You are on page 1of 13

Mengatasi dan Mencegah Kenakalan Remaja

Perilaku menyimpang yang diperlihatkan para remaja, seperti tawuran, menyalahgunakan


narkoba dan seks bebas, adalah perilaku yang melanggar norma-norma hukum pidana.
Akibat dari perilaku menyimpang itu, akan merugikan dirinya dan orang-orang di
sekitarnya. Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia
antara 13-18 tahun.

Pada usia tersebut, seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum
cukup matang untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transisi.
Menurut Sosiolog Kartono, kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.

Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang,”Kenakalan


remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima
secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.” Kata Kartono.
Masalah kenakalan remaja mulai mendapat perhatian masyarakat secara khusus sejak
terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada 1899 di Illinois,
Amerika Serikat.

Jenis-jenis kenakalan remaja diantaranya penyalahgunaan narkoba, seks bebas dan


tawuran antara pelajar. Terjadinya kenakalan remaja, bisa disebabkan oleh faktor dari
remaja itu sendiri dan juga dari lingkungannya.
Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk
integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa
integrasi kedua.

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima
dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi
mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa
mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan
antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah
di keluarga pun, seperti terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama,
atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan
remaja, termasuk teman sebaya yang kurang baik.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja:


Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi
dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka
yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini. Adanya
motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan hal-hal yang positif.
Kemauan orangtua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang
harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan
dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman
sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.

Untuk mengatasi dan mencegah kenakalan remaja yang bisa menjurus ke dalam
penyalahgunaan narkoba, Pusat Pencegahan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional,
(Pus Cegah Lakhar BNN), telah melakukan program di lingkungan sekolah dan kampus
dengan mendirikan usaha kesehatan sekolah (UKS) dan unit kegiatan mahasiswa (UKM)
anti narkoba. ?UKS dan UKM anti narkoba, yang ada di sekolah dan kampus, akan
melakukan kampanye anti narkoba di lingkungannya. Dengan mengetahui bahaya
penyalahgunaan narkoba, para mahasiswa dan pelajar diharapkan semakin sadar dan
berpikir lagi sebelum menggunakan narkoba karena dapat membahayakan nyawanya.
(yon/bnn)

Oleh : Srie Daniyati

Kenakalan remaja adalah perbuatan anak-anak dan remaja yang melakukan tindakan
yang menganggu ketertiban umum, mabuk-mabukan, perkelahian antar kelompok dan
sebagainya. kenakalan remaja merupakan pelanggaran atas norma sosial, agama serta
hukum. jadi kenakalan remaja ini menyangkut aspek yuridis, sosiologi, sosial, ekonomi,
pendidikan dan kebudayaan, agama dan sebagainya. Berbagai bentuk prilaku remaja
dapat dikatakan sebagai kenakalan remaja dan pada gilirannya akan menimbulkan
dampak bagi pembentukan citra diri remaja sera aktualisasi potensi-potensinya.

Kita semua sependapat bahwa kenakalan remaja tidak boleh dibiarkan, harus diantisipasi.
kita berkewajiban untuk mencarikan arternatif-arternatif pemecahannya agar tidak ada
lagi sebutan kenakalan remaja yang ada hanya sebutan remaja berprestasi.

Dalam kehidupan masyarakat yang sudah mengalami perubahan ini ditandai dengan
beraneka ragam pembaharuan yang sangat cepat dalam berbagai segi kehidupan sebagai
akibat dari adanya arus globalisasi, dengan adanya perubahan itu disatu sisi berdampak
positif dan negatif. Dampak ini akan memunculkan konflik-konflik yang tidak nampak,
tetapi dapat dirasakan adanya kegelisahan dalam perilaku di dalam masyarakat.

Masa remaja adalah masa transisi dan secara psikologis sangat problematis yang ditandai
dengan dua ciri yang berlawanan, yaitu adanya keinginan untuk melakukan perlawanan
dan sikap apatis, dimana pada satu sisi belum mempunyai pegangan dan disisi lain
kepribadian sedang mencari identitas atau jati diri.

Dengan keadaan demikian seringkali muncul perilaku menyimpang atau kecendrungan


melakukan pelanggaran-pelanggaran norma tersebut antara lain :
- sering membolos dari sekolah
- Peredaran gambar-gambar (foto-foto) porno, buku-buku, film porno kesemuanya dapat
menyebabkan anak-anak untuk berbuat asusila.
- Penggunaan obat-obatan terlarang dan minuman keras dan pelanggaran hukum lainnya.

Kenakalan remaja tidak timbul sebagai hasil keturunan atau gejala-gejala kenakalan
remaja timbul begitu saha menlainkan ada sebab-sebabnya.

Dunia remaja merupakan wilayah perbatasan yang mengandung ketidakpastian maka


apabila remaja itu berasal dari keluarga yang tidak harmonis atau keluarga sibuk yang
tidak sempat memonitor anaknya yang beranjak dewasa atau remaja tidak mengherankan
jika terjadi penyimpangan atau pelanggaran yang dilakukannya.

Dalam era globalisasi ini ditandai juga dengan gesekan dan benturan norma nilai yang
sangat terasa dalam menetapkan kaedah sopan santun kontradiktif antara teoritis dan
praktisnya. pribadi remaja adalah pribadi yang labil, sangat cepat terpengaruh dengan
adanya perubahan-perubahan yang terjadi di sekitarnya.

Kenakalan remaja dengan berbagai aspeknya tidak dapat dipisahkan dari konteks
perubahan dan perkembangan kondisi sosial ekonomi yang sedang berlangsung oleh
karena itu perlu dicerati serta didentifikasi berbagai perilaku dan pengkajian faktor-faktor
yang menyebabkannya serta di upayakan untuk mempartisipasikan remaja sendiri dalam
mencari alternatif pemecahannya.

Kenakalan remaja dengan berbagai akibatnya bukan hanya tanggung jawab remaja saja
tetapi tanggung jawab bersama, baik keluarga (orang tua), sekolah maupun masyarakat.

Komunakasi sebahasa dalam kehidupan keluarga, sekolah dan masyarakat untuk


membina dan mengembangkan nilai moral dalam rangka pembentukan kepribadiannya
serta kondisi lingkungan yang menunjang kearah perilaku remaja positif.

10 Desember 2007 - Ditulis oleh admin | Uncategorized | | & Komentar

& Komentar »
1. seharusnya pemerintah kota banjarmasin lebih menegaskan peraturn peraturan
yang ada.seperti sanksi ketegasan dalam kenakalan remaja.

Komentar oleh nadya irmania | 15 Februari 2008

2. Sebenarnya yang sangat berperan dalam menangani masalah tersebut adalah


keluarga, dimana keluarga adalah kontrol keseharian bagi para remaja. walaupun
pemerintah sudah tegas misalnya dengan adanya peraturan yang ini itu macam-
macam, tapi kalau dari kontrol keluarganya kurang abahkan tidak ada…???
Sangat jauh dari apa yang kita harapkan.

Komentar oleh 4gusetiyo | 17 Maret 2008

3. Budaya tabu dari orang tua menyebabkan anak dan remaja berperilaku nakal di
lingkungan sosialnya

Komentar oleh Gu | 27 April 2008

4. saya setuju dengan pendapat anda bahwa remaja sekarang sudah mulai
meninggalkan norma-norma yang seharusnya dia ikuti dan laksanakan.
kenakalan remaja bukan hanya akibat dari kurangnya pengawasan dari orantg tua
saja tetapi akibat dari masuknya budaya-budaya yang tidak sesuai dengan budaya,
adat dan norma kita sebagai orang timur.
kenakalan remaja ini akan terus berlanjut dan terus meningkat seiring
bertambahnya umur mereka. pada saat remaja (identik dengan pelajar) mereka
masih berada dalam pengawasan orang tua mereka, mereka diawasi terus menerus
oleh orang tuanya. dapat dibayangkan apabila di dalam pengawasan orang tuanya
saja mereka masih bisa melakukan hal-hal yang negatif apalagi kalau mereka
sudah merangkak kejenjang perkuliahan yang notabene pengawasan dari orang
tua lebih sedikit dan mereka harus mengurus diri mereka sendiri???
jujur, saya merasa sangat sedih melihat pergaulan remaja dan mahasiswa
sekarang.

Komentar oleh naff | 9 Juni 2008

5. remaja jaman sekarang hanya memikirkan kesenangan dunia yg sifatnya hanya


sementara

Komentar oleh m.khairudin | 23 Juni 2008

6. anak remaja zaman sekarang ………hanyalah memikirkan kesenangan dunia saja


yang sifatnya hanya sementara…..!!!

Komentar oleh m.khairudin | 23 Juni 2008

7. nggak semua remaja hanya memeikirkan kesenangan duniawi semata tetapi juga
masih banyak remaja yang memiliki kredibilitas tinggi di masyarakat…

Komentar oleh diyah | 8 Juli 2008

8. Banyak sebab kenakalan remaja terjadi, bisa kuatnya pengaruh lingkungan, atau
dampak kekecewaan dalam keluarga, atau juga kurangnya pendidikan moral dari
keluarga maupun sekolah formal, sehingga untuk menaggulanginya
membutuhkan kerja keras dan berkesinambungan antara pihak keluarga, sekolah
dan lingkungn sekitar..itulah yang harus kita perjuangkan dan selalu kita
pikirkan ???

Salam Kenal
Tatsuo

Komentar oleh Kenakalan Remaja | 17 Oktober 2008

9. Assalamualaikum.

Itulah akibatnya apabila para pemuda tidak memiliki ilmu agama yang cukup
sebagai bekal kehidupan mereka, sehingga mereka lebih mementingkan hawa
nafsu mereka sendiri daripada mencapai tujuan hidup mereka yang sebenarnya,
yaitu meraih ridha dari Allah SWT.

Seharusnya kita semua melihat situasi dan kondisi dunia sekarang ini, di saat
banyak yang menderita akibat keserakahan manusia dan diterapkannya sistem
yang rusak.

Wahai para pemuda!


Renungkanlah dan ketahuilah, bahwa kita adalah para penerus bangsa, yang akan
menggantikan generasi sebelumnya yang akan tiada.
Apakah yang akan kita lakukan untuk menyikapi hal ini?
Membiarkannya seperti sekarang ini, dengan berpangku tangan dan tenggelam
dalam kenikmatan duniawi yang sesaat?
Ataukah merubahnya menjadi lebih baik, dengan bertakwa dan menegakkan
syariah hanya untuk meraih ridha dari Allah SWT?

Ingatlah wahai pemuda…


maut tidak akan memilih…
saat ia akan datang padamu…
perbuatanmu akan menentukan…
kemanakah engkau akan melangkah…
persiapkan bekal sebelum dia datang…
atau rasakanlah tajamnya tebasan sang waktu…
renungkanlah untuk apa cinta yang telah diberikan…
semoga cahaya senantiasa membimbingmu kembali kepada-Nya…

Komentar oleh dir88gun | 27 Oktober 2008

10. seharusnya para orang tua tidak membiarkan anaknya bergaul bebas

Komentar oleh zet0 | 20 November 2008

11. saya setuju dengan pendapat anda tentang


Komentar oleh fadli | 18 Februari 2009

12. jangan pernah menjadi orang yang nakal dalam berbuat apapun
dikarenakan banyak orang yang tidak menyukai kenakaln tersebut]
dengan sekian banyaknya orang/kalangan muda pada umumnya banyak yang
melakukan perbuatan yang tidak senonoh
tindakan tersebut harus kita atasi dan dihindari
u/ kesenangan boleh2 saja…
tapi kesenangan itu ada pula batasnya…
emamngnya dunia ini milik kita???
g kan….
maka kita harus pula menyadari batas2 nya…

Komentar oleh fadli | 18 Februari 2009

13. anak remaja sekarang harus menjaga dirinya jangan sampai melakukan hal yang
tidak-tidak..contohnya:pergaulan bebas, merokok, minum-minuman keras..
Dan untuk orang tua harus lebih ketat untuk menjaga anaknya jangan sampai
memberi celah untuk melakukan yang seperti itu..

Komentar oleh dwi k | 31 Maret 2009

Komunikasi Harmonis
Shofia Tidjani

Kesibukan kerja dan perubahan etika pergaulan, kini nyaris membuat komunikasi dalam
keluarga menjadi barang mahal dan langka. Bagaimana mengatasinya agar keluarga tetap
sakinah?

Rahma (12 tahun) terlihat murung siang itu. Sementara teman-teman sekelasnya terlihat
ceria menenteng raport hasil ujian tengah semester masing-masing. Walau berhasil
menjadi juara ketiga di kelas, raut kecewa Farhah tak mampu ia sembunyikan. Bapak dan
ibunya tak akan datang siang itu menemaninya tersenyum mengongsong piala juara
kelas.

Sang ayah, Mukhlis (37 tahun), tak mungkin datang karena sulit meninggalkan
pekerjaannya di kantor. Sementara Sukma, ibunya pagi tadi mendadak tak bisa menemani
Rahma ke sekolah mengambil raport, karena harus menghadiri arisan keluarga.

Sempitnya waktu bersama keluarga, dan padatnya jadwal kehidupan orangtua, kini sudah
lumrah membuat hubungan orangtua-anak kian berjarak dan semu. Setiap orang dalam
keluarga, seolah membangun dunia sendiri. Akibatnya, pemahaman terhadap perasaan,
pikiran, kebutuhan dan apa yang dirindukan sesama anggota keluarga pun sulit terpenuhi.
Hasilnya, akan kian jauh tercipta keluarga sakinah.
Membentuk atau membina keluarga sakinah bukan hal mudah. Karena dasar untuk
mewujudkannya butuh tanggungjawab masing-masing individu keluarga. “Person
orangtua harus sakinah, jika ingin membentuk keluarga sakinah. Andai suami-istri
sakinah, anak akan ikut. Karena anak adalah duplikat orangtua,” tutur Ustadzah Hj
Lutfiah Sungkar.

Agar sakinah, menurut Luthfiah, komunikasi yang baik, lancar dan saling terbuka dalam
keluarga sangat penting untuk dibangun dan dijaga. Terlebih, anak-anak sangat peka
untuk merasakan betapa pentingnya memiliki orangtua yang utuh dan saling berhubungan
baik.

Hal senada juga diungkap KH Drs Sofyan Rosada, Pengasuh Pondok Pesantren Darul
Husaini al-Bautani. Ia menilai, komunikasi akan lahir dari seseorang yang sadar bahwa
komunikasi merupakan sesuatu yang rûhiyyah. “Hidup ini terjadi karena komunikasi, dan
dunia adalah komunikasi,” tegasnya.

Jalinan komunikasi antara orangtua dan anak, juga harus didasari rasa cinta, tanpa
kekerasan, diungkapkan terbuka, dan diikuti pendekatan-pendekatan fisik maupun
psikologis yang positif. “Contohnya, walau anak saya di pesantren, tapi kami berusaha
menjalin komunikasi yang baik. Agar anak saya tidak merasa disisihkan dari keluarga,
saya kerap berkomunikasi dengannya via telepon. Atau saya bertanya kepada para ustadz
mengenai perkembangan anak saya,” aku Sofyan.

Kualitas Komunikasi

Berkomunikasi bukan hanya berbicara. Tapi butuh pula keberadaan fisik dan kemampuan
membuat komunikasi yang dilakukan berkuatias.

Dr Matti Gershenfeld, psikolog dari Philadelhia Temple University, memberi rumusan


empat faktor yang perlu diperhatikan orangtua untuk meningkatkan kualitas komunikasi
dengan anak. Yaitu: secara fisik berdekatan dengan anak, adanya kontak mata, belaian
fisik, dan komunikasi lisan.

Menurut Gershenfeld, jika orangtua dapat terbiasa mengejawantahkan keempat faktor


tersebut dalam keseharian, maka anak akan lebih mudah menangkap dan merasakan kasih
sayang orangtuanya.

Karena, kasih sayang sangat perlu sengaja ditunjukkan kepada anak, hingga anak dapat
benar-benar merasa disayangi. Jika tercapai, kontak batin orangtua-anak pun mudah
terjalin.

Dengan bertambahnya usia anak, komunikasi lisan juga kian butuh ditingkatkan.
Orangtua harus peka mendengar pendapat dan keluhan anak, memahami perasaan
mereka, dan melakukan tukar pikiran. Dari sini, anak yang sedang dalam masa
berkembang pun akan merasakan diperhatikan.
Orangtua juga harus dapat menyediakan waktu khusus untuk anak. Walau hanya untuk
sekedar berdiskusi, menjemput atau datang mengambilkan raport di sekolah. Ini untuk
menunjukkan kepada anak bahwa orangtuanya memang menyediakan waktu khusus bagi
mereka, dan bukan memberi mereka sisa waktu saja.

Psikolog Heman Elia M.Psi menambahkan, menyediakan waktu khusus untuk anak,
berpengaruh cukup signifikan bagi anak. Disamping menunjukkan kehadiran orangtua
dalam kehidupan si anak, juga akan menjadi pemberian yang sangat berarti dari orangtua
kepada anaknya.

Komunikasi dapat dilakukan tidak hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan sikap.
“Orangtua adalah panutan bagi anak-anak mereka, maka orangtua harus memberi contoh
yang baik dengan menjadi sahabat sekaligus teman diskusi mereka,” tandas Elia.

Boks

Komunikasi ala Rasulullah

Keluarga yang sakinah adalah keluarga yang mempunyai nilai dan aturan. Rasulullah
SAW telah mengajarkan nilai dasar akhlak islami dalam membangun hubungan harmonis
dalam keluarga. Yaitu menjaga jalinan komunikasi yang baik antarsesama anggota
keluarga.

Modal utama sukses Rasulullah membina hubungan dengan manusia dan lingkungannya
adalah hati beliau yang selalu diliputi belas dan kasih sayang. Terutama kepada sesama
mukmin.

Beliau mudah menyatakan simpati, dan selalu mengharap kebaikan bagi orang lain.
Selain itu, beliau sangat berempati, mampu menyelami perasaan dan turut merasakan
kesedihan maupun kesusahan orang lain. Beliau juga melengkapinya dengan ketrampilan
berkomunikasi.

Agar bisa menjalin komunikasi yang baik, Rasulullah selalu berupaya memahami dan
menyesuaikan diri dengan kondisi psikologis lawan bicaranya (komunikan). Sebagai
pembicara (komunikator), beliau selalu memperhatikan siapa dan bagaimana lawan
bicaranya.

“Anzilun-nâsa manâzilahum” (Tempatkanlah manusia sesuai dengan tempat


semestinya/proporsional). Begitu sabdanya. Beliau juga mengingatkan agar pembicara
menghormati orang yang lebih tua, dan menyayangi yang lebih muda.

Selain itu, faktor psikologi dan posisi lawan bicara, atau aspek intelektualistas dan adat
istiadatnya harus diperhatikan. Sabda beliau, “Khâtibun-nâsa ‘ala qadri ‘uqûlihim”
(Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar intelektualitasnya). Seperti beda tata
wicara kita kepada anak kecil dan orang dewasa, karena beda kemampuan dan daya serap
otak masing-masing. Begitu pula terhadap orang berpendidikan dan tidak.
Untuk menyesuaikan dengan kultur, budaya dan adapt istiadat, Rasulullah berpesan,
“Khâtibun-nâsa bilughati qaumihim” (Berbicaralah kepada manusia dengan bahasa
kaumnya). Artinya kita perlu menyesuaikan cara berbicara dan berinteraksi dengan
kultur, adat istiadat yang dimiliki seseorang atau suatu kaum. Tentunya sepanjang tidak
melanggar syari’at.

Rasulullah juga meneladankan kemampuan paripurnanya dalam melakukan komunikasi


efektif. Ciri-ciri komunikasi efektif adalah bila terjalin pemahaman dan saling pengertian
antara komunikator dan komunikan. Kemudian tercipta suasana menyenangkan di antara
kedua belah pihak. Yang berbicara maupun yang diajak bicara sama-sama senang.
Hasilnya, hubungan akan semakin baik dan harmonis.

Sebuah keluarga dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan dan fungsi yang
sifatnya primer dan fundamental. Pada hakikatnya keluarga merupakan wadah
pembentuk karakter masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih sangat
membutuhkan bimbingan orang tuanya. Secara umum perkembangan anak meliputi
keadaan fisik, emosional, social dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara sinergi
maka dapat dikatakan bahwa seorang anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam
perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritik yang berarti bahwa bila periode-
periode ini tidak dapat di lalui dengan sinergi maka akan timbul gejala-gejala yang
menunjukkan semisal: ketegangan, keterlambatan, kesulitan dalam menyesuaikan diri,
kepribadian yang terganggu bahkan sama sekali gagal dalam tugas sebagai makhluk
social untuk mengandakan interaksi social yang memuaskan baik untuk diri sendiri
maupun untuk orang di lingkungannya.
Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat tetapi memiliki
peran yang primer dan fundamental, maka dari itu peranan keluarga mempunyai andil
yang sangat besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seoranmg anak, terutama
pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Sebuh keluarga yang gagal memberikan
perhatian dan kasih sayang kepada anak akan memupuk kebencian, rasa tidak aman dan
sebuah tindak kekerasan kepada anak-anaknya. Demikianlah jika sebuah keluarga tidak
dapat menciptakan suasana pendidikan, maka yang terjadi adalah anak-anak akan
terperosok/tersesat jalannya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang memberikan pengaruh sangat besar
bagi tumbuh kembangnya anak remaja, dimana berbagai kebutuhan yang diperlukan
remaja dapat terpenuhi dengan baik, jadi idealnya perkembangan anak remaja akan
optimal jika ia dibesarkan dalam keluarga yang harmonis.
Namun dalam kenyataan kehidupan sehari-hari tidak semua keluarga dapat
memenuhi gambaran keluarga yang ideal tersebut. Perubahan ekonomi, sosial dan budaya
dalam masyarakat dewasa ini akan sangat mempengaruhi kehidupan sebuah keluarga.
Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan di kantor sampai larut malam tanpa memikirkan
anak akan mempengaruhi psikis seorang anak. Kondisi yang demikian ini akan
menyebabkan komunikasi dan interaksi antara sesama anggota keluarga menjadi kurang
intens. Hubungan kekeluargaan yang semula kuat dan erat, cenderung longgar dan rapuh.
Ambisi karier dan materi yang tidak terkendali, telah mengganggu hubungan
interpersonal dalam keluarga.
Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai
penyimpangan dan tidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori
perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku
sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan
yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan.
Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga
dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanak-kanak.
Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja,
individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas
tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan tercapai kepuasan, kebahagian dan
penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan
menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase
berikutnya.
Pada kenyataannya tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut
dengan baik. Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam
memenuhi tugas-tugas tersebut yaitu Masalah pribadi, yang mencakup masalah-masalah
yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik,
penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai dan Masalah khas remaja,
yang mencakup masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti
masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip
yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan
oleh orangtua.
salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya
orangtua sebagai figur tauladan bagi anak, Selain itu suasana keluarga yang meninbulkan
rasa tidak aman dan tidak menyenangkan serta hubungan keluarga yang kurang baik
dapat menimbulkan bahaya psikologis bagi setiap usia terutama usia remaja.
Diposkan oleh ilmu kejiwaan di 06:27

II. Faktor Keluarga

Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil dalam masyarakat. Meskipun demikian,
peranannya besar sekali terhadap perkembangan sosial, terlebih pada awal-awal
perkembangan yang menjadi landasan bagi perkembangan kepribadian selanjutnya.

Anak yang baru dilahirkan berada dalam keadaan lemah, tidak berdaya, tidak bisa
melakukan apa-apa, tidak bisa mengurus diri sendiri, dan tidak bisa memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Jadi, ia tergantung sepenuhnya dari lingkungan
hidupnya, yakni lingkungan keluarga, dan lebih luas lagi lingkungan sosialnya. Dalam
perkembangannya, anak membutuhkan uluran tangan dari orang lain agar bisa
melangsungkan hidupnya secara layak dan wajar. Anak yang baru dilahirkan bisa
diibaratkan sebagai sehelai kertas putih yang masih polos. Bagaimana jadinya kertas
putih tersebut pada kemudian hari tergantung dari orang yang akan menulisinya. Jadi,
bagaimana kepribadian anak pada kemudian hari tergantung dari bagaimana ia
berkembang dan dikembangkan oleh lingkungan hidupnya, terutama oleh lingkungan
keluarganya. Lingkungan keluarga berperan besar karena merekalah yang langsung atau
tidak langsung terus-menerus berhubungan dengan anak, memberikan perangsangan
(stimulasi) melalui berbagai corak komunikasi antara orang tua dengan anak.

Tatapan mata, ucapan-ucapan mesra, sentuhan-sentuhan halus, kesemuanya adalah


sumber-sumber rangsangan untuk membentuk sesuatu pada kepribadiannya. Seiring
dengan tumbuh kembang anak, akan lebih banyak lagi sumber-sumber rangsangan untuk
mengembangkan kepribadian anak. Lingkungan keluarga acap kali disebut sebagai
lingkungan pendidikan informal yang memengaruhi berbagai aspek perkembangan anak.
Adakalanya, hal ini berlangsung melalui ucapan-ucapan atau perintah-perintah yang
diberikan secara langsung untuk menunjukkan apa yang seharusnya diperlihatkan atau
dilakukan oleh anak. Adakalanya pula, orang tua bersikap atau bertindak sebagai
patokan, sebagai contoh atau model agar ditiru. Kemudian, apa yang ditiru akan meresap
dalam diri anak dan menjadi bagian dari kebiasaan bersikap dan bertingkah laku, atau
bagian dari kepribadiannya. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, orang tua jelas berperan
besar dalam perkembangan kepribadian anak. Orang tua menjadi faktor penting dalam
menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran kepribadian
seseorang setelah dewasa. Jadi, gambaran kepribadian yang terlihat dan diperlihatkan
seorang remaja, banyak ditentukan oleh keadaan serta proses-proses yang ada dan yang
terjadi sebelumnya. Lingkungan rumah, khususnya orang tua, menjadi teramat penting
sebagai tempat persemaian dari benih-benih yang akan tumbuh dan berkembang lebih
lanjut. Pengalaman buruk dalam keluarga akan buruk pula diperlihatkan terhadap
lingkungannya. Perilaku negatif dengan berbagai coraknya adalah akibat dari suasana dan
perlakuan negatif yang dialami dalam keluarga. Hubungan antarpribadi dalam keluarga,
yang meliputi pula hubungan antarsaudara, menjadi faktor penting yang mendorong
munculnya perilaku yang tergolong nakal.

Agar terjamin hubungan yang baik dalam keluarga, dibutuhkan peran aktif orang tua
untuk membina hubungan-hubungan yang serasi dan harmonis di antara semua pihak
dalam keluarga. Namun, yang tentunya terlebih dahulu harus diperlihatkan adalah
hubungan yang baik di antara suami dan istri.

enakaln remaja :
1. bagaimana kelakuan remaja kesehariannya?
2. apa saja faktor negatif dari kenakalan remaja,coba beri contoh?
3. apa faktor pendorong bagi kaum remaja untuk melakukan kenakalannya?
4.bagaimana cara penanggulangan untuk kenakalan remaja?
5. di lihat dari persentase tawuran tahun ini semakin meningkat terus yang
jadi pertanyaannya mengapa kenakalan remaja tahun ke tahun semakin
meningkat,coba berialasannya?
6.apa betul kenakalan remaja salah satunya di sebabkab oleh kurangnya
perhatian dari orang tua?
7.apa saja hal-hal yang mempengaruhi remaja untuk melakukan
kenakalannya?
8.menurut anda apakah pergaulan remaja ada hubungannya dengan pretasi
belajar remaja tersebut,beri alasannya?
9.apa benar kenakalan remaja bisa di sebut dengan kreatifitas
remaja?
10.kenakalan remaja sering sekali meresahkan di lingkungan
masyarakat,bagaimana tanggapan anda?

apa yang menyebabkan kenakalan remaja?


2. mengapa bisa sampai terjadi kenakalan remaja?
3. kenakalan bentuk apakah yang sering terdapat pada remaja sekarang?
4. mengapa masa-masa remaja , masa yang rawan akan kenakalan?
5. siapa yang bertanggung jawab dalam permasalahan kenakalan remaja?
6. sampai pada usia berapa remaja akan sadar dan berubah kelakuan?
7. seberapa buruk dampak kenakalan remaja pada saat ini?
8. bagaimana cara mengantisipasi anak agar terhindar dari kenakalan
remaja?
9. mengapa harus remaja yang mengalami masa-masa rawan?
10. hal apa yang membuat kenakalan remaja dapat dikurangi?

You might also like