You are on page 1of 15

Kajian perbedaan Yayasan, Koperasi dan Perseroan

Terbatas
1. YAYASAN

a. Dasar Hukum

Yayasan diatur dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun


2001 dan dalam perkembangannya Undang-Undang ini dirubah
kembali dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang
Yayasan.

b. Mekanisme Pendirian

1) Yayasan dapat didirikan oleh oleh subyek hukum yaitu


orang dalam hal mewakili dirinya atau berdasarkan surat
kuasa baik secara bersama-sama atau sendiri.

2) Pendirian yayasan harus dibuat secara notariil dalam artian


notaris yang membuat akta pendiriannya.

3) Suatu yayasan dinyatakan sebagai badan hukum setelah


memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan HAM

4) Kewenangan untuk pengesahan dari Menteri Hukum dan


HAM dilaksanakan oleh Kepala Kanwil Departemen Hukum
dan HAM dimana tempat kedudukan yayasan tersebut.

5) Sebelum disahkan Kepala Kanwil Departemen Hukum dan


HAM dapat meminta pertimbangan dari intansi lainnya.

6) Selama yayasan belum memperoleh pengesahan dari


Menteri Hukum dan HAM maka perbuatan hukum yang
dilakukan oleh pengurus atas nama Yayasan menjadi
tanggung jawab pengurus secara tanggung renteng.

7) Akta Yayasan bisa dirubah kecuali maksud dan tujuan


Yayasan serta setiap perubahan harus diberitahukan
kepada Menteri Hukum dan HAM kecuali perubahan nama
dan kegiatan yayasan harus mendapatkan Persetujuan
Menteri Hukum dan HAM.

c. Organ Yayasan
1) Organ yayasan terdiri atas 3 (tiga) yaitu Pembina,
Pengurus dan Pengawas.

2) Pembina

• Pembina merupakan organ yayasan yang tidak


mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan
kepada pengurus atau pengawas oleh Undang-
Undang ini atau anggaran dasar

• Pembina mempunyai wewenang untuk

a) Memutuskan untuk merubah anggaran dasar

b) Pengangkat dan memberhentikan anggota


pengurus dan anggota pengawas

c) Menetapkan kebijakan umum yayasan


berdasarkan anggaran dasar yayasan

d) Mengesahkan program kerja dan rancangan


anggaran tahunan yayasan dan menetapkan
keputusan mengenai penggabungan atau
pembubaran yayasan.

• Pembina tidak diperbolehkan memperoleh gaji, upah


maupun honorium atau bentuk lain yang dapat
dipersamakan dengan uang.

• Pembina tidak diperbolehkan untuk merangkap


sebagai anggota pengurus ataupun anggota
pengawas

• Dalam 1 (satu) tahun pembina harus mengadakan


rapat pembina minimal 1 (satu) kali.

• Selain rapat pembina, pembina juga harus


mengadakan rapat tahunan untuk melakukan
evaluasi kekayaan, hak dan kewajiban yayasan guna
mengetahui perkembangan yayasan untuk tahun
yang akan datang.

3) Pengurus
• Pengurus merupakan organ yayasan yang
melaksanakan kepengurusan yayasan, dimana
pengurus tidak boleh merangkap sebagai pembina
atau pengawas.

• Masa jabatan pengurus adalah 5 (lima) tahun dan


dapat diangkat kembali oleh Pembina.

• Susunan pengurus minimum sebanyak 3 (tiga) orang


yaitu Ketua, Sekretaris dan bendahara.

• Pengurus dapat diberhentikan ditengah jalan masa


pengurusannya apabila selama menjalankan
tugasnya merugikan yayasan.

• Apabila yayasan dipailitkan dikarenakan kesalahan


dan atau kelalaian pengurus dan harta dari yayasan
tersebut tidak mencukupi maka setiap anggota
pengurus secara tanggung renteng
bertanggungjawab atas kerugian tersebut kecuali,
anggota pengurus tersebut dapat membuktikan
bahwa kerugian tersebut bukan disebabkan
kesalahannya.

4) Pengawas

• Pengawas adalah organ yayasan yang bertugas


melakukan pengawasan serta memberi nasihat
kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan
Yayasan.

• Anggota pengurus dapat diberhentikan oleh


pengawas.

• Jangka waktu menjabat untuk pengawas adalah 5


(lima) tahun dan dapat diangkat kembali.
• Pengawas yayasan dapat diberhentikan sebelum
masa jabatannya berakhir oleh keputusan rapat
pembina.

• Setiap penggantian pengawas baik sebelum atau


sesuai dengan masa jabatannya wajib
memberitahukan kepada Menteri

• Apabila yayasan tersebut pailit karena kesalahan


atau kelalaian pengawas dalam melakukan tugas
pengawasan dan kekayaan yayasan tidak mencukup
untuk menutup kerugian akibat kepailitan tersebut
maka setiap anggota pengawas secara
tanggungjawab atas kerugian tersebut kecuali
anggota pengawas tersebut dapat membuktikan
bahwa kepailitan tersebut bukan akibat
kesalahannya.

5) Organ Yayasan dilarang merangkap jabatan sebagai


Direksi, Dewan Komisaris atau Pengurus suatu Badan
Usaha yang dibentuk oleh Yayasan.

d. Laporan Keuangan

• Laporan keuangan Yayasan wajib diaudit oleh


Akuntan Publik

• Hasil audit tersebut wajib ditembuskan kepada


Yayasan dengan tembusan kepada Menteri dan
intransi terkait.

• Laporan keuangan tersebut wajib untuk Yayayan


yang memperoleh bantuan negara, luar negeri atau
dari pihak lainnya minimal sebesar Rp. 500.000.000,-
(Lima ratus juta rupiah) atau lebih dalam 1 (satu)
tahun buku dan mempunyai kekayaan di luar harta
wakaf sebesar Rp. 20.000.000.000,- (Dua Puluh
milyar rupiah).
• Laporan keuangan wajib diumumkan didepan kantor
yayasan dan koran harian berskala regional maupun
nasional.

e. Pemeriksaan Terhadap Yayasan

• Yayasan bisa diperiksa berdasarkan penetapan


pengadilan atas permohonan tertulis pihak ketiga
yang berkepentingan beserta alasannya dan
Kejaksaan dalam hal mewakili kepentingan umum

• Alasan pemeriksaan tersebut antara lain :

a. Melakukan perbuatan melawan hukum atau


bertentangan dengan Anggaran Dasar.

b. Lalai dalam melaksanakan tugasnya.

c. Melakukan perbuatan yang merugikan yayasan


atau pihak ketiga.

d. Melakukan perbuatan yan merugikan negara.

• Dalam putusannya untuk memeriksa yayasan,


pengadilan mengeluarkan penetapan bagi team
pemeriksaan dan mengangkat paling banyak 3 (tiga)
orang ahli sebagai pemeriksa. Team pemeriksa
tersebut tidak bisa berasal dari organ yayasan.

• Team pemeriksa yang telah diputuskan oleh


pengadilan berwenang memeriksa dokumen dan
kekayaan yayasan untuk kepentingan pemeriksa
serta organ yayasan wajib memberikan keterangan
dan dokumen dan kekayaan yayasan yang diminta
oleh team pemeriksa.

• Hasil pemeriksaan wajib diserahkan kepada Ketua


Pengadilan di tempat kedudukan yayasan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari setelah selesainya
pemeriksaan. Team pemeriksa dilarang memberikan
hasil pemeriksaan ke organ yayasan sebelum
diserahkan kepada Ketua Pengadilan.
• Ketua pengadilanlah yang menyerahkan hasil
pemeriksaan kepada Kejaksaan atau pemohon dan
Yayasan yang bersangkutan.

f. Lain-lain

1. Setiap organ Yayasan terbukti menerima gaji,


honorium, atau bentuk lainnya yang dapat dinilai
dengan uang maka dapat dapat dihukum paling lama
5 (lima) tahun kecuali pengurus tersebut bukan
pendiri yayasan, tidak terafiliasi dengan pendiri,
pembina dan pengawas (independent) serta
melaksanakan kepengurusannya yayasan secara
langsung dan penuh serta gaji yang diterima
disesuaikan dengan kemampuan yayasan.

2. Yayasan juga dapat memperoleh fasilitas pinjaman


untuk kelancaran kegiatannya.

3. Yayasan tidak diperboleh mempunyai anggota.

4. Penyertaan Yayayan untuk suatu Badan Usaha untuk


menunjang maksud dan tujuan Yayasan adalah
Maksimal 25 % (dua puluh lima persen) dari total
keseluruhan harta kekakayaan yayasan.

2. KOPERASI

a. Dasar Hukum

Koperasi diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992


Tentang Koperasi, dimana hingga saat ini Undang-undang ini
belum dirubah atau diganti.

b. Mekanisme Pendirian
1. Koperasi dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu : Koperasi
Primer dan Koperasi Sekunder

• Koperasi Primer

Untuk Pendirian koperasi Primer harus dibentuk sekurang-


kurangnya 20 (dua puluh) orang. Dimana persyaratan ini
dimaksudkan untuk menjaga kelayakan usaha dan
kehidupan dari Koperasi tersebut.

• Koperasi Sekunder

Koperasi ini didirikan oleh minimal 3 (tiga) koperasi


Sekunder yang telah berbadan hukum.

2. Untuk memperoleh pengesahan agar Koperasi tersebut


berbadan hukum maka Akta Pendirian tersebut diajukan
kepada Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah oleh
para pendiri atau kuasa pendiri dengan melampirkan, yaitu

• Dua rangkap akta pendirian Koperasi, satu diantaranya


bermaterai cukup;
• Berita acara rapat pembentukan Koperasi, termasuk
pemberian kuasa untuk mengajukan permohonan
pengesahan apabila ada;
• Surat bukti penyetoran modal, sekurang-kurangnya
sebesar simpanan pokok;
• Rencana awal kegiatan usaha Koperasi.

3. Berdasarkan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil


dan Menengah permintaan pengesahaan untuk Koperasi yang
seluruh anggota berdomisili pada suatu Kota atau Kabupaten
yang sama maka permintaan pengesahaannya cukup
dimintakan kepada Kepala/Pemimpin Dinas Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah dimana anggota Koperasi tersebut
berdomisili.

4. Pendirian Koperasi dapat juga didirikan oleh Notaris dan


pengesahaannya dimintakan pada Menteri Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah dalam hal ini diwakili oleh pejabat
yang ditunjuk sebagaimana diatur dalam Peraturan
Pemerintah dan Peraturan Menteri Koperasi sebagaimana
telah dijelaskan pada point diatas.
5. Untuk Koperasi yang belum memperoleh status sebagai
Badan Hukum maka tindakan pendiri untuk Koperasi
mengikat Koperasi selama Koperasi setelah mendapatkan
pengesahan menyetujui tindakan pendirian Koperasi telah
disetujui oleh Rapat Anggota Koperasi untuk menjadi beban
atau keuntungan Koperasi. Apabila tindakan pendiri Koperasi
tersebut tidak disetujui oleh Rapat Anggota Koperasi maka
tindakan pendiri Koperasi tersebut menjadi tanggung renteng
Pendiri Koperasi tersebut.

6. Untuk perubahaannya Anggaran Dasar Koperasi perubahan


bidang usaha, penggabungan dan pembagian Koperasi harus
mendapatkan persetujuan dari Dinas Koperasi dimana
Koperasi tersebut berkedudukan.

c. Organ Koperasi

1. Organ Koperasi terdiri atas Rapat Anggota, Pengurus dan


Pengawas

2. Rapat Anggota

• Rapat anggota merupakan organ tertinggi dalam


Koperasi.

• Tugas dan wewenang Rapat Anggota adalah :

1) Rapat Anggota menetapkan Anggaran Dasar;

2) Kebijakan umum organisasi, manajemen, dan Usaha


Koperasi;

3) Pemilihan, pengangkatan dan pemberhentian


pengurus dan Pengawas;

4) Rencana kerja, rencana anggaran dan pendapatan


Koperasi, serta pengesahan laporan keuangan;

5) Pengesahan laporan pertanggungjawaban pengurus


dalam pelaksanaan tugasnya;

6) Penggabungan, pembubaran, peleburan dan


pembagian koperasi.
• Keputusan Rapat anggota diambil berdasarkan
musyawarah untuk mencapai kata mufakat.

• Rapat anggota diadakan paling sedikit 1 (satu) kali


dalam setahun.

• Rapat anggota dapat melakukan Rapat anggota luar


biasa apabila keadaan mengharuskan adanya keputusan
segera antara lain seperti untuk persetujuan apabila
koperasi untuk melakukan tindakan meminjam di bank.

3. Pengurus

• Pengurus dipilih dan diangkat oleh Rapat Anggota.

• Pengurus merupakan pemegang kuasa Rapat


Anggota.

• Untuk pertama kali, susunan dan nama pengurus


disebutkan dalam Akta Pendirian.

• Masa jabatan pengurus paling lama adalah 5 (lima)


tahun dan dapat diperpanjang kembali untuk 1 (satu) kali
periode.

• Adapun persyaratan untuk menjadi pengurus


ditetapkan oleh Rapat Anggota.

• Pengurus koperasi mempunyai tugas sebagai


berikut:

1) Mengelola Koperasi dan usahanya;


2) Mengajukan rancangan rencana kerja serta
rancangan rencana anggaran pendapatan dan belanja
Koperasi;
3) Menyelenggarakan Rapat Anggota;
4) Mengajukan laporan keuangan dan
pertanggungjawaban pelaksanaan tugas;
5) Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan
inventaris secara tertib;
6) Memelihara daftar buku anggota dan pengurus.

• Sedangkan wewenang dari Pengurus Koperasi adalah


sebagai berikut
1) Mewakili Koperasi di dalam dan di luar pengadilan;
2) Memutuskan penerimaan dan penolakan anggota baru
serta pemberhentian anggota sesuai dengan ketentuan
dalam Anggaran Dasar;
3) Melakukan tindakan dan upaya bagi kepentingan dan
kemanfaatan Koperasi sesuai dengan tanggung
jawabnya dan keputusan Rapat Anggota.

• Pengurus bertanggungjawab terhadap segala


kegiatan pengelolaan Koperasi kepada Rapat Anggota atau
Rapat Anggota Luar Biasa.

• Pengurus dapat juga mengangkat Pengelolah dimana


hubungan antara Pengelolah dengan Pengurus
berdasarkan Perjanjian (outsourcing) dan
bertanggungjawab kepada Pengurus. Sebelum
menganggkat pengelolah pengurus meminta persetujuan
terlebih dahulu kepada Rapat Anggota. Pengelolah
bertugas berdasarkan kuasa dan wewenang yang
diberikan oleh Pengurus.

• Pengurus membuat laporan tahunan dan


ditandangani oleh seluruh pengurus. Laporan tahunan
tersebut dipertanggungjawabkan dalam rapat anggota.

4. Pengawas

• Pengawas dipilih dan bertanggungjawab oleh rapat


anggota.

• Tugas dari pengawas adalah :

1) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan


kebijakan dan pengelolahan koperasi;

2) Membuat laporan tertulis tentang hasil


pengawasannya.

• Pengawas mempunyai wewenang untuk:

1) Meneliti catatan yang ada pada Koperasi;


2) Mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.

• Pengawas berkewajiban untuk merahasiakan hasil


pengawasannya kepada Pihak Ketiga

5. Lain-lainnya

• Sisa Hasil Usaha dibagikan kepada anggota koperasi


setelah dikurangi dana cadangan.

3. PERSEROAN TERBATAS (PT)

a. Dasar Hukum

• Peraturan yang mengatur mengenai Perseroan Terbatas


adalah Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas.

• Hal-hal baru yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan


Terbatas terbaru adalah :

1) Proses pendirian dilaksanakan satu atap oleh


Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia dengan
sistem pendaftaran dan pengumuman yang
diselenggarakan secara langsung.

2) Dilepaskannya kewajiban pendaftaran menurut


Undang-undang nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar
Perusahaan, dalam artian Undang-undang Nomor 3 Tahun
1982 Tentang Wajib Daftar Perusahaan tersebut tetap
berlaku tapi bukan lagi merupakan syarat sebelum dapat
dilakukannya pengumuman perseroan terbatas di Berita
Negara.

3) Undang-Undang Perseroan Terbatas terbaru tersebut


menghubungkan dengan Undang-Undang 8 Tahun 1997
Tentang Dokumen Perusahaan.

4) Pengaturan Modal Dasar yang lebih besar.


5) Lebih ketat aturan mengenai kepemilikan saham
sendiri oleh perseroan dan larangan pengeluaran saham
untuk dimiliki sendiri termasuk didalamnya larangan cross
holding

6) Corporate Social Responsibility

7) Pengaturan tugas, peran dan tanggung jawab Direksi


dan Dewan Komisaris yang lebih berat

8) Serta konsep Business Judgment Rule bagi Direksi


dan Dewan Komisaris.

b. Mekanisme Pendirian

• Perseroan terbatas tersebut merupakan suatu badan


hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
modal dasar yang keseluruhannya dinyatakan dalam bentuk
saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh
Undang-undang serta peraturan pelaksanaannya.

• Adapun mekanisme pendirian Perseroan terbatas tersebut


adalah:

1) Perseroan terbatas minimal didirikan oleh 2 (dua)


subyek hukum baik itu perorangan atau badan hukum
lainnya yang dinyatakan dalam akta notaris. Untuk
memperoleh pengesahan pendiri bersama-sama atau
melalui kuasanya dalam hal ini Notaris yang mebuat Akta
Pendirian mengajukan permohonan melalui jasa teknologi
informasi milik Departemen Hukum dan HAM.

2) Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian


saham pada saat Perseroan didirikan.

3) Perseroan memperoleh status badan hukum pada


tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai
pengesahan badan hukum Perseroan.
• Untuk Perubahan Anggaran Dasar berupa :

1) Nama perseroan dan/atau tempat kedudukan


Perseroan;

2) Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan;

3) Jangka waktu berdirinya perseroan;

4) Besarnya modal dasar;

5) Pengurangan modal ditempatkan dan disetor;


dan/atau;

6) Status perseroan yang tertutup menjadi Perseroan


Terbuka atau sebaliknya.

Harus mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan


HAM sementara diluar dari 6 (enam) yang telah disebut diatas
cukup melakukan pemberitahuan kepada Menteri Hukum dan
HAM. Semua perubahan anggaran dasar harus melalui
mekanisme Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa
dan semua perubahan anggaran dasar haruslah dinyatakan
dalam akta notaris.

Perubahan anggaran dasar yang tidak dimuat dalam akta


berita acara Rapat umum Pemegang Saham yang dibuat
notaris harus dinyatakan dalam akta notaris (Akta pernyataan
keputusan rapat atau akta perubahan anggaran dasar) paling
lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal keputusan
RUPS. Perubahan anggaran dasar tidak boleh dinyatakan
dalam akta notaris setelah lewat batas waktu 30 (tiga puluh)
hari.

• Perubahan anggaran dasar yang wajib disetujui oleh


Menteri Hukum dan Ham (MENKUMHAM), mulai berlaku sejak
tanggal diterbitkannya Keputusan MENKUMHAM mengenai
persetujuan perubahan anggaran dasar. Untuk perubahan
yang anggaran dasar yang cukup diberitahukan kepada
MENKUMHAM, mulai berlaku pada tanggal diterbitkannya
surat penerimaan pemberitahuan perubahan anggaran dasar
oleh MENKUMHAM.
c. SAHAM

• Saham merupakan bukti telah dilakukannya penyetoran


penuh modal yang diambil bagian oleh para pemegang saham
perseroan terbatas. Saham hanya dapat diterbitkan apabila
Perseroan Terbatas telah disetujui Oleh MENKUMHAM sebagai
Badan Hukum dalam artian Akta Pendirian telah disetujui oleh
MENKUMHAM.

• Sebelum keluarnya pengesahan dari MENKUMHAM para


pendirian Perseroan Terbatas wajib melakukan penyetoran
penuh yang mana bukti penyetoran saham tersebut
dilampirkan pada saat penyerahan berkas.

• Setiap lembar saham mempunyai nilai dan keseluruhan


nilai saham tersebut harus sama dengan modal ditempatkan
atau disetor.

• Undang-Undang Perseroan Terbatas terbaru


memungkinkan dikeluarkan lebih dari satu kelas atau
klasifikasi saham, dimana setiap kelas atau klasifikasi saham
tersebut dapat memiliki karakteristik yang berbeda satu
dengan lainnya, dengan ketentuan bahwa dari sekian banyak
kelas atau klasifikasi saham tersebut harus terdapat
sekurangnya satu kelas atau klasifikasi saham yang
merupakan saham biasa.

• Untuk peningkatan modal disetor dan ditempatkan harus


dilakukan dengan Rapat Umum Pemengang Saham Luar Biasa
(RUPSLB) dengan quoru kehadiran biasa dan RUPSLB cukup
diberitahukan kepada MENKUMHAM dan didaftarka pada
daftar perseroan.

• Untuk penerbitan Saham baru untuk penambahan modal


dasar, perseroan terbatas harus menawarkan terlebih dahulu
kepada pemegang saham yang ada dalam perseroan. Inilah
yang dimaksud dengan Pre-emptive rights atau First Right Of
Refusal.

• Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 melarang


perseroan terbatas untuk mengeluarkan saham baik untuk
dimiliki sendiri maupun dimiliki oleh perseroan terbatas lain
yang sahamnya secara langsung atau tidak langsung telah
dimiliki oleh perseroan terbatas tersebut.

d.

You might also like