You are on page 1of 73

Belajar matematika dari

kesalahan
Buku 2
Murid Murid
laki-laki perempuan

Gambar

Perbanding 1 2
an
Jumlah 10 20 orang
orang

Leo Sutrisno

Prodi Pendidikan Fisika


Jurusan Pendidikan MIPA
FKIP-Universitas Tanjungpura
Pontianak
2007

1
Isi
1. Perbandingan 1
2. Apa yang sering keliru: per sen (%) 6
3. Sisi, dan luas bangun 9
4. volume kotak 14
5. Apa yang sering keliru: X = ? 17
6. x + 6 = 2x + 3, x = ? 21
7. Jika x = 3 dan y = 4, berapa 5x2y? 25
8. 1-x=1/3; x=? 33
9. 2(10 + x) = ? 36
10. 25 – 9 = ? 43
11. Luas persegi panjang? 46
12. Menggunakan sistem koordinat 53
13. Menggambar sudut 58
14. (a + b)2 = ? 61
15. π (dibaca: phi) 65
16. Ukuran bilangan irrasional 68

2
1. Perbandingan

Pada tulisan dengan judul Apa yang sering keliru:

perbandingan kita telah berdiskusi tentang membandingkan

dengan keseluruhan yang dinyatakan sebagai %. Kali ini kita akan

berdiskusi tentang membandingkan antara dua bagian. Misalnya,

di kelasmu, banyaknya murid laki-laki dibandingkan dengan

banyaknya murid perempuan adalah 1 : 2. Contoh lain, jarak

sekolahmu dari rumah dibandingkan dengan jarak sekolah adikmu

adalah 3 : 1. Contoh lain lagi, pada saat makan siang, engkau duduk

satu meja dangan abangmu. Ternyata, porsi makan siangmu

dibandingkan porsi makan siang abangmu adalah 1:1.

Pendeknya, engkau memiliki dua atau lebih kelompok yang

berbeda, dan berdasarkan ukuran tertentu, misalnya: banyaknya,

besarnya, jauhnya, atau lamanya berbeda-beda dan dapat

diperbandingkan. Engkau mendapat tugas untuk mencari harga

masing-masing.

Terkait dengan contoh pertama. Di kelasmu, banyak murid

laki-laki dibandingkan banyak murid perempuan adalah 1:2. Jika di

kelasmu ada 10 murid laki-laki, berapa banyak murid

perempuannya?

3
Bagaimana cara menjawabnya?
Lihat Tabel 1 dan Gambar 1

Tabel 1: perbandingan jumlah murid

Murid Murid
laki-laki perempuan

Gambar

Perbandingan 1 2
Jumlah 10 orang 20 orang

10
20
4

Gambar 1
Contoh 2

Jarak antara sekolahmu dan rumahmu dibandingkan dengan

jarak sekolah adikmu dari rumahmu adalah 3:1. jika jarak

sekolahmu dari rumah sepanjang 6 km, berapa jarak sekolah

adikmu dari rumah?

Bagaimana menjawabnya?

Perhatikan Gambar 2. Jarak sekolahmu dari rumah 6 km.

Perbandingan jarak sekolahmu dari rumah dan antara sekolah

adikmu dari rumah adalah 3:1. Jarak sekolahmu dari rumah 6 km.

Maka, jarak sekolah adikmu daru rumah adalah 1/3 dari 6 km.

Atau, jarak sekolah adikmu dari rumah sejauh 2 km.

6 km
3

1 5
Gambar
… 2
Ingat, lambang perbandingan adalah

: bukan
÷.

Tanda
÷
digunakan sebagai lambang

Dari kedua contoh itu, terlihat bahwa perbandingan dapat

diselesaikan dengan cara menggambarkannya secara proporsional.

Latihan:

1. Ibumu membeli gula, kopi, dan susu dengan perbandingan 3 : 2

: 1 berturut-turut. Jika, susu yang dibeli sebanyak ½ kg.

Berapa berat kopi dan susu yang dibelinya?

2. Ada 420 batang bibit jeruk yang akan dibagikan kepada dua

kelompok penanam jeruk di Tebas dan di Pemangkat dengan


6
perbadingan 7:3. Berapa batang bibit jeruk yang diterima

masing-masing kelompok?

3. Sebuah model kapal dibuat dengan skala 1: 50. jika panjang

model itu 100 mm, berapa panjang kapal yang sesungguhnya?

Ingat, untuk para pemula. Coba selesaiakan dengan

membuat sketsa sesuai dengan perbandingan menurut yang ada

pada soalnya. Selamat mencoba!

Kita tumbuh dan berkembang bersama


matematika.

7
2. Apa yang sering keliru: per sen
(%)

Engkau, tentu, sekali-sekali pernah ‘jalan-jalan’ di Mal, di

pusat perbelanjaan, di super market, atau di shoping center, atau

mungkin di toko-toko yang cukup besar. Tidakkah engkau lihat

tulisan ‘Sale 40% off’, ‘Obral turun 30%’, dan sebagainya. Pendek

kata, ada pemberitahuan bahwa untuk barang-barang tertentu

harga turun …% dari harga biasa.

Dalam pemberitaan di media cetak atau media elektronik

sangat sering menggunakan kata ‘per sen (%)’ ini. Misalnya,

‘Dalaporkan bahwa sekitar 20% siswa SMP di Kalbar tidak lulus

Ujian Nasional’, “Sekitar 60% peduduk Kalimantan Barat adalah

perempuan’, atau ‘Diperkirakan harga BBM akan naik sebesar

30%’ dsb.

Coba apa makna dari pernyataan berikut ini.

1. Dari 30 orang siswa yang laki-laki di kelasmu berjumlah

hanya 40%-nya.

2. Harga premium akan dinaikkan 30% dari harga saat ini.

3. Pekerjaannya baru diselesaikan sekitar 75%

8
Marilah kita cermati pernyataan pertama: Dari 30 orang siswa

yang laki-laki di kelasmu berjumlah hanya 40%-nya.

Dari pernyataan itu terkandung informasi:

• di kelas ada siswa laki-laki (siswa) dan siswa perempuan

(siswi)

• banyak siswa-siswi di kelasmu 30 orang

• ada 40% siswa dan sisanya (60%) adalah siswi

Berapa orang siswa dan berapa orang siswi?

Siswa: 12 orang (40%)


Siswi : 18 orang (60%)
Total: 30 orang (100%)

Kita lihat pernyataan ke-dua: Harga premium akan dinaikkan

30% dari harga saat ini.

9
3. Sisi, dan luas bangun
Engkau, tentu, sesekali memperhatikan daun pintu

kamarmu, daun jendela, cermin, lukisan yang menggantung di

dinding ruang tamu, pintu lemari, atau mungkin lembaranlembaran

kertas pekerjaanmu. Bagaimana bentuknya? Pada umumnya,

benda-benda tadi berbentuk seperti Gambar 1. Benda-benda itu

berbentuk sepetak bidang, yang engkau kenal dengan nama

persegi panjang, dengan batas-batas yang berbentuk garis lurus,

AB, BC, CD, dan DA.

Sisi

Penggal-penggal garis yang menjadi batas ini disebut sisi.

Jika engkau perhatikan lebih seksama lagi, panjang sisi AB sama

dengan panjang sisi CD, dan pajang sisi DA sama dengan panjang

sisi BC. Selain itu, sisi AB tegak lurus sisi BC, sisi BC tegak lurus

sisi CD, sisi CD tegak lurus sisi DA, dan sisi DA tegak lurus sisi

AB. Jadi, sisi suatu bangun adalah batas tepi bangun itu. Sisi yang

panjang disebut panjang, dan sisi yang pendek disebut lebar

suatu bangun.

Pekarangan orang tuamu juga mempunyai sisi yang kita

sebut batas. Sering pada batas pekarangan itu didirikan pagar.

10
Pagar menjadi pembatas antara pekarangan orang tuamu dengan

pekarangan tetangga.

Untuk mengetahui ukurannya, sisi sebuah bangun

dibandingkan dengan satuan panjang. Coba, apa satuan panjang

yang paling sering engkau gunakan sehari-hari?. Betul, satuan

panjang yang sering digunakan adalah meter (m). Masilnya, ukuran

tanah pekarangan orang tuamu adalah 15 m lebarnya dan 30 m

panjangnya. Untuk menyatakan panjang sesuatu yang sangat

panjang digunakan kilo meter (km). Misalnya, jarak sekolahmu

dari rumahmu adalah 3 km. Sedangkan untuk menyatakan ukuran

sesuatu yang jauh lehib pendek dari satu meter digunakan centi

meter (cm). Misalnya, ukuran bukumu adalah 20 cm lebarnya, dan

30 cm panjangnya.

Apa yang engkau lakukan saat mengukur panjang sesuatu

(Misalnya sisi-sisi daun pintu)?. Sudah barang tentu engkau

menggunakan meteran. Engkau bandingkan panjang sisi daun pintu

itu dengan panjang meteran. Misalnya, panjang 2 kali panjang

meteran, maka engkau katakan panjangnya 2 m. Demikian pula

lebarnya, misalnya 0,9 panjang meteran, maka engkau katakan

lebar daun pintu itu adalah 0,9 m. Mengukur sesuatu berarti

membandingkannya dengan satuan ukuran yang akan diukur.


11
Coba ukurlah: daun jendela, buku, buku tulis, papan tulis,

dan jangan lupa, meja belajarmu. Jangan lupa setiap kali

mengatakan panjang suatu benda harus diikuti menyebutkan

satuan-nya (…m atau …cm, …km)

0,9 m

A B

1m

1m

D C
Gambar 1

12
Luas

Ayo kita telaah lagi. Kita bicarakan ukuran bidang yang

dibatasi sisi-sisi itu, misalnya, tanah yang ada di dalam pagar.

Kita akan melihat ukurannya, yaitu luas. Apa itu luas? Bayangkan

engkau mempunyai satu petak kertas berwarna yang berbentuk

persegi, dengan ukuran 1 cm x 1 cm. Engkau juga memiliki

selembar kertas putih, yang lebih besar. Lihat Gambar 2.

Mari kita coba menutupi selembar kertas putih itu dengan

potongan kertas berwarna yang berukuran 1 cm x 1 cm. Ternyata

kita memerlukan 12 petak yang tersusun mendatar 4 petak dan

menurun 3 petak. Jadi, luas kertas putih itu 12 petak berwarna

yang berukuran 1 cm x 1 cm. Dengan kata lain luas kertas putih

itu adalah 4 cm x 3 cm = 12 cm2.

Perhatikan satuannya. Ternyata, satuan luas adalah satuan

panjang yang di-pangkat dua-kan. Kalau satuan panjang adalah cm

maka satuan luasnya adalah cm2

Kalau satuan panjangnya m maka satuan luasnya adalah m2 dst.

13
1 cm
3 cm

1 cm

Gambar 4 cm
2

14
4. volume kotak
Perhatikan bangun-bangun geometri yang ada di sekitar

kita. Di dalam gudang terdapat banyak kotak dari berbagai

ukuran, misalnya kotak sepatu, kotak pembungkus televisi, VCD,

PS, tentu tidak lupa kotak super mie atau indo miekotak-kotak itu

termasuk kelompok yang disebut sebagai bentuk bangun ruang

geometri.

Mari kita perhatikan bangun yang berbentuk kotak seperti

yang terlihat pada Gambar 1. Bagian-bagian kotak itu diberi nama

sudut, rusuk, dan bidang sisi (disingkat “sisi”). Kotak itu

mempunyai … titik sudut, …. Rusuk, dan ….rusuk, dan …. Bidang

sisi.

Titik
l sudut
p
rusuk

t
Bidang
sisi

Gambar 1

15
Misalnya, engkau memiliki sebuah kotak dengan ukuran

panjang (p) 6 cm, lebar (l) 2 cm, dan tinggi (t) 10 cm. Selain itu

engkau juga memiliki banyak kotak yang berukuran panjang 1 cm,

lebar 1 cm dan tinggi 1 cm. Engkau harus memasukkan kotak yang

kecil ke dalam kotak yang besar. Barapa banyak kotak kecil yang

dapat dimuat oleh kotak besar dalam keadaan yang rapi dan

teratur?

Lihat Gambar 2. Kotak-kotak kecil engkau susun di dalam

kotak besar. Ada 6 kotak yang dapat engkau deretkan dari kiri ke

kanan, 2 kotak dari muka ke belakang, dan 10 kotak dari bawah

ke atas. Atau, dengan kata lain, engkau susun 10 lapis kotak ke

atas. Setiap lapis terdiri atas 2 baris muka dan belakang. Tiap

baris berderet dari kiri ke kanan sebanyak 6 kotak. Jadi, ada 10

x 2 x 6 = 120 kotak kecil yang dapat engkau masukkan ke dalam

kotak besar.

16
10 lapis
kotak

2 baris
kotak
6 kotak
Gambar 2
berderet

Apabila kotak kecil dengan ukuran semua rusuknya sama,

yaitu 1 cm, maka perkalian panjang x lebar x tinggi = 1 cm x 1 cm

x 1 cm = 1 cm3. 1 cm3 dibaca ‘satu centi meter pangkat tiga’ atau

disebut ‘satu centi meter cubik’ (1 cc). 1 cm3 dinyatakan sebagai

salah satu dari satuan volume suatu benda.

Volume, dengan perkataan sehar-hari, merupakan salah

satu ukuran dari suatu benda yang menunjukkan berapa banyak

kotak-kotak kecil yang rusuk-rusuknya 1 cm dapat dimuat oleh

benda itu. Jika benda itu berbentuk kotak, volumenya sama

dengan hasil kali antara panjang, lebar dan tingginya. Bagaimana

halnya jika benda itu tidak berbentuk kotak? Silahkan mencari

jawabannya!
17
5. Apa yang sering keliru: X = ?
Coba perhatikan soal-soal aljabar berikut ini.

1. 12 + …. = 15

2. 12 + = 15

3. 12 + x = 15

Tentu, engkau semua dapat menjawab soal nomor 1. Bagaimana

caranya? Soal itu jika engkau ucapkan dengan kata-kata akan

terdengar seperti ini.

“Dua belas ditambah berapa agar sama dengan lima belas”

Selanjutnya, engkau akan mengatakan, “Agar sama dengan lima

belas, dua belas tambah satu menjadi … tiga belas, ….empat belas,

….lima belas. Jadi, perlu ditambah tiga.”

Nah, ketika engkau mencoba menjawab soal nomor 2, ternyata

ada sejumlah kawanmu yang belum paham makna . Sehingga

menjadi ragu-ragu untuk menjawabnya. Sesungguhnya, petak itu

sama maknanya dengan ‘titik-titik’. Engkau harus mengisi petak

itu dengan sebuah bilangan yang sama dengan yang engkau isikan

pada ‘titik-titik’ soal nomor 1. Jadi, isi petak itu adalah 3.

18
Bagaimana dengan soal nomor 3?. Apa makna dari ‘x’?

Engkau tentu pernah melihat film dengan judul “Mr. X”. Mr X

adalah seorang yang tidak diketahui namanya. Ia seorang yang

misterius. Tetapi, tindakannya terlihat, tampak. Tetapi, tidak

satu orang pun yang tahu tentang orang itu, maka disebutlah

dengan Mr. X.- tuan yang diketahui tidak dikethui namanya.

Terkait dengan soal 12 + x = 15, maka sesungguhnya x itu juga

suatu bilangan misterius. Bilangan misterius itu yang perlu engkau

ganti dengan bilangan tertentu. Bilangan tertentu yang telah

diketahui namanya, misalnya: satu, dua, tiga, empat atau yang lain.

Jadi, berapa harga bilangan yang tepat untuk mengganti x?.

Jawabannya sama dengan soal nomor 1 dan soal nomor 2, yaitu 3.

Bagaimana cara memperolehnya? Inilah yang sering membuat

engkau bingung. Mengapa? Karena, oleh bapak atau Ibu guru

engkau diminta menjawab melalui cara yang disebut cara

“aljabar” bukan cara “Aritmatika” seperti yang pernah engkau

lakukan untuk menjawab soal nomor 1 dan soal nomor 2.

Dalam aljabar, kalimat semacam 12 + x = 15 ini disebut

“Persamaan”. Bilangan-bilangan 12, dan 15 disebut ‘konstan’.

Sedangkan x disebut ‘variabel’ atau ‘peubah’. X disebut variabel


19
atau peubah karena x itu dapat engkau ganti dengan sebuah

bilangan tertentu berapa saja harganya, mungkin 1, mungkin 2,

mungkin 3, mungkin 4 dan sebagainya. Namun, perlu diketahui

bahwa hanya ada satu bilangan tertentu untuk mengganti x

sehingga 12 + x = 15 itu bernilai benar.

Jadi, soal 12 + x = 15, x = ? maksudnya, ‘carilah sebuah bilangan

yang dapat dipakai untuk mengganti x dan persamaan itu benar’.

Bagaimana caranya?

Kuncinya, jika yang sebelah kiri tanda ‘same dengan’ (12 + x) dan

yang di sebelah kanan tanda ‘sama dengan’ (15) ditambah atau

dikurangi dengan satu bilangan yang sama makna persamaan itu

tidak berubah. Dikatakan ‘ekuivalen’

Misalnya: kita kurangi dengan 12 baik di kiri mapun di kanan tanda

=.

12 + x = 15

12 + x – 12 = 15 – 12

12 – 12 + x = 15 – 12

0+x=3

x=3

jadi, agar persamaan 12 + x = 15 benar jika x dinganti dengan 3.

20
Mungkin, bapak atau Ibu guru di sekolah menuliskan di papan tulis

seperti ini.

12 + x = 15

x = 15 – 12

x=3

Dan, beliau mengatakan “+ 12 dipindahkan ke sebelah kanan sama

dengan menjadi –12”. Sebenarnya, bukan memindahkan + 12 tetapi

karena di sebelah kanan dan di sebeleh kiri tanda sama dengan

dikurangi dengan –12.

Pertanyaannya adalah mengapa dikurangi dengan 12 bukan

bilangan yang lain? Penambahan itu dipilih untuk membuat bagian

yang mengandung x tidak ada konstan lain selain ‘nol’.

Cobalah yang ini

1. x + 12 = 15

2. 17 + x = 20

3. x – 17 = 20

4. 17+ 12 + x = 32

5. 17 – 12 + x = 8

Selamat berlatih!. Jangan lupa, usahakan bagian yang mengandung

x tidak ada konstan lain selain ‘nol’.

21
6. x + 6 = 2x + 3, x = ?
Coba perhatikan soal-soal aljabar berikut ini.

1. x + 10 = 15, x = ?

2. x + 10 = 2x, x = ?

3. x + 6 = 2x + 3, x = ?

Tentu, engkau semua sudah dapat menjawab soal nomor 1.

Bagaimana caranya?

Diketahui: X + 10 = 15

Ditanyakan: x = ?

Jawaban:

X + 10 - 10 = 15 – 10 (ruas kiri dan ruas kanan

dikurangi dengan 10,

mengapa?)

X+0=5

X=5

Kita periksa hasil ini: jika X = 5, maka X + 10 = 15. Karena

ruas kiri dan ruas kanan sama besar, maka X = 5 adalah

jawaban yang betul.

22
Bagaimana dengan soal nomor 2? Barangkali masih ada beberapa

yang belum dapat menjawabnya. Jalannya agak panjang. Tetapi

baiklah kita lewati setapak demi setapak.

Soal: X + 10 = 2X, X = ?

Diketahui: X + 10 = 2X,

Ditanyakan: X = ?

Jawaban:

X + 10 = 2X

X + 10 - 10 = 2X – 10 (Ruas kiri dan ruas kanan dikurangi

10, mengapa?)

X + 0 = 2X – 10

X = 2X – 10

X – 2X = 2X – 10 – 2X (Ruas kiri dan ruas kanan dikurangi

dengan 2X, mengapa?)

- X = 2X – 2X –10 (letak –10 dan – 2X di ruas kanan

dipertukarkan)

- X = 0 – 10

- X = - 10 (Jika ruas kiri dan ruas kanan dibagi dengan - 1

maka ….)

X = 10

Mari kita periksa jawaban ini.

23
Jika X = 10, maka ruas kiri X + 10 = 20 dan harga ruas

kanan adalah 2(10)= 20.

Karena harga ruas kiri dan ruas kanan sama besar maka X

= 10 adalah jawaban yang betul.

Bagaimana dengan soal nomor 3?. Bagi yang baru akan menjawab,

tentu lebih banyak yang belumdapat mencari jawabannya.

Sesungguhnya, hanya diperlukan menambah atau mengurangi

kedua ruas dengan sesuatu yang sama.

Marilah kita coba!

Soal: x + 6 = 2x + 3, x = ?
Diketahui: X + 6 = 2X + 3

Ditanyakan: X = ?

Jawaban:

X + 6 = 2X + 3

X + 6 – 6 = 2X + 3 – 6 (Ruas kiri dan ruas kanan

dikurangi dengan 6,

mengapa?)

X + 0 = 2X – 3

X = 2X – 3

24
X – 2X = 2X – 3 – 2X (Ruas kiri dan ruas kanan

dikurangi dengan 2X,

mengapa?)

-X=-3

X=3

Marilah kita periksan jawaban ini. Jika X = 3, maka

X + 6 = 2X + 3 menjadi 3 + 6 = 2(3) + 3. Harga raus

kiri dan ruas kanan sama yaitu 9. jadi, X = 3 adalah

jawaban yang betul.

Nah, coba kerjakan yang ini:

1. x + 6 = 2x –7, x =?

2. 2x + 8 = x + 10, x = ?

3. 10 + 3x = x + 15

4. 20 + x = 4x + 2

Selamat mencoba!

25
7. Jika x = 3 dan y = 4, berapa
5x2y?

Lihatlah soal-soal berikut ini:

1. Jika x = 3, berapa 5x?

2. Jika x = 3, berapa 5x2?


3. Jika x = 3 dan y = 4, berapa xy?

4. Jika x = 3 dan y = 4, berapa 5xy?

5. Jika x = 3 dan y = 4, berapa 5x2y?

Bagaimana jawabannya?

Semua pasti dapat menyelesaikan sola nomor 1, bukan?

Soal: Jika x = 3, berapa 5x?

Diketahui: x = 3

Ditanyakan: 5x = ?

Jawaban:

.x=3

5x = 5(3) = 15. (3 menggantikan x)

Jadi, Jika x = 3, maka 5x = 15.

Apa yang terjadi saat engkau menjawab soal nomor 2? Ayo kita

coba!
26
Soal: Jika x = 3, berapa 5x2?

Diketahui: x = 3

Ditanyakan: 5x = ?

Jawaban:

.x=3

5x2 = 5(3)2 = 5(3)2 = 5(9) = 45. (3 menggantikan x)

Jadi, Jika x = 3, maka 5x2 = 45.

Kita maju! Soal nomor 3!.

Soal: Jika x = 3 dan y = 4, berapa xy?

Diketahui: x = 3 dan y + 4

Ditanyakan: xy = ?

Jawaban:

. x = 3 dan y = 4

xy = (3)(4), (3 menggantikan x dan 4 menggantikan y)

xy = 12

Jadi, Jika x = 3 dan y = 4, maka xy = 12.

Mudah bukan?!

Kita lanjutkan. Soal nomor 4.

Soal: Jika x = 3 dan y = 4, berapa 5xy?

Diketahui: x = 3 dan y + 4

Ditanyakan: 5xy = ?
27
Jawaban:

. x = 3 dan y = 4

5xy = 5(3)(4), (3 menggantikan x dan 4 menggantikan y)

xy = 5(12) = 60

Jadi, Jika x = 3 dan y = 4, maka 5xy = 50.

Bagaimana untuk soal terakhir? Masih mau mencoba?

Baiklah.

Kita lanjutkan. Soal nomor 5.

Soal: Jika x = 3 dan y = 4, berapa 5x2y?

Diketahui: x = 3 dan y + 4

Ditanyakan: 5x2y = ?

Jawaban:

. x = 3 dan y = 4

5x2y = 5(3)2(4), (3 menggantikan x dan 4 menggantikan

y)

5x2y = 5(9)(4) = 180

Jadi, Jika x = 3 dan y = 4, maka 5x2y = 180.

Nah! Cukup mudah bukan!. Kali ini tidak ada latihan. Hanya Om

ingin mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri dan maaf lahir dan

batin. Jangan lupa mencoba terus!

28
Apa yang sering keliru: 1/x = ¾ maka x=?

Om Tris

Coba perhatikan soal-soal aljabar berikut ini.

2 1
1. x = 3 ; x=?

1 3
2. . = ; x=?
x 4

Tentu, engkau semua dengan mudah dapat menyelesaikan

soal No. 1, bukan?!. Berapa harga x? Jawabannya adalah x = 6.

Mengapa?

Jika soal itu engkau ucapkan, maka akan terdengar ‘Dua

dibandingkan dengan x sama dengan satu dibandingkan dengan

tiga’ atau ‘Dua per x sama dengan 1 per tiga’. Maka, mau tidak

mau, x harus sama dengan 6.

Tetapi, tampaknya tidak semudah itu untuk soal No.2.

Perhatikan ucapan ini: ‘Satu dibandingkan x sama dengan tiga

dibandingkan empat’ atau ‘satu per x sama dengan tiga per

empat’. Berapa harga x = ?

29
Ada beberapa cara.

Cara 1: Resiprokal

Soal:

1 3
x = 4 x=?

Jawaban:

Ruas kiri dan ruas kanan dibalik, sehingga diperoleh

bentuk:

x 4
11x = 3

4
Jadi, x = 3

Awas:

4 dibalik
3
3 Awas 4

Hati-hati, cara ini hanya dapat dikakukan jika ada bentuk

1
x

30
Cara 2: pecahan yang ekuivalen

Soal:

1 3
x = 4 ; x=?

Jawaban:

“1 adalah
1 3
x = 4 sepertiga dari 3,
x adalah sepertiga
dari 4,
4 jadi, x sama
X= 3

Cara 3: Proporsi (dua rasio yang sama)

Soal:

1 3
x = 4 x=?

Jawaban:

1 3 ad = bc
x = 4 31
3x = 4

4
x=
3

cara 4: Persamaan

Soal:

1 3
x = 4 x=?

Jawaban:

1 3
x = 4
Ruas kiri dan ruas
kanan dikalikan
dengan x
3x
1= Ruas kiri dan ruas
4
kanan dikalikan
dengan 4

Ruas kiri dan ruas


4 = 3x
kanan dibagi
dengan 3 32
4
3 = x

atau
4
x = 3

Nah, ternyata ada 4 cara untuk menyelesaikan soal No. 2.

Yang mana yang betul? Semua betul!. Matematika memang

sesungguhnya tidak kaku tetapi fleksibel. Ada banyak cara yang

dapat dilakukan untuk menjawab suatu soal matematika.

33
8. 1-x=1/3; x=?
Coba perhatikan soal-soal aljabar berikut ini.

1. 1/2 - x = 1/3; x = ?

2. 1 – x = 1/3; x = ?

Tentu engkau senua dapat menyelesaikan soal No.1. Bagaimana

cara menyelesaikannya?

Bentuk ½ - x = 1/3 merupakan salah satu bentuk persamaan.

Menyelesaikan persamaan berarti menemukan suatu harga x yang

menyebabkan persamaan itu benar. Persamaan disebut benar jika

harga bagian di sebelah kiri dan harga bagian di sebelah kanan

tanda ‘=’ sama. Menyelesaiakan soal No.1 berarti mencari suatu

harga x yang membuat ½ - x = 1/3.

Jika bagain kiri


dan bagian kanan
1/2 - x = 1/3 diubah menjadi:
‘=’ dikurangi
dengan 1/2 maka
1/2 – 1/2 - x = 1/3 –1/2
harga persamaan
itu tidak berubah.
0 – x = 2/6 – 3/6

- x = - 1/6
Jika bagain kiri
(- x) : (-1) = (-1/6): (-1) dan bagian
kanan ‘=’ dibagi
x = 1/6 dengan (-1)
maka harga
persamaan itu

34
jadi, harga x yang membuat persamaan iu benar adalah

1/6.

Kita uji temuan ini! Apakah jika x yang berada di bagian

kiri ‘=’ diganti dengan 1/6 maka harganya sama denga yang

di sebelah kanan ‘=’?

Ruas kiri ‘=’ adalah 1/2 – x. Kita ganti harga x dengan 1/6.

Maka, ruas kiti ‘=’ menjadi 1/2 - 1/6 = 3/6 – 1/6 =

2/6=1/3. Sama dengan harga ruas kanan bukan?!. Jadi,

memang betul x=1/6 membuat harga persamaan itu tidak

berubah.

Kita lihat soal No.2.

1 – x = 1/3; x =?

Jawaban:
Ruas kiri dan
1 – x = 1/3 diubah menjadi: ruas kanan
dikurangi
1 – 1 –x = 1/3 – 1 dengan 1.

0 – x = 1/3 – 1
1 itu sama
-x = 1/3 – 1
dengan (1/1)
-x = 1/3 – (1/1)

-x = 1/3 – (3/3)

-x = 1/3 – 3/3 Ruas kiri dan


ruas kanan
-x = - 2/3
dibagi dengan
(-1). 35
(-x) : (-1) = (-2/3) : (-1)

x = 2/3

Kita uji! Apakah jika x diganti dengan 2/3 maka

harga ruas kiri dan ruas kanan sama?

Giantikan 2/3 pada x! Maka, 1- 2/3 = 1/3. Jadi,

memang betul x = 2/3 merupakan penyelesaikan soal

itu.!!

Coba kerjakan:

1. x – 1 = ¾

2. –1 + x = 3/5

3. x + 1 = 6/8

4. 1 + x = 1/2

Selamat mencoba!

36
9. 2(10 + x) = ?
Coba perhatikan soal-sola berikut ini:

1. 2 x (10 + 4) = ….

2. 2 x (10 + mobil) = ….

3. 2 (10 + X) = …..

Tentu engkau semua dapat menjawab soal No.1 dengan tutup

mata, bukan?! Bagai mana caranya? Ada beberapa cara.

Yang paling sering engkau lakukan, (kita sebut cara ke-1), adalah

menjumlahkan lebih dahulu yang ada di antara tanda kurung,

kemudian dilanjutkan dengan mengalikannya dengan yang ada di

depannya seperti berikut ini:

2 x (10 + 4) = ….

Jawaban:

2 x (10 + 4) = 2 x (14)

= 2 x 14

= 28

Engkau juga dapat menyelesaikannya seperti cara-cara lain

berikut ini:

37
2 x (10 + 4) = ….

Jawaban cara ke-2:

2 x (10 + 4) = (2 x 10) + (2 x 4)

= (20) + (8)

= 20 + 8

= 28

Jawaban cara ke-3:

Dengan perkalian bersusun

10 4
2 x 2 x
20 8

Jadi: 2 x (10 + 4) = 20 + 8 = 28

Jawaban ke-4

Dengan diagram

10 4

2 2

2 x 10 = 20 2x4=8

38
Jadi: 2 x (10 + 4) = 20 + 8 = 28

Bagaimana cara menyelesaikan soal No.2?

2 x (10 + apel) = ….

Cara ke-1, cara ke-2, dan cara ke-3 tentu sulit diterapkan. Cara

ke-4 dengan diagram yang paling mungkin diterapkan.

10

2 x 10 = 20

mobil

2 x mobil =
2 mobil

39
Jadi: 2 x (10 + mobil) = 20 + 2 mobil

Bagaimana cara menjawab soal No. 3?

2(10+X) = ….?

Jawaban: Soal ini jika dibaca maka berbunyi: “2 kali (10 + X) sama

dengan berapa?”.

Dalam soal semacam ini X dapat berarti ‘apa saja’ termasuk

‘mobil’ misalnya.

Jadi, 2(10 + X) = 20 + 2X.

Nah, demikianlah cara menjawab 2(10 + X) = ….. Kuncinya: 10 dan

X tidak dapat ditambahkan satu pada yang lain begitu saja

seperti 10 + 4.

40
Apa yang sering keliru: 25 – 9 = ?
Om Tris

Coba perhatikan soal-soal berikut ini:

4. 9 – 5 = ?

5. 19 – 5 = ?

6. 25 – 9 = ?

Tentu engkau semua dapat menjawab soal No.1 dengan tutup

mata, bukan?! Bagaimana caranya?

No. 1: 9 – 5 = ?

Jawaban:

Cara 1. Mengurangi sama artinya dengan mengambil /

menyingkirkan

Misalnya, engkau mempunyai 9 kelereng dan kawanmu

menambil 5 butir. Sisanya adalah 4 butir.

Diambil 5
butir

9 kelereng

Sisa 4

41
Cara 2. Mengurangi sama artinya dengan menghitung loncat ke

belakang

0 4 9

Meloncat 5
dari 9 ke
belakang

Bagaimana engkau menjawab soal No. 2?

No. 2: 19 – 5 = ?

Kedua cara yang digunakan untuk menjawab Soal No.1 dapat

diterapkan juga di sini. Berapa hasilnya?. Ya!, sama dengan 14.

Mari kita jawab sola No. 3.

No.3: 25 – 9 = ?

Jawaban: 25 terdiri atas 2 puluhan dan 5 satuan.

2 puluhan 5 satuan

42
Kita tidak langsung dapat mengambil 9 butir dari 5 satuan yang

ada. Karena itu, kita perlu pinjam 1 puluhan sehingga kita

memiliki 1 puluhan dan 15 satuan.

1 puluhan 5 + 10 = 15 satuan

Sekarang kita dapat mengambil 9 satuan dari 15 satuan.

Ternyata, sisa 6 satuan.

Jadi, 25 – 9 = 1 puluhan ditambah 6 satuan = 10 + 6 = 16.

Cara lain: gunakan nilai tempat!

Pinjam 1
puluhan
PuluhanSatuan2591159
16

Jadi, 25 – 9 = 16.

Awas, jangan keliru seperti ini 25 – 9 = 14. Kenapa?! Tanyalah

bapak, Ibu, atau kakakmu!.


43
10. 25 – 9 = ?
Coba perhatikan soal-soal berikut ini:

7. 9 – 5 = ?

8. 19 – 5 = ?

9. 25 – 9 = ?

Tentu engkau semua dapat menjawab soal No.1 dengan tutup

mata, bukan?! Bagaimana caranya?

No. 1: 9 – 5 = ?

Jawaban:

Cara 1. Mengurangi sama artinya dengan mengambil /

menyingkirkan

Misalnya, engkau mempunyai 9 kelereng dan kawanmu

menambil 5 butir. Sisanya adalah 4 butir.

Diambil 5
butir

9 kelereng

Sisa 4

44
Cara 2. Mengurangi sama artinya dengan menghitung loncat ke

belakang

0 4 9

Meloncat 5
dari 9 ke
belakang

Bagaimana engkau menjawab soal No. 2?

No. 2: 19 – 5 = ?

Kedua cara yang digunakan untuk menjawab Soal No.1 dapat

diterapkan juga di sini. Berapa hasilnya?. Ya!, sama dengan 14.

Mari kita jawab sola No. 3.

No.3: 25 – 9 = ?

Jawaban: 25 terdiri atas 2 puluhan dan 5 satuan.

2 puluhan 5 satuan

45
Kita tidak langsung dapat mengambil 9 butir dari 5 satuan yang

ada. Karena itu, kita perlu pinjam 1 puluhan sehingga kita

memiliki 1 puluhan dan 15 satuan.

1 puluhan 5 + 10 = 15 satuan

Sekarang kita dapat mengambil 9 satuan dari 15 satuan.

Ternyata, sisa 6 satuan.

Jadi, 25 – 9 = 1 puluhan ditambah 6 satuan = 10 + 6 = 16.

Cara lain: gunakan nilai tempat!

Pinjam 1
puluhan

PuluhanSatuan2591159
16

Jadi, 25 – 9 = 16.

Awas, jangan keliru seperti ini 25 – 9 = 14. Kenapa?! Tanyalah

bapak, Ibu, atau kakakmu!.


46
11. Luas persegi panjang?
Ada pembaca yang pada saat bertemu di Anjungan bertanya:

“Bagaimana menjelaskan bahwa luas persegi panjang sama dengan

hasil perkalian antara pajang dan lebarnya?

Suatu pertanyaan yang gampang-gampang susah dijawab. Banyak

guru matematika yang tidak memberi cukup perhatian tentang

pertanyaan tersebut. Mereka, terkesan bahkan tidak peduli dan

menerima begitu saja, bahwa betul memang luas persegi panjang

sama dengan hasil kali antara panjang dan lebar Misalnya sebuah

persegi panjang memiliki panjang (p) 10 cm dan lebarnya (l) 5 cm.

Maka, luasnya (L) adalah 10 cm x 5 cm = 50 cm2. L = p x l.

Mengapa?!

Nah, ini sukarnya!

Kita harus mencoba berjalan melingkar jauh ke belakang dulu.

Kita lihat-lihat karya Euclides, seorang professor matematika

dari Universitas Alexandria, yang hidup di sekitar 2200-an tahun

yang lalu di Yunani. Ia banyak menulis buku matematika. Salah

satunya adalah geometri yang hingga kini belum tertandingkan.

47
Di dalam geometri ada suatu dalil yang berbunyi: Luasnya dua

buah persegipanjang yang sama lebarnya bebanding sebagai

panjangnya.

Perhatikan Gambar 1.

p2

L2

p1 L1

Gambar 1
l1 l2

Jika perbandingan panjang p1 dan p2 sama dengan bilangan terukur

t/n (dalam Gambar 1 t = 4 dan n = 8), maka p1 dan p2 mempunyai

ukuran persekutuan g, yang dapat diukurkan t kali pada p1 dan n

kali pada p2. Jika memalui titik-titik pembagi pada p1 dan p2

dibuat garis-garis yang sejajar dengan lebarnya, maka kedua

persegipanjang terbagi menjadi t dan n persegipanjang yang sama


48
dan sebangun. Karena itu, perbandingan L1 dan L2 sama dengan

t/n. Jadi sama dengan perbandingan p1 dan p2.

Akibat dari dalil ini ada dua hal.

Akibat 1: luas dua persegipanjang berbanding sebagai hasil kali

panjang dan lebarnya.

p2

L2 L
p L1 p
1 2

l1 l
Gambar 2 l2 1

Misal, luas L1 persegipanjang yang panjangnya p dan lebarnya l1


luas L2 persegipanjang yang panjangnya p2 dan lebarnya l2; serta
luas L persegipanjang yang panjangnya p dan lebarnya l. maka
dengan menggunakan dalil di atas kita dapat membandingkan L1
dan L2 melalui L seperti berikut ini.

L / L1 = L / L2 x L2 /L1 = p / p2 x l / l2
49
L/L1 = pl /p1l1

Akibat 2: Luas persegi panjang adalah hasil kali antara panjang


dan lebarnya
Dari perbandingan di atas maka dengan sendirinya dapat

diterima bahwa L = pl.

Luas persegi panjang sama dengan hasil kali panjang dan luasnya.

Akibat 2 ini sering dijadikan dalil baru yang sama bunyinya. Luas

persegi panjang sama dengan hasil kali antara panjang dan

lebarnya (atau alas x tingginya).

Bardasarkan dalil ini dapat diturunkanlah sejumlah dalil tentang

luas jajaran genang, laus segitiga, serta luas trapezium. Silahkan

menurunkan!

50
Ada Ibu Guru yang pada saat bertemu di Entikong bertanya:

“Mengapa kuadrat sisi miringnya sama dengan jumlah kuadrat

masing-masing sisi siku-sikunya?

Bila dinyatakan dalam gambar (Lihat Gambar 1) pertanyaan itu

berbentuk “Mengapa c2 = a2 + b2?”

c
a

Gambar 1

Mari kita coba melihat dengan dua gambar yang lain (Gambar 2

dan Gambar 3).

51
a b

b
c a
c

c
a c
b

b a
Gambar 2
b a

cc a a
a

b
b b b

b a
Gambar 3 52
Bangun yang ditunjukkan pada Gambar 2 dan Gambar 3 sama,

yaitu persegi dengan panjang sisinya (a + b). Karena itu, luasnya

juga sama. Persegi pada Gambar 2, terdiri satu persegi (tidak

diarsir) dan empat segitiga siku-siku (diarsir). Luasnya adalah c2

+ luas empat segitiga siku-siku.

Persegi pada Gambar 3 terdiri atas dua persegi (tidak diarsir)

dan empat segitiga siku-siku (diarsir). Luasnya adalah a2 + b2 +

luas empat segitiga siku-siku.

Karena luas kedua persegi itu sama, maka c2 + luas empat

segitiga siku-sikun = a2 + b2 + luas empat segitiga siku-siku. Jadi,

c2 = a2 + b2. Artinya, pada segitiga siku-siku, kuadrat pajang sisi

miring sama dengan jumlah kuadrat dari masing-masing sisi siku-

sikunya.

Pernyataan ini dikenal sebagai dalil Pythagoras.

Tidak banyak informasi tentang kehidupan Pythagoras. Diduga

Pythagoras dilahirkan sekitar tahun 572 sebelum Masehi. Sekitar

2572 tahun yang lalu, di Pulau Aegean di Negara Samos dekat

Yunani. Dearah itu sangat dekat dienga daerahnya Thales,

seorang matematikawan yang lain. Thales lebih tua sekitar 50

tahun. Tampaknya, Pythagoras banyak belajar dari ahli


53
matematika ini. Ia sering pergi ke Mesir. Karena Samos diduduki

tiran Polycrates, Pythagoras migrasi ke Yunani. Disana ia

membangun suatu perguruan yang dikenal sebagai perguruan

Pythagorian. Di sana para murid belajar matematika, filsafat, dan

IPA.

Pada suatu waktu, penguasa Itali selatan menghancurkan

perguruan ini. Para muridnya menyebar mencari selamat sendiri-

sendiri. Pythagoras juga meninggalkan daerah ini ke Metapontum.

Ia meninggal di situ pada usia antara 75-80 tahun. Para muridnya,

mempertahankan ajarannya hingga dua abad kemudian.

Salah satu pendapatnya yang dipertahan oleh para muridnya

adalah bahwa bilangan bulat merupakan penyebab dari berbagai

macam kualitas materi. Karena itu, kelompak Pythagorian ini

mendalami aritmatika (yang berkaitan dengan bilangan) dan

geometri (yang berkaitan dengan bangun-bangun)

Yang kita kenal dan kita pelajari hingga kini, selain Dalil

Pythagoras, adalah bilangan segitiga, bilangan persegi, dan

bilangan segi lima.

54
12. Menggunakan sistem koordinat
Coba tunjukkan di mana posisi meja belajarmu di dalam kamarmu

tampa harus menujukkan denah ruangannya. Bagaimana! Bisa?!

Tentu semuanya bisa bukan?!. Meja itu berada di sebelah kiri

pintu dan agak menempel dinding. Coba tanyakan kepada

beberapa orang temanmu, apakah mereka dapat membayangkan

posisi meja itu dengan sama? Ya. Bayangan posisi meja yang

mereka sama. Mengapa dapat sama? Karena, posisi meja tersebut

dinyatakan dengan cara mengacu pada pintu dan dinding.

Seseorang yang datang ke rumahmu dan ingin melihat meja

belajarmu akan berpatokan pintu kamarmu. Di pintu tersebut ia

akan menoleh ke kiri, dan mengamati benda-benda yang menempel

di dinding. Ia sudah barang tentu menemukan meja itu.

Cara menyatakan posisi suatu benda dengan mengacu kepada

suatu benda yang lain agak merepotkan jika benda itu berubah-

ubah tempatnya. Syukurlah, Rene Descartes, seorang

matematikawan Jerman (1596-1650), pada menemukan suatu

sistem koordinat yang kita kenal sistem koordinat Kartesius saat

ini. Ia merupakan salah satu ilmuwan yang hanya sedikit

jumlahnya hidup tanpa kekurangan karena ia keturunan

55
bangsawan yang kaya raya. Semangat ingin menjelajah dimulai

sejak dia menjadi tentara. Pada usia 23 tahun ia menemukan

suatu kenyataan jika kita memiliki dua garis lurus yang saling

berpotongan secara tegak lurus, maka kita dapat menentukan

posisi setiap benda secara unik dengan cara menetapkan jarak

benda tersebut ke kedua garis tersebut. Lihat Gambar 1

Gambar 1

Temuan ini membuat dirinya terkenal hingga kini setelah lebih

dari 500 tahun meninggal. Temuan itu diberinama system

koordinat Kartesius. Seperti yang disajikan pada Gambar 2. Dua

garis yang salimg berpotongan tegak lurus disebut sumbu-sumbu

koordinat, Sumbu X yang mendatar dan Sumbu Y yang vertikal.

Jarak benda itu dari Sumbu Y disebut absis, dan jarak benda itu

56
dari Sumbu X disebut ordinat. Pasangan absis dan ordinat benda

disebut koordinat benda, yang dituliskan sebagai (x,y). Jika suatu

benda P mempunyai koordinat (4,3) maka maksudnya benda P itu

berjarak 4 satuan panjang dari sumbu Y dan 3 satuan panjang

dari Sumbu X.

Sumbu Ordinat benda P:


YP
Benda
P
Kuadran Kuadran
II I Absis benda P:
XP

Titik pangkal
O Sumbu

Kuadran Kuadran
III IV

Gambar 2

57
Untuk membedakan posisi-posisi terhadap Titik Pangkal O, bidang

dibagi menjai empat bagian yang disebut kuadran I, Kuadran II,

Kuadran III, dan Kuadran IV. Koordinat benda dinyatakan dengan

kombinasi tanda + dan – seperti yang disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Kombinasi absis dan ordinat menurut kuadran

Kuadran I Kuadran II Kuadran Kuadran IV

III
Absis + - - +

Ordinat + + - -

Koordinat (+x,+y) (-x,+y) (-x,-y) (+x,-y)

Di banyak Negara maju, sesungguhnya nomor rumah juga

dinyatakan dalam system koordinat ini. Yaitu dimulai dari rumah

yang di paling ujung jalan diberi nomor kecil secara berurutan

hinga ke dalam. Bagaimana urutan nomor rumah di jalan depan

rumhamu? Tentu banyak yang tidak berutan bukan.

58
13. Menggambar sudut
Tentu engkau telah sering mendengar orang mengucapkan kata

‘sudut’. Misalnya, “Sudut kota itu tampak kotor”. Atau yang lain,

“Dari sudut pandang politisi, impor beras itu wajar”. Yang lain lagi

misalnya, “Sebuah segi tiga mempunyai tiga sudut” Satu lagi

contohnya, “Bukunya beserakan di sudut kamarnya”. Tentu ini

bukan kamarmu, bukan?.

Di beberapa SD di Kalbar ini, saat ini sudah memiliki “sudut baca”

di setiap kelasnya. Sudut baca itu seperti perpustaak kecil di

kelas. Di sudut baca itu ada banyan buku atau majalah atau Koran

yang dapat dibaca siswa kapan saja.

Namun, kali ini kita tidak akan berbicara tentang sudut baca.

Tetapi, kita akan berbicara tentang sudut yang sering engkau

dengar pada pelajaran matematika. Engkau ingat bentuknya?

Seperti pada Gambar 1 ini bukan?

59
Jadi

Sumb Ordinat
benda P: YP

B
enda
Kuadr Kuadr
an II an I Absis
benda P: XP

Titik
pangkal O Sumb

Kuadr Kuadra
an III n IV

Gambar
2
60
Untuk membedakan posisi-posisi terhadap Titik Pangkal O, bidang

dibagi menjai empat bagian yang disebut kuadran I, Kuadran II,

Kuadran III, dan Kuadran IV. Koordinat benda dinyatakan dengan

kombinasi tanda + dan – seperti yang disajikan pada Tabel 1

Tabel 1. Kombinasi absis dan ordinat menurut kuadran

Kuadran I Kuadran II Kuadran Kuadran IV

III
Absis + - - +

Ordinat + + - -

Koordinat (+x,+y) (-x,+y) (-x,-y) (+x,-y)

Di banyak Negara maju, sesungguhnya nomor rumah juga

dinyatakan dalam system koordinat ini. Yaitu dimulai dari rumah

yang di paling ujung jalan diberi nomor kecil secara berurutan

hinga ke dalam. Bagaimana urutan nomor rumah di jalan depan

rumhamu? Tentu banyak yang tidak berutan bukan.

61
14. (a + b)2 = ?
Dalam kunjungan ke beberapa sekolah, sejumlah siswa

menyatakan sulit memahami (menghafal?) hubungan (a + b)2 = a2 +

2ab + b2. Kenapa bukan (a + b)2 = a2 + b2 ?.

Tentu, di sekolah engkau telah diajak menyelesaikannya secara

aljabar, bukan? Lihat berikut ini!

(a + b)2 = (a + b) x (a + b)faktoris
Distribusi
penjumlahan pada
= a(a + b) + b(a + b) perkalian

Distribusi
= a2 + ab + ba + b2perkalian pada
penjumlahan
Komutatif pada
= a2 + ab + ab perkalian
+ b2
Penjumlahan suku-suku
yang sama
= a2 + 2ab + b2

Cara lain yang dapat digunakan adalah mendekatinya melalui

geometri (Ilmu ukur).

62
Andaikan kita memiliki sepenggal garis lurus PR. Penggal garis

lurus ini kita bagi menjadi dua bagian PQ dan QR. Lihar Gambar 1.

P a Q b R

a I II

b III IV

T Gambar 1 S

Misalanya a adalah pangjang penggal garis PQ, dan b panjang

penggal garis QR. Selanjutnya, buatlah persegi I dengan penajang

sisi a, persegi panjang II dengan panjang sisi-sisinya a dan b,

persegi panjang III dengan panjang sisi-sisnya b dan a, serta

63
persegi IV dengan panjang sisi-sisnya b. Berarti, engkau memiliki

2 persegi dan 2 persegi panjang.

Ayo, kita hitung luas masing-masing!

• Luas persegi I = a x a = a2

• Luas persegi IV = b x b = b2

• Luas persegi panjang II = a x b = ab

• Laus persegi panjang III = b x a = ba = ab

Luas seluruhnyanya = Luas I + II + III + IV = a2 + ab + ab + b2 =

a2 + 2ab + b2.

Padahal, luas seluruh bangun itu sama dengan luas persegi PRST

yang panjang sisi-sisinya adalah (a + b).

Jadi, luas PRST = (a + b) x (a + b) = (a + b)2.

Maka, berarti (a + b)2 = a2 + 2ab + b2.

Nah, apakah engkau masih ingin menghafalkan: (a + b)2 = a2 + 2ab

+ b2?. Manghafalkan memang baik. Tetapi, kenapa engkau tidak

menggunakan cara lain, seperti bantuan geometri semacam ini?

Sesungguhnya cara menghubungkan antara aljabar dan geometri

seperti contoh itu telah dimulai lama sekali, jaman masa hidupnya
64
Pythagoras, sekitar 500 tahun sebelum Nabi Isa dilahirkan.

Berarti sudah 2500 tahun yang lalu.

Cobalah, engkau turunkan (a – b)2 = ….. Semoga dapat

menyelesaikan!.

65
15. π (dibaca: phi)
Engkau mungkin bertanya-tanya berapa harga Phi yang

sesungguhnya, 3.14 atau 3.1416 atau yang lain?

Phi (π) adalah salah satu hurup kecil dari tulisan bahasa Yunani.

Penggunaan dalam matematika, yang sering engkau lihat, berupa

hubungan antara panjang keliling lingkaran dan pajang garis

tengahnya, yaitu: S = 2 π r. Jika S adalah keliling lingkaran, dan r

adalah jejari lingkaran.

Bagaimana cara menghitung harga π ini?

Yang paling mudah, engkau tentu dapat mengerjakan sendiri. Coba

carilah sebuah gelas. Letakkan terbalik gelas itu di atas selembar

kertas putih bersih. Dengan ujung pensil yang runcing, ikutilah

pinggiran bibir gelas itu pada kertas. Angkatlah gelasnya.

Kembalikan ke tempat semula atau tempat yang aman. Ingat,

pecahan gelas yang berserakan sangat berbahaya bagi kita.

Jejak bibir gelas yang tergambar pada kertas itu disebut

lingkaran. Selanjutnya, ukurlah garis tengah lingkaran itu. Dan

ukur juga leliling lingkaran tersebut. Nah, bagilah panjang leliling

lingkaran dengan panjang garis tengah yang telah engkau

66
dapatkan. Berapa harganya? Jika engkau kerjakan dengan

cermat, maka engkau akan mendapatkan harga sekitar 3 lebih.

Engkau yang beragama Nasrani, dapat membuka Kitab Raja-Raja

yang pertama, bab 7 ayat yang ke-23 (I Raj. 7: 23). Di sana

dikatakan ada “laut” buatan yang jaraknya dari tepi ke tepi 10

hasta, dan jika dililit dengan tali kelilingnya 30 hasta. Jadi,

menurut Kitab Suci ini, π = 30/10 = 3.

Sekitar 2245 tahun yang lalu, Archimedes telah mencoba

menghitungnya. Ia menemukan harganya terletak di antara

223/71 dan 22/7. dengan dua decimal ia menyatakan bahwa π =

3.14.

Sekitar 2155 tahun yang lalu Claudius Ptolemeus dari Alexandria

menghitung lagi harga π ini. Ia menemukan π = 3.1416. Ia

membuat table panjang busur lingkaran yang diapit oleh kaki

sudut pusat yang besarnya 1o. Panjang busur ini jika dikalikan

dengan 360 maka harganya sama dengan panjang keliling

lingkaran. Selanjutnya, Harga ini dibagi dengan panjang garis

tengah lingkaran itu, menghasilkan harga π.

67
Orang Asia juga ada yang menghitung harga π ini. Di antaranya

adalah ilmuwan dari Cina, Tsu Ch’ung Chih. Ia membagi 355

dengan 113. Hasil baginya adalah 3,1415929 … Ini dikerjakan

sekitar 2485 tahun yang lalu.

Ilmuwan Hindu, Aryabhata, pada 2535 tahun yang lalu

menghitung 62 832 / 20 000 = 3.1416.

Kemudian, pada tahun 1150, Bhaskhara, orang Inda lagi

menghitung hasil bagi 3927/1250. Hasilnya adalah harga π.

Demikian seterusnya, banyak ilmuwan yang tergoda untuk

menemukan harga Phi ini yang paling tepat. Pada tahun 1961,

Wrench dan Daniel Shanks, dari Washington D.C. masih

menghitung harga Phi ini dengan menggunakan mesin IBM 7090.

Mereka menemukan harga Phi yang sangat teliti. Bilangan itu

mencapai 100 265 angka di belakang koma.

Dengan adanya bermacam-macam harga Phi ini, maka engkau

tentu bertanya-tanya, yang mana yang dipakai: 3 , 3.14, 3.1416,

3,1415929 atau menggunakan temuan dua orang Washington itu

atau mungkin cukup dengan 22/7? Jawabanya? Silahkan

mencoba-coba.

68
16. Ukuran bilangan irrasional
Engkau tentu sudah tahu bahwa bilangan-bilangan itu pada

awalnya digunakan sebagai abstraksi dari suatu kegiatan

membilang. Misalnya, engkau membilang orang yang antri di loket

pembayaran listrik. Engkau mulai dari satu, dua, tiga, empat dan

seterusnya. Bilangan terakhir yang engkau ucapkan menunjukkan

banyaknya orang yang ada di dalam antrian tersebut.

Selain membilang seperti itu, manusia juga memerlukan bilangan

lain untuk menunjukkan hasil suatu pengukuran. Misalnya, engkau

mengukur tinggi badan kawanmu. Sudah tentu engkau akan

memerlukan penggaris atau meteran. Pada umumnya, sangat

jarang diperoleh hasil yang berupa bilangan bulat. Sebaliknya,

akan diperoleh bilangan-bilangan campuran antara bilanan bulat

dan bilangan pecahan. Misalnya, hasil pengukuran tinggi badan

kawanmu yang engkau lakukan itu adalah 155 ½ cm atau sering

dituliskan dalam bentuk bilangan decimal 155,5 cm. Bilangan

pecahan atau bilangan decimal ini berada di antara dua bilangan

bulat.

69
Keberadaan bilangan-bilangan pecahan atau bilangan bulat

memungkinkan manusia menunjukkan ukuran suatu benda,

beratnya, panjangnya, luasnya, besarnya dsb.

Bilangan-bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan decimal ini

disebut bilangan rasional. Bilangan rasional adalah bilangan yang

menunjukkan harga perbandingan dua bilangan bulat p/q dengan

syarat q tidak boleh sama dengan nol. Adanya system bilangan

rasional in memungkinkan kita melakukan pengukuran. Lihat

Gambar 1.

0 1

O I
Gambar 1

Bilangan rasional sangat mudah digambarkan secara geomeri.

Misalnya, engkau mempunyai dua titik O dan titik I pada sebuah

garis yang mendatar. Titik I berada di sebelah kanan titik O.

Jika penggal garis OI ini dipilih sebagai satuan, maka di titik O

dapat dituliskan bilangan 0 (nul) dan di titik I dapat diletakkan

bilangan 1 (satu). Selanjutnya, semua bilangan yang berada di

sebelah kanan O disebut bilangan positif dan semua bilangan yang


70
berada di sebelah kiri O disebut bilangan negative. Hasil

pengukuran suatu benda dinyakatan sebagai berapa kali panjang

OI ini.

Jadi, bilangan rasional dapat dengan mudah digambarkan dalam

penggal garis yang berpangkal pada O dan ujungnya pada bilangan

yang bersangkutan. Lihat gambar 2.

0 1 2 3

O I
Gamb Satu
ar 2 an

Pada jaman dahulu, pada masa awal timbulnnya matematika

(sekitar 2500 tahun yang lalu) para matematikawan menyangka

bahwa pada garis itu hanya memuat bilangan-bilangan rasional

saja. Baru pada jaman Pythagoras, sekitar 2200 tahun yang lalu,

ditemukan ada bilangan yang tidak rasional dapat digambarkan

berada pada garis bilangan itu. Perhatikan Gambar 3.

71
A

0 1 2 3

O I P
Gamb Satu
ar 3 an

Segitiga siku-siku OIA mempunyai sisi-sisi OI, IA, AO. Apabila

dipilih OI sebagai satuan, dan IA sama panjang dengan OI maka

panjang AO adalah √(12 + 12 = √2 . Dengan pusat O dan jari-jari

OA dapat dibuat busur lingkaran yang memotong garis bilangan di

titik P. Panjang OP adalah √2. Atau, dengan perkataan lain titik P

menunjuk bilangan √2.

Bilangan √2 ini termasuk bilangan irrasional. Selain √2 ini masih

ada bilangan irrasional yang lain, misalnya √3 , √5, √6, √7, √8,

√10, √11, √12, √13, √14, √15, √17.

Silahkan mencoba menggambarkan beberapa bilangan ini!

72
73

You might also like