga para ahli bahasa,
seperti Aitchison mengemukakan beberapa tahap pemerolehan bahasa anak.
Tahap-tahap yang dia maksud adalah mendengkur, meraban, pola intonasi, tuturan
satu kata, tuturan dua kata, infleksi kata, bentuk tanya dan bentuk ingkar,
konstruksi yang jarang atau kompleks, tuturan yang matang. Meskipun terjadi
perbedaan dalam hal pembagian tahap-tahap yang dilalui oleh anak saat
memperoleh bahasa pertamanya, jika dilihat secara cermat, pembahasan dalam
setiap tahap pemerolehan bahasa pertama anak memiliki kesamaan, yaitu adanya
proses fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik.
oleh Safriandi
http://nahulinguistik.wordpress.com/2009/04/14/pemerolehan-bahasa-pertama/
KAMIS, 04 JUNI 2009
2. 1 tahun
- Mulai mengoceh,
- Bermain dengan bunyi (bermain dengan jari-jari tangan dan kakinya)
- Perkembangan pada tahap ini disebut pralinguistik.
(Gleason, 1985: 2)
- Ketika bayi dapat mengucapkan beberapa kata, mereka memiliki ciri-ciri
perkembangan yang universal.
- Bentuk ucapan hanya satu kata, sederhana, mudah diucapkan dan
memiliki arti konkrit (nama benda, kejadian atau orang-orang di sekitar
anak).
- Mulai pengenalan semantik (pengenalan makna).
3. 2 tahun
- Mengetahui kurang lebih memiliki 50 kata.
- Kebanyakan mulai mencapai kombinasi dua kata yang dikombinasikan
dalam ucapan-ucapan pendek tanpa kata penunjuk, kata depan atau
bentuk lain yang seharusnya digunakan.
- Mulai mengenal berbagai makna kata tetapi tidak dapat menggunakan
bentuk bahasa yang menunjukkan jumlah, jenis kelamin, dan waktu
terjadinya peristiwa.
- Mulai dapat membuat kalimat-kalimat pendek.
4. Taman Kanak-kanak
- Memiliki dan memahami sejumlah besar kosa kata,
- Mampu membuat pertanyaan-pertanyaan, kalimat majemuk dan
berbagai bentuk kalimat,
- Dapat berbicara dengan sopan dengan orang tua dan guru.
5. Sekolah Dasar
- Peningkatan perkembangan bahasa, dari bahasa lisan ke bahasa tulis,
- Peningkatan perkembangan penggunaan bahasa.
6. Remaja
- Penggunaan bahasa yang khas sebagai bagian dari terbentuknya
identitas diri (merupakan usia yang sensitif untuk belajar berbahasa)
(Gleason, 1985: 6)
7. Dewasa
- Terdapat perbedaan-perbedaan yang besar antara individu yang satu
dengan yang lainnya dalam perkembangan bahasa (sesuai dengan
tingkat pendidikan, peranan dalam masyarakat, dan jenis pekerjaan
2 s/d 7 tahun
Periode Praoperasional.
Anak memahami pikiran simbolik, tetapi belum dapat berpikir logis
Fase Sintaktik.
Anak menunjukkan kesadaran gramatis, berbicara menggunakan kalimat
7 s/d 11 tahun
Periode Operasional.
Anak dapat berpikir logis mengenai benda-benda konkrit
Fase Semantik.
Anak dapat membedakan kata sebagai simbol dan konsep dalam kata
Pada kelas dua sekolah dasar anak mulai dilatih menggunakan kalimat
yang agak panjang dengan konjungsi: dan, lalu, dan kata depan: di, ke,
dari. Anak sudah dapat dilatih bercerita kejadian secara kronologis.
Anak perempuan
Anak Laki-laki
Ada dua jenis penambahan makna kata secara horisontal. Anak semakin
mampu memahami dan dapat menggunakan suatu kata dengan makna
yang tepat. Adapun penambahan vertikal berupa peningkatan jumlah kata
yang dapat dipahami dan digunakan dengan tepat (Owens, 1992: 375)
Bentuk Kalimat
Contoh:
1. “Ani dikejar Amir” dapat dibalik “Amir dikejar Ani”.
2. “Mangga dilempar dengan batu” tidak mungkin “Batu dilempar dengan
mangga”
3. “Buku saya dipinjam oleh Jono” tidak mungkin dibalik “Jono dipinjam
oleh buku saya”
TINGKATAN PENGGUNAAN
Umur 8 tahun lebih banyak menggunakan bentuk pasif yang tidak dapat
dibalik
Catatan:
Fase 1
6 tahun±
Mempelajari perbedaan huruf dan perbedaan angka yang satu dengan
yang lainnya, sampai akhirnya mengenal huruf dan angka secara
keseluruhan.
7 atau 8 tahun
Umumnya anak telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata,
dan kata yang diperlukan untuk membaca (pengetahuan ini umumnya
diperoleh di sekolah).
Fase 2
Kelas 3 dan 4
Dapat menganalisis kata-kata yang tidak diketahuinya menggunakan pola
tulisan dan kesimpulan yang didasarkan konteksnya.
Fase 3
Kelas 4 sampai Kelas 2 SLTP
Membaca tidak lagi hanya pengenalan tulisan tetapi pada pemahaman.
Fase 4
Akhir SLTP sampai dengan SLTA
Penggunaan keterampilan tingkat tinggi misalnya, inferensi(penyimpulan),
dan pandangan penulis untuk meningkatkan pemahaman
Fase 5
Perguruan tinggi
Dapat mengintegrasikan hal-hal yang dibaca dengan pengetahuan yang
dimilikinya, dan menanggapi secara kritis apa yang dibacanya (Owens,
1992: 400-401)
Umur/jenjang Kemampuan
6 tahun (kelas 1 dan 2)
- Kurang memperhatikan format, jarak tulis ejaan, dan tanda baca.
- Belum memperhatikan pembaca, dan masih bersifat egosentrik.
Kelas 3 dan 4
- Mulai memperhatikan pembaca,
- Mulai merevisi dan menyunting tulisannya
Pendekatan
METODE
Teknik
PENDEKATAN-PENDEKATAN
Dalam
PEMBELAJARAN BAHASA
Pendekatan Tujuan
PENDEKATAN STRUKTURAL
PENDEKATAN KOMUNIKATIF
Catatan: