Professional Documents
Culture Documents
kebijakan pendidikan
5. Menguraikan substansi materi yang terdapat dalam UU No. 22- tahun 1999
2000
Sebagai orang yang bertugas di wilayah praktis pendidikan. Sudah selayaknya Anda
memahami betul tentang kebijakan-kebijakan bidang pendidikan. khususnya yang ada
dalam lingkup pendidikan dasar dan menengah. Hal ini, sangat penting untuk
diperhatikan, agar Anda selaku guru jenjang pendidikan dasar dan menengah memiliki
pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugas sehari-hari sambil terus meningkatkan
profesionalisme diri.
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan sitematis mengenai kebijakan-kebijakan bidang
pendidikan dasar dan menengah, pelajarilah dengan seksama uraian materi berikut ini.
Secara umum kegiatan pembelajaran 1 mengulas tentang pokok-pokok materi sebagai
berikut:
Kedudukan Pancasila dan UUD 45 sebagai landasan idiil dan konstitusional dari
MATERI PEMBELAJARAN
Pancasila yang berkedudukan sebagai Dasar Negara adalah landasan idiil sistem
pendidikan di Indonesia. Pancasilalah yang secara filosofos menjadi landasan pijakan
sekaligus tujuan ideal penyelenggaraan pendidikan di negara kita. Konsekwensi logisnya
adalah iklim pendidikan di Indonesia harus kondusif terhadap terciptanya manusia yang
Pancasilais, dalam arti:
1. Memiliki kuitur religius, sesuai tuntutan Sila Ketuhanan yang adil dan beradab.
2. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap keutuhan bangsa, sesuai kehendak sila
Persatuan Indonesia.
Indonesia.
Bagaimana amanat yang digariskan UUD 1945 di bidang pendidikan? Para Bapak
Pendiri Bangsa (founding fathers) sejak awal kemerdekaan ternyata sudah sangat.
menyadari arti pentingnya pendidikan bagi pertumbuhan bangsa. Sebagai bukti silahkan
Anda hayati makna yang terkandung dalam alinea ke IV Pembukaan UUD 45 berikut ini.
B. Sampai Sejauh Mana Kemauan Politik (Political Will) dari Lembaga Tertinggi
Nagara (MPR) dalam Memajukan Pendidikan?
UU No.2 tahun 1989 dibentuk dengan maksud untuk memenuhi salah satu tuntutan UUD
1945 yaitu agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
"pengajaran" nasional yang diatur dengan undang-undang. Dangan diberlakukannya UU
No.2 tahun 1989 diharapkan masyarakat luas akan lebih siap menerima penyesuaian.
Penyesuaian yang perlu dilaksankan demi keserasiannya dengan UU itu.
1. Bagaimana Sistematikanya?
UU No.2 tahun 1989 secara sistematis terdiri dari 20 bab yang terbagi ke dalam 59 pasal.
Masing-masing bab memuat ketentuan sebagai berikut:
Bab III : Hak warga negara untuk memperoleh pendidikan (terdiri dari 4 pasal)
Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 UU No.2 tahun 1989, dapat disimpulkan
bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri: a) Pendidikan
pra sekolah, b) Pendidikan Dasar, c) Pendidikan Menengah, dan d) Pendidikan Tinggi.
Mengikuti jenjang pendidikan pacta jenjang pra sekolah bukan merupakan syarat untuk
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain, walaupun mengikuti jenjang
pendidikan pra sekolah itu penting tapi secara yuridis bukan merupakan suatu kewajiban.
Sejak usia beberapa seorang warga negara RI wajib mengikuti Pendidikan Dasar atau
setara? Pasal 14 UU No.2 tahun 1989 menyatakan bahawa usia 7 tahun adalah usia
wajib mengikuti pendidikan dasar atau setara. Sedangkan bagi yang baru berusia 6
tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Hingga dewasa ini pemerintah masih
memberikan kebijakan wajib belajar 9 tahun, yaitu 6 tahun SD dan 3 tahun SLTP.
Apa yang dimaksud dengan pendidikan menengah ? Pasal 15 UU No.2 tahun 1989
menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan menengah terdiri atas: a) Pendidikan
umum, b) Pendidikan kejuruan, c) Pendidikan luar biasa, d) Pendidikan kedinasan, dan e)
Pendidikan keagamaan. Secara umum, pendidikan menengah merupakan pendidikan
yang lamanya 3 (tiga) tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di sekolah
lanjutan atas (SLTA) atau satuan pendidikan yang sederajat.
Badan ini pada dasarnya merupakan wujud upaya sunguh-sungguh dari pemerintah
untuk melakukan demokratisasi di bidang pendidikan. Demokratisasi bidang pendidikan
menuntut adanya perubahan paradigma dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang
sentralistis dengan pendekatan Top Down menuntut segara diubah dengan pendekatan
desentralisatis melalui pendekatan Bottom Up.
Agar Anda memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai Badan Perimbangan
Pendidikan Nasional, perhatikan dengan cermat yang tertera dalam halaman 48 UU No.2
tahun 1989 berikut ini:
dan yang menyampaikan saran nasihat, .dan . pemikiran lain sebagai bahan
pertimbangan.
Reformasi di bidang pendidikan dewasa ini merupakan sesuatu yang mesti dilakukan.
Dua faktor yang melatarbelakanginya adalah a) faktor eksternal yaitu adanya tuntutan
persaingan global di era kesejagatan dan b) faktor internal, yaitu perlunya penyesuaian
sistem pendidikan dengan kebijakan otonomi daerah yang menuntut adanya
desentralisasi bidang pendidikan.
Dengan telah dimulainya era otonomi daerah di Indonesia, make sistem pendidikan yang
sentralistis, secara normatif, perangkat perundangundangan yang mengatur tentang
pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan desentralisasi bidang pendidikan yang
merupakan konsekwensi logis dan diberlakukannya otonomi daerah.
Otonomi daerah pada dasarnya merupakan perwujudan dari asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintah di daerah. Dengan desentralisasi berarti pemerintah pusat
diserahkan kepada daerah tersebut pada akhirnya manjadi urusan rumah tangga daerah
yang bersangkutan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah mulai dari awal
2001, maka di Indonesia lahirlah daerah-daerah otonomi yang berbasis di kabupaten dan
kota. Dengan demikian sebagai daerah otonomi, daerah kabupaten / kota memilki hak,
wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus rumahtangganya sendiri dalam bidang-
bidang tertentu yang telah diserahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat kepada
daerah yang bersangkutan.
Masalah pendidikan termasuk salah satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan
oleh daerah dan daerah kola. Sementara kewenangan yang sifatnya lintas
kabupaten/kota dilaksanakan oleh daerah otonomi propinsi. Kewenangan di bidang
pendidikan yang bersifat lintas kabupaten/kota juga dilaksanakan oleh daerah otonomi
propinsi. Uraian materi yang lebih rinci mengenai pembagian kewenangan bidang
pendidikan dari pusat dan daerah dapat Anda pelajari melalui penjelasan PP. No. 25
tahun 2000 berikut ini.
Rumusan
No Rasional Rincian Kewenangan Hasil
Kewenangan
pedoman 3. Program
pelaksanaannya. pelaksanaan
program
kegiatan TK,
Kurikulum
Nasional untuk
SD/MI,
SLTP/MTs,
SM/MA
4. Pedoman
pelaksanaan
program
kegiatan TK,
Kurikulum
Nasional untuk
SD/MI,
SLTP/MTs,
SM/MA
5. Kurikulum
nasional untuk
setara SD,
SLTP,
persamaan
SLTA.
6. Pedoman
pelaksanaan
kurikulum
nasional untuk
setara SD,
SLTP, dan
Pendidikan
berkelanjutan.
7. Sistem penilaian
hasil belajar
secara nasional
8. Pedoman
pelaksanaan
penilaian hasil
belajar nasional
belajar secara
nasional.
penyusunan, kurikulum
akademik. 7. Tahun
lulusan
pendidikan
tinggi.
tatacara pemberian .
kehormatan) dan
penggunaan
honoris causa
(doktor
kehormatan).
pedoman
perencanaan
anggaran
pendidikan tinggi.
tahun 1990
pendidikan dan
jumlah belajar
efektif luar
sekolah.
UU No 2 tahun perguruan
1989 tinggi.
penetapan
standar sarana
dan persyaratan
pendidikan
tinggi.
ketentuan
penyelenggaraa
n program
pascasarjana
2. Keputusan pemerintah
negeri.
3. Pengembangan
penyelenggaraan
pendidikan tinggi.
Setelah Anda mengamati dengan cermat rincian kewenangan pemerintah pusat dalam
bidan pendidikan yang terjabarkan dalam tabel diatas, cobalah fokuskan perhatian Anda
pada bidang pendidikan dasar dan menengah.
Diskusikanlah dengan rekan sejawat Anda! Kewenangan apa saja yang dimiliki daerah
propinsi dalam bidang pendidikan? Sebagaimana halnya pengaturan mengenai
kewenangan pemerintah pusat No. 25 tahun 2000 juga mengatur kewenangan propinsi
khususnya dalam bidan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini.
Rumusan
No Rasional Rincian Kewenangan Hasil
Kewenangan
1 terbelakang
mampu dapat
memperoleh
kesempatan
yang sama
dalam
memperoleh
pendidikan.
kab / kota
dalam
pengadaan
buku.
pengangkutan kebutuhan
maupun global
dengan tinggi di
penutupan
perguruan tinggi bersangkutan.
persamaan
kualitas
Perhatikan dengan cermat rincian kewenangan propinsi dalam bidang pendidikan yang
tertera pada tabel 2 diatas. Lakukanlah identifikasi terhadap rincian kewenangan dalam
lingkup pendidikan dasar dan menengah. Apabila Anda kesulitan melakukannya sendiri,
diskusikan dengan rekan sejawat atau dengan tutor pada saat kegiatan tutorial.
Bagaimana halnya dengan kewenangan yang dimiliki daerah kabupaten dan kota
utamanya dalam bidang pendidikan dasar dan menengah serta pra sekolah? Peraturan
pemerintah nomor 25 tahun 2000 tidak merinci kewenangan kabupaten kota, mengapa
demikian ? Karena pada dasarnya seluruh kewenangan yang tidak dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan provinsi menjadi kewengan kabutapen/kota.
4. Mengembangkan standar kompetensi siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK atas
sekolah.
6. Menetapkan petunjuk pelaksanaan penilaian hasil belajar TK, SD, SLTP, SMU,
dan SMK.
7. Melaksanakan evaluasi hasil belajar tahap akhir TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
8. Menetapkan etunjuk pelaksanaan kalender pendidikan TK, SD, SLTP, SMU, dan
SMK.
10. Mengadakan blanko STTB dan NEM SD, SLTP, SMU, dan SMK di
kabupaten/kota.
11. Mengadakan buku pelajaran pokok TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
12. Memantau dan mengevaluasipenggunaan sarana prasarana TK, SD, SLTP, SMU
dan SMK
13. Menyusun petunjuk pelaksanaan kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
14. Melaksanakan pembinaan kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
15. Menetapkan kebijakan pelaksanaan penerimaan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan
SMK.
16. Menetapkan petunjuk pelaksanaan penerimaan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan
SMK.
17. Memantau dan mengevaluasi kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
18. Merencanakan dan menetapkan pendirian dan penutupan TK, SD, SLTP, SMU,
dan SMK.
19. Melaksanakan akreditasi TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
20. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
21. Melaksanakan program kerjasama luar negeri di bidang pendidikan dasar dan
22. Membina pengelolaan TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK termasuk sekolah di
23. Melaksanakan mutasi tenaga kependidikan TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.
24. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan karir tenaga kependidikan TK, SD,
SLTP, SMU, dan SMK, sekolah rintisan/unggulan dan sekolah yang terkena
Pokok-pokok kebijakan bidang Pendidikan Dasar dan Menengah dalam propenas 2001-
2005 berpijak kepada visi dan misi yang sesuai dengan tuntutan paradigma baru dunia
pendidikan. Visi dan misi tersebut dijadikan pegangan pokok dalam perumusan tujuan
organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Berangkat dari tujuan
yang telah dirumuskan secara jelas, ditetapkanlah sejumlah program berikut sasarannya
yang meliputi:
Visi pendidikan dasar dan menengah adalah IImemberikan layanan pendidikan lebih baik
yang mampu mewujudkan keunggulan bangsa, yaitu bangsa yang bertaqwa, memiliki
intelektualitas yang prima, bermoral, kreatif, inovatif, professional, produktif dan
demokratis":
Adapun misi organisasi Direktorat Jenderat Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu
sebagai berikut:
a. Meningkatkan pembinaan pendidikan bagi anak usia dini melalui pendidikan pra
sekolah.
kependidikan
Sedangkan rumusan dari tujuan organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah: Mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan untuk menciptakan
rnanusia yang bertaqwa, beriman, bermoral, cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif'. .
2. Apa saja program dan sasaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah yang digariskan propenas 2001-2005?
Program lainnya adalah upaya peningkatan daya tampung TK dan upaya peningkatan
mutu pendidikan TK. Upaya peningkatan daya tampung dilakukan melalui program
pembangunan 120 unit TK pembina negeri tingkat kabupaten/kota dan 3875 TK negeri
tingkat kecamatan. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan akan disediakan alat
pendidikan/peraga berupa alat bermain di luar dan di dalam sebanyak 83000 set, buku
perpustakaan sebanya 562.500 eksemplar. Untuk meningkatkan kualitas tenaga guru,
selama lima tahun kedepan (2001-2005) akan dilakukan pelatihan bagi guru, kepala dan
pengawas TK sebanyak 165.750 orang. Pemberdayaan sekolah swasta dilakukan
melalui banguan dalam bentuk imbas swadaya dengan melibatkan IGTKI dan GOPTKI.
termasuk mereka yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dalam rangka
prasarana lainnya. Di samping itu akan terus dilakukan peningkatan baru jumlah
maupun mutu tenaga kependidikan dasar melalui pelatihan guru. Karena sekolah
yang menunjang.
8. Pengahan buku pelajaran pokok, buku perpustakaan dan buku bacaan anak-
perluasan daya tampung SLTP dalam rangka meningkatkan APK SLTP menjadi
79,4 pada tahun 2006. Angka transisi dari SD ke SLTP diharapkan naik menjadi
4. Penyediaan bantuan bea siswa atau bantuan lain yang bersifat mendidik
sebanyak 909.972.800.
kurikulum muatan lokal dan atau kegiatan kurikuler dengan berbagai pilihan
paket keterampilan.
9. Pembinaan keimanan dan ketakwaan serta nilai-nilai murni, budi pekerti dan jiwa
10. Pengadaan buku pelajaran pokok sekitar 48,6 juta eksemplar dan buku bacaan
serta buku pendidikan lainnya sebanyak 2,9 juta eksemplar sebagai buku
11. Upaya peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui
13. Pemerataan sebaran guru, penempatan dan pengangkatan guru kelas, guru
agama, guru pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru pengganti yang
pensiun dan tenaga kependidikan lainnya secara tepat sasaran dan sesuai
kebutuhan. Hal ini, dilakukan untuk mengatasi kesenjangan tingkat kemajuan
14. Upaya pembukuan sarana dan prasarana pendidikan termasuk alat peraga
pendidikan dan buku. Hal ini, bertujuan untuk peningkatan efisiensi, efektifitas
15. Upaya penataran, pembinaan dan pelatihan manajemen terutama bagi para
SMU dan MA menjadi 29,96% pad a tahun 2005, sedangkan angka transisi dari
dibangun sekitar 1345 USB dan 8000 RKB, serta rehabilitasi gedung dan
terutama bagi siswa berprestasi tetapi tidak mampu dalam rangka pemerataan
dengan kebutuhan.
sebagai berikut:
yang berlaku.
perpustakaan 2 juta eksemplar dan peralatan praktek dalam jumlah, jenis dan
Program pembinaan menengah kejuruan tetap mengacu pada peningkatan mutu dan
relevansi, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, efisiensi dan efektivitas
pengelolaan pendidikan. Untuk lebih jelasnya simak baik-baik beberapa program
pembinaan menengah kejuruan berikut ini:
pendidikan di SMK;
istimewa dan amat baik menjadi regional Center pad a 72 SMK terpilih;
lebih 23.598 orang dan non guru kurang lebih 8264 orang;
kemampuan kompetensi guru SMK negeri dan swasta baik untuk jangka pendek
kualifikasi guru SMK melalui penataran jangka pendek, jangka panjang dan
manajeriai kepala sekolah menengah kejuruan negeri dan swasta dan tenaga
b. melengkapi peralatan praktek bagi SMK negeri dan swasta sebanyak 4.285 unit;
dilakukan pembelian buku-buku yang di keluarkan oleh penerbit dan dijual bebas
(a) penyempurnaan sistem evaluasi dilakukan kinerja SMK dan kepala SMK;
(b) penyempurnaan sistem penyiapan cajon kepala SMK; dan
(c) penyempurnaan program pembinaan dan pengembangan sekolah.
a. peningkatan peran dan fungsi PPPG lingkup kejuruan, bidang Dikmenjur dan
Dikmenjur;
"out-sourcing facilities" dan pemanfaatan sarana yang "idle" dari instansi lain.
Berangkat dari tujuan yang baru saja diuraikan, propenas 2001 - 2005 menggantikan
program-program pembinaan pendidikan luar biasa sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum muatan lokal dan pengadaan berbagai alat
2. Pembangunan UGB dan ruang belajar serta rehabilitasi gedung SLB negeri dan
swasta
Keterampilan.
pelaksanaannya untuk; (a) tuna netra, (b) tuna rungu, (c) tuna grahita, (d) tuna
daksa, (e) tuna laras, dan (f) tuna ganda: untuk TKLB, SDLB, SLTLB, dan SMLB.
6. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, akan dilakukan penataran guru dan
pelatihan bagi kepala sekolah serta penyediaan guru. Di samping ini akan
diadakan 500.000 kumpulan buku pelajaran dan 15.000 set alat peraga
pendidikan.
kondusif.
Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dari pengembangan dan pembinaan
tenaga kependidikan yaitu:
yang mampu memberikan informasi yang mutakhir, lengkap, akurat, sahih dan
spesialisasinya;
kependidikan;
SLTP;
f) diklat kualifikasi dan kompetensi bagi 63.600 orang tenaga kependidikan SMU;
dan
g) diklat kualifikasi dan kompetensi bagi 20.760 orang tenaga kependidikan SMK.
8. Terwujudnya kinerja yang handal dari lembaga diklat (12 PPPG dan 26 LPMP)
yang cukup;
maupun kualitasnya.
dan sistem penghargaan materi dan non materi yang baku, layak, serta kondusif
LATIHAN
1. Simaklah sekali lagi materi tentang landasan sistem pendidikan nasional RI.
2. Buktikan bahwa pasal 31 UUD 1945 menjunjung tinggi keseimbangan antara hak
3. Masalah apa yang dihadapi bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan menurut
bahwa visi, misi dan tujuan direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
diarahkan untuk:
RANGKUMAN
secara hirarkis dari yang tertinggi sampai yang terendah. Pancasila yang
2. Sistem pendidikan nasional secara khusus diatur melalui UU No.2 tahun 1989.
daerah.
TES FORMATIF 1
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-soal di
bawah ini:
1. Amanat yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dalam dengan pendidikan
adalah ....
a. membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME
b. mencerdaskan kehidupan bangsa
c. menciptakan manusia yang humanis
d. membina persatuan
3. Salah satu permasalahan penting dalam bidang pendidikan yang menjadi sorotan
GBHN 1999 adalah ....
a. rendahnya kualitas hasil pendidikan .
b. pendidikan di Indonesia terlalu menekankan aspek intelektrualitas
c. kurang bermaknanya pendidikan bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
d. minimnya anggaran pendidikan menjadi kendala pokok dalam penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas.
4. Dalam perkembangan dewasa ini, UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional perlu disesuaikan dengan paradigma baru dunia pendidikan. Dua faktor yang
melatarbelakanginya adalah
a. penyesuaian dengan otonomi daerah dan tuntutan era globalisasi
b. penyesuaian dengan amandemen UUD 45 dan GBHN 1999
c. tuntutan desentratisasi dan dekonsentrasi bidang pendidikan
d. penyesuaian dengan era reformasi dan globalisasi
8. Kedudukan jenjang pendidikan pra sekolah dalam program wajib belajar sembilan
tahun yaitu
a. pendidikan pra sekolah wajib diikuti dalam progrpm wajib belajar sembilan tahun
b. pendidikan pra sekolah merupakan satu kesatuan dengan program wajib belajar
sembilan tahun
c. pendidikan pra sekolah tidak berkaitan dengan program wajib belajar sembiIan tahun
d. pendidikan pra sekolah sangat rnenunjang program wajib belajar sembilan tahun
10. Dalam rangka mensukseskan wajib belajar sembiIan tahun, salah satu langkah
kebijakan yang diambil adalah ....
a. menghapuskan penyelenggaraan EBTANAS SD
b. menyatukan antara jenjang SD dengan SLTP
c. meniadakan syarat masuk dari SD ke SLTP
d. mempermudah syarat masuk dari SD ke SLTP
KEGIATAN PEMBELAJARAN 2
Dalam kegiatan belajar dua ini, dibahas tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
sebagai terjemahan dari School Based Management (SBM). Untuk memudahkan Anda,
istilah Manajemen Berbasis Sekolah selanjutnya saya tulis MBS saja.
Tujuan yang hendak dicapai setelah Anda membaca bahasan MBS ini adalah,
diharapkan Anda dapat:
Untuk mencapai tujuan tersebut, silakan Anda baca uraian berikut, serta jangan lupa
kerjakan tugas dan latihan yang ada!
MATERI PEMBELAJARAN
Mengingat MBS ini merupakan sebuah konsep baru dalam wacana pendidikan nasional,
dan upaya sosialisasi belum dilaksanakan maksimal. Jadi sangat wajar apabila di antara
para guru atau tenaga kependidikan lainnya belum memahami secara utuh tentang MBS
ini. Oleh karena itu perlu ada pembahasan secara khusus tentang MBS. Sebelum
membahas lebih lanjut, perlu kiranya diulas sepintas tentang pengertian dan ciri-ciri MBS.
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau dalam terminologi bahasa Inggris disebut
"School Based Management" (SBM),
p ada dasarnya MBS adalah sebuah pendekatan pengelolaan sekolah yang bertitik tolak
dari pemikiran, pertimbangan, kebutuhan dan harapan dari sekolah itu sendiri. Artinya,
sekolah akan barakar dan bertopang pada kondisi nyata masyarakat setempat (bottom
up) dan bukan lagi mengikuti "bulat-bulat" petunjuk pemerintah (top down).
Selain beberapa pengertian terse but, MBS pun diartikan pula sebagai wujud dari
reformasi pendidikan yang menginginkan adanya perubahan dari kondisi yang kurang
baik menuju kondisi yang lebih baik dengan memberikan kewenangan (otorita) kepada
sekolah untuk memberdayakan diri.
Dari berbagai pengertian yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik benang merah yang
menunjukkari ciri-ciri MBS.
MBS sekurang-kurangnya memiliki ciri sebagai berikut:
Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu bidang utama dalam pembangunan jangka
panjang kedua (PJP II) yang dimulai sejak Pelita VI adalah tentang pengembangan
sumber daya manusia sebagaimana dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal ini, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki tekad yang kuat untuk
mencapai keunggulan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Komitmen nasional ini menjadi
legitimasi bagi berlangsungnya upaya maksimal dan terus menerus dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat
memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap
gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan.
Berbicara tentang pendidikan tentu saja tidak terlepas dari institusi yang bernama
"sekolah", sekolah merupakan wahana tempat berlangsungnya pendidikan sekaligus
sebagai tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang
akan datang.
Sejalan dengan bergulirnya era otonomi atas dasar UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU
Nomor 25 1999 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, membawa nuansa baru
dalam sistem pengelolaan pendidikan. Nuansa baru itu antara lain berkembangnya
pemikiran untuk melaksanakan desentralisasi pengelolaan pendidikan sejalan dengan
otonomi daerah. Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong peningkatan
pelayanan di bidang. pendidikan kepada masyarakat, yang bermuara pada upaya
peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan dalam tataran yang paling bawah yatiu
sekolah. Dengan kata lain pendidikan perlu perubahan yang dapat dilakukan melalui
perubahan dan peningkatan dalam pengelolaan atau manajemen pendidikan di sekolah.
Sehubungan dengan hal tersebut, juga terdorong oleh suasana perubahan politik
kenegaraan, masyarakat merasa yakin bahwa salah satu upaya penting yang harus
dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan sekolah
melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS ini pada intinya memberikan
kewenangan dan pendelegasian kewenangan (delegation of authority) kepada sekolah
urtuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas secara berkelanjutan (quality
continous improvement).
Di samping faktor internal sebagaimana diuraikan tersedut ada faktor luar (ekstemal)
yang juga turut melatarbelakangi lahirnya MBS, antara lain adalah pelaksanaan MBS di
beberapa negara maju. Di banyak negara, reformasi pendidikan dimulai pada dekade
1980-an. Banyak sekolah di Amerika Serikat, Kanada dan Australia yang berhasil
menerapkan desentralisasi pendidikan dengan model MBS. Dalam rangka pelaksanaan
MBS ini di negara-negara tersebut telah memberdayakan sekolah dengan membentuk
organisasi yang bernama Dewan Sekolah (School Board di Amerika Serikat dan School
Council di Australia). Model MBS tersebut ternyata telah membawa dampak terhadap
peningkatan kualitas belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme
yang lebih efektif, yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, sekaligus
memberikan dorongan semangat kinerja baru sebagai motivasi berprestasinya kepada
Kepala Sekolah dalam melakukan tugasnya sebagai manajer sekolah. Di berbagai
negara, seperti halnya Selandia Baru dan Chile, ternyata penerapan MBS telah
membawa dampak positif bagi dunia pendidikan.
Setelah Anda memahami later belakang MBS, selanjutnya penulis mengajak Anda untuk
memahami beberapa alasan diberlakukannya MBS. Sebetulnya bahasan ini merupakan
satu kesatuan dengan bahasan later belakang MBS, namun untuk memudahkan Anda
dalam pemahaman secara lebih detail, saya pisahkan dalam bahasan tersendiri.
input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam
proses pendidikan.
3. Pengambilan keputusan relatif lebih tepat dan akurat, karena dilakukan oleh
pihak sekolah yang lebih tahu permasalahanya, serta dibantu oleh masyarakat,
sehingga di samping dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat, juga
pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat pad a umumnya. Sekaligus
Dari berbagai pengalaman yang terjadi di beberapa negara yang telah melaksanakan
konsep MBS, dapat diketahui terdapat banyak manfaat yang diperoleh. Mengutip
pendapat Tim Pokja MBS Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, disebutkan bahwa
sekurang-kurangnya terdapat 8 (delapan) manfaat yang bisa diperoleh dengan
diberiakukannya MBS, yaitu sebagai berikut.
sekolah karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.
sehat.
Ada beberapa prinsip umum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan MBS, yaitu:
1. Memiliki visi, misi dan strategi yang jelas, sehingga dapat melancarkan ke arah
Sekolah.
bahwa prinsip MBS harus berpijak pada keterbukaan serta bertanggung jawab
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa MBS adalah bentuk reformasi pehdidikan, yang
pada prinsipnya menekankan bahwa sekolah memperoleh: (1) kewajiban (responsibility);
(2) wewenang (authority) dan (3) tanggung jawab (acountability) yang tinggi dalam
meningkatkan kinerja terhadap setiap stakeholders.
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi implementasi MBS, yaitu:
2. MBS dapat efektif diterapkan jika didukung oieh sistem berbagi kekuasaan
sekolah.
Berkaitan dengan harapan untuk menghasilkan mutu yang baik, konsep MBS
memperhatikan aspek-aspek mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif, yaitu:
2. pembiayaan (cost);
Dari berbagai literatur menunjukkan, tidak sedikit beberapa sekolah di berbagai negara
yang telah melaksanakan konsep MBS, mengalami kegagalan karena kesalahan dalam
strategi. Oleh karena itu dipandang perlu menggunakan strategi yang tepat dalam
implementasinnya.
Sehubungan dengan strategi yang digunakan dalam implementasi MBS, saya mencoba
mengutip strategi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi jawa Barat. Tentu
saja hal ini sebagai bahan pembanding saja, karena masing-masing propinsi kondisinya
bisa berbeda.
Strategi pelaksanaan MBS tersebut dalam garis besarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu:
2. Pendekatan impelentasi
Karena MBS dianggap sebagai sesuatu yang masih baru, maka dalam
sekolah.
a. Sosialisasi konsep
Keberhasilan implementasi MBS, tentu saja didukung oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal (Iingkungan sekolah) maupun eksternal (Iuar sekolah).
Sehubungan dengan hal tersebut, secara umum dapat disebutkan terdapat beberapa
faktor yang turut mendukung keberhasilan MBS, yaitu:
3. dukungan pemerintah
4. profesionalisme
Sebelum saya menguraikan hubungan antara MBS dengan Dewan Sekolah. Nampaknya
perlu terlebih dahulu diulas tentang pengertian Dewan Sekolah, serta siapa saja yang
termasuk unsur Dewan Sekolah.
Dewan Sekolah adalah suatu badan atau lembaga nonpolitis dan nonprofit, dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stake holders pendidikan di tingkat
sekolah. Sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab tehadap
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.
2. wakil siswa
3. wakil guru
4. kepala sekolah
5. wakil tokoh masyarakat setempat ulama, pemuka adat, budayawan, dan cendikia
6. wakil masyarakat terinstitusi (Iurah, camat, dan pejabat lainnya yang berada di
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara MBS dengan Dewan Sekolah
memiliki hubungan yang sangat erat. Keberadaan Dewan Sekolah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan (satu paket) dengan MBS. Artinya keberadaan Dewan Sekolah
merupakan satu keharusan yang perlu ada dalam MBS, karena MBS tanpa Dewan
Sekolah bukari MBS.
LATIHAN
Setelah Anda mempelajari kegiatan pembelajaran 2 tentang MBS, silakan Anda kerjakan
latihan berikut!
RANGKUMAN
MBS adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi di bidang
pendidikan. Sebagai wujud dari reformasi pendidikan, MBS pada prinsipnya bertumpu
pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik.
MBS menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah, dengan tetap
disertai seperangkat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu sikap "accountability"
dengan intensitas yang tinggi dalam menjamin partisipasi sebagai unsur yang
berkepentingan dengan sekolah.
Dalam implementasinya, MBS perlu dilaksanakan melalui berbagai tahapan, sejak tahap
persiapan, sosialisasi dan implementasi.
Sebagai konsekwensi legis dari MBS, maka. diperlukan adanya Dewan Sekolah, suatu
wadah yang dapat menampung dan menyalurkan aspirasi, harapan dan kebutuhan
stakeholders sekolah. Dewan Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
MBS.
TES FORMATIF
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-
soal di bawah ini:
a. bertitik tolak dari pemikiran, pertimbangan, kebutuhan dan harapan dari sekolah
itu sendiri, .
sekolah
2. Dalam tahap awal uji coba, implementasi MBS akan dilaksanakan melalui ....
c. Adanya dominasi yang sangat kuat dari kepala sekolah dalam pengelolaan
sekolah
a. munculnya pemikiran yang baru dari para pakar mengenai pengelolaan sekolah
5. Salah satu sisi lemah konsep MBS, antara lain adalah ....
daerah
b. dapat menarik biaya dari orang tua siswa untuk pengelolaan sekolah
a. Dewan Guru
b. Dewan Sekolah
d. Komite Sekolah
Dalam kegiatan belajar tiga ini, akan saya ulas sepintas tentang Pusat Pengembangan
Penataran Guru Tertulis (PPPG Tertulis). Sengaja saya kemukakan dalam modul ini,
dengan tujuan untuk mengenal lebih dekat PPPG Tertulis.
Pembahasan tentang PPPG Tertulis dalam modul ini hanya garis besarnya saja.
Keterangan lebih rinci mengenai PPPG Tertulis, telah dibuat balk dalam bentuk booklet
maupun berbagai pedoman. Karena berbagai hal, pengadaannya sangat. terbatas,
padahal upaya sosialisasi lembaga, khususnya kepada para guru di lapangan sangat
diperlukan.
Tujuan yang hendak dicapai setelah Anda membaca bahasan PPPG Tertulis ini adalah,
diharapkan Anda dapat:
Untuk mencapai tujuan tersebut, silakan Anda baca uraian berikut, serta jangan lupa
kerjakan tugas dan latihan yang ada! Selamat belajar dan semoga sukses!
MATERI PEMBELAJARAN
PPPG Tertulis adalah lembaga eselon dua dan merupakan unit pelaksana teknis
pengembangan penataran tertulis (penataran jarak jauh). Lembaga ini berada di bawah
naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional. Pelaksanaan kegiatannya berada dalam lingkup koordinasi Direktorat Tenaga
Kependidikan. Pelaksanaan kegiatan PPPG Tertulis mencakup pelayanan terhadap
semua guru di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu
para guru Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan TIngkat
Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memerlukan penataran
tertulis atau penataran jarak jauh. Pelayanan penataran secara tertulis dilakukan baik
terhadap para guru yang karena kondisinya tak memungkinkan untuk meninggalkan
sekolah untuk mengikuti program penataran tatap muka, para guru yang ingin
memperoleh bahan-bahan tertulis sebagai pelengkap penataran tatap muka yang pernah
diikuti, maupun para guru yang ingin memperoleh bahan pengayaan. Dalam
menjalankan tugasnya PPPG Tertulis bertanggungjawab langsung kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.
Adapun tugas PPPG Tertulis adalah menjalankan penataran teknis kependidikan bagi
guru secara tertulis mengembangkan materi serta cara penyajian materi beberapa mata
pelajaran yang ditentukan. Dalam mengembangkan materi penataran PPPG Tertulis juga
memperoleh masukan dari PPPG Mata Pelajaran yang telah melaksanakan
pengembangan penataran sesuai dengan tugasnya masing-masing. PPPG Tertulis
menerima hasil pengembangan mata pelajaran IPA dari PPPG IPA, mata pelajaran
Matematika dari PPPG Matematika, mata pelajaran IPS dan PMP dari PPPG IPS dan
PMP, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Asing, dan Bahasa Daerah dari PPPG
Bahasa. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
12 Mei 1980 Nomor 0161/U/1980 tentang Pedoman Dalam Sistem Penataran Terpadu
Pada Pendidikan Formal Tingkat Dasar dan Menengah di Lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Butir III.3.b dan Butir IV.9.a,b dan c.
Untuk menjalankan tugas tersebut PPPG Tertulis mempunyai fungsi sebagai berikut.
tertulis.
Menjadi lembaga profesional dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia
nasional melalui diklat jarak jauh dan program jaminan pendidikan lainnya.
Mendukung
Luar Negeri
Quality Management
Pada tahun 1950, yaitu saat kelahirannya pada tanggal 2 Juli 1950, PPPG Tertulis
bernama Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru atau BKTPG. Balai ini didirikan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran, dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor F. 503 tertanggal 2 Juli 1950 dengan menempati gedung Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB) Belanda yang dibangun pad a tahun 1918 di Jalan Dr. Cipto
No.9 Bandung. Balai ini diberi tugas menyediakan bahan pelajaran untuk kursus-kursus
tertulis pendidikan guru. Pada awal berdirinya sampai dengan tahun 1951/1952 BKTPG
telah melayani 99.467 orang peserta yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada tahun 1954 Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru diubah namanya menjadi Balai
Penddikan Guru atau disingkat BPG. Nama baru ini ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI Nomor: 2156/Kab. Tertanggal 13
Januari 1954 dengan tugas menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru yang
masih memiliki ijazah yang lebih rendah dan berminat untuk meningkatkan
kompetensinya guna mencapai ijazah SGB, SGA, PGSL TP, B-1 atau B-II.
Pada tahun 1954 Bapak Dr. Muhammad Hatta, Wakil Presidan Republik Indonesia
Pertama pernah melakukan kunjungan kerja ke lembaga ini untuk menyaksikan dari
dekat persiapan kegiatan penataran guru tertulis, mengadakan wawancara dengan para
penulis baha penataran, meninjau percetakan dan melihat perpustakaan yang memiliki
koleksi buku-buku berbahasa Belanda yang tergolong cukup banyak. Prof. Moch. Yamin,
Menteri P dan K yang juga merangkap Rektor Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
Bandung, pada waktu itu merupakan salah seorang anggota Perpustakaan PPPG
Tertulis yang sangaf aktif. Wakil Presidan sangat menghargai kegiatan penataran jarak
jauh dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia melalui peningkatan
kualifikasi persyaratan kompetensi para guru. Beliau memahami benar betapa
bermanfaatnya penataran tertulis bagi upaya peningkatan kemampuan para guru yang
kegiatan sehari-harinya langsung berhadapan dengan siswa di sekolah yang letaknya
tersebar di seluruh tanah air, bahkan banyak yang berada di daerah terpencil. Penataran
tertulis pada saat itu memang merupakan pilihan utama, sedangkan penataran secara
tatap muka tidak direkomendasikan, bukan itu saja oleh karena para guru harus
meninggalkan tugas pada waktu mengikuti penataran, sementara para siswa sangat
memerlukan kehadiran gurunya, akan tetapi biaya untuk kegiatan semacam itu tidak
tersedia di dalam anggaran pendidikan.
Pada tahun 1967 Balai Pendidikan Guru diubah nama dan fungsinya menjadi Pusat
Penelitian Kurikulum, Metodik dan Didaktik atau disingkat PPKMD yang berada di bawah
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Nama baru ini
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Nomor: 18/1967 dengan tugas menyelenggarakan penelitian dalam bidang kurikulum
dan metode mengajar dan tidak lagi menangani kursus-kursus ataupun penataran tertulis.
Dalam kurun waktu selama kurang lebih tiga tahun itulah keberadaan lembaga ini
menjadi semakin kurang menentu. Status kepegawaian para penulis bahan penataran
dan staf administrasi pun menjadi terbengkalai. Banyak tenaga potensial yang pindah ke
lembaga lain untuk mencari peluang yang lebih baik bagi pengembangan karir
selanjutnya.
Pada tahun 1970 Pusat Penelitian Kurikulum Metodik dan Didaktik dikembalikan lagi dan
fungsinya menjadi Balai Pendidikan Guru dengan singkatan BPG.Balai ini diintegrasikan
ke dalam lingkungan Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis yang berada di
bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembalian nama ini
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.
090/1970 dengan tugas menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru SD, SLTP,
dan SLTA. Status kepegawaian para penulis bahan penataran dan staf administrasi
mulai ditata kembali, namun keadaan sumber daya manusia yang masih ada kurang
memberi harapan untuk mengembalikan citra lembaga ini yang pernah cemerlang
selama hampir dua dekade.
Pada tahun 1976 di samping menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru SD,
SLTP, dan SLTA. Balai Pendidikan Guru bertugas pula untuk menyelenggarakan Proyek
Balai Pendidikan Guru Tertulis bagi guru SLTP dan SLTA. .
Pada tahun 1977 BPG diubah lagi lagi menjadi Balai Penataran Guru Nasional Tertulis
atau disingkat BPGNT. Perubahan ini ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 01 16/0/1977
dengan tugas menyelenggarakan penataran penyegaran guru SL TP dan SLTA melalui
Proyek Balai Pendidikan Guru Tertulis selama tiga tahun mulai tahun anggaran
1976/1977, 1977/1978, dan 1978/1979.
Pada tahun 1979 Balai Penataran Guru Nasional Terlulis diubah namanya menjadi Pusat
Pengembangan Penataran Guru Tertulis atau disingkat menjadi PPPG Tertulis. Sejak
saat itulah nama PPPG Tertulis masih tetap diabadikan sampai dengan saat ini. Tugas
pokok PPPG Tertulis adalah menyelenggarakan penataran teknis pendidikan secara
tertulis bagi guru di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan
mengembangkan materi serta cara penyajian berbagai mata pelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 1990 terjadi
penyempurnaan organisasi dan tata kerja PPPG termasuk di dalamnya PPPG Tertulis,
melalui SK Mendikbud Nomor: 0529/0/1990, taggal 14 Agustus 1990.
1. Mo Vastenhouw
2. Van Waandanberg
3. R. Moh, Soemardi
4. R. Tjetje Djajadisastra
5. R. Balnadi Sutadipura
6. R. Pandi Surjahardja
7. M. Rifai, MA
8. Bahaudin M. Nur
1. Luas wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau dan banyak
daerah sui it dan terpencil berakibat belum semua guru di berbagai jenjang dan
jenis pendidikan memperoleh pemerataan dan kesempatan untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi dan profesionalisme, akibat adanya kendala
geografis, sosial ekonomi.
sementara waktu. Namun dewasa ini semakin marak munculnya tuntutan para
orang tua siswa agar guru dalam tugas sehari-hari untuk lebih banyak berada di
5. Pemerintah yang selama ini harus menyediakan dana untuk meningkatkan mutu
pula adanya kendala geografis yang sangat beragam yang tersebar di negara
dengan sistem pemitaran jarak jauh yang sa at ini dilakukan oleh PPPG Tertulis
3. Adanya kemudahan dalam pengaturan waktu dan lokasi belajar yang luwes,
Adapun sasarannya adalah guru atau kepala sekolah (TK, SD, SLTP, dan SMU).
Sedangkan lama belajarnya adalah 1 semester.
Bidang tataran yang diberikan adalah untuk guru TK dan SD penataran tluru kelas untuk
semua kelas dengan rincian sebagai berikut:
a. Guru TK meliputi:
5. Psikologi Perkembangan
6. Pendidikan Seni
2. Bahasa Indonesia
3. Matematika
7. IImu Keguruan
8. Kreativitas
9. Bahasa Inggris
Bidang tataran untuk guru SLTP atau SMU penataran guru mata pelajaran untuk semua
mata pelajaran dengan rincian sebagai berikut.
2. Bahasa Indonesia
3. Matematika
7. IImu Keguruan
8. Bahasa Inggris
9. Pendidikan Agama Islam
Adapun sasarannya adalah guru, kepala sekolah dan pengawas, (TK, SD, SLTP, dan
SMU). Lama belajarnya adalah 1 semester.
Sampai saat ini penataran pengayaan yang telah dilaksanakan adalah meliputi mata
tataran:
b. Ekonometri (SMU) .
c. Thermodinamika (SMU)
d. Bioteknologi (SMU)
f. Penulisan Karya Tulis IImiah bagi semua guru dan kepala sekolah
Sistem belajar dikembangkan dalam penataran jarak jauh adalah sistem belajar mandiri.
Sistem belajar ini lebih mengutamakan aktivitas peserta dalam mempelajari dan
memahami materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk modul.
1. Belajar Individual
Kegiatan yang dilakukan dalam belajar individual antara lain peserta secara
individu mempelajari dan mengerjakan tugas atau latihan-latihan yang terdapat
dalam modul. Dalam satu minggu setiap peserta dituntut untuk belajar mandiri
minimal 5 jam @ 60 menit.
2. Belajar Kelompok.
Peserta yang berdomilisi berdekatan, minimal satu minggu satu kali mengadakan
3.Tutorial
Kegiatan tutorial dilakukan secara tatap muka di bawah bimbingan tutor dan
2. Tes Formatif
Peserta yang telah selesai mempelajari satu kegiatan belajar dalam setiap modul
diharuskan mengerjakan seal tes formatif yang terdapat di setiap akhir kegiatan
belajar. Tes formatif dilaksanakan untuk mengukur daya serap peserta penataran
berikutnya.
3. Tugas Mandiri
naskahnya disiapkan oleh PPPG Tertulis untuk diperiksa dan diolah hasilnya.
terhadap materi yang diberikan juga sebagai pelengkap Tes Akhir Program.
Nilai tes akhir program dijadikan bahan pertimbangan kelulusan peserta atau
Di samping tes tersebut peserta pun diwajibkan melaksanakan program Praktek Kerja
Lapangan (PKL).
J. BAGAIMANA SERTIFIKASINYA?
Peserta yang memenuhi persyaratan, pada akhir semester diberikan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Latihan (STPPL). Adapun perhitungan penyetaraan penataran tertulis ke
dalam jam pelajaran mengacu kepada lampiran IV Surat Edaran Mendikbud No.
143/MPK/1990 dicantumkan bahwa ukuran penilaian untuk penghargaan angka kredit
berkaitan dengan lamanya waktu pelaksanaan Oiklat, yaitu sebagai berikut:
1 30 - 80 jam 1
2 81 - 160 jam 2
Untuk perhitungan jam dan angka kredit hasil penataran dapat kita gunakan perhitungan
berdasarkan sistem belajar yang telah dilaksanakan dan dikembangkan dalam penataran
tertulis sebagai berikut.
Lama belajar dalam Sistem Belajar Mandiri dengan tutorial adalah 1 semester, lama
belajar efektif dihitung 5 bulan, dengan rincian:
2 Belajar Kelompok
3 Belajar Tutorial
4 Tugas Mandiri
Pendidikan Kabupaten/Kota.
4. Daftar kolektif cajon peserta dikirim ke PPPG Tertulis dengan tembusan kepada
Bagi, peserta yang telah memiliki akses jaringan internet, pendaftaran dapat dilakukan
melalui E-mail, dengan alamat E-mail: etraining@pppgtertulis.org atau
multimedia@bdg.centrin.net.id
LATIHAN
Setelah Anda mempelajari kegiatan pembelajaran tiga ini, silakan Anda kerjakan latihan
berikut ini.
1. Jelaskan kedudukan PPPG Tertulis, di -lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional!
2. Jelaskan visi dan misi PPPG Tertulis serta jelaskan pula hubungannya dengan
RANGKUMAN
Pelaksanaan tugas dan fungsi PPPG Tertulis sebagai lembaga yang turut ambil bagian
dalam upaya mencerdaskan bangsa telah dilaksanakan sejak tahun 1950.
Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, adanya sekolah
terpencil, mutasi guru yang tidak merata, serta adanya tuntutan masyarakat bahwa guru
jangan terlalu sering meninggalkan kelas, maka pelaksanaan penataran secara jarak
jauh menjadi sebuah solusi alternatif yang cukup prospektif bagi pembinaan tenaga
fungsional guru secara sinergis dan terus menerus.
Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-
soal di bawah ini.
1. Dalam menjalankan tugasnya PPPG Tertulis bertanggung langsung kepada
A. Departemen Pendidikan Nasional
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
C. Direktorat Tenaga Kependidikan
D. Dinas Pendidikan Propinsi
2. Dalam upaya mencerdaskan bangsa, PPPG Tertulis telah berkiprah sejak tahun ....
A. 1990
B. 1979
C. 1950
D. 1945
5. Salah satu peluang yang paling dominan pentingnya penataran jarak jauh adalah ....
A. jumlah guru yang cukup besar
B. kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau dan dipisahkan oleh laut
C. anggaran penataran yang sangat minim
D. diberiakukannya kebijakan otonomi daerah
8. Menjadi lembaga terdepan dan profesional pendidikan sebagai penjamin mutu adalah
merupakan bagian dari isi ...
A. Visi PPPG Tertulis
B. Misi PPPG Tertulis
C. Tugas PPPG Tertulis
D. Misi PPPG Tertulis
DAFTAR PUSTAKA
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi: Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Oaerah, Adi
Cita, Yogyakarta, 2001
Nanang Fatah , Manajemen Berbasis Sekolah, Andira, Bandung, 2000 Sekilas Informasi
PPPG Te rtu lis , Bandung,2001
Tim Pokja, Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Barat, Bandung,2001
UUD 1945 dan Amandemen 1999 - GBHN (Tap MPR No.IV/MPR/1999)- Tap tap MPR
1999, Pustaka Setia, Bandung,1999.