You are on page 1of 30

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang memiliki 17.508 pulau

membentang dari pulau Wch diujung barat hingga ke Irian, serta dari pulau

Miagas di utara hingga ke pulau Sawu di bagian selatan. Di sepanjang pesisir

pantai Gugus kepulauan tersebut, hidup para nelayan mencari nafkah

menggunakan berbagi cara penangkapan ikan, demikian luasnya perairan

Indonesia dengan berbagai ragam suku bangsa serta berbeda pula tingkat

kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi penangkapan ikan

(Sjarif B, Dulgofar dan Suharianto, 2001).

Potensi sumberdaya ikan yang terkandung dalam laut meliputi daerah

Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE), 200 mil yang diukur dari garis pantai pada saat

air surut sesurut-surutnya (Base Line) mencapai areal 5,8 juta km2, di

perkirakan potensi lestari sumberdaya ikan adalah 6,26 juta ton per tahun

(Suharyadi, 2001).

Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak pada posisi titik koordinat

080 05’ – 090 05’ LS dan 1150 45’ – 1190 10’ BT dengan luas wilayah perairan

laut mencapai 2.333 km, secara biofisik memiliki potensi sumberdaya pesisir

dan laut yang cukup kaya. Potensi lestari sumberdaya perikanan mencapai

98.450 ton per tahun, terdiri dari sumberdaya ikan pelagis sebanyak 41.084 ton
2

per tahun dan sumberdaya ikan demersal sebanyak 57.366 ton per tahun.

Daerah ini dikelilingi oleh laut dalam yaitu laut flores disebelah utara, samudera

Hindia disebelah selatan, selat Lombok disebelah barat dan selat Sape di

sebelah timur. Propinsi ini terdiri dari dua pulau besar yaitu pulau Sumbawa dan

pulau Lombok (Anonymous, 2003).

Diantara pulau Lombok dan pulau Sumbawa terdapat selat yaitu selat

Alas. Pertemuan massa air Samudera Hindia dan Laut Flores dapat membawa

kandungan zat hara, menyuburkan perairan sekitar, hingga perairan tersebut

memiliki sumberdaya ikan yang cukup potensial.

Dari data statistik perikanan tangkap Dinas perikanan dan kelautan Nusa

Tenggara Barat tahun 2005 jumlah total produksi tangkap ikan adalah 84.460

ton/tahun. Dengan sumberdaya ikan yang terkandung didalamnya sebesar

98.405 ton/tahun, jumlah unit penangkapan sebanyak 24.638 unit, terdiri dari

berbagai jenis alat tangkap seperti payang, pukat pantai, pukat cincin, jaring

insang hanyut, jaring klitik/tasik, bagan tancap, bagan perahu, rawe tetap, rawe

dasar, rawe tuna, rawe hanyut, pancing tonda, pancing ulur, pancing cumi, sero,

bubu dan lain-lain. Dari semua alat tangkap tersebut bagan tancap tercatat

sebanyak 730 unit dengan hasil tangkapan 26.7885,5 ton (Anonymous, 2005).

Bagan merupakan jaring biasa yang berbentuk segi empat panjang di

bentangkan dalam air secara horizontal dengan menggunakan bambu, kayu atau

besi sebagai rangkanya, yang di operasikan pada perairan pantai pada malam

hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai penarik ikan (Sudirman dan

Mallawa, 2000).
3

Di Desa Panda Kecamatan Pali Belo Kabupaten Bima mayoritas

penduduknya adalah nelayan, bagan tancap merupakan salah satu jenis alat

tangkap yang di pergunakan dan Lampu Petromak merupakan sumber

penerangan agar ikan dapat berkumpul diatas jaring pada saat melakukan

penangkapan.

Prinsip semua bagan adalah sama yaitu menggunakan alat bantu cahaya

dioprasikan pada malam gelap, hal ini di sebabkan karena ikan mempunyai sifat

Fototaksis Positif yaitu ketertarikan terhadap cahaya. Sifat ini memang di

punyai oleh berbagai jenis ikan (Mulyadi, 2001).

Dari semua uraian di atas, maka untuk lebih mengetahui pengembangan

dari pada alat tanggkap Bagan Tancaap (Lift Net) secara tehnis maupun dalam

kegiatan usaha penangkapan ikan. Maka perlu dilakukan Praktek Kerja

Lapangan di Desa Panda Kecamatan Pali belo Kabupaten Bima.

1.2. Maksud dan Tujuan Praktek Kerja Lapangan

Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dimaksud dan bertujuan untuk

mengetahui bagaimana teknik penangkapan ikan dengan alat tangkap Bagan

Tancap, deskripsi dari alat tangkap dan cara atau metode penangkapan serta

untuk mengetahui jenis-jenis ikan yang tertangkap oleh alat tangkap tersebut.
4

1.3. Kegunaan Praktek Kerja Lapangan

Adapun kegunaan dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah

sebagai berikut :

1. Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam

bidang perikanan tangkap khususnya dengan alat tangkap Bagan Tancap

(Lift Net).

2. Sebagai bahan informasi baik bagi para nelayan ataupun kepada Mahasiswa

yang ingin melakukan praktek tentang teknik penangkapan ikan dengan alat

tangkap Bagan Tancap (Lift Net).

3.

1.4. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan

Tempat Praktek Kerja lapangan (PKL) ini dilaksanakan di Tluk Bima

Desa Panda Kecamatan Pali Belo Kabupaten Bima, sedangkan waktu

pelaksanaannya adalah selama 1 (satu) bulan yang dimulai dari tanggal 12 Juli

sampai dengan tanggal 12 Agustus 2010.


5

2. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

2.1. Materi Praktek Kerja Lapangan

Adapun materi yang dimaksud dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah

mencangkup : Satu unit alat tangkap Bagan Tancap ,lampu petromak,

perahu/sampan, sarong, tali dan alat bantu penangkapan lainnya.

2.2. Metode Praktek Kerja Lapangan

Metode yang digunakan dalam Praktek Kerja Lapang ini adalah metode

diskriftif (Desctiptive Research). Metode deskriftif yaitu metode yang bertujuan

membuat pencandraan secara sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta

dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Suryabrata, 1983).

Selanjutnya Natsir(1983) menyatakan bahwa metode deskriftif adalah

suatu metode dalam peneliti sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,

suatu sistim pemikiran, suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

metode ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistimatis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat antara fenomena-

fenomena yang diselidiki.

2.3. Jenis Data dan Sumber Data

Data yang diambil meliputi data primer dan sekunder. Data primer

diperoleh dengan cara pengamatan, wawancara langsung dengan responden


6

(nelayan) dan praktek langsung dilapangan Seperti hasil tangkapan, bentuk,

ukuran alat tangkap yang digunakan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari

instansi terkait dan studi literatur yang ada kaitannya dengan bahan dan tujuan

Praktek Kerja Lapangan.

2.4. Cara Kerja

2.4.1. Observasi

Observasi merupakan langkah awal dalam melakukan

Praktek Kerja Lapangan. Adapun hal-hal yang dilakukan dalam

observasi antara lain :

- Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan

- Keadaan alat tangkap dan teknik penangkapan

2.4.2. Persiapan

Persiapan dalam Praktek Kerja Lapangan ini meliputi

segala hal yang dibutuhkan dalam penangkapan dengan

menggunakan alat seperti : Tombak, lampu petromak, minyak tanah,

bak plastik (eber), nasi (makanan) ,dayung dan peralatan

perlengkapan penangkapan lainnya. Perlengkapan diatas dipersiapkan

nelayan sebelum berangkat menuju Daerah penangkapan (Fishing

ground) agar tidak mengalami hambatan atau kesulitan pada saat

melakukan operasi penangkapan.


7

2.4.3. Menuju Daerah Penangkapan (Fishing Ground)

Berdasarkan hasil observasi terhadap kondisi oceanografi,

keadaan cuaca/iklim dan aspek-aspek teknis lainnya di daerah operasi

penangkapan (fishing ground) yang di tuju, apabila dinilai aman dan

layak untuk melakukan operasi penangkapan ikan, maka nelayan

beserta mahasiswa menuju daerah operasi penangkapan (fishing

ground) dengan menggunakan perahu dayung dengan jarak tempuh

sekitar 15 menit dan membawa semua peralatan perlengkapan dan

bahan makanan yang telah disediakan.

2.4.4. Penurunan jaring (setting).

Setelah sampai ke fishing ground yang di tuju pertama kali

jarring yang di ikat di lepas kemudian jaring di turunkan secara perlahan

dengan memutar penggulung tali (line hauller) kemudian pemberat di

turunkan sebanyak duah buah dengan berat masing-masing 10 kg hingga

jaring tenggelam sampai kedalaman 15-20 m., setelah itu lampu di

nyalakan satu persatu dan diletakkan dengan cara menggantungkan di

atas permukaan air dengan jarak sekitar 1,2 meter, tujuannya sebagai

penarik ikan hal tersebut di lakukan secara terus menerus sampai ikan

bergerombol dengan jumlah yang cukup banyak di bawah permukaan air

di sekitar jaring.

2.4.5. Pengangkatan jarring (hauling).

Bila sudah ada isyarat atau kode bahwa di atas jaring telah

banyak ikan berkumpul, di tandai dengan adanya gerakan ikan yang


8

berenang(bermain) dipermukaan jarring dan percikan-percikan air di

permukaan, maka pemberat di angkat secara perlahan-lahan kemudian

dari 2(dua) buah lapu yang di gantung disisakan satu saja tujuannya agar

supaya sinar lampu menyatu di permukaan jarring saja dan jarring di

angkat secara perlahan dengan memutar penggulung tali (line hauller)

sampai jarring terangkat kemudian tali ris jaring diikat ke penggulung

jaring (line hauller), selanjutnya penggulung jaring diputar sampai ikan

yang berada di jarring terangkat dan ditaruh ke bak plastic dengan

menggunakan seron..

2.5. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapangan

Jadwal rencana kegiatan seluruh proses praktek kerja lapangan, maka

disusun jadwal sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 : Jadwal Kegiatan Praktek Kerja lapangan.

Pelaksanan Minggu ke.....


No Jenis Kegiatan
I II III IV V
1.
Persiapan xxx
2.
Pelaksanaan xxx xxx
3. Xx
Pengumpulan Dan menganalisa data
x
4.
Pelaporan xxx
9

3. HASIL PRAKTEK KERJA LAPANGAN DENGAN ALAT


TANGKAP BAGAN TANCAP (Lift Net).

3.1. Hasil Praktek Kerja Lapangan

3.1.1. Keadaan Umum Lokasi Praktek Kerja Lapangan


Lokasi Praktek Kerja Lapangan dengan Alat Tangkap Bagan

Tancap (Lift Net) yang terletak di Desa Panda yang merupakan salah

satu desa pantai wilayah pemerintah Kecamatan Pali Belo Kabupaten

Bima. Desa Panda terletak pada posisi titik koordinat 08o30’ samapai

08o33’ LS dan 118 o42’ samapai 118 o43’ BT dengan batas – batas Desa

secara geografis adalaha sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kelurahan Darah

- Sebelah Selatan : Desa Belo

- Sebelah Timur : Kelurahan Nitu

- Sebelah Barat : Teluk Bima

Posisi wilayah Desa Panda secara umumnya berada di

daratan rendah pada ketinggian sekitar 5 (lima) meter dari permukaan

laut. Aksebilitas ini dari dan kepusat – pusat pemerintah cukup mudah

diperoleh melalui transportasi darat (kendaraan umum roda 2 maupun

roda 4). Jarak pusat Desa dengan pusat pemerintahan Kecamatan (Pali

belo) sekitar 10 Km dengan waktu tempuh kurang lebih 15 menit,

sedangkan kepusat pemerintah Kabupaten (Bima) sekitar 20 Km dan


10

pusat pemerintah Provinsi (Mataram) sekitar 861 Km dengan waktu

tempuh kurang lebih 14 jam.

Wilayah administasi pemerintah Desa Panda meliputi 5(lima)

Dusun yang terdiri dari 19 RT. 5(lima) Dusun tersebut adalah Dusun Oi

Niu, Dusun Panda I, Dusun Panda II, Dusun Sori Genda dan Dusun

Kalaki.

3.1.2. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa Panda mencapai 684,24 Ha dengan

rincian menurut tata guna lahan sebagaimana disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Luas Wilayah Desa Panda Kecamatan Pali belo Kabupaten


Bima.

No. Peruntukan Penggunaan Luas Lahan Prresntase


Lahan (Ha) (%)
1. Sawah 1 0,15
2. Tegalan 324,00 48,6
3. Kebun Rakyat 225,00 33,75
4. Pekarangan 91,00 13,65
5. Empang 5 0,75
6. Lapangan 0,75 0.12
7. Kuburan 1,50 0,23
8. Padang Pengembalaan 2 0,30
9. Hutan Negara - -
10. Hutan Desa - -
11. Kebun Dinas 17 2,45
12. Tambak Bandeng 2 0,30
Jumlah 684,25 100,00
Sumber : Kantor Desa Panda.
11

Berdasarkan data pada tabel diatas, dapat diketahui bahwa

tata guna lahan di Desa Panda yang di peruntukan pada sektor perikanan

yaitu jenis penggunaan lahan untuk Tambak Bandeng sebesar 0,30%

dari total luas wilayah Desa Panda.

3.1.3. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Panda pada tahun 2009 tercatat

sebanyak 3.055 jiwa dari 611 kepala keluarga (KK) dengan rata-rata

anggota keluarga sebanyak 5 (lima) jiwa per rumah tangga (RT).

Berdasarkan jenis kelamin Desa Panda terdiri dari 1.546 orang laki- laki

dan 1.509 orang perempuan. Dari sejumlah penduduk tersebut tercatat

sebanyak 645 orang (67%) merupakan angkatan kerja dalam usia masih

produktif (usia 17 – 55 tahun). Pengolongan jumlah angkatan kerja

tersebut berdasarkan mata pencaharian penduduk dapat dilihat pada

tabel 2.
12

Tabel 3. Pengolongan Jumlah Anggota Kerja Berdasarkan Mata


Pencaharian Penduduk Desa Panda Kecamatan Pali belo
Kabupaten Bima.
.
Jumlah Prosentase
No. Mata Pencaharian
(orang) (%)
1. Petani Penggarap 78 13,026
2. Buruh Tani 100 16,7
3. Nelayan 150 25,05
4. Peternakan 75 12,525
5. Perdagangan
6. Kerajinan Tangan 42 7,014
7. Industri 10 1,67
8. Bidan 3 0,501
9. Mankes 1 0.167
10. Guru 2 0,334
11. Peg/Abri/Polisi 41 6,847
93 15,531
Jumlah 596 100,00
Sumber : Kantor Desa Panda 2009.

Berdasarkan data pada tabel 3 diatas, diketahui bahwa

penduduk Desa Panda yang bermata pencaharian sebagai nelayan

merupakan yang cukup maksimal yaitu sebanyak 150 orang (25,05%

total angkatan usia produktif) dari jumlah penduduk Desa Panda.

3.1.4. Keadaan Iklim.

Sebagaimana keadaan iklim di pulau Sumbawa pada

umumnya, iklim di Desa Panda Kecamatan Pali belo Kabupaten Bima

termasuk beriklim tropis, dimana musim hujan berlangsung antara bulan


13

November sampai bulan Maret sedangkan musim kemarau terjadi pada

bulan April sampai Oktober. Keadaan iklim di Desa Panda dicirikan

oleh periode musim hujan yang pendek dan musim kemarau yang

panjang yaitu lebih dari 6 (enam) bulan.

Demikian untuk usaha pertanian sebagian besar masih

menggantungkan diri pada curah hujan dan petani kebanyakan bertani di

daerah pegunungan. Oleh karena itu, maka sebagian besar penduduk

bermata pencaharian sebagai nelayan penangkap ikan di laut.

Pada bulan-bulan pergantian musim barat dan musim timur

tersebut dinamakan musim peralihan, yaitu musim peralihan pertama

yang berlangsung dari bulan April sampai dengan Mei dan musim

peralihan kedua dari bulan September sampai dengan November.

3.2. Keadaan Umum Perikanan

3.2.1. Potensi Sumberdaya Perikanan

Sumberdaya perikanan di Desa Panda secara umum meliputi

sumberdaya perikanan air payau (tambak) dan sumberdaya perikanan

laut. Perairan Laut Panda merupakan perairan Tluk, gangguan angin

biasa terjadi sekitar bulan Juni sampai dengan bulan September dimana

angin bertiup dari arah tenggara, sedangkan angin barat daya terjadi

sekitar bulan Oktober samapai dengan Desember yang terjadi setiap

tahun.
14

Perairan Tluk Bima yang merupakan daerah penangkapan

nelayan Panda,walaupun ada sebagian kecil yg melakukan penangkapan

di luar daripada teluk Bima tersebut antara lain selat Sape, Laut Flores.

Akan tetapi karna masyarakat/para nelayanak tidak memiliki kapal

penangkapan yang relatif banyak dan ukuran kapalnya yang cukup kecil

dengan ukuran muat 1-2 ton maka mereka memilih untuk melakukan

penangkapan di daerah teluk Bima saja hal ini di karenakan arus

gelombang di daerah teluk Bima yang cukup tenang.

3.2.2. Jumlah Alat Tangkap

Alat tangkap yang terdapat di Desa Panda seluruhnya

berjumlah 54 unit alat tangkap dengan rincian menurut jenis/nama alat

tangkap tersebut dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Alat Tangkap Menurut Jenis/Nama Alat Tangkap


Yang Terdapat Di Desa Panda.

No. Jenis/Nama Alat Jumlah Prosentase


Tangkap (unit) (%)

1. Pukat pantai 11 20,46


2.
Pancing Ladung 13 24,18
3.
Bubu Kepiting 12 22,32
4.
5. Bagan Tancap 18 33,14

Jumlah
54 100,00
Sumber : Kantor Desa Panda.
15

Dari data diatas jenis alat tangkap yang mendominasi atau

yang paling dominan yang terdapat di Desa Panda adalah jenis alat

tangkap Bagan Tancap sebanyak 18 unit (33,48%) kemudian diikuti

jenis alat tangkap Pancing ladung sebanyak 13 unit (24,18%) sedangkan

jenis alat tangkap yang paling sedikit adalah dari jenis alat tangkap

pukat pantai sebanyak 11 unit (20,46%).

3.2.3. Diskriptif Unit Alat Penangkapan Bagan Tancap (Lift Net)

3.2.3.1. Alat Tangkap Bagan Tancap(Lift Net)

Pengertian bagan adalah jarring yang biasanya berbentuk 4(epat)

persegi panjang yang terbntang di dalam air secara horizontal

dengan menggunakan batang bambu atau kayu sebagai rangka dan

dapat di operasikan di daerah pantai (Anonimous, 1989).

Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa Bagan Tancap (Lift

Net) yang ada di Desa Panda memiliki bagian-bagian yang terdiri

dari: 1) Bambu denagan ukuran panjang 20 meter dengan

kedalaman air mencapai 12-15 meter, palangnya 10x10 m (lebar x

Panjang) jarring dan jumlah keseluruhan bambu yang di gunakan

adalah sebanyak 110 batang (tiangnya sebanyak 40 batang dan

palangnya sebanyak 70 batang) dengan ukuran yang berbeda . 2)

Tali yang di gunakan yaitu nilon dengan ukuran (Besar, Sedang,

Kecil) yaitu: a) Tali ukuran Besar digunakan sebagai tali ris untuk

menarik atau menurunkan jarring dengan cara tali tersebut


16

digulungkan kebatatang bambu yang dijadikan sebagai penggulung

tali (line hauller) dan di ikatkan ke sudut-sudut jarring pada waktu

setting dan hauling dan juga sebagai tali kolor jaring. b) Tali ukuran

Sedang digunakan untuk mengikat tiang dengan palang Bagan

Tancap. c) Tali ukuran Kecil di gunakan untuk mengikat jarring

dengan bambu dengan cara tali kolor jarring di ikatkan bersama

dengan bambu dengan bentuk persegi empat sesuai dengan ukuran

lebar x panjangnya jarring (9,5 x 9,5m) . 3) Pemberat sebanyak

2(dua) buah dengan berat masing-masing 10kg dan di letakan disisi

kanan dan kiri jarring pada saat penurunan jarring (setting),

tujuangnya agar mepercepat daya tenggelam jarring kedalam

permukaan .

3.2.3.2. Tujuan/Sasaran Penangkapan Dengan Bagan Tancap

Agustinus A dan Barus (1995) menyatakan bahwa, sasaran

penangkapan ikan yang pertama dengan alat tangkap bagan tancap

adalah jenis ikan tembang (Sardinella fembriacata), teri

(Stelophorus sp), cumi-cumi (Loligo sp), layur (Trichiurus sp),

kembung (Rastreliger sp) dan selar (Selaroides leptolepis).

Sedangkan hasil sampingannya antara lain jenis ikan kakap

(Lutjanus sp), kerapu (Ephinephellus sp) dan mayung (Arius sp)

(Suhardja, 1996).
17

Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa kebanyakan ikan

yang tertangkap dengan Alat tangkap Bagan tancap adalah jenis

ikan yang senang terhadap lampu atau tertarik dengan cahaya dan

mempunyai pengaruh positif (phototaxis \positif). Jenis-jenis ikan

ini adalah jenis ikan pelagis kecil, misalnya : ikan teri teri

(Stelophorus sp), cumi-cumi (Loligo sp), kembung (Rastreliger sp)

dan selar (Selaroides Loptolepis) . Sering kali juga tertangkap oleh

bagan tancap yaitu jenis ikan predator, seperti ikan kerapu

(Epinephelus spp) dan kakap (Latjaus sp), ikan-ikan tersebut tertarik

menuju ke arah bagan tancap karena adanya ikan-ikan kecil yang

menjadi makanannya . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

Lampiran 1 .

3.2.3.3. Daerah Penangkapan (Fishing Ground) Bagan Tancap

Daerah Penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu

perairan yang terdapat banyak ikannya, alat penangkapan dapat

dioperasikan di perairan tersebut dan secara ekonomi dapat

menguntungkan. Ketiga kriteria tersebut merupakan suatu kesatuan

jika salah satunya dapat di penuhi oleh suatu perairan, maka

perairan tersebut tidak dapat disebut sebagai daerah penangkapan

ikan atau fishing ground (Anonymous, 1989).

Secara umum, para nelayan yang berada di wilayah Desa

Panda melakukan operasi penangkapan di perairan teluk bima tidak


18

jauh dari Fishing base ke Fishing ground dengan jarak 400 meter

dan waktu penangkapan tidak lebih dari 1 hari (one day fishing).

Keadaan Oceanografi Daerah penangkapan (fishing ground) berada

diperairan teluk Bima dimana lokasinya cukup terlindung dari

gelombang besar juga angin kencang dan kedalaman air bervariasi

antara 10 sampai 20 meter dengan dasar perairan pasir campur

lumpur dan tititk kordinat sekitar 08o31’ LS dan 118 o41’ BT .

sedangkan jarak dari permukaan pantai sekitar 400 meter pada

waktu air pasang dan waktu yang di tempu dari Fishing base ke

Daerah penangkapan (Fishing ground) sekitar 15 menit.

Pemilihan fishing ground di dasarkan pada pengalaman nelayan

setempat dalam mengoperasikan bagan tancap Dimana di daerah

tersebut banyak terdapat ikan, khusnya jenis-jenis ikan yang bersifat

phototaxis positif.

. Musim penangkapan ikan di Desa Panda diklasifikasikan menjadi 3

(tiga) yaitu :

1. Musim puncak : Bulan September sampai dengan Desember

2. Musim sedang : Bulan Januari sampai dengan Mei

3. Musim paceklik : Bulan Juni sampai dengan Agustus

Selain klasifikasi tersebut diatas, dikenal juga adanya istilah

musim barat dan musim timur. Musim barat berlangsung dari bulan

Desember sampai dengan Maret, musim timur berlangsung dari bulan


19

Juni sampai dengan Agustus. Pada musim barat angin bertiup kencang

sehingga nelayan tidak berani melaut atau melakukan penangkapan.

Pada bulan Desember walaupun tergolong musim barat nelayan tetap

melakukan penangkapan bila meraka melihat keadaan yang

memungkinkan untuk melakukan penangkapan.

Karena pada bulan Desember persediaan ikan di laut cukup banyak.

3.2.3.5. Musim Penangkapan Ikan

Berdasarkan iklim di Desa Panda, dikenal dengan istilah

musim barat timur. Musim barat berlangsung pada bulan Desember

sampai dengan bulan Maret dan musim timur berlangsung dari

bulan Juni sampai dengan bulan Agustus.

Pada bulan-bulan menjelang musim pergantian musim

barat dan musim timur tersebut dinamakan musim peralihan yaitu

musim peralihan pertama yang berlangsung dari bulan Januari

sampai dengan bulan Mei dan musim peralihan kedua mulai bulan

September sampai dengan November. Dengan adanya perbedaan

musim tersebut, menyebabkan adanya perbedaan masa operasi

penangkapan dan perpaduan jenis alat tangkap ikan yang digunakan

oleh nelayan.

3.2.3.6. Metode Operasi Alat Tangkap Bagan Tancap

Metode operasi penangkapan merupakan suatu teknik di

dalam melakukan suatu operasi penangkan ikan disuatu perairan


20

dengan menggunakan alat tangkap tertentu. Pemasangan jaring pada

bagan tancap secara horizontal, membentang pada lapisan tengah

perairan. Hal ini bertujuan agar ikan yang berada di atas jaring, baik

sebagai akibat daya tarik lampu atau terhawa arus, dapat tertangkap

dengan cara tersangkut pada jaring tersebut (SubaniW., 1992).

Adapun cara kerja, berdasarkan pengamatan di lapangan pada

waktu praktek yaitu : Di awali penurunan jarring dengan cara jarring

di lepas(di turukan) dan di ikuti dengan menurunkan pemberat berupa

coran semen sebanyak 2 (dua) buah dengan ukuran masaing-masing

10 kg dan di letakan di sisi kanan dan sisi kiri jarring, tujuan untuk

mebantu daya tenggelam jarring kemudian penggulung jarring (line

hauller) dilepas (di putar) sehingga jarring dapat turun kedala

permukaan air dengan kedalaan 10-15 m. setelah itu lampu petromak

di nyalakan dan di letakan dengan cara menggantungkan di mulut

jarring kira-kira 1,5 m di atas permukaan air. Apa bila Sudah terlihat

banyak ikan yang terkupul maka lampu petroak di naikan dan di

sisakan 1 lampu saja kemudian jarring dapat di angkat dengan

menggunakan penggulung tali (line hauling) dan ikan diambil

dengan menggunakan seron kemudian di letakan di bak plastik yang

telah di sediakan .
21

3.2.3.6. Lampu Sebagai Alat Bantu Penangkapan

Penerangan langsung maupun tidak langsung sangat penting bagi

kehidupan ikan. Sebagian ikan mempunyai organ untuk melihat suatu

benda disuatu tempat selama berenang, misalnya terhadap mangsa,

predator, individu lain sesama spesies maupun terhadap benda tidak

bergerak. Penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan (light

fishing) di Indonesia sudah lama dikenal, sama halnya dengan alat

bantu Rumpon payaos (Rachman Dani A dan Sutjiati 1985) ..

Keadaan cahaya di dalam air tergantung pada kebutuhan

cahaya yang direfleksikan, dipantulkan serta beberapa faktor lainnya

seperti kecerahan air,. kedalaman dan luas permukaan air. Ikan

mampu mengadaptsikan penglihatannya terhadap cahaya yang

berbeda, yaitu dengan retina untuk menerima cahaya yang lemah dan

tidak berwarna (sel bebentuk batang bacillus). Sel kerucut/conus

untuk menerima cahaya yang kuat dan berwarna umumnya pada ikan

yang masih muda saat mencari makanan dipermukaan, (Subani W.,

1983)

Dari hasil pengamatan di lapangan bahwa Bagan tancap (Lift

Net) yang ada di Desa Panda Semuanya menggunakan lampu

petromak sebagai Alat bantu penerang, dan untuk Nelayan ditempat

penulis praktek menggunakan 2 buah lampu petromak sebagai alat

bantu penerang, hal ini di sebapkan karena alat tangkap bagan tancap

tidak menggunakan umpan berupa makanan ikan akan tetapi


22

menggunakan lampu sebagai umpan untuk menarik perhatian ikan

agar ikan dapat menuju alat tangkap dan bermai atau berkumpul

diatas jarring. Lampu petromak tersebut di letakan dengan cara digan

tung di atas permukaan air dengan jarak sekitar 1 meter setelah

jarring diturunkan.

kemudian di letakan dengan cara menggantungkannya di sisi

tengah Bagan tancap maka dalam waktu kurang lebih 10 menit akan

terlihat beberapa jenis ikan yang bermain di sekitar cahaya lampu

tersebut, terutama untuk jenis ikan pelagis kecil. Hal ini di sebapkan

karna ikan mempunyai sifat tertarik terhadap cahaya (sinar), Dan

untuk lebih jelasnya penempatan lampu petromak pada alat tangkap

Bagan Tancap dapat dilihat Pada Lampiran 5.

3.2.3.7. Keadan Penangkapan Pada Waktu Terang Bulan dan Bulan

Gelap.

Dari hasil pengamatan di lapangan, faktor alam sangat

mempengaruhi hasil tankapan pada alat tangkap bagan tancap

terutama pada saat terang bulan dan bulan gelap, Pada saat bulan

gelap hasil penangkapan cukup banyak jika dibandingkan pada saat

terang bulan dimana pada saat bulan gelap jumlah ikan yang

tertangkap sebanyak 613,5 kg, sedangkan pada waktu terang bulan

400 kg. Hal ini disebapkan karena pada saat bulan gelap ikan dapat

melihat sinar lampu petromak yang di nyalakan oleh para nelayan


23

dengan jelas hal ini di tandai dengan banyaknya ikan yang bermaian

di atas permukaan jarring atau di sekitar sinar lampu petromak yeng

telah di nyalakan jika di bandingkan pada saat terang bulan. Dan

untuk lebih jelasnya perbedaan hasil tangkap pada saat terang bulan

dan bulan gelap dapat di lihat pada Lapiran 2.

3.2.3.8. Hasil Penagkapan

Berdasarkan hasil pengamatan Penulis pada saat praktek kerja

lapangaan (PKL). Operasi penangkapan dilakukan pada malam hari

dan penurunan jarring (setting) dan Pengangkatan jarring (hauling) di

lakukan 3-4 kali semalam, akan tetapi itu tergantung dari pada faktor

keberadaan ikan. Dari hasil praktek kerja lapangan yang telah di

lakukan pada alat tangkap bagan tancap di Desa Panda Kecamatan

Palibelo di peroleh ikan hasil tangkapan selama 15 hari (15 kali

operasi) totalnya sebanyak 1.013,5 kg , yang terdiri dari jenis ikan

permukaan antara lain ikan teri (stolephorus spp) , selar (selaroides

lopto lepis), kembung (rastreliger sp), cumi-cumi (loligo sp ) dan

adapun jenis ikan lain seperti ikan kakap (Lutjanus sp), kerapu

(Ephinephellus sp) . Untuk lebih jelasnya hasil tangkap tiap hari dan

rata-rata hasil tangkap dapat dilihat pada lapiran 2.


24

3.2.3.9. Pemasaran Ikan Hasil Tanggkap

Pemasaran hasil tangkap ikan oleh Nelayan di Desa Panda

Kecamatan Palibelo dilakukan dengan dua cara yaitu : Apabila Hasil

tangkapannya banyak maka ikan tersebut akan di pasarkan(jual) ke

pasar Tente dengan cara istri nelayan membawanya sendiri ke pasar

Tente dengan menggunakan bis dan jarak tempuh sekitar 20 menit.

Sedangkan cara yang ke dua yaitu apabila hasil tanggkapan sedikit

maka pemasaran hasil tangkapannya dilakukan di sekita desa panda itu

sendiri dimana istri nelayan menjualnya sendiri atau menyewa anak-

anak untuk menjualkannya di dusun-dusun sekitar desa panda itu saja.

Untuk lesa Panda dapat di lihat Pada Gambar 1.

Gambar 1. Rantai peaaran ikan di Desa Panda Kecamatan Pali belo

Kabupaten Bima.

NELAYA
N

KONSUMEN PEDAGANG

KONSUMEN
25

4. ANALISA USAHA

Analisa usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan

keuangan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan yang telah di

capai selama usaha perikanan itu berlangsung. Dengan analisa usaha ini,

nelayan membuat suatu perhitungan dan menentukan tidak untuk

menperbaiki dan meningkatkan keuntugan dalam usahanya.

Biaya produksi ini bisa di bedakan antara biaya tetap (Fixed Cost) dan

biaya tidak tetap ( Variabel cost). Biaya tetap merupakan biaya yang

penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain Biaya

Penyusutan, Biaya Perawatan dan odal usaha (Investasi). Sedangkan Biaya

Tidak Tetap merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti

Biaya Operasi , Retrebusi, upah tenaga kerja (sawi) dan penjualan.

(Rahardi F. dkk,1996).

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan yang telah dilaksanakan dengan

menggunakan unit Bagan Tancap (Lift Net) yang mana modal usaha

(Investasi) terdiri dari satu unit bagan tancap dan alat tangkap, dengan

jumlah total Rp. 5.040.000.-

Biaya Tetap (Fixed Cost) terdiri dari biaya perawatan Bagan Tancap dan

Alat tangkap yaitu sebesar Rp. 1.200.000. Sedangkan Biaya Tidak Tetap
26

(Variabel Cost) terdiri dari biaya operasi selama 1 tahun atau 180 trip, 1

bulan = 15 trip (60.000 x 180 trip) Rp. 10.800.000.

Adapun anlisa usaha yang di gunakan dalam Praktek Kerja Lapangan ini

antara lain :

1. Break Event Point (BEP), merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan

produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan

pendapatan . Dengan demikian , pada saat itu nelayan mengalami impas,

tidak untung dan tidak rugi. Dari hasil perhitungan BEP dengan nilai Rp.

6.666.666,- dala kapasitasnya mencapai 291,9 Ton, bahwa dengan

pendapatan hasil bersih selama satu tahun Rp. 48.813.000. nelayan tidak

engalai kerugian. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Lampiran 4.

2. Benefit Cost Ratio (B/C), perhitungan ini lebih di tekankan pada

kriteris- kriterial investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha

untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan

usah perikanan. Dengan B/C ini dapat dilihat kelayakan suatu usaha. Bilai

nilai 1, berarti usaha tersebut belu mendapat keuntugan . Semakin kecil

nilai ration ini, semakin besar nelayan menderita kerugian. Berdasarkan

data analisa Benefit Cost Ratio (B/C) mencapai nilai 5,07 > 1 . Berarti

usaha unit Bagan Tancap (Lift Net) layak di usahakan.

3. Rentabilitas Ekonomi adalah perbandingan antara pendapatan dengan

modal usaha (Investasi) yang di hitung dengan prosentase yang mana

perhitungannya apabila nilai lebih besar dari 18 % , maka usaha tersebut


27

layak untuk di usahakan. Dari hasil hitungan rentabilitasnya dengan

menggunakan unit Bagan Tancap (Lift Net) mencapai nilai 96% > 18%.

4. Masa Pengembalian Modal (Play Back Period), adalah

perhitungan untuk mengetahui sejauh mana dalam jangka berapa tahun

masa pengembalian modal yang kita gunakan ( baik dari Bank maupun

modal sendiri). Dari hasil perhitungan masa pengebalian modal untuk unit

Bagan Tancap (Lift Net) dapat di kembalikan dalam jangka waktu 10 bulan.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Lapiran 3.


28

5. KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Dari hasil Praktek Kerja Lapangan tentang Keragaan Unit Usaha

Penangkapan Ikan Dengan Alat Tangkap Bagan Tancap (Lift Net) Di Desa Panda

Kecamatan Pali belo Kabupaten Bima dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Konstruksi dari alat tangkap Bagan Tancap (Lift Net) diman panjang tiang

bagan 20 meter palang 10 x 10 meter, semuanya menggunakan bamboo.

bambu yang di gunakan sebanyak 110 batang (tiangnya 40 batang dan

palangnya 70 batang). Jarig yang di gunakan berbentu 4 persegu dengan

ukuran 9,5 x 9,5 meter (lebar kali panjang) dan ukuran mata jarring 50 x 50

mili. Tali yang di gunakan terdiri dari tali ris dengan panjang 100 meter meter ,

tali kolor jaring 40 meter . pemberat sebanyak 2 buah dengan berat masing-

masing 10 kg.

2. Operasi penangkapan dilakukan pada malam hari menggunakan lampu

petromak sebagai sumber penerang. penurunan jarring (setting) dan

Pengangkatan jarring (hauling) di lakukan 3-4 kali semalam, akan tetapi itu

tergantung dari pada faktor keberadaan ikan. Dari hasil praktek kerja lapangan

yang telah di lakukan pada alat tangkap bagan tancap di Desa Panda di peroleh

ikan hasil tangkapan selama 15 hari (15 kali operasi) totalnya sebanyak

1.013,5 kg , yang terdiri dari jenis ikan permukaan antara lain ikan teri (stolep
29

horus spp) , selar (selaroides lopto lepis), kembung (rastreliger sp), cumi-

cumi (loligo sp ) dan adapun jenis ikan lain seperti ikan kakap (Lutjanus sp),

kerapu (Ephinephellus sp) .

3. Keadaan hasil tangkap pada saat Bulan Gelap dengan Terang Bulan sangat

berbeda dimana hasil tangkap pada Bulan Gelap sebesar 613,5 kg, sedankan

pada Terang Bulan 400 kg.

4. Berdasarkan perhitungan analisa usaha, bahwa usaha penangkapan ikan unit

Bagan Tancap (Lift Net) nelayan endapat penghasilan keuntungan bersih

selama 1 tahun sebesar Rp. 48.813.000,- dari hasil kotor sebesar Rp.

60.813.000,- serta Retabilitas Ekonominya mencapai 96% > 18%, masa

pengebalian modalnya dalam jangka waktu 10 bulan , Break Event Point (BEP)

Rp. 6.666.666,- (291,9 Ton) dan Benefit Cost Ratio (B/C) nilainya 5,07 >1

1.2. Saran

Diharapkan kepada instansi terkait untuk lebih meningkatkan

pembinaan dan penyuluhan agar sumber daya perairan bisa di kembangkan

dan dibina baik dalam usaha penangkapan atau usaha peningkatan produksi

hasil tangkapan baik dari alat tangkap yang digunakan maupun fasilitas

seperti menggunakan lampu yang di celupkan kedala air, agak sinar yang di

pancarkan besa terlihat jelas oleh ikan. Hal ini di sebapkan karna pendapatan

nelayan yang minim disebapkan karena kurangnya pendapatan apa bila pada

waktu terang bulan.


30

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 1989. Laporan Tahunan Perikanan. Dinas Perikanan Propinsi


NusaTenggara Barat. Mataram.

---------------, 1990. Repelita V Sub Sektor Perikanan. Dinas Perikanan Provinsi Nusa
Tenggara Barat. Mataram.

---------------,1991. Potensi dan Pengembangan Komoditas Unggulan Sektor


Perikanan Nusa Tenggara Barat. Dinas Perikanan Tingkat I Propinsi Nusa
Tenggara Barat.

---------------,1998. Buku Tahunan Statistik Perikanan. Dinas Perikanan Tingkat I


Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Dahuri R, 2003. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan


Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Damanhuri., 1984. Diktat Fishing Ground Bagian Penangkapan Ikan. Fakultas


Perikanan dan Peternakan Universitas Sriwijaya Malang.

Fuad Cholik., 1991. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian.

Irham S. R., 1982. Pengaruh Kombinasi Salinitas dan Substrat Terhadap Pertumbuhan
dan Toleransi Terhadap Salinitas dari Udang Api – Api Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor. Bogor

Natsir., 1983. Metode Penelitian Cetakan 3. Ghalia Indonesia. Jakarta

Damanhuri., 1980. Diktat Fishing Groud. Bagian Teknik Penangkapan Ikan. Fakultas
Peternakan dan Perikanan. Universitas Brawijaya. Malang.

Subani W., 1983. Penggunaan Lampu Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan. Balai
Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

You might also like