Professional Documents
Culture Documents
Diterbitkan Oleh:
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Direktorat Jenderal Perbendaharaan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Jl. Budi Utomo No. 6 Jakarta Pusat
Telepon (021)3449230 Pesawat 5500, 384068
Faksimili (021) 3864776
Tim Penyusun:
Penanggung Jawab : Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
Redaktur : Bilmar Parhusip
Penyunting/Editor : Eli Tamba
Sahat M.T. Panggabean
Syaiful
Hamim Mustofa
Tio Novita Efriani
Silvy Daniarti
Redaktur Pelaksana : Mega Meilistya
Basuki Rachmad
Budi Hartadi
Mei Ling
Purwo Widiarto
Sekretariat : Legiman
Raspan
Samuji
N. Ikah
Asrarul Anwar
Evasari Br Bangun
Kuntardi
M. Iqbal Firdaus
Herlina
Redaksi menerima tulisan/artikel dan pertanyaan
yang berhubungan dengan akuntansi dan pelaporan
keuangan pemerintah pusat yang dapat dikirim ke
alamat email: pantekapp@gmail.com.
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaanNya‐lah
Panduan Teknis (Pantek) edisi ke 8 ini dapat diterbitkan di tengah berbagai
dinamika yang berlangsung dalam implementasi reformasi manajemen
keuangan negara. Penerbitan Pantek dilakukan secara periodik oleh Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan untuk memberikan penjelasan teknis dan praktis
mengenai praktik akuntansi dan pelaporan keuangan kepada semua pelaku
dan pemangku kepentingan keuangan negara baik di tingkat pusat maupun
daerah.
Pantek ini adalah salah satu media komunikasi dan panduan yang diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman kementerian negara/lembaga dan
pemerintah daerah dalam melakukan tugas sehari‐hari yang terkait dengan
akuntansi dan pelaporan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja
institusi pemerintahan. Substansi dan analisis yang bersifat lugas serta
pembahasan yang menyentuh langsung praktik pelaksanaan akuntansi dan
pelaporan keuangan di lapangan diharapkan dapat mempermudah
pemahaman dari para pelaku akuntansi dan pelaporan keuangan. Buku
panduan ini diharapkan juga dapat mengidentifikasi isu‐isu yang memerlukan
kajian lebih lanjut dalam rangka pengembangan konsep dan sistem akuntansi
pemerintah.
1
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Pantek edisi ke‐8 ini antara lain menyajikan panduan teknis mengenai
rekening pengeluaran kas – Bendahara Umum Negara, telaah aset tetap pada
penyusunan Neraca, penyajian dan pelaporan investasi pemerintah dan
langkah‐langkah perekaman data akrual ke dalam Sistem Akuntansi Instansi,
serta klinik akuntansi pemerintah pusat.
Terwujudnya tulisan dalam Pantek ini tidak terlepas dari kontribusi yang
diberikan oleh para praktisi akuntansi dan pelaporan di lingkup Direktorat
Jenderal Perbendaharaan. Di masa yang akan datang, kami juga mengharapkan
kontribusi dari pelaku keuangan negara lainnya untuk menuangkan
gagasannya dalam Pantek yang bermanfaat sebagai referensi dalam proses
perubahan yang tengah berlangsung. Besar harapan kami, agar Panduan
Teknis ini dapat bermanfaat dan menjadi inspirasi bagi pengembangan
akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah dan aspek keuangan negara
lainnya. Untuk itu, kami mengharapkan kontribusi yang konstruktif dalam
rangka perbaikan kualitas materi dan penyajian dari Panduan Teknis ini dan
juga untuk meraih tujuan yang lebih konkrit yakni terwujudnya tata kelola
pemerintahan yang baik.
2
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
DAFTAR ISI
Rekening Pengeluaran Kas – Bendahara Umum Negara
(R. Wiwin Istanti, Kasubdit Kas Umum Negara, Direktorat Pengelolaan
Kas Negara) 5
Penyajian dan Pelaporan Investasi Pemerintah
pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat
(Hamim Mustofa, Kepala Seksi Penyusunan Laporan Keuangan,
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan) 11
Telaah Aset Tetap pada Penyusunan Neraca
(Mega Meilistya, Kepala Seksi Informasi dan Publikasi, Direktorat
Akuntansi dan Pelaporan Keuangan) 25
Langkah‐langkah Perekaman Data Akrual ke dalam Sistem Akuntansi
Instansi
(Tio Novita, Kepala Seksi Dukungan Implementasi Standar Akuntansi
Lingkungan Pemerintah Pusat, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan) 33
Klinik Akuntansi Pemerintah Pusat. 43
3
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
HALAMAN PERSEMBAHAN
Panduan Teknis Edisi 8 dipersembahkan untuk Bapak Eli Tamba, Kepala
Sub Direktorat Konsolidasi dan Pelaporan Keuangan, Direktorat Akuntansi
dan Pelaporan Keuangan DJPBN yang telah meninggal dunia pada tanggal
17 Nopember 2010.
Terima kasih kami untuk kontribusi, dedikasi, semangat, dan persahabatan
yang telah Beliau berikan dan akan selalu menginspirasi kami di masa
depan.
KEMATIAN
(Kahlil Gibran)
biarkan aku terbaring dalam lelapku
karena jiwa ini telah dirasuki cinta
dan biarkan daku istirahat
karena batin ini memiliki segala kekayaan malam dan siang
4
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
REKENING PENGELUARAN KAS – BENDAHARA UMUM NEGARA
R. Wiwin Istanti,
Kasubdit Kas Umum Negara,
Direktorat Pengelolaan Kas Negara
I. Pendahuluan rekening tempat penyimpanan Uang
Menurut Peraturan Pemerintah Negara yang ditentukan oleh
Nomor 39 Tahun 2007 tentang Menteri Keuangan selaku Bendahara
Pengelolaan Uang Negara/Daerah, Umum Negara (BUN) untuk
uang yang dimiliki pemerintah yang menampung seluruh penerimaan
berasal dari penerimaan yang negara dan membayar seluruh
ditujukan untuk mendanai seluruh pengeluaran negara pada Bank
kegiatan operasional pemerintah Sentral. Untuk saat ini, Rekening
disimpan di rekening Kas Umum KUN terdiri atas 3 (tiga) rekening
Negara. Dengan demikian, dilihat sebagai berikut:
dari sisi pengeluaran negara, maka • Rekening KUN dalam Rupiah,
siklus pembayaran transaksi yang digunakan untuk
keuangan pemerintah akan dimulai menampung seluruh penerimaan
dari rekening ini. negara dan membayar seluruh
Definisi Rekening Kas Umum Negara pengeluaran negara dalam
(Rekening KUN) menurut Peraturan Rupiah selain Valuta USD dan
Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 Valuta Yen;
tentang Pengelolaan Uang • Rekening KUN dalam Valuta
Negara/Daerah disebutkan bahwa USD, yang digunakan untuk
Rekening KUN adalah menampung seluruh penerimaan
5
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
negara dalam Valuta USD dan tersebut, Rekening KUN akan
membayar seluruh pengeluaran didebet oleh Bank Indonesia untuk
negara dalam Valuta USD; keuntungan Rekening Pengeluaran
• Rekening KUN dalam Valuta Yen, Kuasa Bendahara Umum Negara
yang digunakan untuk Pusat. Perintah untuk mendebet
menampung seluruh penerimaan Rekening KUN ini dilakukan oleh
negara dalam Valuta Yen dan Direktorat Pengelolaan Kas Negara
membayar seluruh pengeluaran dengan menerbitkan warkat
negara dalam Valuta Yen. pemindahbukuan kepada Bank
Seperti dijelaskan di atas bahwa baik Indonesia melalui sistem Bank
penerimaan maupun pengeluaran Indonesia Government – Electronic
pemerintah akan bermuara pada Banking (BIG‐eB) yang dikelola oleh
Rekening KUN ini, namun tulisan ini Subdit Kas Umum Negara. Pengisian
hanya akan membahas satu sisi Rekening Pengeluaran Kuasa
Rekening KUN yaitu aliran dana dari Bendahara Umum Negara Pusat
sisi pengeluaran pemerintah, dan yang dilakukan dengan mendebet
tidak akan membahas dari sisi Rekening KUN tersebut dilakukan 3
penerimaan pemerintah. (tiga) kali dalam sehari yaitu
pengisian awal pada pukul 07.30
II. Aliran keluar dana Rekening KUN WIB, tambahan pertama pada pukul
Aliran dana yang dikeluarkan dari 11.00 WIB, dan tambahan kedua
Rekening KUN dilakukan pada saat pada pukul 14.00 WIB.
diterbitkannya Surat Perintah Besaran nilai uang ‐ berapa Rupiah ‐
Pencairan Dana (SP2D) oleh seluruh yang harus didebet dari Rekening
KPPN yang tersebar di seluruh KUN untuk mengisi Rekening
Indonesia. Berdasarkan transaksi Pengeluaran Kuasa Bendahara
6
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Umum Negara Pusat tersebut untuk dilakukan pendebetan
didasarkan pada permintaan dari Rekening KUN untuk mengisi
seluruh KPPN. Dalam hal ini KPPN Rekening Pengeluaran Kuasa BUN
harus bisa membuat perencanaan Pusat.
penarikan dana sehingga diperoleh
keyakinan bahwa setiap SP2D yang III. Rekening Pengeluaran Kuasa
diterbitkan dapat dibayar oleh Bank BUN Pusat
Operasional I mitra KPPN. Dengan Di dalam Peraturan Direktur
kata lain, kecukupan dana yang Jenderal Perbendaharaan Nomor
tersedia di Rekening Pengeluaran PER‐11/PB/2010 tentang Tata Cara
Kuasa BUN Pusat adalah tergantung Pengelolaan Rekening Pengeluaran
pada kecermatan perhitungan KPPN Kuasa BUN Pusat, Rekening
dalam melakukan perencanaan Pengeluaran Kuasa BUN Pusat
kebutuhan dananya setiap hari. didefinisikan sebagai rekening yang
Permintaan dana dari seluruh KPPN dibuka oleh Direktur Jenderal
untuk mengisi Rekening Perbendaharaan selaku Kuasa BUN
Pengeluaran Kuasa Bendahara Pusat atau pejabat yang diberi kuasa
Umum Negara Pusat dilakukan di Bank Operasional Pusat. Rekening
menggunakan aplikasi e‐kirana. Pengeluaran Kuasa BUN Pusat
Permintaan dari seluruh KPPN akan tersebut dioperasikan sebagai
dibuatkan rekapitulasi perhitungan‐ rekening yang bersaldo nihil dan
nya oleh Direktorat Pengelolaan Kas digunakan untuk menampung dana
Negara c.q Subdirektorat untuk membiayai kegiatan
Perencanaan dan Pengendalian Kas, pemerintah sesuai rencana
yang nantinya diteruskan ke pengeluaran.
Subdirektorat Kas Umum Negara
7
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Saat ini terdapat 8 (delapan) tertera pada SP2D. Ketepatan
Rekening Pengeluaran Kuasa BUN perhitungan kebutuhan dana oleh
Pusat yang terdapat di 8 (delapan) KPPN diperlukan terkait pada saat
bank sebagai berikut: Bank Operasional I/Rekening
1. Bank BNI Cabang Jakarta Pusat Pengeluaran Kuasa BUN ‐ KPPN
2. Bank BRI Cabang Jakarta Veteran mendebet Rekening Pengeluaran
3. Bank Mandiri Cabang Jakarta Kuasa BUN Pusat, karena apabila
Gambir KPPN tidak meminta dana sejumlah
4. BPD Bengkulu Cabang Utama SP2D maka bisa terjadi dana yang
Bengkulu tersedia di Rekening Pengeluaran
5. BPD Kalimantan Barat Cabang Kuasa BUN Pusat sudah tidak
Utama Pontianak mencukupi untuk membayar SP2D
6. BPD Maluku Cabang Utama tersebut.
Ambon
7. BPD Sulawesi Selatan Cabang IV.Rekening Pengeluaran Kuasa BUN
Utama Makassar KPPN
8. BPD Sumatera Utara Cabang Dalam rangka melayani pengeluaran
Utama Medan negara, di masing‐masing KPPN
Secara otomatis, pada saat Bank dibuka Rekening Pengeluaran Kuasa
Operasional I mitra kerja KPPN BUN KPPN, yang saat ini terdapat
menerima SP2D dari KPPN, maka 177 Rekening Pengeluaran Kuasa
Rekening Pengeluaran Kuasa BUN BUN KPPN. Rekening Pengeluaran
Pusat yang bersangkutan akan Kuasa BUN KPPN ini identik dengan
terdebet ke Rekening Pengeluaran Bank Operasional I masing‐masing
Kuasa BUN‐KPPN untuk diteruskan KPPN.
ke rekening penerima sesuai yang
8
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Rekening Pengeluaran Kuasa BUN Kiriman Uang. Perpindahan uang
KPPN ini merupakan rekening yang dari Rekening Pengeluaran Kuasa
bersaldo nihil, sehingga pada akhir BUN Pusat ke Rekening Pengeluaran
hari harus dipastikan bahwa tidak Kuasa BUN ‐ KPPN dan sebaliknya
ada saldo di rekening ini. juga dicatat sebagai transaksi
Pembukaan Rekening Pengeluaran Kiriman Uang. Transaksi Kiriman
Kuasa BUN–KPPN ini diatur dengan Uang tersebut tidak membebani
Peraturan Direktur Jenderal anggaran sehingga tidak disajikan
Perbendaharaan Nomor 07/PB/ pada Laporan Realisasi Anggaran.
2010 tentang Penetapan Nomor dan Transaksi tersebut disajikan pada
Nama Rekening Pengeluaran. Laporan Arus Kas sebagai transaksi
non‐anggaran (transaksi transitoris).
V. Pencatatan aliran keluar dana Akun‐akun yang digunakan dalam
Secara akuntansi, perpindahan uang pencatatan kiriman uang antar
dari Rekening KUN ke Rekening rekening tersebut adalah sebagai
Pengeluaran Kuasa BUN Pusat dan berikut:
sebaliknya dicatat sebagai transaksi
Akun dari sisi Rekening Pengeluaran Kuasa BUN – Pusat
1. 814131 Penerimaan Kiriman Uang dari Rekening BUN ke Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN – Pusat
2. 814134 Penerimaan Kiriman Uang dari Rekening BO I KPPN ke Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN – Pusat
3. 824132 Pengeluaran Kiriman Uang dari Rekening Pengeluaran Kuasa
BUN – Pusat ke BO I KPPN
4. 824133 Pengeluaran Kiriman Uang dari Rekening Pengeluaran Kuasa
BUN – Pusat ke Rekening BUN
9
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Akun dari sisi Rekening KUN
1. 824131 Pengeluaran Kiriman Uang dari Rekening BUN ke Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN – Pusat
2. 814133 Penerimaan Kiriman Uang dari Rekening Pengeluaran Kuasa
BUN – Pusat ke Rekening BUN
Akun dari sisi KPPN
1. 814132 Penerimaan Kiriman Uang dari Rekening Pengeluaran Kuasa
BUN – Pusat ke BO I KPPN
2. 824134 Pengeluaran Kiriman Uang dari BO I KPPN ke Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN – Pusat
VI. Daftar Pustaka Penetapan Nomor dan Nama
1. Peraturan Pemerintah Nomor Rekening Pengeluaran.
39 Tahun 2007 tentang
Pengelolaan Uang Negara
/Daerah;
2. Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor
11/PB/2010 tentang Tata Cara
Pengelolaan Rekening
Pengeluaran Kuasa BUN Pusat;
3. Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan nomor
07/PB/2010 tentang
10
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
PENYAJIAN DAN PELAPORAN INVESTASI PEMERINTAH PADA
LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Hamim Mustofa,
Kepala Seksi Penyusunan Laporan Keuangan,
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
I. Pendahuluan
Akun Investasi merupakan salah Selain menginformasikan mengenai
satu akun dengan nilai yang relatif jenis‐jenis investasi yang telah
signifikan dalam Neraca Laporan dilaporkan dalam LKPP, tulisan ini
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). juga mengkaji beberapa
Pada Neraca Pemerintah Pusat per permasalahan yang dihadapi dan
31 Desember 2009, nilai investasi kebijakan yang dilakukan dalam
jangka panjang Pemerintah penyajian dan pelaporan investasi
mencapai Rp 737,04 triliun atau dalam neraca, yaitu entitas
34,72% dari total nilai aset pelaporan dan entitas akuntansi
Pemerintah. Dengan demikian, Investasi Pemerintah serta
kesalahan dalam penyajian investasi cakupannya, konsolidasi aset dana
akan berpengaruh secara material bergulir, aset BPYBDS, dan
terhadap kewajaran aset dalam penyertaan pada lembaga
neraca. Saat ini, sistem akuntansi internasional.
investasi pemerintah masih dalam
pengembangan, sehingga dalam II. Pengertian dan Klasifikasi
praktiknya ditemukan banyak Investasi
kebijakan dalam penyajian dan Investasi adalah aset yang
pelaporan investasi. dimaksudkan untuk memperoleh
11
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
manfaat ekonomik seperti bunga, pendek dan investasi jangka
dividen, dan royalti, atau manfaat panjang.
sosial sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemerintah dalam 1. Investasi jangka pendek
rangka pelayanan kepada Investasi jangka pendek adalah
masyarakat (PSAP 01 dan PSAP 06). investasi yang dapat segera
Pemerintah melakukan investasi dicairkan dan dimaksudkan untuk
dengan beberapa alasan, antara lain dimiliki selama 12 (dua belas) bulan
untuk memanfaatkan surplus atau kurang.
anggaran guna memperoleh Investasi jangka pendek hanya dapat
pendapatan dalam jangka panjang dilakukan oleh Bendahara Umum
dan untuk memanfaatkan dana yang Negara (BUN) dalam rangka pe‐
belum digunakan untuk investasi ngelolaan kas, dan oleh satuan kerja
jangka pendek dalam rangka Badan Layanan Umum (BLU).
manajemen kas. Investasi Sampai dengan LKPP Tahun 2009,
pemerintah biasanya dilakukan investasi jangka pendek yang
dalam bentuk deposito, Sertifikat disajikan pada LKPP adalah investasi
Bank Indonesia, surat utang dan berupa deposito berjangka waktu
obligasi BUMN, penyertaan pada lebih dari 3 (tiga) bulan yang ada di
BUMN, atau penyertaan pada badan BLU.
usaha lainnya.
Berdasarkan PSAP 06 tentang 2. Investasi jangka panjang
Akuntansi Investasi, investasi Investasi jangka panjang adalah
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) investasi yang dimaksudkan untuk
kategori, yaitu investasi jangka dimiliki lebih dari 12 (dua belas)
bulan. Investasi jangka panjang
12
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
dibagi menurut sifat penanaman pinjaman yang berasal dari
investasinya, yaitu non permanen NPPP tahun 2009 dan setelah
dan permanen. tahun 2009 disajikan sebagai
a. Investasi Non Permanen Aset Lainnya.
Investasi Non Permanen adalah 2. Dana Bergulir
investasi jangka panjang yang Dana bergulir merupakan dana
dimaksudkan untuk dimiliki yang dipinjamkan untuk dikelola
secara tidak berkelanjutan. dan digulirkan kepada
Investasi Non Permanen meliputi: masyarakat oleh Pengguna
1. Penerusan Pinjaman Anggaran atau Kuasa Pengguna
Penerusan Pinjaman merupakan Anggaran yang bertujuan
dana pinjaman luar negeri yang meningkatkan ekonomi rakyat
diteruspinjamkan melalui dan tujuan lainnya.
Subsidiary Loan Agreement Akuntansi Dana Bergulir telah
(SLA), dan dana dalam negeri diatur dalam Buletin Teknis SAP
dalam bentuk Rekening Dana Nomor 07, sedangkan pedoman
Investasi (RDI) dan Rekening pengelolaan dana bergulir pada
Pembangunan Daerah (RPD) kementerian negara/lembaga
yang dipinjamkan kepada BUMN telah diatur dalam Peraturan
/BUMD, dan Pemda. Penerusan Menteri Keuangan (PMK) Nomor
pinjaman yang berasal dari 99/PMK.06/2008.
Naskah Perjanjian Penerusan Sampai dengan saat ini, terdapat
Pinjaman (NPPP) sebelum tahun K/L yang mengelola dana
2009, masih disajikan sebagai bergulir yakni Kementerian
Investasi Non Permanen, Perindustrian, Kementerian
sedangkan saldo penerusan Kelautan dan Perikanan,
13
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Kementerian Negara Lingkungan BUMN), Badan Hukum Milik
Hidup (KLH), Kementerian Negara (BHMN), lembaga
Negara Koperasi dan UKM (BLU internasional, dan badan usaha
Lembaga Pengelola Dana lainnya.
Bergulir (LPDB)), Kementerian PMN pada badan usaha atau
Keuangan pada BLU Pusat badan hukum lainnya yang
Investasi Pemerintah (PIP), sama dengan atau lebih dari
Kementerian Kehutanan (BLU 51% disebut sebagai Badan
Pusat Pembiayaan Pem‐ Usaha Milik Negara/Badan
bangunan Hutan). Hukum Milik Negara (BUMN
3. Investasi Non Permanen Lainnya /BHMN). Sedangkan PMN pada
Contoh Investasi Non Permanen badan usaha atau badan
Lainnya adalah investasi pada hukum lainnya yang kurang
BLU Pusat Investasi Pemerintah dari 50% (minoritas) disebut
(PIP) ‐ Kementerian Keuangan. sebagai Non BUMN. PMN dapat
Jenis investasi ini akan dibahas berupa surat berharga
pada bagian tersendiri. (saham) pada suatu perseroan
b. Investasi Permanen terbatas dan non surat
Investasi Permanen adalah berharga, yaitu kepemilikan
investasi jangka panjang yang modal bukan dalam bentuk
dimaksudkan untuk dimiliki saham pada perusahaan yang
secara berkelanjutan. Investasi bukan perseroan. Sampai
permanen meliputi: dengan akhir tahun 2009,
1. Penyertaan Modal Negara terdapat 145 BUMN dan 20
(PMN) pada Perusahaan perusahaan Non BUMN.
Negara (BUMN dan Non
14
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Nilai PMN pada BUMN/BHMN internasional dibahas pada
dengan persentase kepemilik‐ bagian tersendiri.
an sama dengan atau lebih dari 2. Investasi Permanen BLU, yaitu
51%, dan nilai PMN pada investasi permanen yang di‐
perusahaan minoritas (Non kelola oleh BLU.
BUMN) dengan kepemilikan 3. Investasi Permanen Lainnya.
20% atau lebih disajikan Termasuk dalam investasi
dengan menggunakan metode permanen lainnya adalah nilai
ekuitas (equity method). ekuitas (kekayaan bersih)
Sedangkan nilai PMN pada Non Bank Indonesia (BI), Otorita
BUMN dengan kepemilikan Batam, LPS, Taman Mini
kurang dari 20% Indonesia Indah, Otorita
menggunakan metode biaya Asahan, BP Gedung Manggala
(cost method). Wanabakti, dan Yayasan
PMN pada BHMN terdapat di Gedung Veteran.
BP MIGAS dan Perguruan
Tinggi yang berstatus BHMN. III. Permasalahan Penyajian Inves
Terhadap Perguruan Tinggi tasi dan Kebijakannya
yang berubah status dari 1. Entitas Pelaporan dan Entitas
BHMN menjadi BLU, maka Akuntansi Investasi Pemerin
penyajian PMN pada BHMN tah, serta Cakupannya
akan disesuaikan. Sesuai dengan PMK
Khusus mengenai mekanisme No.171/PMK.05/2007, unit yang
pencatatan investasi PMN dan menjalankan penatausahaan dan
penyertaan pada lembaga pelaporan investasi pemerintah
adalah Direktorat Jenderal
15
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Kekayaan Negara (DJKN) selaku Namun, sampai dengan
Unit Akuntansi Pengguna pelaporan keuangan tahun
Anggaran BUN atas Investasi 2010, DJKN selaku UAPABUN‐
Pemerintah (UAPABUN‐IP) IP, belum menyajikan
dengan Bagian Anggaran 999.03. penerimaan bagian Pemerin‐
Jadi, DJKN adalah entitas tah atas laba BUMN
pelaporan untuk Investasi (pendapatan dividen) pada
Pemerintah. Di samping itu, PMK Laporan Realisasi Anggaran BA
No.171/PMK.05/2007 999.03. Sampai dengan saat
memberikan penjelasan lebih ini, pendapatan dividen dan
lanjut bahwa DJKN selaku piutang dividen masih
UAPABUN‐IP memproses data dilaporkan secara terpisah
transaksi investasi pemerintah oleh Satker PNBP Khusus BUN
baik permanen maupun non (BA 999.99) pada Direktorat
permanen, penerimaan bagian Penerimaan Negara Bukan
laba/pendapatan dari investasi, Pajak (Dit. PNBP) ‐ Ditjen
serta penerimaan dan penge‐ Anggaran.
luaran pembiayaan. Dalam sistem akuntansi
Berdasarkan ketentuan dalam investasi pemerintah yang
PMK tersebut, maka: sedang dikembangkan, Satker
‐ Penerimaan bagian Pemerin‐ PNBP Khusus BUN (Dit. PNBP)
tah atas laba BUMN akan bertindak sebagai salah
(pendapatan dividen) dan satu entitas akuntansi BA
piutang dividen harus 999.03, dan berkewajiban
disajikan pada Laporan menyampaikan laporan
Keuangan BA 999.03. keuangan yang memuat
16
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
pendapatan dividen dan Modal Non Fisik Lainnya pada
piutang dividen kepada DJKN masing‐masing K/L yang
selaku entitas pelaporan BA mengelola dana bergulir.
999.03. Pada Laporan Keuangan tahun
‐ Pengeluaran pembiayaan dana 2009, BA 999.03 telah
bergulir dan aset investasi menyajikan pengeluaran pem‐
dana bergulir harus disajikan biayaan dana bergulir pada
pada Laporan Keuangan BA LRA BA 999.03 berdasarkan
999.03. laporan keuangan satker BLU
Sejak tahun 2009, berdasarkan pengelola dana bergulir
PMK Nomor 99/PMK.06/2008, (selaku entitas akuntansi BA
pengeluaran Dana Bergulir 999.03). Aset investasi dana
yang bersumber dari rupiah bergulir yang berasal dari
murni dialokasikan sebagai pengeluaran pembiayaan
Pengeluaran Pembiayaan tersebut seharusnya disajikan
dalam APBN, pada BA‐BUN juga pada neraca BA 999.03.
(999.03). Sebelum PMK Berdasarkan kesepakatan ber‐
tersebut diterbitkan, peng‐ sama antara BPK dan
alokasian anggaran untuk Pemerintah pada saat
pengeluaran dana bergulir pembahasan/rekonsiliasi tiga
masih bervariasi dan tidak pihak pada bulan April 2010,
konsisten dari tahun ke tahun. aset investasi dana bergulir
Pengalokasian anggaran dana untuk sementara (menunggu
bergulir tersebut dimasukkan pengembangan sistem
ke dalam Belanja Bantuan akuntansi investasi) tidak
Sosial, Subsidi, dan Belanja disajikan Neraca BA 999.03
17
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
tahun 2009, namun masih saat terjadinya transaksi
disajikan pada neraca masing‐ penambahan dan pengurangan nilai
masing K/L yang mengelola investasi, yaitu:
dana bergulir. • penambahan nilai investasi, yaitu
pada saat investasi baru,
2. Mekanisme Pencatatan Investasi pengumuman laba perusahaan
pada PMN negara (untuk metode ekuitas).
Sampai dengan saat ini, pencatatan • pengurangan nilai investasi, yaitu
investasi dalam bentuk saham pada pada saat divestasi (penjualan
perusahaan negara, baik investasi), pembagian dividen
kepemilikan yang bersifat mayoritas (untuk metode ekuitas).
maupun minoritas, menggunakan Dalam sistem akuntansi investasi
metode pencatatan secara periodik. pemerintah yang sedang dikembang‐
Pencatatan secara periodik berarti kan, perlu dipertimbangkan
bahwa nilai investasi yang disajikan mengenai metode pencatatan mana
pada neraca LKPP berdasarkan nilai yang digunakan dengan tetap
ekuitas (kekayaan bersih) memperhatikan cost and benefit‐nya.
perusahaan negara per tanggal Pencatatan secara periodik lebih
pelaporan (30 Juni dan 31 mudah dilakukan, namun tidak dapat
Desember) dikalikan dengan menyajikan informasi nilai investasi
persentase kepemilikan Pemerintah. PMN setiap terjadinya transaksi.
Selain pencatatan secara periodik, Pencatatan secara perpetual dapat
pencatatan investasi dapat menyajikan informasi nilai investasi
dilakukan secara perpetual. PMN setiap terjadinya transaksi,
Pencatatan secara perpetual berarti namun lebih rumit karena harus
pencatatan investasi dilakukan pada
18
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
mencatat setiap transaksi yang waktu itu BA 99‐Penyertaan Modal
mempengaruhi nilai investasi. Negara). Sampai saat ini total
3. Konsolidasi Dana Bergulir pengeluaran pembiayaan sebesar
Dalam proses konsolidasi untuk Rp4.500.000.000.000.
menghasilkan LKPP, pos‐pos yang Berdasarkan transaksi tersebut,
bersifat timbal balik (reciprocal Pemerintah menyajikan dana
account) harus dieliminasi. Salah tersebut sebagai investasi pada
satu pos/akun yang harus neraca sebesar
dieliminasi tersebut adalah Rp4.500.000.000.000. Dana
pos/akun atas transaksi pemberian tersebut pada LKPP disajikan
dana bergulir antar instansi sebagai “Investasi Non Permanen
Pemerintah. Transaksi tersebut Lainnya.”
terjadi antara BLU Pusat Investasi 2. Dana bergulir sebagaimana pada
Pemerintah (BLU PIP) di butir 1, dikelola oleh BLU PIP
Kementerian Keuangan dengan BLU (selaku satuan kerja pada BA015‐
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) di Kementerian Keuangan). Sampai
Kementerian Pekerjaan Umum. dengan akhir tahun 2009, dana
Perlakuan akuntansi atas transaksi tersebut sebagian telah digulirkan
dana bergulir yang dikelola oleh BLU kepada BLU BPJT, yaitu dengan
PIP ini cukup rumit, karena nilai pokok Rp1.015.000.000.000
transaksinya melibatkan beberapa dan pendapatan bagi hasil yang
entitas dan transfer dana dilakukan digulirkan kembali
secara berjenjang, yaitu: Rp11.131.694.655.
1. Pencairan dana bergulir dari APBN Sebagai satker pada Kementerian
dilakukan melalui pengeluaran Keuangan, maka Neraca BLU PIP
pembiayaan pada BA BUN (pada digabungkan pada Neraca Kemen‐
19
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
terian Keuangan. Beberapa digabungkan pada Neraca
pos/akun terkait dana bergulir Kementerian Keuangan Tahun
pada neraca BLU PIP yang 2009 adalah:
Piutang Operasional BLU kepada BPJT Rp 24.105.879.147
Piutang Non Operasional BLU Rp 17.026.732.863
Investasi Non Permanen Lainnya Rp 169.600.000.000
Dana Kelolaan BLU yang belum Digulirkan (Dana BLU PIP yang
didepositokan) Rp 3.315.400.000.000
*) terdiri dari pinjaman pokok Rp1.015.000.000.000 dan pendapatan bagi hasil yang digulirkan
kembali Rp11.131.694.655
3. BLU BPJT sebagai penerima Pada Neraca Kementerian
dana, menginvestasikan lagi dana Pekerjaan Umum Tahun 2009
kepada pihak ketiga dengan nilai terdapat pos/akun terkait dengan
sebesar Rp899.288.460.728, BLU BPJT sebagai berikut:
sedangkan sisanya masih
tersimpan sebagai kas.
Kas pada BLU Rp 255.166.521.699
Piutang Kegiatan Operasional BLU Rp 899.288.460.728
Utang Biaya Pinjaman *) Rp 35.237.573.802
Utang Jangka Panjang Rp 1.015.000.000.000
*) terdiri dari biaya pinjaman yang telah ditetapkan sebagai dana bergulir
Rp11.131.694.655 dan biaya pinjaman yang masih terutang
Rp24.105.879.147.
20
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
4. Dalam rangka penyajian LKPP • Piutang Operasional BLU
terkait dengan dana bergulir BPJT sebesar
yang dikelola oleh BLU PIP, Rp899.288.460.728 dan
maka saldo dana bergulir yang sebagian kas pada BLU BPJT
telah diinvestasikan disajikan sebesar Rp150.949.113.074
sebagai “Investasi Non juga harus dieliminasi
Permanen Lainnya”, sedang‐ menjadi “Investasi Non Per‐
kan dana yang belum manen Lainnya”. Perlakuan
digulirkan disajikan sebagai akuntansi ini sedang dikaji
“Dana Kelolaan BLU yang kembali terutama mengenai
Belum Digulirkan”. proses eliminasi atas akun‐
Untuk menyajikan Investasi Non akun terkait dana bergulir.
Permanen Lainnya pada LKPP, • Piutang dan Investasi
maka: Permanen BLU PIP selain
• Total Pinjaman BLU PIP kepada BPJT masing‐masing
kepada BLU BPJT (Pinjaman sebesar Rp17.026.732.863
Pokok dan Piutang dan Rp169.600.000.000 juga
Operasional) dengan total harus dieliminasi menjadi
sebesar Rp1.050.237.573.802 “Investasi Non Permanen
harus dieliminasi dengan Lainnya”.
Utang BLU BPJT kepada BLU Dana BLU PIP yang masih
PIP (Pokok dan Bunga) didepositokan disajikan
dengan jumlah yang sama, sebagai “Dana Kelolaan BLU
yaitu sebesar yang Belum Digulirkan”.
Rp1.050.237.573.802. 5. Dengan demikian, atas dana
APBN sebesar
21
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Rp4.500.000.000.000 beserta penyerahan aset tersebut belum
nilai tambahnya, pada LKPP ditetapkan dalam Peraturan
Tahun 2009 disajikan sebagai: Pemerintah sebagai penyertaan
• Investasi Non Permanen modal negara.
Lainnya sebesar Secara formal aset‐aset tersebut
Rp1.237.014.081.665 masih merupakan BMN pada
(Rp899.288.460.728+ masing‐masing K/L, sehingga
Rp150.949.113.074+ dicatat dan dilaporkan dalam
Rp17.026.732.863+ LKKL. Di lain pihak, aset‐aset ter‐
Rp169.600.000. 000). sebut juga dilaporkan dalam
• Dana Kelolaan BLU yang neraca BUMN yang bersangkutan.
belum Digulirkan sebesar Dalam rangka penyusunan LKPP,
Rp3.315.400.000. 000. aset‐aset yang berstatus BPYBDS
harus disajikan oleh salah satu
4. Aset yang berstatus Bantuan entitas, yaitu sebagai aset tetap
Pemerintah Yang Belum melalui neraca K/L, atau sebagai
Ditetapkan Statusnya investasi melalui neraca BUMN,
(BPYBDS) supaya tidak double counting.
Aset yang berstatus Bantuan Berdasarkan pertimbangan
Pemerintah Yang Belum “substansi mengungguli bentuk”
Ditetapkan Statusnya (BPYBDS) atau “substance over form”, aset
merupakan aset yang diperoleh tersebut disajikan pada LKPP
melalui Belanja Modal K/L yang sebagai investasi, tepatnya,
kemudian diserahkan kepada Investasi Permanen PMN, karena
BUMN untuk digunakan dalam secara substansi aset‐aset
operasional BUMN, namun tersebut telah dikuasai dan di‐
22
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
gunakan oleh masing‐masing International Monetary Fund
BUMN. Dengan demikian, aset‐ (IMF), Reconstruction and
aset yang berstatus BPYBDS tidak Development (IBRD), dan Asian
dilaporkan pada Neraca K/L, dan Development Bank (ADB).
cukup diungkapkan secara Penyertaan Pemerintah pada
memadai dalam CaLK. Lembaga Internasional dicatat
Aset BPYBDS terdapat di pada Neraca sebagai Investasi
beberapa K/L, antara lain di Jangka Panjang Permanen
Kementerian Energi dan Sumber sebesar nilai kontribusi
Daya Mineral (ESDM) yang pemerintah yang telah dibayar
berada di PT PLN, Kementerian tunai maupun dalam bentuk
Perhubungan berada di PT penerbitan Promissory Notes.
Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Promissory Notes yang telah
PT PELNI, dan PT KAI. diterbitkan tersebut juga diakui
sebagai kewajiban pada Neraca.
5. Penyertaan Modal Pemerintah
pada Lembaga Internasional IV. Penutup
Dalam rangka keikutsertaan Jenis investasi yang disajikan pada
Pemerintah dalam keanggotaan laporan keuangan Pemerintah
pada lembaga internasional, sangat banyak dan beragam.
Pemerintah diwajibkan memberi‐ Masing‐masing jenis investasi
kan kontribusi dengan nilai tersebut mempunyai karakteristik
tertentu, baik tunai maupun tersendiri. Untuk itu, sistem
dalam bentuk surat utang akuntansi investasi Pemerintah
(promissory notes), kepada yang mengatur mengenai
lembaga dimaksud, seperti mekanisme, cakupan, dan
23
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
perlakuan/kebijakan akuntansi Pedoman Pengelolaan Dana
sangat diperlukan dalam rangka Bergulir Pada Kementerian
penyajian dan pelaporan investasi Negara/Lembaga.
Pemerintah. 3. Peraturan Menteri Keuang‐
an No.171/PMK.05 /2007
V. Daftar Pustaka tentang Sistem Akuntansi
1. Peraturan Pemerintah dan Pelaporan Keuangan
Nomor 24 Tahun 2005 Pemerintah Pusat.
tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan yang telah
diganti dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010.
2. Peraturan Menteri
Keuangan (PMK) Nomor
99/PMK.06/2008 tentang
24
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
TELAAH ASET TETAP PADA PENYUSUNAN NERACA
Mega Meilistya,
Kepala Seksi Informasi dan Publikasi,
Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
25
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
berdasarkan kesamaan dalam sifat sebagaimana diatur dalam PMK
atau fungsinya dalam aktivitas Nomor 171/PMK.05/2007 tentang
operasi entitas dan mengklasifikasi‐ Sistem Akuntansi dan Pelaporan
kannya menjadi: Tanah; Peralatan Keuangan Pemerintah Pusat. SAI
dan Mesin; Gedung dan Bangunan; dilaksanakan secara berjenjang dari
Jalan, Irigasi, dan Jaringan; Aset tingkat satuan kerja hingga tingkat
Tetap Lainnya; dan Konstruksi dalam kementerian negara/lembaga. Secara
Pengerjaan. periodik, SAI menghasilkan laporan
Penyajian aset tetap pada Neraca pertanggungjawaban K/L berupa
berada di sisi debet dan mempunyai laporan keuangan yang akan
akun lawan Diinvestasikan dalam dikonsolidasikan oleh Kementerian
Aset Tetap. Dengan demikian, Keuangan c.q Direktorat Akuntansi
masing‐masing entitas harus dan Pelaporan Keuangan (Dit. APK)
memastikan bahwa total nilai dari untuk menjadi Laporan Keuangan
semua akun aset tetap di Neraca Pemerintah Pusat (LKPP). Keluaran
harus sama dengan nilai akun utama dari SAI adalah Neraca dan
Diinvestasikan dalam Aset Tetap Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
pada setiap akhir periode pelaporan. sementara Catatan atas Laporan
Keuangan dikerjakan secara manual
II. SAI dan SIMAK BMN untuk menjelaskan kejadian‐kejadian
Untuk mencatat transaksi‐transaksi yang dicatat pada kedua laporan di
keuangan pada kementerian atas.
negara/lembaga, telah dibangun SAI merupakan penggabungan dari
sistem akuntansi instansi (SAI) yang Sistem Akuntansi Keuangan (SAK)
merupakan bagian dari Sistem dan Sistem Informasi Manajemen dan
Akuntansi Pemerintah Pusat (SAPP) Akuntansi Barang Milik Negara
26
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
(SIMAK BMN). Apabila SAK dikelola ADK dari bagian perlengkapan/
oleh bagian keuangan K/L dan barang akan di‐upload oleh bagian
ditujukan untuk memproses keuangan sehingga dapat dihasilkan
transaksi‐transaksi keuangan, maka nilai akun aset tetap pada Neraca.
SIMAK BMN dikelola oleh bagian Nilai total akun aset tetap di Neraca
perlengkapan/barang dan ditujukan harus sama dengan nilai Laporan
untuk mengolah transaksi‐transaksi BMN intrakomptabel yang digunakan
barang termasuk persediaan pada untuk melaporkan BMN non
K/L. persediaan dan non Konstruksi
Untuk memperoleh nilai aset tetap Dalam Pengerjaan yang memenuhi
pada Neraca, bagian keuangan dan syarat kapitalisasi. Sementara, bila
bagian perlengkapan/barang harus akuntansi BMN pada satuan kerja
bekerja sama. Setiap terjadi transaksi masih dikerjakan secara manual (hal
aset tetap, terutama transaksi yang amat jarang terjadi pada saat
perolehan aset tetap, bagian ini) satuan kerja yang bersangkutan
keuangan harus menyampaikan harus memeriksa kebenaran
dokumen sumber terkait kepada mapping antara laporan BMN dengan
bagian perlengkapan/barang. akun‐akun aset tetap yang
Demikian pula, bagian perlengkap‐ bersesuaian di Neraca.
an/barang wajib mengirimkan Arsip
Data Komputer (ADK) aset tetap ke III.Telaah terhadap Aset Tetap
bagian keuangan setiap bulannya Nilai akun aset tetap di Neraca
sebagai bahan penyusunan neraca. berasal dari nilai saldo awal (saldo
Proses pencocokan data ini disebut akhir akun aset tetap di Neraca tahun
juga sebagai rekonsiliasi. lalu) ditambah/dikurangi nilai
mutasi aset tetap selama periode
27
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
berjalan. Berdasarkan PMK Nomor pembangunan berupa bangunan/
171/PMK.05/2007, mutasi aset tetap gedung dan BMN lainnya yang
terdiri dari: telah diserahterimakan dengan
1. Transaksi perolehan, seperti: Berita Acara Serah Terima;
pembelian, transfer masuk, hibah, 3. Pengembangan, merupakan
rampasan, penyelesaian pem‐ transaksi pengembangan BMN
bangunan, reklasifikasi masuk, yang dikapitalisasi yang
dan sebagainya. mengakibatkan pemindahbukuan
2. Transaksi perubahan, seperti: dari Daftar BMN Ekstra‐
pengurangan, perubahan kondisi, komptabel ke Daftar BMN
pengembangan, dan koreksi Intrakomptabel atau perubahan
nilai/kuantitas aset. nilai/satuan BMN dalam BI
3. Transaksi penghapusan, seperti: Intrakomptabel.
penghapusan, transfer keluar, Terhadap transaksi‐transaksi di atas,
hibah (keluar), reklasifikasi satuan kerja harus memastikan
keluar, dan koreksi pencatatan. bahwa arus uang untuk belanja
Transaksi yang mempengaruhi saldo modal bersangkutan telah dicatat
aset tetap yang berasal dari adanya pada SIMAK BMN sesuai jenis aset
Belanja Modal (53xx) adalah: yang diperoleh. Namun demikian,
1. Pembelian, yaitu terjadinya pada praktiknya masih terdapat
transaksi pertukaran dengan kesalahan pengklasifikasian
penyerahan sejumlah uang untuk penganggaran atas perolehan aset
memperoleh sejumlah barang; seperti:
2. Penyelesaian Pembangunan, 1. Perolehan barang persediaan, aset
yaitu transaksi perolehan BMN tetap yang tidak memenuhi syarat
dari hasil penyelesaian minimum kapitalisasi dan aset
28
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
tetap yang akan diserahkan atau Sebagai contoh antara lain:
dijual kepada pihak ketiga atau Suatu satuan kerja melakukan
masyarakat dianggarkan dengan perbaikan atap gedung kantornya
menggunakan belanja modal. Hal yang telah rusak ringan. Atap
ini mengakibatkan tidak semua gedung yang baru diperkirakan
realisasi belanja modal di LRA akan mempunyai masa manfaat
sama dengan penambahan aset yang lebih lama daripada atap
tetap di Neraca. Namun, hal gedung yang lama. Seharusnya
demikian harus dihindari karena penggantian atap gedung sebesar
tidak sesuai dengan Bagan Akun Rp.56 juta menggunakan belanja
Standar (BAS). modal karena pekerjaan ini telah
Sebagai contoh antara lain: memenuhi syarat kapitalisasi
a. Pembelian alat tulis kantor dan dengan memperpanjang masa
sparepart kendaraan bermotor manfaat (atap) gedung.
menggunakan belanja modal
b. Pembangunan kanopi dengan Selain itu perbedaan antara realisasi
nilai di bawah Rp10.000.000,‐ Belanja modal dengan penambahan
yang dianggarkan dengan aset tetap dapat disebabkan oleh:
menggunakan belanja modal. 1. Belanja modal untuk Pengadaan
c. Pembangunan rumah yang aset tak berwujud tidak akan
akan diserahkan kepada para menambah nilai akun aset tetap
transmigran dianggarkan karena aset tak berwujud akan
dengan belanja modal. dicatat sebagai bagian dari Aset
2. Perolehan aset tetap dianggarkan Lainnya.
dengan menggunakan belanja 2. Aset Renovasi yang telah
barang. diserahterimakan.
29
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Belanja modal untuk aset renovasi dalam rangka penyelenggaraan
dicatat sebagai aset tetap lainnya pemerintahan yang tidak
pada Neraca satker yang dianggarkan dalam anggaran
merenovasi. Pada akhir tahun, kementerian negara/lembaga.
aset renovasi tersebut diserahkan Belanja lain‐lain tersebut
pada satker yang memiliki terkadang digunakan untuk
bangunan. Aset renovasi yang perolehan aset tetap, seperti
telah diserahterimakan kepada belanja untuk penyelenggaraan
pihak lain harus dikeluarkan dari PEMILU (Akun 58xx) yang juga
pembukuan satuan kerja berisi anggaran untuk pengadaan
dimaksud karena secara prinsip kendaraan dan komputer.
telah terjadi perpindahan Selain penelaahan antara belanja
kepemilikan. Dengan demikian, modal dan perubahan nilai akun aset
meskipun pengadaan aset tetap, petugas satuan kerja juga
renovasi tersebut menggunakan harus memastikan bahwa tidak ada
mata anggaran belanja modal akun Aset Tetap Sebelum
(53xx), tidak ada hubungan timbal Disesuaikan pada penyajian Neraca.
balik antara belanja modal di LRA Apabila hal ini terjadi, petugas harus
dengan penambahan aset tetap di memeriksa kemungkinan sebagai
Neraca. berikut:
3. Perolehan aset tetap yang berasal a. Apakah penerimaan ADK dari
dari belanja lain‐lain. aplikasi SIMAK BMN telah
Pada dasarnya belanja lain‐lain dilakukan. Apabila bagian
dimaksudkan untuk pengeluaran keuangan belum memproses
yang bersifat mendesak seperti ADK aplikasi SIMAK BMN yang
bencana alam dan pengeluaran diperoleh dari bagian
30
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
perlengkapan/barang, maka 2. Untuk penyusunan CaLK, bagian
akun Aset Tetap Sebelum keuangan meminta catatan atas
Disesuaikan akan terus muncul BMN yang menjelaskan peristiwa
di Neraca karena ADK aplikasi penambahan, perubahan, dan
SIMAK BMN yang diterima oleh pengurangan aset tetap dan
aplikasi SAK akan membalik catatan yang berhubungan dengan
jurnal korolari yang dibuat belanja modal kepada bagian yang
pada saat bagian keuangan mengelola BMN;
menginput SP2D belanja modal. 3. Validitas neraca satuan kerja akan
b. Aset berikut SPM/SP2D belum menentukan kualitas neraca pada
direkam. Terdapat kemungkin‐ level di atasnya;
an aset tetap telah diterima 4. Untuk menyajikan neraca
bagian perlengkapan/barang komparatif secara baik, satuan
meskipun SPM/SP2D belum kerja harus meyakini bahwa data
siap diinput oleh bagian aset tetap yang digunakan, baik
keuangan. Sehingga pada saat untuk neraca periode yang lalu
ADK aplikasi SIMAK BMN maupun untuk neraca periode
diproses di SAK akan berjalan, sudah benar.
menghasilkan akun Aset Tetap
Sebelum Disesuaikan di V. Daftar Pustaka
Neraca. 1. Peraturan Menteri Keuangan RI
Nomor 171/PMK.05/2007
IV. Penutup/Kesimpulan tentang Sistem Akuntansi dan
1. Semua aset tetap pada tanggal Pelaporan Keuangan Peme‐
neraca harus tersaji dalam rintah Pusat.
neraca;
31
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
2. Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor PER‐
51/PB/2008 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga.
32
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
LANGKAHLANGKAH PEREKAMAN DATA AKRUAL KE DALAM SISTEM
AKUNTANSI INSTANSI *)
Tio Novita Efriani,
Kepala Seksi Dukungan Implementasi Standar Akuntansi Lingkungan
Pemerintah Pusat, Direktorat Akuntansi dan Pelaporan Keuangan
I. Pendahuluan informasi pendapatan dan
Pasal 26 Undang‐Undang (UU) belanja secara akrual
Nomor 41 Tahun 2008 tentang
Dalam rangka melaksanakan amanat
Anggaran Pendapatan dan
tersebut, Pemerintah menerbitkan
Belanja Negara Tahun Anggaran
Peraturan Direktur Jenderal
2009 sebagaimana telah diubah
Perbendaharaan (Perdirjen) Nomor
dengan Undang‐Undang Nomor
62/PB/2009 tentang Tata Cara
26 Tahun 2009 mengamanatkan
Penyajian Informasi Pendapatan dan
agar Laporan Realisasi Anggaran
Belanja Secara Akrual pada Laporan
pada Laporan Keuangan Peme‐
Keuangan. Pasal 3 Perdirjen
rintah Pusat Tahun 2009
62/PB/2009 menyatakan bahwa
dilengkapi dengan in1‐
Satuan Kerja pada Kementerian
formasi pendapatan dan belanja
Negara/Lembaga selaku Unit
secara akrual. Informasi tentang
Akuntansi Kuasa Pengguna
pendapatan dan belanja secara
Anggaran (UAKPA) menyajikan
akrual dimaksudkan sebagai
informasi pendapatan dan belanja
tahap menuju penerapan
secara akrual berupa suplemen yang
anggaran yang dilengkapi dengan
dilampirkan pada laporan keuangan
*) Terima kasih kepada Ibu Astriyani dan rekan‐rekan tingkat UAKPA tahunan. Informasi
lainnya yang telah membantu dalam penyelesaian
tulisan ini.
33
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
pendapatan dan belanja secara Perdirjen 62/PB/2009 tentang Tata
akrual tersebut disajikan Cara Penyajian Informasi
berdasarkan data akrual pada pendapatan dan Belanja secara
tanggal pelaporan. Akrual pada Laporan Keuangan
menguraikan 4 (empat) jenis
Berbeda dengan informasi
transaksi yang menghasilkan data
pendapatan dan belanja secara
akrual. Keempat transaksi tersebut
akrual yang disajikan sebagai
adalah:
suplemen laporan keuangan, data
akrual pada tanggal pelaporan perlu 1. Belanja yang Masih Harus
direkam ke dalam neraca satuan Dibayar
kerja yang bersangkutan dengan Belanja yang Masih Harus
menggunakan Sistem Akuntansi Dibayar adalah kewajiban yang
Instansi. timbul akibat hak atas
barang/jasa yang telah diterima
Tulisan ini disusun dalam rangka
dan dinikmati dan/atau
penerapan Perdirjen 62/PB/2009.
perjanjian komitmen yang
Tujuan utama tulisan ini adalah
dilakukan oleh kementerian
untuk menjelaskan langkah‐langkah
negara /lembaga/pemerintah,
dalam merekam data akrual
namun sampai akhir periode
tersebut ke dalam Sistem Akuntansi
pelaporan belum dilakukan
Instansi (SAI), sehingga pemahaman
pembayaran/ pelunasan/
dalam merekam data akrual ke
realisasi atas hak/
dalam SAI dapat ditingkatkan.
perjanjian/komitmen tersebut.
II. Identifikasi Data Akrual dan Dari pengertian di atas, Belanja
Pengaruhnya pada Neraca
34
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
yang Masih Harus Dibayar dapat pelaporan belum dilakukan
dibagi menjadi dua, yaitu: realisasi atas perjanjian
komitmen tersebut kepada
1. Kewajiban yang timbul akibat
pihak ketiga.
hak atas barang/jasa yang
telah diterima kementerian
Belanja yang masih harus dibayar
negara/lembaga, namun
antara lain terdiri dari:
sampai pada akhir periode
pelaporan belum dilakukan • Belanja barang atas langganan
pembayaran/pelunasan atas daya/jasa
hak tersebut kepada pegawai • Belanja modal atas serah
dan/atau pihak ketiga selaku terima aset tetapi belum
penyedia barang/jasa. dibayar
Termasuk dalam hal ini • Bunga atas pinjaman yang
adalah kewajiban kepada pe‐ belum dibayar
gawai dan barang dalam Pada neraca, belanja yang masih
perjalanan yang telah harus dibayar disajikan sebagai
menjadi haknya. kewajiban jangka pendek.
2. Kewajiban yang timbul akibat
2. Belanja Dibayar di Muka
perjanjian/komitmen yang
Belanja Dibayar di Muka
dilakukan oleh pemerintah
merupakan pengeluaran satuan
berdasarkan peraturan yang
kerja/pemerintah yang telah
ada, seperti Belanja Subsidi,
dibayarkan dari Rekening Kas
Belanja Bantuan Sosial, dan
Umum Negara dan membebani
Transfer ke Daerah, namun
pagu anggaran, namun
sampai pada akhir periode
barang/jasa/fasilitas dari pihak
35
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
ketiga belum diterima/dinikmati kerja/pemerintah karena adanya
satuan kerja/pemerintah. Beban tunggakan pungutan pendapatan
Dibayar di Muka diakui ketika dan transaksi lainnya yang
pemerintah mempunyai hak menimbulkan hak tagih satuan
klaim untuk mendapatkan atau kerja/pemerintah dalam rangka
manfaat ekonomi lainnya dari pelaksanaan kegiatan
entitas lain telah atau tetap masih pemerintahan. Pendapatan yang
terpenuhi, dan nilai klaim masih harus diterima timbul
tersebut dapat diukur atau karena imbalan atas
diestimasi. Dengan kata lain, pelayanan/fasilitas yang telah
Belanja Dibayar di Muka timbul diberikan pemerintah kepada
karena pemerintah telah melaku‐ pihak lain belum diterima. Pada
kan pembayaran atas neraca, pendapatan yang masih
barang/jasa kepada pihak ketiga harus diterima disajikan sebagai
yang barangnya /manfaatnya piutang.
masih akan diterima pada
4. Pendapatan Diterima di muka
periode berikutnya. Pada neraca,
Pendapatan diterima di muka
Belanja Dibayar di Muka
adalah pendapatan yang diterima
disajikan sebagai piutang.
oleh satuan kerja/pemerintah
3. Pendapatan yang Masih Harus dan sudah disetor ke Rekening
Diterima Kas Umum Negara, namun wajib
Pendapatan yang masih harus setor belum menikmati
diterima adalah pendapatan yang barang/jasa/ fasilitas dari satuan
sampai dengan tanggal pelaporan kerja/pemerintah, atau pen‐
belum diterima oleh satuan dapatan pajak/bukan pajak yang
36
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
telah disetor oleh wajib Perdirjen 62/PB/2009. Pada saat
pajak/bayar ke Rekening Kas menyusun laporan keuangan,
Umum Negara yang berdasarkan satuan kerja harus menganalisa
hasil pemeriksaan dan/atau jenis data akrual yang mungkin
penelitian oleh pihak yang ada pada unit kerjanya. Se‐
berwenang terdapat lebih bayar lanjutnya data akrual tersebut
pajak/bukan pajak. direkam ke dalam neraca satuan
kerja dengan menggunakan
Pendapatan diterima di muka
aplikasi SAI.
timbul pada saat Pemerintah
telah menerima pembayaran atas III. Garis Besar LangkahLangkah
suatu pemberian jasa/fasilitas/ Perekaman Data Akrual ke
pelayanan yang diberikan, tetapi dalam Sistem Akuntansi
belum menyelesaikan pekerjaan Instansi
tersebut. Pendapatan diterima di Data akrual yang timbul sebagai
muka juga dapat terjadi apabila akibat dari penerapan
wajib pajak telah menyetorkan implementasi pendapatan dan
kewajiban pajak yang tidak hanya belanja berbasis akrual perlu
untuk kewajiban pajak periode dicatat pada neraca satuan kerja.
berjalan tetapi juga untuk Secara garis besar, langkah‐
kewajiban periode berikutnya. langkah perekaman data akrual
Pada neraca, pendapatan ke dalam neraca satuan kerja
diterima di muka disajikan dengan menggunakan aplikasi
sebagai kewajiban jangka pendek. SAI adalah sebagai berikut.
37
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Kuasa Pengguna Anggaran
(SAKPA), pilih 05.Jurnal Neraca
38
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Langkah 2: Klik ”Tambah”, maka akan tampil layar sebagai berikut:
39
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
akun tertentu, satuan kerja dibayar, satker dapat
dapat menuliskan kata kunci. menuliskan kata kunci “harus”
Misalnya untuk mencari akun pada bagian “cari” sebagaimana
Belanja yang masih harus tertera dalam tampilan berikut.
40
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Perbendaharaan. Dengan demikian, terbaru (Aplikasi SAKPA 2010 versi
seluruh jurnal berikut dapat 28 September 2010).
direkam pada aplikasi SAKPA
1. Contoh Jurnal Belanja yang masih harus dibayar.
3. Contoh Jurnal Pendapatan Yang Masih Harus Diterima.
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Rp) (Rp)
113211 Piutang Penerimaan Negara xxxx
Bukan Pajak
311311 Cadangan Piutang xxxx
41
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
4. Contoh Jurnal Pendapatan Diterima Di Muka.
Kode Uraian Debet Kredit
Akun (Rp) (Rp)
312211 Barang/Jasa Yang Harus xxxx
Diserahkan
211811 Pendapatan Sewa xxxx
Diterima di Muka
42
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
KLINIK AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT
43
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
sudah terlanjur dibebankan ke SAKPA. Pertanyaannya apakah
dalam kode akun 521213 tetap Neraca SAKPA pada Satker BLU
dapat dicairkan, tetapi untuk Akun Akrual juga harus di jurnal
selanjutnya agar dapat dibebankan balik, padahal akun akrual tersebut
ke dalam kode akun 521115. berasal dari konsolidasi transaksi
satker BLU yang memang telah
Terkait dengan kegiatan menggunakan akrual basis pada
sosialisasi/lokakarya maka laporannya.
pembebanan untuk honor
pembicara dan moderator Jawab:
menggunakan 522115 (Belanja Jasa Perlu diketahui bahwa Penyajian
Profesi) karena pegawai yang Neraca menggunakan basis akrual.
bersangkutan dianggap memiliki Untuk Surat Direktur APK perihal
keahlian khusus dan panitia penyajian informasi akrual hal
penyelenggara membutuhkan tersebut hanya digunakan untuk
jasanya untuk membantu kegiatan satuan kerja yang belum
yang diselenggarakan oleh panitia menggunakan basis akrual dalam
tersebut. Sedangkan uang harian penyusunan laporan keuangannya.
untuk panitia dan peserta dapat Satuan kerja BLU telah
dibebankan ke dalam kode akun menggunakan basis akrual
521219 (Belanja Barang Non sehingga informasi akrual telah
Operasional Lainnya). disajikan dalam neraca.
3. Satker BLU dalam pelaporannya 4. Akun apa dan kegiatan/sub
telah menggunakan Akrual Basis, kegiatan mana yang sesuai untuk
sedangkan untuk Neraca di SAKPA pembuatan/peremajaan aplikasi
masih menggunakan Kas Basis. database berbasis web lokal
Sesuai Surat Direktur APK tanggal (intranet)?
23‐02‐2010 nomor S‐
202/PB.6/2010 perihal Tindak Jawab:
Lanjut Perdirjen nomor Per‐ Terkait dengan pembuatan
62/PB/2009 bahwa pada awal /peremajaan aplikasi database
tahun anggaran informasi akrual berbasis web lokal (internet) maka
harus dijurnal balik dari Neraca dapat dibebankan ke dalam kode
44
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
kegiatan 0001 (Penyelenggaraan digunakan dalam operasional
Operasional Dan Pemeliharaan kegiatan selama beberapa tahun
Perkantoran) Sub kegiatan dengan sehingga memenuhi kriteria
kode akun 536111 (Belanja Modal pengakuan sebagai Aset Lainnya.
Fisik Lainnya) untuk pembuatan Aset Tak Berwujud merupakan
aplikasi data tersebut. Terkait bagian dari Aset Lainnya.
dengan peremajaan aplikasi Berdasarkan hal tersebut di atas,
database maka dapat digunakan pengeluaran untuk pengadaan
akun belanja barang. software yang hendaknya
menggunakan kode akun 536111
5. Apakah perbaikan sebuah alat yg (Belanja Modal Fisik Lainnya).
merupakan bagian/unit yang tidak Sedangkan belanja untuk
dapat dipisahkan dengan induknya, memperpanjang lisensi software
yaitu satu buah sumur pompa dimaksud diperlakukan sebagai
rusak, pipa saluran airnya dan pengeluaran yang tidak
sparepart lainnya, serta ongkos dikapitalisasi sehingga dapat
pemasangannya dapat dibiayai dibebankan ke kode akun 523119
dengan menggunakan akun belanja (Belanja Biaya Pemeliharaan
523121? Lainnya). Untuk Aset Tak Berwujud
sampai saat ini belum ada batasan
Jawab: nilai kapitalisasinya.
Atas seluruh pengeluaran untuk
penggantian sparepart tersebut 7. Pengembalian penerimaan belanja
dapat dibebankan ke dalam kode pensiun tahun anggaran yang lalu
akun 523121 (Belanja dibebankan ke akun berapa?
Pemeliharaan Peralatan dan
Mesin). Jawab:
6. Akun apa yang sesuai untuk Sesuai dengan Standar Akuntansi
pembebanan pengadaan software? Pemerintahan bahwa
pengembalian belanja tahun lalu
Jawab: diperlakukan sebagai pendapatan
Pembelian software pada umumnya lain‐lain dengan menggunakan
dimaksudkan untuk dimiliki dan kode akun 423912 (Penerimaan
Kembali Belanja Pensiun Tahun
45
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Anggaran Yang Lalu). Apabila mempunyai fotokopi DIPA yang
pengembalian pendapatan untuk menjadi dasar pembayaran. Tolong
akun 423912 dimintakan pada kami diberitahu kode‐kode yang
tahun yang sama dengan benar untuk setoran tersebut,
pengakuan pendapatan tersebut sebagai dasar kami untuk
maka menggunakan kode akun melakukan perbaikan/koreksi.
yang sama sehingga akan
mengurangi realisasi pendapatan‐ Jawab:
nya, sedangkan apabila diminta Setoran ini harus disesuaikan
pada tahun anggaran berikutnya dengan kode satker, kode fungsi,
maka menggunakan kode akun sub fungsi, program, kegiatan, sub
311212 (Koreksi atas Pendapatan kegiatan dan kode akun yang ada
Tahun Anggaran Yang Lalu) yang dalam DIPA sehingga seharusnya
dilakukan di Dit. PKN. ditanyakan hal terbut kepada
satker pusat yang mengeluarkan
8. Bank Persepsi KPPN Ternate belanjanya. Agar berhubungan
menerima setoran pengembalian dengan si penyetor untuk
belanja akun 572111, dengan kode melakukan konfirmasi dengan
BA 023 dan kode unit organisasi 11 satker pusat di Jakarta yang
dan kode satker 137608 (Badan melakukan belanjanya terkait
Penelitian dan Pengembangan dengan kode2 yang terdapat pada
Pendidikan dan Kebudayaan) dan DIPA untuk memastikan kebenaran
kode fungsi 10 kode subfungsi 02, SSPB dimaksud.
kode program 01, kode kegiatan
2598 dan sub kegiatan 0154, kode 9. Kami akan melakukan proses
lokasi 0151 dengan uraian kegiatan akreditasi sebagai
Pengembalian Sisa Dana Ujian laboratorium penguji mutu dan
Nasional SMA/MA Tahun 2010. sertifikasi setingkat ASEAN, yang
Apakah betul setoran tersebut mana tim audit/asessor berasal
masuk ke dalam kode‐kode dari negara ASEAN seperti
tersebut diatas? Karena Singapore, apakah biaya akreditasi
kemungkinan si penyetor tersebut dapat dimasukkan ke
menerima dana tersebut dari dalam akun 521219 yang meliputi:
jakarta dan kami di seksi vera tidak biaya tiket PP auditee/asessor,
46
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
biaya penginapan, transpot lokal, dapat dibayarkan pengeluaran
konsumsi dan juga honorarium berupa uang tiket dan uang
mereka serta biaya pembelian harian (penginapan, uang
bahan kimia, ATK (habis pakai), makan, uang saku, transpor
fotokopi, penjilidan, konsumsi lokal) yang dibebankan ke
rapat, dsb. dalam kode akun 524211 atau
524219.
Jawab: b. Pengeluaran untuk tiket dan
Terkait dengan kegiatan yang uang harian bagi peserta yang
dilaksanakan dalam rangka berasal dari dalam negeri (di
kegiatan akreditasi laboratorium luar kota tempat penyelengga‐
penguji mutu dan sertifikasi raannya) menggunakan kode
setingkat ASEAN maka setiap akun 524111
pengeluaran harus dipilah sesuai c. Biaya untuk pembelian bahan
dengan karakteristik masing‐ kimia, ATK, fotokopi, penjilidan,
masing yang mengacu pada PMK konsumsi rapat dapat
97/PMK.05/2010 tentang dibebankan ke dalam kode
Perjalanan Dinas Luar Negeri Bagi akun 521219 (Belanja Barang
Pejabat Negara, Pegawai Negeri, Non Operasional Lainnya).
Pegawai Negeri Tidak Tetap yaitu: Untuk yang dekat kota
a. Bagi Narasumber yang berasal penyelengaraannya juga
dari luar negeri maka biaya mengunakan akun 521219.
yang dibayarkan adalah biaya
tiket, uang harian (lumpsum) 10. Apakah perjalanan dinas dalam
dan honor sebagai narasumber. kota dapat dibayarkan
Biaya tiket dan lumpsum dapat menggunakan istilah uang harian
dibebankan ke dalam kode dalam arti masuk kategori
akun 524211 atau 524219 perjalanan dinas dalam negeri
sedangkan honor sebagai (5241) dengan bayaran 60% dari
narasumber dibebankan ke satuan biasa. KPPN menolak SPJnya
dalam kode akun 522115 dengan alasan hanya boleh
(Belanja Jasa Profesi). dibayarkan dengan menggunakan
Sedangkan untuk peserta yang bantuan transpor saja.
berasal dari luar negeri maka
47
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
Jawab: digunakan untuk belanja konsumsi
Pembayaran perjalanan dinas yang diswakelola?
dalam negeri, upah harian, dan
uang transpor harus dibedakan. Jawab:
Perjalanan dinas dalam negeri Pengeluaran belanja akomodasi
menggunakan kode akun 5241XX, dan konsumsi yang dikerjakan
sedangkan pengeluaran untuk upah swakelola tidak dapat dibebankan
harian dan uang transpor dapat ke dalam kode akun 522119
menggunakan kode akun 521219 (Belanja Jasa Lainnya) karena
(Belanja Barang Non Operasional satuan kerja tidak mendapat
Lainnya). Sesuai dengan PMK manfaat dalam bentuk jasa dari
Nomor 45/PMK.02/2007 tentang rekanan. Sedangkan untuk
Perjalanan Dinas Dalam Negeri akomodasi dan konsumsi yang
bahwa perjalanan dapat dipihak ketigakan dapat
dikategorikan sebagai perjalanan menggunakan akun tersebut.
dinas dalam negeri apabila
melakukan perjalanan ke luar 12. Mohon dapat dijelaskan untuk akun
tempat kedudukan baik 522119 dapat digunakan untuk
perseorangan maupun secara pengeluaran apa saja? Apakah
bersama yang jaraknya sekurang‐ kegiatan sidak pimpinan
kurangnya 5 (lima) kilometer dari (perjalanan dinas), pembayaran
batas kota, yang dilakukan dalam honor posko, monitoring kesiapan
wilayah Republik Indonesia untuk angkutan lebaran dapat
kepentingan Negara atas perintah menggunakan kegiatan angkutan
Pejabat yang Berwenang. Apabila lebaran dan natal (MA 522119)?
jaraknya kurang dari 5 km dari
batas kota dibayarkan Jawab:
menggunakan transpor lokal. Akun 522119 (Belanja jasa lainnya)
seharusnya digunakan untuk
11. Apakah akun 522119 dapat pembayaran jasa yang langsung
digunakan untuk akomodasi dan dibayarkan kepada pihak ketiga
konsumsi yang dipihak ketigakan? dan sifatnya kontraktual. Hal ini
Apakah akun tersebut boleh perlu dikonfirmasi pada perencana
kegiatan pada saat penyusunan
48
Panduan Teknis Akuntansi Pemerintah Pusat Edisi 8 Tahun 2010
RKAKL ataupun pada POK. Namun pembelian perlengkapan kantor,
apabila instansi Saudara ada barang cetak, alat‐alat rumah
tupoksi untuk melaksanakan jasa tangga, langganan surat kabar
pengangkutan maka dapat /berita/majalah, biaya minum
melaksanakannya secara swakelola /makanan kecil untuk rapat, biaya
menggunakan kode akun tersebut. penerimaan tamu, Satuan biaya
Apabila tidak ada TUPOKSI untuk yang tidak dikaitkan dengan
melaksanannya maka sebaiknya jumlah pegawai antara lain biaya
menggunakan kode akun 521219 satpam/pengaman kantor,
(Belanja Barang Non Operasional cleaning service, telex, internet,
Lainnya). Pembayaran honorarium komunikasi khusus diplomat,
posko sebaiknya menggunakan pengurusan sertifikat tanah setelah
kode akun 521213 (Honor Terkait perolehan (perubahan status, balik
Output Kegiatan), sedangkan biaya nama), pembayaran PBB, ‐
perjalanan dinas dimasukan ke Pengeluaran untuk membiayai
dalam kode akun 524111 (Belanja pengadaan /penggantian Aset
Perjalanan Dinas Biasa) Tetap/BMN yang berhubungan
dengan penyelenggaraaan
13. Mohon petunjuk perubahan akun administrasi kantor/satker di
521219 menjadi 523111 dan bawah nilai minimum kapitalisasi, ‐
perincian detail eksploitasi biaya satpam/pengaman kantor
operasional kantor apa saja. dan cleaning service pada belanja
Jawab: keperluan perkantoran (521111)
Sesuai PMK 69/2010, Perubahan harus didasarkan atas kontrak
kode akun yang masih dalam level (dengan SPK).
4 digit agar diajukan kepada Kanwil
DJPB atau Dit. PA. DJPBN. Sesuai
Per‐08/PB/2009, Belanja
Keperluan sehari‐hari perkantoran
(521111) digunakan untuk Satuan
biaya yang dikaitkan dengan
jumlah pegawai yaitu pengadaan
barang yang habis dipakai antara
lain pembelian alat‐alat tulis,
49