Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
Apabila kita simak bersama, bahwa dalam pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas
mentransfer ilmu saja, namun lebih jauh dan pengertian itu yang lebih utama adalah dapat
mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, lebih
sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Memang idealnya demikian. Namun apa yang terjadi di era sekarang? Banyak kita
jumpai perilaku para anak didik kita yang kurang sopan, bahkan lebih ironis lagi sudah tidak
mau menghormati kepada orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak kalangan yang
mengatakan bahwa "watak" dengan "watuk" (batuk) sangat tipis perbedaannya. Apabila
"watak" bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena faktor bawaan yang sulit
untuk diubah, namun apabila "watak" = batuk, mudah disembuhkan dengan minum obat
batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas adanya perkembangan
atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang mengglobal, bahkan sudah
tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke seluruh sendi kehidupan
manusia.
Banyak kalangan memberikan makna tentang pendidikan sangat beragam, bahkan sesuai
dengan pandangannya masing-masing. Azyumardi Azra dalam buku "Paradigma Baru
Pendidikan Nasional Rekonstruksi dan Demokratisasi", memberikan pengertian tentang
"pendidikan" adalah merupakan suatu proses di mana suatu bangsa mempersiapkan generasi
mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan
efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar pengajaran, artinya, bahwa
pendidikan adalah suatu proses dimana suatu bangsa atau negara membina dan
mengembangkan kesadaran diri diantara individu-individu (www.tnial.mil.id).
Dengan wacana di atas kita harus sadar, bahwa salah satu yang utama adalah
pembentukan karakter dan watak atau kepribadian karena hal ini sangat penting, bahkan
sangat mendesak dan mutlak adanya (tidak bisa ditawar-tawar lagi). Hal ini cukup beralasan.
Mengapa mutlak diperlukan? Karena adanya krisis yang terus berkelanjutan melanda bangsa
dan negara kita sampai saat ini belum ada solusi secara jelas dan tegas, lebih banyak berupa
BAB I Pendahuluan
Ruang lingkup pada Bab I ini, penulis menggambarkan tiga point penting yang
dimulai dengan latar belakang Filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi
Umum, kemudian visi dan misi kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian, dan
kompetensi dasar mata kuliah PKn.
a. Latar belakang filsafat pendidikan kewarganegaraan di perguruan tinggi umum
Perubahan yang terjadi di dunia dewasa ini tersa begitu cepat, sehingga berakibat
pada tatanan yang telah ada di dunia ini berubah, sedangkan disisi lain tatanan yang
baru masih belum terbentuk. Hal ini berakibat pada sendi-sendi kehidupan yang
selama ini diyakini kebenarannya menjadi usang. Nilai-nilai yang selama ini menjadi
panutan hidup telah kehilangan otoritasnya, sehingga manusia menjadi bingung.
Kebingungan itu menimbulkan berbagai krisis, terutama ketika tejadi krisis moneter
yang dampaknya terasa sekalidibidang politik sekaligus juga mempengaruhi bidang
moraldan sikap prilaku manusia di berbagai belahan dunia, khususnya negara
berkembang termasuk Indonesia. Guna mengantisipasi kondisi tersebut diatas,
pemerintah perlu membuat tindakan yang signifikan agar tidak menuju suatu kondisi
yang lebih memperhatinkan. Salah satu tindakan yang dapat dilakukan pemerintah
dalam menjaga nilai-nilai panutan hidup dalam bangsa dan bernegara secara lebih
efektif yaitu melalui bidang pendidikan. Adapun upaya dibidang pendidikan
khususnya dibidang pendidikan tinggi yaitu mengadakan perubahan-perubahan di
bidang kurikulum yang diharapkan mampu menjawab problem transformasi nilai-
nilai tersebut.
Dari kutipan pengertian tersebut tanpak bahwa kata demokrasi merujuk kepada
konsep kehidupan kenegaraan atau masyarakat diaman warga negara dewasa turu
berpartisipasi dalam pemerintahan melalui wakilnya yang dipilih; pemerintahannya
mendorong dan menjamin kemerdekaan berbicara, beragama, berpendapat,
berserikat, menegakkan Rule of Law, adanya pemerintahan mayoritas yang
menhormati hak-hak kelompok minoritas; dan masyarakat yang warga negaranya
saling memberi peluang yang sama.
Istilah demokrasi, pertama kali dipakai di Yunani kuno, khususnya di Kota
Athena, untuk menunjukkan sistem pemerintahan yang berlaku disana.
Secara umum demokrasi itu ada dua yaitu demokrasi langsung dan demokrasi
tidak langsung. Demokrasi langsung adalah demokrasi yang secara langsung rakyat
diikut sertakan dalam proses pengambilan keputusan untuk menjalankan kebijakan
pemerintah. Sedangkan demokrasi tidak langsung adalah demokrasi yang dijalankan
melalui wakil rakyat yang dipilihnya melalui pemilu.
Menurut Henry B.Mayor merincikan nilai-nilai demokrasi sebagai berikut:
1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai secara melembaga
2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dan dalam suatu
masyarakat yang sedang berubah.
3) Menyelenggarakan pergantian pemimpin secara teratur
4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum
5) Mengakui dan menganggap wajar adanya keanekaragaman
6) Menjamin tegaknya keadilan.
Sumber Bacaan
Nurokhim Bambang. (2008). Membangun Karakter dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan
Mutlak Diperlukan. (Online) http://www.tnial.mil.id. Diakses pada tanggal 06
Desember 2010.