You are on page 1of 6

c cc c

   

c cc c

c c
ccc 
  cc 

Oleh: Prof.Dr. Faisal Santiago, SH.MM


c

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik sekarang ini harus mencerminkan azas ketaatan
pada hukum atau yang lebih populer dengan istilah taat hukum. Hal ini wajar karena Indonesia
adalah Negara yang berdasarkan hukum sehingga akan berdampak pada pelaksanaan
penyelenggaraan dan pemerintahan, yang tertuju pada para birokrat.
Berbagai problematika yang terjadi ditengah masyarakat dalam kehidupan bernegara seperti
Indonesia ini, sudah semestinya dikaitkan dengan eksistensi hukum. Dasarnya karena itu tadi di
dasarkan atas azas hukum (M º dan bukan Negara yang di dasarkan atas kekuasaan
(º semata. Ketika terjadi suatu kasus yang menyangkut dimensi sosial, budaya,
ekonomi, pendidikan, politik serta pemerintahan, maka tidak bisa tidak, eksistensi hukum kembali
dipertanyakan dan bahkan digugat oleh masyarakat, apabila ketika hukum dinilai atau dievaluasi
telah gagal menjalankan misi sucinya.
Sepertinya, julukan ³M ÿ saja belum cukup memenuhi dan menjawab problematika
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Artinya, masyarakat membutuhkan suatu bukti konkrit dari

yang menunjukkan bahwa eksistensi hukum itu benar-benar memberikan jawaban yang
bermanfaat bagi keadilan, kemanusiaan, dan peradabannya.
Hukum menjadi pihak yang tergugat ketika dalam realitasnya ternyata hukum hanya ada
dalam ³namaÿ, namun tidak ada atau gagal terwujud dalam realitas. Realitas inilah yang sering kali
dituntut pertanggungjawabannya pada unsur-unsur penegakkan hukum (ñ
M 
º.
Penegakkan hukum menjadi dimensi yang sangat strategis, terutama saat ini di Indonesia yang
sedang berada pada era globalisasi. Menjadi penting, karena hal ini berkaitan dengan pekerjaan
norma, seperti dalam implementasi sistem peradilan (  º yang sering dipertanyakan
masyarakat hukum secara luas. 
Negara hukum sudah jelas itulah yang ditegaskan dalam UUD 1945 sebagai hukum dasar
dan, sekarang bagaimana pelaksanaannya dalam kegiatan sehari-hari baik dalam kehidupan
bermasyarakat maupun bernegara.

u 
Hukum,dapat dikatakan sebagai himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan
larangan-laranganº yang mengurus tata tertib suatu masyarakat, yang harus ditaati oleh semua
komunitas masyarakat yang terkait dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di.dalam hukum terumus larangan maupun perintah yang menuntun setiap orang atau subjek hukum
untuk melaksanakannya. Ketaatan menjadi standar utama yang akan menentukan citra hukum di
tengah masyarakat, termasuk bagi pelaksana maupun bagi penegak hukum itu sendiri. Sehingga
dengan demikian, hukum akan terus mengadakan ketatatertiban dalam pergaulan manusia, sehingga
keamanan dan ketertiban terpelihara, sesuai dengan tujuan hukum yakni keadilan.
Bagaimanapun hukum mengatur aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan dan tujuan
atau 3 ñ ñ dalam kehidupan bermasyarakat. Jadi dapat dikatakan dari beberapa pakar
mengemukakan yang dimaksud dengan hukum ; 
1. Grotius; hukum adalah suatu aturan dari tindakan moral yang mewajibkan pada suatu yang
benar.
2. Hoobes; hukum sebagai suatu kebenaran dimana dunia hukum melalui kebenaran mengandung
perintah terhadap yang lainnya.
3. Philips S James; Hukum adalah sekumpulan aturan untuk membimbing prilaku manusia yang
diterapkan dan ditegakkan di antara anggota suatu Negara.
4. Utrecht; Hukum itu adalah himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan laranganº yang
mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu
Agar hukum itu berfungsi di masyarakat hendaknya hukum itu responsif artinya merupakan
sarana respon atas kebutuhan-kebutuhan dan aspirasi masyarakat, dan hukum itu akan berlaku
efektif dimasyarakat, apabila hukum itu bermaterikan hukum yang hidup di masyarakat dan untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat diterima dan didukung oleh masyarakat (dari masyarakat untuk
masyarakatº.
Pada hukum yang responsif, keabsahan hukum di dasarkan pada keadilan substantive dan
aturan-aturan tunduk pada prinsip, dan kebijaksanaan. Diskresi dilaksanakan dalam rangka
mencapai tujuan. Paksaan lebih Nampak dalam bentuk alternatif positif seperti insentif positif atau
sistem kewajiban mandiri. Moralitas yang nampak adalah ³moralitas kerja samaÿ, sementara aspirasi-
aspirasi hukum dan politik berada dalam keadaan terpadu. Ketidakadilan dinilai dalam ukuran dan
kerugian-kerugian substantif dan dipandang sebagai tumbuhnya masalah legitimasi. 
6 
Berbicara mengenai tujuan hukum akan tergantung dari perspektif mana seorang melihat
hukum itu sendiri. Namun demikian, secara umum tujuan hukum meliputi:
1.u 3 ñ M  
3  Mñ (untuk menegakkan moralº
2.u 3 ñ M ñ 
3   (untuk merefleksikan kebiasaanº
3.u 3 ñ  ñ ñ M (untuk kesejahteraan masyarakatº
4.u 3 ñ  M
3  M (untuk melayani kekuasaanº
Bahwa tujuan hukum tersebut harus melindungi esensi kemanusiaan serta sudah
seharusnya merupakan refleksi dari kehendak Tuhan ( M ñ 
  ññº Sebagai salah satu
esensi 

M adalah keinginan untuk bertahan (M º, maka hukum harus melindungi dan
menegakkan agar manusia dapat M .
Untuk menopang kelangsungan kehidupan dan melindungi kehidupan manusia, hukum
melindungi nyawa manusia dari pembunuhan dan penganiayaan. Selain itu hukum melindungi harta
sebagai sarana akan kelangsungan hidup dari pencurian dan cara-cara illegal lainnya. Kepentingan
manusia tidak berhenti sebatas perlindungan nyawa dan harta, tetapi juga termasuk kehormatan dan
kemerdekaan serta kesusilaan. 
Di samping itu yang perlu diperhatikan dalam mengelola tujuan hukum tersebut adalah
aturan, norma dan pola perilaku manusia yang berada dalam sistem hukum itu berada dan
dipergunakan. 
Dalam menjalankan sistem hukum yang telah berjalan di dalam kehidupan masyarakat kita
harus memperhatikan beberapa elemen:
1.Materi hukum (tatanan hukumº yang di dalamnya terdiri dari:
a.Perencanaan hukum;
b.Pembentukan hukum;
c.Penelitian hukum;
d.Pengembangan hukum
Untuk membentuk materi hukum harus diperhatikan  ññ ññ, yang dapat berbeda dari waktu
ke waktu karena adanya kepentingan dan kebutuhan.
2. Aparatur hukum, yaitu mereka yang memiliki tugas dan fungsi: penyuluhan hukum, penerapan
hukum, penegakan hukum dan pelayanan hukum.
3. Sarana dan prasarana hukum yang meliputi hal-hal yang bersifat fisik.
4 Budaya hukum yang dianut oleh warga masyarakat termasuk para pejabatnya.
5. Pendidikan hukum.

 c
 
 !"
Untuk mencegah penyalahgunaan jabatan dan wewenang, atau lebih tepat ³untuk mencapai
dan memelihara adanya pemerintahan dan adminstrasi yang baik, yang bersih (ë  Mñ ë Mºÿ,
maka ada beberapa azas pemerintahan/administrasi negara, yang dapat dibagi menjadi dua
golongan atau kategori, yakni:
1. Asas-asas yang mengenai prosedur dan atau proses pengambilan keputusan, yang bilamana
dilanggar secara otomatis membuat keputusan yang bersangkutan batal karena hukum tanpa
memeriksa lagi kasusnya.
a. Asas yang menyatakan, bahwa orang-orang yang ikut menentukan atau dapat
mempengaruhi terjadinya keputusan tidak boleh mempunyai kepentingan pribadi (  

 M º di dalam keputusan tersebut, baik secara langsung mupun tidak langsung.
b.Asas, bahwa keputusan-keputusan yang merugikan atau mengurangi hak-hak seorang warga
masyarakat atau warga negara tidak boleh diambil sebelum memberi kesempatan kepada
warga tersebut untuk membela kepentingannya.
c. Asas yang menyatakan, bahwa 
 M
 (pertimbangan motiveringº dari keputusan wajib
cocok dengan atau dapat membenarkan  (penetapanº dari keputusan tersebut, dan
bahwa 
 M
 tersebut mempergunakan fakta-fakta yang benar.

2. Asas-asas yang mengenai kebenaran dari fakta-faktanya yang dipakai sebagai dasar untuk
pembuatan keputusannya;
a.Asas larangan kesewenang-wenangan
Adalah suatu perbuatan atau keputusan yang tidak mempertimbangkan semua faktor yang
relevan dengan kasus yang bersangkutan secara lengkap dan wajar, sehingga tampak atau
terasa oleh orang-orang yang berpikir sehat (normalº adanya ketimpangan.
Sikap ini akan terjadi apabila pejabat administrasi negara yang bersangkutan menolak untuk
meninjau kembali keputusannya yang oleh masyarakat dianggap tidak wajar.
b.Asas larangan penyalahgunaan jabatan atau wewenang
Bilamana suatu wewenang oleh pejabat yang bersangkutan dipergunakan untuk tujuan yang
bertentangan dengan atau menyimpang daripada apa yang dimaksud atau dituju oleh
wewenang sebagaimana ditetapkan atau ditentukan oleh undang-undang yang
bersangkutan.
c.Asas kepastian hukum
Bahwa sikap atau keputusan pejabat administrasi negara tidak boleh menimbulkan
keguncangan hukum atau status hukum. 
d.Asas larangan melakukan diskriminasi hukum
Bahwa sikap atau putusan berlaku kepada semua pihak baik individu maupun golongan
sehingga tidak akan menimbulkan pendapat bahwa negara adalah milik dari golongan rakyat
tertentu saja.
e.Asas batal karena kecerobohan pejabat yang bersangkutan
Dalam hal ini bilamana seorang pejabat administrasi negara telah mengambil keputusan
dengan ceroboh, kurang teliti di dalam mempertimbangkan faktor-faktor yang dikemukakan
oleh seorang warga masyarakat yang menguntungkan baginya, sehingga warga masyarakat
yang bersangkutan dirugikan. 

Bilamana asas-asas hukum tersebut tidak dijunjung tinggi, maka bonafiditas dan kebersihan
daripada pemerintahan/administrasi tidak akan tercapai, dan keputusan-keputusannya serta tindakan-
tindakannya tidak akan mempunyai wibawa serta efek yang diharapkan. 

 u! # !
 
 !""!###$ %

Fungsi dan peran birokrasi yang dinahkodai oleh para aparatur pemerintah sangatlah penting
di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Di dalam birokrasi, sumber daya manusia yang
berupa aparatur pemerintah sebagai faktor kunci terhadap proses perubahan yang meliputi segenap
aspek baik itu sosial, politik, ekonomi, manajemen, organisasi. Aparatur menjadi penentu utama
dalam penyelenggaraan pelayanan yang hakekat sesungguhnya adalah untuk melayani kebutuhan
dan kepentingan manusia itu sendiri. 

Untuk mencapai tujuan yang mulia dari birokrasi, diperlukan kiranya aparatur pemerintah
yang handal dan cekatan dalam menangkap kebutuhan jaman yang semakin kompleks dewasa ini.
Aparatur pemerintah yang mempunyai kejujuran, bisa menjadi suri tauladan bagi publik, memiliki
kesadaran dan ketulusan untuk mengabdi dan membela kepentingan publik, memiliki kapasitas
intelektual, keterampilan, penguasaan tekhnologi, dll. Sejumlah tuntutan kemampuan tersebut
merupakan kebutuhan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDMº Aparatur Pemerintah
Dalam Birokrasi Publik di Indonesia.

Sekarang ini paradigma 3  3  M



 sedang mengemuka. Untuk keperluan birokrasi
yang 3  3  M

 diperlukan Sumber Daya Manusia (aparatur Negaraº yang relevan. Jika
mendengar istilah 3  3  M

 yang ada di benak kita hanyalah definisi penyelenggaraan
pemerintahan yang baik, tapi penyelenggaraan seperti apa dan bagaimana hal tersebut dilakukan
masih belum dapat dibayangkan. Secara umum penyelenggaraan yang dimaksud terkait dengan isu
transparasi, akuntabilitas publik dan sebagainya. Padahal untuk mewujudkan pemahaman 3 
3  M

 sebenarnya amatlah pelik dan kompleks, tidak hanya sekedar memperjuangkan
transparasi dan akuntabilitas pada level tertentu.   3  M

 lebih dari sekedar usaha untuk
memperbaiki kepemerintahan semata akan tetapi kenyataannya jauh lebih pelik dan kompleks. 

Permasalahan ini semakin rumit manakala tuntutan 3  3  M



 mengharuskan
perubahan berbagai aspek terkait dari semua sistem penyelenggaraan pemerintahan yang sudah
tertanam lama, terlebih-lebih jika dihadapkan pada sistem pemerintahan yang sudah sangat
patologis. Perubahan yang diinginkan adalah meliputi aspek kinerja kepegawaian sampai dengan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pada level elite pemerintahan.

Menurut UNDP, istilah 3  M



 menunjukkan suatu proses yang memposisikan rakyat
dapat mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber sosial dan politiknya tidak hanya sekedar
dipergunakan untuk pembangunan, tetapi juga unutk menciptakan kohesi, integrasi, serta untuk
kesejahteraan rakyatnya. Sementara definisi 3  3  M

 menurut  Mñ 
 ialah suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan dengan
prinsip demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran terhadap kemungkinan salah alokasi dan
investasi, dan pencegahan korupsi baik yang secara politik maupun administratif, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal dan  ññ M M bagi tumbuhnya aktivitas usaha. 

Tata pemerintahan yang baik (terjemahan dari 3  3  M



 º merupakan suatu kondisi
yang menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta,
adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintahan (3  M

º, rakyat
(
º, atau ñ    dan usahawan (ë
º yang berada di sektor swasta. Ketiga komponen
itu mempunyai tata hubungan yang sama dan sederajat. Jika kesamaan derajat itu tidak sebanding,
atau tidak terbukti maka akan terjadi pembiasan dari tata pemerintahan yang baik. 

Dalam konteks 3  3  M

 , pemerintah ditempatkan sebagai fasilitator dan katalisator,
sementara tugas untuk memajukan pembangunan terletak pada semua komponen negara, meliputi
dunia usaha dan masyarakat. Dengan begitu, kehadiran 3  3  M

 ditandai oleh terbentuknya
³kemitraanÿ antara pemerintah dengan masyarakat, organisasi politik, organisasi massa, LSM, dunia
usaha serta individu secara luas guna terciptanya manajemen pembangunan yang
bertanggungjawab.

Istilah   M

      M

  
  ëñ   M

 menjadi popular dalam
kurun waktu 1996-1997 karena banyak di perkenalkan oleh lembaga pemberi bantuan luar negeri
 M 3

M 3
  baik yang bersifat multilateral maupun bilateral. Istilah tersebut sering
dikaitkan dengan kebijakan pemberian bantuan (  ñ º, dalam arti   3  M

 dijadikan
salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian bantuan baik berupa pinjaman (ñ 
º
maupun hibah. Meskipun beberapa donor internasional cenderung menggunakan terminologi yang
berbeda mengenai aparatur pemerintahan namun yang dimaksud adalah sama.

Uraian di atas,   M

 merujuk pada tiga pilar yakni : ëñ   M

 merujuk pada
lembaga pemerintah,   M   M

 menunjuk pada pihak swasta/dunia usaha, dan ñ
   (masyarakat sipilº. Untuk mewujudkan     M

 , upaya pembenahan pada satu pilar
harus dibarengi dengan pembenahan pada berbagai pilar lainnya secara serentak dan seimbang.
Budi Winarno memberikan penjelasan bahwa, kebaruan konsep dan prinsip 3  M

 
 
ëñ 
  ñ M justru menyadarkan kita semua akan pentingnya upaya-upaya untuk
segera memasyarakatkan secara luas.   M

 harus segera disosialisasikan ke seluruh warga
masyarakat Indonesia untuk menciptakan generasi baru bangsa yang besar. 

© !&

Dengan adanya penyelengaaraan pemerintahan berdasarkan oleh asas-asas hukum yang


berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, diharapkan aparatur negara dapat menjalankan
pekerjaannnya dengan prinsip kehati-hatiannya. Sehingga masyarakat tidak akan merasa dirugikan,
dan yang terpenting penyelenggaraan Negara dapat berjalan sebagaimana mestinya dan
sebagaimana yang diharapkan oleh seluruh lapisan masayarakat. Terpenting terciptanya 3 
3  M

 , di Indonesia.


 

O c  




c !  
!" ## $

 
#

c©c
cc

Abdul Kadir Muhammad, à M  , Citra Adytia, Bandung, 1987.
Apeldoorn, 
3
M !ñ  M
 M Jakarta, 1993.
Ade Maman Suherman, 
3
M  Më

3
"  , Raja Grafindo Persada,Jakarta, 2004.
CST Kansil, 
3
M !ñ  
u  !

, Balai Pustaka, Jakarta, 1986.
Faisal Santiago, 
3
 # !

  àM ñ ëñ, Cintya Press, Jakarta 2006.
‰‰‰‰‰‰‰‰‰‰‰‰‰,  ë M

$ M  !

, Cintya Press, 2006
Prajudi Atmosudirdjo,  
M % 3M, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1994.
UUD 1945 Amandemen ke IV

You might also like