You are on page 1of 103

PENDAHULUAN

Ada sebuah bagian dalam ilmu kesehatan anak, yang mempelajari dan
mengkaji aspek-aspek sosial yang berhubungan baik secara langsung maupun tak
langsung dengan kesehatan anak, yaitu pediatri sosial. Pediatri Sosial merupakan
wadah berbagai upaya kesehatan anak yang secara umum mencakup upaya bidang
promosi, pencegahan penyakit, deteksi dini, pengobatan, dan rehabilitasi. Selain itu
juga menangani seluruh aspek kehidupan anak, mulai dari hubungan anak dengan
keluarga, hingga interaksi dan hubungan dengan lingkungan.
Pediatri sosial sangat dekat kaitannya dengan pengkajian pola tumbuh
kembang anak. Banyak hal yang menjadi perhatian dalam pediatri sosial di antaranya
mengenai imunisasi, masalah gizi anak, gangguan tumbuh kembang, psikologi anak,
penanganan child abuse, drugs abuse, pekerja anak hingga anak-anak pengungsi.
Pediatri sosial bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Namun lebih dari
perpaduan berbagai profesi yang terlibat di dalamnya guna memberikan masukan baik
secara klinis maupun preventif bagi masalah-masalah pediatri secara garis sosial.
Pediatri sosial merupakan suatu usaha atau cara pendekatan yang dilakukan
secara terus menerus pada anak, dimulai sejak dalam kandungan, waktu lahir, bayi,
sampai usia remaja, agar anak dapat tumbuh dan kembang sebaik-baiknya. Sebetulnya
seluruh bidang pediatri yang ada sekarang ini masuk ke dalam pediatri sosial. Dapat
dikatakan bapak segala ilmu mengenai pediatri itu adalah pediatri sosial.
Bidang ini menjadi dasar yang memberi kesempatan pada setiap anak untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal secara fisik, intelektual, dan emosional.
Dengan demikian seorang anak akan berpeluang lebih baik untuk menjadi seorang
dewasa yang sehat dan produktif. Dengan pemikiran ini sebenarnya upaya
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak harus lebih diutamakan
kepada upaya dalam bidang pediatri pencegahan yang termasuk dalam pediatri sosial.
Oleh karena pentingnya peranan pediatri sosial dalam memaksimalkan proses tumbuh
kembang anak, maka kami tertarik membahas pediatri sosial secara lebih mendalam
dalam makalah ini.

1
I. GARIS BESAR PEDIATRI SOSIAL
DEFINISI PEDIATRI SOSIAL
1. Ryle (Oxford) :
a. Pediatri sosial adalah pediatri yang diterapkan di dinas kesehatan dan
seorang anak dianggap sebagai socius, fellow human being (karena untuk
pertumbuhan dan perkembangan, seorang anak memerlukan orang lain
sebagai teman), menghilangkan faktor-faktor yang kiranya dapat menghambat
kesehatan dan tidak hanya meringankan atau menghilangkan sesuatu penyakit.
b. Pediatri diterapkan didalam masyarakat anak untuk mengurangi
penyakit yang dapat dicegah dan untuk meningkatkan kesehatan anak
seoptimum mungkin.

2. De Haas (Leiden) :
Pediatri Sosial adalah sebagian dari Ilmu Kedokteran Umum yang
memperhatikan anak yang sehat (the so called healthy child) dari konsepsi sampai
dengan masa remaja dan memperhatikan pula keadaan sosial & ekonomi dan
kebersihan (higiene) daripada keluarga dan masyarakat. Anak yang sehat dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu anak normal (tidak cacat) dan anak cacat.
Oleh karena keadaan sosial, ekonomi, dan kebersihan keluarga/masyarakat perlu
diperhatikan, maka diwajibkan pula untuk melakukan kunjungan rumah.

3. Senegal (Paris) :
Pediatri Sosial mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak secara
jasmani, rohani, sosial, dan pendidikan. Mempelajari pula faktor-faktor yang
mempengaruhi anak pada waktu sehat dan sakit.

4. FKUI
Pediatri sosial mempelajari:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak baik jasmani, rohani, maupun
sosial.
2. Keperluan anak pada umur-umur tertentu, supaya pertumbuhan dan
perkembangan berjalan dengan sebaik-baiknya.

2
3. Lingkungan dan usaha-usaha memperbaiki lingkungan anak
sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
sebaik-baiknya.

PENGERTIAN PELAYANAN KESEHATAN MENYELURUH PADA ANAK


SECARA UTUH
Pediatri sosial merupakan wadah berbagai upaya kesehatan anak yang secara
umum mencakup upaya bidang promosi, pencegahan, deteksi dini, pengobatan dan
rehabilitasi. Upaya pelayanan kesehatan ini dilakukan secara rutin dan menjangkau
semua tahapan atau kelompok tumbuh kembang anak, sehingga setiap anak
memperoleh derajat kesehatan fisis, intelektual juga emosional yang utuh. Untuk itu
diperlukannya perhatian tak hanya pada segi biologis sang anak, tetapi juga dari segi
psikososial. Dalam garis besarnya upaya pediatri pencegahan lebih bersifat
menghindarkan dan mencegah terjadinya penyakit serta mencegah terjadinya
penyimpangan tingkah laku dan keterbatasan fisik, ketimbang mengobati atau
merehabilitasi.
Pada prakteknya kegiatan ini dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pencegahan primer mencakup berbagai
upaya untuk menghindarkan penyakit sebelum penyakit itu timbul, antara lain untuk
tingkat komunitas dapat berupa penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan,
pembuangan limbah, penanganan terhadap berbagai kenakalan remaja. Untuk tingkat
individual dapat berupa pelayanan ibu hamil, evaluasi tumbuh kembang anak secara
berkala, imunisasi, pasteurisasi susu dan sebagainya. Untuk masa produktif pun perlu
diperhatikan pencegahan primer, yang dapat berupa informasi pola makan yang sehat
dan pola hidup sehat (misalnya tidak merokok) yang tentunya diharapkan dapat
mengurangi kejadian timbulnya penyakit-penyakit di kemudian hari. Pencegahan
sekunder meliputi upaya mengenal, mengatasi, dan menghindarkan faktor penyebab
sakit, termasuk juga upaya mengenal dan memulihkan sakit pada stadium awal,
misalnya penjaringan terhadap suatu penyakit seperti diabetes, tuberculosis, skoliosis
atau thallasemia. Pada pencegahan tersier termasuk upaya memperbaiki, memulihkan,
dan menghentikan cacat akibat suatu penyakit.
Materi dan upaya pelaksanaan pelayanan kesehatan dasar diberbagai negara
akan berlainan, namun unsur pokoknya tetap serupa; yaitu mencakup :

3
1. Penyuluhan kesehatan, khususnya tentang cara pencegahan dan pengelolaan
penyakit.
2. Promosi gizi tentang pengadaan bahan makanan dan penyediaan makanan
yang memadai.
3. Pengadaan dan penyediaan air bersih serta sanitasi lingkungan.
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk program KB.
5. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik.
7. Pengobatan yang memadai terhadap penyakit dan gangguan kesehatan umum
lain.
8. Pengadaan obat esensial.

PENGERTIAN “ANAK” DALAM ILMU KESEHATAN ANAK


Tahap-tahap tumbuh kembang anak
1. Masa pranatal
- Masa embrio : konsepsi – 8 minggu
- Masa janin/fetus : 9 minggu – lahir
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal : usia 0 – 28 hari
- Masa neonatal dini : 0 – 7 hari
- Masa neonatal lanjut : 8 – 28 hari
b. Masa pasca neonatal : 29 hari – 1 tahun
3. Masa prasekolah : usia 1 – 6 tahun
4. Masa sekolah : usia 6 – 18/20 tahun
- Masa pra-remaja : usia 6 – 10 tahun
- Masa remaja :
a. Masa remaja dini
- Wanita, usia 8 – 13 tahun
- Pria, usia 10 – 15 tahun
b. Masa remaja lanjut
- Wanita, usia 13 – 18 tahun
- Pria, usia 15 – 20 tahun

4
II. DEMOGRAFI
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Di dalamnya meliputi ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti
pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun
ke dalam. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah
penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang minus
berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa
disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran
dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan
perpindahan penduduk dari dalam ke luar. Dinamika kependudukan adalah perubahan
kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.

Rumus menghitung pertumbuhan penduduk :


p = (I - m) + (i - e)
Keterangan lengkap :
- p = pertumbuhan penduduk
- l = total kelahiran
- m = total kematian
- e = total emigran atau pendatang dari luar daerah
- i = total imigran atau penduduk yang pergi

MEKANISME TRANSISI DEMOGRAFI


Teori Transisi Demografi
Teori ini berawal dari gambaran perubahan angka kelahiran dan kematian
hasil analisis terhadap statistik di negara eropa dan USA. Perkembangan berikutnya
menunjukkan bahwa perubahan tersebut berkaitan erat dengan proses pembangunan.

5
Ada dua pola transisi demografi dengan segala implikasinya. Transisi
demografi model pertama terjadi dengan lamban di negara-negara Eropa. Transisi
demografi model pertama itu mulai sekitar tahun 1700 sampai 1950-an. Dalam proses
tersebut, tingkat kematian turun perlahan karena kemajuan industrialisasi. Adanya
transisi menyebabkan nilai-nilai kultural berubah perlahan.
Dalam masa transisi yang relatif lama, masyarakat mempunyai waktu cukup
untuk menyesuaikan diri, berubah dari masyarakat tradisionil pedesaan menjadi
masyarakat industrial perkotaan yang makin modern. Tingkat kesehatan dan tingkat
pendidikan penduduk bertambah baik dan lebih siap melakukan atau menerima
perubahan dengan rasional. Kehidupan sosial politik penduduk juga berubah dengan
mengembangkan kemampuan ekspresi politik yang makin terbuka dan vokal menuju
masyarakat yang makin liberal demokratik.
Biarpun agak terlambat, negara-negara berkembang mengikuti juga proses
transisi demografi tersebut. Namun, di negara berkembang penurunan angka kematian
lebih banyak dipengaruhi oleh temuan pengobatan modern dan munculnya lembaga-
lembaga internasional dengan advokasi dan langkah-langkah nyata secara global.
Tanpa harus menunggu 150 tahun, tingkat kelahiran menurun menyusul penurunan
tingkat kematian dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun.
Ada tiga perubahan situasi internal yang terjadi di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir ini yaitu krisis ekonomi dan keuangan yang kemudian berlanjut pada
krisis multidimensional lainnya, reformasi sosial-ekonomi, dan desentralisasi
kepemerintahan. Di samping itu terjadi pula perubahan lingkungan global yang
berdampak pada situasi internal, seperti liberalisasi perdagangan, demokratisasi,
maupun penekanan pada isu hak asasi manusia.
Berbagai perubahan baik internal maupun eksternal tersebut telah berdampak
tidak saja pada pola kepemerintahan, namun juga pada sisi sosial kemasyarakatan.
Desentralisasi, misalnya, saat ini banyak menimbulkan persoalan tentang interaksi
antara penduduk lokal dan pendatang. Krisis ekonomi berdampak pada meningkatnya
jumlah pengangguran yang pada gilirannya akan meningkatkan kerawanan sosial.
Transisi demografi telah dapat diprediksi sebagai dampak dari pembangunan
nasional, baik dalam bidang ekonomi, keluarga berencana, dan kesehatan, serta gizi.
Pada piramida kependudukan, terjadi perubahan kecenderungan mengecilnya jumlah
penduduk usia muda/balita dan meningkatnya jumlah segmen angkatan kerja, dan
usia lanjut, yang perubahannya mulai terlihat pada tahun 2005. Tetapi nampaknya
6
segmen penduduk usia muda yang seharusnya mengecil, kenyataannya justru
cenderung meningkat. Akibatnya, di samping masalah usia lanjut yang makin serius,
masalah-masalah yang berhubungan dengan usia muda akan tetap muncul. Dimensi
lain dari transisi demografi adalah meningkatnya urbanisasi, migrasi, dan
pengangguran.
PELEDAKAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Semakin hari, jumlah
manusia di dunia semakin mengalami peningkatan tajam. Angka kelahiran selalu
lebih besar dibandingkan dengan angka kematian, sehingga terjadi peledakan
penduduk.
Berdasarkan catatan Geohive, sebuah situs statisik kependudukan dunia,
jumlah penduduk yang menghuni permukaan dunia hingga 30 Januari 2007 mencapai
6.647.186.407 jiwa. Indonesia dengan jumlah penduduk 236.355.303 jiwa, berada di
urutan keempat penduduk terbanyak dunia. Negara dengan jumlah penduduk
terbanyak masih ditempati Cina (1.326.526.463 jiwa), India (1.140.455.260), dan
Amerika Serikat (302.711.006 jiwa).

Baby Booming
Bila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan, negeri dan provinsi di
Indonesia akan menghadapi baby booming (peledakan penduduk yang sulit
dihindarkan) yang tidak perlu dan tidak tepat saatnya. Menurut pakar kependudukan
dunia, Thomas Robert Malthus, pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah
bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal itu tentu saja akan sangat
mengkhawatirkan di masa depan, sebab akan timbulnya masalah kekurangan stok
bahan makanan. Situasi tersebut secara paralel akan membuat peningkatan
kesejahteraan rakyat kian sulit tercapai. Kemiskinan pun akan semakin sulit
diberantas. Begitu pula tingkat kejahatan, akan mengalami peningkatan. Karena itu,
mata rantai sebab akibat tersebut harus diputus.
Hal di atas terjadi dikarenakan lemahnya sosialisasi dan pelaksanaan program
Keluarga Berencana. Bila angka kelahiran tidak bisa ditekan maka Pemerintah RI
harus mengambil langkah-langkah strategis yang antara lain bagaimana menyiapkan
ketahanan pangan terhadap semua warganya, khususnya warga miskin. Diperlukan
7
adanya keberlangsungan penyelenggaraan program KB Nasional, yaitu Revitalisasi
Program KB. Revitalisasi Program KB dimaksud yakni penguatan fungsi ketahanan
keluarga yang terdiri dari 4K: ketahanan pangan/ekonomi, ketahanan pendidikan,
ketahanan moral dan ketahanan sosial.

PIRAMIDA PENDUDUK
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara
penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan
jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan
banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap
kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah
perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa
yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran,
kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan
menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui
struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan
dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia)
sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan
tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Piramida penduduk
menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu. Sampai saat
ini dalam demografi dikenal ada 5 (lima) bentuk atau model piramida penduduk yaitu:

8
Keterangan gambar:
Model 1. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan ‘slope’ tidak
terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk
dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi sebelum mereka
mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian.
Umur median rendah, sedangkan angka beban tanggungan (dependency ratio)
tinggi.
Contoh: India, Indonesia.

Model 2. Dibandingkan dengan model 1., maka dasar piramida model 2 ini lebih
lebar dan ‘slope’ lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke
puncak paramida. Terdapat pada negara dengan permulaan pertumbuhan
penduduk yang tinggi/cepat akibat adanya penurunan tingkat kematian
bayi dan anak-anak, tetapi belum ada penurunan tingkat fertilitas. Median
age (umur median) sangat rendah dan angka beban tanggungan
(dependency ratio) merupakan yang tertinggi di dunia.
Contoh: Sri Lanka, Meksiko, dan Brazilia.

Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old
fashioned beehive). Terdapat pada negara dengan tingkat kelahiran yang
rendah begitu pula tingkat kematiannya rendah. Karakteristik yang
dimiliki piramida ini yaitu umur median sangat tinggi, dengan beban
tanggungan sangat rendah terutama pada kelompok unsur-unsur tua.
Contoh: Hampir seluruh negara-negara Eropa Barat.

9
Model 4. Piramida penduduk dengan bentuk lonceng/genta (The bellshaped
pyramid). Bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang paling sedikit sudah
100 tahun mengalami penurunan tingkat fertilitas (kelahiran) dan
kematian. Umur median cenderung menurun dan angka beban tanggungan
meninggi.
Contoh : Amerika Serikat.

Model 5. Terdapat pada negara yang mengalami penurunan drastis yang tingkat
kelahiran dan kematiannya sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran
yang terus menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah absolut
daripada penduduk.
Contoh : Jepang

MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA


Sebagai negara yang sedang berkembang Indonesia memiliki masalah-
masalah kependudukan yang cukup serius dan harus segera diatasi. Masalah-masalah
kependudukan di Indonesia yaitu:
1. Jumlah penduduk besar.
Penduduk dalam suatu negara menjadi faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.
Negara Indonesia yang berpenduduk besar yaitu nomor 4 di dunia menghadapi
masalah seperti masih banyaknya penduduk kekurangan gizi makanan,
timbulnya pemukiman kumuh, dan pengangguran, sehingga pemerintah harus
dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan hidupnya, seperti: penyediaan
lapangan kerja, sarana dan prasarana kesehatan dan pendidikan serta fasilitas
sosial lainnya. Hal ini dilakukan dengan menggalakkan peran serta sektor
swasta antara lain pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain.

2. Pertumbuhan penduduk cepat.


Tingginya angka kelahiran, tingginya kejadian pernikahan dini, dan
meningkatnya jumlah wanita usia subur menyebabkan pertumbuhan penduduk
berlangsung cepat. Akibatnya, terjadi kepadatan penduduk yang tidak disertai
dengan perluasan daerah tempat tingal. Hal ini menambah beban pemerintah
10
yang harus menyediakan sarana dan prasarana sosial guna memenuhi
kebutuhan masyarakat dan menambah beban usia produktif terhadap usia non-
produktif. Kepadatan penduduk yang terjadi biasanya terpusat di suatu daerah
tertentu, maka untuk mengatasinya perlu dilakukan pemerataan penduduk
khususnya ke daerah-daerah yang jumlah penduduknya masih jarang. Selain
itu, masyarakat juga perlu didorong untuk melaksanakan program KB guna
mengendalikan pertumbuhan penduduk.

3. Persebaran penduduk tidak merata.


Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antar
pulau, propinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa
dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia,
dihuni lebih kurang 60% penduduk Indonesia.
Akibat dari tidak meratanya penduduk yaitu luas lahan pertanian di Jawa
semakin sempit. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan
industri. Sebaliknya banyak lahan di luar Jawa belum dimanfaatkan secara
optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian
tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan
wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Persebaran penduduk antara kota dan desa juga mengalami
ketidakseimbangan. Perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) di
Indonesia terus mengalami peningkatan dari waktu ke waktu, sehingga
menyebabkan terjadinya pemusatan penduduk di kota yang luas wilayahnya
terbatas. Pemusatan penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya,
Medan dan kota-kota besar lainnya dapat menimbulkan dampak buruk
terhadap lingkungan hidup seperti munculnya permukiman liar, sungai-sungai
tercemar karena dijadikan tempat pembuangan sampah baik oleh masyarakat
maupun dari pabrik-pabrik industri, terjadinya pencemaran udara dari asap
kendaraan dan industri, timbulnya berbagai masalah sosial seperti
perampokan, pelacuran dan lain-lain. Untuk mengatasi persebaran penduduk
yang tidak merata salah satunya dilaksanakan program transmigrasi.

4. Kualitas penduduk rendah.


11
Kualitas penduduk tercermin dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan
dan tingkat kesehatan.
a. Tingkat pendapatan rendah
Pendapatan perkapita yang masih rendah mengakibatkan penduduk tidak
mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya karena kemampuan
membeli (daya beli) masyarakat rendah, sehingga sulit mencapai manusia
yang sejahtera. Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah
juga mengakibatkan kemampuan menabung menjadi rendah.
b. Tingkat pendidikan rendah
Beberapa faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan penduduk
Indonesia adalah pendapatan perkapita penduduk rendah, sehingga orang
tua/penduduk tidak mampu sekolah atau berhenti sekolah sebelum tamat;
masih rendahnya kesadaran penduduk terhadap pentingnya pendidikan,
sehingga banyak orang tua yang tidak menyekolahkan anaknya.
c. Tingkat kesehatan rendah
Faktor-faktor yang menggambarkan masih rendahnya tingkat kesehatan
di Indonesia adalah banyaknya lingkungan yang kurang sehat, penyakit
menular sering berjangkit, gejala kekurangan gizi sering dialami penduduk.
Masalah gizi yang masih dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah kekurangan
vitamin A, kekurangan kalori protein, kekurangan zat besi, dan gondok.

5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia muda.


Golongan usia muda adalah penduduk yang berusia 0-14 tahun. Kebutuhan
penduduk usia muda yang harus disediakan oleh pemerintah yaitu sarana
pendidikan dan kesehatan. Jumlah penduduk yang besar baru akan
menguntungkan apabila diikuti dengan kualitas atau mutu yang tinggi
khususnya bidang pendidikan dan kesehatan. Dalam suatu negara jumlah
penduduk yang besar dengan kualitas yang rendah, lebih merupakan beban
atau tanggungan bagi pemerintah daripada sebagai sumber daya tenaga dalam
pembangunan. Oleh karena itu, setiap negara selalu mengupayakan
peningkatan kualitas penduduknya untuk meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup.

12
PENGGUNAAN DATA DEMOGRAFI DALAM PERENCANAAN
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
Data demografi yang ada dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan anak, diantaranya:
I. Age Spesific Death Rate (ASDR)
Yaitu jumlah kematian pada golongan umur tertentu dalam satu periode untuk
tiap 1000 penduduk golongan umur tersebut pada pertengahan periode yang sama.
Dari ASDR dapat diketahui golongan umur dengan tingkat kematian tertinggi dan
terendah, sehingga dapat disusun distribusi kematian menurut golongan umur. Jadi,
dengan data ini kita dapat menyusun prioritas dalam pelayanan kesehatan berdasarkan
tingginya tingkat kematian pada golongan umur tertentu.

II. Infant Mortality Rate (IMR)


Yaitu jumlah kematian bayi di bawah umur satu tahun pada suatu daerah
selama satu periode, untuk tiap 1000 kelahiran hidup pada periode yang sama. Angka
kematian bayi merupakan indikator kesehatan yang sensitif, karena bayi sangat peka
terhadap perubahan-perubahan dari luar, angka ini juga merupakan indikator
kesehatan yang valid dan dapat dipercaya serta menggambarkan keadaan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat umum
Bila IMR tinggi, maka dalam perencanaan pelayanan kesehatan harus
dititikberatkan pada pelayanan yang berhubungan dengan IMR, yaitu program
imunisasi, perawatan perinatal, program gizi, pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit yang menyerang bayi.

III. KELUARGA BERENCANA


DEFINISI KB
a. Individual
Penggunaan cara-cara pengaturan fertilitas untuk membantu seorang individu
atau sebuah keluarga mencapai tujuan tertentu, misalnya menghindari kelahiran
yang tidak/belum diinginkan; mengatur jumlah kelahiran yang diinginkan; mengatur
waktu kehamilan dan persalinan dalam hubungannya dengan usia ibu dan ayah.

13
b. Nasional
Perencanaan jumlah keluarga dengan tujuan untuk menurunkan dan
mengendalikan pertumbuhan penduduk dan menciptakan atau mewujudkan norma
Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia.

TUJUAN KB
 Tujuan Umum
Secara umum program Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Tujuan ini dilalui dengan upaya khususnya penurunan
tingkat kelahiran untuk menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan
meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya menuju suatu
keluarga atau masyarakat bahagia sejahtera. Secara singkatnya, tujuan gerakan
KB adalah :
- Tujuan kuantitatif adalah untuk menurunkan dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk
- Tujuan kualitatif adalah untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).

 Tujuan Khusus
- Meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah maupun
cakupan penduduk usia subur yang memakai metoda kontrasepsi
- Meningkatkan kualitas (dalam arti lebih efektif) metode kontrasepsi yang
dipakai, sehingga akan meningkatkan pula kelangsungan pemakaian metode
kontrasepsi termasuk pemakaian metode kontrasepsi untuk tujuan menunda,
menjarangkan dan menghentikan kelahiran
- Menurunkan kelahiran
- Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksanakan Keluarga Berencana
- Meningkatkan kesehatan, khususnya ibu dan anak.

PRIORITAS DAERAH PELAKSANAAN PROGRAM KB

14
Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi
dan wilayah khusus pelaksanaan seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah
kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil.
MEKANISME PENGARUH KB PADA KESEHATAN IBU DAN ANAK
Hubungan keluarga berencana dan kesehatan terutama bertujuan untuk
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, serta mengurangi tingkat kematian dan
kesakitan ibu. Tujuan ini dapat tercapai dengan memberikan jarak waktu yang cukup
antara kehamilan yang diinginkan, mencegah kehamilan yang tidak/belum diinginkan,
mengatur jumlah anak yang dilahirkan, dan mengatur waktu persalinan sehubungan
dengan umur ibu dan ayah.
• Kesehatan Ibu
Mortalitas
Mortalitas maternal pada kehamilan kedua dan ketiga lebih rendah
dibandingkan dengan yang pertama, tetapi setelah kehamilan yang ketiga
angka ini akan naik kembali, dan sangat bermakna pada kehamilan kelima
atau lebih.
Morbiditas
Kehamilan berulang-ulang dengan jarak waktu tidak adekuat
membutuhkan lebih banyak zat-zat makanan, termasuk protein, kalsium dan
besi. Dalam hal ini akan dijumpai banyak anemia defisiensi besi dan folic
acid. Anemia defisiensi besi dalam kehamilan dua kali lebih banyak daripada
anemia dalam bukan kehamilan. Dalam kehamilan kebutuhan zat besi dan
folic acid meningkat, lebih-lebih kalau disertai dengan malabsorbsi atau diet
yang buruk. Terbukti pula bahwa jika jumlah kehamilan dibatasi sampai 3 atau
kurang dari 3, maka frekuensi anemia dapat dikurangi dengan 2/3. Dengan
memberi jarak waktu yang lebih baik antara kehamilan, maka frekuensi ini
dapat lebih rendah lagi (Rao dan Gopalan,1971).
Malnutrisi dan anemia diperberat oleh infeksi dan penyakit menahun,
seperti malaria, investasi cacing tambang, dan sebagainya. Beberapa
komplikasi obstetrik seperti placenta praevia, solution placentae, ruptura uteri,
diabetes mellitus, beberapa paritas tinggi, terutama grande multipara.
Abortus Buatan

15
Pengguguran kandungan merupakan tanda bahwa kehamilan tersebut
tidak diinginkan, baik dengan alasan pribadi, sosial, ataupun medik. Dengan
keluarga berencana sekurang-kurangnya kehamilan yang tidak diinginkan
dapat dicegah, sehingga frekuensi pengguguran kandungan dapat diturunkan.
• Kesehatan Anak
Mortalitas
Bayi-bayi dari ibu usia muda atau paritas tinggi mempunyai angka
mortalitas yang tinggi. Di samping itu, mortalitas bayi mempunyai hubungan
pula dengan faktor-faktor lingkungan, misalnya perumahan, sanitasi, gizi,
adanya penyakit-penyakit infeksi, dan lain-lain.
Morbiditas
Menurut penelitian, prevalensi penyakit saluran pencernaan dan
pernafasan berhubungan langsung dengan besarnya keluarga, sehingga
penggunaan KB dapat menurunkan angka kesakitan.
Tinggi dan Berat Badan
Pertumbuhan anak mempunyai hubungan pula dengan besarnya
keluarga. Anak-anak dari keluarga besar oleh karena tidak melaksanakan
program KB, umumnya pertumbuhannya lebih kecil.
Perkembangan Intelektual
Makin banyak seorang ibu mempunyai anak, makin kurang perhatian
yang dapat diberikan kepada tiap anak, sehingga KB diperlukan untuk
menghindari kurangnya perkembangan intelektual anak.

PENGARUH BESAR KELUARGA TERHADAP KESEHATAN ANAK


Anak yang lahir dalam keluarga yang besar mempunyai resiko yang lebih
besar untuk meninggal karena infeksi yaitu karena resiko infeksi silang. Angka
kematian yang tinggi sebagian juga disebabkan oleh keadaan gizi yang kurang dan
jumlah anggota keluarga yang banyak. Keluarga dengan anak tiga orang atau kurang,
mengkonsumsi kalori dan protein lebih banyak daripada keluarga dengan jumlah anak
empat orang atau lebih. Mempunyai anak lebih dari empat akan meningkatkan resiko
mendapatkan bayi cacat dan BBLR karena asupan gizi ibu kurang selama kehamilan.
Mengingat kenyataan bahwa malnutrisi pada usia muda akan mempengaruhi
perkembangan intelegensi anak, maka penting sekali untuk memperbaiki makanan

16
anak tersebut. Malnutrisi pada tahun pertama mengakibatkan gangguan yang
permanen pada otak sehingga anak tersebut mengalami retardasi mental.

PENGARUH JARAK KELAHIRAN TERHADAP KESEHATAN ANAK


Jarak kelahiran yang aman satu dengan yang lainnya adalah 27 sampai dengan
32 bulan. Oleh karena itu, wanita yang jarak kelahiran bayinya antara 27 sampai 32
bulan, maka kemungkinan untuk selamat dalam melewati proses kehamilan dan
memiliki anak yang sehat. Sementara untuk wanita pasca aborsi, jarak yang cukup
aman untuk melahirkan kembali adalah enam bulan setelah keguguran.
Resiko kematian anak meningkat sekitar 50 % jika jaraknya kurang dari 2
tahun. Kematian bayi (terutama neonatus) paling tinggi bila interval kelahiran kurang
dari 24 bulan. Jarak yang pendek seringkali menyebabkan gangguan tumbuh kembang
pada anak. Karena anak terlalu cepat disapih dari ASI, ibu tidak sempat lagi untuk
menyiapkan makanan khusus buat anaknya dan perhatian kasih sayang juga kurang.
Akibat cara penyapihan yang kurang baik, insiden penyakit diare (salah satu penyebab
utama kematian anak sampai umur 2 tahun di negeri yang sedang berkembang)
meningkat.
Maka dari itu pentingnya untuk mengatur jarak kelahiran agar dapat
menurunkan resiko anak-anak memiliki tubuh kecil dan pendek serta kurang berat
badan akibat kekurangan gizi, Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) serta lahir
prematur. Pengaturan jarak kelahiran dapat meningkatkan akses terhadap derajat
kehidupan anaknya melalui peningkatan kecukupan pangan, sandang, perumahan dan
pendidikan, sehingga kualitas hidup meningkat.

PENGARUH USIA IBU WAKTU MELAHIRKAN TERHADAP KESEHATAN


ANAK
Usia yang paling aman pada wanita untuk hamil dan melahirkan adalah sekitar
usia 20-30 tahun. Pada usia ini wanita dalam keadaan optimal dengan kata lain, risiko
angka kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) ibu dan bayi yang terjadi
akibat kehamilan dan persalinan dalam kelompok usia tersebut paling rendah
dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Kehamilan sebelum umur 18 tahun dan
sesudah 35 tahun akan meningkatkan resiko pada ibu dan anak.
Kehamilan sebelum umur 18 tahun sering menghasilkan bayi dengan berat
badan lahir rendah dan resiko juga bagi kesehatan bayi dan ibunya. Kehamilan setelah
17
umur 35 tahun, resiko terhadap bayi dan ibunya meningkat lagi. Faktor usia (di atas
35 tahun) juga berpengaruh terhadap kemampuan rahim untuk menerima bakal janin
atau embrio. Dalam hal ini, kemampuan rahim untuk menerima janin, menurun.
Faktor penuaan juga akan menyebabkan embrio yang dihasilkan oleh wanita di atas
35 tahun terkadang mengalami kesulitan untuk melekat di lapisan lendir rahim atau
endometrium. Ini dapat meningkatkan kejadian keguguran.
Risiko terhadap janin atau bayi tersebut antara lain :
• Cacat bawaan
Baik yang disebabkan oleh kelainan kromosom atau bukan. Kelainan kromosom
yang paling sering dijumpai adalah Sindrom Down (yang berciri khas berbagai
tingkat keterbelakangan mental, ciri wajah tertentu, berkurangnya tonus otot, dan
kadang kala kesehatan lainnya).
• Keguguran
Risiko terjadinya keguguran akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia
ibu hamil.
• Kelahiran prematur, meningkat sekitar 40 % pada ibu di atas 40 tahun.
• Bayi lahir mati, meningkat tiga kali lipat pada usia di atas 40 tahun.

PEMBENARAN KETERPADUAN KB DAN KIA


BKIA sebagai salah satu bagian dari pediatri sosial yang bersifat pendidikan
(edukatif) dan pencegahan (preventif). Tugasnya ialah ikut serta menurunkan angka
kematian / penyakit bayi dan anak, serta mengusahakan kesehatan atau kesejahteraan
bayi dan anak seoptimal mungkin. Beberapa kegiatan dalam BKIA seperti
memberikan nasihat mengenai perawatan bayi antara lain mengenai imunisasi,
pemberian makanan bergizi, seta menganjurkan agar ibu memeriksakan anak secara
teratur ke dokter. Di banyak negara ternyata bahwa program KB tidak akan berhasil
baik bila tidak disertai dengan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang memadai. Hal ini
disebabkan karena banyak warga yang setuju menjalankan KB bila mereka
mendapatkan keyakinan bahwa anak yang lahir akan hidup terus, dimana keyakinan
ini dapat timbul bila terdapat KIA yang memadai. Oleh karenanya peningkatan mutu
KIA merupakan hal yang mutlak dalam memajukan mutu KB. Sebaiknya KIA dan
KB merupakan suatu kesatuan agar didapatkan hasil yang memuaskan.

18
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PROGRAM KB
1. Alasan Agama
Bagi para pemeluk agama tertentu, tidak diperkenankan mencegah
kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil.
2. Sosial Ekonomi
Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu
meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak
tambahan pendapatan yang akan diperoleh.
3. Adat Istiadat
Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai
anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan
memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak.
4. Masih rendahnya pengetahuan penduduk akan KB
Kurangnya penyuluhan akan pentingnya program KB terhadap
masyarakat menyebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat untuk
melaksanakan program KB dan ketakutan akan timbulnya efek samping
penggunaan KB.

MOTIVASI UNTUK MELAKUKAN KB


1. Demi mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera dan bahagia
2. Memperoleh kelahiran yang lebih terencana
3. Mengatur jarak antara kelahiran
4. Menentukan jumlah anak yang diinginkan.

IV. STATISTIK KESEHATAN


PENGERTIAN LAHIR HIDUP
Lahir hidup adalah keluar atau dikeluarkannya dari seorang ibu secara lengkap
suatu hasil konsepsi dengan tidak memandang lamanya dalam kandungan, yang
sesudahnya pemisahan secara lengkap itu, bernafas atau menunjukkan suatu tanda
kehidupan, seperti berdetaknya jantung, berdenyutnya tali pusat, atau bergeraknya
secara nyata otot-otot sadar, baik dalam keadaan tali pusat sudah dipotong atau belum,
atau apakah placenta dalam keadaan terlekat.

19
PENGERTIAN LAHIR MATI
Lahir mati adalah tiap-tiap hasil konsepsi dengan masa hamil 28 minggu atau
lebih yang sebelum lahir spontan atau tidak, telah meninggal dunia.

PENGERTIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH


Menurut WHO, berat badan lahir rendah/Low birth weight adalah bila bayi
yang baru lahir mempunyai berat badan lahir < 2500 gram.

PENGERTIAN ANGKA FERTILITAS


Angka fertilitas adalah kemampuan seorang wanita untuk menghasilkan
kelahiran hidup dalam suatu periode dibagi dengan jumlah wanita yang hidup pada
pertengahan periode yang sama.

PENGERTIAN DAN BESARNYA ANGKA KELAHIRAN DI INDONESIA


Angka kelahiran adalah kelahiran hidup dalam satu periode wilayah tertentu
untuk tiap 1000 penduduk pada pertengahan periode yang sama. Angka kelahiran di
Indonesia pada tahun 2005 adalah 2,23 bayi dengan jumlah penduduk saat ini adalah
273,65 jiwa dan akan diupayakan untuk ditekan menjadi 2,05 pada tahun 2025.

PENGERTIAN DAN BESARNYA ANGKA KEMATIAN KASAR DI


INDONESIA
Angka kematian kasar (Crude Death Rate) adalah angka yang menunjukkan
berapa besarnya kematian yang terjadi pada suatu tahun tertentu untuk setiap 1000
penduduk. Angka ini disebut kasar sebab belum memperhitungkan umur penduduk.
Angka kematian kasar di Indonesia menurut hasil penelitian adalah 7,8% (laki-laki)
dan 6,5% (wanita).

PENGERTIAN DAN BESARNYA ANGKA KEMATIAN BAYI DI


INDONESIA DAN BEBERAPA NEGARA LAIN.
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) adalah jumlah kematian bayi
umur 0 sampai kurang dari 1 tahun di suatu daerah selama satu periode, untuk setiap
1000 kelahiran hidup pada periode yang sama. Angka kematian bayi merupakan
indikator kesehatan yang sensitif karena bayi sangat peka terhadap perubahan-
perubahan dari luar, angka ini juga merupakan indikator kesehatan yang valid dan
20
dapat dipercaya. Angka kematian bayi juga menggambarkan kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat umum.

Angka Kematian Bayi menurut negara


Negara Angka Kematian (%)
Indonesia 51,1
Thailand 40
Malaysia 20
Filipina 45
Srilanka 25
Singapura 8

PENYEBAB UTAMA KEMATIAN BAYI DI INDONESIA


1. Keadaan sosial ekonomi keluarga yang buruk.
2. Pelayanan kesehatan yang tidak memadai.
3. Keadaan gizi ibu buruk atau adanya penyakit yang diderita ibu sebelum atau
saat sedang hamil.
4. Umur ibu dan interval antara 2 persalinan yang tidak ideal
5. Keadaan sanitasi lingkungan yang tidak baik

PENGERTIAN MASA PERINATAL


Masa perinatal adalah masa beberapa saat sebelum dan sesudah kelahiran.
Masa yang dimulai pada akhir minggu ke-20 sampai minggu ke-28 kehamilan dan
berakhir 7 hingga 28 hari setelah melahirkan.

PENYEBAB UTAMA KEMATIAN PADA MASA PERINATAL


1. Banyaknya Berat Badan Lahir Rendah.
2. Status gizi ibu dan bayi yang kurang.
3. Keadaan sosial ekonomi yang buruk

PENYEBAB UTAMA KEMATIAN PADA MASA 1–5 TAHUN (MASA


PRASEKOLAH)
1. Kondisi perinatal yang buruk.
2. Keadaan gizi dan lingkungan yang buruk.

21
3. Penyakit menular.
LANGKAH-LANGKAH MENURUNKAN MORTALITAS DAN
MORBIDITAS ANAK
1. Perbaikan higiene ibu dan anak.
2. Peningkatan gizi ibu dan anak.
3. Pemberian imunisasi yang lengkap pada anak
4. Pemeliharaan kesehatan dan pemeriksaan rutin pada masa kehamilan.
5. Gizi yang cukup pada masa kehamilan.
6. Peningkatan pengetahuan tentang perawatan anak.

PENGERTIAN ANGKA KEMATIAN BALITA DI INDONESIA


Angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama
satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu
(termasuk kematian bayi). Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk
bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11
bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun.

V. PROGRAM KELUARGA DENGAN PERHATIAN KHUSUS


PADA PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK
TIGA FAKTOR LINGKUNGAN ANAK
Lingkungan meliputi aspek fisik, biologis dan psikososial yang biasa disebut
lingkungan fisikobiopsikososial.
 Lingkungan fisik, antara lain :
a. Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang atau adanya bencana alam lainnya, dapat
berdampak pada tumbuh kembang anak antara lain sebagai akibat gagalnya
panen, sehingga banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok
endemik banyak ditemukan pada daerah pegunungan, dimana air tanahnya
kurang mengandung yodium.
b. Sanitasi
Kebersihan, baik kebersihan perorangan maupun lingkungan memegang
peranan penting dalam timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang
kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya diare, kecacingan, tifus

22
abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah, dan sebagainya. Demikian
pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau
asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Kalau anak sering menderita sakit, maka
tumbuh kembangnya pasti terganggu.
c. Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin
kesehatan penghuninya.
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi yang tinggi.

 Lingkungan biologis, antara lain :


a. Ras / suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku bangsa. Bangsa kulit
putih / ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada
bangsa Asia.
b. Jenis kelamin
Dikatakan anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak perempuan,
tetapi belum diketahui secara pasti mengapa demikian.
c. Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh karena pada masa itu anak
mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita
merupakan dasar pembentukan kepribadian anak. Sehingga diperlukan
perhatian khusus.
d. Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, dimana
kebutuhan anak berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi anak
dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, yang dipengaruhi oleh ketahanan
makanan (food security) keluarga. Ketahanan makanan keluarga mencakup
pada ketersediaan makanan dan pembagian makanan yang adil dalam
keluarga, dimana seringkali kepentingan budaya bertabrakan dengan

23
kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek penting yang
perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yang mencakup
pembebasan makanan dari berbagai “racun” fisika, kimia dan biologis.
e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi
pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan
menunjang proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara
komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
f. Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Di
samping imunisasi, gizi juga memegang peranan penting dalam kepekaan
terhadap penyakit.
g. Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh
kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres
yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.
h. Fungsi metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses
metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien
harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya
memadai.
i. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain :
- Somatotropin atau “growth hormon” (GH = hormon pertumbuhan)
Merupakan pengatur utama pada pertumbuhan somatis terutama
pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat dipengaruhi
hormon ini. GH merangsang terbentuknya somatomedin yang kemudian
berefek pada tulang rawan. GH mempunyai “circadian variation” dimana
aktivitasnya meningkat pada malam hari pada waktu tidur, sesudah makan,
sesudah latihan fisik, perubahan kadar gula darah dan sebagainya.
- Hormon tiroid
24
Hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak, karena
mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Maturasi tulang juga dibawah pengaruh hormon ini. Demikian pula dengan
pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada tersedianya hormon
tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormon tiroid mengakibatkan
retardasi fisik dan mental yang kalau berlangsung terlalu lama, dapat
menjadi permanen. Sebaliknya pada hipertiroidisme dapat mengakibatkan
gangguan pada kardiovaskular, metabolisme, otak, mata, seksual, dll.
Hormon ini mempunyai interaksi dengan hormon-hormon lain seperti
somatotropin.
- Glukokortikoid
Mempunyai fungsi yang bertentangan dengan somatotropin, tiroksin serta
androgen, karena kortison mempunyai efek anti-anabolik. Kalau kortison
berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat/terhenti dan
terjadinya osteoporosis.
- Hormon-hormon seks
Terutama mempunyai peranan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada
permulaan pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan, tetapi
sesudah beberapa lama justru menghambat pertumbuhan. Androgen
disekresi kelenjar adrenal (dehidroandrosteron) dan testis (testosteron),
sedangkan estrogen terutama diproduksi oleh ovarium.
- Insulin like growth factors (IGFs)
Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH dan
kerjanya mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebagai growth promoting
factor yang berperan pada pertumbuhan, sebagai mediator GH,
aktivitasnya mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit, osteoblas
dan jaringan lainnya. IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi
IGFs yang beredar dalam sirkulasi terutama diproduksi di hepar.

 Lingkungan psikososial, antara lain :


a. Stimulasi
Anak yang mendapat stimulasi yang terarah dan teratur akan lebih cepat
berkembang dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.

25
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang
tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnya
pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut
akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah
lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak
berbuat salah, masih dibenarkan. Yang penting hukuman harus diberikan
secara obyektif, disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut,
bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap
anak. Jadi, anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, sehingga akan
menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan
kepribadian anak kelak kemudian hari.
d. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman
sebaya. Namun, perhatian dari orangtua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek
lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting dengan makin
meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat dan narkotika.
e. Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya
anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun,
dan sebagainya.
f. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak
mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga
dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut.
g. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak
memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar
kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa
26
memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih
sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah
memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan
kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri,
pemboros, sombong dan kurang bisa menerima kenyataan.
h. Kualitas interaksi anak-orangtua
Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua, akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya,
sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat
dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara
orangtua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita
bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut
yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal
untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling
menyayangi.

KUNJUNGAN RUMAH UNTUK MEMAHAMI ANAK DALAM


LINGKUNGAN SEBENARNYA
Menurut definisi Pediatri Sosial dari de Haas, petugas kesehatan yang
mempunyai hubungan yang erat dengan anak diwajibkan melakukan kunjungan
rumah karena persoalan anak tidak dapat dipecahkan di bangsal saja. Pada daftar isian
kunjungan rumah, yang harus diperhatikan di antaranya ialah:
1. Rumah: jenis, pencahayaan, ventilasi, bagian terbesar dari dinding, lantai, atap
rumah, kebersihan, luas, jumlah ruangan, rumah milik sendiri atau sewa/kontrak.
2. Ruangan tidur: jumlahnya, pencahayaan, ventilasi luas dan jumlah penghuni pada
setiap ruangan tidur, kebersihan.
3. Ruangan dapur: kebersihan, ventilasi, pencahayaan, jenis dapur, belanja 1 hari.
4. Air minum: sumber berasal dan leding, sumur, air hujan., sungai, mata air dan
lain-lain. Apakah air minum dimasak/tidak dimasak/ kadang-kadang dimasak
dulu. Bila berasal dari sumur, apakah merupakan sumur gali atau bor dan bila
sumur gali, apakah terdapat bibir dan penutup sumur serta terbuat dari apa bibir
dan lantai sumur tersebut.

27
5. Buang air: apakah buang air di jamban sendiri, jamban bersama beberapa
keluarga, jamban umum atau tempat lain, sungai, sawah, kebun atau empang.
Keadaan kakus apakah cukup/kurang dan apakah digunakan dengan baik/tidak.
6. Halaman: kebersihan, sanitasi, ditanami, jenis tanaman, pembuangan sampah
apakah dibakar/dibuang di sungai/ditanam dan apakah terdapat tempat sampah.
Bagaimana ternak dan unggas baik jenis maupun jumlahnya.
7. Riwayat kehamilan dan persalinan: berapa kali dilakukan pemeriksaan kehamilan
atau tidak dilakukan sama sekali. Apakah makanan selama hamil cukup atau
kurang. Obat-obat apa saja yang diminum. Penyakit-penyakit yang diderita.
Trauma waktu hamil. Melahirkan di rumah bersalin/rumah sakit/rumah sendiri,
ditolong oleh dokter/bidan/dukun terlatih atau tidak terlatih. Cara melahirkan
apakah biasa/sukar, cara apa, dengan alat-alat. Keadaan bayi setelah lahir
menangis spontan, tidak menangis/biru, cukup/kurang bulan, berat badan dan
panjang badan.
8. Menentukan keadaan sosial-ekonomi dengan melihat adanya barang-barang luks
seperti TV, lemari es, mobil atau barang lain seperti radio, mesin jahit dan
sebagainya.
9. Menilai makanan, pakaian anak: bagaimana kualitas dan kuantitas makanan, yaitu
baik/cukup/kurang dan bagaimana pakaian anak baik kebersihan, jumlah dan
sebagainya.
10. Hubungan anak dengan ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya serta hubungan
antar keluarga, tempat anak bermain, halaman/rumah. Bagaimana tingkah laku
anak, istirahat, disiplin, kasih sayang yang diberikan kepada anak, pengawasan,
hiburan, perhatian, pengertian, sopan-santun, kebersihan, hobby dan sebagainya.
11. Pengawasan kesehatan: bila sakit berobat kepada siapa yaitu ke rumah
sakit/poliklinik/dokter swasta/mantra/dukun serta apakah mendapat pengawasan
dan BKIA untuk mendapatkan imunisasi dan sebagainya.
12. Keuangan: berapa pendapatan sebulan untuk seluruh anggota keluarga, berapa
pengeluaran keluarga sebulan dan bagaimana keseimbangan penghasilan-
pengeluaran.
13. Usaha keluarga berencana:
a. Jumlah anak, jumlah lahir hidup, jumlah kematian, keguguran, lahir
mati, umur anak tertua, umur anak termuda.

28
b. Jumlah orang dalam rumah tangga, berapa banyak yang di bawah
umur 15 tahun dan yang di atas 15 tahun.
c. Apakah ibu atau bapak menjalankan keluarga berencana.

Kelebihan dari kunjungan rumah ialah dapat memeriksa dan mengobati anak-
anak yang sakit di tempatnya masing-masing, khususnya bagi anak-anak yang sedang
sakit namun tidak dapat berobat ke dokter karena keterbatasan ekonomi. Selain itu,
hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat yang dikunjungi menjadi baik
sehingga hal-hal yang pada waktu yang lalu tidak dapat disinggung, sekarang dapat
ditanyakan. Dalam kunjungan rumah, petugas kesehatan wajib memberi pendidikan
kesehatan dan gizi, yaitu dengan maksud agar masyarakat mengubah kebiasaan lama
yang salah dan tidak sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. Dengan melakukan
kunjungan rumah dapat diambil kesimpulan mengenai kesehatan keluarga,
kebersihan, keadaan sosio-ekonomi, masalah yang terdapat di dalam keluarga, serta
denah dari rumah.

VI. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


Peristiwa tumbuh-kembang pada anak meliputi seluruh proses kejadian sejak
terjadi pembuahan sampai masa dewasa. Ciri tumbuh-kembang yang utama adalah
bahwa dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh-kembang yang berlainan di antara organ tubuh. Istilah
tumbuh-kembang sebenarnnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi
saling berkaitan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

PENGERTIAN KATA ‘‘PERTUMBUHAN’’


Pertumbuhan (growth) adalah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta
jaringan interselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh sebagian
atau keseluruhan, sehingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat, umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh).
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau
dimensi tingkat sel, organ maupun individu. Dengan kata lain, proses pertumbuhan
mempunyai dampak terhadap aspek fisis.

29
PENGERTIAN KATA ‘’PERKEMBANGAN’’
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian yang dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk
perubahan aspek sosial, intelektual atau emosional akibat pengaruh lingkungan.

TES SKRINING PERKEMBANGAN MENURUT DENVER (DENVER


DEVELOPMENT SCREENING TEST / DDST )
DDST adalah salah satu metode skrining terhadap kelainan perkembangan
anak, tes ini bukanlah tes diagnostik atau tes IQ. DDST memenuhi semua persyaratan
yang diperlukan untuk metode skrining yang baik. Tes ini mudah dan cepat (15-20
menit), dapat diandalkan dan menunjukkan validitas yang tinggi. Dari beberapa
penelitian yang pernah dilakukan ternyata DDST secara efektif dapat
mengidentifikasikan antara 85-100% bayi dan anak-anak pra sekolah yang mengalami
keterlambatan perkembangan, dan pada ”follow up” selanjutnya ternyata 89 % dari
kelompok DDST abnormal mengalami kegagalan di sekolah 5-6 tahun kemudian.
Tetapi dari penelitian Borowitz (1986) menunjukkan bahwa DDST tidak dapat
mengidentifikasikan lebih dari separuh anak dengan kelainan bicara.

A. Aspek perkembangan yang dinilai


Terdiri dari 105 tugas perkembangan pada DDST dan DDST-R, yang
kemudian pada Denver II dilakukan revisi dan restandarisasi dari DDST sehingga
terdapat 125 tugas perkembangan. Perbedaan lainnya adalah pada Denver II terdapat :
- peningkatan 86 % pada sektor bahasa
- 2 pemeriksaan untuk artikulasi bahasa
- skala umur yang baru
- kategori baru untuk interpretasi pada kelainan yang
ringan
- skala penilaian tingkah laku
30
- materi training yang baru
Semua tugas perkembangan itu disusun berdasarkan urutan perkembangan dan
diatur dalam 4 kelompok besar yang disebut sektor perkembangan, yang meliputi :

- Personal social (perilaku sosial)


Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
- Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan
dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
- Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah
dan berbicara spontan.
- Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

Setiap tugas/kemampuan digambarkan dalam bentuk kotak persegi panjang


horisontal yang berurutan menurut umur, dalam lembar DDST. Pada umumnya pada
waktu tes, tugas yang perlu diperiksa pada setiap kali skrining hanya berkisar antara
25-30 tugas saja, sehingga tidak memakan waktu lama hanya sekitar 15-20 menit saja.

B. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu :


- Tahap pertama dilakukan secara periodik pada semua anak yang berusia : 3-6 bulan,
9-12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, 5 tahun.
- Tahap kedua dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.

C. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO). Kemudian ditarik garis
31
berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST. Setelah itu, dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam :
Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable), dan tidak dapat dites (Untestable).

- Abnormal :
o Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
o Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.

- Meragukan :
o Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
o Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.

- Tidak dapat dites :


Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.

- Normal :
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.

Dalam pelaksanaan skrining DDST ini, umur anak perlu ditetapkan lebih
dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk
satu tahun. Bila umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau
lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Kemudian, garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong
kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak di
sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia.
Apabila anak gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu
keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada

32
pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu
keterlambatan, karena pada kontrol lebh lanjut masih mungkin terdapat
perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak di sebelah kanan garis umur.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat
kode R, maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuaanya, sedangkan
bila terdapat kode nomor, maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk.
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap
pra skrining dengan menggunakan :
- DDST short form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas
(sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila
didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap ”suspect” dan perlu
dilanjutkan dengan DDST lengkap.
- PDQ (Pra-screening Developmental Questionnaire), bentuk kuesioner ini
digunakan bagi orang tua berpendidikan SLTA ke atas. Dapat diisi orang tua
di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada
kuesioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan, dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes
DDST lengkap.

UKURAN YANG DAPAT DIPAKAI SEBAGAI INDIKATOR


PERTUMBUHAN
1. Berat badan
2. Tinggi badan
3. Lingkaran kepala
4. Lingkaran lengan atas
5. Tebal lipatan kulit

1. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh

33
kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan
dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan
tidak memerlukan banyak waktu. Kerugiannya, indikator berat badan ini tidak sensitif
terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus.
Terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat masukan (intake)
makanan dan minuman, dnegan keluaran (output) melalui urin, feses, keringat dan
bernafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat
individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan lebih,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian :
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
1. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.
2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.

Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada
hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5
bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan menjadi 4 kali berat
badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2
kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai ”pre-
adolescent growth spurt” (pacu tumbuh pra-adolesen) dengan rata-rata kenaikan berat
badan 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan ”adolescent growth spur”
(pacu tumbuh adolesen). Dibandingkan anak laki-laki, ”growth spur” (pacu tumbuh)
anak perempuan lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru
pada sekitar umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat terhenti
daripada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi,
sedangkan anak laki-laki baru berhenti pada umur 20 tahun.
Dapat digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk
memperkirakan berat badan anak adalah sebagai berikut :
1. lahir 3,25 kg
2. 3-12 bulan umur (bulan) + 9
2
3. 1-6 tahun umur (tahun) x 2 + 8
4. 6- 12 tahun umur (tahun) x 7 – 5
34
2

Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sedangkan anak dengan
timbangan berdiri. Bayi ditimbang dalam posisi berbaring telentang atau duduk tanpa
baju, sedang anak ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu dengan pakaian
minimal. Sampai umur 1 tahun, bayi ditimbang tiap bulan, kemudian tiap 3 bulan
sampai umur 3 tahun, dan dilanjutkan dengan 2 kali setahun sampai umur 5 tahun. Di
atas umur 5 tahun, penimbangan dilakukan setiap tahun, kecuali bila diduga terdapat
kelainan atau penyimpangan berat badan. Dalam keadaan normal, berat badan bayi
umr 4 bulan sudah mencapai 2 x berat badan lahir, dan pada umur 1 tahun sudah 3 x
berat badan lahir.

2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yaag terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun kenaikan tinggi badan ini
berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian
melambat, dan menjadi pesat lagi (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi
dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti
bertambah panjang, tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai umur
30 tahun, dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus-korpus ruas-
ruas tulang belakang, sehingga tinggi badan sedikit bertambah yaitu sekitar 3-5 mm.
Antara umur 30-45 tahun tinggi badan tetap statis, kemudian menyusut.
Keuntungan indikator ini adalah pengukurannya objektif dan dapat diulang,
alat dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa, merupakan indikator yang baik
untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting), sebagai perbandingan
terhadap perubahan-perubahan relatif, seperti terhadap nilai BB dan LLA.
Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur
tinggi badan yang tepat dan kadang-kadang diperlukan lebih dari seorang tenaga. Di
samping itu dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran, pada anak umur kurang dari 2
tahun dengan posisi tidur telentang (panjang supinasi) dan pada umur lebih dari 2
tahun dengan posisi berdiri. Panjang supinasi umumnya lebih panjang 1 cm daripada

35
tinggi berdiri pada anak yang sama, meski diukur dengan teknik perngukuran terbaik
dan secara cermat.
Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatu bangsa merupakan
indikator peningkatan kesejahteraan/kemakmuran (perbaikan gizi, perawatan
kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi), jika potensi genetik belum tercapai optimal.
Demikian pula perkawiinan antar daerah maupun antar negara, kemungkinan punya
andil pula pada perubahan TB ini.
Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan
data tinggi badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai
dengan potensinya, adalah sebagai berikut (dikutip dari Titi, 1993) :
TB anak perempuan = (TB ayah – 13 cm) + TB ibu ± 8,5 cm
2
TB anak laki – laki = (TB ibu + 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm
2
(13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang dewasa laki-laki dan
perempuan di Inggris dan 8,5 cm adalah nilai absolut tinggi badan.)
Jadi, ada rentangan antara angka tertinggi dan terendah. Apabila seorang anak
dapat mencapai tinggi antara 2 angka itu, maka secara medis tidak perlu ada
tindakan/intervensi.
Tinggi badan juga dapat diperkirakan menggunakan rumus Behrman, 1992
yaitu :
a. Lahir 50 cm
b. 1 tahun 75 cm
c. 2-12 tahun umur (tahun) x 6 + 77

Sedangkan kalau dilihat dari proporsi antara kepala, badan serta anggota gerak
maka akan tampak perbedaan yang jelas antara janin, anak-anak dan dewasa, yaitu
sebagai berikut :
- Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak sama besar dan memanjang,
dimana ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah
tungkai bawah. Anggota gerak sangat pendek.
- Pada waktu lahir, kepala relatif masih besar, muka bulat, ukran antero-
posterior dada masih lebih besar, perut membuncit dan anggota gerak relatif
lebih pendek. Sebagai titik tengah tinggi badannya adalah setinggi umbilikus.

36
- Pada dewasa, anggota gerak lebih panjang dan kepala secara proporsional
kecil, sehingga titik tengah adalah setinggi simfisis pubis.

Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu, yang salah satu ujungnya
mempunyai batas yang tetap sedang ujung lainnya merupakan kayu yang dapat
digerakkan. Bayi ditidurkan telentang tanpa sepatu dan tanpa topi di atas tempat tidur
yang keras. Diusahakan agar tubuh bayi lurus. Panjang badan bayi dapat diukur
dengan akurat dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu
yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pada anak, tinggi badan diukur dalam
posisi berdiri tanpa sepatu, dan telapak kaki dirapatkan, dengan punggung bersandar
pada dinding. Panjang badan bayi baru lahir cukup bulan ialah sekitar 50 cm. Secara
kasar pada umur 1 tahun panjang bayi mencapai 1,5 kali panjang waktu lahir dan pada
umur 4 tahun 2 kali panjang waktu lahir.

3. Lingkaran kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, maka kepala akan kecil.
Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka
menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya bila ada penyumbatan pada aliran
cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga
LK lebih besar dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK ini
adalah kurve LK dari Nellhaus.
Pertumbuhan LK paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan, yaitu
dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan pada umur
1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dn dewasa 54 cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran
LK terbatas pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pertumbuhan otak yang
pesat, kecuali seperti kasus hidrosefalus.
LK kepala yang kecil pada umumnya sebagai :
- variasi normal - retardasi mental
- bayi kecil - kraniostenosis
- keturunan

LK kepala yang besar pada umumnya disebabkan oleh :

37
- variasi normal - efusi subdural
- bayi besar - hidrosefalus
- hidranensefali - penyakit Canavan
- tumor serebri - megalensefali
- keturunan
Untuk menilai apakah kepala yang kecil/besar tersebut masih dalam batas-
batas normal/tidak, harus diperhatikan gejala-gejala klinik yang menyertainya.
Pada bayi kurang dari 2 tahun, lingkaran kepala diukur secara rutin. Pada anak
yang lebih besar, lingkaran kepala baru diukur apabila terdapat kecurigaan pada
kepalanya. Alat pengukur yang dipakai ialah pita metal yang fleksibel. Yang diukur
ialah lingkaran kepala terbesar. Caranya dengan meletakkan pita melingkari kepala
melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala pasien
yang paling menonjol, yaitu protuberansia oksipitalis. Pada waktu lahir, lingkaran
kepala adalah sekitar 35 cm, pada umur 6 bulan 43,5 cm. Pada umur 1 tahun lingkaran
kepala bertambah 12 cm dari waktu lahir dan pada umur 6 tahun bertambah lagi 6 cm.
Setelah itu hanya terjadi penambahan lingkaran kepala sedikit saja; pada waktu
dewasa lingkaran kepala adalah 55 cm.

4. Lingkaran lengan atas


Lingkaran lengan atas (LLA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak
dan otot yang tidak terpengaruh banyak oleh keadaan cairan tubuh dibandingkan
dnegan berat badan. LLA dapat dipakai untuk menilai keadaan gizi/tumbuh kembang
pada kelompok umur prasekolah. Laju tumbuh lambat, dari 11 cm pada saat lahir
menjadi 16 cm pada umur satu tahun. Selanjutnya tidak banyak berubah selama 1-3
tahun. Keuntungan penggunaan LLA ini adlah alatnya murah, bisa dibuat sendiri,
mudah dibawa, cepat penggunaannya dan dapat digunakan oleh tenaga yang tidak
terdidik. Sedangkan kerugiannya adalah LLA hanya untuk identifikasi anak dengan
gangguan gizi/pertumbuhan yang berat, sukar menentukan pertengahan LLA tanpa
menekan jaringan dan hanya untuk anak umur 1-3 tahun, walaupun ada yang
mengatakan dapat untuk anak mulai umur 6 bulan-5 atau 6 tahun.
Alat yang dipakai adalah pita pengukur lingkar lengan atas. Lingkarkanlah
pita pengukur pada pertengahan lengan kiri, antara akromion dan olekranon. Pada

38
bayi baru lahir lingkaran lengan atas adalah 11 cm; pada umur 1 tahun menjadi 16 cm
dan pada umur 5 tahun 17 cm.

5. Tebal lipatan kulit


Tebalnya lipatan kulit pada daerah triseps dan subskapular merupakan refleksi
tumbuh kembang jaringan lemak di bawah kulit, yang mencerminkan kecukupan
energi. Dalam keadaan defisiensi, lipatan kulit menipis dan sebaliknya menebal jika
masukan energi berlebihan. Tebal lipatan kulit dimanfaatkan untuk menilai
terdapatnya keadaan gizi lebih, khususnya pada kasus obesitas.
Pengukur yang dipakai ialah kaliper lipatan kulit (skinfold calipers). Lipatan
kulir yang diukur adalah daerah triseps, subskapular atau suprailiaka. Pengukuran
dilakukan dengan mencubit kulit sampai terpisah dari otot dasarnya. Kemudian
lipatan kulit tersebut diukur dengan kaliper.

INTERPRETASI KEPANDAIAN PADA UMUR TERTENTU SEBAGAI


INDIKATOR PERKEMBANGAN
1. Dari lahir sampai 3 bulan
- belajar mengangkat kepala
- belajar mengikuti obyek dengan matanya
- melihat ke muka seseorang dan tersenyum
- bereaksi terhadap suara/bunyi
- mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
kontak
- menahan barang yang dipegangnya
- mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh

2. Dari 3 sampai 6 bulan


- mengangkat kepala 90° dan mengangkat dada dengan bertopang tangan
- mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di
luar jangkauannya
- menaruh benda-benda di mulutnya
- berusaha memperluas lapangan pandangan
- tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain

39
- mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang

3. Dari 6 sampai 9 bulan


- dapat duduk tanpa dibantu
- dapat tengkurap dan berbalik sendiri
- dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang
- memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain
- memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
- bergembira dengan melempar-lempar benda-benda
- mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti
- mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang
asing/lain
- mulai berpartisipasi dalam permaian tepuk tangan dan sembunyi-
sembunyian

4. Dari 9 sampai 12 bulan


- dapat berdiri sendiri tanpa dibantu
- dapat berjalan dengan dituntun
- menirukan suara
- mengulang bunyi yang didengarnya
- belajar menyatakan satu atau dua kata
- mengerti perntah sederhana atau larangan
- memperlihatkan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya,
ingin melihat semuanya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan
benda-benda ke mulutnya
- berpartisipasi dalam permainan

5. Dari 12 sampai 18 bulan


- berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah
- menyusun 2 atau 3 kotak
- dapat mengatakan 5 – 10 kata
- memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

6. Dari 18 sampai 24 bulan


40
- naik turun tangga
- menyusun 6 kotak
- menunjuk mata dan hidungnya
- menyusun dua kata
- belajar makan sendiri
- menggambar garis di kertas atau pasir
- mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air kecil
- menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-orang yang lebih
besar
- memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-main dengan
mereka

7. Dari 2 sampai 3 tahun


- belajar meloncat, memanjat, melmpat dengan satu kaki
- membuat jembatan dengan 3 kotak
- mampu menyusun kalimat
- mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang
ditunjuk kepadanya
- menggambar lingkaran
- bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan
lain di luar keluarganya

8. Dari 3 sampai 4 tahun


- berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
- berjalan pada jari kaki
- belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
- menggambar garis silang
- menggambar orang hanya kepala dan badan
- mengenal 2 atau 3 warna
- bicara dengan baik
- menyebut namanya, jenis kelamin, dan umurnya
- banyak bertanya
- bertanya bagaimana anak dilahirkan

41
- mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi
belakang
- mendengarkan cerita-cerita
- bermain dengan anak lain
- menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
- dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana

9. Dari 4 sampai 5 tahun


- melompat dan menari
- menggambar orang dengan keala, lengan, badan
- menggambar segi empat dan segi tiga
- pandai bicara
- dapat menghitung jari-jarinya
- dapat menyebut hari-hari dalam seminggu
- mendengar dan mengulang hal-hal penting dan cerita
- minat kepada kata baru dan artinya
- memprotes bila dilarang apa yang diingininya
- mengenal 4 warna
- memperkirakan bentuk dan besarnya benda, membedakan besar dan
kecil
- menaruh minat kepada aktivitas orang dewasa

GAMBAR LENGKUNG CORAK PERTUMBUHAN ALAT – ALAT TUBUH


ANAK

42
Puncak pertumbuhan panjang pada masa janin terjadi kira-kira pada akhir
trimester kedua kehamilan, sedangkan puncak pertumbuhan berat terjadi pada saat
sebelum lahir. Beberapa jaringan badan hanya mengikuti satu daripada kedua
percepatan tumbuh tersebut, sedang lainnya mengikuti suatu bentuk tersendiri.
 Yang mengikuti pertumuhan pola umum adalah tulang panjang, otot skelet (pada
neonatus 20-25% berat badan, setelah dewasa 40% berat badan), sistem
pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dan volume darah.
 Jaringan otak yang cepat tumbuh pada masa percepatan tumbuh janin
(berkembang penuh pada umur 1,5 tahun sampai 2,5 tahun) dan tidak tumbuh lagi
pada masa adolensi dimulai. Kira-kira 50% dari pertumbuhan otak terjadi pada
tahun pertama kehidupan, sedangkan 20% terjadi pada tahun kedua.
 Pertumbuhan alat kelamin pada 10 tahun pertama agak lambat, tetapi menjadi
cepat pada 10 tahun berikutnya, pertumbuhan organ ini sangat pesat sesudah
seluruh pertumbuhan badan berakhir.
 Jaringan limfoid tumbuh cepat pada masa bayi dan anak, kemudian menurun
pada masa pubertas, dan akhirnya mengalami involusi.

DUA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN


PERKEMBANGAN
43
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan dapat dibagi
dalam dua bagian yaitu: faktor heredekonstitusionil dan faktor lingkungan (pranatal
dan pascanatal).

1. Faktor heredokonstitusionil / genetik


Gen yang terdapat di dalam nukleus dari telur yang dibuahi pada masa embrio
mempunyai sifat tersendiri pada tiap individu. Manifestasi hasil perbedaan antara gen
ini dikenal sebagai hereditas. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung
di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat
sensitiitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas, dan berhentnya pertumbuhan
tulang. Termasuk faktor genetik antara lain:
a) Jenis kelamin. Pada umur tertentu pria dan wanita sangat berbeda dalam
ukuran besar, kecepatan tumbuh, proporsi jasmani dan lain-lainnya sehingga
memerlukan ukuran-ukuran normal tersendiri. Wanita menjadi dewasa lebih
dini, yaitu pada umur 10 tahun, sedangkan pria mulai pada umur 12 tahun.
b) Ras atau bangsa. Oleh beberapa ahli antropologi disebutkan bahwa ras kuning
mempunyai hereditas lebih pendek dibandingkan dengan ras kulit putih.
Perbedaan antar bangsa tampak juga bila kita bandingkan orang Skandinavia
yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang Itali.
c) Keluarga. Tidak jarang dijumpai dalam suatu keluarga terdapat anggota
keluarga yang pendek sedangkan anggota keluarga lainnya tinggi.
d) Umur. Kecepatan tumbuh yang paling besar ditemukan pada masa fetus, masa
bayi dan masa adolesensi.

2. Faktor lingkungan
• Faktor pranatal
1. Gizi ibu pada waktu hamil (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain).
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir
rendah) atau lahir mati, dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Di samping

44
itu, dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir, bayi lahir mudah terkena infeksi, dan abortus.
2. Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidramnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan
kaki bengkok. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor
mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan
pertumbuhan.
3. Toksin / zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion,
obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula
dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering
melahirkan bayi BBLR, lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan
logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang
terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis,
seperti di Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin (growth hormone), hormon plasenta, hormon tiroid, insulin,
dan peptida-peptida lain mirip insulin (Insulin-like growth factors/IGFs).
Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang hamil dan tidak
mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan sehingga bayi menjadi
makrosomia, kardiomegali dan terdapat hiperplasia adrenal, defisiensi
yodium saat hamil, PKU (phenylketonuria), dan lain-lain.
5. Radiasi
Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan atau
sebelum usia kehamilan 18 minggu dapat mengakibatkan kelainan janin
bahkan kematian janin. Contoh kelainannya ialah mikrosefali, spina bifida,
retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan
akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi
mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
6. Infeksi
45
Infeksi intrauterin yang sering meyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks). Infeksi
lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela,
Coxsakie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, leptospira,
mikoplasma, virus influenza, dan virus hepatitis.
7. Stres.
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
8. Imunitas
Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern ikterus atau lahir mati.
9. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta menyebabkan
berat badan lahir rendah.

• Faktor pascanatal
1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif)
Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat,
lemak, mineral dan vitamin.
2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital)
Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik dan tuberkulosis
paru dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama
juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
3. Keadaan sosial-ekonomi.
Dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan
keadaan sosial-ekonomi yang kurang, lebih rendah dibandingkan dengan
bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
4. Musim.
Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh
berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan

46
paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan
terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
5. Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis,
perbaikan sanitasi, pendidikan, dan faktor psikologi.

PENGGUNAAN ”GROWTH CHART” (KMS)


Selain terdapat grafik pertumbuhan dan pesan-pesan penyuluhan, dalam KMS
balita terdapat juga kolom-kolom yang harus diisi yaitu tentang identitas anak,
imunisasi, pemberian kapsul vitamin A, kondisi infeksi/infestasi
cacing/ISPA/Anemia/TBC paru/penyakit lain, pemberian ASI-eksklusif, MP-ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas. Bagian-bagian dari KMS:
1. Sumber berat badan : garis tegak lurus yang terdapat pada sisi kiri setiap
kelompok usia dalam KMS.
2. Garis berat badan : garis-garis mendatar yang dimulai dari sumber berat
badan. Angka-angka yang terdapat pada setiap ujung garis berat badan pada
setiap kelompok usia adalah angka-angka yang menunjukkan satuan kilogram
penuh dan dinyatakan dalam satuan 2, 3, 4 dan seterusnya. Angka-angka ini
menunjukkan berat badan 2 kg, 3 kg, 4 kg, dan seterusnya sedang garis tipis
yang berada pada diantara 2 ukuran kg penuh untuk satuan tengahan kg,
misalnya 2,5 kg, 3,5 kg, 4,5 kg, dst.
3. Garis usia : garis tipis dari atau ke bawah dan terakhir pada kolom-kolom
bernomor yang menyatakan usia anak dalam bulan.
4. Kolom Bulan : kolom yang berada di bagian bawah KMS pada setiap
kelompok usia. Kolom-kolom ini disediakan untuk menuliskan nama-nama
bulan secara berurutan sesudah bulan kelahiran.
5. Kolom Bulan Lahir : kolom bulan yang terletak paling kiri dan bergaris tebal.
Kolom ini disediakan untuk diisi dengan bulan lahir balita serta tahunnya,
Yang perlu ditulis dalam kolom bulan lahir, cukup nama bulan dan tahunnya
saja.

Pengisian KMS Balita


A. Pada Penimbangan Pertama

47
Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom pada KMS
yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih dahulu, sesuai dengan
langkah pertama, langkah kedua, dan langkah ketiga.
 Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
Pada halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan
nomor registrasi yang ada di posyandu.
 Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman
dalam KMS-Balita
1. Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar.
2. Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak
didaftar pertama kali.
3. Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman
depan KMS
4. Kolom "Laki-laki" diisi tanda √ apabila anak tersebut laki-laki dan
demikian pula bila perempuan.
5. Kolom "anak yang ke" diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).
6. Kolom “Tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak. *)
7. Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan berat badan
anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat Badan Lahir" ini kemudian
dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan "0".
8. Kolom "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" beserta pekerjaannya diisi nama
dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
9. Kolom "alamat" diisi alamat anak menetap.
Catatan *)
• Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut.
• Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak
sesuai jawaban ibu.
• Bila ibu ingat bulan Hijriah/Jawa, perkirakan bulan nasional / masehi-
nya dan catat.
• Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak
(dalam bulan), kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat.

48
 Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua
kolom bulan secara berurutan. Misalnya: Bulan lahir anak Agustus 2000, maka
cantumkan bulan Agustus 2000 di kolom tersebut. Kemudian isi semua kolom
bulan September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya.

 Langkah keempat : Meletakkan titik berat badan pada grafik KMS-


Balita
Setelah anak ditimbang, letakkan titik berat badannya pada titik temu garis
tegak (sesuai dengan bulan penimbangan) dan garis datar (berat badan). Contoh:
Rudi dalam penimbangan bulan Mei 2000 berat badannya 7,5 kg. Karena baru
satu kali ditimbang, maka hanya ada satu titik berat badan dan tidak bisa dibuat
garis.

 Langkah kelima : Mencatat keadaan kesehatan, makanan dan keadaan


lainnya
Catat juga semua kejadian yang dialami anak yang dapat mempengaruhi
kesehatannya, pada garis tegak (lihat contoh), sesuai bulan bersangkutan. Misal:
• Anak tidak mau makan
• Anak sakit panas
• Anak diare
• Anak diberi nasi tim
• Ibu meninggal
• Ayah di-PHK
• Anak dikirim ke Puskesmas

 Langkah keenam : Mengisi kolom pemberian imunisasi


Kolom ini diisi langsung oleh petugas imunisasi setiap kali setelah imunisasi
diberikan.

 Langkah ketujuh : Mengisi kolom pemberian kapsul vitamin A dosis


tinggi

49
Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal pemberian kapsul
vitamin A yang diberikan kepada bayi 6-11 bulan (warna biru) dan anak 12-59
bulan (warna merah) pada setiap bulan Februari dan Agustus.

 Langkah kedelapan : Mengisi kolom Periode Pemberian ASI Ekslusif


• Kolom-kolom ini terdapat di bawah kolom-kolom nama bulan
0,1,2,3,4.
• Apabila bayi mendapat ASI saja sampai usia 3 bulan, maka kolom 0, 1,
2 dan 3 diisi E0, E1, E2 dan E3. Sedangkan kolom 4 diisi dengan tanda kurang
(-), karena anak sudah mulai diberi makan bubur tim lumat.

B. Pada Penimbangan Kedua dan Seterusnya


Lakukan langkah keempat
Jika bulan lalu anak ditimbang, hubungkan titik berat badan bulan ini dengan
bulan lalu dalam bentuk garis lurus. Jika jarak antara penimbangan bulan ini
dan penimbangan sebelumnya lebih dari satu bulan, maka titik berat badan
bulan ini tidak dapat dihubungkan dengan titik berat badan sebelumnya.
Lakukan langkah kelima
Catat juga semua kejadian yang dialami anak pada garis tegak sesuai bulan
bersangkutan.
Apabila anak mendapat imunisasi, lakukan langkah keenam.
Apabila anak ditimbang pada bulan kapsul vitamin A (Februari atau Agustus), maka
jika anak diberi kapsul vitamin A, lakukan langkah ketujuh.
Apabila umur bayi masih dibawah 5 bulan, lakukan langkah kedelapan.

KEBUTUHAN – KEBUTUHAN DASAR SEORANG ANAK UNTUK TUMBUH


KEMBANG OPTIMAL
1. Asih adalah kebutuhan emosi atau kasih sayang.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan rasa aman yang diwujudkan dalam
kontak fisik dan psikis sedini mungkin. Berperannya dan kehadiran
ibu/penggantinya sedini dan selanggeng mungkin, akan menjalin rasa aman bagi
bayinya. Ini diwujudkan dengan kontak fisik (kulit/mata) dan psikis sedini
mungkin, misalnya dengan menyusui bayi secepat mungkin segera setelah lahir.

50
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai
dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial
emosi, yang disebut “Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih sayang dari orangtua
(ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar
(basic trust).
2. Asuh adalah kebutuhan fisik biomedis.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan anak akan:
• pangan (gizi) : kebutuhan terpenting
• perawatan kesehatan dasar, seperti imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit
• papan / pemukiman yang layak
• higiene perorangan dan sanitasi lingkungan
• sandang
• kesegaran jasmani (olahraga) dan rekreasi.
3. Asah adalah kebutuhan akan stimulasi mental.
Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (Asah) ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas, dsb. Stimulasi mental ini sangat penting
di usia batita.
VII. IMUNISASI
PENGERTIAN IMUNISASI DAN VAKSIN
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit.
Vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen. Antigen yang diberikan
telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu
mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori. Tujuannya adalah
memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan
respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian

51
hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan
mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan
atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu.

TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola.

DUA MACAM IMUNITAS PADA MANUSIA


a. Imunitas aktif
Imunitas (kekebalan) aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri
akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama daripada kekebalan pasif karena
adanya memori imunologik.
Tubuh manusia mampu membentuk imunitas spesifik yang sangat kuat
untuk melawan agen penyerbu yang bersifat mematikan, seperti bakteri, virus,
toksin, dan bahkan jaringan asing yang berasal dari binatang lain. Imunitas aktif
dihasilkan oleh sistem imun khusus yang membentuk antibodi dan mengaktifkan
limfosit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme spesifik atau
toksin.

b. Imunitas pasif
Imunitas (kekebalan) pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Misalnya kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah diberikan suntikan
imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme
oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh
imunoglobulin lainnya lebih pendek.

52
DUA CIRI VAKSIN YANG BAIK
1. Memiliki efek samping yang rendah, aman dan
nyaman bagi bayi
2. Mudah didapat, murah dan efisien (bisa
dikombinasikan dan tanpa banyak pengulangan).

IMUNISASI YANG DIWAJIBKAN (PPI)


1. Vaksinasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Tuberkulosis (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering mengenai paru-paru, tetapi
dapat juga mengenai organ-organ lainnya, seperti selaput otak, tulang, kelenjar
superfisial, dan lain-lain. Infeksi Mycobacterium tuberculosis tidak selalu menjadi
sakit tuberkulosis aktif. Beberapa minggu (2-12 minggu) setelah infeksi dengan
Mycobacterium tuberculosis terjadi respons imunitas seluler yang dapat
ditunjukkan dengan uji tuberkulin.
Bacille Calmette-Guerin adalah vaksin hidup yang dibuat dari
Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3 tahun, sehingga didapat
basil yang tidak virulen, tetapi maih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG berisi
suspensi M. bovis hidup yang sudah dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan
Guerin. Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin. Vaksinasi
BCG tidak mencegah infeksi tuberkulosis, tetapi mengurangi resiko tuberkulosis
berat seperti meningitis tuberkulosa dan tuberkulosis milier.
BCG diberikan pada bayi ≤ 2 bulan. BCG sebaiknya diberikan pada anak
dengan uji Mantoux (tuberkulin) negatif. Efek proteksi timbul 8-12 minggu
setelah penyuntikan. Efek proteksi bervariasi antara 0-80%. Hal ini mungkin
dikarenakan faktor vaksin, lingkungan dengan Mycobacterium atipik atau faktor
pejamu (umur, keadaan gizi, dan lain-lain). Vaksin BCG disuntikkan dengan dosis
0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,10 ml untuk anak secara intrakutan
di daerah insertio M. deltoideus kanan. Penyuntikannya secara intradermal lebih
mudah dilakukan (tidak terdapat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk
tidak mengganggu struktur otot setempat (dibandingkan pemberian di daerah
gluteal lateral atau paha anterior. Mekanisme vaksin BCG masuk ke lapisan
chorium kulit sebagai depo, lalu berkembang dan masuk ke lapisan yang lebih

53
dalam yaitu ke subkutan, kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah, sehingga pada
lapisan kulit timbul reaksi indurasi, eritema, pustula.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
mengingat (1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus
tuberkulosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus
dewasa dengan BTA (Bakteri Tahan Asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-
36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Vaksin
BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang atau pada
infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaikya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Pada bayi yang kontak erat dengan
penderita TB dengan BTA (+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, kalau
kontaknya sudah tenang dapat diberi BCG.

Reaksi Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)


a. Reaksi Lokal
Penyuntikan BCG secara intradermal yang benar akan menimbulkan ulkus
lokal yang superfisial 3 minggu setelah penyuntikan. Ulkus yang biasanya tertutup
krusta akan sembuh dalam 2-3 bulan dan meninggalkan parut bulat dengan
diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi, maka ulkus yang timbul lebih
besar. Namun apabila penyuntikan terlalu dalam, maka parut yang terjadi tertarik
ke dalam (retracted).
b. Limfadenitis / reaksi regional pada kelenjar
Limfadenitis merupakan respon seluler pertahanan tubuh, yang timbul 2-6
bulan sesudah imunisasi. Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-).
Limfadenitis supuratif di aksila atau di leher kadang-kadang dijumpai. Hal ini
tergantung pada umur anak, dosis, dan galur (strain) yang dipakai. Limfadenitis
akan sembuh sendiri (dalam 1-3 bulan), jadi tidak perlu diobati. Apabila
limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula, maka dapat dibersihkan
(drainase) dan diberikan obat anti TB oral. Pemberian obat anti TB sistemik tidak
efektif.
c. BCG-itis diseminasi

54
BCG-itis diseminasi jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan
imunodefisiensi berat. Misalnya, eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris, dan
osteomielitis. Kompikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti TB.

Penanganan reaksi KIPI


Orangtua atau pengantar perlu diberitahu bahwa 2-6 minggu setelah
imunisasi BCG dapat timbul bisul kecil (papula) yang semakin membesar dan
dapat terjadi ulserasi dalam waktu 2-4 bulan, kemudian menyembuh perlahan
dengan menimbulkan jaringan parut tanpa pengobatan khusus. Bila ulkus
mengeluarkan cairan orangtua dapat mengkompres dengan cairan antiseptik.

Reaksi pada yang pernah tertular tuberkulosis:


• Koch phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-
6 minggu timbul scar.
• Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC
• Menyuntikkan 0,1 ml PPD ( purified protein derived) di daerah flexor lengan
bawah secara intra kutan
• Pembacaan dilakukan setelah 48 -72 jam penyuntikan
• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.
• < 5 mm : negatif ; 6-9 mm : meragukan ; >10 mm : positif
Tes Mantoux (-) imunisasi(+)
Kontraindikasi
- Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
- Sedang menderita infeksi HIV atau dengan resiko tinggi
HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid, obat
imunosupresif, mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang
mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
- Anak menderita gizi buruk
- Sedang menderita demam tinggi
- Menderita infeksi kulit yang luas
- Pernah sakit tuberkulosis.

2. Vaksinasi Hepatitis B
55
Bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan
prevalens VHB di Indonesia termasuk daerah endemis sedang-tinggi untuk
Hepatitis B. Semua orang yang HbsAgnya positif potensial infeksius. Transmisi
terjadi melalui kontak perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual.
Transmisi antar anak sering terjadi di negara endemis Virus Hepatitis B (VHB).
Oleh karena itu, kebijakan utama tata laksana VHB adalah memotong jalur
transmisi sedini mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya
paling efektif dalam menurunkan prevalens VHB.
Pada dasarnya, individu yang belum pernah imunisasi hepatitis B atau
yang tidak memiliki antibodi anti-HBs, potensial terinfeksi VHB. Resiko
kronisitas dipengaruhi oleh faktor usia saat yang bersangkutan terinfeksi. Bayi
yang terinfeksi lebih besar kemungkinan menjadi kronis daripada anak dan
dewasa. Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90-95%. Memori
sistem imun menetap minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi, sehingga pada
anak normal tidak dianjurkan untuk imunisasi booster.

Imunisasi pasif
Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat segera
memberikan proteksi meskipun hanya utuk jangka pendek (3-6 bulan). HBIg
hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle stick injury, kontak seksual,
bayi dari ibu VHB, terciprat darah ke mukosa atau ke mata). Sebaiknya HBIg
diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung lama.
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, hepB-1
harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1
bulan dan antara umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif, maka masih dapat diberikan HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
Imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir,tergantung status HbsAg ibu :
HBsAg ibu Imunisasi Keterangan
Positif HBIg (0,5 ml) dan vaksin Dosis 1 : <12jam pertama
HB
Negatif atau tidak Vaksin HB Dosis I : Segera setelah
diketahui lahir

56
Status HBV ibu semula
tidak diketahui tetapi bila
dalam 7 hari terbukti ibu
HBV, segera beri HBIg

Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui : HepB-1
harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka
ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7
hari. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg-B positif : diberikan vaksin hepB-1
dan HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

Imunisasi aktif
Vaksin VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinan berisi HBsAg murni.
Vaksin ini diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian ketiga seri vaksin
dengan dosis yang sesuai rekomendasinya, akan menyebabkan terbentuknya
respons protektif (anti HBs ≥ 10mIU/ml) pada 90% dewasa, bayi, anak, dan
remaja. Vaksin diberikan secara intramuskular dalam di daerah M.deltoideus
dengan dosis 0.5 ml. Pada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral paha,
sedangkan pada anak besar dan dewasa diberikan di regio deltoid.
Jadwal dan dosis
Imunisasi hepatitis B minimal diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi
pertama diberikan segera setelah lahir. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0,
1, dan 6 bulan karena respons antibodinya paling optimal. Interval antara dosis
pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval antara dosis
kesatu dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi
sesudah imunisasi selesai (dosis ketiga). Dosis ketiga merupakan penentu respons
antibodi karena merupakan dosis booster. Semakin panjang jarak antara imunisasi
ketiga (4-12 bulan) semakin tinggi titer antibodinya. Agar dapat dicapai kadar
antibodi protektif secepatnya dianjurkan hepB-3 diberikan lebih awal (umur 3-6
bulan). Bila sesudah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan imunisasi
kedua, sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan. Bila
dosis ketiga terlambat, beri segera setelah memungkinkan.

57
Setiap vaksin hepatitis B sudah dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai
umur yang dapat menimbulkan respons antibodi yang optimum. Oleh karena itu
dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung produk dan usia resipien.
Dosis pada bayi dipengaruhi pula oleh status HbsAg ibu. Pada bayi prematur, bila
ibu HbsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan
sudah mencapai 2000 gram.

Catch up immunization
Catch up immunization merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja
yang belum pernah diimunisasi atau terlambat lebih dari 1 bulan dari jadwal yang
seharusnya. Khusus pada imunisasi hepatitis B, imunisasi catch up ini diberikan
dengan interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan kedua, sedangkan
interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 atau 16 minggu sesudah dosis
pertama. Ulangan imunisasi hepatitis B (hepB-4) dapat dipertimbangkan pada
umur 10-12 tahun apabila titer pencegahan belum tercapai pada catch up
immunization.

Efektivitas, lama proteksi


Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90%-95%.
Memori sistem imun menetap minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi sehingga
pada anak normal, tidak dianjurkan untuk imunisasi booster.
Uji serologis
Pada bayi dan anak-anak, pemeriksaan anti-HBs pra dan pasca imunisasi
tidak dianjurkan. Uji serologis pra imunisasi hanya dilakukan pada anak yang
akan memperoleh profilaksis pasca paparan dan individu beresiko tinggi tertular
infeksi VHB. Uji serologis pasca imunisasi perlu dilakukan pada bayi dan ibu
pengidap VHB, individu yang memperoleh profilaksis pasca paparan, dan pasien
immunocompromised. Uji serologis pasca imunisasi ini dilakukan 1 bulan sesudah
imunisasi ke-3.

Reaksi KIPI
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan
bersifat sementara, kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan selama 1-2
hari.
58
Penanganan reaksi KIPI
Setelah imunisasi hepatitis B dapat timbul kemerahan, pembengkakan,
nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Jika demam pakailah
pakaian yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika
demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.

Kontraindikasi
Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi absolut pemberian vaksin VHB.
Kehamilan dan laktasi bukan kontraindikasi imunisasi VHB.

3. Vaksinasi DTP (Difteri, Tetanus, Pertusis)


Vaksinasi DTP terdiri dari toksoid difteri, Bordetella pertusis, dan toksoid
tetanus. Vaksin ini merupakan vaksin cair yang diberikan dengan dosis 0,5 ml
secara intramuskular di bagian anterolateral paha. Untuk imunisasi rutin pada
anak, dianjurkan pemberian 5 dosis pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah (5 tahun). Dosis ke-4 harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah
dosis ke-3. Vaksin mengandung aluminium fosfat, jika diberikan subkutan
menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat. Reaksi pasca
imunisasi dapat berupa:
- Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari → diberikan
anafilatik + antipiretik.
- Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi: demam > 40°C,
kejang, syok → imunisasi selanjutnya diganti dengan DT atau DTaP.

a. Toksoid Difteria
Untuk imunisasi primer terhadap difteria digunakan toksoid difteria
(alumprecipitated toxoid) yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus
dan vaksin pertusis dalam bentuk DTP. Potensi toksoid difteria dnyatakan
dalam jumlah unit flocculate (Lf) dengan kriteria 1 Lf adalah jumlah toksoid
sesuai dengan 1 unit anti toksin difteria. Kekuatan toksoid difteria yang
terdapat dalam kombinasi vaksin DTP saat ini berkisar 6,7-25 Lf dalam dosis
59
0,5 ml. Kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang mengandung 10-12
Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap
pemberian vaksin Pertusis.
Kejadian ikutan pasca imunisasi toksoid difteria secara khusus sulit
dibuktikan karena selama ini pemberiannya selalu digabung bersama toksoid
tetanus dengan atau tanpa vaksin pertusis.

b. Vaksin Pertusis
Vaksin pertusis whole-cell (vaksin DTwP) adalah vaksin yang
merupakan suspensi kuman Bordetella pertusis mati. Sejak 1962 dimulai
usaha untuk membuat vaksin Pertusis dengan menggunakan fraksi sel (α
seluler/vaksin DTaP) yang bila dibandingkan dengan whole-cell ternyata
memberikan reaksi lokal dan demam yang lebih ringan. Respons antibodi
terhadap imunisasi dasar dengan vaksin pertusis whole-cell tergantung pada
kadar antibodi tansplasental yang didapat dari ibu terhadap toksin pertusis.
Sebaliknya, respons yang diperoleh setelah penyuntikan vaksin α seluler
ternyata memberikan hasil yang baik dan tidak dipengaruhi oleh kadar
antibodi pravaksinasi.

Kontraindikasi
Ada dua kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis
baik whole-cell maupun α seluler, yaitu:
o Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya.
o Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis
sebelumnya.
o Perhatian khusus (precaution) bila pada pemberian vaksin
pertama (sebelum vaksin pertusis berikutnya) dijumpai hiperpireksia,
hipotonik-hiporesponsif, anak menangis terus menerus selama 3 jam
dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT.

Vaksin Pertusis α seluler


Vaksin pertusis α seluler adalah vaksin pertusis yang berisi komponen
spesifik dari Bordetella pertusis yang dipilih sebagai dasar yang berguna

60
dalam patogenesis pertusis dan perannya dalam memicu antibodi yang
berguna untuk pencegahan terhadap pertusis secara klinis. Kejadian reaksi
KIPI vaksin DTaP baik lokal maupun sistemik lebih rendah daripada DTwP.
Vaksin DTwP dan DTaP dapat pula diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi.

c. Toksoid Tetanus (TT)


Toksoid tetanus yang dibutuhkan untuk imunisasi adalah sebesar 40 IU
dalam setiap dosis tunggal dan 60 IU bila bersama dengan toksoid difteria dan
vaksin pertusis. Sebagaimana pemberian toksoid lainnya, pemberian toksoid
tetanus memerlukan pemberian berseri untuk menimbulkan dan
mempertahankan imunitas. Tidak diperlukan pengulangan dosis bila jadwal
pemberian ternyata terlambat sebab sudah terbukti bahwa respons imun yang
diperoleh walaupun dengan interval yang panjang adalah sama dengan dengan
interval yang pendek.
Pemberian toksoid tetanus bersama DTP diberikan sesuai jadwal
imunisasi. Kadar antibodi protektif setelah pemberian DTP 3 kali mencapai
0,01 IU atau lebih. Kejadian ikutan pasca imunisasi terutama reaksi lokal,
sangat dipengaruhi oleh dosis, pelarut, cara penyuntikan, dan adanya antigen
lain dalam kombinasi vaksin itu.

Reaksi KIPI DPT


− Kira-kira pada separuh penerima DTP, terjadi reaksi lokal
kemerahan, bengkak, dan nyeri pada lokasi injeksi, serta terjadi demam
ringan.
− Anak sering gelisah dan menangis terus menerus (inconsolable
crying) selama beberapa jam pasca suntikan.
− Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati
akut atau reaksi anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin
pertusis.

Penanganan Reaksi KIPI DPT


Bila terjadi reaksi lokal,orangtua/pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah

61
pakaian yang tipis dan berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila
diperlukan maskimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan
air hangat. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.

4. Vaksinasi Polio
Pada saat ini telah beredar di Indonesia vaksin polio inactivated (IPV), di
samping vaksin virus polio oral (OPV) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin
IPV berisi antigen polio (polio-1, 2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi
virus polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian.
Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun penderita
imunokompromais.
Polio-0 diberikan saat bayi lahir, dianjurkan diberikan saat bayi
meninggalkan rumah sakit/rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena
virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk imunisasi dasar (polio-1,
2, 3), interval di antaranya tidak kurang dari 4 minggu. Tiap dosis OPV (2 tetes =
0,1 ml) per oral, sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml intramuskular. Vaksinasi
polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-3, selanjutnya saat masuk
sekolah (5-6 tahun).

a. Vaksin virus polio oral (Oral Polio Vaccine = OPV)


Vaksin virus polio oral berisi virus polio tipe 1, 2, dan 3 adalah jenis Sabin
yang masih hidup tetapi sudah dilemahkan (attenuated). Tiap dosis yang diberikan
adalah sebanyak 2 tetes (= 0,1 ml). Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi
lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di
usus dan memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun dalam
epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar,
sehingga frekuensi ekspresi virus polio liar dalam masyarakat dapat dikurangi.
Jenis vaksin virus polio ini dapat bertahan di tinja sampai 6 minggu setelah
pemberian OPV. Penerima vaksin dapat terlindungi setelah dosis tunggal pertama,
namun tiga dosis berikutnya akan memberikan imunitas jangka lama terhadap tiga
tipe virus polio.

b. Vaksin polio inactivated (Inactivated Poliomyelitis Vaccine = IPV)

62
Vaksin polio inactivated berisi virus tipe 1, 2, 3 yang mati, merupakan
jenis Salk. Pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan dalam 3 kali
berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing dosis akan memberikan
imunitas jangka panjang (mukosal maupun humoral) terhadap 3 macam tipe virus
polio. Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan
dengan oleh OPV.

Imunisasi primer bayi dan anak


Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai dosis awal,
kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan
3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu. Satu dosis
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan, yang dapat
diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DTP dan Hib. Bila
OPV yang diberikan dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis tersebut
perlu diulang.
Anak yang telah mendapat imunisasi OPV dapat memberikan ekskresi
virus vaksin selama 6 minggu dan akan melakukan infeksi pada kontak yang
belum diimunisasi. Untuk mereka yang kontak dengan bayi yang baru saja diberi
OPV, diharapkan menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti
popok bayi.

Dosis Penguat (booster)


Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu
bersamaan dengan dosis DPT diberikan sebagai penguat; dosis berikutnya harus
diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah.

Vaksinasi untuk anak imunokompromais


Untuk mereka yang mempunyai kontraindikasi terhadap vaksin hidup,
misalnya mereka dengan imunosupresi dai suatu penyakit atau kemoterapi, maka
IPV dapat digunakan sebagai vaksinasi terhadap poliomielitis. Sebagai vaksinasi
dasar, diberikan suntikan IPV sebanyak 3 dosis masing-masing 0,5 ml secara

63
subkutan dalam atau intramuskular dengan interval 2 bulan. Dosis penguat harus
diberikan dengan jadwal sama dengan pemberian OPV.

Reaksi KIPI
− Setelah divaksinasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami
gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot.
− Kasus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin telah dilaporkan
terjadi pada resipien (VAPP = vaccine associated polio paralytic) maupun
yang kontak dengan virus yang menjadi meurovirulen (VDPV = vaccine
derived polio virus).
− Resiko paling sering pada pemberian dosis pertama.
− Pada pemberian OPV, virus asal vaksin ini dapat bereplikasi di
dalam usus manusia, ekskresi melalui tinja biasanya selama 2-3 bulan.
Pada saat replikasi tersebut mungkin terjadi mutasi virus yang dikenal
dengan reversion, menyebabkan virus polio yang sebelumnya sudah
dilemahkan kembali berbentuk yang lebih neurovirulen, yang kemudian
menyebabkan kelumpuhan layu akut (VAPP). Di samping itu, virus yang
nonvirulen tersebut dapat diekskresi melalui tinja dan mengakibatkan
kelumpuhan orang disekitarnya (VDPV).
− Pada saat ini di Indonesia masih menggunakan OPV yang ternyata
mampu mengeliminasi virus polio liar, namun sebagai konsekuensinya
masih ada resiko terjadinya VAPP dan menyebarnya VDPV. Untuk
mengatasinya, dapat dipertimbangkan penggunaan vaksin IPV secara
penyuntikan.
Penanganan reaksi KIPI
Orangtua/pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun karena sangat
jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio. Walaupun demikian, anggota
keluarga yang belum pernah divaksinasi atau belum lengkap vaksinasinya dan
kontak dengan anak yang mendapat vaksinasi OPV, harus ditawarkan vaksinasi
dasar OPV pada waktu yang bersamaan dengan anak tersebut. Kepada orang
dewasa yang telah mendapat imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi
penguat (booster).

64
Kontraindikasi
o Penyakit akut atau demam (suhu >38,5°C), vaksinasi harus
ditunda
o Muntah atau diare berat, vaksinasi ditunda
o Dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang
diberikan oral maupun suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi
umum.
o Keganasan yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial
(limfoma, leukemia, penyakit Hodgkin) dan yang mekanisme
imunologisnya terganggu.
o Infeksi HIV
o Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin
inactivated dan virus hidup lainnya, tetapi jangan bersama vaksin oral
tifoid.

5. Vaksinasi Campak
Vaksin campak ada 2 jenis, yaitu:
 Vaksin yang berasal dari virus campak yang
hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B)
 Vaksin yang berasal dari virus campak yang
dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur
dengan garam aluminium)
Pada saat ini di negara berkembang angka kejadian campak masih tinggi
dan seringkali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi
campak pada bayi berumur 9 bulan, sedangkan untuk negara maju dianjurkan
pada anak berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga
dengan MMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga
diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit
4 minggu dari imunisasi pertama. Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan
angka cakupan yang tinggi bersama-sama dengan keinginan untuk menunda
pemberian imunisasi sampai antibodi maternal hilang merupakan suatu hal yang
berat dalam pengendalian penyakit campak. Pada anak – anak di negara

65
berkembang, antibodi maternal akan hilang pada usia 9 bulan dan pada anak-anak
di negara maju setelah 15 bulan.

Dosis dan cara pemberian


• Dosis baku minimal untuk pemberian vaksin campak yang dilemahkan adalah
1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml. Untuk vaksin hidup, pemberian 20
TCID50 mungkin sudah dapat memberikan hasil yang baik.
• Pemberian yang dianjurkan secara subkutan, tetapi dapat pula diberikan secara
intramuskular.
• Salah satu indikator pengaruh vaksin terhadap proteksi adalah penurunan
angka kejadian kasus campak sesudah imunisasi.

Reaksi KIPI
− Gejala KIPI berupa demam lebih dari 39,5ºC yang terjadi pada 5-
15 % kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2 hari.
− Ruam dapat dijumpai pada 5 % resipien, timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi dengan seseorang jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami.
− Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf
pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan
risiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi
sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.
− Reaksi KIPI banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada
seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan
vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi
campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang
dilemahkan.

Penanganan Reaksi KIPI

66
Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI/air buah), jika demam pakailah pakaian yg tipis dan berikan paresetamol 15
mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi berat dan menetap,
atau jika orangtua merasa khawatir,bawalah bayi/anak ke dokter.

Imunisasi ulangan
Imunisasi ulang dianjurkan dalam situasi tertentu, misalnya:
o Telah memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan
terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak
peningkatan insidens kegagalan vaksinasi).
o Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus
campak, maka anak SD, SMP, SMA dapat diberikan imunisasi ulang.
o Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang
virusnya sudah dimatikan (vaksin inaktif).

Kontraindikasi
− Demam tinggi
− Pengobatan imunosupresi
− Memiliki riwayat alergi
− Sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin
atau bahan-bahan yang berasal dari darah.

IMUNISASI YANG DIANJURKAN (non PPI)


1. Vaksinasi MMR (Measles, Mumps, dan Rubella)
Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak,
gondongan, dan rubela. Vaksin MMR merupakan vaksin kering yang
mengandung virus hidup. Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan
dosis satu kali 0,5 ml secara subkutan dalam atau intramuskular. MMR Ulangan
diberikan pada umur 6 tahun. Imunisasi ini memberikan serokonversi terhadap
ketiga virus lebih dari 90% kasus. Vaksin MMR harus diberikan sekalipun ada
riwayat infeksi campak, gondongan, dan rubella atau imunisasi campak. Tidak ada

67
efek imunisasiyang terjadi pada anak yang sebelumnya telah mendapat efek
imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini.

Reaksi KIPI
− Reaksi sistemik, seperti malaise, demam, atau ruam.
− Meningoensefalitis
− Pembengkakan kelenjar parotis
− Trombositopenia, biasanya akan sembuh sendiri.

Penanganan Reaksi KIPI


Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI/air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis dan berikan paresetamol
15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi berat dan menetap,
atau jika orangtua merasa khawatir, bawalah bayi/anak ke dokter.

Kontraindikasi
o Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau gangguan
imunitas, mereka yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif, terapi
sinar atau mendapat steroid dosis tinggi.
o Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau
neomisin.
o Anak dengan demam akut, pemberian MMR harus ditunda sampai
penyakitnya sembuh.
o Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG)
dalam waktu 4 minggu.
o Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah (whole blood).
o Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).

2. Vaksinasi Haemophilus influenza tipe B (Hib)

68
Kapsul polyribosyribitol phosphate (PRP) menentukan virulensi dari Hib.
Vaksin Hib dibuat dari kapsul tersebut. Vaksin awal yang terbuat dari PRP murni
ternyata kurang efektif, sehingga saat ini digunakan konjugasi PRP dengan protein
dari berbagai komponen bakteri lain. Vaksin yang beredar di Indonesia adalah
vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitidis yang
disebut sebagai PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex) dan konjugasi
dengan toksoid tetanus yang disebut sebagai PRP-T. Kedua vaksin tersebut boleh
digunakan bergantian atau kombinasi.
Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.
Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan. Vaksin tidak boleh diberikan sebelum
bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi pada
vaksin konjugasi. Vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin
PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak
diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP, DTaP,
IPV dalam bentuk vaksin kombinasi. Vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin
Hib PRP-T.
Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 15
bulan. Apabila suntikan awal diberikan pada bayi berumur 6 bulan-1 tahun, 2 kali
suntikan sudah menghasilkan titer protektif ; sedangkan setelah 1 tahun cukup 1
kali suntikan tanpa memerlukan booster.

3. Vaksinasi Demam Tifoid


Di Indonesia tersedia dua jenis vaksin, yaitu :
a. Vaksin demam tifoid oral
Vaksin ini dibuat dari kuman Salmonella typhi galur nonpatogen yang
telah dilemahkan. Tidak seperti vaksin parenteral, respons imun pada vaksin
ini termasuk sekretorik IgA. Reaksi samping vaksin oral lebih rendah daripada
vaksin parenteral. Vaksin tifoid oral dikenal dengan nama Ty-21a. Vaksin
tifoid oral ini diberikan pada anak umur 6 tahun atau lebih, dan imunisasi
ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun. Vaksin ini dikemas dalam kapsul,
diberikan 3 dosis dengan interval selang sehari (hari 1,3, dan 5) 1 jam sebelum
makan dengan minuman yang tidak lebih dari 37oC. Kapsul harus ditelan utuh
dan tidak boleh dibuka karena kuman dapat mati oleh asam lambung. Vaksin
tidak boleh diberikan bersamaan dengan antibiotik, sulfonamid, atau
69
antimalaria yang aktif terhadap salmonella. Vaksin oral pada umumnya
diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid.
b. Vaksin polisakarida parenteral
Vaksin polisakarida diberikan dengan dosis 0,5 ml secara
intramuskular atau subkutan pada daerah deltoid atau paha. Vaksin ini
diberikan pada umur lebih dari 2 tahun, imunisasi ulangan dilakukan tiap 3
tahun. Reaksi samping lokal berupa bengkak, nyeri, kemerahan di tempat
suntikan. Reaksi sistemik berupa demam, nyeri kepala, pusing, nyeri sendi,
nyeri otot, nausea, nyeri perut jarang dijumpai. Kontraindikasi: alergi terhadap
bahan-bahan dalam vaksin, saat demam, penyakit akut, dan penyakit kronik
progresif.

4. Vaksinasi Varisela
Vaksin virus hidup varisela-zoster (galur OKA) yang dilemahkan terdapat
dalam bentuk bubuk kering (lyophilised). Bentuk ini kurang stabil dibandingkan
vaksin virus hidup lain, sehingga harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin dapat
diberikan bersama dengan vaksin MMR.
Imunisasi varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang belum
terpajan, dengan dosis 0,5 ml secara subkutan, dosis tunggal. Untuk individu
imunokompromais serta remaja (sama atau diatas umur 13 tahun) dan dewasa,
memerlukan dua dosis dengan selang 1-2 bulan. Untuk anak yang mengalami
kontak dengan pasien varisela, pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu
72 jam setelah penularan (dengan persyaratan: kontak dipisah/tidak berhubungan).

Reaksi KIPI
• Reaksi simpang jarang terjadi

• Reaksi KIPI dapat bersifat lokal (1%), demam (1%), dan ruam papula-
vesikel ringan.

• Pada individu imunokompromais :

 Reaksi sistemik muncul lebih sering (sekitar 12% - 40% pada


pasien leukemia dalam pengobatan rumatan) daripada infeksi local.

70
 Setelah penyuntikan vaksin, pada 1% individu
imunokompromais dapat timbul penyulit varisela.

 Pasien leukemia yang mendapat vaksinasi varisela dapat


muncul ruam pada 40% kasus setelah vaksinasi dosis pertama, 4%
diantaranya dapat terjadi varisela berat yang memerlukan pegobatan
asiklovir.

Kontraindikasi
• Demam tinggi atau infeksi akut, hipersensitivitas terhadap neomisin,
terapi imunosupresan, kelainan darah
• Hitung limfosit kurang dari 1200/μl atau adanya bukti defisiensi imun
seluler seperti selama pengobatan induksi penyakit keganasan atau 3 tahun
fase radioterapi, pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih).
• Pasien yang alergi pada neomisin.

5. Vaksinasi Hepatitis A
Vaksin dibuat dari virus yang dimatikan (inactivated vaccine). Vaksin
diberikan pada usia ≥ 2 tahun. Dosis 720 U diberikan dua kali, suntikan kedua
atau booster diberikan antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama. Dosis
vaksin 0,5 ml diberikan secara intramuskular di daerah deltoid. Vaksin kombinasi
hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin
kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk
catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah
mendapat imunisasi hepB sebelumnya atau vaksinasi hepB yang tidak lengkap.
Vaksin hepatitis A terbukti imunogenisitasnya baik. Diperkirakan anti-HAV
protektif menetap selama ≥ 20 tahun. Proteksi jangka panjang terjadi akibat
antibodi protektif yang menetap atau akibat anamnestic boosting infeksi alamiah.
Pemberian vaksin VHA (virus hepatitis A) bersamaan dengan vaksin
lain (hepatitis B, tifoid) tidak mengganggu respons imun masing-masing vaksin
dan tidak meningkatkan frekuensi efek samping. Kebijakan imunisasi hepatitis A
lebih bersifat individual, yaitu bagi mereka yang mampu, perlu dipertimbangkan
imunisasi hepatitis A pada anak berusia ≥ 2 tahun.

71
Efek samping
• Aman dan jarang menimbulkan efek samping
• Reaksi lokal ringan paling sering terjadi (21%-54%)
• Demam (4%), lesu, lelah, mual muntah dan hilang nafsu makan.

Kontraindikasi
Vaksin HVA tidak boleh diberikan kepada individu yang mengalami
reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama.

6. Vaksinasi Influenza
Vaksin trivalen influenza (TIV) yang terdiri dari dua virus influenza
subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus influenza tipe B. Vaksin influenza
diproduksi dua kali setahun berdasarkan perubahan galur virus influenza yang
bersirkulasi di masyarakat. Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif
(inactivated influenza virus). Terdapat dua macam vaksin yaitu whole-virus dan
split-virus vaccine.
Pada saat ini cakupan imunisasi influenza mencapai 70-90% untuk
proteksi selama satu tahun, daya proteksi menurun pada tahun berikutnya, apabila
galur tetap sama atau hanya terjadi perubahan kecil pada antigen permukaan.
Untuk menjaga agar daya proteksi berlangsung terus menerus, maka perlu
dilakukan vaksinasi secara kontinu menggunakan vaksin yang mengandung galur
yang mutakhir. Vaksinasi biasanya diberikan sebelum musim penyakit influenza
datang. Pemberian vaksin merupakan cara untuk pencegahan atau mengurangi
infeksi influenza serta mencegah kematian pada saat epidemi. Dengan kata lain,
vaksin influenza lebih efektif untuk mencegah kompikasi saluran nafas bawah
atau komplokasi lain.
Vaksin influenza diberikan pada anak usia 6-23 bulan, baik anak sehat
maupun dengan resiko penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal,
penyakit jantung, hemoglobinopati, kelemahan sistem imun (imunodefisiensi),
HIV. Imunisasi influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi
pergantian jenis galur virus yang beredar di masyarakat. Vaksin tahun sebelumnya

72
tidak boleh diberikan untuk tahun sekarang. Vaksin influenza diberikan secara
intramuskular pada paha anterolateral atau deltoid. Dosis tergantung umur anak;
o Umur 6-35 bulan : 0,25 ml
o Umur ≥ 3 tahun : 0,5 ml
o Umur ≥ 8 tahun : untuk pemberian pertama kali
diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, pada tahun
berikutnya hanya diberikan 1 dosis.
o Untuk anak dengan gangguan imun, diberikan 2 dosis dengan
jarak interval minimal 4 minggu untuk mendapatkan antibodi yang
memuaskan.
o Untuk anak usia ≥ 9 tahun cukup satu kali saja, teratur, setiap
tahun 1 kali.

Reaksi KIPI
• Reaksi lokal nyeri, eritema dan indurasi pada tempat suntikan, lamanya
1-2 hari.
• Gejala sistemik tidak spesifik berupa demam, lemas dan mialgia (flu-
like symptoms), terutama pada anak yang muda. Gejala timbul setelah 6-12
jam pasca vaksinasi, lamanya 1 atau 2 hari.

Kontraindikasi
• Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian vaksin influenza
sebelumnya dan komponen vaksin seperti telur jangan diberi vaksinasi
influenza. Termasuk ke dalam kelompok ini seseorang yang setelah makan
telur mengalami pembengkakan bibir atau lidah, atau mengalami distres nafas
akut atau pingsan.
• Vaksin influenza tidak boleh diberikan pada seseorang yang sedang menderita
penyakit demam akut yang berat.

7. Vaksinasi Pneumokokus
Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yang beredar di Indonesia, yaitu
vaksinpneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe disebut
pneumococcus polysaccharide vaccine (PPV23). Vaksin pneumokokus generasi

73
kedua berisi vaksin olisakarida konjugasi, 7 serotipe disebut pneumococcus
conjugate vaccine (PCV7). Vaksin PPV tidak dapat merangsang respon
imunologik pada anak usia muda dan bayi, sehingga tidak mampu menghasilkan
respon booster. Untuk meningkatkan imunogenisitas pada bayi, dikembangkan
vaksin PCV. Vaksin PCV7 diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan dan diulang
pada umur 12-15 bulan. Interval antara 2 dosis 4-8 minggu. Apabila anak datang
setelah berumur > 7 bulan, maka diberikan jadwal dan dosis sebagai berikut:

Umur datang pertama kali Dosis vaksin yang diberikan


7-11 bulan 3 dosis
12-23 bulan 2 dosis
≥ 24 bulan sampai 5 tahun 1 dosis

Vaksin diberikan dalam dosis 5 ml, secara intramuskular di daerah deltoid


atau paha tengah lateral. Untuk anak resiko tinggi berumur 24-59 bulan, vaksin
PCV7 diberikan bersama vaksin PPV23 karena kelompok ini rentan terhadap
semua serotipe pneumokokus. Kelompok resiko tinggi ini adalah anak yang
menderita penyakit kronik seperti sickle cell, aslenia kongenital/didapat, disfungsi
limpa, infeksi HIV, defisiensi imun kongenital, penyakit jantung bawaan dan
gagal jantung, penyakit paru kronik, pengobatan imunosupresif, dan diabetes
melitus.

Reaksi KIPI
• Efek samping: eritema, bengkak, indurasi, dan nyeri pada bekas
tempat suntikan.
• Efek sistemik: demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan
menurun, muntah, diare, urtikaria.
• Demam ringan sering timbul, namun demam tinggi di atas 39oC jarang
dijumpai.
• Reaksi KIPI biasanya terjadi setelah dosis kedua, tetapi tidak lama,
akan menghilang dalam 3 hari.

8. Vaksinasi HPV (Human Papilloma Virus)

74
Vaksin HPV yang telah bersedar di Indonesia dibuat dengan teknologi
rekombinan. Vaskin HPV berpotensi untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan infeksi HPV. Terdapat dua jenis vaksin :
HPV yaitu vaksin bivalen (tipe 16 dan 18, Cervarix@) dan vaksin kuadrivalen (tipe
6, 11, 16 dan 18, Gardasil@). Penelitian vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen
menunjukkan imunogenisitas yang tinggi. Vaksin HPV mempunyai afikasi 96%-
100% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe-16/18.

Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan sejak umur >10 tahun atau
lebih banyak 3 kali, dengan jadwal agak berbeda untuk vaksin HPV bivalen (0,1
dan 6 bulan) dan Vaksin HPV kuadrivalen (0,2 dan 6 bulan). Dosis yang diberikan
sebanyak 0,5 mL, secara intramuskular pada daerah deltoid.

Reaksi KIPI

• Efek samping local vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah nyeri,
reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.

• Efek samping sistemik vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah


demam, nyeri kepala dan mual.

BAGAN IMUNISASI YANG DIBERIKAN PADA BAYI DAN ANAK DI


INDONESIA

75
PEMBERIAN ANTIPIRETIK SEBELUM DAN SESUDAH IMUNISASI
Kepada orangtua atau pengantar diberitahukan bahwa 30 menit sebelum
imunisasi DPT/DT, MMR,Hib, hepatitis B dianjurkan memberikan antipiretik
parasetamol15 mg/kgbb kepada bayi/anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca
vaksinasi. Kemudian dilanjutkan seriap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali
dalam 24 jam.

MACAM - MACAM BAHAN VAKSIN


a. Vaksin hidup (Live attenuated vaccine)
Dibuat dari kuman atau virus penyebab penyakit. yang dilemahkan.
• Berasal dari virus hidup : vaksin campak, gondongan (parotis), rubella, polio,
rota virus, demam kuning (yellow fever).
• Berasal dari bakteri : vaksin BCG dan demam tifoid oral.

b. Vaksin mati (Inactivated vaccine)


76
Dibuat dari kuman, virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif.
• Seluruh sel virus inactivated : influenza, polio (injeksi), rabies, dan hepatits A
• Seluruh bakteri inactivated : pertusis, tifoid, kolera, dan lepra
• Vaksin fraksional yang masuk sub-unit : hepatitis B, influenza, pertusis α -
seluler, tifoid Vi, lyme disease.
• Toksoid adalah bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman.
Pemanasan dan penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses
pembuatannya. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai
natural fluid plain toxoid, dan merangsang terbentuknya antibodi antitoksin.
Imunisasi bakteriil toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan
untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan
imunogenesitasnya. Contohnya: difteria, tetanus, botulinum.
• Vaksin polisakarida adalah vaksin sub-unit yang inactivated dengan
bentuknya yang unik terdiri atas rantai panjang molekul-molekul gula yang
membentuk permukaaan kapsul bakteri tertentu. Tersedia untuk 3 macam
penyakit yaitu pneumokokus, mengokokus, dan Haemophillus influenzae type
B.

c. Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinan adalah antigen vaksin yang dihasilkan dengan cara teknik
rekayasa genetik. Contohnya : vaksin hepatitis B dan vaksin tifoid (Ty21a)..

IMMUNOGLOBULIN SPESIFIK (IgS) DAN ANTITOKSIN


Immunoglobulin S (IgS, hiperimmune globulins) secara farmakologi maupun
karakteristik biologi berbeda dengan immunoglobulin normal. Sediaan ini diambil
dari kumpulan darah pasien pada masa penyembuhan dari penyakit tertentu atau
setelah pemberian vaksinani tertentu, sehingga darahnya mengandung titer antibodi
spesifik yang sangat tinggi pada penyakit tersebut. Untuk itu IgS diindikasikan untuk
pencegahan infeksi bakteri spesifik seperti difteri, pertusis, tetanus, dan kuman
clostridium lain, infeksi saluran napas, stafilokokus, streptokokus invasif, dan
pseudomonas. Pencegahan inveksi virus seperti hepatitis A, B, C; TORCH, HIV,
ebola, rabies, dan MMR.

77
IMMUNOGLOBUIN TETANUS (HUMAN TETANUS IMMUNOGLOBULIN)
Pemberian Ig tetanus dan antitoksin tetanus diindikasikan untuk pencegahan
pada luka dalam yang kotor, yang tidak akan terlindungi hanya dengan pemberian
vaksin saja, riwayat imunisasinya tidak jelas/tidak pernah diimunisasi atau imunisasi
dasarnya tidak lengkap. Di samping itu juga diindikasikan untuk pengobatan dalam
upaya netralisasi toksin yang bekerja sistemik. Dosis pemberian Ig tetanus untuk
pencegahan 250 unit, scara IM. Untuk pengobatannya, dosisnya adalah 3000-6000
unit, IM. Pada kasus neonatorum 500 U, IM.

ANTI TETANUS SERUM (ATS)


Jika TIg tidak tersedia dapat diberikan antitoksin yang berasal dari serum
binatang sebanyak 1.500-5.000 IU, pemberian harus didahului tes sensitivitas. Dosis
tunggal antitoksin tetanus berkisar antara 50.000-100.000 U. Untuk pengobatan
tetanus neonatorum diberikan dengan dosis 40.000 U, dengan cara pemberiannya
20.000 U dari antitoksin dimasukkan ke dalam 200 cc NaCl 0,9%, diberikan secara IV
dalam 35-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada
paha antero lateral.
Jika antitoksin yang berasal dari serum binatang (kuda) yang dipakai, lakukan
skin test dahulu untuk mencegah tejadinya shock anafilaksis. Pada saat yang
bersamaan siapkan alat suntik dengan adrenalin (1:1000) dilakukan untuk pasien yang
pernah mendapatkan suntikan antitoksin dari serum binatang. Sebagai kontrol, di
tempat lain disuntikkan garam fisiologis intrakutan. Jika setelah suntikan timbul
benjolan di kulit yang dikelilingi warna kemerahan berupa eritema dengan ukuran 3
mm atau lebih dibanding kontrol maka lakukan desentisasi terhadap pasien.
Lebih dari 25% penderita mengalami serum sickness setelah pemberian
antitoksin kuda. Oleh karena risiko serum sickness dan reaksi-reaksi hipersensitivitas,
maka Imun Globulin Tetanus (IGT) manusia cenderung digunakan dibandingkan
ATS.
Anti serum tidak menetralkan toksin tetanus yang terikat pada susunan saraf
pusat dan sedikit memperbaiki gejala-gejala yang telah ada pada saat pemberian.
Akan tetapi, rasio kematian pada penyakit yang ringan sampai moderat secara
bermakna dikurangi bila antiserum diberikan secara dini.

78
VIII. TAMAN PENITIPAN ANAK
CARA MEMPERBAIKI GIZI KURANG PADA ANAK DALAM PENITIPAN
Anak-anak yang dititipkan di taman penitipan anak akan diatur menunya
sesuai dengan kebutuhan gizi dan proporsi tubuhnya. Dalam tempat penitipan anak
(day care centre) pada umumnya terdapat ahli gizi yang bertugas menjaga dan
menilai kebutuhan gizi anak-anak yang diasuhnya. Bagi anak yang kekurangan gizi,
akan diberikan menu yang lebih sesuai dengan kebutuhannnya secara kualitas
maupun kuantitas.

CARA PENCEGAHAN PENYAKIT PADA ANAK DALAM PENITIPAN


Selain ahli gizi, di taman penitipan anak ini juga mempunyai dokter, akan
lebih baik lagi bila dokter tersebut adalah dokter anak. Program yang biasa
dilakukan di tempat penitipan anak pada saat awal menitipkan antara lain adalah
imunisasi untuk mencegah penyakit dan mencegah terjangkitnya penyakit menular
diantara anak-anak. Biasanya di setiap day care centre mempunyai program
imunisasi awal yang akan dilanjutkan dengan imunisasi lanjutan.

PERKEMBANGAN FISIK DAN PSIKOSOSIAL ANAK DALAM


PENITIPAN
Di setiap taman penitipan anak, ditawarkan program-program yang sangat
bervariasi, namun pada intinya adalah usaha untuk meningkatkan perkembangan
fisik dan psikososial anak. Untuk meningkatkan perkembangan fisik, anak akan
diajak dalam permainan yang menggunakan sensorik dan motorik yang melibatkan
panca indera. Sedangkan untuk meningkatkan psikososial, anak akan didorong
untuk mengenal anak lain, mempunyai teman, berkelompok dan bekerja sama.

MEMBERIKAN PENDIDIKAN ORANGTUA DALAM MENGASUH ANAK


Salah satu nilai positif yang bisa diambil dari taman penitipan anak adalah
faktor pendidikan yang juga diberikan pada orangtua. Pada waktu yang ditentukan,
para orangtua khususnya para ibu, akan diberikan penyuluhan bagaimana merawat
bayi dan anak, memberi dan menyiapkan makanan untuk anak.

79
IX. ANAK CACAT (HANDICAPPED CHILDREN)
DEFINISI
Beberapa istilah yang sering dipakai pada keadaan cacat perlu dijabarkan, yaitu :
1. Impairement : suatu keadaan abnormalitas dari psikis, fisiologis atau fisik baik
struktur maupun fungsinya.
2. Disability : suatu hambatan atau gangguan dari kemampuannya untuk
melaksanakan aktifitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang
normal sebagai akibat dari “impairement”.
3. Handicap : suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan
disability.
Jadi : Impairement → Disability → Handicap
Contohnya, seorang anak yang menjadi buta karena kekurangan vitamin A
Impairement : kehilangan pengelihatan/buta
Disability : kehilangan kemampuan untuk bisa melihat
Handicap : kehilangan kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan mata
dan menikmati aktifitas yang normal

ETIOLOGI
Penyebab keadaan cacat itu sendiri, dapat karena kelainan bawaan atau cacat
yang didapat dalam perjalanan hidupnya baik karena penyakit maupun karena
kecelakaan.
 Malnutrisi
 Penyakit tidak menular
 Kelainan bawaan
− Kelainan fisik bawaan
− Retardasi mental
− Kelainan bukan genetik
 Penyakit menular
− Poliomielitis
− Trachoma
− Lepra
− Onchocerciasis
80
 Kecelakaan/rudapaksa
 Kelainan psikiatri fungsional
 Kecanduan alkohol dan obat

KESEMPATAN PENDIDIKAN, LATIHAN KERJA, DAN PENEMPATAN


KERJA ANAK CACAT PADA ORANG TUA
Tergantung dari jenis kecacatannya, seorang anak memerlukan atau tidak
memerlukan sebuah pendidikan khusus. Pendidikan yang khusus terutama diberikan
kepada anak dengan cacat mental atau yang cacat indranya. Dengan pengamatan dan
pengarahan yang teliti melalui program rehabalitasi, pendidikan yang tepat dapat
diarahkan. Tujuannya :
• Orangtua menerima kecacatan anaknya dengan sikap positif
• Memberi rasa optimis orang tua terhadap anaknya
• Orangtua dapat memberi dukungan pada proses perkembangan
anaknya

CARA MEMPERBAIKI GIZI ANAK CACAT


Penanganan gizi pada anak cacat lebih kurang sama seperti penanganan pada
anak normal lainnya. Yang menyebabkan anak cacat butuh perhatian lebih adalah
keterbatasan mereka dalam menerima asupan gizi yang diberikan. Pada anak cacat
mental, kesulitan didapatkan ketika mereka menolak untuk menerima makanan yang
diberikan pada mereka. Dibutuhkan kesabaran dalam merawat anak cacat mental.
Diharapkan mereka dapat diberikan pengertian dan atau kebiasaan pola dan waktu
makan yang benar agar mandiri.
Bayi atau anak dengan cacat anggota tubuh, penanganan disesuaikan dengan
cacatnya. Cacat pada mulut yang terjadi pada bayi dapat ditanggulangi dengan
penggunaan dot khusus yang memungkinkan susu langsung mencapai faring. Pada
anak atau balita yang dapat makan sendiri, diberikan makanan yang dapat langsung
ditelan, misal: bubur.

CARA IMUNISASI PADA ANAK CACAT


Secara umum pemberian imunisasi pada anak cacat sama dengan anak normal.

81
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JIWA ANAK CACAT
1. Permasalahan mendasar bagi anak-anak luar biasa, biasanya
ditunjukkan dengan perilakunya ketika melakukan aktifitas bersama dengan
anak-anak normal pada umumnya. Contoh, ketika bergaul mereka menghadapi
sejumlah kesulitan, baik dalam kegiatan fisik, psikologi, maupun sosial.
2. Mempunyai kesulitan mendasar dalam hal sosialisasi dan bahkan
komunikasi. Contoh, anak sering menjadi kaku, mudah marah, dan bila
dihubungkan dengan perilakunya, menunjukkan sangat tidak pemaaf dan
sensitif terhadap orang lain.
3. Cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif, dan kadang-
kadang muncul sikap egois terhadap lingkungan.
4. Anak seringkali mengalami kesulitan untuk mengubah rangsangan
visual, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam konsep bentuk,
keseimbangan posisi, ruang warna, perasa, bunyi, dan peraba.
5. Keterbatasan kemampuan untuk belajar dan berlatih, kesukaran untuk
bergaul maupun bermain, kurang cepat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan kemampuan dinilai lebih rendah bila dibandingan dengan anak
normal di usianya.

STRUKTUR ORGANISASI PELAYANAN KESEHATAN ANAK CACAT


1) Departemen Kesehatan
Berperan dalam bidang :
− Deteksi dini
− Memberikan latihan(training) ditingkat masyarakan, kader, Puskesmas,
RS Kabupaten, RS Rujukan dengan pelayanan berbagai bidang
spesialistik.
− Rujukan berjenjang.
− Memberikan pelayanan rehabilitasi medik.
2) Departemen Sosial
Berperan sebagai sumber dana, pembina, pembimbing, dan pengawas dalam
peningkatan usaha-usaha kesejahteraan sosial.
3) Departemen Tenaga Kerja

82
Memberikan keterampilan melalui BLK (Balai Latihan Kerja) terhadap
mereka yang memiliki kecacatan yang permanen.
4) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Berperan dalam hal:
− Pendidikan anak-anak cacat/kelainan tumbuh kembang
− Pemberian bantuan tenaga pendidik kepada sekolah-sekolah Luar
Biasa (SLB).
− Pendidikan luar biasa dapat dilaksanakan melalui sekolah-sekolah Luar
Biasa (SLB) sesuai dengan kecacatan yang diderita, yaitu:
a) SLB Bagian A
Untuk anak dengan kelainan pengelihatan/tuna netra.
b) SLB Bagian B
Untuk anak dengan kelainan pendengaran dan bicara (Tuna Rungu
Wicara).
c) SLB Bagian C
Untuk anak dengan keterbelakangan mental (Retardasi
mental/Tuna Grahita). Berdasarkan kemampuan intelegensi anak
maka SLB-C dibedakan atas:
− SLB C: retardasi mental dengan I.Q. 50-75 yaitu anak
yang mampu didik.
− SLB-C1: retardasi mental I.Q. 25-50 yaitu anak yang
mampu latih.
d) SLB Bagian D
Untuk anak dengan kelainan/cacat anggota tubuh (tuna daksa tanpa
disertai gangguan lain), misalnya akibat polio, cacat bawaan,
kecelakaan, dll. Sedangkan untuk anak yang tuna daksa disertai
gangguan/cacat lainnya (gangguan bicara, mental, dll.), yang
disebut sebagai cacat ganda (double handicap), dididik di SLB-D1.
e) SLB Bagian E
Untuk anak yang tuna laras yaitu untuk anak yang mempunyai
kelainan emosi dan sosial.
5) PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)

83
Dalam kegiatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) diharapkan
PKK berperan sebagai motor masyarakat.
6) YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat)
YPAC berperan dalam hal perencanaan dan pengembangan program RBM.
Biasanya SLB-D juga dibawah asuhan YPAC dan dibawah pengawasan
DepDikBud.

PENCEGAHAN
Sebenarnya 50% dari keadaan cacat tersebut berasal dari sebab-sebab yang
dapat dicegah. Secara garis besar dikenal 3 level pencegahan, misalnya :
Malnutrisi, kecelakaan, kelainan bawaan, dll
Pencegahan tingkat I
Impairement
Pencegahan tingkat II
Disability
Pencegahan tingkat III
Handicap

Tujuan utama dari upaya rehabilitasi medis adalah:


1. Mencegah terjadinya kecacatan dengan memberikan tindakan rehabilitasi
sedini mungkin.
2. Mengurangi terjadinya kecacatan dengan memberikan latihan-latihan, serta
pemberian alat-alat seperti penyangga, protesa, dll.
3. Mengembalikan kemampuan bekerja dari penderita cacat dengan
mempersiapkan kemampuan jasmani, rohani, dan terutama kemampuan
jasmani, rohani, dan terutama kemampuan mengurus diri sendiri.

X. BKIA
MENJELASKAN PHC (PELAYANAN KESEHATAN PRIMER) SEBAGAI
SARANA UNTUK MEMPERLUAS CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN
PADA IBU DAN ANAK
Secara umum pelayanan kesehatan primer diberi batasan sebagai suatu upaya
kesehatan universal, yang mencakup seluruh anggota masyarakat atau keluarganya,

84
dilaksanakan dengan partisipasi dan pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat
sendiri. Dalam wadah kesehatan primer ini tercakup 8 unsur pokok bidang kesehatan,
yaitu :
• Penyuluhan kesehatan, khususnya tentang cara pencegahan dan
pengelolaan penyakit
• Gizi
• Sanitasi dasar dan air bersih
• KIA dan KB
• Imunisasi terhadap 6 penyakit utama : BCG, difteri, pertusis, tetanus,
polio, dan campak
• Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik
• Pengobatan penyakit yang umumnya dijumpai
• Tersedia obat esensial

Pelayanan kesehatan primer tertuang dalam wujud Sistem Kesehatan Nasional


(SKN) yang mempunyai tujuan dan sasaran jangka panjang, antara lain :
• Peningkatan mutu lingkungan hidup
• Peningkatan status gizi masyarakat
• Pengurangan morbiditas dan mortilitas penyakit
• Pengembangan keluarga sejahtera

MENJELASKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER IBU HAMIL


Strategi Menuju Persalinan Sehat meliputi 3 pesan kunci, yaitu setiap
persalinan harus ditolong tenaga medis, setiap komplikasi persalinan harus ditangani
tenaga adekuat, dan setiap wanita usia subur harus mempunyai akses pencegahan
kehamilan dan penanganan komplikasi keguguran.
Pelayanan kesehatan primer yang diberikan adalah :
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan laboratorium
Pelayanan kesehatan primer itu sendiri mempunyai standart operasional, yaitu
minimal 5 T :

85
• Timbang BB dan TB
• Tekanan darah
• Tetanus toxoid lengkap
• Tinggi fundus uteri
• Tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan
Jika pelayanan kesehatan tersebut belum mencapai 5 T maka belum dapat
disebut Pelayanan Kesehatan Primer (PHC).

MENJELASKAN PELAYANAN KESEHATAN PRIMER BAYI DAN ANAK


PRA-SEKOLAH
BKIA sebagai salah satu bagian dari pediatri sosial bersifat pendidikan dan
pencegahan. Tugasnya ialah ikut serta menurunkan angka kematian atau penyakit
bayi dan anak, serta mengusahakan kesehatan atau kesejahteraan bayi dan anak
seoptimum mungkin.
A. Pelayanan kesehatan primer untuk bayi
BKIA ini bertugas ikut serta menurunkan angka kematian atau penyakit, serta
mengusahakan kesehatan kesejahteraan seoptimal mungkin. Petunjuk yang
diberikan di BKIA untuk bayi dapat dibagi menjadi :
• Petunjuk mengenai kesehatan umum, termasuk makanan bayi
Kebersihan adalah dasar daripada kesehatan yang meliputi kebersihan diri,
pakaian, makanan, rumah, atau lingkungan. Untuk menurunkan angka
kematian atau penyakit bayi yang disebabkan oleh penyakit alat
pencernaan, maka diberikan nasehat mengenai minuman dan makanan
bayi.
• Imunisasi terhadap beberapa penyakit infeksi
Untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh
penyakit-penyakit infeksi, antara lain BCG, polio, DPT, DT, dan campak.
• Petunjuk mengenai psikologi umum
 Membiasakan diri pada waktu-waktu tertentu dan teratur.
Hal ini dimulai dengan memberikan makanan atau minuman pada
waktu tertentu secara teratur
 Istirahat dan kasih sayang. Kasih sayang yang cukup
akan membuat bayi merasa aman.

86
 Alat permainan. Alat ini digunakan untuk melatih jiwa
dan panca indra, merangsang khayalan.
• Pemeriksaan darah sederhana

B. Pelayanan kesehatan primer untuk anak pra-sekolah


Di samping menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan memeriksa
Hb anak, diberikan pula nasehat mengenai kebersihan rumah dan lingkungan,
makanan anak, dan imunisasi.

MENJELASKAN STRUKTUR ORGANISASI BKIA


Di tahun 1987, tanggung jawab kesehatan masyarakat diarahkan pada
PEMDA. Sebagai hasil dari desentralisasi ini, pemerintah setempat diberikan
kekuasaan dan tanggung jawab untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang utama
dan pelayanan referral. Ditingkat berikutnya, pelayanan diberikan oleh pusat
kesehatan dan RS, dan pada tingkat tersier ada RS yang lebih besar dan lembaga
kesehatan lainnya yang lebih khusus. Kantor kesehatan propinsi memiliki tanggung
jawab operasional, sedangkan pengawasan kebijakan dan panduan teknis tetap
dipegang oleh DEPKES yang memiliki perwakilan atau kantor di tingkat daerah dan
propinsi. Di tahun 1994, Dewan penasehat kesehatan nasional dipilih oleh presiden
dengan ahli-ahli dari berbagai bidang untuk menasehati DEPKES dalam kebijakan
kesehatan nasional. Di tahun 1996 dilaksanakan pengaturan kembali di kantor-kantor
kesehatan di propinsi dan daerah untuk meningkatkan proses desentralisasi dan untuk
meningkatkan kualitas dari panduan teknis dan operasional untuk pelayan kesehatan
setempat dan kesehatan di sektor swasta.

MENGIDENTIFIKASI IBU DAN ANAK DENGAN RESIKO TINGGI


Kehamilan yang memungkinkan terjadinya keguguran, kematian janin,
kelahiran prematur, berat lahir rendah, penyakit janin dan neonatus, cacat bawaan,
retardasi mental, dan keadaan lain yang merugikan disebut kehamilan dengan resiko
tinggi.

A. Ibu Hamil

87
1. Tinggi badan kurang dari 145 cm dan berat badan
kurang dari 38 kg
2. Kurang darah : kurang atau sama dengan 10 mg/dl
3. Kehamilan lebih dari 3 anak dengan jarak kurang
dari 2 tahun
4. Usia wanita hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
5. Kehamilan ganda atau lebih
6. Toksemia gravidarum
7. Rhesus iso imunisasi
8. Infeksi pada ibu hamil
9. Pertumbuhan janin yang lambat
10. Antepartum Hemorhagi : perdarahan sebelum
melahirkan
11. Letak bayi dalam kandungan yang tidak normal
12. Disporposi cefalo-pelvic : ukuran kepala dan rongga panggul tidak
sesuai
13. Fetal distress

B. Bayi
1. Bayi yang lahir sebelum masa gestasi 3-7 minggu atau sesudah 42
minggu
2. Bayi dengan berat < 2500 gram atau >4000 gram
3. Bayi yang menunjukkan penyimpangan dari besar atau
perkembangannya
4. Bayi dengan riwayat penyakit neonatus yang berat atau dengan
kematian saudaranya atau kematian 2 janin dan saudaranya
5. Bayi dengan keadaan lahir yang buruk atau yang memerlukan
resusitasi di kamar bersalin dan kemudian di tempat bayi dirawat
6. Bayi lahir dari ibu dengan infeksi dan adanya riwayat penyakit selama
kehamilan, ketuban pacah dini, riwayat masalah sosial yang berat, tidak
adanya perwatan pre natal, hampir tidak ada kenaikan berat badan selama
hamil, lama tidak mempunyai bayi, mempunyai 4 atau lebih anak

88
sebelumunya, ibu yang mempunyai anak pertama pada umur > 35 tahun,
pecandu obat, meminum salah satu obat selama kehamilan, atau tidak kawin.
7. Bayi yang lahir dari kehamilan ganda atau ibu hamil lagi sesudah 3
bulan kehamilan
8. Bayi yang lahir dengan bedah Caesar atau adanya komplikasi
kehamilan
9. Bayi yang mempunyai satu pembuluh darah arteri, tali pusat, atau
pada setiap kecurigaan akan cacat bawaan
10. Bayi dikenal menderita anemia atau inkompatibilitas golongan darah
11. Bayi lahir dari ibu yang sangat menderita selama hamil, seperti
masalah emosi yang berat, hiperemis gravidarum, kecelakaan yang
membahayakan, anestesia umum

C. Anak Balita
Anak balita dengan resiko tinggi harus lebih sering diawasi dengan pemeriksaan
fisik dan laboratorium serta penimbangan BB dan TB. Balita dengan resiko tinggi
bila :
1. Umur 0-3 bulan, BB ± dari 750 gram/bulan
2. Umur 4-7 bulan, BB ± dari 350 gram/bulan
3. Umur lebih dari 1 tahun BB ± dari 150 gram/bulan
4. Jumlah anak lebih dari 3 orang dengan jarak kelahiran kurang dari 2
tahun
5. Dalam keluarga ada anak yang meninggal lebih dari 3 orang
6. Sejarah partus terdapat asfiksia atau dengan partus patologik
7. Pernah menderita batuk rejan
8. Pernah menderita campak
9. Umur di bawah 2 tahun pernah malnutrisi tingkat II dan III
10. Belum pernah mendapatkan imunisasi

XI. PUTARAN PEMECAHAN MASALAH


PENGUMPULAN DATA PELAYANAN KESEHATAN ANAK
• Laporan bulanan / mingguan balai pengobatan
Misalnya : Puskesmas, Posyandu,dll.

89
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua yang sakit berobat
b. Yang berobat golongan sosial ekonomi tertentu (rendah)
c. Diagnosa sering sukar ditentukan
• Laporan rumah sakit
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua yang sakit dirawat
b. Beda sosial ekonomi dari pasien pada RS yang berlainan
• Asuransi kesehatan
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua penyakit diasuransikan
b. Tiap perusahaan asuransi menentukan jenis-jenis penyakit yang
berlainan
c. Tidak semua orang ikut asuransi.

IDENTIFIKASI MASALAH PELAYANAN KESEHATAN ANAK


Beberapa hambatan ditemukan dalam sistem pelayanan kesehatan anak di Indonesia,
antara lain :
1. Kualitas sistem pelayanan kesehatan
anak di Indonesia
a. Tenaga medis dan paramedis yang tersedia ( dokter, perawat, bidan)
b. Sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia ( Puskesmas, Posyandu, tempat
praktek dokter, klinik )
2. Kuantitas sistem pelayanan kesehatan anak di Indonesia
3. Jarak ke tempat pelayanan kesehatan
4. Masalah demografi
a. Jumlah penduduk yang terlalu banyak, tetapi mutu pendidikan kurang
b. Penyebaran penduduk 60% terpusat di pulau Jawa
c. Adanya arus urbanisasi
5. Keadaan geografi Indonesia, yang
terdiri dari ribuan pulau merupakan hambatan untuk sarana komunikasi yang
murah dan cepat.
6. Keadaan sosial-ekonomi dan budaya

90
a. Kebiasaan atau perilaku masyarakat tradisional
b. Daya beli masyarakat yang kurang
c. Tingkat pendidikan yang rendah
d. Tingkat pengangguran yang tinggi.

MERENCANAKAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN ANAK


Merencanakan pemecahan masalah kesehatan anak meliputi tindakan-tindakan
berikut ini:
1. Pencegahan primer (primary prevention)
a.Promosi (health promotion)
 meliputi tindakan - tindakan promotif untuk meningkatkan kesehatan
fisik, biologi, sosial anak.
b. Pencegahan spesifik (spesific protection)
 meliputi tindakan pencegahan secara lebih spesifik terhadap penyakit
yang mungkin akan diderita anak.

2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)


a. Deteksi dini (early diagnosis and prompt treatment)
 meliputi tindakan-tindakan dalam mendiagnosis penyakit pada anak
untuk dilakukan pengobatan dengan segera.
b. Pengobatan (disability limitation)
 meliputi tindakan-tindakan dalam mengobati penyakit anak dalam
rangka mencegah terjadinya kecacatan.

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention)


 meliputi tindakan-tindakan dalam memperbaiki fungsi fisik, mental
dan sosial anak agar dapat sembuh sempurna.

PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN ANAK


1. Pencegahan primer (primary prevention)
a. Promosi (health promotion)
Peningkatan pengadaan penyuluhan-penyuluhan kesehatan,
peningkatan pengetahuan akan kebersihan badan, pakaian, rumah, dan

91
lingkungan, pamflet-pamflet dan brosur-brosur tentang ASI eksklusif
dan pentingnya imunisasi.
b. Pencegahan spesifik (spesific protection)
Pemberian imunisasi, penyemprotan nyamuk (fogging).
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
a. Deteksi dini (early diagnosis)
Pemeriksaan laboratorium dan pengobatan sampai anak sembuh
dari penyakit, membawa anak segera ke RS, pemeriksaan gigi berkala
setiap 6 bulan.
b. Pengobatan (prompt treatment))
Resusitasi cairan pada pasien DHF, pemberian oralit pada diare,
pemeberian antipiretik pada anak yang demam.

3. Pencegahan tersier (tertiary prevention)


Pembatasan kecacatan (disability limitation)
Pemakaian kacamata pada anak dengan gangguan ketajaman
penglihatan.

EVALUASI PELAKSANAAN PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN


ANAK

Angka kematian ibu Angka kematian bayi


Tahun
Per 100.000 Per 1000
1993 425 58
1996 307 35
2020 150 15

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kematian ibu per 100.000
kehamilan semakin menurun, demikian pula dengan angka kematian bayi per 1000
kelahiran hidup. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan pemecahan masalah
kesehatan anak di Indonesia yang meliputi pencegahan primer (primary prevention),
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention) sudah dapat berjalan dengan baik, walaupun target angka kematian ibu

92
yang hendak dicapai pada tahun 2020 masih terdapat 150 per 100.000 kehamilan dan
angaka kematian bayi 15 per 100 kelahiran hidup.

MENYUSUN KEMBALI PERENCANAAN PEMECAHAN MASALAH


Sasaran yang hendak dicapai melalui program pemecahan masalah kesehatan
anak di Indonesia adalah menurunnya angka kesakitan dan kematian akibat penyakit-
penyakit di atas di masyarakat dengan prioritas pada bayi, anak usia sekolah, wanita
usia subur (termasuk ibu hamil), serta kelompok resiko tinggi lainnya. Untuk dapat
mengatasi berbagai hambatan dalam program pemecahan masalah kesehatan anak di
Indonesia, maka kita wajib menyusun kembali perencanaan masalah tersebut.
Kegiatan terdiri dari menerapkan pengetahuan ke berbagai bidan dan ibu-ibu
yang hamil, program SIAGA, melakukan aksi pemeriksaan dan pengobatan cuma-
cuma, yang diselenggarakan di lingkungan kumuh, memberikan penyuluhan dan
mendidik masyarakat agar bisa menjaga kesehatannya. Standardisasi dan pelaksanaan
imunisasi polio secara gratis, campak, difteri, pertusis, tetanus, BCG, hepatitis B, dan
penyakit lain yang sudah ada imunisasi, pengamatan dan penanggulangan kejadian
ikutan pasca imunisasi, pengembangan imunisasi secara operasional dan
pengembangan imunisasi dengan vaksin baru, serta pemantauan dan evaluasi program
termasuk hasil-hasilnya.

XII. CORAK DAN SEBAB-SEBAB MORBIDITAS DAN


MORTALITAS ANAK
Sebab-sebab utama
 Kurang gizi (Kurang Energi Protein)
 Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA)
 Diare
 Berat Badan Lahir Rendah
 Pelayanan kesehatan yang kurang memadai
 Sanitasi lingkungan yang tidak baik
Sebab-sebab lainnya
 Kasih sayang/asuhan yang kurang dari ibu
 Pendidikan ibu yang rendah
93
 Kesadaran akan pentingnya imunisasi masih rendah
 Keadaan sosial, budaya dan ekonomi masyarakat yang rendah
Sebab-sebab yang jarang (tracer causes)
 Malformasi kongenital dan trauma kelahiran

94
95
96
97
98
99
100
101
DAFTAR PUSTAKA

1. Aqilaputri.rachdian. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. [terhubung


berkala]. http://www.aqilaputri.rachdian.com/content/view/23/29/1/1/ [6 Sept
2008]. 2008.

2. Dkk-bpp. Dasar Teori Anak Sehat. [terhubung berkala]. http://www.dkk-


bpp.com/index2.php?option=com-content&do_pdf=1&id=13/ [6 Sept 2008].
2008.

3. Fordearest.wetpaint. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak. [terhubung


berkala].
http://fordearest.wetpaint.com/page/pertumbuhan+dan+perkembangan+anak?
t=anon. [6 Sept 2008]. 2007.

4. Gizi. KMS. [terhubung berkala]. http://www.gizi.net/pedoman-


gizi/download/KMSbaganrev.doc. [6 Sept 2008]. 2007.

5. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak: staf
pengajar ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1991.

6. Hartanto Hanafi. Keluarga Berancana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka


Sinar Harapan 2004.

7. Manjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. ed.3. Jakarta: Media


Aesculapius. 2000.

8. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid1. FK UI. Jakarta, 1991.

9. Matondang Corry S, Wahidiyat Iskandar, Sastroasmoro Sudigdo. Diagnosis


Fisis pada Anak. Ed 2. Yakarta: CV Sagung Seto. 2003. Hal 177-82.

10. Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan, ed.3. Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 2002.

102
11. Qodrat.wordpress. Perkembangan Anak. [terhubung berkala].
http://qodrat.wordpress.com/2007/01/07/perkembangan-anak/ [6 Sept 2008].
2007.

12. Rosani, Adolfina. Diktat Bahan Kuliah Pengantar Statistik Kesehatan FK


UKI. Jakarta, 2004.

13. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Hal 145-46,
187-89.

14. Sediaoetama, Achmad. Ilmu Gizi. Dian Rakyat. Jakarta, 2004.

15. http://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Indonesia

16. http://organisasi.org/pertumbuhan_penduduk_dan_dinamika_kependudukan

17. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/09/ekonomi/482940.htm

18. http://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk#Piramida penduduk

19. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0704/12/0410.htm

20. http://www.edukasi.net/modul_online/MO_140/geo111_05.htm

21. http://www.esmaschool.com/pnu/003/PNU0030012.asp

22. http://piogama.ugm.ac.id/buletin/2006/12/infoutama.php

103

You might also like