Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
B. Kurikulum
Kurikulum pendidikan dokter terdiri dari dua tahap, yaitu tahap sarjana
kedokteran dan tahap profesi dokter. Tahap sarjana kedokteran dilakukan dalam 8
semester dengan beban studi minimal 144 SKS dan diakhiri dengan gelar Sarjana
Kedokteran (S.Ked). Tahap profesi dokter dilakukan dalam 4 semester dengan
beban studi 52 SKS di RS Pendidikan dan wahana pendidikan lain, serta diakhiri
dengan gelar Dokter (dr).
Kurikulum pendidikan dokter pada tahap profesi dokter terbagi dalam dua
tahap, yaitu tahap satu berupa rotasi klinik pada 17 Bagian klinik di rumah sakit
pendidikan utama dan jejaring yang dilalui selama 96 minggu (48 SKS).
2
JUMLAH 96 48
3
BAB II
STANDAR KOMPETENSI DOKTER
A. Area Kompetensi:
1. Komunikasi efektif
Mampu menggali dan bertukar informasi secara verbal dan non verbal dengan
pasien pada semua usia, anggota keluarga, masyarakat, kolega dan profesi lain
2. Keterampilan Klinis
Melakukan prosedur klinis sesuai masalah, kebutuhan pasien dan sesuai
kewenangannya
3. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
Mengidentifikasi, menjelaskan dan merancang penyelesaian masalah kesehatan
secara ilmiah menurut ilmu kedokteran kesehatan mutakhir untuk mendapat
hasil yang optimum.
4. Pengelolaan Masalah Kesehatan
Mengelola masalah kesehatan pada individu, keluarga, ataupun masyarakat
secara komprehensif, holistik, berkesinambungan, koordinatif, dan kolaboratif
dalam konteks pelayanan kesehatan tingkat primer
5. Pengelolaan Informasi
Mengakses, mengelola, menilai secara kritis kesahihan dan kemamputerapan
informasi untuk menjelaskan dan menyelesaikan masalah, atau mengambil
keputusan dalam kaitan dengan pelayanan kesehatan di tingkat primer
6. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
Melakukan praktik kedokteran dengan penuh kesadaran atas kemampuan dan
keterbatasannya
Mengatasi masalah emosional, personal, kesehatan, dan kesejahteraan yang
dapat mempengaruhi kemampuan profesinya belajar sepanjang hayat
Merencanakan, menerapkan danmemantau perkembangan profesi secara
berkesinambungan.
7. Etika, Moral, Medikolegal dan Profesionalisme serta Keselamatan Pasien
Berperilaku profesional dalam praktik kedokteran serta mendukung kebijakan
kesehatan
Bermoral dan beretika serta memahami isu-isu etik maupun aspek medikolegal
dalam praktik kedokteran
Menerapkan program keselamatan pasien
4
B. Daftar Masalah (Keluhan/Gejala)
Dalam melaksanakan praktik kedokteran, dokter berangkat dari keluhan atau
masalah pasien atau masalah klien. Melalui penelusuran riwayal penyakit,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan tambahan, serta karakteristik pasien, keluarga dan
lingkungannya, dokter melakukan analisis terhadap masalah kesehatan tersebut
untuk kemudian menentukan tindakan dalam rangka penyelesaian masalah tersebut.
Daftar ini berisikan masalah, keluhan atau gejala yang banyak dijumpai pada
tingkat pelayanan kesehatan primer berdasarkan alasan yang membawa pasien atau
klien mendatangi dokter atau pelayanan kesehatan. Selama pendidikan dokter,
mahasiswa perlu dipaparkan pada berbagai masalah, keluhan atau gejala tersebut,
serta perlu dilatih bagaimana menyelesaikan masalah tersebut. Semakin banyak
terpapar oleh berbagai jenis masalah, keluhan atau gejala yang akan dijumpai di
pelayanan kesehatan primer, lulusan dokter diharapkan memiliki kemampuan
penyelesaian masalah yang lebih baik.
Daftar masalah ini dibagi menjadi dua, yaitu daftar masalah individu dan
daftar masalah komunitas. Daftar masalah individu perlu dikuasai oleh lulusan
dokter, karena merupakan masalah dan keluhan yang paling sering dijumpai pada
tingkat pelayanan kesehatan primer. Daftar masalah individu berisikan keluhan,
gejala maupun hal-hal yang membuat individu sebagai pasien atau klien mendatangi
dokter atau institusi pelayanan kesehatan. Daftar masalah komunitas berisikan
daftar masalah yang dirasakan oleh masyarakat di sekitar tempat dokter praktik dan
berpotensi dapat menimbulkan masalah kesehatan di tingkat individu, keluarga dan
masyarakat.
C. Daftar Penyakit
Daftar penyakit merupakan penyakit-penyakit yang dipilih menurut beban
penyakit yang timbul berdasarkan perkiraan data kesakitan, data kematian serta
case fatality rate di Indonesia pada tingkat pelayanan primer, tingkat keseriusan
problem yang ditimbulkan dan efeknya terhadap individu, keluarga danmasyarakat.
Lulusan Dokter yang akan bekerja di tingkat pelayanan primer harus mempunyai
tingkat kemampuan yang memadai agar mampu merujuk, membuat diagnosis yang
tepat, memberi penanganan awal atau memberi penanganan tuntas. Oleh karena itu,
pada setiap penyakit yang dipilih, ditetapkan tingkat kemampuan yang diharapkan
akan dicapai di akhir pendidikan dokter berdasarkan perkiraan kewenangan yang
akan diberikan ketika bekerja di tingkat pelayanan kesehatan primer, sesuai dengan
kondisi rata-rata di Indonesia.
5
Apabila setelah lulus, dokter akan bekerja di daerah yang terpencil dengan
kondisi pelayanan kesehatan yang minimal atau di daerah khusus sehingga
membutuhkan kemampuan yang lebih, diharapkan pihak yang berwenang dapat
memberikan pembekalan sebelum penempatan dokter.
Daftar penyakit dikelompokkan menurut sistem, organ dan tahapan usia.
Berikut ini tingkat kemampuan yang diharapkan akan dicapai di akhir pendidikan.
6
D. Daftar Keterampilan Klinis
Keterampilan adalah kegiatan mental dan atau fisik yang terorganisasi serta
memiliki bagian-bagian kegiatan yang saling bergantung dari awal hingga akhir.
Dalam melaksanakan praktik dokter, lulusan dokter perlu menguasai keterampilan
klinis yang akan digunakan dalam mendiagnosis maupun menyelesaikan suatu
masalah kesehatan. Keterampilan klinis ini perlu dilatihkan sejak awal pendidikan
dokter secara berkesinambungan hingga akhir pendidikan dokter.
Daftar keterampilan klinis dikelompokkan menurut bagian atau departemen terkait.
BAB III
7
INTERAKSI DOKTER – PASIEN
Secara garis besar, interaksi dokter-pasien dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu: (1)
tahap I, pasien dapat dianggap sebagai ahlinya (patient is the expert), (2) tahap II,
dokter adalah ahlinya (doctor is the expert), dan (3) tahap III, baik dokter maupun
pasien adalah ahlinya (both doctor and patient are the expert).
Komunikasi dokter pasien seyogyanya melalui tiga tahap tersebut. Tahap yang
pertama adalah pasien sebagai "ahli" dalam menceritakan keluhankeluhannya (gejala
yang dirasakan pasien) dengan fasilitasi dari dokter, antara lain dengan pertanyaan-
pertanyaan yang memerlukan jawaban panjang (open questions). Pada tahap pertama ini
dokter yang mampu menjadi pendengar yong baik hanya memerlukan sedikit waktu
untuk memikirkan kembali data p saja yang sebenarnya telah disampaikan oleh pasien
dan data mana yang harus ditanyakan lagi melalui closed questions.
Selanjutnya secara efektif dokter sampai pada tahap kedua yaitu dokter adalah
ahlinya dengan menanyakan secara langsung beberapa pertanyaan yang bersifat medis.
Tentu sebelumnya seorang dokter harus bernegosiasi terlebih dahulu dengan pasien
bahwa ada beberapa data yang harus ditanyakan kembali. Bila selanjutnya dokter
berencana melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, maupun pengobatan,
maka hal itu harus dikomunikasikan dengan dengan pasien. Negosiasi inilah yang
disebut tahap ketiga, yaitu pasien dan dokter duduk dalam level yang sejajar.
1. Memulai Interaksi
a. Pendahuluan/perkenalan
Anda perlu meletakkan pasien pada situasi yang nyaman untuk mendapatkan
informasi. Sapa pasien dan tanyakan namanya. Perkenalkan diri anda kepada pasien
dan jelaskan peran anda.
b. Indentifikasi alasan konsultasi
Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengidentifikasi alasan kedatangan pasien.
Pertanyaan terbuka membantu kita untuk mendapat informasi danmengundang
pasien untuk bercerita. Pertanyaan terbuka bisa dimulai dengan apa, dimana, kapan,
siapa, bagaimana, misalnya "Apa yang bisa saya bantu Ibu/Bapak?"
Mendengarkan dengan penuh perhatian terhadap yang dikatakan pasien, dan
membiarkan mereka untuk menyelesaikan apa yang mereka katakan tanpa
diinterupsi. Konfirmasi pemahaman pasien dan perjelas apabila masih ada masalah
8
lain yang mereka ingin diskusikan, misalnya, "Jadi Ibu datang kemari untuk
mengganti tablet KB ya, apakah masih ada hal lain yang ingin lbu diskusikan hari
ini?" Negosiasikan pemahaman anda dengan pasien.
2. Mengumpulkan Informasi
a. Mengeksplorasi permasalahan pasien
Doronglah pasien untuk bercerita sejak kapan keluhan dirasakan tanpa interupsi.
Gunakan pertanyaan terbuka untuk membiarkan mereka memberi lebih informasi.
Pertanyaan tertutup bisa digunakan ketika pasien sudah menyelesaikan ceritanya
untuk memunculkan beberapa informasi yang spesifik., tetapi dilanjutkan untuk
meninggalkan pertanyaan terbuka sebanyak mungkin, misalnya pertanyaan
"Ceritakan pada saya seperti apa sakit yang dirasakan" akan menghasilkan informasi
yang lebih berguna daripada pertanyaan "Apakah sakitnya terasa sekali?"
Pertanyaan terbuka lebih mendorong pasien untuk berbicara dan bercerita kepada
anda apa yang penting bagi mereka, sedangkan pertanyaan tertutup membatasi
pasien dan mungkin saja hasil komunikasi mengikuti pemahaman dokter daripada
pemahaman pasien.
Mendengar dengan aktif dan penuh perhatian. Proses ini sangat berbeda dengan
kegiatan mendengarkan dalam percakapan sehari-hari. Kita bisa mendorong pasien
untuk melanjutkan pembicaraan dengan menggunakan bahasa tubuh danrespon
verbal, dan juga menangkap isyarat verbal dan nonverbal yang mereka berikan
kepada kita. Perlihatkan kepada pasien bahwa anda mendengarkan dengan
pernyataan klarifikasi (misalnya "maksud Ibu adalah...), mengulang apa yang
mereka katakan (misalnya "jadi sakit ya Bu), dan menyimpulkan secara periodik
apa yang sudah mereka katakan pada anda.
b. Memahami cara pandang (perspektif) pasien
Dampak penyakit dapat berbeda pada setiap orang, danpengetahuan serta
permasalahan pasien membantu kita untuk memahami kondisi penyakit pasien lebih
baik. Tanyakanlah kepada pasien bagaimana permasalahan tersebut berpengaruh
terhadap kehidupannya, dantanyakan tentang masalah yang dihadapi atau
pendapatnya tentang penyakit yang diderita. Coba untuk menemukan apa harapan
pasien dalam berobat untuk mengatasi masalahnya. Dorong pasien untuk bercerita
tentang bagaimana perasaannya.
3. Struktur Komunikasi
9
a. Membuat organisasi yang jelas
Pasien kadang-kadang membuat anda hanyut dalam cerita mereka, oleh karena itu
kita perlu memiliki, kerangka wawancara/interview sehinga komunikasi berjalan
efektif. Simpulkan informasi yang anda temukan di akhir pertanyaan, dan biarkan
pasien untuk mengisi atau memperjelas beberapa kesenjangan informasi.
b. Alur interaksi
Buatlah alur interaksi secara logis yang mempermudah pasien untuk mengikuti dan
memberi anda kerangka kerja yang solid. Perhatikan waktu komunikasi (lamanya).
Pada awalnya mungkin anda memerlukan waktu yang lama untuk menjalin
interaksi, tetapi seiring perkembangan ketrampilan anda, anda akan menjadi lebih
efisien. lni memerlukan latihan ketrampilan sesering mungkin, baik di dalam
laboratorium ketrampilan, bangsal dandalam setiap kesempatan.
b. Menggali informasi
Terimalah pandangan dan perasaan pasien tanpa harus menghakimi. Perlihatkan
rasa empati terhadap situasi mereka, danmengakui perasaan mereka
danberkonsentrasilah. Berlatihlah untuk menjadi sensitif terhadap topik-topik
tertentu yang mungkin pasien sulit untuk mengungkapkannya, misalnya masalah-
masalah yang tabu atau mengganggu.
c. Melibatkan pasien
Komunikasi adalah proses bersama antara anda danpasien. Pastikan bahwa anda
membagi pemikiran dengan pasien, danmenjelaskan secara rasional tujuan
pertanyaan anda yang mungkin dianggap pasien tidak berkaitan dengan masalah
10
mereka. Mintalah persetujuan untuk menanyakan pertanyaan yang sensitif, misalnya
"Saya mau bertanya beberapa pertanyaan tentang penyakit yang diderita ibu anda
sebelum meninggal, apakah Ibu/Bapak tidak berkeberatan?" Selama pemeriksaan
fisik, jelaskan apa yang akan anda lakukan danminta ijin sebelum melakukannya.
5. Menutup Komunikasi
a. Jika anda mempunyai informasi untuk pasien, berikan secara terorganisasi
menggunakan bahasa yang dapat dipahami pasien.
b. Cek bahwa pasien sudah mengerti penjelasan anda.
c. Berilah kesempatan bagi pasien untuk bertanya dandorong mereka untuk berdiskusi.
d. Buatlah kesimpulan dengan singkat.
11
Sebelum menemui pasien, periksalah bersama-sama tenaga pelayanan kesehatan
lain pada situasi klinis dimana saja untuk mengetahui apakah situasinya baik atau tepat
untuk bisa menemui pasien. Pergunakanlah bahasa yang dimengerti pasien dan
dokumentasikan sedemikian rupa sehingga bisa dimengerti sejawat.
12
5. Riwayat medis terdahulu
Suatu penjelasan mengenai penyakit atau masalah yang pernah diderita
pasien sebelum pasien konsultasi dengan anda. Tidak selalu mudah untuk
menentukan kapan masalah yang sekarang berawal dan kapan masalah yang dahulu
berakhir, tetapi pembedaan ini arbitrer dan artificial dilihat dari berbagai sudut.
a. Tanyakanlah dan catat apakah mereka pernah mempunyai penyakit, pernah
diopname atau dioperasi.
b. Penting untuk mendapatkan tanggal pasti peristiwa tersebut dan nama rumah
sakitnya.
c. Khususnya tanyakan tentang diabetes, asma, bronkitis, tuberkulosis, ikterus,
demam rematik, tekanan darah tinggi, serangan jantung / angina, stroke,
epilepsi, masalah anestetik.
d. Program penapisan bilamana diperlukan.
6. Riwayat obat
a Tanyakanlah tablet atau obat apa yang sekarang masih diminum pasien; ingatlah
untuk bertanya mengenai injeksi dan obat-obat bebas.
b. Tanyakanlah mengenai terapi hormon (tablet, tempelan, atau injeksi).
Banyak pasien lupa mengatakan kepada anda kalau mereka sedang
menggunakan pil kontrasepsi atau tempi pengganti hormon.
c. Imunisasi: Tetanus, Hepatitis B, Polio, dan sebagainya.
d. Alergi
e. Tanyakanlah dosis tiap obat dan frekuensi minumnya.
f. Tanyakanlah kenapa minum obat.
g. Catatan informasi ini penting.
Adalah penting menanyakan tentang alergi, khususnya selidiki mengenai
antibiotik, anestetika umum, dan obat-obat lain. Penting untuk mencatat alergi
terhadap apa, tingkat dan tipe reaksi, banyak yang bukan alergi sesungguhnya.
7. Riwayat keluarga
Tanyakanlah tentang usia, kesehatan, dan sebab kematian jika diketahui
untuk orangtua, saudara kandung, pasangan, atau anak-anak. Ditanyakan juga
khususnya mengenai riwayat diabetes, penyakit jantung dan penyakit apapun dalam
keluarga yang memiliki relevansi dengan masalah utama. Mungkin ada gunanya
menyajikan hal ini dalam silsilah.
13
8. Riwayat sosial dan konteks penyakit
Pekerjaan, status perkawinan, pekerjaan pasangan, anak-anak, latar belakang
agama atau etnik, rumah, hewan peliharaan, kapan ke luar negeri terakhir, hobi,
merokok dan alkohol (seberapa sering per minggu). Bilamana relevan tanyakan
mengenai penggunaan obat. Aspek budaya dan struktur keluarga sebaiknya
didokumentasikan bilamana perlu.
Jika relevan tanyakan bagaimana penyakit tersebut mempengaruhi pasien
apa yang mereka tidak bisa lakukan. Bagian ini penting khususnya apabila menggali
riwayat dari pasien lanjut usia anak tangga dalam dan sekitar rumah, siapa yang
memasak dan berbelanja, bantuan lain apa yang ada dari temanteman, teman,
tetangga dan keluarga. Penting untuk menegakkan bagaimana masalah tersebut
mempengaruhi gaya hidup dan hubungan mereka.
9. Pengamatan sistemik
Jika satu atau lebih sistem telah dicakup lengkap dalam riwayat keluhan
sekarang maka anda dapat menulis "lihat riwayat keluhan sekarang" di bawah judul
terkait. Tanyakanlah mengenai area-area berikut dalam setiap sistem jlka responnya
positif lanjutkan dengan hal-hal dalam kurung.
Mencerminkan apa yang telah pasien katakan adalah teknik yang bermanfaat
dalam mengecek pemahaman. Untuk semua gejala medis yang dijelaskan di bawah
adalah vital bag anda untuk menemukan bahasa komunikasi yang lazim dengan
pasien anda. Tidak ada gunanya apabila anda dan pasien tidak bisa saling
memahami. Akan tetapi setelah menegakkan dengan pasien suatu gejala ada atau
tidak, anda harus menuliskannya dengan bahasa komunikasi baku dengan sejawat
anda.
14
− Palpitasi: bila terjadi, durasi
− Edema pergelangan kaki: tingkat, waktu kemunculan
− Klaudikasi intermiten: kapan muncul, lama
− Masalah sirkulasi tepi
b. Sistem Respirasi
− Batuk (frekwensi, durasi, karakter)
− Sputum (warna, banyak, ada tidaknya darah)
− Mengi (konstan/intermiten, dipicu olahraga) Serak
− Nyeri dada
− Dispnea
c. Sistem Gastrointestinal
− Selera
− Pertambahan / penurunan berat badan Nyeri ulu hati / terbakar di dada Mual
− Muntah (frekwensi, ada darah) Disfagia (kesulitan menelan)
− Nyeri (sifat, tempat, penjalaran, awitan, berat, hubungan dengan makan, fator
yang memperberat / meringankan, keadan terkait) Konstipasi nyatakan jelas apa
yang dimaksud pasien Diare: nyatakan apa yang dipahami pasien tentang istilah
ini , keluar darah / mukus (segar, tak segar)
d. Sistem Genitourinari
− Disuria (selama / setelah miksi) dan poliuria (catat frekwensi, hubungan dengan
tetesan di akhir / haus) Nokturia (catat frekwensi)
− Inkontinensia (frekwensi, faktor presipitan, urgensi) Hematuria
− Hesitansi (menetes)
− Diskar vagina (sifat, iritan, ofensif)
− Riwayat haid: hari pertama mens terakhir, pola siklus, jendalan, nyeri, banjir,
pendarahan antarperiode, pendarahan setelah hubungan seksual, menarke,
riwayat kontrasepsi dan menopause. Riwayat obstetrik (jumlah kehamilan,
termasuk keguguran, dalam susunan yang benar; tanggal pasti bilamana
mungkin, atau bulan dantahun, tempat keguguran / melahirkan, lama kehamilan,
perkiraan lama persalinan, cara kelahiran, berat dan jenis kelamin bayi dan
catatan atas apa saja yang khusus tentang ibu dan anak selama kehamilan atau
persalinan.
15
e. Sistem Saraf Pusat
− Nyeri kepala (tempat, karakter, penjalaran, mode awitan, faktor-faktor yang
memperberat / meringankan, kejadian terkait, misal mual, diplopia, dan
sebagainya).
− Penglihatan (hilang, diplopia, kabur, kacamata)
− Rasa dan penghidu
− Pendengaran, tinitus dan vertigo (pemicu)
− Ucapan (disfagia, disartria)
− Kehilangan kesadaran (awitan, lama, kejang, trauma, kontrol sfingter)
− Gerakan involunter / tremor
− Kelemahan dan Parestesia
f. Riwayat Psikiatrik
− Depresi (mood, kehilangan minat, kelelahan, konsentrasi berkurang,
kepercayaan diri, tidur, selera, rasa bersalah / tidak berguna, pandangan masa
depan yang pesimistik, keinginan menyakiti diri sendiri), kecemasan / panik
− Riwayat masalah sekarang
− Riwayat keluarga dan riwayat pribadi (masa kanak-kanak, sekolah, riwayat
pekerjaan, riwayat psikoseksual dan marital, anak-anak, keadaan sosial sekarang
dan stres)
− Riwayat medis terdahulu (fisik dan psikiatrik)
− Riwayat obat (alkohol, tembakau, danzat terlarang)
− Kepribadian sebelum sakit (hubungan sosial, ketertarikan, temperamen, standar-
standar, nilai, agama)
g. Sistem Muskuloskeletal
− Nyeri sendi (sebagaimana sebelumnya untuk nyeri, juga apakah bergerak dari
satu sendi ke sendi lain, kelemahan terkait)
− Kaku sendi (waktu dalam hari, efek olahraga, apakah sendi terkunci)
− Bengkak sendi (satu atau lebih sendi, efek olahraga)
h. Kulit
− Perubahan rambut dan kuku
− Benjolan
16
− Pigmentasi, ruam, gatal
i. Endokrin
− Haus, keringat, dan kesukaan temperatur
− Kehilangan berat badan
− Impotensi
− Kelelahan
− Menstruasi dan benjolan payudara
i. Riwayat Dermatologi
− Kapan masalah tersebut muncul
− Tempat dan penyebaran
− Apakah datang dan pergi
− Apakah ada bintik, apakah mengumpul
− Apakah gatal, pedih, atau terbakar rasanya
− Apakah ada lepuh dan apakah berisi cairan
− Faktor yang memperberat / meringankan
− Efek sinar matahari
− Salep atau krim apa yang sudah dipakai
− Apakah pasien pernah kontak dengan ruam yang serupa
− Apakah ada riwayat terdahulu masalah kulit, asma
Di akhir penggalian riwayat anda harus mulai merumuskan diagnosis atau
mulai menyingkirkan diagnosis lain sebelum melanjutkan pemeriksaan untuk
memastikan atau menyingkirkan hipotesis anda.
17
BAB IV
STANDAR PENAMPILAN DAN TATA TERTIB DOKTER MUDA
DI PENDIDIKAN KLINIK
I. Standar Penampilan
18
16. Sikap terhadap pasien:
− berlaku wajar, sopan dan ramah
− dalam melakukan tugas harus dapat bertindak tegas sesuai dengan
wewenangnya
− tidak diperkenankan mempermainkan pasien.
17. Sikap terhadap pendidik / pembimbing:
- sopan
- harus dapat bekerjasama dengan baik dan saling menghormati.
18. Sikap terhadap dokter muda dan peserta didik lain :
− untuk kelancaran dan ketertiban kerjasama ditetapkan seorang ketua dalam
kelompoknya yang bertugas untuk mengkoordinasikan tugas tugas tertentu,
penyampaian informasi dan lain-lain.
− Saling bantu-membantu dan hormat-menghormati dalam menyelesaikan tugas.
II. Tata Tertib
19
g. Pada hari pertama kepaniteraan dimulai, mahasiswa harus menghadap
Koordinator kepaniteraan bagian yang bersangkutan pagi hari (sebelum jam
kerja), untuk dilakukan presensi dan pengarahan atau orientasi di bagian itu.
h. Selanjutnya mahasiswa menjalani kepaniteraan klinik di bagian tersebut sesuai
dengan peraturan yang berlaku di bagian itu.
i. Mahasiswa yang menjalani stase luar atau ke rumah sakit jejaring harus mentaati
tata cara stase luar, yang diatur oleh FK UMS.
2. Absensi / Presensi
a. Bila tidak masuk, harus ada surat ijin tertulis dengan alasan yang jelas
danditujukan kepada koordinator pembelajaran klinik dengan tembusan kepada
kepala bagian.
b. Bila tidak masuk >20% dari total hari stase, harus mengulang seluruh stase.
c. Bila tidak masuk ≤ 20% dari total hari stase, bila tanpa ijin mengganti 2 kali
hari yang ditinggalkan dan jika dengan surat ijin mengganti sebanyak hari yang
ditinggalkan.
3. Ketentuan cuti:
a. Sebelum cuti harus mengajukan surat permohonan ijin cuti kepada Wakil Dekan
Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan.
b. Setiap dokter muda yang mengambil cuti harus mengulang rotasi klinik sesuai
peraturan dan dilaksanakan setelah semua rotasi selesai.
c. Minggu libur hanya diperkenankan untuk mengulang ujian / memperbaiki
pencapaian kompetensi bukan untuk mengulang rotasi klinik.
4. Pada waktu tugas putaran pembelajaran klinik berakhir atau selesai rotasi di rumah
sakit jaringan, maka dokter muda wajib:
a. Meminta diri kepada koordinator pembelajaran klinik dan kepala bagian
b. Menyelesaikan administrasi yang telah ditentukan
c. Memberikan kesan dan saran yang ditulis dalam buku khusus.
20
6. Menyiapkan 1 stell pakaian kamar operasi (baju, celana, masker dan topi) bila
dipersyaratkan oleh bagian yang bersangkutan.
8. Apabila selama mengikuti rotasi klinik dokter muda melakukan hal-hal dibawah ini:
− terlibat kasus narkoba
− terlibat tindak pidana atau kriminal
− melakukan perusakan pada fasilitas yang tersedia di rumah sakit atau tempat
rotasi klinik
− memalsukan tanda tangan
− terlibat dalam kasus pelecehan seksual
− maka akan menclapatkan sangsi yang ditetapkan oleh Komite Disiplin Fakultas
Kedokteran UMS.
21
BAB V
HAK DAN KEWAJIBAN DOKTER MUDA
Semua kegiatan dokter muda yang langsung atau tidak langsung berhubungan
dengan pasien harus berdasarkan atas pendelegasian kewenangan dan di bawah
bimbingan instruktur klinik dan pembimbing klinik. Jenis kewenangan yang
didelegasikan tergantung pada masing-masing bagian.
Yang dimaksud dengan instruktur klinik adalah:
1. Dokter spesialis
2. Dokter yang diberi kewenangan (misalnya dokter umum, residen)
3. Staf lain bukan dokter yang diberi penugasan khusus dalam mendidik dokter muda
(misalnya fisioterapist, bidan, perawat, radiographer, dll) yang bertanggung jawab
di bagian terkait.
Yang dimaksud dengan pembimbing klinik adalah dokter spesialis di masingmasing
bagian di Rumah Sakit Pendidikan Utama. Tugas utamanya adaiah melakukan review
kegiatan pembelajaran klinik terhadap dokter muda pada periode tertentu .
22
II. Kewajiban Dokter Muda
23
BAB VI
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB PEMBIMBING
1. Pembimbing klinik adalah staf bagian yang telah ditetapkan sebagai Dosen
pembimbing Klinik.
2. Tugas dan wewenang pembimbing klinik adalah:
a. Melakukan pembimbingan pada dokter muda sesuai rotasi berdasarkan catatan
buku kerja harian dan refleksi kasus
b. Memberikan penilaian sikap profesional dokter muda termasuk memberi
peringatan
c. Melaporkan hasil penilaian kepada Koordinator Pendidikan Klinik Bagian.
1. Instruktur Klinik adalah staf bagian yang ditetapkan oleh Bagian sebagai instruktur.
2. Tugas dan wewenang instruktur klinik adalah:
a. Memfasilitasi dokter muda mencapai kompetensi yang ditetapkan
b. Melakukan verifikasi pencapaian kompetensi dokter muda dengan mengisi buku
kerja harian (log book) sesuai tingkat kompetensi yang dicapai
c. Membimbing dokter muda dalam bed side teaching
d. Melakukan bimbingan terhadap case report yang dibuat oleh dokter muda
24
BAB VII
PROSES KEPANITERAAN KLINIS
2. Stase Puskesmas
Stase Puskesmas merupakan stase bagian kecil yaitu Ilmu Kesehatan
Masyarakat (IKM) yang akan dijalani selama 4 minggu.
25
Gambaran umum kegiatan
Kegiatan stase di bagian IKM dilaksanakan selama 4 minggu di
Puskesmas yang ditunjuk. Setiap hari kegiatan dimuiai pukul 07.30 WIB.
Kegiatan stase di kampus dilakukan hanya pada:
1. Hari I kepaniteraan (Senin Mg I)
2. Setiap hari Jumat siang (setelah jam kerja Puskesmas berakhir)
3. Hari Senin siang (Mg II)
Secara garis besar jadwal kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
1. Expert session: hari I kepaniteraan (di kampus; Dosen IKM UMS) dan hari
II dan III (Puskesmas: Ka Pusk/Pembimbing Mahasiswa), termasuk kegiatan
analisis situasi Puskesmas
2. Kegiatan stase : Community Health Experiences setiap hari pukul 07.30-
11.30 WIB
3. Mini C-Ex (Mini Community Experience) : Penyuluhan ke masyarakat
dapat dilaksanakan di Mg II atau Mg III
4. Case Report Session : presentasi hasil analisis kasus komunitas dan
penyelesaiannya dilaksanakan hari Kamis Mg III
5. Ujian akhir: di kampus dengan dosen (Sabtu Mg III)
Pada stase di bagian IKM kegiatan jaga malam diganti dengan kegiatan
di lapangan pada hari Sabtu sore dan Minggu, berupa pengambilan data primer
dan kegiatan intervensi program. Selain itu, mahasiswa dianjurkan untuk
mengikuti kegiatan-kegiatan sore di lapangan yang tidak dapat ditemukan pada
pagi hari misal Kegiatan Posyandu Balita, Posyandu Lansia, dll.
Tujuan
Diharapkan setelah menjalani stase di bagian forensik, mahasiswa dapat
rnenerapkan prinsip pelayanan kedokteran forensik mencakup dasar hukum terkait,
termasuk pembuatan visum et repertum, pemeriksaan barang bukti dan
pertanggungjawabannya dalam proses hukum.
26
Pelaksanaan
1. Hari Sabtu (minggu sebelum mulai kepaniteraan IKF) koasisten mengambil
Surat Pengantar di Bagian Profesi FK UMS untuk mendaftarkan diri ke Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK UNS/RS. Dr. Moewardi.
2. Pada hari Senin (hari pertama kepaniteraan di Bagian IKF FK UNS Dr.
Moewardi) koasisten melengkapi syarat-syarat
3. Koasisten menghadap Kepala Bagian IKF FK UNS untuk mendapatkan
pengarahan.
4. Koasisten mengikuti seluruh kegiatan sesuai jadwal dan ketentuan yang berlaku
di Bagian IKF FK UNS dan Dr. Moewardi 4 minggu.
5. Setelah menyelesaikan seluruh kegiatan dan melengkapi persyaratan, koasisten
akan mendapatkan surat keterangan selesai (surat puas).
6. Pada akhir stase, koasisten mohon diri kepada Kepala Bagian IKF FK untuk
kembali ke FK UMS atau RS Pendidikan Utama
27
BAB VIII
KEGIATAN KEPANITERAAN KLINIK
28
2. Pemeriksaan
a. Pada pemeriksaan fisik, dokter muda mencari informasi atau data tentang
bentuk, ukuran, struktur dan fungsi atau bagian tubuh.
b. Pemakaian indera, terutama penglihatan, perabaan dan pendengaran
merupakan dasar utama pemeriksaan.
c. Cara pemeriksaan dapat dibedakan menjadi 5 macam yaitu:
− Inspeksi
− Perkusi
− Auskultasi
− Palpasi
− Stimulasi (untuk mengetahui kemampuan fungsi bagian tubuh tertentu,
misalnya pemeriksaan reflek, dan tes alergen).
− Keterampilan khusus (pemeriksaan rektal, bimanual (vaginal), dilatasi,
test khusus dan lain-lain)
d. Urutan pemeriksaan fisik yang lege artis adalah:
− Tanda-tanda vital (vital sign), keadaan umum (Berat Badan / Tinggi
Badan), tekanan darah, nadi, respirasi, suhu danstatus gizi,
− Berdasar keluhan / informasi dari anamnesis:
i. Bersifat umum : panas, lemah, sakit seluruh badan, biasanya
pemeriksaan fisik mengarah ke sistem kardiovaskuler, respirasi dan
neuromuskuler.
ii. Bersifat spesifik (lokal), umumnya pemeriksaan langsung menuju
pada organ atau bagian tubuh yang dikeluhkan atau dicurigai
terdapat kelainan.
− Kemudian dilanjutkan ke pemeriksaan sistem-sistem tubuh yang lain
atau organ yang mempengaruhi kelainan tersebut.
− Baru kemudian pemeriksaan sistem yang dapat dipengaruhi oleh
kelainan tersebut.
3. Diagnosis
a. Bahan informasi yang sudah diperoleh baik dari anamnesis
dan pemeriksaan fisik maupun penunjang kemudian diolah dan disusun
sehingga dapat dipakai untuk menentukan kesimpulan penyakit atau
diagnosis kerja.
29
b. Cara mengolah informasi yaitu dengan informasi.
c. Rangkuman ini berisi informasi / data yang mendukung dan
mengarahkan kepada diagnosis kerja.
d. Pada tahap ini kecuali ketrampilan memperoleh informasi
juga pengetahuan ilmu kedokteran sangat penting, oleh karena itu
pendalaman materi dasar ilmu kedokteran sangat penting sebab tahap ini
merupakan tahap yang sangat menentukan bagi seorang dokter dalam
menentukan diagnosis yang nantinya akan sangat menentukan terapi dan
prognosis.
4. Terapi
a. Terapi adalah semua yang berkaitan dengan upaya preventif, kuratif dan
rehabilitatif suatu penyakit.
b. Untuk dapat melaksanakan tindakan terapi dengan baik, seorang dokter
perlu kerja sama dengan orang lain, yaitu penderita sendiri, keluarga
penderita, paramedis, ahli gizi, apoteker dandokter lain, untuk itu
diperlukan:
− Memberikan penjelasan ke pasien atau keluarganya tentang terapi dan
tahapan-tahapannya,
− Merujuk kepada dokter ahli yang lebih berkompeten.
5. Follow up pasien
a. Rencana lanjutan dibuat pada waktu membuat catatan kemajuan.
b. Rencana lanjutan dapat pula sudah direncanakan pada waktu membuat
rencana awal.
c. Dasar yang dipakai untuk menetapkan prognosis dan rencana lanjutan
(follow-up), antara lain:
- Keadaan umum dan tanda vital
- Diagnosis
- Terapi yang sedang dilakukan
- Proses perjalanan akhir penyakit
- Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap keadaan penderita.
6. Tindakan kegawatdaruratan
a. Kegiatan ini bertujuan agar dokter muda dapat mengenal kasus-kasus
kegawat daruratan dandapat melakukan tindakan pertama pada kegawatan
tersebut serta melihat tindakan untuk mengatasinya.
30
b. Kegiatan dilakukan di Instalasi Rawat Darurat atau dimana saja dibutuhkan
tindakan darurat.
B. Bentuk Kegiatan
1. Follow up Pasien
Kegiatan ini dilakukan untuk menilai bagaimana mahasiswa
mempresentasikan problem pasien, melakukan prosedur pemeriksaan, rencana
management, isu pembelajaran serta mekanisme dasar masalah pasien dll.
Pelaksanaan
Follow up dilakukan secara terus menerus setiap hari baik untuk pasien
rawat jalan maupun rawat inap dengan menggunakan lembar follow up yang sudah
disediakan (menggunakan sistem SOAP : Subjective, Objective, Assessment,
Planning) dan mempersiapkan beberapa kasus untuk variasi jenis penyakit seperti
yang tercantum dalam buku study guide, dengan follow up lengkap yang akan
didiskusikan dengan dokter spesialis. Pembimbing klinik atau preceptor diharapkan
menilai kegiatan ini sesuai form yang ada dan kemudian pembimbing menuliskan
komentar (feed back) sesuai hasil penilaian tersebut
Pelaksanaan
Bedside teaching dinilai merupakan kesempatan yang ideal untuk menilai
examination skills mahasiswa, memperbaiki kemampuan problem solving skills
serta performance mahasiswa secara keseluruhan dari aspek skills, knowledge dan
attitude.
Bedside teaching dapat dilaksanakan baik di bangsal, poli, IGD, dll dengan
bimbingan dokter spesialis atau pembimbing klinik atau preceptor dengan
menggunakan form yang ada, di mana dalam satu kelompok mahasiswa diberi tugas
satu atau dua mahasiswa sebagai presenter dan yang lain sebagai audience atau
peserta. Tahapan dalam melaksanakan Bed side teaching :
31
a. One or two students clerk the patient on their own and present the findings to
their group in absence of a preceptor.
b. Group discuss the problem and do self /group study to find out information
related to learning issues.
c. Students meet their preceptor and make formal presentation and go through
learning issues
Kegiatan pembelajaran ini merupakan diskusi tentang kasus pasien yang ada di
buku study guide.
32
e. Kompetensi klinis keseluruhan (overall clinical competence). Menunjukkan
bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan, sintesis, peduli
(caring), efektif, efisien dalam menggunakan sumber yang ada,
menyeimbangkan risiko dan manfaat, menyadari keterbatasan kita.
4. Referat
Tujuan
33
Kegiatan ini merupakan diskusi tentang kasus atau isu-isu ilmiah yang
berkaitan dengan topik pembelajaran dan bertujuan untuk melatih kemampuan
mahasiswa dalam menerapkan evidence based medicine atau EBM dalam
memecahkan masalah-masalah klinis.
Pelaksanaan
Referat dilakukan secara individual dan diharapkan mahasiswa memilih
topik atau judul yang tidak sama satu dengan yang lain dengan lebih menekankan
pada implementasi EBM serta kemampuan appraisal terhadap masalah-masalah
klinik. Kasus yang diambil sebagai referat terutama berasal dari pertanyaan klinik
pada waktu presentasi kasus yang dianggap menarik dan kemudian ditulis kembali
dalam bentuk referat dengan syarat menyertakan EBM baik tentang harm, diagnosa,
terapi maupun prognosis dengan model PICO (Patient, Intervensi, Compare,
Outcome) . Diharapkan mahasiswa tidak sama dalam memilih topik atau judul
referat karena hal ini untuk menilai kemampuan searching informasi ilmiah yang up
to date dan juga kemampuan critical appraisal-nya (analisa kritis).
Referat disajikan koass kepada pembimbing klinik maksimal seminggu
sebelum dilaksanakan ujian stase.
5. Journal
Pembacaan jurnal merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendiskusikan
kasus-kasus yang menarik dan dianggap penting di dalam pembelajaran di setiap
stase dengan mempertimbangkan Evidence Based Medicine (EBM). Diharapkan
mahasiswa mampu meng-up date ilmu kedokteran yang sedang berkembang pesat
dengan mengikuti jurnal-jurnal kedokteran alamiah yang terbaru. Pembacaan jurnal
dilaksanakan koas di bawah bimbingan pembimbing klinik. Kegiatan ini
dilaksanakan satu minggu sebelum ujian stase dilaksanakan.
C. Waktu Kegiatan
Setiap kegiatan memiliki ketentuan waktu sendiri-sendiri.
1. Kegiatan rutin harian
a. Follow up pasien dilakukan tiap hari kerja pada pukul 07.00 - 08.00,
b. Bed side learning bersama instruktur klinik dilakukan tiap hari kerja pada
pukul 08.00 - 09.00,
34
c. Kegiatan pelayanan yang dibimbing langsung oleh pembimbing klinik
dilakukan tiap hari kerja pada pukul 09.00 - 12.00,
d. Jaga bangsal yang dimulai pukul 13.00 - 07.00,
e. Proses belajar lainnya mengambil waktu pada jam kerja berdasarkan
kesepakatan dengan pembimbing klinik.
2. Kegiatan individu
a. Follow up pasien dilakukan tiap hari kerja pada pukul 07.00 - 08.00,
b. Jaga bangsal yang dimulai pukul 13.00 - 07.00,
c. Tugas kewajiban akademik mengambil waktu pada jam kerja berdasarkan
kesepakatan dengan pembimbing / instruktur klinik.
3. Kegiatan kelompok
a. Bed side learning bersama instruktur klinik dilakukan tiap hari kerja pada
pukul 08.00 - 09.00,
b. Tutorial klinik dilakukan setelah selesai kegiatan pelayanan atau waktu yang
sudah disepakati dengan instruktur klinik / pembimbing.
c. Kegiatan pelayanan yang dibimbing langsung oleh pembimbing klinik
dilakukan tiap hari kerja pada pukul 09.00 - 12.00,
d. Tugas kewajiban akademik kelompok mengambil waktu berdasarkan
kesepakatan dengan pembimbing / instruktur klinik.
D. Tempat Kegiatan
Tempat kegiatan untuk proses pembelajaran / pengayaan ilmu pembelajaran
klinik dapat dilakukan di:
1. Bangsal,
2. Poliklinik,
3. Kamar tindakan / Kamar bersalin / Kamar bayi
4. ICU / ICCU / Unit Stroke / Hemodialisa,
5. Kamar operasi, dan
6. Instalasi Gawat Darurat.
E. Pelaksana Kegiatan
Semua kegiatan dokter muda yang langsung maupun tidak langsung
berhubungan dengan pasien di Rumah Sakit Pendidikan Utama dan Rumah Sakit
35
Jejaring Pendidikan harus berdasarkan atas pendelegasian kewenangan dan dibawah
supervisi dari pembimbing klinik.
Sebagai pelaksana kegiatan proses pembelajaran pembelajaran klinik adalah:
1. Dokter Spesialis
2. Dokter yang diberi kewenangan, misalnya dokter umum atau peserta didik
Program Pendidikan Dokter Spesialis (Residen)
3. Staf lain bukan dokter yang diberi penugasan khusus dalam melatih dokter
muda, misalnya adalah fisioterapis, perawat, bidan, radiografer dan lainlain
yang bertanggung jawab di bagian terkait.
36
BAB IX
ASSESSMENT PENDIDIKAN KLINIK
Definisi
Secara luas assessment didefinisikan sebagai suatu proses untuk mendapatkan
informasi yang akan digunakan untuk memberikan feedback kepada mahasiswa ataupun
membuat suatu keputusan yang berkaitan dengan mahasiswa, kurikulum dan kebijakan
pendidikan.
Prinsip dasar
Beberapa prinsip dasar yang mesti diperhatikan dalam mengembangkan
assessment adalah sebagai berikut:
1. Assessment seharusnya kongruen dengan tujuan pendidikan (kompetensi yang akan
diukur)
2. Sistem assessment seharusnya komprehensif.
3. Assessment seharusnya merupakan proses yang berkesinambungan.
4. Assessment seharusnya mencakup baik tujuan formatif maupun sumatif.
37
Tujuan
Keseluruhan assessment dalam pembelajaran klinik bertujuan untuk memastikan
bahwa dokter muda telah memiliki kompetensi yang telah ditetapkan sebagai seorang
dokter umum.
Assessment dalam pembelajaran klinik dilaksanakan per bagian. Ke depan akan
dirancang pula ujian komprehensif yang merupakan ujian terintegrasi yang dilakukan di
akhir keseluruhan rotasi.
38
Ujian sumatif
Dilakukan setelah dokter muda menyelaikan rotasi klinis di suatu bagian. Kontribusi
ujian sumatif terhadap nilai akhir adalah 30 %. Ujian sumatif ini dilakukan dengan:
- Ujian Lisan
Ujian lisan merupakan suatu penilaian kompetensi mahasiswa lewat jawaban
verbal terhadap pertanyan atau situasi yang diberikan oleh penguji atau tim
penguji. Ujian lisan memberikan kebebasan yang luas kepada penguji untuk
menentukan pertanyaan yang diberikan sehingga tidak ada standar antara
mahasiswa dengan mahasiswa lain, memungkinkan terjadi bias dan reliabilitas
yang rendah.
Keunggulan ujian lisan:
1. Dapat mengukur beberapa tujuan belajar yang tidak dapat dilakukan dengan
tes tertulis.
2. Berguna dalam ujian individual sehingg isi ujian dapat diperluas
3. Memberikan informasi psikologis yang penting dari sikap dan cara
menjawab
4. Dapat menilai kepribadian dan isi pengetahuan mahasiswa karena dilakukan
face to face
5. Penguji dapat mengetahui pengetahuan mahasiswa secara terperinci.
6. Penguji dan mahasiswa dapat langsung mengetahui hasilnya.
7. Mampu menguji tingkat kemampuan kognisi yang lebih tinggi yaitu aplikasi,
analisis, dan sintesis
8. Penilaian pembuatan keputusan, etika, keterampilan komunikasi dan
pemecahan maslah lebih mudah diuji lisan
39
Untuk Standardisasi isi ujian:
1. Tetapkan bahan yang akan disajikan dan harus diketahui mahasiswa
2. Buat pertanyyan yang setara antra mhasiswa atu dengan yang lain
3. Berikan pasien ujuan yang setara kesulitannya
40
2. Kemampuan pemeriksaan fisik (Physical Examination skills)
Mengikuti urutan logik efisien; menyeimbangkan langkah skrining dan
diagnostik; memberitahu pasien saat pemeriksaan; peka terhadap kenyamanan
pasien dan bersikap sopan.
3. Kualitas Humanistik/ Profesionalisme (Humanistic Qualities/
Professionalism)
Menghargai pasien, menunjukkan empati, belas kasih, menciptakan kepercayaan
; membantu agar pasien nyaman, bisa menjaga rahasia, memberi informasi.
4. Keputusan klinis (Clinical Judgment)
Membuat diagnosis yang tepat dan momformulasikan rencana penatalaksanaan
pasien yang sesuai. Selektif memilih pemeriksaan penunjang diagnostik yang
susuai dengan pertimbangan resiko dan manfaatnya.
5. Kemampuan konseling (counseling skills)
Mengorek harapan pasien, bebas dari istilah-istilah kedokteran, terbuka dan
juga, empati. Menjelaskan alasan/ dasar pemeriksaan dan terapi kepada pasien /
orang tua pasien. Memperoleh persetujuan tindakan medik kalau diperlukan ke
pasien/orang tua pasien (informed consent), memberi edukasi tentang
penatalaksanaan, pencegahan, dan konseling lain yang terkait dengan
penyakitnya.
6. Organisasi/Efisiensi (Organization/Efficiency)
Menentukan Prioritas, menyesuikan dengan waktu yang tersedia.
7. Kompetensi klinis keseluruhan (Overall Clinical Competence)
Menunjukkan bagaimana mencapai keputusan klinis yang memuaskan. Sintesis,
peduli (caring), Efektif efisien dalam menggunakan sember yang ada
menyeimbangkan resiko dan manfaat, menyadari keterbatasan kita.
41
BAB X
EVALUASI
A. Nilai Bagian
Evaluasi kegiatan dokter muda sehari-hari daiam bentuk buku loq sebagai
kumpulan kegiatan selama proses pendidikan yang dievaluasi oleh dokter
pembimbing klinik di rumah sakit pendidikan secara profesional baik dalam proses
kegiatan harian/mingguan dan ujian akhir stase bagian dengan proporsi.
Jenis Kegiatan Bobot Nilai Hasil
(Bobot x nilai)
A. Proses
- 1. Follow Up 10%
- 2. Bed Side Teaching (BST) 20% ………
- 3. Case Report 20% ………
- 4. Referat 10% ………
- 5. Jurnal 10% ………
B. Ujian Akhir Stase 30% ………
Jumlah (A + B) 100% ………
C. Attitude/Kondite ………
………
………
………
Skala Penilaian
Nilai Nilai Rentang Keterangan patokan nilai
Huruf Bobot Nilai
A 4,00 ≥ 75 Mempunyai tingkat penguasaan ≥ 75%
AB 3,50 70 – 74 Mempunyai tingkat penguasaan 70 – 74 %
B 3,00 65 – 69 Mempunyai tingkat penguasaan 65 – 69%
BC 2,50 60 – 64 Mempunyai tingkat penguasaan 60 – 64 %
C 2,00 55 – 59 Mempunyai tingkat penguasaan 55 – 59 %
D 1,00 50 – 54 Mempunyai tingkat penguasaan 50 – 54 %
E 0,00 < 50 Mempunyai tingkat penguasaan < 50%
42
NILAI KONDITE PENDIDIKAN KLINIK
(Diisi setiap minggu oleh dokter pembimbing klinik)
Minggu Tanggal Tempat Tugas Skor Kondite Tanda tangan dan nama terang dokter
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
*) Kondite dinilai oleh dokter pembimbing klinik berdasar sikap Dokter Muda selama
rotasi di tempat tugas. Aspek yang dinilai meliputi 5 aspek yaitu :
- Inisiatif
- Disiplin
- Kejujuran
- Tanggung jawab, dan
- Kerjasama.
Skor masing-masing aspek antara 0-3 (sehingga skor total minimal 0 dan maksimal 15)
Interpretasi nilai : < 8 Insufficient
: > 9 Sufficient
Dokter muda dengan nilai insufficient, harus mengulang rotasi seperti yang telah
ditentukan oleh koordinator Pendidikan Klinik.
*) Diisi oleh dokter pembimbing klinik.
Catatan Administrasi ( diisi oleh Staf Administrasi)
Absen dengan ijin :
Tanpa Ijin :
Keterangan :
Staf Lampiran
……………..
43
LAMPIRAN
44
(SOP)
STANDARD OPERATING PROCEDURE
CUTI PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI FK. UMS
45
(SOP)
STANDARD OPERATING PROCEDURE
UJIAN AKHIR BAGIAN
DI RS PENDIDIKAN
Ujian akhir bagian di rumah sakit pendidikani mengikuti ketentuan sebagai berikut.
1. Ujian akhir bagian di rumah sakit pendidikan utama dilaksanakan pada minggu
terakhir setiap siklusnya (minggu ke-3 untuk bagian kecil, minggu ke-5 untuk
bagian sedang dan minggu ke-10 untuk bagian besar), atau selambatlambatnya pada
minggu libur setelah stase bagian yang berkaitan.
2. Bagi mahasiswa yang mendapatkan nilai C (< 60) setelah dihitung berdasarkan
format penilaian nilai bagian yaitu Proses + Ujian Akhir Stase maka yang
bersangkutan harus mengikuti ujian ulang di rumah sakit tersebut.
3. Nilai stase bagian diserahkan kepada Fakultas Kedokteran UMS selambatlambatnya
2 minggu setelah ujian akhir bagian dilaksanakan melalui staf administrasi di
Rumah Sakit Pendidikan Utama.
4. Ujian ulang di rumah sakit pendidikan dilaksanakan pada minggu libur setelah stase
yang berkaitan berakhir atau selambat-lambatnya pada minggu libur stase
berikutnya dan dilaksanakan maksimal 1 kali.
5. Bagi mahasiswa yang tidak lulus setelah menjalani ujian ulang di RS pendidikan
tersebut, akan dikembalikan melalui surat keputusan Badan koordinasi pendidikan
rumah sakit kepada Fakultas Kedokteran UMS.
46
FORM PENILAIAN 1
FOLLOW UP
Waktu (Hari/Tanggal/Jam) :
Diagnosa/Problem :
Setting :
1. Poliklinik
2. Bangsal
3. IGD
4. Lain-lain
Data Pasien :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Baru/Follow up
Fokus :
1. Pengumpulan data
2. Diagnosa
3. Terapi
4. Konseling
Komentar :
47
FORM 2
BED SIDE TEACHING
Waktu (Hari/Tanggal/Jam) :
Diagnosa/Problem :
Setting :
1. Poliklinik 2. Bangsal 3. IGD 4. Lain-lain
Fokus :
1. Pengumpulan data
2. Diagnosa
3. Terapi
4. Konseling
Presenter:
No Nama Mhs NIM 1 2 3 4 5 6 7 Nilai Akhir
Keterangan :
1. Ketrampilan komunikasi/anamnesa
2. Ketrampilan pemeriksaan fisik
3. Profesionalisme
4. Kemampuanclinical judgement dan pengumpulan informasi
5. Kemampuan konseling
6. Organisasi/efisiensi pencatatan dan presentasi data anamnesa dan pemeriksaan fisik
7. Kompetensi klinis keseluruhan
Peserta
No Nama Mhs NIM 1 2 3 4 Nilai Akhir
Keterangan :
1. Partisipasi selama diskusi
2. Kemampuan knowledge selama presentasi/diskusi
3. Performance mahasiswa : attitude, komunikasi
4. Kemampuan mengidentifikasi dan mendiskusikan mekanisme dasar yang terlibat
Penilaian :
Sesuai system standar penilaian pendidikan klinik FK UMS yaitu PAP 7 tingkat
(A ≥ 75,0 ; AB 70,0 - 74,9 ; B 65,0 - 69,9 ; BC 60,0 - 64,9 ; C 55,0 - 59,9 ; D 40-54,9 ; E<40)
Supervisor Klinik
……………………………
48
FORM 3
CASE REPORT (LAPORAN KASUS)
Partisipan
NO Nama Mahasiswa NIM 1 2 Hasil akhir
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Skala : 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 > 75
C BC B AB A
Supervisor Klinik
……………………………
49
FORM 4
REFERAT
Waktu (Hari/Tanggal/Jam) :
Kasus :
Presenter:
Nilai
No Nama Mhs NIM 1 2 3 4 5 6
Akhir
Keterangan :
1. Kemampuan menulis ilmiah secara sistematik
2. Kemampuan mengaplikasikan EBM
3. Kemampuan belajar mandiri
4. Kemampuan mengidentifikasikan dan mendiskusikan mekanisme dasar yang
terlibat
5. Kemampuan knowledge dalam presentasi
6. Performance mahasiswa :attitude dan komunikasi
Peserta
Nilai
No Nama Mhs NIM 1 2 3 4
Akhir
Keterangan :
1. Partisipasi selama diskusi
2. Kemampuan knowledge selama presentasi/diskusi
3. Performance mahasiswa : attitude, komunikasi
4. Kemampuan mengidentifikasi dan mendiskusikan mekanisme dasar yang terlibat
Penilaian :
Sesuai system standar penilaian pendidikan klinik FK UMSyaitu PAP 7 tingkat
(A ≥ 75,0 ; AB 70,0 - 74,9 ; B 65,0 - 69,9 ; BC 60,0 - 64,9 ; C 55,0 - 59,9 ; D 40-54,9 ; E<40)
Supervisor Klinik
……………………………
50
FORM 5
MINI-CEX
Waktu (Hari/Tanggal/Jam) :
Diagnosa/Problem :
Setting :
1. Poliklinik
2. Bangsal
3. IGD
4. Lain-lain
Data Pasien :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Baru/Follow up
Fokus :
1. Pengumpulan data
2. Diagnosa
3. Terapi
4. Konseling
1. Ketrampilan anamnesa
3. Profesionalisme
5. Konseling
6. Organisasi/efisiensi
51
<55 55-59 60-64 65-69 70-74 >75
Komentar :
…………………………… …………………………….
52
KEGIATAN LAPORAN KASUS (CASE REPORT)
53
KEGIATAN REFERAT/JURNAL
DOKTER PEMBIMBING
NILAI *)
AUD
JUDUL PRESEN
NO TGL IEN
REFERAT/JURNAL TAN NAMA PARAF
S
54
JANJI DOKTER MUDA
(……………………..)
Dekan Direktur
Fakultas Kedokteran Rumah Sakit
(………………………) (…………………….)
55
SUMPAH DOKTER INDONESIA
Bismillahirrohmanirrohim
Ashadualla ilaha illallah, waashaduanna Muhammadarrosululloh
Saya bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain Allah, dansaya bersaksi
bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad itu utusan Allah.
Surakarta,…………..200………
(…………………….) (……………………….)
56
SUMPAH DOKTER MUSLIM
Surakarta, ……….200...
Yang mengucapkan
(…………………..)
57