You are on page 1of 20

Sensor dan Aktuator

Sensor Suhu
Thermistor

Disusun oleh:
 Abdi Sangnga Prima
 Haryadi Wirawan
 Diki Irwanto
 Hafid Ashari
 Fairuza Adha
 Idris
 Ferdi
Kata pengantar

Kami semua bersyukur kepada Yang Maha Kuasa,karna kami dapat


menyelesaikan tugas makallah yang diberikan kepada kelompok kami.kami juga
berterima kasih kepada orang tua kami semua yang telah mendo’akan agar
makallah kami ini dapat diselesaikan.Dan berikutnya kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan support kepada kami
semua.tak lupa juga kepada kampus kami Politeknik Caltex Riau yang telah
menyediakan fasilitas internet sebagai tempat kami mencari referensi sehingga
makallah ini terselesaikan.

Akhir kata,terima kasih untuk semua yang telah mendukung kami.

Kelompok II
SENSOR SUHU

I. Pendahuluan

Penelitian tentang sensor sampai saat ini masih merupakan suatu topik yang sangat
luas dan bersifat ilmu multi disiplin, dimana perkembangan teknologi sensor sesuai dengan
kemajuan teknologi mikro elektronika. Trend penelitian tentang sensor saat ini adalah
berupa miniaturisasi sistem sensor, pembuatan sensor array, multisensor, dan pembuatan
sensor yang smart atau inteligent. Aplikasi sensor dapat dijumpai dalam peralatan
konsumen, otomotif, laboratorium, pengelolaan lingkungan, konservasi, pabrikasi, industri,
kedokteran, pertambangan, pertanian dan sebagainya. Aplikasi sistem sensor ini masih dan
akan terus berkembang sesuai dengan kebutuhan. Namun, penguasaan teknologi sensor ini
sangan di butuhkan mengingat aplikasi yang terus berkembang dan kebutuhan sensor
khususnya sebagai alat deteksi ataupun pemantauan di dalam negeri masi di import, salah
satunya adalah sebagai deteksi atau pemantauan kualitas air sungai.
Salah satu mikro elektronika yang sudah banyak di gunakan dalam pembuatan
sensor adalah teknologi film tebal (thick film) atau dikenal dengan screen printing, dengan
teknologi ini dapat di lakukan miniaturisasi suatu rangkaian elektronika, pembuatan
sensor dan mengintegrasikan rangkaian elektronika dengan sensor pada sebuah substrat
alumina dengan menggunakan metoda screen printing.
Trend penelitian sensor adalah miniaturisasi sistem sensor pembuatan sensor
array, multi sensor dan pembuatan sistem sensor yang smart atau inteligent.
Dalam membangun suatu sistem alat untuk pemantauan atau monitoring kualitas
air sungai, di butuhkan sensor yang dapat mengukur parameter-parameter yang mengukur
kondisi air sungai itu sendiri: PH, temperatur, konduktifitas dan DO (dissolve oxygen).
Supaya sensor-sensor tersebut dapat mengukur atau membaca serta menampilkan data-
data hasil pengukuran lebih akurat dan presisi, di perlukan rangkaian pendukung berupa
pengolah sinyal (signal conditioners) dan akusisi data (data acquisition) yang mampu
melakukan pengolahan data dari sensor tersebut.
Sensor temperatur yang di kembangkan dalam sistem ini menggunakan sensing
element termistor NTC dengan menerapkan bentuk geometric multilayer.

II. Thermistor

Thermistor merupakan singkatan dari Thermally Sensitive Resistor dan di


aplikasian dengan prinsip kerja yang di pergunakan adalah perbandingan temperatur yang
bergantung dari nilai hambatan. Thermistor ini di buat dari bahan yang berupa material
keramik seperti sulfat, selenides, oksida dari Ni, Mn, Cu, dan lain-lain yang dibentuk
menjadi piringan (discs), rod dengan ukuran yang relatif kecil.

Termistor atau thermal resistor adalah suatu jenis resistor yang sensitive terhadap
perubahan suhu. Prinsipnya adalah memberikan perubahan resistansi yang sebanding dengan
perubahan suhu. Perubahan resistansi yang besar terhadap perubahan suhu yang relatif kecil
menjadikan termistor banyak dipakai sebagai sensor suhu yang memiliki ketelitian dan
ketepatan yang tinggi.
Termistor yang dibentuk dari bahan oksida logam campuran (sintering mixture),
kromium, kobalt, tembaga, besi, atau nikel, berpengaruh terhadap karakteristik termistor,
sehingga Pemilihan bahan oksida tersebut harus dengan perbandingan tertentu.
Dimana termistor merupakan salah satu jenis sensor suhu yang mempunyai koefisien
temperatur yang tinggi. Komponen dalam termistor ini dapat mengubah nilai resistansi karena
adanya perubahan temperatur. Dengan demikian dapat memudahkan kita untuk mengubah
energi panas menjadi energi listrik. Termistor dapat dibentuk dalam bentuk yang berbeda-beda,
bergantung pada lingkungan yang akan dicatat suhunya. Lingkungan ini termasuk kelembaban
udara, cairan, permukaan padatan, dan radiasi dari gambar dua dimensi. Maka, termistor bisa
berada dalam alat–alat seperti disket, mesin cuci, tasbih (manik-manik), balok, dan satelit.
Ukurannya kecil dibandingikan dengan termometer lain, ukurannya dalam range 0.2mm sampai
2mm. Pengambaran struktur dan sambungannya diperlihatkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1

Termistor dibedakan dalam 2 jenis, yaitu termistor yang mempunyai koefisien


negatif, yang disebut NTC (Negative Temperature Coefisient), temistor yang mempunyai
koefisien positif yang disebut PTC (Positive Temperature Coefisient). kedua jenis termistor
ini mempunyai fungsinya masing masing, tetapi di pasaran, yang lebih banyak digunakan
adalah termistor NTC. Karena termistor NTC material penyusunnya yaitu metal oksida,
dimana harganya lebih murah dari material penyusun PTC yaitu Kristal tunggal.

Thermistor memiliki dua jenis yaitu :


 Thermistor NTC (Negative Themperature Coefficient), dimana nilai resistansi akan
semakin menurun apabila suhu bertambah.
 Thermistor PTC (Positive Temperature Coefficient), dimana nilai resistansi bertambah
seiring dengan pertambahan suhu.
1. NTC
NTC merupakan termistor yang mempunyai koefisient negatif. Dimana bahannya terbuat
dari logam oksida yaitu dari serbuk yang halus kemudian dikompress dan disinter pada
temperatur yang tinggi. Kebanyakan pada material penyusun termistor biasa
mengandung unsur – unsur seperti Mn2O3, NiO,CO2O3, Cu2O, Fe2O3, TiO2, dan U2O3.
Oksida-oksida ini sebenarnya mempunyai resistansi yang sangat tinggi, tetapi dapat
diubah menjadi bahan semikonduktor dengan menambahkan beberapa unsur lain yang
mempunyai valensi yang berbeda disebut dengan doping dan pengaruh dari resistansinya
dipengaruhi perubahan temperatur yang diberikan. Thermistor logam oksida digunakan
dalam daerah 200K sampai 700K. Untuk digunakan pada temperatur yang sangat tinggi,
thermistor dibuat dari Al2O3, BeO,MgO,Y2O3 dan Dy2O3. Struktur termistor NTC secara
umum dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2

2. PTC
PTC merupakan termistor dengan koefisien yang positif. Termistor PTC memiliki
perbedaan dengan NTC antara lain:
1. Koefisien temperatur dari thermistor PTC bernilai positif hanya dalam interfal
temperatur tertentu, sehingga diluar interval tersebut akan bernilai nol atau negatif
2. Harga mutlak dan koefisien temperatur dari termistor PTC jauh lebih besar dari pada
termistor NTC

Jenis – jenis PTC


Jenis pertama terdiri dari thermally sensitif silicon resistors, kadang-kadang disebut
sebagai "Silistors". Device ini menunjukkan nilai koefisien suhu positif yang cukup
seragam (sekitar 0,77% /°C) kebanyakan dari silistor melalui berbagai wilayah/rentang
operasional, tetapi dapat juga menujukkan koefisien suhu negatif di wilayah temperatur
yang melebihi 150° C. Device ini paling sering digunakan untuk kompensasi terhadap
device semiconducting silicon dalam kisaran temperature antara -60° C ke 150°.
Jenis kedua merupakan polycrystalline bahan keramik yang biasanya resistivitasnya
tinggi tetapi terbuat dari semiconduktor dengan penambahan dopants. Umumnya dibuat dari
campuran barium, timah dan strontium titanates dengan tambahan seperti yttrium,
manganese, tantalum dan silika. Device ini memiliki daya tahan-suhu karakteristik negatif
yang sangat kecil. Koefisien suhu device ini hingga mencapai suhu yang kritis, yang disebut
sebagai "Curie", perubahan atau transisi suhu. Suhu kritis ini merupakan pendekatan, device
ini mulai menunjukkan peningkatan, resistansi suhu coefficient positif seperti peningkatan
resistansi yang besar.

Thermistor NTC merupakan jenis thermistor yang paling sering di gunakan sebagai
RTD (Resistive Temperature Detector) dalam rentang temperatur yang terbatas (50O C)
memiliki respon resistansi seperti yang terlihat seperti persamaan berikut ini.
1 1
= 0 exp { ( − )

R = R0e -α∆T

Dimana
R0= resistansi pada suhu 25OC atau temperatur referensi lainnya
T0 = temperatur dalam kelvin, untuk R0=25OC maka T0 = 298OK
B atau β = temperatur karakteristik material yaitu sekitar 4000OK
α= sensifitas bahan termistor

Persamaan diatas menunjukkan hubungan temperatur dan resistansi adalah


mengikuti fungsi eksponensial dalam selang ∆ T yang besar, tetapi bias dianggap linier
dalam selang waktu ∆ T yang kecil. Persamaan sensifitas atau koefisien temperatur (α)
untuk thermistor NTC didefinisikan sebagai :
1 ∂Rt
α=−
R0 ∂T

dengan
α= sensifitas bahan thermistor
Rt = resistansi
∆ T = perubahan temperatur
Kurva respon resistansi
dari termistor NTC mengikuti
fungsi eksponensial, dengan
karakterisasi seperti yang di
perlihatkan pada gambar di
samping ini :

Gambar 1 : kurfa
karakteristik R-T thermistor NTC

Bentuk eksponensial dari persamaan diatas dapat di linearkan dengan mengubah


persamaan tersebut menjadi
In R = R0- α∆ Tin e ..... (2.4)

Persamaan diatas sesuai dengan bentuk persamaan linear Y = nt mtX, maka akan di
peroleh sensifitas (α) dan parameter korelasi (r). Nilai korelasi adalah 1 < r < 1. Semakin
mendekati 1 atau 1 maka korelasi semakin baik. Koefisien korelasi di peroleh dengan
persamaan (2.5)

Dimana :

r = koefisien korelasi

n = jumlah data
Bentuk Geometrik

Bentuk geometrik yang di kembangkan dalam pembuatan sensor temperatur ini


ada 4 (empat) jenis yaitu : segmented, interdigitated, sandwich dan multilayer dengan
bentuk seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini

Hasil analisa memperlihatkan bahwa bentuk multilayer memiliki kurva respon yang
lebih linear di bandingkan dengan bentuk geometrik yang lainnya.

Proses Linearisasi

Diberbagai bentuk aplikasi thermistor NTC sangatlah diperlukan analisa secara


menyeluruh pada rangkaian dimana thermistor NTC tersebut di gunakan. Oleh karena itu
respon resistansinya bersifat non-linier maka perlu dilakukan proses linearisasi untuk
memudahkan dalam melakukan analisa dan pemrosesan pada tingkat lanjut seperti signal
conditioning dan data acquistion. Ada dua macam teknik linierisasi untuk sensor
temperatur yang mengguanakan thermistor NTC sebagai sensing element, yaitu:

1. Proses linierisasi ini dilakukan dengan menggunakan metoda shunt resistor


Proses linierisasi ini dilakukan dengan menambahkan resistor ( Rtm)
secara pararel pada raingkaian sensor temperatur. Besar nilai tahanan Rtm
yang digunakan adalah:

RTM= (RTH1 RTLO)

Dimana:

RTMI= Nilai tahanan temperatur tengah dari rentang temperatur sensor


RTHI= Nilai tahanan temperature tertinggi dari rentang temperature sensor.

RTLO= nilai tahanan temperature terendah dari rentang tempersture sensor

Proses linierisasi ini dapat dilihat pada gambar berikut ini,

2.proses linierisasi dengan menggunakan metoda load resistor

Teknik linierisasi ini dilakukan dengan menerapkan pembebanan pada


rangkaian sensor dengan sebuah resistor (RL) seperti ditujukan pada gambar
berikut[4][6][10],
Teknik linierisasi ini lebih banyak digunakan untuk linierisasi sensor temperatur
berupa bahan semikonduktor sedangkan untuk termistor banyak digunakan teknik
linierisasi dengan metoda shunt resistor seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

3.metoda penelitian

Dalam penelitian ini analisa matematis dilakukan dengan bantuan perangkat


lunak EXECEL sebagai subtitusi rangkain shunt resistor.
Kurva hasil Linearisasi dari sensor temperatur dapat di lihat pada gambar berikut

A. Karakteristik Termistor
Termistor pada dasarnya adalah resistor, maka konduktivitasnya dapat diberikan pada
persamaan :
1
= = +

Kebanyakan termistor digunakan pada daerah temperatur dalam konsentrasi inonisasi


(n atau p) yang berpengaruh terhadap fungsi temperatur, diberikan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut :

Dimana energy aktivasi Ea adalah hubungan pada energy gap dan tingkat impuritas.
Dimana nilai hambatan semakin kecil ketika temperaturnya dinaikkan, ini yang biasa disebut
termistor NTC. Secara empiris dapat dideskripsikan sebagai:
1 1
= − … (3.1)

Dimana R adalah hambatan pada suhu T, R0 adalah hambatan awal ketika T0 (pada
temperatur ruang), B adalah Konstanta termistor dimana besarnya bergantung dari jenis
bahan dan memiliki dimensi yang sama dengan suhu. Harga konstanta termistor yang
memenuhi pasar biasanya antara rentang 2000-5000 K. untuk menentukan harga konstanta
termistor (B) ini, maka persamaan (3.1) dapat dinyatakan dalam bentuk:
1 1
= exp −

Dengan = merupakan resistivitas listrik termistor.

Selain konstanta termistor (B), sensitivitas (α) juga menentukan karakteristik dari
termistor. Nilai sensitivitas menentukan sejauhmana termistor yang dibuat dapat dengan
cepat mendeteksi perubahan temperatur lingkunagn termistor. Termistor yang baik
sensitifitasnya lebih besar dari -2,2%/K. nilai sensitifitas termistor (α) ini, dapat ditentukan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

1
= =−

Tanda negative menandakan NTC, Perubahan resistansi yang timbul dari perubahan
temperatur T
∆ = ∝∆
Ciri khas harga dari  adalah sekitar  5% yang mana 10 kali lebih sensitive dari
pada detector temperatur resistansi metal. Karakteristik kualitatif dari termistor ditunjukkan
pada gambar 3.1. Resistansi dari thermistor berada pada daerah 1k  sampai 10M  .

Gambar 3.1

Karakteristik kualitatif dari termistor NTC

Pada temperatur yang lebih tinggi atau dalam device doped yang penuh, dopant
sepenuhnya terionisasi, dan penurunan dari mobilitas ketika mulai terjadi hamburan phonon
untuk mendominasi ketergantungan pada temperatur. Hal ini memberikan kenaikan untuk
PTC. Secara umum PTC tidak lebih sensitive dari NTC sehingga jarang digunakan.
Perlu diperhatikan untuk menghindari pemanasan sendiri dari termistor akibat
pemberian arus yang terlalu tinggi. Dengan kata lain pemanasan sendiri ini dapat berubah
menjadi suatu keuntungan untuk aplikasi spesifik yang mana akan didiskusikan nanti.
Karakteristik I-V hasil dari pemanasan sendiri yang berbeda dengan NTC dan PTC. Dalam
termistor NTC, induksi pemanasan sendiri menurun dalam hambatan dan mulai memberikan
sesuatu yang positif untuk sumber tegangan gambar 3.2(a), lebih mudah untuk arus yang
lebih tinggi. Dalam termistor PTC, resistansi pemanasan sendiri meningkat dan hasil nya
memberikan nilai yang negatif untuk sumber arus gambar 3.2(b). Dibawah ini merupakan 2
kurva yang serupa untuk resistansi diferensial negative dengan S dan N bentuk karakteristik.

10
I
10
I
8 8

6 6

4 4

2 2

0 0
0 2 4 6 8 10 0 2 4 6 8 10

V V

Gambar 3.2.a Gambar 3.2.b


Karakteristik I-V akibat pemanasan Karakteristik I-V akibat pemanasan
sendiriuntuk NTC sendiri untuk PTC

Termistor PTC jenis pertama


Untuk termistor PTC jenis pertama sama dengan profil untuk Semikonduktor intrinsik.
Hal ini berhubungan dengan bahan pembentuk termistor PTC yaitu kristal tunggal silikon,
dimana tidak ada doping yang ditambahkan pada kristal tersebut. Sehingga memiliki
konsentrasi hole dan elektron yang sama.
Termistor NTC dan PTC jenis kedua
Untuk termistor NTC dan PTC jenis kedua, sama dengan profil untuk Semikonduktor
ekstrinsik. Hal ini berhubungan dengan bahan pembentuk dari termistor NTC Yaitu dibuat
dari oksida logam yang terdapat dari golongan transisi, seperti ZrO2 - Y2P3 NiAI2O3 Mg(Al,
Cr,Fe) yang dapat dirubah menjadi semikonduktor jika didoping dengan unsur lain yang
memiliki valensi yang berbeda. Termistor PTC jenis kedua termasuk semikonduktor
ekstrinsik hal ini dikarenakan PTC dibuat dari bahan polycrystalline bahan keramik yang
biasanya resistivitasnya tinggi tetapi terbuat dari semiconduktor dengan penambahan
dopants. Sehingga memiliki konsentarsi hole dan electron yang berbeda. Maka diperoleh
profil pita energy seperti gambar 3.4 dibawah ini:
Untuk semikonduktor tipe P Untuk semikonduktor tipe n
E = Eakseptor E = Edonor
Pita Konduksi Pita Konduksi

Energi fermi

Energi fermi

Gambar 3.4
Pita valensi Pita valensi

konduksi model
Termistor NTC banyak yang dibuat dari disk atau chip semikonduktor seperti sintered
metal oksida. yang bertujuan untuk meningkatkan suhu semikonduktor sehingga
meningkatkan jumlah elektron yang dapat bergerak dan loncat ke pita konduksi. Semakin
banyak electron yang loncat, semakin besar arus yang dihasilkan. Hal ini dijelaskan dalam
rumus:

I = arus listrik (Ampere)


n = rapat muatan (count / m³)
A = luas penampang lintang (m²)
v = kecepatan pembawa muatan (m / s)
e = muatan elektron ( e = 1.602 x 10-19 coulomb)

Jika terjadi perubahan suhu yang besar, maka diperlukan kalibrasi. Tapi jika
perubahan suhunya kecil, maka resistivitas bahan linear sebanding dengan suhu. Ada
berbagai termistor semiconduktor dengan berbagai rentang dari sekitar 0,01 kelvin ke 2000
kelvins (-273,14 ° C to 1700 ° C).
Kebanyakan termistor PTC, resistansi tiba-tiba meningkat pada suhu kritis tertentu.
Perangkat yang dibuat dari doped keramik polycrystalline yang mengandung barium titanate
(BaTiO3) dan lainnya. Konstanta dielektrik merupakan bahan ferroelektrik yang bervariasi
terhadap suhu. Di bawah titik suhu Curie, tingginya konstanta dielectric mencegah
pembentukan potensi hambatan antara butir kristal, sehingga resistensi rendah. Pada saat ini
perangkat memiliki koefisien suhu negatif yang kecil. Pada titik suhu Curie, konstanta
dielectric relatif menurun yang memungkinkan pembentukan potensi hambatan di batas
butiran, dan resistivitas meningkat tajam. Pada suhu lebih tinggi, sifatnya seperti sifat NTC.

B. Aplikasi Termistor
Termistor sangat menguntungkan untuk mengukur temperatur, karena disamping
harganya yang murah, termistor memiliki resolusi tinggi dan memiliki ukuran dan bentuk
yang fleksibel. Nilai mutlak dari hambatannya sangat tinggi jadi untuk kabel yang panjang
dan hambatan konstan bisa ditoleransi. Tanggapan yang lambat (1 ms sampai 10s) bukan hal
yang merugikan untuk aplikasi umum.
1. Pendeteksi dan pengontrol temperatur
Termistor-termistor disediakan sangat murah dan dapat diandalkan sebagai sensor
temperatur yang memiliki rentang yang lebar. Contoh-contoh sederhana jarak dari
alarm-alarm api pada pendeteksi tumor. Kadang-kadang termistor merupakan bagian
dari osilator dan frekwensi keluarannya menjadi fungsi temperatur.

2. Compensasi
Sebagian besar resistor dan penghubung pada PTC. Termistor dihubungkan pararel
dengan NTC yang komponen-komponennya bisa di nonaktifkan dengan bantuan
temperatur.
3. Seperti pada relay temperatur dan saklar
Kegunaan pada efek-efek terhadap pemanasan ditunjukan pada gambar 3.2. Sebagai
contoh, pengkarakteristikan dengan NTC (gambar 3.2a)) bisa digunakan untuk
mengatur tegangan dan pada penundaan dan waktu sirkuit. Pengkarakterisasian
dengan PTC digunakan untuk memproteksi gelombang.
4. Pengukuran yang tidak langsung pada parameter-parameter lain
Ketika termistor mengalami pemanasan atau ketika termistor berada dekat dengan
sumber kalor, termistor akan menilai perubahan yang bergantung pada temperatur
yang dilingkiupinya. Disini bisa dipakai untuk mengatur tingkat pencairan, aliran gas,
tingkat pemvakuman dan lain sebagainya.
5. Detektor gelombang yang memiliki panjang gelombang yang lebar
Aplikasi termistor pada fhoto detektor panjang gelombang dihasilkan pada salah satu
detektor suhu yang disebut dengan termistor balometer.

C. Hubungan Devices
1. Resistance Temperatur Detector (RTD)
Resistance Temperatur Detector (RTD) hampir mirip dengan termistor bedanya RTD
dibuat dari logam-logam. Karena dalam hal ini RTD selalu memiliki PTC dan α yang
lebih kecil sekitar 0,5%/K. biasanya logam yang dipakai adalah platinum, nikel dan
tembaga, yang mana platinum paling banyak digunakan. Rentang dari temperatur
masing-masing material misal tembaga; Pt,-200oC sampai 630oC dan diatas 9000C
tingkat akurasi berkurang; Ni,-80oC sampai 300oC dan Cu, -200oC sampai 200oC.
Setiap RTD memiliki bentuk seperti kertas timah, dan memiliki hambatan sekitar 100
ohm.

2. Termistor Bolometer
Bolometer adalah detektor suhu yang bertentangan dengan detektor kuantum tentang
radiasi. Pada bolometer, radiasi diserap oleh material, temperaturnya meningat dan
hambatan berubah dan di amati. Termistor bolometer adalah temistor sederhana
dengan sebuah mantel khusus untuk lebih efisien dalam menyerap cahaya terutama
pada spektrum inframerah. Sering kali film dengan ketebalan 200Ǻ dari bismut sering
dipakai untuk keperluan ini. Respon terhadap Gelombang yang memiliki panjang
gelombang yang panjang diatas 1000 m masih mungkin terdeteksi. Oksida logam
pertama kali muncul pada tahun 1940. dan memakai kristal tunggal Ge dan Si.
Termistor bolometer dimulai pada tahun 1960. Sekarang ini dengan penambahan
doping Ge pada device lebih mudah.
Pada pengoprasian sebenarnya, termistor bolometer lebih cocok untuk panjang
gelombang yang pendek sekitar beberapa m , dan sering kali suhunya menurun sampai
4K. Persamaan Arus pemanasannya adalah;
dT
H  GT
dt
Dimana n adalah efisiensi penyerapan, P adalah daya radiasi, H adalah kapasitas panas,
G adalah konduktifitas kalor, dan T perubahan temperatur pendinginan dengan
lingkungan. Kekurangan utama dari detektor termal apapun adalah pengaturan respon
yang lambat pada waktu temperaturnya konstan,
H
 
G
Untuk respon yang cepat, kapasitas panas akan minimal dan suhu konduktivitas akan
maksimal. Waktu respon yang sederhana serupa dengan termistor (1 ms sampai 10 s),
dengan kuat arus detektor konstan, variabel tegangan diberikan oleh
 P 
V  IR  IRAT  IR 
G
Dalam keadaan steady state. Ukuran ketelitian dapat diperbaiki dengan
menggabungkan bolometer termistor dengan jembatan weatston. Contoh dari aplikasi
ini adalah alarm anti maling dan alarm kebakaran, dan mendeteksi terresial radiasi.
3. Detektor Pyroelektrik
Detektor pyroelektrik merupakan perkembangan terbaru dari kelas detektor panjang
gelombang yang panjang. Susunanya dapat dilihat pada gambar 4.1. Potongan meterial
pyroelektrik berada diantara dua konduktivitas elektroda. Material pyroelektrik ini
merupakan insulator yang baik. Biasanya sebagian besar materianya adalah triglycine
sulfate, lithium tantalate dan lead zironate titanate. Detektor pyroelektrik
mempercayakan beberapa perubahan ferroelektrik dengan mengubah momen dipol
internal dengan temperatur dibawah temperatur currie. Perubahan induksi polarisasi
mengubah permukaan dua elektroda yang saling berhadapan. Rangkain serupa dapat
ditunjukkan seperti gambar 4.1 (b).
Pembangkit dari perubahan kapasitor oleh kuat arus yang diberikan oleh persamaan

dT
I  AC p …(4.1)
dt

RL
PYROELEKTIK RL I C
MATERIAL

Conductive
(a) (b)
electtrodes
Gambar 4.1 (a) detektor pyroelektrik dihubungkan dengan resistor eksternal, (b) Rangkaian
yang ekuivalen dengan (a)

Dimana cp adalah koefisien pyroelektrik. Harga Cp adalah Cp~ 3 x 10-8 c/cm2-k.


Persamaan 4.1 mengindikasikan perubahan temperatur. Oleh karena itu, modulasi
cahaya dengan memotong atau dengan memberikan yang lainnya. Arus Fed untuk berat
resistor yang besar RL harganya berkisar pada rentang 109-1011 ohm. RL optimasi
tegangan, tetapi mengurangi kecepatan trade-off. Sesuai untuk waktu Rc konstan,
tegangan ini Fed untuk FET mempunyai input impedansi tinggi dari pada RL tidak
untuk tegangan berat.

Contoh gambar Thermistor :


Contoh rangkaian thermistor

You might also like