You are on page 1of 66

KEGIATAN PEMBELAJARAN 1

DASAR-DASAR KEBIJAKAN DI BIDANG


PENDIDIKAN

Setelah selesai mempelajari Uraian Materi Kegiatan Pembelajaran 1 modul ini,


diharapkan Anda dapat :

1. Menyebutkan dasar-dasar kebijakan di bidang pendidikan

2. Menjelaskan kedudukan Pancasila dan UUD 45 dalam kaitannya dengan

kebijakan pendidikan

3. Menjelaskan kebijakan umum bidang pendidikan yang terdapat dalam GBHN

4. Menguraikan ketentuan-ketentuan pokok yang diatur dalam UU No.2 tahun 1989

tentang Sistem Pendidikan Nasional

5. Menguraikan substansi materi yang terdapat dalam UU No. 22- tahun 1999

khususnya yang terkait dengan bidang pendidikan .

6. Mengidantifikasikan kewenangan-kewenangan pendidikan dari PP No. 25 tahun

2000

7. Menguraikan pokok-pokok kebijakan di bidang pendidikan dasar dan menengah

dalam propenas 2001-2005

Kebijakan-kebijakan pendidikan di Indonesia berpijak pada legalitas hukum yang diatur


secara hirarkis dari yang tertinggi sampai yang paling rendah. Berdasarkan logika yuridis,
kebijakan mengenai kebijakan pendidikan yang ada dewasa ini pada saatnya sudah
dibuat sedemikian rupa sehingga selaras dengan logika hukum tersebut.

Sebagai orang yang bertugas di wilayah praktis pendidikan. Sudah selayaknya Anda
memahami betul tentang kebijakan-kebijakan bidang pendidikan. khususnya yang ada
dalam lingkup pendidikan dasar dan menengah. Hal ini, sangat penting untuk
diperhatikan, agar Anda selaku guru jenjang pendidikan dasar dan menengah memiliki
pedoman yang jelas dalam melaksanakan tugas sehari-hari sambil terus meningkatkan
profesionalisme diri.
Agar diperoleh gambaran yang jelas dan sitematis mengenai kebijakan-kebijakan bidang
pendidikan dasar dan menengah, pelajarilah dengan seksama uraian materi berikut ini.
Secara umum kegiatan pembelajaran 1 mengulas tentang pokok-pokok materi sebagai
berikut:

Kedudukan Pancasila dan UUD 45 sebagai landasan idiil dan konstitusional dari

sistem pendidikan di Indonesia

Pokok-pokok kebijakan bidang pendidikan yang tertera dalam GBHN

UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Kebijakan desentralisasi pendidikan (UU No. 22 tahun 1999)

Propenas 2001 - 2005 di bidang pendidikan.

MATERI PEMBELAJARAN

A. Apa yang Dijadikan landasan Idiil dan Konstitusional Sistem Pendidikan di


Indonesia?

Pancasila yang berkedudukan sebagai Dasar Negara adalah landasan idiil sistem
pendidikan di Indonesia. Pancasilalah yang secara filosofos menjadi landasan pijakan
sekaligus tujuan ideal penyelenggaraan pendidikan di negara kita. Konsekwensi logisnya
adalah iklim pendidikan di Indonesia harus kondusif terhadap terciptanya manusia yang
Pancasilais, dalam arti:

1. Memiliki kuitur religius, sesuai tuntutan Sila Ketuhanan yang adil dan beradab.

2. Memiliki komitmen yang tinggi terhadap keutuhan bangsa, sesuai kehendak sila

Persatuan Indonesia.

3. Mampu mengembangkan kultur demokratis sesuai Sila Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan.

4. Memiliki kepedulian terhadap terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat

Indonesia.

Bagaimana amanat yang digariskan UUD 1945 di bidang pendidikan? Para Bapak
Pendiri Bangsa (founding fathers) sejak awal kemerdekaan ternyata sudah sangat.
menyadari arti pentingnya pendidikan bagi pertumbuhan bangsa. Sebagai bukti silahkan
Anda hayati makna yang terkandung dalam alinea ke IV Pembukaan UUD 45 berikut ini.

"Kemudian daripada itu untuk membentuk pemerintahan negara. Indonesia yang


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa ...."

Perhatikan bagian kelima yang dicetak tebal, "mencerdaskan kehidupan bangsa"


adalah cermin komitmen yang tinggi dari founding fathers terhadap pendidikan
ditempatkan sebagai kunci kemajuan suatu bangsa.

Secara instrumental amanat Pembukaan UUD 45 dijabarkan ke dalam Pasal 31 UUD


1945 yang menggariskan bahwa pendidikan merupakan hak dari tiap-tiap. warga negara.
Implikasinya adalah pemerintah wajib mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional yang diatur melalui undang-undang. Asas keseimbangan
antara hak dan kewajiban dalam bidang pendidikan antara Pemerintah dengan Warga
Negara secara eksflisit tergambar melalui pasal 31 UUD 45.

B. Sampai Sejauh Mana Kemauan Politik (Political Will) dari Lembaga Tertinggi
Nagara (MPR) dalam Memajukan Pendidikan?

Untuk mengetahui seberapa jauh MPR memberikan perhatian terhadap masalah


pendidikan, simaklah dengan cermat ketetapan politik bidang pendidikan yang digariskan
Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang GBHN.

Ulasan mengenai pendidikan dalam GBHN. Diawali dengan pemaparan mengenai


masalah-masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini. Beberapa
masalah pendidikan yang mendapat sorotan tajam para wakil rakyat tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan

kepribadian watak peserta didik yang berakibat hilangnya kepribadian dan

kesadaran akan makna hakiki kehidupan.

2. Pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi belum

dimanfaatkan secara berarti dalam kegiatan ekonomi, sosial dan budaya,

sehingga belum memperkuat kemampuan Indonesia dalam menghadapi

kerjasama dan persaingan global.


C. Bagaimana Gambaran Pengaturan Sistem Pendidikan Nasional?

UU No.2 tahun 1989 dibentuk dengan maksud untuk memenuhi salah satu tuntutan UUD
1945 yaitu agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
"pengajaran" nasional yang diatur dengan undang-undang. Dangan diberlakukannya UU
No.2 tahun 1989 diharapkan masyarakat luas akan lebih siap menerima penyesuaian.
Penyesuaian yang perlu dilaksankan demi keserasiannya dengan UU itu.

1. Bagaimana Sistematikanya?

UU No.2 tahun 1989 secara sistematis terdiri dari 20 bab yang terbagi ke dalam 59 pasal.
Masing-masing bab memuat ketentuan sebagai berikut:

Bab I : Ketentuan umum (terdiri dari 1 pasal)

Bab II : Dasar, fungsi dan tujuan (terdiri dari 3 pasal)

Bab III : Hak warga negara untuk memperoleh pendidikan (terdiri dari 4 pasal)

Bab IV : Satu, jalur dan jenis pendidikan (terdiri dari 2 pasal)

Bab V : Jenjang pendidikan (terdiri dari 11 pasal)

Bab VI : Peserta didik (terdiri dari 4 pasal)

Bab VII : Tenaga kependidikan (terdiri dari 6 pasal)

Bab VIII : Sumber daya pendidikan (terdiri dari 4 pasal)

Bab IX : Kurikulum (terdiri dari 3 pasal)

Bab X : Hari belajar dan libur sekolah (terdiri dari 1 pasal)

Bab XI : Bahasa pengantar (terdiri dari 2 pasal)

Bab XII : Penilaian (terdiri dari 4 pasal)

Bab XIII : peran serta masyarakat (terdiri dari 1 pasal)

Bab XIV : Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (terdiri dari1 pasal)

Bab XV: Pengelolaan (terdiri dari 3 pasal)

Bab XVI: Pengawasan (terdiri dari 2 pasal)

Bab XVII: Ketentuan lain-lain (terdiri dari 1 pasal)

Bab XVIII: Ketentuan Pidana (terdiri dari 2 pasal)

Bab XIX: Ketentuan Peralihan (terdiri dari 2 pasal)

Bab XX: Ketentuan Penutup (terdiri dari 2 pasal)


2. Jenjang pendidikan apa saja yang termasukjalur pendidikan sekolah?

Bab V, Pasal 12 UU No.2 tahun 1989 mengatur tentang jenjang pendidikanyang


termasuk jalur pendidikan sekolah. Untuk lebih jelasnya perhatikan 3 ketentuan di bawah
ini:

1. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

2. Selain jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi, dapat diselenggarakan

pendidikan pra sekolah.

Dari ketentuan yang terdapat dalam Pasal 12 UU No.2 tahun 1989, dapat disimpulkan
bahwa jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri: a) Pendidikan
pra sekolah, b) Pendidikan Dasar, c) Pendidikan Menengah, dan d) Pendidikan Tinggi.
Mengikuti jenjang pendidikan pacta jenjang pra sekolah bukan merupakan syarat untuk
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya. Dengan kata lain, walaupun mengikuti jenjang
pendidikan pra sekolah itu penting tapi secara yuridis bukan merupakan suatu kewajiban.

Sejak usia beberapa seorang warga negara RI wajib mengikuti Pendidikan Dasar atau
setara? Pasal 14 UU No.2 tahun 1989 menyatakan bahawa usia 7 tahun adalah usia
wajib mengikuti pendidikan dasar atau setara. Sedangkan bagi yang baru berusia 6
tahun berhak mengikuti pendidikan dasar. Hingga dewasa ini pemerintah masih
memberikan kebijakan wajib belajar 9 tahun, yaitu 6 tahun SD dan 3 tahun SLTP.

Apa yang dimaksud dengan pendidikan menengah ? Pasal 15 UU No.2 tahun 1989
menyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan menengah terdiri atas: a) Pendidikan
umum, b) Pendidikan kejuruan, c) Pendidikan luar biasa, d) Pendidikan kedinasan, dan e)
Pendidikan keagamaan. Secara umum, pendidikan menengah merupakan pendidikan
yang lamanya 3 (tiga) tahun sesudah pendidikan dasar dan diselenggarakan di sekolah
lanjutan atas (SLTA) atau satuan pendidikan yang sederajat.

3. Untuk apa dibentuk Badan Pertmbangan Pendidikan Nasional?

Badan ini pada dasarnya merupakan wujud upaya sunguh-sungguh dari pemerintah
untuk melakukan demokratisasi di bidang pendidikan. Demokratisasi bidang pendidikan
menuntut adanya perubahan paradigma dalam penyusunan kebijakan. Kebijakan yang
sentralistis dengan pendekatan Top Down menuntut segara diubah dengan pendekatan
desentralisatis melalui pendekatan Bottom Up.
Agar Anda memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai Badan Perimbangan
Pendidikan Nasional, perhatikan dengan cermat yang tertera dalam halaman 48 UU No.2
tahun 1989 berikut ini:

1. Keikutsertaan masyarakat dalam penentuan kebijaksanaan menteri berkenaan

dengan sistem pendidikan nasional diselenggarakan melalui suatu badan

pertimbangan pendidikan nasional yang beranggotakan tbkoh-tokoh masyarakat

dan yang menyampaikan saran nasihat, .dan . pemikiran lain sebagai bahan

pertimbangan.

2. Pembentukan Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional dan pengangkatan

anggota anggotanya dilakukan oleh Presiden.

4. Bagaimana upaya pemerintah dalam melakukan reformasi di bidang pendidikan?

Reformasi di bidang pendidikan dewasa ini merupakan sesuatu yang mesti dilakukan.
Dua faktor yang melatarbelakanginya adalah a) faktor eksternal yaitu adanya tuntutan
persaingan global di era kesejagatan dan b) faktor internal, yaitu perlunya penyesuaian
sistem pendidikan dengan kebijakan otonomi daerah yang menuntut adanya
desentralisasi bidang pendidikan.

Dengan telah dimulainya era otonomi daerah di Indonesia, make sistem pendidikan yang
sentralistis, secara normatif, perangkat perundangundangan yang mengatur tentang
pendidikan mesti disesuaikan dengan kebutuhan desentralisasi bidang pendidikan yang
merupakan konsekwensi logis dan diberlakukannya otonomi daerah.

Otonomi daerah pada dasarnya merupakan perwujudan dari asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintah di daerah. Dengan desentralisasi berarti pemerintah pusat
diserahkan kepada daerah tersebut pada akhirnya manjadi urusan rumah tangga daerah
yang bersangkutan. Dengan ditetapkannya kebijakan otonomi daerah mulai dari awal
2001, maka di Indonesia lahirlah daerah-daerah otonomi yang berbasis di kabupaten dan
kota. Dengan demikian sebagai daerah otonomi, daerah kabupaten / kota memilki hak,
wewenang dan tanggung jawab untuk mengurus rumahtangganya sendiri dalam bidang-
bidang tertentu yang telah diserahkan kewenangannya oleh pemerintah pusat kepada
daerah yang bersangkutan.

Di samping kabupaten/kota, UUno. 22 tahun 1999 juga memberikan status otonomi


kepada propinsi. Berbeda dengan daerah kabupaten/kota yang berstatus otonomi penuh,
daerah propinsi adalah daerah otonomi sekaligus wilayah administrasi. Sebagai wilayah
administrasi, propinsi menerima pelimpahan wewenang dalam bidang pemerintah dan
pemerintah pusat kepada gubernur selaku wakil pemerintah.

Masalah pendidikan termasuk salah satu bidang pemerintah yang wajib dilaksanakan
oleh daerah dan daerah kola. Sementara kewenangan yang sifatnya lintas
kabupaten/kota dilaksanakan oleh daerah otonomi propinsi. Kewenangan di bidang
pendidikan yang bersifat lintas kabupaten/kota juga dilaksanakan oleh daerah otonomi
propinsi. Uraian materi yang lebih rinci mengenai pembagian kewenangan bidang
pendidikan dari pusat dan daerah dapat Anda pelajari melalui penjelasan PP. No. 25
tahun 2000 berikut ini.

D. Bagaimana Rincian Pembagian Kewenangan di Bidang Pendidikan Antara


Pemerintah Pusat dan Daerah Berdasarkan PP No.25 Tahun 2000?

PP No. 25 tahun 2000 secara umum mengatur tentang pembagian kewenangan


pemerintah antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam bidang pendidikan, rincian
kewenangan pemerintah pusat dapat Anda pelajari melalui tabel berikut ini.

RINCIAN KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT DI BIDANG PENDIDIKAN


MENURUT PP 25 TAHUN 2000.

Rumusan
No Rasional Rincian Kewenangan Hasil
Kewenangan

1 Penetapan menjamin 1. Penetapan 1. Kebijakan

standar tercapainya tujuan kemampuan tentang

kompetensi pendidikan minimal yang kompetensi

siswa dan warga menjamin kualitas meliputi aspek minimal yang

belajar serta minimal pendidikan pengetahuan, sikap meliputi

pengaturan sehingga tidak dan keterampilan pengetahuan,

kurikulum terjadi kesenjangan seswa dan sikap dan

nasional dan antar daerah pedoman keterampilan

penilaian hasil mengantisipasi pelaksanaannya. yang harus

belajar secara persaingan global 2. Penetapan standar dikuasai oleh


nasional serta untuk mengetahui kompetensi yang anak didik pada

pedoman keberhasilan meliputi aspek TK dan siswa

pelaksanaannya program kegiatan pengetahuan sikap pada SD/MI,

belajar dan keterampilan SLTP/MTs, dan

menjamin warga belajar. SMU/MA

ketercapaian 3. Pengaturan 2. Kompetensi

standar minimal program kegiatan minimal yang

dan TK dan kurikulum meliputi

pengembangan nasional SD/MI, pengetahuan,

mutu pendidikan SLTP, MTs, SM/MA sikap dan

UU No. 22 tahun 4. Pengaturan keterampilan

1989 kurikulum nasional minimal yang

PP No 27, 28, 29 kesetaraan SD, harus dikuasai

tahun 1990 SLTP, dan oleh warga

pendidikan belajar pada

berkelanjutan setiap program

5. Pengaturan dan jenjang

penilaian hasil pendidikan luar

belajar secara sekolah dan

nasional serta olahraga.

pedoman 3. Program

pelaksanaannya. pelaksanaan

program

kegiatan TK,

Kurikulum

Nasional untuk

SD/MI,

SLTP/MTs,

SM/MA

4. Pedoman
pelaksanaan

program

kegiatan TK,

Kurikulum

Nasional untuk

SD/MI,

SLTP/MTs,

SM/MA

5. Kurikulum

nasional untuk

setara SD,

SLTP,

persamaan

SLTA.

6. Pedoman

pelaksanaan

kurikulum

nasional untuk

setara SD,

SLTP, dan

Pendidikan

berkelanjutan.

7. Sistem penilaian

hasil belajar

secara nasional

8. Pedoman

pelaksanaan

penilaian hasil

belajar nasional

9. Bank soal untuk


penilaian hasil

belajar secara

nasional.

2 Penetapan menjaga setandar 1. Penetapan GBPP 1. GBPP materi

standar materi minimal dan materi pelajaran pelajaran pokok

pelajaran pokok kendali mutu pokok 2. Pedoman

pendidikan sesuai 2. Penetapan penulisan dan

dengan tuntutan pedoman penulisan seleksi buku

pembangunan dan dan seleksi buku pelajaran.

persaingan global pelajaran. 3. Model buku

penjamin 3. Pengembangan pelajaran pokok.

persatuan dan model buku 4. kurikulum

kesatuan negara pelajaran pokok. nasional

UU No. 22 tahun 4. Penetapan pendidikan

1989 kurikulum nasional tinggi.

PP No 27,28,29 pendidikan tinggi. 5. Pedoman

tahun 1990 5. Penataran pedoman penyusunan

penyusunan, kurikulum

pelaksanaan, dan nasional dan

evaluasi. penilaian hasil

6. Penetapan beban evaluasi

studi dan masa mahasiswa.

studi. 6. Beban studi dan

7. Penetapan tahun masa studi.

akademik. 7. Tahun

8. Penetapan standar akademik.

kompetensi lulusan 8. Standar

pendidikan tinggi. kompetensi

lulusan
pendidikan

tinggi.

3 Penetapan menjaga mutu 1. Penetapan 1. Keputusan

persyaratan lulusan pendidikan persyaratan menteri tentang

perolehan dan keseragaman dan memperoleh gelar persyaratan

penggunaan ketertiban akademik. memperoleh

gelar akademik penggunaan gelar 2. Penetapan jenis gelar akademik.

menghindari gelar akademik dan 2. Jenis gelar

penyalahgunaan sebutan profesional akadmik dan

gelar akademik serta singkatan dan sebutan

PP No. 60 tahun penggunaannya. profesional serta

1999 3. Penetapan tingkatan dan

pedoman tentang penggunaannya

tatacara pemberian .

dan penggunaan 3. Pedoman

doktor honoris tentang tata

causa (doktor cara pemberian

kehormatan) dan

penggunaan

honoris causa

(doktor

kehormatan).

4 Penetapan Efisiensi dan 1. Penetapan Pedoman

pedoman penyelenggaraan. pedoman pembiayaan

pembiayaan dan pemerataan pembiayaan penyelenggaraa

penyelenggaraan kesempatan untuk penyelenggaraan n pendidikan

pendidikan memperolah pendidikan meliputi meliputi

pendidikan. komponen yang komponen yang

menjaga standar perlu dibiayai perlu dibiayai


kualitas minimal sumber sumber

pendidikan pembiayaan, pembiayaan,

UU no. 2 tahun strategi pembiayaan strategi

1989 dan akuntabilitas. pembiayaan dan

2. Penetapan sestem akuntabilitas.

pedoman

perencanaan

anggaran

pendidikan tinggi.

5 Penetapan menjamin 1. Penetapan 1. Pedoman

persyaratan kelangsungan persyaratan tentang

penerimaan, pendidikan penerimaan dan persyaratan

perpindahan, menjamin kualitas perpindahan siswa, penerimaan dan

sertifikasi siswa, lulusan warga belajar, dan perpindahan

warga belajar, menjamin mahasiswa didalam siswa, warga

dan mahasiswa. persamaan hak maupun ke dan dari belajar di dalam

bagi calon siswa, luar negeri. maupun ke dan

warga belajar, dan 2. Penetapan dari luar negeri

mahasiswa persyaratan 2. Persyaratan

UU No. 2 tahun sertifikasi siswa, sertifikasi siswa,

1989 warga belajar, dan warga belajar,

PP No 28 dan 29 mahasiswa dan mahasiswa

tahun 1990

6 Penetapan Pencapaian target 1. Penetapan kalender 1. Kalender

kalender kurikulum pendidikan dan pendidikan dan

pendidikan dan Mempermudah jumlah jam belajar jumlah jam

jumlah jam pendaftaran dan efektif pendidikan belajar efektif

belajar setiap perpindahan siswa dasar dan pendidikan

tahun bagi UU No. 2 tahun pendidikan dasar dan


pendidikan 1989 menegah pendidikan

dasar, PP No 28 dan 29 2. Penetapan tentang menengah.

menengah, dan tahun 1990 kalender pendidikan 2. Keputusan

luar sekolah dan jumlah belajar tentang

efektif luar sekolah kalender

pendidikan dan

jumlah belajar

efektif luar

sekolah.

7 Pengaturan dan Pengendalian mutu 1. Penetapan tentang 1. Aturan tentang :

pengembangan untuk kebijakan pengaturan


persyaratan
pendidikan penyelenggaraan perguruan tinggi.
penyelenggaraa
tinggi, pendidikan tinggi. 2. Penetapan
n pendidikan
pendidikan jarak PP No 60 tahun kebijakan penilaian
tinggi
jauh serta 1999 ijazah pendidikan
penyusunan
pengaturan Membantu kontrol tinggi luar negeri
struktur
sekolah masyarakat 3. Pengembangan
akreditasi
internasional terhadap mutu dan pendidikan tinggi.
program studi
kualifikasi lulusan Penetapan
pendidikan
pendidikan tinggi kegijakan sisem
tinggi
luar negeri penyelenggaraan
standar
Pengendalian mutu pendidikan tinggi,
persyaratan
pendidikan meliputi tujuan dan
dosen, guru
Peningkatan peran tatacara
besar, dan guru
guru tinggi untuk penyelenggaraan
besar ameritus
menyiapkan SDM
sistem
sesuai tuntutan
penerimaan dan
global
pola
Pemerintah
pengembangan
pendidikan karir ketenagaan

UU No 2 tahun perguruan

1989 tinggi.

penetapan

standar sarana

dan persyaratan

pendidikan

tinggi.

ketentuan

penyelenggaraa

n program

pascasarjana

2. Keputusan pemerintah

tentang penilaian ijazah

pendidikan tinggi luar

negeri.

3. Pengembangan

pendidikan tinggi : Tujuan

penyelenggaraan

pendidikan tinggi.

Setelah Anda mengamati dengan cermat rincian kewenangan pemerintah pusat dalam
bidan pendidikan yang terjabarkan dalam tabel diatas, cobalah fokuskan perhatian Anda
pada bidang pendidikan dasar dan menengah.

Diskusikanlah dengan rekan sejawat Anda! Kewenangan apa saja yang dimiliki daerah
propinsi dalam bidang pendidikan? Sebagaimana halnya pengaturan mengenai
kewenangan pemerintah pusat No. 25 tahun 2000 juga mengatur kewenangan propinsi
khususnya dalam bidan pendidikan.
Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut ini.

RINCIAN KEWENANGAN PROPINSI DI BIDANG PENDIDIKAN MENURUT PP. 25


TAHUN 2000

Rumusan
No Rasional Rincian Kewenangan Hasil
Kewenangan

Penetapan untuk menjamin 1. Penetapan kriteria Kebijakan

kebijakan tentang tercapainya masyarakat gurbernur

penerimaan pemerataan minoritas, tentang

siswa dan kesempatan terbelakang dan kriteria dan

mahasiswa dari memperoleh atau tidak mampu. jenis bantuan

masyarakat pendidikan (wajib 2. Penetapan agar siswa,

minoritas, belajar) kebijakan warga belajar

terbelakang dan penerimaan siswa, mahasiswa

atau tidak warga belajar, dan

mampu. mahasiswa atas masyarakat

dasar kriteria butir minoritas

1 terbelakang

dan atau tidak

mampu dapat

memperoleh

kesempatan

yang sama

dalam

memperoleh

pendidikan.

2 Penyediaan untuk membantu 1. Pengalokasian Dana / kertas

bantuan tersedianya buku dana untuk buku /percetakan

pengadaan buku pelajaran pokok / pelajaran / modul. buu pelajaran


pelajaran modul pendidikan 2. Pemberian pokok / modul

pokok/modul sesuai dengan keringanan biaya pendidikan

pendidikan keperluan percetakan buku untuk

pelajaran / modul membantu

kab / kota

dalam

pengadaan

buku.

3 Mendukung / Pendidikan tinggi 1. Penyediaan Bantuan

membantu di daerahnya sumber daya dana, sarana,

penyelenggaraan mampu daerah untuk prasaran dan

pendidikan tinggi menghasilkan mendukung / penutupan

selain sumber daya membantu perguruan

pengaturan manusia yang penyelenggaraan tinggi di

kurikulum berkualitas sesuai pendidikan tinggi propinsi yang

akreditasi dan dengan bersangkutan.

pengangkutan kebutuhan

tenaga akademis daerah nasional

maupun global

4 Pertimbangan Perguruan tinggi 1. Penentuan sumber Masukan

pembukaan dan efektif dan efisien daya yang gubernur

penutupan dan sesuai berpengaruh tentang

perguruan tinggi dengan terhadap pembukaan

kebutuhan kebutuhan daerah dan

daerah nasional dalam penutupan

dan internasional hubungannya perguruan

dengan tinggi di

pembukaan dan propinsi yang

penutupan
perguruan tinggi bersangkutan.

5 Penyelenggaraan Warga yang tidak 1. Penetapan 1. Petunjuk

sekolah luar normal (luar petunjuk pelaksanaan

biasa dan balai biasa ) dapat pelaksanaan penyelenggar

pelatihan dan / memperoleh penyelenggara a SLB

atau penataran pelayanan SLB dan alokasi 2. Petunjuk

guru pendidikan. dananya. pelaksanaan

Standardisasi 2. Penetapan diklat guru

kemampuan petunjuk dan tenaga

profesional dan pelaksanaan diklat kependidikan

efisiensi tenaga dan

pelaksanaan kependidikan dan kebudayaan

diklat guru tingkat kebudayaan di lainnya se-

propinsi Balai Latihan dan / propinsi agar

atau LPMP ada

persamaan

kualitas

Perhatikan dengan cermat rincian kewenangan propinsi dalam bidang pendidikan yang
tertera pada tabel 2 diatas. Lakukanlah identifikasi terhadap rincian kewenangan dalam
lingkup pendidikan dasar dan menengah. Apabila Anda kesulitan melakukannya sendiri,
diskusikan dengan rekan sejawat atau dengan tutor pada saat kegiatan tutorial.

Bagaimana halnya dengan kewenangan yang dimiliki daerah kabupaten dan kota
utamanya dalam bidang pendidikan dasar dan menengah serta pra sekolah? Peraturan
pemerintah nomor 25 tahun 2000 tidak merinci kewenangan kabupaten kota, mengapa
demikian ? Karena pada dasarnya seluruh kewenangan yang tidak dilaksanakan oleh
pemerintah pusat dan provinsi menjadi kewengan kabutapen/kota.

Mengacu kepada PP No. 25 tahun 2000, kewenangan kabupaten/kota khususnya dalam


bidang pendidikan dasar dan menengah serta pra sekolah dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1. Menyusun dan menetapkan petunjuk pelaksanaan pengelolaan TK, SD, SLTP,

SMU, dan SMK.

2. Menetapkan kurikulum muatan lokal SD, SLTP, SMU, dan SMK.

3. Melaksanakan kurikulum nasional atas dasar penetapan dan dalam pelaksanaan

pemerintah dan lokal.

4. Mengembangkan standar kompetensi siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK atas

dasar minimal kompetensi yang ditetapkan minimal pemerintah.

5. Memantau, mengendalikan dan menilai pelaksanaan POM dan manajemen

sekolah.

6. Menetapkan petunjuk pelaksanaan penilaian hasil belajar TK, SD, SLTP, SMU,

dan SMK.

7. Melaksanakan evaluasi hasil belajar tahap akhir TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

8. Menetapkan etunjuk pelaksanaan kalender pendidikan TK, SD, SLTP, SMU, dan

SMK.

9. Menyusun rencana dan melaksanaan pengadaan, pendistribusian,

pendayagunaan dan perawatan sarana prasarana termasuk pembangunan

infrastruktur TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK

10. Mengadakan blanko STTB dan NEM SD, SLTP, SMU, dan SMK di

kabupaten/kota.

11. Mengadakan buku pelajaran pokok TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

12. Memantau dan mengevaluasipenggunaan sarana prasarana TK, SD, SLTP, SMU

dan SMK

13. Menyusun petunjuk pelaksanaan kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

14. Melaksanakan pembinaan kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

15. Menetapkan kebijakan pelaksanaan penerimaan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan

SMK.

16. Menetapkan petunjuk pelaksanaan penerimaan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan

SMK.

17. Memantau dan mengevaluasi kegiatan siswa TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

18. Merencanakan dan menetapkan pendirian dan penutupan TK, SD, SLTP, SMU,

dan SMK.
19. Melaksanakan akreditasi TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

20. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kinerja TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

21. Melaksanakan program kerjasama luar negeri di bidang pendidikan dasar dan

menengah sesuai dengan pedoman yang ditetapkan pemerintah

22. Membina pengelolaan TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK termasuk sekolah di

daerahterpencil sekolah terbuka serta tenaga teknis kebudayaan.

23. Melaksanakan mutasi tenaga kependidikan TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

24. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan karir tenaga kependidikan TK, SD,

SLTP, SMU, dan SMK, sekolah rintisan/unggulan dan sekolah yang terkena

musibah bencana alam.

25. Merencanakan kebutuhan, pengadaan, dan penempatan tenaga kependidikan

TK, SD, SLTP, SMU, dan SMK.

Rincian kewenangan daerah kabupaten/kota dalam bidang pendidikan dasar dan


menengah serta pra sekolah yang baru saja Anda pelajari merupakan bagian dari 117
butir rincian kewenangan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Agar wawasan
Anda tentang pendidikan dan kebudayaan yang merupakan kewenangan kabupaten/kota
lebih mantap, disarankan untuk mendiskusikannya dengan tutor atau pihak lain yang
berkompeten.

E. Bagaimana Gambaran Pokok-Pokok Kebijakan di Bidang Pendidikan Dasar dan


Menengah Dalam Propenas 2001-2005?

Pokok-pokok kebijakan bidang Pendidikan Dasar dan Menengah dalam propenas 2001-
2005 berpijak kepada visi dan misi yang sesuai dengan tuntutan paradigma baru dunia
pendidikan. Visi dan misi tersebut dijadikan pegangan pokok dalam perumusan tujuan
organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Berangkat dari tujuan
yang telah dirumuskan secara jelas, ditetapkanlah sejumlah program berikut sasarannya
yang meliputi:

(1) Pembinaan pendidikan pra sekolah;


(2) Pembinaan pendidikan tingkat dasar;
(3) Pembinaan pendidikan tingkat lanjutan pertama,
(4) Pembinaan pendidikan menengah umum dan rnenengah kejuruan;
(5) Pembinaan pendidikan luar qiasa; dan
(6) Pengembangan dan pembinaan tallage kependidikan

1. Bagaimana rumusan visi, misi dan tujuan organisasi Direktorat Jenderal


Pendidikan Dasar dan Menengah?

Visi pendidikan dasar dan menengah adalah IImemberikan layanan pendidikan lebih baik
yang mampu mewujudkan keunggulan bangsa, yaitu bangsa yang bertaqwa, memiliki
intelektualitas yang prima, bermoral, kreatif, inovatif, professional, produktif dan
demokratis":

Adapun misi organisasi Direktorat Jenderat Pendidikan Dasar dan Menengah yaitu
sebagai berikut:

a. Meningkatkan pembinaan pendidikan bagi anak usia dini melalui pendidikan pra

sekolah.

b. Menuntaskan pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun.

c. Melakukan pembinaan sekolah menengah untuk mempersiapkan pendidikan

akademik dan pendidikan kejuruan

d. Menetapkan kebijakan dan standar kompetensi nasional .

e. Melaksanakan desentralisasi dan otonomi pemerintahan sampai tingkat sekolah

f. Meningkatkan kesejahteraan dan mutu profesionalisme guru dan tenaga

kependidikan

g. Menyediakan intrastruktur dan sarana pendidikan yang layak

h. Menyediakan buku pelajaran dan peralatan pendidikan yang cukup

i. Memberikan layanan khusus anak-anak berbakat dan cerdas, memberikan

kemudahan, menyediakan layanan pendidikan khusus bagi anak yang

mengalami ketunaan, terbelakang, dan anak miskin

j. Menggalang kemitraan dan peran serta masyarakat, termasuk dunia usaha

Sedangkan rumusan dari tujuan organisasi Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah adalah: Mewujudkan tercapainya keberhasilan pendidikan untuk menciptakan
rnanusia yang bertaqwa, beriman, bermoral, cerdas, kreatif, inovatif, dan produktif'. .
2. Apa saja program dan sasaran Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah yang digariskan propenas 2001-2005?

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah menentukan sejumlah


program pembinaan dan pengembangan berikut sasaran binanya.

Program-program tersebut meliputi: .

a. Pembinaan pendidikan pra sekolah

Dalam penyelenggaraan pendidikan TK, perlu diupayakan pengembangan pendidikan


agama, kedisiplinan, kemampuan bahasa, kreativitas, daya pikir, daya cipta, perasaan,
emosi, kemampuan bermasyarakat, keterampilan, dan jasmani. Partisipasi masyarakat
sangat diperlukan terutama berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya dalam
pendidiran TK sesuai ketentuan yang berlaku.

Program lainnya adalah upaya peningkatan daya tampung TK dan upaya peningkatan
mutu pendidikan TK. Upaya peningkatan daya tampung dilakukan melalui program
pembangunan 120 unit TK pembina negeri tingkat kabupaten/kota dan 3875 TK negeri
tingkat kecamatan. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan akan disediakan alat
pendidikan/peraga berupa alat bermain di luar dan di dalam sebanyak 83000 set, buku
perpustakaan sebanya 562.500 eksemplar. Untuk meningkatkan kualitas tenaga guru,
selama lima tahun kedepan (2001-2005) akan dilakukan pelatihan bagi guru, kepala dan
pengawas TK sebanyak 165.750 orang. Pemberdayaan sekolah swasta dilakukan
melalui banguan dalam bentuk imbas swadaya dengan melibatkan IGTKI dan GOPTKI.

b. Pembinaan Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar.

Tujuan dari pembinaan pendidikan tingkat SD adalah memberikan bekal kemampuan


dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan kehidupan sebagai pribadi,
masyarakat, warga negara dan umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk
melanjutkan ke SLTP.

Prioritas pembinaan pada jenjang sekolah dasar diarahkan pada :

1. Peningkatan pelayanan pendidikan di daerah terpencil daerah transmigrasi dan

masyarakat terasing. Aplikasi programnya dilakukan dalam wujud layanan


pendidikan alternatif, pembangunan 300 unit sekolah baru dan pengembangan

teknologi komunikasi tepat guna dalam bidang pendidikan.

2. Penyediaan bea siswa bagi anak berbakat.

3. Memberikan perhatian khusus kepada anak-anak yang kurang beruntung

termasuk mereka yang berasal dari kalangan ekonomi lemah dalam rangka

penuntasan wajib belajar SD.

4. Peningkatan fungsi Sekolah Dasar Percobaan.

5. Penyediaan berbagai fasilitas dalam rangka peningkatan mutu pendidikan seperti

pusat sumber belajar, taman bacaan masyarakat, serta berbagai sarana-

prasarana lainnya. Di samping itu akan terus dilakukan peningkatan baru jumlah

maupun mutu tenaga kependidikan dasar melalui pelatihan guru. Karena sekolah

dan pengawas yang ditergetkan sebanya 1,3 juta orang, pemenuhan

kebutuhannya akan lebih ditekankan pada pemberdayaan sekolah melalui

dukungan dana operasional dalam bentuk “block grant”.

6. Memaksimalkan pelaksanaan kurikulum yang didukung oleh berbagai kegiatan

yang menunjang.

7. Peningkatan pengajaran pendidikan kependudukan dan pelestarian sumber daya

alam serta lingkungan hidup.

8. Pengahan buku pelajaran pokok, buku perpustakaan dan buku bacaan anak-

anak serta perbaikan mutu naskah.

c. Pembinaan pendidikan tingkat lanjutan pertama.

Pendidikan tingkat lanjutan pertama bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar


yang merupakan perluasan dan peningkatan pengetahuan yang diperoleh di tingkat
sekolah dasar. Untuk mencapai tujuan tersebut beberapa kegiatan pokok yang akan
dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Upaya penuntasan wajib belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan

perluasan daya tampung SLTP dalam rangka meningkatkan APK SLTP menjadi
79,4 pada tahun 2006. Angka transisi dari SD ke SLTP diharapkan naik menjadi

76,87% dan angka pusus sekolah dapat ditekan menjadi 4,8%.

2. Peningkatan sarana-prasarana yang dilaksanakan secara bertahap antara lain

penambahan 1985 UDB dan 11.909 RKB serta rehabilitasi gedung.

3. Melaksanakan program peningkatan mutu berbasis sekolah.

4. Penyediaan bantuan bea siswa atau bantuan lain yang bersifat mendidik

terhadap 3.300.000 siswa selama lima tahun.

5. Pengembangan SLTP terbuka yang ditunjang dengan pengadaan modul

sebanyak 909.972.800.

6. Upaya khusus terhadap murid yang memiliki kecerdasan luar biasa.

7. Upaya pemberian bekal keterampilan kepada murid SLTP melalui pengisian

kurikulum muatan lokal dan atau kegiatan kurikuler dengan berbagai pilihan

paket keterampilan.

8. Pembudayaan IPTK yang dikembangkan sejalan dengan penyempurnyaan

metodi belajar-mengajar terutama bagi pengetahuan dasar. Pembudayaan

IPTEK juga akan dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler.

9. Pembinaan keimanan dan ketakwaan serta nilai-nilai murni, budi pekerti dan jiwa

kepemimpinan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan.

10. Pengadaan buku pelajaran pokok sekitar 48,6 juta eksemplar dan buku bacaan

serta buku pendidikan lainnya sebanyak 2,9 juta eksemplar sebagai buku

perpustakaan sekolah. Program ini dilakukan sebagai upaya mendukung proses

belajar-mengajar yang lebih baik.

11. Upaya peningkatan kualitas guru dan tenaga kependidikan lainnya melalui

berbagai penataran dan peningkatan kualifikasi setara D3.

12. Upaya peningkatan kesejahteraan guru melalui penyempurnaan pelayanan

administrasi termasuk pengembangan sistem angka kredit bagi jabatan guru. Di

samping itu diprogramkan pemberian insentif untuk merangsang motivaasi dan

meningkatkan prestasi guru.

13. Pemerataan sebaran guru, penempatan dan pengangkatan guru kelas, guru

agama, guru pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru pengganti yang

pensiun dan tenaga kependidikan lainnya secara tepat sasaran dan sesuai
kebutuhan. Hal ini, dilakukan untuk mengatasi kesenjangan tingkat kemajuan

pendidikan antar sekolah.

14. Upaya pembukuan sarana dan prasarana pendidikan termasuk alat peraga

pendidikan dan buku. Hal ini, bertujuan untuk peningkatan efisiensi, efektifitas

dan produktivitas penyelengaraan pendidikan.

15. Upaya penataran, pembinaan dan pelatihan manajemen terutama bagi para

kepala sekolah dan penilik.

d. Pembinaan Pendidikan Menengah

Program pembinaan pendidikan menengah meliputi pendidikan menengah umum dan


pendidikan menengah. kejuruan. Secara umum pendidikan menengah umum bertujuan
meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih
tinggi. Melalui pendidikan menengah umum diharapkan siswa dapat mengembangkan
diri sejalan dengan perkembangan IPTEK dan IMTAQ sekaligus mempersiapkannya
setelah lulus agar mandiri dan siap latih.

Sementara itu, pendidikan menengah kejuruan bertujuan menyiapkan siswa untuk


memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang mempunyai kemampuan professional dalam
percaturan persaingan global.

Apa saja bentuk dari Pembina an Menengah Umum?

Program kegiatan yang diprioritaskan untuk pendidikan menengah umum meliputi: .

1. Perluasan daya tampung SMU/MA. Targetnya adalah dapat meningkatkan APK

SMU dan MA menjadi 29,96% pad a tahun 2005, sedangkan angka transisi dari

SLTP ke SMU ditargetkan naik menjadi 41,36 % dan MA. 15.92%.

2. Penetapan program peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah ditargetkan

menjadi program pembinaan SMU tahun 2006.

3. Program peningkatan daya tampung SMU/MA. Untuk merealkannya akan

dibangun sekitar 1345 USB dan 8000 RKB, serta rehabilitasi gedung dan

penggantian perabot yang rusak.


4. Program pemberian beasiswa dan berbagai bantuan lain yang bersifat mendidik

terutama bagi siswa berprestasi tetapi tidak mampu dalam rangka pemerataan

pendidikan. Sasaran dari program ini yaitu 1 juta siswa.

5. Pemberian sikap dan kepribadian peserta didik melalui pendidikan agama,

pancasila dan kewarganegaraan. Untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik, dilakukan pembinaan melalui peningkatan sistem belajar mengajar

dan penyediaan sarana-prasarana pendukung termasuk tempat ibadah sesuai

dengan kebutuhan.

6. Pembinaan kesiswaan dilakukan melalui organisasi siwa dari kegiatan ekstra

kurikuler terutama untuk mengembangkan jiwa kepemimpinan. Disamping itu

dikembangkan pula kegiatan ilmiah untuk dalam rangka menumbuhkan minat

meneliti pengembangan budaya dan IPTEK.

7. Dalam rangka mendukurig kebijakan butir 5 dan 61 diselenggarakan penataran

dan penyegaran pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bagi guru,

peningkatan wawasan pendidikan guru agama, peningkatan kemampuan guru

olahraga dan kesehatan dan guru pembina siswa.

8. Program peningkatan mutu pendidikan yang, dilakukan melalui upayaupaya

sebagai berikut:

(a) pendidikan dan pelatihan guru;

(b) peningkatan kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya sekitar

63,6 ribu orang;

(c) pengembangan kurikulum secara dinamis,

(d) pemantapan proses belajar-mengajar;

(e) penataan program studi;

(f) pengembangan media dan teknologi pendidikan sesuai dengan kurikulum

yang berlaku.

(g) penyediaan buku pelajaran sebanyak 27,7 juta eksemplar, buku

perpustakaan 2 juta eksemplar dan peralatan praktek dalam jumlah, jenis dan

mutu yang memadai.

9. Program pemantapan Sistem manajemen sekolah dalam rangka peningkatan

efisiensi, efektivitas dan produktivitas pendidikan.


Apa saja bentuk program yang diarahkan untuk pembinaan menengah kejuruan?

Program pembinaan menengah kejuruan tetap mengacu pada peningkatan mutu dan
relevansi, perluasan dan pemerataan kesempatan belajar, efisiensi dan efektivitas
pengelolaan pendidikan. Untuk lebih jelasnya simak baik-baik beberapa program
pembinaan menengah kejuruan berikut ini:

1) Peningkatan mutu dan relevansi pendidikan menengah kejuruan melalui program:

a. Penyusunan standar jabatan bagi kurang lebih 200 bidang keahlian;

b. penyusunan dan pengesahan penggunaan standar. kompetensi;

c. penyusunan standar operational pembelajran (SOP);

d. penyusunan dokumen penunjang kurikulum;

e. penyusunan standar pengujian dan sertifikasi;

f. penyusunan standar akreditasi bagi lembaga pendidikan dan pelatihan;

g. penyempurnaan sistem evaluasi hasil belajar siswa.

2) Dalam rangka penataan penyelenggaraan program pendidikan, akan dilakukan:

a. pemberdayaan majelis pendidikan kejuruan nasional, propinsi dan sekolah

(MPKN, MPKP, MS). Untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat

mengikuti pendidikan di SMK;

b. menyelenggarakan multi entry-exit sistem, kursus-kursus keterampiian, program

diploma, untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat mengikuti

pendidikan di SMK;

c. memberikan layanan pendidikan pada 120 SMK negeri yang berpredikat

istimewa dan amat baik menjadi regional Center pad a 72 SMK terpilih;

d. meningkatkan usaha promosi dan sosialisasi program-program kejuruan;

e. meningkatkan pemahaman dan penerapan prinsip-prinsip pembelajaran berbasis

kompetensi, pembelajaran tuntas, sistem ganda pada kegiatan belajar-mengajar;

f. meningkatkan koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam upaya meningkatkan

mutu layanan pendidikan di SMK;

3) Peningkatan kualitas dan kuantitas ketenagaan, dilakukan melalui:


a. penyempurnaan standar kompetensi sebagai acuan dalam penyusunan peta

tenaga kependidikan di SMK;

b. pemenuhan kebutuhan guru kejuruan melalui program alih spesialisasi, mutasi

guru, guru kontrak dan pengadaan guru baru;

c. dalam rangka pengadaan tenaga kependidikan ditargetkan sebanyak kurang

lebih 23.598 orang dan non guru kurang lebih 8264 orang;

d. pengembangan program pendidikan dan pelatihan guru, peningkatan

kemampuan kompetensi guru SMK negeri dan swasta baik untuk jangka pendek

mapun jangka panjang. Pengembangan program ini dilakukan melalui In House

Training (pelatihan di sekolah), pelatihan di PPPG terkait dan di Industri untuk

sebanyak 14.760 orang, Di samping itu diprogramkan pula peningkatan

kualifikasi guru SMK melalui penataran jangka pendek, jangka panjang dan

perpanjangan (DIV/S1, S2) sebanyak 6000 orang dan peningkatan kemampuan

manajeriai kepala sekolah menengah kejuruan negeri dan swasta dan tenaga

non kependidikan (tekhnisi dan tenaga administrasi).

4) Peningkatan kualitas dan kuantitas fasilitas pendidikan melalui:

a. rehabilitasi gedung sebanyak 8.135 ruang;

b. melengkapi peralatan praktek bagi SMK negeri dan swasta sebanyak 4.285 unit;

c. pengadaan buku, bahan ajar dengan penulisan paket-paket pelajaran dalam

bentuk modul yang sesuai dengan kebutuhan pendekatan kompetensi.

Menterjemahkan/mengedit paket-paket program dan bahasa asing, khususnya

untuk buku yang bersifat universal/berstandar internasional. Di samping itu juga

dilakukan pembelian buku-buku yang di keluarkan oleh penerbit dan dijual bebas

di pasaran. Untuk pemenuhan kebutuhan buku, ditargetkan akan diadakan buku

siswa, buku guru dan buku perpustakaan sebanyak 16.715.000 eksemplar.

d. pemberian bantuan, biaya opersional pendidikan dan bahan faktor bagi

3.342.900 siswa melalui pola pembiayaan "block grant”

e. peningkatan mutu SMK swasta.


5) Perluasan dan pemeratan kesempatan belajar dilakukan melalui peningkatan daya
tampung dengan mengacu kepada analisis perbandingan jumlah siswa SMK dengan
siswa guru SMU. Terhadap SMK swasta akan diperkuat dengan pemberian subsidi dan
pemberdayaan sdm.

6) Peningkatan mutu manajemen SMK, diiakukan melalui;

(a) penyempurnaan sistem evaluasi dilakukan kinerja SMK dan kepala SMK;
(b) penyempurnaan sistem penyiapan cajon kepala SMK; dan
(c) penyempurnaan program pembinaan dan pengembangan sekolah.

7) Peningkatan Kemampuan tenaga pelaksana, dilakukan melalui :

a. peningkatan peran dan fungsi PPPG lingkup kejuruan, bidang Dikmenjur dan

perguruan tinggi dalam seluruh proses pembinaan dan pengembangan

Dikmenjur;

b. peningkatan pengelolaan dan pengembangan sistem informasi manajemen.

Dikmenjur, optimalisasi pendayagunaan sumber pendidikan SMK dengan

pengaturan jadwal pelajaran pada SMK

c. optimalisasi sumber-sumber luar SMK, antara lain dilakukan melalui program

"out-sourcing facilities" dan pemanfaatan sarana yang "idle" dari instansi lain.

e. Pembinaan Pendidikan Luar Biasa

Bagaimana pokok-pokok kebijakan pembinaan pendidikan luar biasa? Pendidikan luar


biasa bertujuan untuk membantu peserta didik yang menyandang kelainan fisik/mental
pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SLTP) agar mereka mampu mengembangkan
sikap, pengetahuan dan keterampilan sebagai pribadi atau anggota masyarakat dalam
mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya dan alam
sekitarnya, serta dapat mengembangkan kemampuan diri dalam bekerja atau mengikuti
pendidikan lanjutan.

Berangkat dari tujuan yang baru saja diuraikan, propenas 2001 - 2005 menggantikan
program-program pembinaan pendidikan luar biasa sebagai berikut.
1. Pengembangan kurikulum muatan lokal dan pengadaan berbagai alat

keterampilan yang disesuaikan dengan keadaan daerah dan jenis ketunaannya

dalam rangka peningkatan perhatian terhadap anak cacat.

2. Pembangunan UGB dan ruang belajar serta rehabilitasi gedung SLB negeri dan

swasta

3. Peningkatan pembakuan perangkat pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia,

Pendidikan Agama, IPS, IPA, Matematika, Kesenian, dan Kejuruan atau

Keterampilan.

4. Mengingat adanya berbagai jenis ketunaan, kurikulum khusus akan dioptimalkan

pelaksanaannya untuk; (a) tuna netra, (b) tuna rungu, (c) tuna grahita, (d) tuna

daksa, (e) tuna laras, dan (f) tuna ganda: untuk TKLB, SDLB, SLTLB, dan SMLB.

5. Akan ditempuh berbagai upaya dalam rangka perintisan pelayanan pendidikan

khusus bagi anak berbakat istimewa.

6. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan, akan dilakukan penataran guru dan

pelatihan bagi kepala sekolah serta penyediaan guru. Di samping ini akan

diadakan 500.000 kumpulan buku pelajaran dan 15.000 set alat peraga

pendidikan.

7. Untuk meningkatkan kesejahteraan guru, akan dibangun rumah dinas

guru/pembina/kepala SLB. Koordinasi lintas institusi menjadi agenda penting

dalam peningkatan layanan bagi anak cacat.

f. Pengembangan dan Pembina Tenaga Kependidikan

Bagaimana gambaran pengembangan dan pembinaan tenaga kependidikan menurut


Propenas 2001-2005?
Secara umum, pengembangan dan pembinaan tenaga kependidikan sampai tahun 2005
memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Terwujudnya rencana induk dan pedoman perencanaan, rekrutmen, distribusi

dan mutasi tenaga kependidikan.

2. Terealisasikannya jenjang jabatan, standar profesionalisme dan sistem ,

pengembangan karir tenaga kependidikan nasional.


3. Terwujudnya sistem pengembangan profesi tenaga kependidikan yang baku dan

kondusif.

4. Tersedianya perangkat dan pedoman pelaksanaan pemberian penghargaan dan

perlindungan hukum terhadap profesi tenaga kependidikim nasional.

5. Terwujudnya lembaga-Iembaga Oiklat tenaga kependidikan nasional yang lebih

professional dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

6. Terealisasikannya pendidikan dan latihan tenaga kependidikan yang akuntabel.

Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dari pengembangan dan pembinaan
tenaga kependidikan yaitu:

1. terwujudnya jaringan sistem informasi manajemen (81M) tenaga kependidikan

yang mampu memberikan informasi yang mutakhir, lengkap, akurat, sahih dan

terpercaya tentang tenaga kependidikan dan dapat diakses oleh berbagai

lembaga terkait di seluruh Indonesia sesuai dengan kebutuhannya;

2. terekrutnya dan terdistribusikannya guru dan tenaga kependidikan lainnya yang

sesuai dengan kebutuhan hakiki kuantitatif maupun kualitatif dan jenis

spesialisasinya;

3. tersedianya dan terimplemenkan rencana induk pendayagunaan tenaga

kependidikan untuk semua jenjang dan jenis pendidikan;

4. tersusunnya standar untuk jabatan guru, profesionalisme guru dan

pengembangan karir guru untuk semua jenjang dan jenis pendidikan;

5. tersusunnya naskan perangkat dan jalur pengembangan profesi tenga

kependidikan;

6. tersusunnya standar diklat tenaga kependidiklan yang terkait dengan sistem

pengembangan profesi dan karir serta jenjang. jabatan tenaga kependidikan

untuk semua jenis dan jenjang pendidikan;

7. terselenggarakannya diklat tenaga kependidikan yang terstandar dan

berakuntabilitas yang meliputi:

a) model penataran guru sistem terbuka bagi 61000 guru SD;

b) model penataran kompetensi bagi 740 guru terpencil;

c) model penataran kompetensi bagi 1500 guru pendidikan luar biasa;


d) diklat kualifikasi dari kompetensi bagi 165.750 orang tenaga kependidikan SD;

e) diklat kualifikasi dan kompetensi bagi 147.000 orang tenaga kependidikan

SLTP;

f) diklat kualifikasi dan kompetensi bagi 63.600 orang tenaga kependidikan SMU;

dan

g) diklat kualifikasi dan kompetensi bagi 20.760 orang tenaga kependidikan SMK.

8. Terwujudnya kinerja yang handal dari lembaga diklat (12 PPPG dan 26 LPMP)

yang tercermin dari:

a) terciptanya pengelolaan kelembagaan yang kondusif dan berwawasan mutu;

b) terpenuhinya. kebutuhan SDM lembaga diklat yang professional dalam jumlah

yang cukup;

c) terlengkapinya sarana dan prasarana yang terstandar baik jumlah jenis

maupun kualitasnya.

9. Terwujudnya sistem perlindungan hukum terhadap profesi tenaga kependidikan

dan sistem penghargaan materi dan non materi yang baku, layak, serta kondusif

bagi peningkatan kualitas pendidikan nasional dan menciptakan rasa aman,

sejahtera serta kebanggaan profesi bagi tenaga kependidikan.

LATIHAN

Setelah Anda mempelajari Kegiatan Pembelajaran 1 tentang "Dasar-Dasar Kebijakan di


Bidang Pendidikan", cobalah kerjakan latihan berikut ini:

1. Simaklah sekali lagi materi tentang landasan sistem pendidikan nasional RI.

Selanjutnya rumuskanlah hubungan antara Pancasila sebagai landasan idiil,

UUD 1945 sebagai landasan konstitusional dan GBHN sebagai landasan

operasional sistem pendidikan nasional Indonesia.

2. Buktikan bahwa pasal 31 UUD 1945 menjunjung tinggi keseimbangan antara hak

dan kewajiban warga negara di bidang pendidikan.

3. Masalah apa yang dihadapi bangsa Indonesia dalam bidang pendidikan menurut

GBHN 1999 dan bagaimana cara mengatasinya?


4. Coba Anda simak kembali visi, misi dan tujuan organisasi Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah. Buatlah rumusan singkat yang membuktikan

bahwa visi, misi dan tujuan direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

diarahkan untuk:

a. menjawab tantangan global

b. memenuhi kebutuhan era otonomi daerah

c. memenuhi kebutuhan pengembangan asfek kognitif, afektif dan psikomotorik

dari peserta didik.

RANGKUMAN

1. Kebijakan pendidikan di Indonesia berpijak pada legalita hukum yang diatur

secara hirarkis dari yang tertinggi sampai yang terendah. Pancasila yang

berkedudukan sebagai dasar negara merupakan landasan idiil dari sestem

pendidikan di Indonesia. Sedangkan UUD 1945 dan GBHN masing-masing

berkedudukan sebagai landasan konstitusional dan operasional dari sistem

pendidikan nasional kita.

2. Sistem pendidikan nasional secara khusus diatur melalui UU No.2 tahun 1989.

Walaupun UU No.2 tahun 1989 cukup lengkap mengatur tentang pendidikan,

seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah yang menghendaki adanya

desentralisasi bidang pendidikan, pemerintah memandang perlu untuk segera

menyesuaikan UU tersebut dengan paradigma baru pendidikan di era otonomi

daerah.

3. Kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan membawa konsekwensi adanya

sejumlah wewenang yang semula dimiliki oleh pusat berpindah menjadi

kewenangan daerah. Pembagian kewenangan antara pusat dengan daerah

tersebut secara yuridis diatur melalui PP No.25 tahun 2000.

4. Pokok-pokok kebijakan dalam bidang pendidikan selama lima tahun dijabarkan

melalui propenas 2001-2005. Kebijakan di bidang pendidikan dasar dan

menengah menurut propenas 2001-2005 meliputi hal-hal sebagai berikut.

a. Pembinaan Pendidikan Pra Sekolah


b. Pembinaan Pendidikan Tingkat Sekolah Dasar

c. Pembinaan Pendidikan Tingkat Lanjutan Pertama

d. Pembinaan Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan

e. Pembinaan Pendidikan Luar Biasa

f. Pengembangan dan Pembinaan Tenaga Kependidikan.

TES FORMATIF 1

Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-soal di
bawah ini:

1. Amanat yang tersurat dalam Pembukaan UUD 1945 dalam dengan pendidikan
adalah ....
a. membentuk manusia yang bertaqwa kepada Tuhan YME
b. mencerdaskan kehidupan bangsa
c. menciptakan manusia yang humanis
d. membina persatuan

2. Pasal 31 UUD 45 memberikan tanggung jawab kepada pemerintah untuk


a. menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang diatur dengan undang-undang
b. membuat pokok-pokok kebijakan dalam bidang pendidikan yang bersifat makro
c. mengawasi penyelenggaraan sistem pendidikan nasional menyusun standar kurikulum
yang berlaku nasional
d. menyusun standar kurikulum yang berlaku nasional.

3. Salah satu permasalahan penting dalam bidang pendidikan yang menjadi sorotan
GBHN 1999 adalah ....
a. rendahnya kualitas hasil pendidikan .
b. pendidikan di Indonesia terlalu menekankan aspek intelektrualitas
c. kurang bermaknanya pendidikan bagi pembentukan manusia Indonesia seutuhnya
d. minimnya anggaran pendidikan menjadi kendala pokok dalam penyelenggaraan
pendidikan yang berkualitas.

4. Dalam perkembangan dewasa ini, UU No.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional perlu disesuaikan dengan paradigma baru dunia pendidikan. Dua faktor yang
melatarbelakanginya adalah
a. penyesuaian dengan otonomi daerah dan tuntutan era globalisasi
b. penyesuaian dengan amandemen UUD 45 dan GBHN 1999
c. tuntutan desentratisasi dan dekonsentrasi bidang pendidikan
d. penyesuaian dengan era reformasi dan globalisasi

5. Kebijakan desentralisasi bidang pendidikan yang merupakan aplikasi dan


diberlakukannya otonomi daerah, memberikan porsi kewenangan yang lebih besar untuk
mengelola pendidikan kepada....
a. provinsi
b. kabupaten
c. kecamatan
d. pusat

6. Di era otonomi daerah, pemerintah pusat memiliki kewenangan dalam penetapan


standar kompetensi siswa dan warga belajar dengan alasan
a. menjamin kualitas minimal pendidikan sehingga tidak terjadi kesenjangan antar daerah
b. menjamin persatuan dan kesatuan bangsa
c. demi efisiensi penyelengaraan pendidikan
d. menjamin kelangsungan dan kesinambungan pendidikan

7. Salah satu kewenangan pemerintah kabupaten/kota yang berkaitan langsung dengan


kewenangan pemerintah pusat dalam upaya menjaga standar mutu pendidikan nasional
adalah
a. menetapkan petunjuk pelaksanaan kalender pendidikan TK, SD,SLTP, SMU, dan SMK
b. melaksanakan evaluasi belajar tahap akhir TK, SD, SL TP, SMU, dan SMK
c. menetapkan petunjuk penilaian hasil belajar.
d. mengembangkan standar kompetensi siswa TK, SO, SLTP, SMU dan SMK

8. Kedudukan jenjang pendidikan pra sekolah dalam program wajib belajar sembilan
tahun yaitu
a. pendidikan pra sekolah wajib diikuti dalam progrpm wajib belajar sembilan tahun
b. pendidikan pra sekolah merupakan satu kesatuan dengan program wajib belajar
sembilan tahun
c. pendidikan pra sekolah tidak berkaitan dengan program wajib belajar sembiIan tahun
d. pendidikan pra sekolah sangat rnenunjang program wajib belajar sembilan tahun

9. Program layanan pendidikan alternatif pada pembinaan tingkat sekolah dasar


dimaksudkan untuk…
a. meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya
b. meningkatkan pelayanan pendidikan di daerah terpencil
c. menyukseskan program pemerataan pendidikan
d. menyukseskan program efisiensi dan relevan pendidikan

10. Dalam rangka mensukseskan wajib belajar sembiIan tahun, salah satu langkah
kebijakan yang diambil adalah ....
a. menghapuskan penyelenggaraan EBTANAS SD
b. menyatukan antara jenjang SD dengan SLTP
c. meniadakan syarat masuk dari SD ke SLTP
d. mempermudah syarat masuk dari SD ke SLTP

KEGIATAN PEMBELAJARAN 2

MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH


(MBS)

Dalam kegiatan belajar dua ini, dibahas tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
sebagai terjemahan dari School Based Management (SBM). Untuk memudahkan Anda,
istilah Manajemen Berbasis Sekolah selanjutnya saya tulis MBS saja.

Tujuan yang hendak dicapai setelah Anda membaca bahasan MBS ini adalah,
diharapkan Anda dapat:

1. menyebutkan pengertian MBS


2. mengidentifikasikan ciri-ciri MBS

3. menguraikan latar belakang diberlakukannya MBS

4. menjelaskan alasan dilaksanakannya MBS

5. menjelaskan tujuan MBS

6. menunjukkan manfaat MBS

7. menguraikan prinsip umum MBS


8. menguraikan asumsi dasar MBS

9. menjelaskan strategi pelaksanaan MBS

10. menunjukkan faktor pendukung keberhasilan MBS

11. menjelaskan hubungan antara MBS dengan Dewan Sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, silakan Anda baca uraian berikut, serta jangan lupa
kerjakan tugas dan latihan yang ada!

Selamat belajar dan semoga sukses!

MATERI PEMBELAJARAN

A. APA PENGERTIAN DAN CIRI-CIRI MBS?

Mengingat MBS ini merupakan sebuah konsep baru dalam wacana pendidikan nasional,
dan upaya sosialisasi belum dilaksanakan maksimal. Jadi sangat wajar apabila di antara
para guru atau tenaga kependidikan lainnya belum memahami secara utuh tentang MBS
ini. Oleh karena itu perlu ada pembahasan secara khusus tentang MBS. Sebelum
membahas lebih lanjut, perlu kiranya diulas sepintas tentang pengertian dan ciri-ciri MBS.

Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) atau dalam terminologi bahasa Inggris disebut
"School Based Management" (SBM),
p ada dasarnya MBS adalah sebuah pendekatan pengelolaan sekolah yang bertitik tolak
dari pemikiran, pertimbangan, kebutuhan dan harapan dari sekolah itu sendiri. Artinya,
sekolah akan barakar dan bertopang pada kondisi nyata masyarakat setempat (bottom
up) dan bukan lagi mengikuti "bulat-bulat" petunjuk pemerintah (top down).

Dengan kala lain, sebuah sekolah akan melaksanakan keinginan masyarakat


pendukungnya (stakeholders), yang terdiri dari orang tua peserta didik, pelaku ekonomi,
masyarakat, lingkungan sosial yang mempunyai tuntutan pendidikan, kebutuhan
pembangunan setempat, hingga kebijakan otonomi daerah untuk mempercepat
kemajuan.

Merujuk kepada. pendapat J. Chapman sebagaimana dikutip Nanang Fatah (2000),


disebutkan bahwa MBS adalah suatu pendekatan politik yang bertujuan untuk
meningkatkan me-redisain pengelolaan sekolah, bertujuan untuk memberikan kekuasaan
dan meningkatkan partisipasi sekolah dalam upaya perbaikan kinerjanya yang mencakup
guru, siswa, orang tua siswa dan masyarakat. MBS memodivikasi struktur pemerintahan
dengan memindahkan otoritas dalam pengambilan keputusan pemerintah dan
manajemen kesetiap yang berkepentingan di tingkat lokal.

Beberapa pakar lainnya mengartikan MBS sebagai pengalihan dalam pengambilan


keputusan dari tingkat pusat sampai ke tingkat sekolah. Pemberian kewenangan dalam
pengambilan keputusan dipandang sebagai otonomi di tingkat sekolah dalam
pemberdayaan sumber-sumber (resources) sehingga sekolah mampu secara mandiri
menggali, mengalokasikan, menentukan prioritas, memanfaatkan, mengendalikan dan
mempertanggungjawabkan (akuntabilitas) kepada setiap yang berkepentingan
(stakehoiders).

Selain beberapa pengertian terse but, MBS pun diartikan pula sebagai wujud dari
reformasi pendidikan yang menginginkan adanya perubahan dari kondisi yang kurang
baik menuju kondisi yang lebih baik dengan memberikan kewenangan (otorita) kepada
sekolah untuk memberdayakan diri.

Dari berbagai pengertian yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik benang merah yang
menunjukkari ciri-ciri MBS.
MBS sekurang-kurangnya memiliki ciri sebagai berikut:

1. adanya otonomi yang kuat pad a tingkat sekolah


2. keterlibatan secara aktif masyarakat dalam pendidikan
3. proses pengambilan keputusan yang demokratis dan berkeadilan
4. menjunjung tinggi akuntabilitas dan tranparansi dalam setiap kegiatan pendidikan.

B. APA LATAR BELAKANG DIBERLAKUKANNYA MBS?

Sebagaimana kita ketahui bahwa salah satu bidang utama dalam pembangunan jangka
panjang kedua (PJP II) yang dimulai sejak Pelita VI adalah tentang pengembangan
sumber daya manusia sebagaimana dinyatakan dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara
(GBHN). Hal ini, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki tekad yang kuat untuk
mencapai keunggulan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya di dunia. Komitmen nasional ini menjadi
legitimasi bagi berlangsungnya upaya maksimal dan terus menerus dalam meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat
memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah
mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap setiap
gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan.

Berbicara tentang pendidikan tentu saja tidak terlepas dari institusi yang bernama
"sekolah", sekolah merupakan wahana tempat berlangsungnya pendidikan sekaligus
sebagai tempat masyarakat berharap tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang
akan datang.

Sejalan dengan bergulirnya era otonomi atas dasar UU Nomor 22 tahun 1999 dan UU
Nomor 25 1999 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000, membawa nuansa baru
dalam sistem pengelolaan pendidikan. Nuansa baru itu antara lain berkembangnya
pemikiran untuk melaksanakan desentralisasi pengelolaan pendidikan sejalan dengan
otonomi daerah. Desentralisasi pendidikan diharapkan akan mendorong peningkatan
pelayanan di bidang. pendidikan kepada masyarakat, yang bermuara pada upaya
peningkatan kualitas pengelolaan pendidikan dalam tataran yang paling bawah yatiu
sekolah. Dengan kata lain pendidikan perlu perubahan yang dapat dilakukan melalui
perubahan dan peningkatan dalam pengelolaan atau manajemen pendidikan di sekolah.

Sehubungan dengan hal tersebut, juga terdorong oleh suasana perubahan politik
kenegaraan, masyarakat merasa yakin bahwa salah satu upaya penting yang harus
dilakukan dalam peningkatan kualitas pendidikan, adalah dengan pemberdayaan sekolah
melalui Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). MBS ini pada intinya memberikan
kewenangan dan pendelegasian kewenangan (delegation of authority) kepada sekolah
urtuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas secara berkelanjutan (quality
continous improvement).

Di samping faktor internal sebagaimana diuraikan tersedut ada faktor luar (ekstemal)
yang juga turut melatarbelakangi lahirnya MBS, antara lain adalah pelaksanaan MBS di
beberapa negara maju. Di banyak negara, reformasi pendidikan dimulai pada dekade
1980-an. Banyak sekolah di Amerika Serikat, Kanada dan Australia yang berhasil
menerapkan desentralisasi pendidikan dengan model MBS. Dalam rangka pelaksanaan
MBS ini di negara-negara tersebut telah memberdayakan sekolah dengan membentuk
organisasi yang bernama Dewan Sekolah (School Board di Amerika Serikat dan School
Council di Australia). Model MBS tersebut ternyata telah membawa dampak terhadap
peningkatan kualitas belajar mengajar. Hal tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme
yang lebih efektif, yaitu pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cepat, sekaligus
memberikan dorongan semangat kinerja baru sebagai motivasi berprestasinya kepada
Kepala Sekolah dalam melakukan tugasnya sebagai manajer sekolah. Di berbagai
negara, seperti halnya Selandia Baru dan Chile, ternyata penerapan MBS telah
membawa dampak positif bagi dunia pendidikan.

C. APA ALASAN DILAKSANAKANNYA MBS?

Setelah Anda memahami later belakang MBS, selanjutnya penulis mengajak Anda untuk
memahami beberapa alasan diberlakukannya MBS. Sebetulnya bahasan ini merupakan
satu kesatuan dengan bahasan later belakang MBS, namun untuk memudahkan Anda
dalam pemahaman secara lebih detail, saya pisahkan dalam bahasan tersendiri.

Adapun alasan dan pertimbangan dilaksanakan MBS adalah sebagai berikut.

1. Sekolah lebih mengetahui keadaan dirinya (baik berupa kekuatan, kelemahan,


peluang dan ancaman bagi dirinya), sehingga die dapat mengoptimalkan dalam
pemberdayaan sumber daya yang dimiliki.

2. Sekolah lebih mengefahui kebutuhan lembaganya, khususnya berkaitan,dengan

input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam

proses pendidikan.

3. Pengambilan keputusan relatif lebih tepat dan akurat, karena dilakukan oleh

pihak sekolah yang lebih tahu permasalahanya, serta dibantu oleh masyarakat,

sehingga di samping dapat menghasilkan keputusan yang tepat dan akurat, juga

dapat menciptakan transparansi dan iklim demokrasi yang sehat.

4. Keterlibatan masyarakat dalam mengontrol sekolah melahirkan efektivitas dan

efisiensi penggunaan sumber daya pendidikan secara maksimal.

5. Terjadi kompetisi yang sehat di antara masing-masing sekolah untuk lebih

meningkatkan kualitas pendidikan melalui upaya inovatif dengan dukungan orang

tua peserta didik, masyarakat dan pemerintah.

6. Sekolah dituntut untuk mempertanggungjawabkan mutu pendidikan kepada

pemerintah, orang tua peserta didik dan masyarakat pad a umumnya. Sekaligus

sekolah dapat secara tepat mengakomodir aspirasi masyarakat dan lingkungan

yang berubah secara cepat.

D. APA TUJUAN MBS?


Tujuan pelaksanaan MBSadalah sebagai berikut.

1. Meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian otonomi kepada sekolah untuk

mengelola dan memberdayakan sumber daya yang ada secara mandiri

2. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui keputusan bersama.

3. Meningkatkan tanggung. jawab sekolah kepada orang tua, masyarakat serta

pemerintah tentang kualitas sekolah dan pendidikan pada umumnya.

4. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah dalam upaya menciptakan

mutu pendidikan yang diharapkan.

E. APA MANFAAT MBS?

Dari berbagai pengalaman yang terjadi di beberapa negara yang telah melaksanakan
konsep MBS, dapat diketahui terdapat banyak manfaat yang diperoleh. Mengutip
pendapat Tim Pokja MBS Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat, disebutkan bahwa
sekurang-kurangnya terdapat 8 (delapan) manfaat yang bisa diperoleh dengan
diberiakukannya MBS, yaitu sebagai berikut.

1. Sekolah dapat mengoptimalkan sumber daya yang. tersedia untuk memajukan


sekolahnya, karena bisa lebih mengetahui peta kekuatan, kelemahan, peluang,
dan ancaman yang mung kin dihadapi.

2. Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output

pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses

pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik.

3. Pengambilan keputusan partisipatif yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan

sekolah karena sekolah lebih tahu apa yang terbaik bagi sekolahnya.

4. Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif apabila

masyarakat turut serta mengawasi keterlibatan warga sekolah dalam

pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan demokrasi yang

sehat.

5. Sekolah bertanggung jawab tentang mutu pendidikan di sekolahnya kepada

pemerintah, orang tua, peserta didik dan masyarakat.

6. Sekolah dapat bersaing dengan sehat untuk meningkatkan mutu pendidikan.


7. Sekolah dapat merespon aspirasi masyarakat yang berubah dengan pendekatan

yang tepat dan cepat.

F. APA SAJA YANG MENJADI PRINSIP UMUM SEBAGAI PEDOMAN DALAM


PELAKSANAAN MBS?

Ada beberapa prinsip umum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan MBS, yaitu:

1. Memiliki visi, misi dan strategi yang jelas, sehingga dapat melancarkan ke arah

pencapaian tujuan pendidikan yang berkualitas, khususnya kualitas siswa

2. Berpijak pada prinsip saling berbagi, mengisi, membantu dan menerima.

Pembagian kekuasaan/kewenangan tersebut hendaknya sesuai dengan fungsi

dan peran masing-masing

3. Adanya profesionalisme seluruh komponen terkait, baik para praktisi pendidikan,

pengelola, dan manager pendidikan lainnya, termasuk profesionalisme Dewan

Sekolah.

4. Adanya tuntutan tanggung jawab dan keterlibatan masyarakat di dalam

pelaksanaan pendidikan, Artinya bahwa tanggung jawab pelaksanaan pendidikan

saja, tapi merupakan tanggung jawab bersama.

5. Diarahkan kepada terbentuknya Dewan Sekolah, sebagai institusi yang pada

akhirnya bertugas melaksanakan MBS. Dengan demikian dapat disebutkan

bahwa pembentukan Dewan Sekolah merupakan prasyarat implementasiMBS.

6. Adanya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan sekolah. Artinya

bahwa prinsip MBS harus berpijak pada keterbukaan serta bertanggung jawab

dalam pengelolaan sekolah, baik yang menyangkut fisik maupun nonfisik.

G.APA ASUMSI DASAR PELAKSANAAN MBS?

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa MBS adalah bentuk reformasi pehdidikan, yang
pada prinsipnya menekankan bahwa sekolah memperoleh: (1) kewajiban (responsibility);
(2) wewenang (authority) dan (3) tanggung jawab (acountability) yang tinggi dalam
meningkatkan kinerja terhadap setiap stakeholders.
Ada beberapa asumsi dasar yang melandasi implementasi MBS, yaitu:

1. Sekolath dipandang sebagai suatu lembaga layanan jasa pendidikan yang

memposisikan kepala sekolah sebagai manajer pendidikan. Kepala sekolah

dituntut untuk bertanggung jawab alas seluruh komponen sekolah, serta

berupaya meningkatkan mutu pelayanan dan hasil belajar yang berorientasi

kepada pemakai, baik siswa, masyarakat, pemerintah maupun lembaga industri

dan dunia kerja.

2. MBS dapat efektif diterapkan jika didukung oieh sistem berbagi kekuasaan

(power sharing), antara pemerintah pusat dan Pemda dalam pengelolaan

sekolah.

Berkaitan dengan harapan untuk menghasilkan mutu yang baik, konsep MBS
memperhatikan aspek-aspek mutu yang harus dikendalikan secara komprehensif, yaitu:

1. karakteristik mutu pendidikan baik input proses maupun output;

2. pembiayaan (cost);

3. metoda penyampaian bahan pelajaran;

4. pelayanan (service) kepada siswa, orang tua dan masyarakat.

H. BAGAIMANA STRATEGIIMPLEMENTASI MBS?

Dari berbagai literatur menunjukkan, tidak sedikit beberapa sekolah di berbagai negara
yang telah melaksanakan konsep MBS, mengalami kegagalan karena kesalahan dalam
strategi. Oleh karena itu dipandang perlu menggunakan strategi yang tepat dalam
implementasinnya.

Sehubungan dengan strategi yang digunakan dalam implementasi MBS, saya mencoba
mengutip strategi yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Propinsi jawa Barat. Tentu
saja hal ini sebagai bahan pembanding saja, karena masing-masing propinsi kondisinya
bisa berbeda.

Strategi pelaksanaan MBS tersebut dalam garis besarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu:

1. Penyiapan konsep MBS


Dalam strategi konsep MBS ini, minimal ada 6 syarat yang perlu dipenuhi, yaitu: .

a. pemilihan kepala sekolah dari guru professional

b. bentuk partisipasi orang tua

c . motivasi orang tua

d. kemampuan alokasi dana

e. kualitas pembelajaran dan hasillulusan

f. keterlibatan semua stakeholders pendidikan

2. Pendekatan impelentasi

Karena MBS dianggap sebagai sesuatu yang masih baru, maka dalam

pelaksananya harus ditempuh secara bertahap, dengan memperhatikan kondisi

sekolah, kondisi sosial masyarakat serta mempertimbangkan faktor geografis,

demografis, budaya setempat dan potensi dasar yang dimiliki masyarakat

sekolah.

3. Tahap pelaksanaan Dalam tahap implementasi, ditempuh langkah langkah berikut:

a. Sosialisasi konsep

b. Seminar dan lokakarya

c. Pelatihan MBS bagi Kepala Sekolah

d. Pembentukan Dewan Sekolah

e. Rencana pengembangan Sekolah Model MBS

f. Monitoring dan evaluasi

g. Pembinaan dan asistensi

h. Desiminasi MBS ke seluruh sekolah

i . Matrik model implementasi MBS

I.FAKTOR-FAKTOR APA SAJA YANG TURUT MENDUKUNG KEBERHASILAN MBS?

Keberhasilan implementasi MBS, tentu saja didukung oleh berbagai faktor, baik yang
bersifat internal (Iingkungan sekolah) maupun eksternal (Iuar sekolah).
Sehubungan dengan hal tersebut, secara umum dapat disebutkan terdapat beberapa
faktor yang turut mendukung keberhasilan MBS, yaitu:

1. kepempimpinan dan manajemen sekolah yang baik


2. kondisi sosial, ekonomi dan apresiasi masyarakat terhadap pendidikan

3. dukungan pemerintah

4. profesionalisme

J. APAKAH TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA MBS DANGAN DEWAN SEKOLAH?

Sebelum saya menguraikan hubungan antara MBS dengan Dewan Sekolah. Nampaknya
perlu terlebih dahulu diulas tentang pengertian Dewan Sekolah, serta siapa saja yang
termasuk unsur Dewan Sekolah.

Dewan Sekolah adalah suatu badan atau lembaga nonpolitis dan nonprofit, dibentuk
berdasarkan musyawarah yang demokratis oleh para stake holders pendidikan di tingkat
sekolah. Sebagai representasi dari berbagai unsur yang bertanggung jawab tehadap
peningkatan kualitas proses dan hasil pendidikan.

Adapun unsur-unsur Dewan Sekolah tersebut terdiri dari:

1. orang tua siswa

2. wakil siswa

3. wakil guru

4. kepala sekolah

5. wakil tokoh masyarakat setempat ulama, pemuka adat, budayawan, dan cendikia

yang punya perhatian terhadap pendidikan.

6. wakil masyarakat terinstitusi (Iurah, camat, dan pejabat lainnya yang berada di

wilayah tempat sekolah berada)

7. utusan pejabat pendidikan (Dinas Pendidikan)

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa antara MBS dengan Dewan Sekolah
memiliki hubungan yang sangat erat. Keberadaan Dewan Sekolah merupakan bagian
yang tidak terpisahkan (satu paket) dengan MBS. Artinya keberadaan Dewan Sekolah
merupakan satu keharusan yang perlu ada dalam MBS, karena MBS tanpa Dewan
Sekolah bukari MBS.

LATIHAN

Setelah Anda mempelajari kegiatan pembelajaran 2 tentang MBS, silakan Anda kerjakan
latihan berikut!

1. Simaklah kembali beberapa pengertian tentang MBS, setetah dipahami betul.

Cobalah Anda simpulkan sendiri tentang pengertian MBS tersebut!

2. Atas dasar beberapa pengertian tentang MBS. kemukakan beberapaciri MBS!

3. Jelaskan latar belakang dan alasan diberlakukannya MBS!

4. Uraikan beberapa asumsi dasar dilaksanakannya MBS!

5. Jelaskan hubungan antara MBS dengan Dewan Sekolah!

RANGKUMAN

MBS adalah bentuk alternatif sekolah sebagai hasil dari desentralisasi di bidang
pendidikan. Sebagai wujud dari reformasi pendidikan, MBS pada prinsipnya bertumpu
pada sekolah dan masyarakat serta jauh dari birokrasi yang sentralistik.

MBS memiliki potensi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, pemerataan, efisiensi


serta manajemen yang bertumpu di tingkat sekolah. Mode ini dimaksudkan untuk
menjamin semakin rendahnya kontrol pemerintah pusat, dan di pihak lain semakin
meningkatnya otonomi sekolah untuk menentukan sendiri apa yang perlu diajarkan dan
mengelola sumber daya yang ada untuk berinovasi.

MBS menawarkan kebebasan kekuasaan yang besar pada sekolah, dengan tetap
disertai seperangkat tanggung jawab yang harus dipikul, yaitu sikap "accountability"
dengan intensitas yang tinggi dalam menjamin partisipasi sebagai unsur yang
berkepentingan dengan sekolah.

Dalam implementasinya, MBS perlu dilaksanakan melalui berbagai tahapan, sejak tahap
persiapan, sosialisasi dan implementasi.
Sebagai konsekwensi legis dari MBS, maka. diperlukan adanya Dewan Sekolah, suatu
wadah yang dapat menampung dan menyalurkan aspirasi, harapan dan kebutuhan
stakeholders sekolah. Dewan Sekolah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
MBS.

TES FORMATIF

Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-
soal di bawah ini:

1. Pendekatan pengelolaan s_kolah menurut konsep MBS, adalah ....

a. bertitik tolak dari pemikiran, pertimbangan, kebutuhan dan harapan dari sekolah

itu sendiri, .

b. mengikuti kebijakan pemerintah daerah sesuai konsep konsep otonomi daerah,

c. melaksanakan separuhnya li'asil penulisan para praktisi pendidikan di tingkat

sekolah

d. melaksanakan pengelolaan sekolah sesuai rekomendasi Bappenas dalam

rangka pengembangan sekolah

2. Dalam tahap awal uji coba, implementasi MBS akan dilaksanakan melalui ....

a. standarisasi kurikulum tingkat daerah

b. pengangkatan guru dan tala usaha

c. pengangkatan kepala sekolah

d. mutasi guru dan kepala sekolah

3. Salah satu ciri pokok MBS , adalah ....

a. Pemerintah pusat menyerahkan sepenuhnya pemerintah daerah

b. Penyerahan kewenangan bidang pendidikan dari pemerintah kepada sekolah

c. Adanya dominasi yang sangat kuat dari kepala sekolah dalam pengelolaan

sekolah

d. Adanya otonomi yang kuat pada tingkat sekolah


4. Salah satu faktor eksternal yang turut melatarbelakangi lahirnya MBS, adalah ...

a. munculnya pemikiran yang baru dari para pakar mengenai pengelolaan sekolah

b. keberhasilan pelaksanaan MBS di beberapa negara

c. gejolak politik dalam negeri

d. krisis. multi dimensional yang berkepanjangan

5. Salah satu sisi lemah konsep MBS, antara lain adalah ....

a. MBS relatif, sulit dilaksanakan di sekolah yang kondisinya sangat minim .

b. MBS tidak tepat dilaksanakan di daerah pedesaan

c. Masyarakat mendapat beban yang berat

d. Pemerintah meiepaskan sepenuhnya kebijakan di bidang pendidikan kepada

daerah

6. Tujuan pokok MBS, pada dasarnya diarahkan kepada ....

a. kontrol masyarakat terhadap pelaksanaan pendidikan

b. akuntabilitas penggunaan uang negara

c. peningkatan kualitas pendidikan berbasis sekolah

d. penunjukan dan pemilihan kepala sekolah

7. Manfaat yang diperoleh sekolah dengan diberlakukannya MBS adalah

a. dapat dengan mudah menciptakan sekolah favorit

b. dapat menarik biaya dari orang tua siswa untuk pengelolaan sekolah

c. dapat merespon aspirasi masyarakat sepenuhnya

d. dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolah

8. Prinsip umum yang menjadi pedoman dalam pelaksanaan MBS, adalah

a. memiliki visi, misi dan strategi yang jelas

b. adanya dana pendukung yang memadai

c. sekolah seharusnya berlokasi di daerah perkotaan

d. adanya perhatian dari pemerintah pusat dan daerah


9. Organisasi yang perlu dibentuk untuk kelancaran pelaksanaan MBS adalah ....

a. Dewan Guru

b. Dewan Sekolah

c. Badan Pembantu Penyelenggara Pendidikan

d. Komite Sekolah

10. Salah satu faktor pendukung keberhasilan MBS adalah...

a. kepemimpinan dan manajemen sekolah yang baik

b. kondisi gedung sekolah yang memadai

c. input (siswa) yang masuk rata-rata memiliki IQ yang tinggi

d. kualifikasi ijazah guru minimal sarjana


KEGIATAN PEMBELAJARAN 3

PUSAT PENGEMBANGAN PENATARAN


GURU TERTULIS (PPPG TERTULIS)

Dalam kegiatan belajar tiga ini, akan saya ulas sepintas tentang Pusat Pengembangan
Penataran Guru Tertulis (PPPG Tertulis). Sengaja saya kemukakan dalam modul ini,
dengan tujuan untuk mengenal lebih dekat PPPG Tertulis.

Pembahasan tentang PPPG Tertulis dalam modul ini hanya garis besarnya saja.
Keterangan lebih rinci mengenai PPPG Tertulis, telah dibuat balk dalam bentuk booklet
maupun berbagai pedoman. Karena berbagai hal, pengadaannya sangat. terbatas,
padahal upaya sosialisasi lembaga, khususnya kepada para guru di lapangan sangat
diperlukan.

Tujuan yang hendak dicapai setelah Anda membaca bahasan PPPG Tertulis ini adalah,
diharapkan Anda dapat:

1. menyebutkan kedudukan PPPG Tertulis

2. menyebutkan tugas PPPG Tertulis

3. menyebutkan fungsi PPPG Tertuis

4. menyebutkan visi PPPG Tertuis

5. menyebutkan misi PPPG Tertulis

6. menguraikan latar belakang sejarah PPPG Tertulis


7. menjelaskan alasan diperlukannya PPPG Tertulis

8. menunjukan manfaat mengikuti penataran di PPPG Tertulis

9. menjelaskan jenis penataran yang dilaksanakan PPPG Tertulis

10. menjelaskan kegiatan belajar mandiri

11. menjelaskan sistem evaluasi yang dilaksanakan

12. menjelaskan sertifikasi yang diperoleh peserta penataran

13. menjelaskan prosedur pendaftaran peserta

14. menjelaskan program pengembangan yang dilaksanakan PPPG Tertulis.

Untuk mencapai tujuan tersebut, silakan Anda baca uraian berikut, serta jangan lupa
kerjakan tugas dan latihan yang ada! Selamat belajar dan semoga sukses!

MATERI PEMBELAJARAN

A. BAGAIMANA KEDUDUKAN PPPG TERTULIS?

PPPG Tertulis adalah lembaga eselon dua dan merupakan unit pelaksana teknis
pengembangan penataran tertulis (penataran jarak jauh). Lembaga ini berada di bawah
naungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan
Nasional. Pelaksanaan kegiatannya berada dalam lingkup koordinasi Direktorat Tenaga
Kependidikan. Pelaksanaan kegiatan PPPG Tertulis mencakup pelayanan terhadap
semua guru di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu
para guru Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan TIngkat
Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Umum (SMU) yang memerlukan penataran
tertulis atau penataran jarak jauh. Pelayanan penataran secara tertulis dilakukan baik
terhadap para guru yang karena kondisinya tak memungkinkan untuk meninggalkan
sekolah untuk mengikuti program penataran tatap muka, para guru yang ingin
memperoleh bahan-bahan tertulis sebagai pelengkap penataran tatap muka yang pernah
diikuti, maupun para guru yang ingin memperoleh bahan pengayaan. Dalam
menjalankan tugasnya PPPG Tertulis bertanggungjawab langsung kepada Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

B. APA TUGAS DAN FUNGSI PPPG TERTULIS?


1. Tugas PPPG Tertulis

Adapun tugas PPPG Tertulis adalah menjalankan penataran teknis kependidikan bagi
guru secara tertulis mengembangkan materi serta cara penyajian materi beberapa mata
pelajaran yang ditentukan. Dalam mengembangkan materi penataran PPPG Tertulis juga
memperoleh masukan dari PPPG Mata Pelajaran yang telah melaksanakan
pengembangan penataran sesuai dengan tugasnya masing-masing. PPPG Tertulis
menerima hasil pengembangan mata pelajaran IPA dari PPPG IPA, mata pelajaran
Matematika dari PPPG Matematika, mata pelajaran IPS dan PMP dari PPPG IPS dan
PMP, mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Asing, dan Bahasa Daerah dari PPPG
Bahasa. Hal ini sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tanggal
12 Mei 1980 Nomor 0161/U/1980 tentang Pedoman Dalam Sistem Penataran Terpadu
Pada Pendidikan Formal Tingkat Dasar dan Menengah di Lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Butir III.3.b dan Butir IV.9.a,b dan c.

2. Fungsi PPPG Tertulis

Untuk menjalankan tugas tersebut PPPG Tertulis mempunyai fungsi sebagai berikut.

a. Menyusun program penataran tertulis sebagai pelengkap penataran tertulis

b. Menentukan materi, menyusun naskah, mengadakan dan menyampaikan bahan

penataran kepada peserta penataran tertulis

c. Melaksanakan evaluasi atas program dan pelaksanaan program penataran

tertulis.

d. Mengembangkan materi dan cara penyajian materi penataran.

e. Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.

C. APA VISI DAN MISI PPPG TERTULlS?

1. Visi PPPG Tertulis

Menjadi lembaga profesional dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia
nasional melalui diklat jarak jauh dan program jaminan pendidikan lainnya.

2. Misi PPPG T ertulis


1. Mengembangkan Sumber Daya Internal dan Eksternal Secara Sinergis Untuk

Mendukung

2. Mengembangkan Jejaring Dengan Instansi Yang Relevan Di Dalam maupun Di

Luar Negeri

3. Mengembangkan Diklat jarak Jauh bagi Tenaga Kependidikan Yang Relevan,

Berkualitas, Dan Inovatif

4. Mengembangkan Program Jaminan Mutu Pendidikan Non Diklat Yang Relevan,

Sistematis, Dan Terpadu

5. Memberikan Layanan Prima Terhadap Pelanggan Sesuai Dengan Prinsip Total

Quality Management

D. BAGAIMANA LATAR BELAKANG SEJARAH PPPG TERTULlS?

Pada tahun 1950, yaitu saat kelahirannya pada tanggal 2 Juli 1950, PPPG Tertulis
bernama Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru atau BKTPG. Balai ini didirikan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Pengajaran, dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor F. 503 tertanggal 2 Juli 1950 dengan menempati gedung Sekolah
Dasar Luar Biasa (SDLB) Belanda yang dibangun pad a tahun 1918 di Jalan Dr. Cipto
No.9 Bandung. Balai ini diberi tugas menyediakan bahan pelajaran untuk kursus-kursus
tertulis pendidikan guru. Pada awal berdirinya sampai dengan tahun 1951/1952 BKTPG
telah melayani 99.467 orang peserta yang tersebar di seluruh Indonesia.

Pada tahun 1954 Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru diubah namanya menjadi Balai
Penddikan Guru atau disingkat BPG. Nama baru ini ditetapkan berdasarkan Keputusan
Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI Nomor: 2156/Kab. Tertanggal 13
Januari 1954 dengan tugas menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru yang
masih memiliki ijazah yang lebih rendah dan berminat untuk meningkatkan
kompetensinya guna mencapai ijazah SGB, SGA, PGSL TP, B-1 atau B-II.

Pada tahun 1954 Bapak Dr. Muhammad Hatta, Wakil Presidan Republik Indonesia
Pertama pernah melakukan kunjungan kerja ke lembaga ini untuk menyaksikan dari
dekat persiapan kegiatan penataran guru tertulis, mengadakan wawancara dengan para
penulis baha penataran, meninjau percetakan dan melihat perpustakaan yang memiliki
koleksi buku-buku berbahasa Belanda yang tergolong cukup banyak. Prof. Moch. Yamin,
Menteri P dan K yang juga merangkap Rektor Perguruan Tinggi Pendidikan Guru
Bandung, pada waktu itu merupakan salah seorang anggota Perpustakaan PPPG
Tertulis yang sangaf aktif. Wakil Presidan sangat menghargai kegiatan penataran jarak
jauh dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia melalui peningkatan
kualifikasi persyaratan kompetensi para guru. Beliau memahami benar betapa
bermanfaatnya penataran tertulis bagi upaya peningkatan kemampuan para guru yang
kegiatan sehari-harinya langsung berhadapan dengan siswa di sekolah yang letaknya
tersebar di seluruh tanah air, bahkan banyak yang berada di daerah terpencil. Penataran
tertulis pada saat itu memang merupakan pilihan utama, sedangkan penataran secara
tatap muka tidak direkomendasikan, bukan itu saja oleh karena para guru harus
meninggalkan tugas pada waktu mengikuti penataran, sementara para siswa sangat
memerlukan kehadiran gurunya, akan tetapi biaya untuk kegiatan semacam itu tidak
tersedia di dalam anggaran pendidikan.

Pada tahun 1967 Balai Pendidikan Guru diubah nama dan fungsinya menjadi Pusat
Penelitian Kurikulum, Metodik dan Didaktik atau disingkat PPKMD yang berada di bawah
Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Dasar dan Menengah. Nama baru ini
ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Nomor: 18/1967 dengan tugas menyelenggarakan penelitian dalam bidang kurikulum
dan metode mengajar dan tidak lagi menangani kursus-kursus ataupun penataran tertulis.
Dalam kurun waktu selama kurang lebih tiga tahun itulah keberadaan lembaga ini
menjadi semakin kurang menentu. Status kepegawaian para penulis bahan penataran
dan staf administrasi pun menjadi terbengkalai. Banyak tenaga potensial yang pindah ke
lembaga lain untuk mencari peluang yang lebih baik bagi pengembangan karir
selanjutnya.

Pada tahun 1970 Pusat Penelitian Kurikulum Metodik dan Didaktik dikembalikan lagi dan
fungsinya menjadi Balai Pendidikan Guru dengan singkatan BPG.Balai ini diintegrasikan
ke dalam lingkungan Direktorat Pendidikan Guru dan Tenaga Teknis yang berada di
bawah Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pengembalian nama ini
ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor.
090/1970 dengan tugas menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru SD, SLTP,
dan SLTA. Status kepegawaian para penulis bahan penataran dan staf administrasi
mulai ditata kembali, namun keadaan sumber daya manusia yang masih ada kurang
memberi harapan untuk mengembalikan citra lembaga ini yang pernah cemerlang
selama hampir dua dekade.
Pada tahun 1976 di samping menyelenggarakan kursus-kursus tertulis bagi guru SD,
SLTP, dan SLTA. Balai Pendidikan Guru bertugas pula untuk menyelenggarakan Proyek
Balai Pendidikan Guru Tertulis bagi guru SLTP dan SLTA. .

Pada tahun 1977 BPG diubah lagi lagi menjadi Balai Penataran Guru Nasional Tertulis
atau disingkat BPGNT. Perubahan ini ditetapkan
berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 01 16/0/1977
dengan tugas menyelenggarakan penataran penyegaran guru SL TP dan SLTA melalui
Proyek Balai Pendidikan Guru Tertulis selama tiga tahun mulai tahun anggaran
1976/1977, 1977/1978, dan 1978/1979.

Pada tahun 1979 Balai Penataran Guru Nasional Terlulis diubah namanya menjadi Pusat
Pengembangan Penataran Guru Tertulis atau disingkat menjadi PPPG Tertulis. Sejak
saat itulah nama PPPG Tertulis masih tetap diabadikan sampai dengan saat ini. Tugas
pokok PPPG Tertulis adalah menyelenggarakan penataran teknis pendidikan secara
tertulis bagi guru di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah dan
mengembangkan materi serta cara penyajian berbagai mata pelajaran sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada tahun 1990 terjadi
penyempurnaan organisasi dan tata kerja PPPG termasuk di dalamnya PPPG Tertulis,
melalui SK Mendikbud Nomor: 0529/0/1990, taggal 14 Agustus 1990.

Adapun para pejabat di lingkungan Oepartemen (dulu Kementerian) Pendidikan Nasional


yang pernah diberi tugas untuk memimpin PPPG Tertulis sejak didirikan adalah sebagai
berikut:

1. Mo Vastenhouw

2. Van Waandanberg

3. R. Moh, Soemardi

4. R. Tjetje Djajadisastra

5. R. Balnadi Sutadipura

6. R. Pandi Surjahardja

7. M. Rifai, MA

8. Bahaudin M. Nur

9. Drs. Jusuf Djajadisastra

10. Drs. H.M. Hasanudin

11. Drs. H. Faozan Tirtarukmana


12. Drs. H. Achmad Riyanto, M.Ed.

13. Drs. Suwondo, MS.MM

14. Abdorrakhman Gintings, Ph.D

E. MENGAPA PPPG TERTULIS DIPERLUKAN?

1. Luas wilayah Republik Indonesia yang terdiri dari puluhan ribu pulau dan banyak
daerah sui it dan terpencil berakibat belum semua guru di berbagai jenjang dan
jenis pendidikan memperoleh pemerataan dan kesempatan untuk meningkatkan
dan mengembangkan kompetensi dan profesionalisme, akibat adanya kendala
geografis, sosial ekonomi.

2. Sekolah-sekolah yang sang at terbatas jumlah tenaga pengajarnya, terutama di

daerah terpencil sangat kecil kemungkinan dapat meninggalkan sekolah guna

mengikuti penataran yang sebenarnya sangat mereka perlukan.

3. Sekolah-sekolah yang cukup jumlah tenaga pengajarnya mempunyai

kesempatan untuk mengikuti penataran dengan meninggalkan sekolah

sementara waktu. Namun dewasa ini semakin marak munculnya tuntutan para

orang tua siswa agar guru dalam tugas sehari-hari untuk lebih banyak berada di

sekolah dan rnencurahkan perhatian penuh kepada para siswa. Dangan

demikian peluang untuk mengikuti penataran dengan meninggalkan sekolah

menjadi semakin kecil.

4. Betapapun sibuknya, semua guru di manapun mereka berada harus diberi

peluang untuk dapat memperoleh tambahan wawasan tentang perkembangan

baru dalam dunia pendidikan secara terus menerus untuk meningkatkan

kemampuan serta keterampilan mereka dalam mengajar.

5. Pemerintah yang selama ini harus menyediakan dana untuk meningkatkan mutu

guru melalui penataran konvensional yang dilaksanakan dengan sistem tatap

muka ternyata menghadapi kendala keterbatasan dalam segi keuangan. Lagi

pula adanya kendala geografis yang sangat beragam yang tersebar di negara

tercinta ini akan sangat membebani anggaran pemerintah apabila penataran

harus dilakukan dengan tatap muka.


6. Untuk mengatasi berbagai kendala tersebut penyelenggara penataran guru

dengan sistem pemitaran jarak jauh yang sa at ini dilakukan oleh PPPG Tertulis

cenderung menjadi pilihan utama.

F. APA MANFAAT MENGIKUTI PENATARAN DI PPPG TERTULlS?

1. Guru dapat mengikuti penataran tanpa harus meninggalkan tugas mengajarnya


di kelas.

2. Dapat meningkatkan dan mengembangkan budaya baca, yang pada akhirnya

dapat diimbaskan pada orang lain khususnya

kepada siswa yang menjadi tanggung jawabnya di kelas.

3. Adanya kemudahan dalam pengaturan waktu dan lokasi belajar yang luwes,

sesuai dengan kondisi masing-masing peserta.

4. Tidak memerlukan biaya yang besar.

5. Tingkat ke dalaman materi lebih dalam dan lebih luas.

6. Dapat menjangkau daerah-daerah terpencil.

G. PENATARAN APA SAJA YANG DILAKSANAKAN PPPG TERTULlS?

Saat ini program penataran yang dilaksanakan adalah.

1. Penataran Penyegaran (Refreshing in Service Training)

Tujuan dilaksanakan penataran penyegaran adalah memberikan tambahan bekal bagi


para guru agar lebih mampu melaksanakan kurikulum atau garis-garis program
pengajaran yang menjadi tugasnya.

Adapun sasarannya adalah guru atau kepala sekolah (TK, SD, SLTP, dan SMU).
Sedangkan lama belajarnya adalah 1 semester.

Bidang tataran yang diberikan adalah untuk guru TK dan SD penataran tluru kelas untuk
semua kelas dengan rincian sebagai berikut:

a. Guru TK meliputi:

1. Metode Pengembangan Agama Moral Disiplin dan Afeksi


2. Metode Pengembangan Daya Pikir dan Daya Cipta

3. Metode Pengembangan Kemampuan Berbahasa

4. Metode Pengembangan Kemampuan Motorik

5. Psikologi Perkembangan

6. Pendidikan Seni

7. Kurikuium dan Pembelajaran di TK.

b. Guru SD meliputi mata pelajaran:

1. Pendidikari Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Bahasa Indonesia

3. Matematika

4. IImu Pengetahuan Alam

5. IImu Pengetahuan Sosial

6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

7. IImu Keguruan

8. Kreativitas

9. Bahasa Inggris

Bidang tataran untuk guru SLTP atau SMU penataran guru mata pelajaran untuk semua
mata pelajaran dengan rincian sebagai berikut.

Guru SLTP dan SMU meliputi mata pelajaran:

1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2. Bahasa Indonesia

3. Matematika

4. IPA (Biologi, Fisika dan Kimia)

5. IPS (Geografi Sejarah, dan Ekonomi)

6. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

7. IImu Keguruan

8. Bahasa Inggris
9. Pendidikan Agama Islam

2. Penataran Pengayaan (Enrichment in Service Training)

Tujuan dilaksanakan penataran pengayaan adalah memberikan tambahan materi atau


wawasan baru yang diperlukan para guru, kepala sekolah maupun pengawas agar lebih
mampu menghadapi berbagai perkembangan baru dalam penyelenggaraan pendidikan. .

Adapun sasarannya adalah guru, kepala sekolah dan pengawas, (TK, SD, SLTP, dan
SMU). Lama belajarnya adalah 1 semester.

Sampai saat ini penataran pengayaan yang telah dilaksanakan adalah meliputi mata
tataran:

a. Penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografi (SMU)

b. Ekonometri (SMU) .

c. Thermodinamika (SMU)

d. Bioteknologi (SMU)

e. Bahasa Inggris (SMU)

f. Penulisan Karya Tulis IImiah bagi semua guru dan kepala sekolah

g. Pengelolaan kelas bagi semua guru dan kepala sekolah

h. Supervisi akademik bagi guru dan kepala sekolah.

Tahap berikutnya akan dikembangkan bidang tataran lainnya.

3. Penataran Tertulis Model Kualifikasi

PPPG Tertulis juga mengembangkan program penataran tertulis model kualifikasi 02


PGSD dan PGTK bagi guru SD dan TK. Pelaksanaannya kerjasama dengan LPTK.
Program kualifikasi yang telah dilaksanakan, kerjasama dengan FKIP UNS (02 PGSO)
dan FKIP UNJ (02PGSTK). Program ini akan terus dikembangkan lebih lanjut dengan
berbagai LPTK di beberapa propinsi mengingat tuntutan dari para guru untuk mengikuti
program ini terus meningkat dari berbagai daerah di Indonesia.
Di samping itu akan dikembangkan pula penataran tertulis model kualifikasi 03 bagi guru
SLTP. Sesuai dengan Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Nomor: 5710/C.O51PP/98,
tanggal 25 Juni 1998 tentang Penataran Guru di lingkungan Ditjen Dikdasmen, kepada
peserta penataran selain mendapatkan materi berupa substansi mata pelajaran sebagai
Program Pokok, mereka pun mendapatkan materi tambahan dalam bentuk Program
Umum dan Program Penunjang.

H. BAGAIMANA KEGIATAN BELAJAR MANDIRI PESERTA?

Sistem belajar dikembangkan dalam penataran jarak jauh adalah sistem belajar mandiri.
Sistem belajar ini lebih mengutamakan aktivitas peserta dalam mempelajari dan
memahami materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk modul.

Oleh karena itu kegiatan dalam penataran ini meliputi:

1. Belajar Individual
Kegiatan yang dilakukan dalam belajar individual antara lain peserta secara
individu mempelajari dan mengerjakan tugas atau latihan-latihan yang terdapat
dalam modul. Dalam satu minggu setiap peserta dituntut untuk belajar mandiri
minimal 5 jam @ 60 menit.

2. Belajar Kelompok.

Peserta yang berdomilisi berdekatan, minimal satu minggu satu kali mengadakan

diskusi kelompok, dengan tujuan memantapkan pemahaman isi modul dan

memecahkan masalah-masalah yang sulit dipelajari secara individual.

3.Tutorial

Apabila terdapat permasalahan yang sulit dipecahkan pada saat belajar

individual dan kelompok maka dilaksanakan kegiatan tatap muka (tutorial).

Kegiatan tutorial dilakukan secara tatap muka di bawah bimbingan tutor dan

dikoordinasikan oleh BPG.

Untuk memantau pelaksanaan belajar peserta, PPPG Tertulis mengeluarkan instrumen


kendali belajar peserta.

I. BAGAIMANA SISTEM EVALUASI YANG DlLAKSANAKAN?


Untuk mengukur hasil belajar peserta, dilaksanakan evaluasi hasil belajar. Jenis evaluasi
yang dilaksanakan adalah:

1. Tes Awal Program

Tes Awal Program dilakukan dengan tujuan untuk mengukur kemampuan

peserta sebelum mengikuti penataran.

2. Tes Formatif

Peserta yang telah selesai mempelajari satu kegiatan belajar dalam setiap modul

diharuskan mengerjakan seal tes formatif yang terdapat di setiap akhir kegiatan

belajar. Tes formatif dilaksanakan untuk mengukur daya serap peserta penataran

terhadap materi yang telah dipelajarinya sebelum beralih kepada materi

berikutnya.

3. Tugas Mandiri

Setiap semester peserta diharuskan mengerjakan tugas-tugas mandiri yang

naskahnya disiapkan oleh PPPG Tertulis untuk diperiksa dan diolah hasilnya.

Tugas mandiri dilaksanakan di samping untuk mengetahui daya serap peserta

terhadap materi yang diberikan juga sebagai pelengkap Tes Akhir Program.

4. Tes Akhir Program

Tes akhir program dilaksanakan setelah peserta selesai mengikuti penataran.

Nilai tes akhir program dijadikan bahan pertimbangan kelulusan peserta atau

untuk mendapatkan sertifikat, STPPL.

Di samping tes tersebut peserta pun diwajibkan melaksanakan program Praktek Kerja
Lapangan (PKL).

J. BAGAIMANA SERTIFIKASINYA?

Peserta yang memenuhi persyaratan, pada akhir semester diberikan Surat Tanda Tamat
Pendidikan dan Latihan (STPPL). Adapun perhitungan penyetaraan penataran tertulis ke
dalam jam pelajaran mengacu kepada lampiran IV Surat Edaran Mendikbud No.
143/MPK/1990 dicantumkan bahwa ukuran penilaian untuk penghargaan angka kredit
berkaitan dengan lamanya waktu pelaksanaan Oiklat, yaitu sebagai berikut:

No Lama Diklat Angka Kredit

1 30 - 80 jam 1

2 81 - 160 jam 2

3 161 - 480 jam 3

4 481 - 640 jam 4

5 641- 960 jam 9

6 Lebih dari 960 jam 15

Untuk perhitungan jam dan angka kredit hasil penataran dapat kita gunakan perhitungan
berdasarkan sistem belajar yang telah dilaksanakan dan dikembangkan dalam penataran
tertulis sebagai berikut.

Lama belajar dalam Sistem Belajar Mandiri dengan tutorial adalah 1 semester, lama
belajar efektif dihitung 5 bulan, dengan rincian:

1 Belajar Mandiri dan mengerjakan tugas-tugas

(5 bulan x 4 minggu x 5 hari x 2 jam @ 60 menit) : 200 jam

2 Belajar Kelompok

(5 bulan x 4 minggu x 1, hari x 5 jam @ 60

menit) : 100 jam

3 Belajar Tutorial

(5 bulan x 2 x 3 hari x 4 jam @ 60 menit) : 120 jam

4 Tugas Mandiri

(1 tugas x 10 jam @ 60 menit) : 10 jam


5 Mengikuti Evaluasi

(2 x 1 0 jam @ 60 menit) : 20 jam

Jumlah jam belajar total 1 semester : 450 jam

450 jam = 450 x 60/45 = 600 jam

K.BAGAIMANA PROSEDUR PENDAFTARANNYA?

Prosedur pendaftaran peserta penataran tertulis sebgai berikut:

1. Formulir pendaftaran, peserta diketuarkan oleh PPPG Tertulis kepada peserta

melalui pengelola daerah, sampai ke tingkat Kecamatan.

2. Pengelola daerah meneruskankepada peserta melalui kepala sekolah

3. Calon peserta didaftarkan oleh kepala sekolah bersama-sama dengan Kepala

Dinas Pendidikan Kecamatan, selanjutnya diserahkan kepada Kepala Dinas

Pendidikan Kabupaten/Kota.

4. Daftar kolektif cajon peserta dikirim ke PPPG Tertulis dengan tembusan kepada

BPG dan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi.

5. PPPG Tertulis melaksanakan seleksi administrasi dan bagi calon yang

memenuhi syarat diberi nomor induk sebagai peserta.

6. Peserta yang diterima atau ditangguhkan oleh PPPG Tertulis diinformasikan

kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

BPG dan Kepala Dinas Pendidikan Propinsi.

Bagi, peserta yang telah memiliki akses jaringan internet, pendaftaran dapat dilakukan
melalui E-mail, dengan alamat E-mail: etraining@pppgtertulis.org atau
multimedia@bdg.centrin.net.id

LATIHAN

Setelah Anda mempelajari kegiatan pembelajaran tiga ini, silakan Anda kerjakan latihan
berikut ini.
1. Jelaskan kedudukan PPPG Tertulis, di -lingkungan Departemen Pendidikan
Nasional!

2. Jelaskan visi dan misi PPPG Tertulis serta jelaskan pula hubungannya dengan

visi dan misi pendidikan nasionai!

3. Tuliskan alasan-alasan diperlukannya penataran jarak jauh!

4. Tuliskan keuntungan mengikuti penataran jarak jauh!

5. Kenapa penataran tertulis membawa implikasi kepada terbentuknya masyarakat

belajar (learning society)? Jelaskan dengan singkat!

RANGKUMAN

Pusat Pengembangan Penataran GJJru Tertulis (PPPG Tertulis) merupakan unit


pelaksana teknis kependidikan, mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan
dan penataran jarak jauh dengan sistem belajar mandiri dalam upaya meningkatkan
mutu dan kompetensi kerja guru dalam kaitannya dengan usaha.peningkatan mutu
pendidikan.

Pelaksanaan tugas dan fungsi PPPG Tertulis sebagai lembaga yang turut ambil bagian
dalam upaya mencerdaskan bangsa telah dilaksanakan sejak tahun 1950.

Kondisi geografis negara Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, adanya sekolah
terpencil, mutasi guru yang tidak merata, serta adanya tuntutan masyarakat bahwa guru
jangan terlalu sering meninggalkan kelas, maka pelaksanaan penataran secara jarak
jauh menjadi sebuah solusi alternatif yang cukup prospektif bagi pembinaan tenaga
fungsional guru secara sinergis dan terus menerus.

Dalam upaya meningkatkan dan mengembangkan program, PPPG Tertulis telah


melaksanakan berbagai program inovatif, antara lain melalui pengembarigan kemitraan
dengan instansi lain yang relevan.

TES FORMATIF III

Berilah tanda silang (x) pada salah satu jawaban yang dianggap benar dari soal-
soal di bawah ini.
1. Dalam menjalankan tugasnya PPPG Tertulis bertanggung langsung kepada
A. Departemen Pendidikan Nasional
B. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
C. Direktorat Tenaga Kependidikan
D. Dinas Pendidikan Propinsi

2. Dalam upaya mencerdaskan bangsa, PPPG Tertulis telah berkiprah sejak tahun ....
A. 1990
B. 1979
C. 1950
D. 1945

3. Menyusun program penataran tertulis sebagai pelengkap penataran lisan, merupakan


A. Visi PPPG Tertulis
B. Misi PPPG Tertulis
C. Tugas PPPG Tertulis
D. Fungsi PPPG Tertulis

4. Tujuan Penataran Penyegaran (Refreshing in Service Training) adalah untuk.. ..


A. memberikan tambahan materi bagi para guru agar lebih mampu melaksanakan
kurikulum dan G8PP
B. memberikan tambahan materi atau wawasan baru
C. meningkatkan kualifikasi ijazah sesuai yang dipersyaratkan
D. persyaratan administratif untuk mencapai jabatan tertentu

5. Salah satu peluang yang paling dominan pentingnya penataran jarak jauh adalah ....
A. jumlah guru yang cukup besar
B. kondisi geografis yang terdiri dari ribuan pulau dan dipisahkan oleh laut
C. anggaran penataran yang sangat minim
D. diberiakukannya kebijakan otonomi daerah

6. Tujuan penataran pengayaan (enrichment in service training) adalah ...


A. mendapatkan kualifikasi minimal ijasah yang dipersyaratkan
B. memberikan tambahan bekai para guru agar mampu melaksanakan kurikulum atau
G8PP
C. untuk mencapai jenjang kepangkatan tertentu
D. memberikan materi atau wawasan baru tentang perkembangan IPTEK
7. Angka kredit yangdiperoleh berdasarkan katagori 481-640 adalah
A. 3
B. 4
C. 5
D. 6

8. Menjadi lembaga terdepan dan profesional pendidikan sebagai penjamin mutu adalah
merupakan bagian dari isi ...
A. Visi PPPG Tertulis
B. Misi PPPG Tertulis
C. Tugas PPPG Tertulis
D. Misi PPPG Tertulis

9. Tujuan dilaksanakan Tes Awal Program adalah


A. mengukur daya serap peserta terhadap materi penataran
B. sebagai pelengkap Tes Akhir Program
C. mengukur kemampuan peserta sebelum mengikuti penataran
D. persyaratan mendapatkan STPPL

10. Secara filosofis tujuan penataran tertulis adalah ....


A. meningkatkan kualitas program penataran
B. membentuk masyarakat belajar (learning society) yang mandiri
C. melengkapi penataran lisan
D. meningkatkan perolehan NEM siswa

DAFTAR PUSTAKA

Beberapa Permasalahan Pokok Pembangunan Pendidikan, Departemen Pendidikan


Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta, 2000.

Fasli Jalal dan Dedi Supriadi: Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Oaerah, Adi
Cita, Yogyakarta, 2001

Identifikasi dan Penjabaran Kewenangan Pendidikan dan Kebudayaan dan PP Nomor 25


tahun 2000, Departemen Pendidikan Nasional, Kelompok Kerja Penataan Organisasi
Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta,2000. .

Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.024, tahun ke-6, Juli 2000.


Laporan Hasil Evaluasi Pelaksanaan Program, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Menengah, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2000.

Nanang Fatah , Manajemen Berbasis Sekolah, Andira, Bandung, 2000 Sekilas Informasi
PPPG Te rtu lis , Bandung,2001

Selayang Pandang PPPG Tertulis, Bandung, 2000

Tim Pokja, Pedoman Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah di Jawa Barat, Dinas
Pendidikan Propinsi Jawa Barat, Bandung,2001

UUD 1945 dan Amandemen 1999 - GBHN (Tap MPR No.IV/MPR/1999)- Tap tap MPR
1999, Pustaka Setia, Bandung,1999.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional beserta penjelasannya, PT. Intan Pariwara.1989.

Undang-Undang Otonomi Oaerah 1999, Sinar Grafika,Jakarta, 1999.

You might also like