Professional Documents
Culture Documents
RESUME CHAPTER 11
Disusun oleh:
Lamia Irhamny
190110080029
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2010
CHAPTER 11
Group atau kelompok dapat didefinisikan sebagai satu atau lebih individu
yang terlibat dalam interaksi sosial, yang bertujuan untuk meraih tujuan-tujuan
tertentu. Dalam setting kerja, tujuan ini biasanya berkaitan dengan pekerjaannya
sendiri, seperti menghasilkan suatu produk atau jasa.
Roles
Didalam kelompok kerja, individu dapat memiliki berbagai macam peran atau
bentuk-bentuk perilaku yang ditampilkan sesuai dengan harapan dari posisi yang
dimilikinya. Peran kelompok ini penting karena dapat membantu menyiapkan
perencanaan-perencanaan spesifik tentang perilaku yang seharusnya ditampilkan.
Ketika individu memainkan peran tertentu didalam kelompok kerjanya, mereka
biasanya mengetahui tentang tanggung jawab dan apa saja yang dibutuhkan dari
peran tersebut, atau dalam hal ini disebut role expectation.
Salah satu peran yang dibedakan secara jelas pada kebanyakan kelompok
kerja adalah peran sebagai pemimpin. Pemimpin dalam kelompok kerja formal atau
departemen memainkan bagian yang penting dalam mengarahkan aktivitas
kelompok, menjadi juru bicara kelompok, dan menentukan arahan tindakan yang
akan diikuti kelompoknya.
Norms
1. Conformity
2. Group Cohesiveness
3. Group Efficacy
Kerjasama merupakan hal yang penting untuk efektivitas kelompok kerja dan
organisasi. Akan menjadi sulit ketika kita harus berusaha meraih tujuan-
tujuan kelompok seorang diri. Selama semua pekerja atau anggota kelompok
memiliki tujuan yang sama, maka mereka biasanya melakukan kerjasama
dengan anggota yang lain untuk meraihnya. Pekerja mungkin juga dapat
keluar dari jalurnya untuk saling membantu dengan anggota lain karena
adanya reciprocity rule (Gouldner, 1960). Reciprocity rule ini merupakan
kecenderungan individu untuk memberikan balasan kepada orang lain yang
menolongnya. Dengan kata lain, individu memiliki hutang budi terhadap
orang yang pernah membantunya, dan oleh karenanya individu tersebut
bersedia memberikan bantuan atau balasan kepada orang yang
membantunya tersebut.
Disamping itu, seringkali ada anggota yang menolak untuk bekerja sama dan
fenomena ini sering disebut dengan istilah social loafing didalam organisasi.
Social loving merupakan fenomena dimana individu yang bekerja dalam
kelompok memperlihatkan usaha yang lebih sedikit daripada saat bekerja
seorang diri. Fenomena ini lebih sering muncul pada kelompok yang memiliki
tingkat kohesivitas yang rendah.
Levels of Conflict:
1. Intraindividual conflict
2. Interindividual conflict
Konflik ini muncul diantara dua orang dan bisanya lebih banyak
terjadi dalam kelompok kerja dan organisasi. konflik ini muncul
ketika dua orang berjuang untuk meraih tujuannya masing-masing,
dan juga dengan menghalangi pencapaian atau usaha orang lain
tersebut. Misalnya, dua orang yang akan dipromosikan pada
jabatan yang sama masing-masing akan mencoba mengahalangi
untuk mencapai tujuan dalam rangka mendapatkan promosi itu.
3. Intragroup conflict
Konflik yang muncul ketika individu atau golongan dalam kelompok
mencoba berusaha meraih tujuan yang berlawanan dengan
pencapaian tujuan kelompoknya. Misalnya, seseorang yang
melanggar norma atau aturan kelompoknya dapat menimbilkan
terjadinya konflik didalam kelompok tersebut (Intragroup conflict).
4. Intergroup conflict
5. Interorganizational conflict
Sources of Conflict
Positive outcomes:
Negative outcomes:
Managing conflict
Konflik harus dikelola agar tetap berada pada level optimal. Jika terlalu
banyak terjadi konflik yang berdampak negatif, maka konflik tersebut tentu
harus segera diselesaikan. Disisi lain, jika level konflik terlalu rendah (ex:
jarang terjadi konflik) maka dibutuhkan stimulasi agar terjadi konflik yang
tentunya dengan tujuan dampak yang positif. Thomas (1976, 1992)
memberikan 5 tahap strategi penyelesaian konflik individual sebagai berikut:
1. Dominating (forcing).
Individu tetap bertahan dalam konflik yang terjadi sampai salah satu
pihak akhirnya mencapai tujuan personalnya. Dapat juga disebut sebagai
strategi win-lose, dimana ada satu pihak yang menang dan pihak yang
kalah.
2. Accommodation.
4. Collaboration.
5. Avoidance.
Salah satu proses yang penting dalam kelompok kerja adalah mengenai
pengambilan keputusan kelompok, yang meliputi pembuatan tujuan-tujuan
kelompok, memilih alur tindakan yang harus dilakukan, memilih anggota baru, dan
menentukan standar perilaku yang sesuai. Berikut adalah beberapa strategi
pengambilan kepurusan yang biasanya ada didalam organisasi:
Advantages Disadvantages
Works from a broad knowledge base Slow (can be a problem in crisis situation)
Aspects of the problem can be divided Certain members, such as leaders, may
among group members dominate the decision-making process
1. Groupthink
2. Group polarization
Tim terdiri dari pekerja yang saling bergantung dengan kemampuan dan
keterampilan kerja yang saling melengkapi dan mengarah pada tujuan bersama.
Pembentukan suatu tim cocok ketika tugas yang diberikan kompleks, sehingga
membutuhkan individu dengan berbagai macam keahlian dan kompetensi untuk
bekerja bersama. Tim juga cocok untuk tugas pembuatan keputusan yang
kompleks, atau untuk tugas yang membutuhkan inovasi dan kreativitas. Tim juga
cocok ketika situasinya bervariasi dan membutuhkan anggota yang dapat
beradaptasi terhadap perubahan kondisi-kondisi eksternal (Dunphy & Bryant, 1996).
Tim yang efektif harus didukung oleh berbagai macam hal, seperti kepemimpinan
yang efektif, kepercayaan diantara anggotanya, masukan dan arahan dari
organisasi, pelatihan, dan lain-lain. Istilah yang sering muncul dalam organisasi
adalah self-managing work teams, yaitu suatu tim yang memiliki tanggung
jawab penuh akan keseluruhan tugas-tugas yang harus dilakukannya.
Sumber: