You are on page 1of 10

PENGGUNAAN SURFAKTAN PADA PROSES BIODEINKING

KERTAS BEKAS PERKANTORAN UNTUK KERTAS CETAK


Sari Farah Dina* dan Nina Elyani**
*
Peneliti Balai Riset dan Standardisasi Industri Medan
**
Peneliti Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung

Naskah diterima tanggal : 10 Maret 2009

THE USAGE OF SURFACTANT IN SORTED WHITE LEDGER BIODEINKING


FOR PRINTING PAPER

ABSTRACT

The experiment of surfactant usage in biodeinking process for Sorted White Ledger (SWL) has
been done. Biodeinking processes were carried out in waterbath shaker up to 20SR and 26SR
freeness at consistency of 25%, temperature of 50 ± 5 C, pH 6.5 – 7.0, for 2 hours and 3 hours
reaction time. Cellulase addition was varied at 0 – 0.6% at a constant surfactant of 0.1%. The
flotation stage was carried out for 20 minutes at a consistency of 0.8%, temperature of 50 ± 5 C and
the dosage of collector was 0.08%. The stock was then washed until neutral pH and screened in
Sommerville screen (150 mesh) to remove a small ink particles that was still retained on the treated
stock fiber. Handsheets of 60 g/m2 made from biodeinked pulp were then tested for dirt count,
brightness, tensile index and tear index. The test results showed that the use of SWL-biodeinked pulp
up to 30% met the requirement of opacity and water absorption (Cobb60) . The handsheets caliper still
did not meet the standar yet. The handsheets brightness were lower than standard since the brightness
of LBKP used was also low. Although the pH of handsheets were neutral/slightly alkaline (7.0 – 7.2),
it still did not meet the requirement, i.e. 7.5-8.5.
Keywords: waste paper, Sorted White Ledger (SWL), biodeinking, combined enzyme-surfactant
deinking, printing paper properties

INTISARI

Telah dilakukan percobaan penggunaan surfaktan pada proses biodeinking untuk mengolah
Sorted White Ledger (SWL) dengan dua target freeness yakni: 20 dan 26 SR dan variasi
penambahan enzim 0 – 0,6 % terhadap berat kering serat pada jumlah penambahan surfaktan tetap
sebesar 0,1% terhadap berat kering serat. Reaksi enzim dilakukan di dalam waterbath-shaker pada
konsistensi 25%, suhu konstan 50±5 C dan pH 6,5 – 7,0 dengan waktu reaksi divariasikan: 2 jam dan
3 jam. Tahap flotasi dilakukan selama 20 menit pada konsistensi 0,8% dan suhu 50±5 C. Pada tahap
ini ditambahkan kolektor sebanyak 0,08% terhadap berat kering serat. Stok hasil flotasi dicuci dan
disaring menggunakan penyaring Sommerville (150 mesh) untuk menghilangkan sisa partikel tinta
ukuran kecil yang masih tertinggal di dalam serat. Pulp hasil biodeinking dibuat lembaran tangan (60
g/m2) dan dievaluasi sifat optik, noda dan fisik/kekuatannya. Hasil pengujian lembaran menunjukkan
bahwa penambahan pulp SWL hasil biodeinking maksimum 30% masih dapat memenuhi persyaratan
kualitas kertas cetak ditinjau dari opasitas dan daya serap air (Cobb60). Tebal lembaran belum
memenuhi persyaratan. Derajat putih LBKP yang rendah menjadi salah satu faktor penyebab tidak
tercapainya derajat putih lembaran yang dipersyaratkan. Meskipun pH lembaran sudah berada pada
kondisi netral/sedikit alkali (7,0 – 7,2) namun belum memenuhi persyaratan yakni 7,5 – 8,5.
Kata kunci: kertas bekas, Sorted White Ledger (SWL), biodeinking, deinking kombinasi enzim-
surfaktan, sifat kertas cetak

1
BS, Vol. 44, No. 1, Juni 2009 : 1 - 10

PENDAHULUAN pada jenis tinta/proses cetak yang telah dialami


oleh kertas. Berdasarkan jenis proses cetak,
Kertas bekas perkantoran putih (white
ukuran partikel tinta yang dihasilkan selama
ledger) merupakan jenis kertas bekas yang
proses daur-ulang kertas bekas, baik dari jenis
semakin banyak ketersediaannya. Kesulitan
kertas salut maupun tanpa salut dapat dilihat
utama yang dijumpai pada saat pengolahan
pada Tabel 1.
kertas bekas ini adalah pada tahap penghilangan
tinta. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini
Tabel 1. Ukuran Partikel Tinta Setelah
teknologi proses cetak semakin didominasi oleh
Penguraian Serat Kertas Bekas
cetak digital (laser dan copy). Tinta dari cetak
digital secara umum mengandung resin polimer
yang telah mengalami pemeraman (cured) dan Diameter Partikel Tinta, m
mengikat partikel tinta demikian kuatnya pada Tinta Untuk Kertas Tanpa Kertas Disalut
permukaan serat sehingga sulit untuk dilepas Salut
secara sempurna dengan bahan kimia deinking Letterpress 2,0 – 30,0 10,0 – 100,0
konvensional, selama tahap penguraian serat di Offset 2,0 – 30,0 50,0 – 100,0
pulper. Water-based flexo 0,3 – 1,0 0,7 – 2,0
Rotogravure 2,0 – 30,0 5,0 – 30,0
Laser print, 40,0 – 400,0 40,0– 400,0
Sifat Umum Kertas Bekas Perkantoran Putih Fotokopi
(Sumber: Finnish American Paper Engineers' Textbook)
Kertas bekas perkantoran putih terpilih
atau yang telah disortir (sorted white ledger
=SWL) secara fisik sangat berbeda dengan
kertas bekas lainnya seperti Old Newsprint
(ONP) atau Old Corrugated Container (OCC).
Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu:
komponen serat yang terkandung di dalamnya
dan jenis proses cetak yang telah dialami.
SWL umumnya terdiri dari campuran serat
pendek (LBKP) dan serat panjang (NBKP) yang
diputihkan. Sedangkan ONP dan OCC
umumnya mengandung serat mekanis. Saat ini,
SWL adakalanya juga mengandung serat
mekanis yang diputihkan, sehingga batas antara
keduanya semakin tidak jelas. Tinta yang
terdapat pada ONP dan OCC umumnya berasal
dari proses cetak mekanis seperti offset, Gambar 1. Ukuran Partikel Tinta dari Beberapa
flexography, dan/atau letterpress. Sedangkan Jenis Cetak Non-impact
kertas bekas SWL umumnya mengandung tinta
dari proses cetak non-impact seperti: laser, Tinta cetak yang berasal dari proses cetak
fotokopi dan ink-jet. flexography, laser, ink-jet dan fotokopi adalah
yang paling sulit dihilangkan selama tahap
Hubungan Tinta Cetak dan Proses Deinking deinking kertas bekas. Tinta flexo yang
Deinking merupakan suatu proses untuk merupakan tinta water-based (berpelarut air),
melepaskan dan memisahkan partikel tinta cetak selama tahap penguraian, pelepasan dan
dari serat kertas bekas yang didaur-ulang untuk pemisahan menghasilkan partikel-partikel yang
memperbaiki sifat optik dari serat yang sangat kecil (lihat Tabel 1), sehingga
diperoleh. Pelepasan tinta cetak dari serat yang menyebabkan derajat putih serat lebih rendah
telah diuraikan lebih dulu selama tahap daur- serta menimbulkan kesulitan pada pengolahan
ulang dapat dilakukan secara kimia dan mekanis. air pencuci yang akan didaur-ulang.
Partikel tinta yang telah terlepas dari permukaan Ukuran partikel optimum untuk
serat selanjutnya dipisahkan dari stok dengan menghilangkan partikel tinta secara efektif
cara flotasi dan/atau pencucian. Efektifitas melalui proses flotasi adalah 10 – 250 m.
deinking sangat ditentukan oleh pemilihan Dalam proses flotasi, ukuran partikel tinta
proses pemisahan yang tepat, dan ini tergantung yang kecil akan mengurangi kemampuan peng-

2
Penggunaan Surfaktan pada Proses Biodeinking
Kertas Bekas ......; Sari Farah Dina dan Nina Elyani

hilangan tinta (deinkability), sedangkan pada sehingga pada tahap pengolahan limbah dapat
proses pencucian terjadi sebaliknya dimana menyebabkan masalah yang serius bagi
proses pemisahan dapat berlangsung secara lingkungan. Penggunaan kolektor asam lemak
efektif pada partikel tinta yang berdiameter untuk cara flotasi, dapat menyebabkan masalah
kurang dari 10 m. seperti timbulnya endapan pitch dan kerak
Untuk tinta dari hasil cetak non-impact kalsium pada jalur proses penyediaan stok
seperti: laser dan fotokopi, efektif pada kisaran hingga proses pembuatan kertas.
antara 70 m hingga lebih dari 400 m (lihat Hal menarik lainnya dari penggunaan
Gambar 1). Ukuran partikel tinta yang terlalu enzim pada proses deinking adalah
besar perlu dikurangi dengan perlakuan mekanis berkurangnya pemakaian bahan kimia seperti:
sebelum melewati proses flotasi. NaOH, Na-silikat, peroksida dan chelating
agent yang berdampak terhadap menurunnya
Proses Deinking Konvensional Vs Biodeinking beban Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD) dalam
Secara garis besar rangkaian tahapan proses limbah cair sehingga dapat menghemat biaya
penghilangan tinta dari kertas bekas, baik secara pengolahan limbah pabrik.
konvensional maupun enzimatis (biodeinking)
adalah sama yaitu: tahap penguraian, tahap Optimasi Biodeinking
pelepasan tinta dan tahap pemisahan tinta. Hal
utama yang membedakan antara sistem Penggunaan enzim (biodeinking) telah
konvensional dan biodeinking adalah pada diusulkan sebagai salah satu alternatif pengganti
tahap pelepasan tinta. Pada deinking bahan kimia yang digunakan pada tahap
konvensional, pelepasan tinta dilakukan secara penguraian. Metodologi yang diajukan
kimiawi dengan menambahkan senyawa alkali menggunakan media netral yang bermanfaat
untuk memberikan efek pembengkakan serat menurunkan muatan pengotor dan juga lebih
(fiber swelling), penyabunan senyawa tepat dalam hal pelestarian lingkungan
hidrokarbon (pembawa) yang ada pada tinta dibanding suasana terlalu asam atau alkali.
serta proses hidrolisa dan pendispersian tinta. Beberapa jenis enzim yang dapat
Senyawa kimia lain yang ditambahkan berfungsi digunakan pada biodeinking diantaranya
untuk menjaga kualitas serat, stabilitas dan selulase, hemiselulase, xylanase, CMC-ase dan
efektifitas selama proses pelepasan dan -selulase. Pemakaian selulase pada deinking
pemisahan tinta. Pada biodeinking, digunakan masih relatif baru dan terdapat berbagai
enzim untuk menggantikan sebagian fungsi pendapat yang kontradiktif. Ada yang
bahan kimia yang digunakan pada proses menyatakan selulase bekerja dengan cara
deinking konvensional. mengikat serat pulp yang menyebabkan
Hasil pengamatan menyimpulkan bahwa perubahan pada permukaan serat sehingga
proses enzimasi dapat dihubungkan sebagai membantu pelepasan partikel tinta dari serat
aktivitas biologi yang khas dari enzim yang selama tahap repulping. Pendapat lain
memutus ikatan serat serta mengeluarkan tinta menyebutkan bahwa enzim menghidrolisa dan
yang diikat pada permukaan serat dan juga yang mendegradasi bagian terluar dari selulosa (serat)
terdapat dalam ikatan serat atau di antara fibril- yang menyebabkan pelepasan tinta dari serat.
fibril. Sebagian enzim menghidrolisa selulosa ke Juga dilaporkan bahwa aksi enzim dan mekanik
dalam struktur mikro permukaan serat selama merupakan dasar dari proses biodeinking.
tahap pulping. Karena aktivitas biologis dari Deinking menggunakan enzim meningkatkan
enzim ini, partikel tinta halus yang melekat ke keefektifan penguraian akibat friksi antar serat
dalam ikatan serat, fibril-fibril dan serat halus yang lebih tinggi.
yang tidak mungkin dihilangkan melalui bahan Untuk mengoptimalkan kinerja enzim
kimia deinking konvensional, dapat dihilangkan pada tahap pelepasan tinta ada beberapa variabel
melalui proses biodeinking. proses dan peralatan yang perlu diperhatikan,
Peralihan dari sistem konvensional ke diantaranya:
bioteknologi memberikan beberapa keuntungan, a. Jenis dan Dosis Penambahan
diantaranya adalah berkurangnya masalah busa
di jalur proses pembuatan kertas akibat Kombinasi enzim-surfaktan memberikan
penggunaan surfaktan (untuk cara pencucian). gambaran positif terhadap potensi biodeinking.
Lebih jauh, beberapa jenis surfaktan yang Rasio dosis enzim-surfaktan yang optimum
digunakan tahan terhadap proses biodegradasi,

3
BS, Vol. 44, No. 1, Juni 2009 : 1 - 10

tergantung pada kualitas kertas bekas yang Perbedaan ini tergantung pada jenis peralatan
diolah, kualitas white water yang digunakan dan komposisi kertas bekas yang digunakan.
pada tahap pulping dan kemampuan untuk
f. Peralatan
mencapai kelancaran sistem yang dapat diterima.
Konsentrasi surfaktan harus diseleksi untuk Efektifitas penggunaan enzim tidak
mendapatkan kelancaran sistem dan terlepas dari perlakuan mekanis untuk
pengendalian busa. Pengalaman terdahulu membantu dalam pemisahan partikel
menunjukkan bahwa rentang penambahan tinta/pengotor dari serat. Peralatan yang
surfaktan yang dapat diterima adalah antara 0,04 dibutuhkan diantaranya: screen, cleaner, sel
– 0,2% terhadap berat kering serat, sedang flotasi, washer dan peralatan penjernihan white
penambahan enzim adalah antara 0,024 – water.
0,048%4. Penambahan selulase sekitar 4 liter per g. Titik Penambahan Bahan Kimia
ton kertas dilaporkan dapat meningkatkan sifat
fisik serat hasil daur-ulang. Penambahan enzim yang paling baik pada
proses deinking dilaporkan adalah pada tahap
b. Konsistensi penguraian di pulper. Ketentuan ini dimaksud
Efisiensi penghilangan kontaminan untuk memberikan peluang terjadinya reaksi
menggunakan kombinasi enzim-surfaktan dapat pengelupasan permukaan serat melalui aksi
memberikan keuntungan jika berlangsung pada agitasi pada tingkat tertentu.
konsistensi stok di pulper yang tinggi, yaitu 3 –
12%. Konsistensi yang tinggi memberikan Biodeinking Kombinasi
kesempatan pengikatan enzim yang lebih Proses biodeinking yang dikombinasi
intensif pada permukaan serat. dengan salah satu cara pelepasan tinta sistem
c. pH konvensional, yaitu cara pencucian, merupakan
suatu cara yang lebih efektif dalam pengolahan
Pengendalian pH sangat penting untuk kertas bekas yang mengandung tinta cetak
memastikan aktifitas enzim yang optimum dan berukuran besar. Partikel-partikel tinta yang
setiap jenis enzim memiliki aktifitas pada pH telah dilepas akibat reaksi hidrolisa enzim
yang spesifik. Secara umum, enzim yang terhadap serat selulosa tidak membentuk flok
digunakan untuk deinking atau bleaching berukuran lebih besar dikarenakan adanya
memiliki aktifitas pada pH antara 4,5 – 9,0. surfaktan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada pH Aplikasi enzim-surfaktan pada peng-
>9 tidak memberikan efek positif terhadap hilangan tinta kertas bekas jenis SWL pada
peningkatan efisiensi penghilangan kontaminan. percobaan ini dimaksud untuk mengendalikan
Selulase memiliki aktifitas pada pH antara 6 – 9 aglomerasi partikel tinta yang sudah terlepas
dan optimum pada kondisi pH netral. dari serat. Sebagaimana diketahui tinta yang
d. Suhu Reaksi terdapat pada SWL umumnya berasal dari
proses cetak laser dan fotokopi, yang memiliki
Rentang suhu operasi enzim yang umum
ukuran partikel yang besar (sekitar 350 m).
adalah berkisar antara 25 – 55 C. Untuk
Ukuran tinta yang besar lebih efektif dipisahkan
selulase, khususnya yang dihasilkan dari
dengan cara flotasi, namun agar beban flotasi
mikroba Bacillus stearothermophillus, aktifitas
tidak terlalu berat maka penambahan surfaktan
optimumnya adalah pada suhu 50 – 55 C, pada tahap enzimasi sangat diperlukan agar
sedangkan selulase yang berasal dari mikroba partikel tinta tidak beraglomerasi membentuk
Trichoderma viride memiliki aktifitas optimum partikel berukuran yang lebih besar lagi pada
pada suhu 30 – 35 C. saat flotasi.
e. Waktu Reaksi Di dalam percobaan ini ada dua hal yang
menjadi prioritas pengamatan yakni: untuk
Waktu tinggal yang paling baik agar mendapatkan informasi efektifitas pemakaian
terjadi penguraian dan pemotongan serat dalam enzim pada proses penghilangan tinta cetak
batas pengendalian tertentu adalah antara 30 – digital dari kertas bekas dan juga melihat
45 menit. Masing-masing pabrik akan potensi enzim lokal yang diproduksi oleh Badan
memerlukan waktu penguraian yang berbeda. Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).

4
Penggunaan Surfaktan pada Proses Biodeinking
Kertas Bekas ......; Sari Farah Dina dan Nina Elyani

BAHAN DAN METODA 50 ± 5 C dan pH 6,5 – 7,0. Pada tahap flotasi


Bahan baku yang digunakan pada ditambahkan kolektor sebanyak 0,08% terhadap
percobaan ini adalah kertas bekas putih terpilih berat kering serat, yang dilakukan pada
(SWL) yang diperoleh dari perkantoran, yang konsistensi 0,8% serta suhu diatur pada 50±5 C
mengandung tinta dari proses cetak laser dan selama 20 menit. Stok hasil flotasi dicuci dan
fotokopi. Enzim yang digunakan adalah selulase disaring menggunakan penyaring Sommerville
yang berasal dari Bacillus stearothermophillus (150 mesh) untuk menghilangkan partikel tinta
dan bahan kimia deinking berupa kolektor dan ukuran kecil yang tidak dapat dipisahkan selama
foaming agent. Pulp hasil pegolahan yang flotasi.
terpilih digunakan untuk pembuatan kertas yang Pulp hasil biodeinking dibuat lembaran
dikombinasikan dengan pulp serat pendek tangan (60 g/m2) dan dievaluasi sifat optik, noda
diputihkan (LBKP) dan broke. Sebagai bahan dan fisik/kekuatannya. Dari variasi terpilih hasil
aditif pada pembuatan kertas, ditambahkan darih biodeinking ini kemudian dijadikan campuran
internal AKD, pati kationik, bahan pengisi bahan baku untuk pembuatan kertas cetak (60
kalsium karbonat, bahan peretensi, serta bahan g/m2) dengan variasi komposisi pulp terpilih
pewarna dan OBA. hasil biodeinking 10 – 50%, LBKP 75 – 35%
Proses deinking skala laboratorium diawali dan broke tetap 15%. Sebagai aditif
dengan tahap penguraian kertas bekas di dalam ditambahkan AKD 0,83%, pati kationik 1,74%,
beater pada konsistensi 1,5% hingga dicapai bahan pewarna 0,0102%, CaCO3 13,26%, OBA
freeness 20 dan 26 SR. Terhadap masing- 0,29% dan bahan peretensi polimer ganda
masing stok selanjutnya diberi perlakuan enzim- 0,055% (kationik) + 0,047% (anionik).
surfaktan dengan variasi penambahan enzim Lembaran tangan yang diperoleh diuji dan
sebesar 0,2%, 0,4% dan 0,6% terhadap berat dievaluasi dalam hal sifat fisik/kekuatan, sifat
kering serat; sedangkan surfaktan ditambahkan optik dan jumlah noda. Tahapan rinci dari
tetap sebesar 0,1% terhadap berat kering serat. percobaan yang dilakukan digambarkan dalam
Reaksi enzim dilakukan di dalam waterbath- Gambar 2.
shaker pada konsistensi 25%. Waktu reaksi
divariasikan 2 jam dan 3 jam pada suhu konstan

Selulase: 0 – 0.6%
Surfaktan: 0.1% Kolektor: 0.08%
t: 2 dan 3 jam; C: 25% C: 0.8%; T: 50±5 C; t: 20 menit
T: 50 ± 5 C ; pH 6,5 – 7,0.

Pulp SWL: Pencucian-penyaringan,


20 SR dan 26 SR pembuatan lembaran (60
g/m2) dan pengujian (noda,
sifat optik dan kekuatan)

Proses Flotasi
Penangas Air Bergetar

Selected-Biodeinked Pulp (SBP)


26 SR, t: 2 jam, dosis enzim
Pengujian dan 0,4%, surfaktan 0,1%
Evaluasi

Pembuatan Kertas Cetak 60 g/m2 SBP : 10 – 50%


Aditif: AKD 0,83%, pati kationik 1,74%, bahan LBKP : 75 – 35%
pewarna 0,0102%, CaCO3 13,26%, OBA Broke Pulp: 15%
0,29% dan bahan peretensi polimer ganda
0,055% (kationik) + 0,047% (anionik).

Gambar 2. Diagram Alir Percobaan

5
BS, Vol. 44, No. 1, Juni 2009 : 1 - 10

HASIL DAN PEMBAHASAN polimer selulosa sehingga menyebabkan


putusnya ikatan antar serat. Diharapkan reaksi
Kertas bekas jenis SWL merupakan jenis
ini hanya berlangsung pada permukaan serat
kertas bekas yang sulit dihilangkan tintanya,
yang hanya mengandung partikel tinta saja
karena sebagian besar dicetak menggunakan
sehingga membantu proses pelepasan tinta dari
proses fotokopi atau printer laser yang
serat.
menyebabkan partikel tinta masuk ke dalam
Waktu reaksi tidak berpengaruh nyata
serat sehingga sulit dihilangkan secara
pada tingkat derajat giling yang semakin tinggi,
konvensional. Dengan mengaplikasikan proses
namun pada derajat giling yang lebih rendah
biodeinking, selulase mempermudah proses
diperlukan waktu reaksi selulase yang lebih
pelepasan tinta dengan cara mendegradasi
lama yaitu 3 jam.
permukaan serat atau memecahkan polimer
Penambahan enzim meningkatkan efek-
selulosa sehingga membebaskan ikatan antar
tivitas penurunan noda antara 45 – 87%
serat. Uraian berikut ini menjelaskan hasil
dibanding tanpa enzim (blanko). Penurunan
percobaan biodeinking yang dilakukan dengan
jumlah noda paling besar diperoleh pada
variasi derajat giling (freeness), waktu reaksi
penambahan enzim sebesar 0,4% pada seluruh
dan dosis penambahan selulase.
variasi waktu dan derajat giling, dan penurunan
a. Noda tertinggi dicapai pada derajat giling 26 SR dan
Selama tahap penguraian, partikel tinta dari waktu 2 jam.
cetak laser dan fotokopi akan membentuk Penambahan enzim lebih dari 0,4%
partikel yang berukuran besar. Kombinasi menyebabkan semakin banyak serat yang
sistem enzim-surfaktan yang diaplikasikan pada mengandung partikel tinta yang terlepas/
tahap ini dapat mengurangi kecenderungan terpotong dari serat utuh. Namun karena
partikel tinta untuk beraglomerasi membentuk surfaktan dan kolektor yang ditambahkan adalah
ukuran yang lebih besar lagi dengan tetap, maka beban flotasi akan semakin berat
mendispersikan tinta dalam stok. Jika tinta ini untuk memisahkan partikel tinta. Hal inilah
tidak terdispersi dengan baik dan juga selama yang menyebabkan noda pada lembaran
tahap flotasi sukar diikat oleh kolektor maka meningkat kembali pada dosis enzim 0,6%.
akan membentuk sejumlah besar noda pada b. Derajat Putih
lembaran kertas yang dihasilkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi derajat
1400
putih kertas, beberapa diantaranya adalah:
1200
derajat putih pulp yang digunakan sebagai
Noda, mm2/m2

1000
bahan baku kertas, jumlah noda yang berasal
800
dari serat sekunder serta jenis dan karakteristik
600
bahan pengisi yang ditambahkan.
400
Terkait dengan kandungan noda yang
200
sebagian berasal dari partikel tinta, merupakan
0
salah satu parameter penting untuk melihat
0% 0,2% 0,4% 0,6%
Dosis enzim, %
kinerja proses deinking, namun kadang kala
2 jam, 20 °SR 3 jam, 20 °SR memberikan korelasi negatif terhadap derajat
2 jam, 26 °SR 3 jam, 26 °SR putih kertas. Pada proses deinking yang efektif,
Gambar 3. Pengaruh Dosis Enzim, Waktu jumlah noda yang terbawa pada kertas semakin
Reaksi dan Derajat Giling terhadap rendah dan menghasilkan lembaran dengan
Noda Lembaran derajat putih lebih tinggi. Namun apabila proses
deinking tidak efektif, terutama dalam pemilihan
Hasil uji noda pada Gambar 3 tahap pelepasan partikel tinta (pencucian, flotasi
menunjukkan bahwa meningkatnya derajat atau kombinasi keduanya), maka menyebabkan
giling stok semakin menurunkan jumlah noda partikel berukuran sangat kecil (< 0,04 mm2)
dalam lembaran. Hal ini dikarenakan dengan akan terbawa kedalam kertas dan tidak dapat
bertambahnya tingkat penguraian serat maka dideteksi melalui uji noda. Adanya noda yang
potensi enzim untuk mendegradasi serat yang demikian justru akan menurunkan nilai derajat
mengandung partikel tinta semakin besar. putih lembaran dan freeness terhadap indeks
Degradasi permukaan serat oleh selulase akan tarik lembaran.
melemahkan ikatan antar serat atau memecah

6
Penggunaan Surfaktan pada Proses Biodeinking
Kertas Bekas ......; Sari Farah Dina dan Nina Elyani

12 diantaranya adalah gramatur, densitas serat serta


operasi pengempaan dan calendering selama
Indeks Sobek, mN.m2/g

11
proses pembuatan kertas. Lembaran dengan
10
gramatur sama tetapi bahan baku berbeda dapat
9
menghasilkan tebal lembaran yang berbeda.
8
Serat halus dan serat pendek umumnya bersifat
7 bulky sehingga lembaran yang dihasilkan akan
6 lebih tebal. Untuk mendapatkan tebal yang sama,
0% 0,2% 0,4% 0,6% beban pengempaan atau calendering umumnya
Dosis enzim, % ditingkatkan, dan pada akhirnya menyebabkan
2 jam, 20 °SR 3 jam, 20 °SR
kenaikan biaya produksi.
2 jam, 26 °SR 3 jam, 26 °SR Hasil uji tebal pada Gambar 7
Gambar 6. Pengaruh Dosis Enzim, Waktu Re- menunjukkan nilai tebal yang berada di luar
aksi dan Freeness terhadap Indeks rentang standar nilai yang ditetapkan. Hal yang
Sobek Lembaran mungkin menjadi penyebab tingginya tebal
lembaran yang dihasilkan pada percobaan ini
Atas dasar hasil evaluasi di atas, dipilih adalah SWL yang digunakan pada percobaan ini
variasi yang akan digunakan sebagai bahan baku memiliki kandungan serat pendek lebih banyak
pada pembuatan kertas cetak; variasi tersebut sehingga semakin tingginya jumlah pulp hasil
adalah biodeinked pulp dari stok dengan derajat biodeinking SWL dalam campuran bahan baku
menyebabkan lembaran kertas dihasilkan
giling 26 SR, dosis enzim 0,4%, dan waktu
semakin bulky.
reaksi 2 jam. Hasil uji lembaran tangan yang
dibuat dari berbagai variasi komposisi campuran 120

bahan baku (biodeinked pulp-LBKP-broke) 100


85
dengan ditambahkan bahan kimia kertas tertentu 80
75
dijelaskan pada uraian di bawah ini. 57.6 62.4
Nilai

60
c. Gramatur dan Tebal
40

Pengukuran gramatur dipandang penting


20
karena selain berpengaruh terhadap transaksi
jual-beli juga terhadap sifat kertas yang 0
Gramatur, g/m2 Tebal, μm
dihasilkan seperti sifat kekuatan dan sifat optik Standard (batas bawah) Bd:L:Br = 2:25:3
lembaran. Gambar 7 menunjukkan bahwa Bd:L:Br = 4:13:3 Bd:L:Br = 6:11:3
gramatur lembaran yang dihasilkan masih Bd:L:Br = 8:9:3 Bd:L:Br = 10:7:3
Standard (batas atas)
berada pada rentang gramatur yang
dipersyaratkan pada pembuatan kertas cetak Gambar 7. Hasil Uji Gramatur dan Tebal Lem-
untuk gramatur 60 g/m2, yaitu ± 4% atau pada baran pada Berbagai Komposisi
kisaran 57,6 – 62,4 g/m2. Hal ini memberikan Biodeinked Pulp
indikasi bahwa serat sekunder yang digunakan,
d. Derajat Putih dan Opasitas
termasuk biodeinked pulp, teretensi dengan baik
selama tahap pembentukan lembaran. Umumnya Parameter derajat putih pada kertas cetak
lembaran yang dibuat dari serat sekunder lebih diperuntukkan untuk memberikan nilai
memiliki tingkat retensi lebih rendah akibat estetika yang baik sehingga orang sering
banyaknya serat halus yang lolos selama tahap mengidentikkan kertas yang lebih putih akan
pembentukan. terlihat lebih baik dibanding kertas yang
Selulase yang ditambahkan pada tahap cenderung berwarna kekuningan, meskipun
penguraian menghidrolisa serat halus menjadi diketahui derajat putih kertas yang tinggi
bentuk gula terlarut sehingga kandungan serat berdampak kurang baik terhadap kesehatan mata.
halus di dalam stok berkurang. Ini merupakan Hasil uji derajat putih lembaran pada
salah satu keuntungan penggunaan enzim dalam Gambar 9 menunjukkan semakin tinggi
pengolahan serat sekunder. kandungan SWL hasil biodeinking di dalam
Tebal merupakan parameter sifat kertas lembaran akan memberikan nilai derajat putih
cetak yang berpengaruh pada kualitas hasil yang semakin baik, namun secara keseluruhan
cetakan. Faktor yang berpengaruh terhadap tebal masih berada di bawah standar (93 – 95 % ISO).

7
BS, Vol. 44, No. 1, Juni 2009 : 1 - 10

Tidak terpenuhinya nilai derajat putih ini


95
kemungkinan lebih disebabkan oleh rendahnya 96
94 93

derajat putih LBKP yang digunakan. Hal ini 92

terlihat dengan semakin berkurangnya 90 89

kandungan LBKP akibat porsi SWL yang 88

Nilai
86
86
bertambah menyebabkan derajat putih lembaran 84
semakin meningkat. Namun karena derajat putih 82

serat SWL hasil biodeinking juga hanya 80


78
91%ISO sehingga tidak mampu menaikkan nilai Derajat Putih, % ISO Opasitas, %

derajat putih lembaran yang dibuat sampai nilai Standard (batas bawah) Bd:L:Br = 2:25:3
standar yang dipersyaratkan . Bd:L:Br = 4:13:3 Bd:L:Br = 6:11:3
Bd:L:Br = 8:9:3 Bd:L:Br = 10:7:3
Sifat optik lainnya yang diperlukan Standard (batas atas)
sehubungan dengan kualitas hasil cetak pada
kertas adalah opasitas. Hasil cetakan pada suatu Gambar 8. Hasil Uji Derajat Putih dan Opasitas
permukaan kertas beropasitas tinggi tidak Lembaran pada Berbagai Komposisi
membentuk bayangan pada permukaan Biodeinked Pulp
sebaliknya. Faktor-faktor yang mempengaruhi e. Daya Serap Air (Cobb60)
opasitas kertas diantaranya adalah: gramatur,
ikatan antar serat, penggilingan dan Daya serap air (Cobb60) merupakan ukuran
pengempaan, formasi lembaran, kandungan efektifitas proses pendarihan (sizing) yang
bahan pengisi dan serat halus. diberikan pada kertas untuk meningkatkan sifat
Pengukuran nilai opasitas didasarkan pada hidrofobisitas permukaan kertas melalui
besarnya koefisien penghamburan dan penambahan bahan darih internal. Pada kertas
penyerapan cahaya yang dilewatkan pada kertas cetak, sifat ini diperlukan untuk pengendalian
menggunakan reflektor yang dilewati sinar pembasahan atau penyerapan tinta selama
dengan panjang gelombang tertentu. Besarnya proses cetak.
koefisien penghamburan cahaya sangat Alkyl Ketene Dymer (AKD) yang
dipengaruhi oleh kandungan serat halus atau ditambahkan pada percobaan ini merupakan
bahan pengisi karena memiliki luas permukaan bahan darih internal yang digunakan untuk
spesifik yang lebih besar dibanding serat utuh. mencapai tingkat penetrasi cairan yang sesuai
Semakin banyak kandungan serat halus maka dengan penggunaan akhir kertas. Hal yang
semakin banyak cahaya yang dihamburkan/ paling berpengaruh terhadap efektifitas proses
direfleksikan dan ini akan memberikan nilai pendarihan adalah rasio penambahan bahan
opasitas yang semakin tinggi. Penggilingan dan darih terhadap kandungan serat halus/bahan
pengempaan pulp kimia yang meningkat akan pengisi serta derajat keasaman bubur kertas.
meningkatkan densitas lembaran sehingga luas AKD efektif bekerja pada pH 6,5 – 8,5, dan
permukaan bebas dari kertas akan berkurang karenanya proses pembuatan kertas yang
dan hal ini berdampak pada penurunan koefisien menggunakan bahan darih AKD dinyatakan
penghamburan cahaya. sebagai proses pembuatan kertas secara alkali.
Hasil pengujian opasitas seperti tertera Kondisi alkalis stok dikendalikan dengan
pada Gambar 8 menunjukkan bahawa opasitas penambahan kalsium karbonat yang juga
lembaran meningkat sejalan dengan meningkat- berfungsi sebagai bahan pengisi.
nya kandungan pulp SWL hasil biodeinking. Hal Hasil uji pada Gambar 9 menunjukkan
ini menunjukkan kandungan serat halus yang semakin tinggi kandungan SWL hasil
terdapat pada serat SWL hasil biodeinking tidak biodeinking maka daya serap air lembaran
seluruhnya terdegradasi oleh selulase pada semakin tinggi. Hal ini dikarenakan dengan
variasi dosis enzim 0,4% dan waktu reaksi 3 jam semakin banyaknya jumlah SWL hasil
(variasi terpilih). Porsi serat halus yang masih biodeinking yang ditambahkan menyebabkan
ada memberikan keuntungan pada peningkatan meningkatnya kandungan serat halus, sehingga
koefisien penghamburan cahaya sehingga total luas permukaan spesifik serat yang bersifat
opasitas kertas meningkat. Meskipun secara hidrofilik dan harus diubah menjadi hidrofob
keseluruhan terjadi peningkatan opasitas namun oleh AKD semakin meningkat. Bertambahnya
hanya penambahan serat SWL hasil biodeinking komponen serat sekunder di dalam campuran,
di atas 20% yang dapat memenuhi nilai sesuai seharusnya diikuti dengan peningkatan jumlah
persyaratan pabrik (86 – 89%). bahan darih yang ditambahkan sehingga

8
Penggunaan Surfaktan pada Proses Biodeinking
Kertas Bekas ......; Sari Farah Dina dan Nina Elyani

permukaan serat yang ada dapat berinteraksi


9
sempurna dengan AKD. 8
Dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa adanya 7
6
SWL hasil biodeinking maksimum 30% di 5

Nilai
dalam lembaran masih dapat memenuhi nilai 4
3
standar Cobb60 yang dipersyaratkan yakni antara 2

20 – 30 g/m2. Agar nilai daya serap air kertas 1


0
pada variasi campuran SWL >30% dapat pH
memenuhi nilai standar maka jumlah AKD yang Standard Bawah Bd:L:Br = 2:25:3 Bd:L:Br = 4:13:3
Bd:L:Br = 6:11:3 Bd:L:Br = 8:9:3 Bd:L:Br = 10:7:3
ditambahkan harus lebih banyak daripada yang Standard Atas
digunakan pada percobaan ini, atau >0,83%.
Gambar 10. Hasil Uji pHLembaran pada
40
Berbagai Komposisi Biodeinked
35
30
Pulp
30
20
25
KESIMPULAN
Nilai

20
15
10
Dari hasil percobaan yang dimulai dari
5 tahap biodeinking sampai pembuatan kertas dari
0
campuran pulp SWL hasil biodeinking
Daya Serap Air (Cobb-60), g/m2
kombinasi, dapat diambil kesimpulan sebagai
Standard (batas bawah) Bd:L:Br = 2:25:3
Bd:L:Br = 4:13:3 Bd:L:Br = 6:11:3 berikut:
Bd:L:Br = 8:9:3 Bd:L:Br = 10:7:3
Standard (batas atas) - Penggunaan kombinasi selulase dan surfaktan
pada proses deinking SWL adalah efektif di
Gambar 9. Hasil Uji Daya Serap Air (Cobb60) dalam tahap pelepasan tinta dari serat.
Lembaran pada Berbagai - Waktu yang lebih singkat, stok dengan derajat
Komposisi Biodeinked Pulp giling lebih tinggi memberikan kualitas hasil
f. pH deinking lebih baik.
Penetapan parameter pH pada kertas cetak - Proses biodeinking dengan kondisi derajat
diperlukan untuk mewakili sifat permanensi. giling 26 SR, waktu 2 jam dan dosis enzim-
Kertas dengan pH lebih tinggi lebih tahan surfaktan 0,4% - 0,1% masing-masing
terhadap pengaruh oksidasi sehingga tidak terhadap berat kering serat memberikan
berwarna kekuningan akibat penyimpanan kualitas optimum ditinjau dari penurunan noda
dalam jangka waktu lama. paling tinggi yaitu 87%, peningkatan derajat
Pengendalian pH pada percobaan ini putih sebesar 5 poin. Pulp yang dihasilkan
sangat dipengaruhi oleh jumlah bahan pengisi juga mengalami peningkatan sifat ketahanan
yang ditambahkan, sistem/mekanisme dan tarik dan sobek dibanding blanko.
jumlah penambahan bahan peretensi, serta - Pembuatan kertas cetak dari campuran pulp
kandungan serat halus dalam stok. Secara SWL hasil biodeinking terpilih (kualitas
menyeluruh hasil percobaan (Gambar 10) belum optimum) dengan LBKP dan broke
memenuhi nilai standar yaitu 7,5 – 8,5. Hal ini memberikan gambaran bahwa:
kemungkinan disebabkan karena bahan a. Semakin tinggi kandungan SWL hasil
peretensi yang ditambahkan kurang memadai biodeinking, lembaran semakin bulky
untuk mengikat jumlah bahan pengisi yang sehingga untuk menurunkannya sampai
ditambahkan dan kandungan serat halus dalam tingkat yang diinginkan diperlukan beban
stok, sehingga tidak seluruh bahan pengisi yang pengempaan yang lebih tinggi.
ditambahkan tertahan di dalam jalinan serat. b. Semakin tinggi kandungan SWL hasil
Sebagaimana diketahui kalsium karbonat biodeinking, lembaran memberikan nilai
berfungsi sebagai bahan pengisi sekaligus derajat putih dan opasitas yang semakin
pengendali pH untuk efektifitas pengendapan tinggi.
bahan darih AKD. Walaupun belum memenuhi c. Semakin tinggi kandungan SWL hasil
standar, pH lembaran dalam kondisi netral atau biodeinking maka daya serap air (nilai
sedikit alkali, sehingga dapat dikatakan Cobb60) lembaran semakin tinggi.
memiliki permanensi yang lebih baik dibanding
kertas asam dengan pH 4,5 – 5,5.

9
BS, Vol. 44, No. 1, Juni 2009 : 1 - 10

d. Variasi kandungan SWL hasil biodeinking Kleinau, J.H., 1987. “Secondary Fiber and
tidak berpengaruh nyata pada keasaman Recycling”, didalam M.J Kocurek (ed).
(pH) kertas yang dihasilkan. Derajat putih Pulp and Paper Manufacture, Vol. 3,
lembaran yang dihasilkan dari semua Secondary Fiber and Non Wood Pulping,
variasi komposisi masih berada dibawah Joint Text Book Committee of The
nilai standar (93 – 95 %ISO). Paper Industries, Canada.
- Penambahan SWL hasil biodeinking minimum Lee C.K., Darah I., Ibrahim C.O., 2006.
20% menghasilkan opasitas yang dapat “Enzymatic Deinking of Laser Printed
memenuhi standar (86 – 89%). Office Waste Papers: Some Governing
- Penambahan SWL hasil biodeinking Parameters on Deinking Efficiency”,
maksimum 30% menghasilkan daya serap air Fermentation and Enzyme Technology
(Cobb60) yang dapat memenuhi standar (20 – Laboratory, School of Biological
30 g/m2). Sciences, Universiti Sains Malaysia,
- pH lembaran yang dihasilkan bersifat netral Minden, 11800, Penang, Malaysia,
atau sedikit alkali; belum memenuhi standar http://www.sciencedirect.com/science,
kertas alkali, yaitu 7,5 – 8,5. Mc. Kinney, R.W.J., 1995. “Technology of
Paper Recycling”, Blackie Academic &
Professional, An Imprint of Chapman
DAFTAR PUSTAKA and Hall.
Pratima Bajpai and Pramod K. Bajpai, 1998.
Basuki M.N., 2002. “Kertas Bekas Kantor
“Deinking with Enzyme: A Riview”,
Sebagai Bahan Baku Kertas Tulis-
TAPPI Journal vol. 81: No. 12.
Cetak”, Prosiding Seminar Teknologi
Rismijana J., Iin Naomi I., Tutus P., 2003.
Selulosa, Bandung.
“Penggunaan Enzim Selulase-
Jill M. Jobbis and Neal E. Franks, 1997.
Hemiselulase pada Proses Deinking
“Enzymatic Deinking of Mixed Office
Kertas Koran Bekas”, Jurnal
Waste: Process Condition
Matematika dan Sains, Vol. 8, No. 2,
Optimization”, TAPPI Journal, vol. 80:
Juni
No. 9

10

You might also like