Professional Documents
Culture Documents
Ada sebuah bagian dalam ilmu kesehatan anak, yang mempelajari dan
mengkaji aspek-aspek sosial yang berhubungan baik secara langsung maupun tak
langsung dengan kesehatan anak, yaitu pediatri sosial. Pediatri Sosial merupakan
wadah berbagai upaya kesehatan anak yang secara umum mencakup upaya bidang
promosi, pencegahan penyakit, deteksi dini, pengobatan, dan rehabilitasi. Selain itu
juga menangani seluruh aspek kehidupan anak, mulai dari hubungan anak dengan
keluarga, hingga interaksi dan hubungan dengan lingkungan.
Pediatri sosial sangat dekat kaitannya dengan pengkajian pola tumbuh
kembang anak. Banyak hal yang menjadi perhatian dalam pediatri sosial di antaranya
mengenai imunisasi, masalah gizi anak, gangguan tumbuh kembang, psikologi anak,
penanganan child abuse, drugs abuse, pekerja anak hingga anak-anak pengungsi.
Pediatri sosial bukanlah sebuah disiplin ilmu tersendiri. Namun lebih dari
perpaduan berbagai profesi yang terlibat di dalamnya guna memberikan masukan baik
secara klinis maupun preventif bagi masalah-masalah pediatri secara garis sosial.
Pediatri sosial merupakan suatu usaha atau cara pendekatan yang dilakukan
secara terus menerus pada anak, dimulai sejak dalam kandungan, waktu lahir, bayi,
sampai usia remaja, agar anak dapat tumbuh dan kembang sebaik-baiknya. Sebetulnya
seluruh bidang pediatri yang ada sekarang ini masuk ke dalam pediatri sosial. Dapat
dikatakan bapak segala ilmu mengenai pediatri itu adalah pediatri sosial.
Bidang ini menjadi dasar yang memberi kesempatan pada setiap anak untuk
mencapai tumbuh kembang yang optimal secara fisik, intelektual, dan emosional.
Dengan demikian seorang anak akan berpeluang lebih baik untuk menjadi seorang
dewasa yang sehat dan produktif. Dengan pemikiran ini sebenarnya upaya
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan anak harus lebih diutamakan
kepada upaya dalam bidang pediatri pencegahan yang termasuk dalam pediatri sosial.
Oleh karena pentingnya peranan pediatri sosial dalam memaksimalkan proses tumbuh
kembang anak, maka kami tertarik membahas pediatri sosial secara lebih mendalam
dalam makalah ini.
1
I. GARIS BESAR PEDIATRI SOSIAL
DEFINISI PEDIATRI SOSIAL
1. Ryle (Oxford) :
a. Pediatri sosial adalah pediatri yang diterapkan di dinas kesehatan dan
seorang anak dianggap sebagai socius, fellow human being (karena untuk
pertumbuhan dan perkembangan, seorang anak memerlukan orang lain
sebagai teman), menghilangkan faktor-faktor yang kiranya dapat menghambat
kesehatan dan tidak hanya meringankan atau menghilangkan sesuatu penyakit.
b. Pediatri diterapkan didalam masyarakat anak untuk mengurangi
penyakit yang dapat dicegah dan untuk meningkatkan kesehatan anak
seoptimum mungkin.
2. De Haas (Leiden) :
Pediatri Sosial adalah sebagian dari Ilmu Kedokteran Umum yang
memperhatikan anak yang sehat (the so called healthy child) dari konsepsi sampai
dengan masa remaja dan memperhatikan pula keadaan sosial & ekonomi dan
kebersihan (higiene) daripada keluarga dan masyarakat. Anak yang sehat dapat
dibagi menjadi dua golongan, yaitu anak normal (tidak cacat) dan anak cacat.
Oleh karena keadaan sosial, ekonomi, dan kebersihan keluarga/masyarakat perlu
diperhatikan, maka diwajibkan pula untuk melakukan kunjungan rumah.
3. Senegal (Paris) :
Pediatri Sosial mempelajari pertumbuhan dan perkembangan anak secara
jasmani, rohani, sosial, dan pendidikan. Mempelajari pula faktor-faktor yang
mempengaruhi anak pada waktu sehat dan sakit.
4. FKUI
Pediatri sosial mempelajari:
1. Pertumbuhan dan perkembangan anak baik jasmani, rohani, maupun
sosial.
2. Keperluan anak pada umur-umur tertentu, supaya pertumbuhan dan
perkembangan berjalan dengan sebaik-baiknya.
2
3. Lingkungan dan usaha-usaha memperbaiki lingkungan anak
sedemikian rupa, sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan
sebaik-baiknya.
3
1. Penyuluhan kesehatan, khususnya tentang cara pencegahan dan pengelolaan
penyakit.
2. Promosi gizi tentang pengadaan bahan makanan dan penyediaan makanan
yang memadai.
3. Pengadaan dan penyediaan air bersih serta sanitasi lingkungan.
4. Pelayanan kesehatan ibu dan anak, termasuk program KB.
5. Imunisasi terhadap penyakit infeksi.
6. Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik.
7. Pengobatan yang memadai terhadap penyakit dan gangguan kesehatan umum
lain.
8. Pengadaan obat esensial.
4
II. DEMOGRAFI
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Di dalamnya meliputi ukuran, struktur, dan distribusi
penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran,
kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat
secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti
pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
DINAMIKA KEPENDUDUKAN
Pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran,
kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun
ke dalam. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah
penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu. Pertumbuhan penduduk yang minus
berarti jumlah penduduk yang ada pada suatu daerah mengalami penurunan yang bisa
disebabkan oleh banyak hal. Pertumbuhan penduduk meningkat jika jumlah kelahiran
dan perpindahan penduduk dari luar ke dalam lebih besar dari jumlah kematian dan
perpindahan penduduk dari dalam ke luar. Dinamika kependudukan adalah perubahan
kependudukan untuk suatu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
5
Ada dua pola transisi demografi dengan segala implikasinya. Transisi
demografi model pertama terjadi dengan lamban di negara-negara Eropa. Transisi
demografi model pertama itu mulai sekitar tahun 1700 sampai 1950-an. Dalam proses
tersebut, tingkat kematian turun perlahan karena kemajuan industrialisasi. Adanya
transisi menyebabkan nilai-nilai kultural berubah perlahan.
Dalam masa transisi yang relatif lama, masyarakat mempunyai waktu cukup
untuk menyesuaikan diri, berubah dari masyarakat tradisionil pedesaan menjadi
masyarakat industrial perkotaan yang makin modern. Tingkat kesehatan dan tingkat
pendidikan penduduk bertambah baik dan lebih siap melakukan atau menerima
perubahan dengan rasional. Kehidupan sosial politik penduduk juga berubah dengan
mengembangkan kemampuan ekspresi politik yang makin terbuka dan vokal menuju
masyarakat yang makin liberal demokratik.
Biarpun agak terlambat, negara-negara berkembang mengikuti juga proses
transisi demografi tersebut. Namun, di negara berkembang penurunan angka kematian
lebih banyak dipengaruhi oleh temuan pengobatan modern dan munculnya lembaga-
lembaga internasional dengan advokasi dan langkah-langkah nyata secara global.
Tanpa harus menunggu 150 tahun, tingkat kelahiran menurun menyusul penurunan
tingkat kematian dalam kurun waktu kurang dari 50 tahun.
Ada tiga perubahan situasi internal yang terjadi di Indonesia dalam beberapa
tahun terakhir ini yaitu krisis ekonomi dan keuangan yang kemudian berlanjut pada
krisis multidimensional lainnya, reformasi sosial-ekonomi, dan desentralisasi
kepemerintahan. Di samping itu terjadi pula perubahan lingkungan global yang
berdampak pada situasi internal, seperti liberalisasi perdagangan, demokratisasi,
maupun penekanan pada isu hak asasi manusia.
Berbagai perubahan baik internal maupun eksternal tersebut telah berdampak
tidak saja pada pola kepemerintahan, namun juga pada sisi sosial kemasyarakatan.
Desentralisasi, misalnya, saat ini banyak menimbulkan persoalan tentang interaksi
antara penduduk lokal dan pendatang. Krisis ekonomi berdampak pada meningkatnya
jumlah pengangguran yang pada gilirannya akan meningkatkan kerawanan sosial.
Transisi demografi telah dapat diprediksi sebagai dampak dari pembangunan
nasional, baik dalam bidang ekonomi, keluarga berencana, dan kesehatan, serta gizi.
Pada piramida kependudukan, terjadi perubahan kecenderungan mengecilnya jumlah
penduduk usia muda/balita dan meningkatnya jumlah segmen angkatan kerja, dan
usia lanjut, yang perubahannya mulai terlihat pada tahun 2005. Tetapi nampaknya
6
segmen penduduk usia muda yang seharusnya mengecil, kenyataannya justru
cenderung meningkat. Akibatnya, di samping masalah usia lanjut yang makin serius,
masalah-masalah yang berhubungan dengan usia muda akan tetap muncul. Dimensi
lain dari transisi demografi adalah meningkatnya urbanisasi, migrasi, dan
pengangguran.
PELEDAKAN PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk di suatu wilayah
tertentu pada waktu tertentu dibandingkan waktu sebelumnya. Semakin hari, jumlah
manusia di dunia semakin mengalami peningkatan tajam. Angka kelahiran selalu
lebih besar dibandingkan dengan angka kematian, sehingga terjadi peledakan
penduduk.
Berdasarkan catatan Geohive, sebuah situs statisik kependudukan dunia,
jumlah penduduk yang menghuni permukaan dunia hingga 30 Januari 2007 mencapai
6.647.186.407 jiwa. Indonesia dengan jumlah penduduk 236.355.303 jiwa, berada di
urutan keempat penduduk terbanyak dunia. Negara dengan jumlah penduduk
terbanyak masih ditempati Cina (1.326.526.463 jiwa), India (1.140.455.260), dan
Amerika Serikat (302.711.006 jiwa).
Baby Booming
Bila pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan, negeri dan provinsi di
Indonesia akan menghadapi baby booming (peledakan penduduk yang sulit
dihindarkan) yang tidak perlu dan tidak tepat saatnya. Menurut pakar kependudukan
dunia, Thomas Robert Malthus, pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret
ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah
bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal itu tentu saja akan sangat
mengkhawatirkan di masa depan, sebab akan timbulnya masalah kekurangan stok
bahan makanan. Situasi tersebut secara paralel akan membuat peningkatan
kesejahteraan rakyat kian sulit tercapai. Kemiskinan pun akan semakin sulit
diberantas. Begitu pula tingkat kejahatan, akan mengalami peningkatan. Karena itu,
mata rantai sebab akibat tersebut harus diputus.
Hal di atas terjadi dikarenakan lemahnya sosialisasi dan pelaksanaan program
Keluarga Berencana. Bila angka kelahiran tidak bisa ditekan maka Pemerintah RI
harus mengambil langkah-langkah strategis yang antara lain bagaimana menyiapkan
ketahanan pangan terhadap semua warganya, khususnya warga miskin. Diperlukan
7
adanya keberlangsungan penyelenggaraan program KB Nasional, yaitu Revitalisasi
Program KB. Revitalisasi Program KB dimaksud yakni penguatan fungsi ketahanan
keluarga yang terdiri dari 4K: ketahanan pangan/ekonomi, ketahanan pendidikan,
ketahanan moral dan ketahanan sosial.
PIRAMIDA PENDUDUK
Struktur umur penduduk menurut jenis kelamin secara grafik dapat
digambarkan dalam bentuk piramida penduduk. Piramida penduduk adalah cara
penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk menunjukkan
jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan kanan menunjukkan
banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan menurut umur.
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap
kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai sejarah
perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan penduduk masa
yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan hasil kelahiran,
kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur penduduk saat ini akan
menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan datang.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita mengetahui
struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan pelayanan kebutuhan
dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan perempuan, dan lansia)
sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta membayangkan kebutuhan akan
tambahan kesempatan kerja yang harus diciptakan. Piramida penduduk
menggambarkan perkembangan penduduk dalam kurun waktu tertentu. Sampai saat
ini dalam demografi dikenal ada 5 (lima) bentuk atau model piramida penduduk yaitu:
8
Keterangan gambar:
Model 1. Piramida penduduk model ini mempunyai dasar lebar dan ‘slope’ tidak
terlalu curam atau datar. Bentuk semacam ini terdapat pada penduduk
dengan tingkat kelahiran dan kematian sangat tinggi sebelum mereka
mengadakan pengendalian terhadap kelahiran maupun kematian.
Umur median rendah, sedangkan angka beban tanggungan (dependency ratio)
tinggi.
Contoh: India, Indonesia.
Model 2. Dibandingkan dengan model 1., maka dasar piramida model 2 ini lebih
lebar dan ‘slope’ lebih curam sesudah kelompok umur 0-4 tahun sampai ke
puncak paramida. Terdapat pada negara dengan permulaan pertumbuhan
penduduk yang tinggi/cepat akibat adanya penurunan tingkat kematian
bayi dan anak-anak, tetapi belum ada penurunan tingkat fertilitas. Median
age (umur median) sangat rendah dan angka beban tanggungan
(dependency ratio) merupakan yang tertinggi di dunia.
Contoh: Sri Lanka, Meksiko, dan Brazilia.
Model 3. Bentuk piramida ini dikenal dengan bentuk sarang tawon kuno (old
fashioned beehive). Terdapat pada negara dengan tingkat kelahiran yang
rendah begitu pula tingkat kematiannya rendah. Karakteristik yang
dimiliki piramida ini yaitu umur median sangat tinggi, dengan beban
tanggungan sangat rendah terutama pada kelompok unsur-unsur tua.
Contoh: Hampir seluruh negara-negara Eropa Barat.
9
Model 4. Piramida penduduk dengan bentuk lonceng/genta (The bellshaped
pyramid). Bentuk ini dicapai oleh negara-negara yang paling sedikit sudah
100 tahun mengalami penurunan tingkat fertilitas (kelahiran) dan
kematian. Umur median cenderung menurun dan angka beban tanggungan
meninggi.
Contoh : Amerika Serikat.
Model 5. Terdapat pada negara yang mengalami penurunan drastis yang tingkat
kelahiran dan kematiannya sangat rendah. Penurunan tingkat kelahiran
yang terus menerus akan menyebabkan berkurangnya jumlah absolut
daripada penduduk.
Contoh : Jepang
12
PENGGUNAAN DATA DEMOGRAFI DALAM PERENCANAAN
PELAYANAN KESEHATAN ANAK
Data demografi yang ada dapat digunakan dalam perencanaan pelayanan
kesehatan anak, diantaranya:
I. Age Spesific Death Rate (ASDR)
Yaitu jumlah kematian pada golongan umur tertentu dalam satu periode untuk
tiap 1000 penduduk golongan umur tersebut pada pertengahan periode yang sama.
Dari ASDR dapat diketahui golongan umur dengan tingkat kematian tertinggi dan
terendah, sehingga dapat disusun distribusi kematian menurut golongan umur. Jadi,
dengan data ini kita dapat menyusun prioritas dalam pelayanan kesehatan berdasarkan
tingginya tingkat kematian pada golongan umur tertentu.
13
b. Nasional
Perencanaan jumlah keluarga dengan tujuan untuk menurunkan dan
mengendalikan pertumbuhan penduduk dan menciptakan atau mewujudkan norma
Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan
mutu sumber daya manusia Indonesia.
TUJUAN KB
Tujuan Umum
Secara umum program Keluarga Berencana bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Tujuan ini dilalui dengan upaya khususnya penurunan
tingkat kelahiran untuk menuju suatu norma keluarga kecil, sebagai jembatan
meningkatkan kesehatan ibu, anak, dan anggota keluarga lainnya menuju suatu
keluarga atau masyarakat bahagia sejahtera. Secara singkatnya, tujuan gerakan
KB adalah :
- Tujuan kuantitatif adalah untuk menurunkan dan mengendalikan
pertumbuhan penduduk
- Tujuan kualitatif adalah untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil
yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS).
Tujuan Khusus
- Meningkatkan cakupan program, baik dalam arti cakupan luas daerah maupun
cakupan penduduk usia subur yang memakai metoda kontrasepsi
- Meningkatkan kualitas (dalam arti lebih efektif) metode kontrasepsi yang
dipakai, sehingga akan meningkatkan pula kelangsungan pemakaian metode
kontrasepsi termasuk pemakaian metode kontrasepsi untuk tujuan menunda,
menjarangkan dan menghentikan kelahiran
- Menurunkan kelahiran
- Mendorong kemandirian masyarakat dalam melaksanakan Keluarga Berencana
- Meningkatkan kesehatan, khususnya ibu dan anak.
14
Sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi
dan wilayah khusus pelaksanaan seperti sentra industri, pemukiman padat, daerah
kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil.
MEKANISME PENGARUH KB PADA KESEHATAN IBU DAN ANAK
Hubungan keluarga berencana dan kesehatan terutama bertujuan untuk
menurunkan tingkat kematian bayi dan anak, serta mengurangi tingkat kematian dan
kesakitan ibu. Tujuan ini dapat tercapai dengan memberikan jarak waktu yang cukup
antara kehamilan yang diinginkan, mencegah kehamilan yang tidak/belum diinginkan,
mengatur jumlah anak yang dilahirkan, dan mengatur waktu persalinan sehubungan
dengan umur ibu dan ayah.
• Kesehatan Ibu
Mortalitas
Mortalitas maternal pada kehamilan kedua dan ketiga lebih rendah
dibandingkan dengan yang pertama, tetapi setelah kehamilan yang ketiga
angka ini akan naik kembali, dan sangat bermakna pada kehamilan kelima
atau lebih.
Morbiditas
Kehamilan berulang-ulang dengan jarak waktu tidak adekuat
membutuhkan lebih banyak zat-zat makanan, termasuk protein, kalsium dan
besi. Dalam hal ini akan dijumpai banyak anemia defisiensi besi dan folic
acid. Anemia defisiensi besi dalam kehamilan dua kali lebih banyak daripada
anemia dalam bukan kehamilan. Dalam kehamilan kebutuhan zat besi dan
folic acid meningkat, lebih-lebih kalau disertai dengan malabsorbsi atau diet
yang buruk. Terbukti pula bahwa jika jumlah kehamilan dibatasi sampai 3 atau
kurang dari 3, maka frekuensi anemia dapat dikurangi dengan 2/3. Dengan
memberi jarak waktu yang lebih baik antara kehamilan, maka frekuensi ini
dapat lebih rendah lagi (Rao dan Gopalan,1971).
Malnutrisi dan anemia diperberat oleh infeksi dan penyakit menahun,
seperti malaria, investasi cacing tambang, dan sebagainya. Beberapa
komplikasi obstetrik seperti placenta praevia, solution placentae, ruptura uteri,
diabetes mellitus, beberapa paritas tinggi, terutama grande multipara.
Abortus Buatan
15
Pengguguran kandungan merupakan tanda bahwa kehamilan tersebut
tidak diinginkan, baik dengan alasan pribadi, sosial, ataupun medik. Dengan
keluarga berencana sekurang-kurangnya kehamilan yang tidak diinginkan
dapat dicegah, sehingga frekuensi pengguguran kandungan dapat diturunkan.
• Kesehatan Anak
Mortalitas
Bayi-bayi dari ibu usia muda atau paritas tinggi mempunyai angka
mortalitas yang tinggi. Di samping itu, mortalitas bayi mempunyai hubungan
pula dengan faktor-faktor lingkungan, misalnya perumahan, sanitasi, gizi,
adanya penyakit-penyakit infeksi, dan lain-lain.
Morbiditas
Menurut penelitian, prevalensi penyakit saluran pencernaan dan
pernafasan berhubungan langsung dengan besarnya keluarga, sehingga
penggunaan KB dapat menurunkan angka kesakitan.
Tinggi dan Berat Badan
Pertumbuhan anak mempunyai hubungan pula dengan besarnya
keluarga. Anak-anak dari keluarga besar oleh karena tidak melaksanakan
program KB, umumnya pertumbuhannya lebih kecil.
Perkembangan Intelektual
Makin banyak seorang ibu mempunyai anak, makin kurang perhatian
yang dapat diberikan kepada tiap anak, sehingga KB diperlukan untuk
menghindari kurangnya perkembangan intelektual anak.
16
anak tersebut. Malnutrisi pada tahun pertama mengakibatkan gangguan yang
permanen pada otak sehingga anak tersebut mengalami retardasi mental.
18
FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT PROGRAM KB
1. Alasan Agama
Bagi para pemeluk agama tertentu, tidak diperkenankan mencegah
kelahiran anak dengan menggunakan alat kontrasepsi supaya tidak hamil.
2. Sosial Ekonomi
Anak dipandang sebagai tenaga kerja yang dapat membantu
meningkatkan ekonomi keluarga sehingga mempunyai banyak anak akan banyak
tambahan pendapatan yang akan diperoleh.
3. Adat Istiadat
Adat kebiasaan atau adat dari suatu masyarakat yang memberikan nilai
anak laki-laki lebih dari anak perempuan atau sebaliknya. Hal ini akan
memungkinkan satu keluarga mempunyai banyak anak.
4. Masih rendahnya pengetahuan penduduk akan KB
Kurangnya penyuluhan akan pentingnya program KB terhadap
masyarakat menyebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat untuk
melaksanakan program KB dan ketakutan akan timbulnya efek samping
penggunaan KB.
19
PENGERTIAN LAHIR MATI
Lahir mati adalah tiap-tiap hasil konsepsi dengan masa hamil 28 minggu atau
lebih yang sebelum lahir spontan atau tidak, telah meninggal dunia.
21
3. Penyakit menular.
LANGKAH-LANGKAH MENURUNKAN MORTALITAS DAN
MORBIDITAS ANAK
1. Perbaikan higiene ibu dan anak.
2. Peningkatan gizi ibu dan anak.
3. Pemberian imunisasi yang lengkap pada anak
4. Pemeliharaan kesehatan dan pemeriksaan rutin pada masa kehamilan.
5. Gizi yang cukup pada masa kehamilan.
6. Peningkatan pengetahuan tentang perawatan anak.
22
abdominalis, hepatitis, malaria, demam berdarah, dan sebagainya. Demikian
pula dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik, asap kendaraan atau
asap rokok, dapat berpengaruh terhadap tingginya angka kejadian ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Kalau anak sering menderita sakit, maka
tumbuh kembangnya pasti terganggu.
c. Keadaan rumah: struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan
hunian
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi bangunan yang tidak
membahayakan penghuninya, serta tidak penuh sesak akan menjamin
kesehatan penghuninya.
d. Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya radiasi yang tinggi.
23
kepentingan biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek penting yang
perlu ditambahkan adalah keamanan pangan (food safety) yang mencakup
pembebasan makanan dari berbagai “racun” fisika, kimia dan biologis.
e. Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja kalau anak sakit, tetapi
pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan
menunjang proses tumbuh kembang anak. Oleh karena itu pemanfaatan
fasilitas pelayanan kesehatan dianjurkan untuk dilakukan secara
komprehensif, yang mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
f. Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan anak terhindar dari
penyakit-penyakit yang sering menyebabkan cacat atau kematian. Di
samping imunisasi, gizi juga memegang peranan penting dalam kepekaan
terhadap penyakit.
g. Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu tumbuh
kembangnya dan pendidikannya, disamping itu anak juga mengalami stres
yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.
h. Fungsi metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang mendasar dalam proses
metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien
harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidak-tidaknya
memadai.
i. Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang antara lain :
- Somatotropin atau “growth hormon” (GH = hormon pertumbuhan)
Merupakan pengatur utama pada pertumbuhan somatis terutama
pertumbuhan kerangka. Pertambahan tinggi badan sangat dipengaruhi
hormon ini. GH merangsang terbentuknya somatomedin yang kemudian
berefek pada tulang rawan. GH mempunyai “circadian variation” dimana
aktivitasnya meningkat pada malam hari pada waktu tidur, sesudah makan,
sesudah latihan fisik, perubahan kadar gula darah dan sebagainya.
- Hormon tiroid
24
Hormon ini mutlak diperlukan pada tumbuh kembang anak, karena
mempunyai fungsi pada metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Maturasi tulang juga dibawah pengaruh hormon ini. Demikian pula dengan
pertumbuhan dan fungsi otak sangat tergantung pada tersedianya hormon
tiroid dalam kadar yang cukup. Defisiensi hormon tiroid mengakibatkan
retardasi fisik dan mental yang kalau berlangsung terlalu lama, dapat
menjadi permanen. Sebaliknya pada hipertiroidisme dapat mengakibatkan
gangguan pada kardiovaskular, metabolisme, otak, mata, seksual, dll.
Hormon ini mempunyai interaksi dengan hormon-hormon lain seperti
somatotropin.
- Glukokortikoid
Mempunyai fungsi yang bertentangan dengan somatotropin, tiroksin serta
androgen, karena kortison mempunyai efek anti-anabolik. Kalau kortison
berlebihan akan mengakibatkan pertumbuhan terhambat/terhenti dan
terjadinya osteoporosis.
- Hormon-hormon seks
Terutama mempunyai peranan dalam fertilitas dan reproduksi. Pada
permulaan pubertas, hormon seks memacu pertumbuhan badan, tetapi
sesudah beberapa lama justru menghambat pertumbuhan. Androgen
disekresi kelenjar adrenal (dehidroandrosteron) dan testis (testosteron),
sedangkan estrogen terutama diproduksi oleh ovarium.
- Insulin like growth factors (IGFs)
Merupakan somatomedin yang kerjanya sebagai mediator GH dan
kerjanya mirip dengan insulin. Fungsinya selain sebagai growth promoting
factor yang berperan pada pertumbuhan, sebagai mediator GH,
aktivitasnya mirip insulin, efek mitogenik terhadap kondrosit, osteoblas
dan jaringan lainnya. IGFs diproduksi oleh berbagai jaringan tubuh, tetapi
IGFs yang beredar dalam sirkulasi terutama diproduksi di hepar.
25
b. Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan memberikan
lingkungan yang kondusif untuk belajar, misalnya adanya sekolah yang
tidak terlalu jauh, buku-buku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
c. Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita memberi ganjaran, misalnya
pujian, ciuman, belaian, tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut
akan menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk mengulangi tingkah
lakunya. Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang wajar kalau anak
berbuat salah, masih dibenarkan. Yang penting hukuman harus diberikan
secara obyektif, disertai pengertian dan maksud dari hukuman tersebut,
bukan hukuman untuk melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap
anak. Jadi, anak tahu mana yang baik dan yang tidak baik, sehingga akan
menimbulkan rasa percaya diri pada anak yang penting untuk perkembangan
kepribadian anak kelak kemudian hari.
d. Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan teman
sebaya. Namun, perhatian dari orangtua tetap dibutuhkan untuk memantau
dengan siapa anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek
lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting dengan makin
meningkatnya kasus-kasus penyalahgunaan obat-obat dan narkotika.
e. Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya, misalnya
anak akan menarik diri, rendah diri, terlambat bicara, nafsu makan menurun,
dan sebagainya.
f. Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang ini, diharapkan setiap anak
mendapat kesempatan duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga
dengan mendapat pendidikan yang baik, maka diharapkan dapat
meningkatkan taraf hidup anak-anak tersebut.
g. Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai dan dilindungi. Anak
memerlukan kasih sayang dan perlakuan yang adil dari orangtuanya. Agar
kelak kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan bisa
26
memberikan kasih sayangnya pula kepada sesamanya. Sebaliknya kasih
sayang yang diberikan secara berlebihan yang menjurus kearah
memanjakan, akan menghambat bahkan mematikan perkembangan
kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi manja, kurang mandiri,
pemboros, sombong dan kurang bisa menerima kenyataan.
h. Kualitas interaksi anak-orangtua
Interaksi timbal balik antara anak dan orangtua, akan menimbulkan
keakraban dalam keluarga. Anak akan terbuka kepada orangtuanya,
sehingga komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan dapat
dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan dan kepercayaan antara
orangtua dan anak. Interaksi tidak ditentukan oleh seberapa lama kita
bersama anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari interaksi tersebut
yaitu pemahaman terhadap kebutuhan masing-masing dan upaya optimal
untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa saling
menyayangi.
27
5. Buang air: apakah buang air di jamban sendiri, jamban bersama beberapa
keluarga, jamban umum atau tempat lain, sungai, sawah, kebun atau empang.
Keadaan kakus apakah cukup/kurang dan apakah digunakan dengan baik/tidak.
6. Halaman: kebersihan, sanitasi, ditanami, jenis tanaman, pembuangan sampah
apakah dibakar/dibuang di sungai/ditanam dan apakah terdapat tempat sampah.
Bagaimana ternak dan unggas baik jenis maupun jumlahnya.
7. Riwayat kehamilan dan persalinan: berapa kali dilakukan pemeriksaan kehamilan
atau tidak dilakukan sama sekali. Apakah makanan selama hamil cukup atau
kurang. Obat-obat apa saja yang diminum. Penyakit-penyakit yang diderita.
Trauma waktu hamil. Melahirkan di rumah bersalin/rumah sakit/rumah sendiri,
ditolong oleh dokter/bidan/dukun terlatih atau tidak terlatih. Cara melahirkan
apakah biasa/sukar, cara apa, dengan alat-alat. Keadaan bayi setelah lahir
menangis spontan, tidak menangis/biru, cukup/kurang bulan, berat badan dan
panjang badan.
8. Menentukan keadaan sosial-ekonomi dengan melihat adanya barang-barang luks
seperti TV, lemari es, mobil atau barang lain seperti radio, mesin jahit dan
sebagainya.
9. Menilai makanan, pakaian anak: bagaimana kualitas dan kuantitas makanan, yaitu
baik/cukup/kurang dan bagaimana pakaian anak baik kebersihan, jumlah dan
sebagainya.
10. Hubungan anak dengan ayah, ibu dan anggota keluarga lainnya serta hubungan
antar keluarga, tempat anak bermain, halaman/rumah. Bagaimana tingkah laku
anak, istirahat, disiplin, kasih sayang yang diberikan kepada anak, pengawasan,
hiburan, perhatian, pengertian, sopan-santun, kebersihan, hobby dan sebagainya.
11. Pengawasan kesehatan: bila sakit berobat kepada siapa yaitu ke rumah
sakit/poliklinik/dokter swasta/mantra/dukun serta apakah mendapat pengawasan
dan BKIA untuk mendapatkan imunisasi dan sebagainya.
12. Keuangan: berapa pendapatan sebulan untuk seluruh anggota keluarga, berapa
pengeluaran keluarga sebulan dan bagaimana keseimbangan penghasilan-
pengeluaran.
13. Usaha keluarga berencana:
a. Jumlah anak, jumlah lahir hidup, jumlah kematian, keguguran, lahir
mati, umur anak tertua, umur anak termuda.
28
b. Jumlah orang dalam rumah tangga, berapa banyak yang di bawah
umur 15 tahun dan yang di atas 15 tahun.
c. Apakah ibu atau bapak menjalankan keluarga berencana.
Kelebihan dari kunjungan rumah ialah dapat memeriksa dan mengobati anak-
anak yang sakit di tempatnya masing-masing, khususnya bagi anak-anak yang sedang
sakit namun tidak dapat berobat ke dokter karena keterbatasan ekonomi. Selain itu,
hubungan antara petugas kesehatan dengan masyarakat yang dikunjungi menjadi baik
sehingga hal-hal yang pada waktu yang lalu tidak dapat disinggung, sekarang dapat
ditanyakan. Dalam kunjungan rumah, petugas kesehatan wajib memberi pendidikan
kesehatan dan gizi, yaitu dengan maksud agar masyarakat mengubah kebiasaan lama
yang salah dan tidak sesuai dengan syarat-syarat kesehatan. Dengan melakukan
kunjungan rumah dapat diambil kesimpulan mengenai kesehatan keluarga,
kebersihan, keadaan sosio-ekonomi, masalah yang terdapat di dalam keluarga, serta
denah dari rumah.
29
PENGERTIAN KATA ‘’PERKEMBANGAN’’
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dalam
kemampuan gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa serta sosialisasi dan
kemandirian yang dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Perkembangan menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan
tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga
masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Perkembangan lebih menitikberatkan
aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk
perubahan aspek sosial, intelektual atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
C. Penilaian
Dari buku petunjuk terdapat penjelasan tentang bagaimana melakukan
penilaian apakah lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat
kesempatan melakukan tugas (No Opportunity = NO). Kemudian ditarik garis
31
berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas perkembangan
pada formulir DDST. Setelah itu, dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P
dan berapa yang F, selanjutnya berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasi dalam :
Normal, Abnormal, Meragukan (Questionable), dan tidak dapat dites (Untestable).
- Abnormal :
o Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih.
o Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan PLUS 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor tersebut tidak ada
yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal usia.
- Meragukan :
o Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih.
o Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
- Normal :
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria tersebut di atas.
Dalam pelaksanaan skrining DDST ini, umur anak perlu ditetapkan lebih
dahulu, dengan menggunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk
satu tahun. Bila umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah dan sama dengan atau
lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Kemudian, garis umur ditarik vertikal pada formulir DDST yang memotong
kotak-kotak tugas perkembangan pada ke-4 sektor. Tugas-tugas yang terletak di
sebelah kiri garis itu, pada umumnya telah dapat dikerjakan oleh anak-anak seusia.
Apabila anak gagal mengerjakan beberapa tugas-tugas tersebut (F), maka berarti suatu
keterlambatan pada tugas tersebut. Bila tugas-tugas yang gagal dikerjakan berada
32
pada kotak yang terpotong oleh garis vertikal umur, maka ini bukan suatu
keterlambatan, karena pada kontrol lebh lanjut masih mungkin terdapat
perkembangan lagi. Begitu pula pada kotak-kotak di sebelah kanan garis umur.
Pada ujung kotak sebelah kiri terdapat kode-kode R dan nomor. Kalau terdapat
kode R, maka tugas perkembangan cukup ditanyakan pada orang tuaanya, sedangkan
bila terdapat kode nomor, maka tugas perkembangan dites sesuai petunjuk.
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap
pra skrining dengan menggunakan :
- DDST short form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas
(sehingga seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila
didapatkan salah satu gagal atau ditolak, maka dianggap ”suspect” dan perlu
dilanjutkan dengan DDST lengkap.
- PDQ (Pra-screening Developmental Questionnaire), bentuk kuesioner ini
digunakan bagi orang tua berpendidikan SLTA ke atas. Dapat diisi orang tua
di rumah atau pada saat menunggu di klinik. Dipilih 10 pertanyaan pada
kuesioner yang sesuai dengan umur anak. Kemudian dinilai berdasarkan
kriteria yang sudah ditentukan, dan pada kasus yang dicurigai dilakukan tes
DDST lengkap.
1. Berat badan
Berat badan merupakan ukuran antropometrik yang terpenting, dipakai pada
setiap kesempatan memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok umur. Berat
badan merupakan hasil peningkatan/penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh,
antara lain tulang, otot, lemak, cairan tubuh dan lainnya. Berat badan dipakai sebagai
indikator yang terbaik pada saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan tumbuh
33
kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja, pengukuran objektif dan
dapat diulangi, dapat digunakan timbangan apa saja yang relatif murah, mudah dan
tidak memerlukan banyak waktu. Kerugiannya, indikator berat badan ini tidak sensitif
terhadap proporsi tubuh, misalnya pendek gemuk atau tinggi kurus.
Terdapat fluktuasi wajar dalam sehari sebagai akibat masukan (intake)
makanan dan minuman, dnegan keluaran (output) melalui urin, feses, keringat dan
bernafas. Besarnya fluktuasi tergantung pada kelompok umur dan bersifat sangat
individual, yang berkisar antara 100-200 gram, sampai 500-1000 gram bahkan lebih,
sehingga dapat mempengaruhi hasil penilaian :
Indikator berat badan dimanfaatkan dalam klinik untuk :
1. Bahan informasi untuk menilai keadaan gizi baik yang akut maupun yang
kronis, tumbuh kembang dan kesehatan.
2. Memonitor keadaan kesehatan, misalnya pada pengobatan penyakit.
3. Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan.
Pada bayi yang lahir cukup bulan, berat badan waktu lahir akan kembali pada
hari ke 10. Berat badan menjadi 2 kali berat badan waktu lahir pada bayi umur 5
bulan, menjadi 3 kali berat badan lahir pada umur satu tahun, dan menjadi 4 kali berat
badan lahir pada umur 2 tahun. Pada masa prasekolah kenaikan berat badan rata-rata 2
kg/tahun. Kemudian pertumbuhan konstan mulai berakhir dan dimulai ”pre-
adolescent growth spurt” (pacu tumbuh pra-adolesen) dengan rata-rata kenaikan berat
badan 3-3,5 kg/tahun, yang kemudian dilanjutkan dengan ”adolescent growth spur”
(pacu tumbuh adolesen). Dibandingkan anak laki-laki, ”growth spur” (pacu tumbuh)
anak perempuan lebih cepat yaitu sekitar umur 8 tahun, sedangkan anak laki-laki baru
pada sekitar umur 10 tahun. Tetapi pertumbuhan anak perempuan lebih cepat terhenti
daripada anak laki-laki. Anak perempuan umur 18 tahun sudah tidak tumbuh lagi,
sedangkan anak laki-laki baru berhenti pada umur 20 tahun.
Dapat digunakan rumus yang dikutip dari Behrman, 1992 untuk
memperkirakan berat badan anak adalah sebagai berikut :
1. lahir 3,25 kg
2. 3-12 bulan umur (bulan) + 9
2
3. 1-6 tahun umur (tahun) x 2 + 8
4. 6- 12 tahun umur (tahun) x 7 – 5
34
2
Berat badan bayi ditimbang dengan timbangan bayi, sedangkan anak dengan
timbangan berdiri. Bayi ditimbang dalam posisi berbaring telentang atau duduk tanpa
baju, sedang anak ditimbang dalam posisi berdiri tanpa sepatu dengan pakaian
minimal. Sampai umur 1 tahun, bayi ditimbang tiap bulan, kemudian tiap 3 bulan
sampai umur 3 tahun, dan dilanjutkan dengan 2 kali setahun sampai umur 5 tahun. Di
atas umur 5 tahun, penimbangan dilakukan setiap tahun, kecuali bila diduga terdapat
kelainan atau penyimpangan berat badan. Dalam keadaan normal, berat badan bayi
umr 4 bulan sudah mencapai 2 x berat badan lahir, dan pada umur 1 tahun sudah 3 x
berat badan lahir.
2. Tinggi badan
Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yaag terpenting.
Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan
meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai. Walaupun kenaikan tinggi badan ini
berfluktuasi, dimana tinggi badan meningkat pesat pada masa bayi, kemudian
melambat, dan menjadi pesat lagi (pacu tumbuh adolesen), selanjutnya melambat lagi
dan akhirnya berhenti pada umur 18-20 tahun. Tulang-tulang anggota gerak berhenti
bertambah panjang, tetapi ruas-ruas tulang belakang berlanjut tumbuh sampai umur
30 tahun, dengan pengisian tulang pada ujung atas dan bawah korpus-korpus ruas-
ruas tulang belakang, sehingga tinggi badan sedikit bertambah yaitu sekitar 3-5 mm.
Antara umur 30-45 tahun tinggi badan tetap statis, kemudian menyusut.
Keuntungan indikator ini adalah pengukurannya objektif dan dapat diulang,
alat dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa, merupakan indikator yang baik
untuk gangguan pertumbuhan fisik yang sudah lewat (stunting), sebagai perbandingan
terhadap perubahan-perubahan relatif, seperti terhadap nilai BB dan LLA.
Kerugiannya adalah perubahan tinggi badan relatif pelan, sukar mengukur
tinggi badan yang tepat dan kadang-kadang diperlukan lebih dari seorang tenaga. Di
samping itu dibutuhkan 2 macam teknik pengukuran, pada anak umur kurang dari 2
tahun dengan posisi tidur telentang (panjang supinasi) dan pada umur lebih dari 2
tahun dengan posisi berdiri. Panjang supinasi umumnya lebih panjang 1 cm daripada
35
tinggi berdiri pada anak yang sama, meski diukur dengan teknik perngukuran terbaik
dan secara cermat.
Peningkatan nilai rata-rata TB orang dewasa suatu bangsa merupakan
indikator peningkatan kesejahteraan/kemakmuran (perbaikan gizi, perawatan
kesehatan, dan keadaan sosial ekonomi), jika potensi genetik belum tercapai optimal.
Demikian pula perkawiinan antar daerah maupun antar negara, kemungkinan punya
andil pula pada perubahan TB ini.
Rumus prediksi tinggi akhir anak sesuai dengan potensi genetik berdasarkan
data tinggi badan orang tua dengan asumsi bahwa semuanya tumbuh optimal sesuai
dengan potensinya, adalah sebagai berikut (dikutip dari Titi, 1993) :
TB anak perempuan = (TB ayah – 13 cm) + TB ibu ± 8,5 cm
2
TB anak laki – laki = (TB ibu + 13 cm) + TB ayah ± 8,5 cm
2
(13 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan antara orang dewasa laki-laki dan
perempuan di Inggris dan 8,5 cm adalah nilai absolut tinggi badan.)
Jadi, ada rentangan antara angka tertinggi dan terendah. Apabila seorang anak
dapat mencapai tinggi antara 2 angka itu, maka secara medis tidak perlu ada
tindakan/intervensi.
Tinggi badan juga dapat diperkirakan menggunakan rumus Behrman, 1992
yaitu :
a. Lahir 50 cm
b. 1 tahun 75 cm
c. 2-12 tahun umur (tahun) x 6 + 77
Sedangkan kalau dilihat dari proporsi antara kepala, badan serta anggota gerak
maka akan tampak perbedaan yang jelas antara janin, anak-anak dan dewasa, yaitu
sebagai berikut :
- Pada waktu janin umur 2 bulan, kepala tampak sama besar dan memanjang,
dimana ukuran panjang kepala hampir sama dengan panjang badan ditambah
tungkai bawah. Anggota gerak sangat pendek.
- Pada waktu lahir, kepala relatif masih besar, muka bulat, ukran antero-
posterior dada masih lebih besar, perut membuncit dan anggota gerak relatif
lebih pendek. Sebagai titik tengah tinggi badannya adalah setinggi umbilikus.
36
- Pada dewasa, anggota gerak lebih panjang dan kepala secara proporsional
kecil, sehingga titik tengah adalah setinggi simfisis pubis.
Alat pengukur panjang badan bayi terbuat dari kayu, yang salah satu ujungnya
mempunyai batas yang tetap sedang ujung lainnya merupakan kayu yang dapat
digerakkan. Bayi ditidurkan telentang tanpa sepatu dan tanpa topi di atas tempat tidur
yang keras. Diusahakan agar tubuh bayi lurus. Panjang badan bayi dapat diukur
dengan akurat dengan meletakkan verteks bayi pada kayu yang tetap, sedangkan kayu
yang dapat bergerak menyentuh tumit bayi. Pada anak, tinggi badan diukur dalam
posisi berdiri tanpa sepatu, dan telapak kaki dirapatkan, dengan punggung bersandar
pada dinding. Panjang badan bayi baru lahir cukup bulan ialah sekitar 50 cm. Secara
kasar pada umur 1 tahun panjang bayi mencapai 1,5 kali panjang waktu lahir dan pada
umur 4 tahun 2 kali panjang waktu lahir.
3. Lingkaran kepala
Lingkar kepala mencerminkan volume intrakranial. Dipakai untuk menaksir
pertumbuhan otak. Apabila otak tidak tumbuh normal, maka kepala akan kecil.
Sehingga pada lingkar kepala (LK) yang lebih kecil dari normal (mikrosefali), maka
menunjukkan adanya retardasi mental. Sebaliknya bila ada penyumbatan pada aliran
cairan serebrospinal pada hidrosefalus akan meningkatkan volume kepala, sehingga
LK lebih besar dari normal. Sampai saat ini yang dipakai sebagai acuan untuk LK ini
adalah kurve LK dari Nellhaus.
Pertumbuhan LK paling pesat adalah pada 6 bulan pertama kehidupan, yaitu
dari 34 cm pada waktu lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Sedangkan pada umur
1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm dn dewasa 54 cm. Oleh karena itu, manfaat pengukuran
LK terbatas pada 6 bulan pertama sampai 2 tahun karena pertumbuhan otak yang
pesat, kecuali seperti kasus hidrosefalus.
LK kepala yang kecil pada umumnya sebagai :
- variasi normal - retardasi mental
- bayi kecil - kraniostenosis
- keturunan
37
- variasi normal - efusi subdural
- bayi besar - hidrosefalus
- hidranensefali - penyakit Canavan
- tumor serebri - megalensefali
- keturunan
Untuk menilai apakah kepala yang kecil/besar tersebut masih dalam batas-
batas normal/tidak, harus diperhatikan gejala-gejala klinik yang menyertainya.
Pada bayi kurang dari 2 tahun, lingkaran kepala diukur secara rutin. Pada anak
yang lebih besar, lingkaran kepala baru diukur apabila terdapat kecurigaan pada
kepalanya. Alat pengukur yang dipakai ialah pita metal yang fleksibel. Yang diukur
ialah lingkaran kepala terbesar. Caranya dengan meletakkan pita melingkari kepala
melalui glabela pada dahi, bagian atas alis mata, dan bagian belakang kepala pasien
yang paling menonjol, yaitu protuberansia oksipitalis. Pada waktu lahir, lingkaran
kepala adalah sekitar 35 cm, pada umur 6 bulan 43,5 cm. Pada umur 1 tahun lingkaran
kepala bertambah 12 cm dari waktu lahir dan pada umur 6 tahun bertambah lagi 6 cm.
Setelah itu hanya terjadi penambahan lingkaran kepala sedikit saja; pada waktu
dewasa lingkaran kepala adalah 55 cm.
38
bayi baru lahir lingkaran lengan atas adalah 11 cm; pada umur 1 tahun menjadi 16 cm
dan pada umur 5 tahun 17 cm.
39
- mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang
41
- mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka, sisi
belakang
- mendengarkan cerita-cerita
- bermain dengan anak lain
- menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
- dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
42
Puncak pertumbuhan panjang pada masa janin terjadi kira-kira pada akhir
trimester kedua kehamilan, sedangkan puncak pertumbuhan berat terjadi pada saat
sebelum lahir. Beberapa jaringan badan hanya mengikuti satu daripada kedua
percepatan tumbuh tersebut, sedang lainnya mengikuti suatu bentuk tersendiri.
Yang mengikuti pertumuhan pola umum adalah tulang panjang, otot skelet (pada
neonatus 20-25% berat badan, setelah dewasa 40% berat badan), sistem
pencernaan, pernafasan, peredaran darah, dan volume darah.
Jaringan otak yang cepat tumbuh pada masa percepatan tumbuh janin
(berkembang penuh pada umur 1,5 tahun sampai 2,5 tahun) dan tidak tumbuh lagi
pada masa adolensi dimulai. Kira-kira 50% dari pertumbuhan otak terjadi pada
tahun pertama kehidupan, sedangkan 20% terjadi pada tahun kedua.
Pertumbuhan alat kelamin pada 10 tahun pertama agak lambat, tetapi menjadi
cepat pada 10 tahun berikutnya, pertumbuhan organ ini sangat pesat sesudah
seluruh pertumbuhan badan berakhir.
Jaringan limfoid tumbuh cepat pada masa bayi dan anak, kemudian menurun
pada masa pubertas, dan akhirnya mengalami involusi.
2. Faktor lingkungan
• Faktor pranatal
1. Gizi ibu pada waktu hamil (defisiensi vitamin, iodium dan lain-lain).
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu
sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir
rendah) atau lahir mati, dan jarang menyebabkan cacat bawaan. Di samping
44
itu, dapat pula terjadi hambatan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi
baru lahir, bayi lahir mudah terkena infeksi, dan abortus.
2. Mekanis (pita amniotik, ektopia, posisi fetus yang abnormal, trauma,
oligohidramnion).
Faktor mekanis seperti posisi fetus yang abnormal dan oligohidramnion
dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti clubfoot, mikrognatia dan
kaki bengkok. Implantasi ovum yang salah, yang juga dianggap faktor
mekanis dapat mengganggu gizi embrio dan berakibat gangguan
pertumbuhan.
3. Toksin / zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka terhadap zat-zat
teratogen. Misalnya obat-obatan seperti thalidomide, phenitoin, methadion,
obat-obat anti kanker dapat menyebabkan kelainan bawaan. Demikian pula
dengan ibu hamil yang perokok berat/peminum alkohol kronis sering
melahirkan bayi BBLR, lahir mati, cacat atau retardasi mental. Keracunan
logam berat pada ibu hamil, misalnya karena makan ikan yang
terkontaminasi merkuri dapat menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis,
seperti di Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata.
4. Endokrin
Hormon-hormon yang berperan pada pertumbuhan janin adalah
somatotropin (growth hormone), hormon plasenta, hormon tiroid, insulin,
dan peptida-peptida lain mirip insulin (Insulin-like growth factors/IGFs).
Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang hamil dan tidak
mendapat pengobatan pada trimester I kehamilan sehingga bayi menjadi
makrosomia, kardiomegali dan terdapat hiperplasia adrenal, defisiensi
yodium saat hamil, PKU (phenylketonuria), dan lain-lain.
5. Radiasi
Pemakaian radium dan sinar Rontgen yang tidak mengikuti aturan atau
sebelum usia kehamilan 18 minggu dapat mengakibatkan kelainan janin
bahkan kematian janin. Contoh kelainannya ialah mikrosefali, spina bifida,
retardasi mental dan deformitas anggota gerak. Kelainan yang ditemukan
akibat radiasi bom atom di Hiroshima pada fetus ialah mikrosefali, retardasi
mental, kelainan kongenital mata dan jantung.
6. Infeksi
45
Infeksi intrauterin yang sering meyebabkan cacat bawaan adalah TORCH
(Toxoplasmosis, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes simpleks). Infeksi
lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin adalah varisela,
Coxsakie, Echovirus, malaria, lues, HIV, polio, campak, leptospira,
mikoplasma, virus influenza, dan virus hepatitis.
7. Stres.
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi tumbuh
kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
8. Imunitas
Rhesus atau ABO inkompatibilitas sering menyebabkan abortus, hidrops
fetalis, kern ikterus atau lahir mati.
9. Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan pada plasenta menyebabkan
berat badan lahir rendah.
• Faktor pascanatal
1. Gizi (masukan makanan kualitatif dan kuantitatif)
Termasuk dalam hal ini bahan pembangun tubuh yaitu protein, karbohidrat,
lemak, mineral dan vitamin.
2. Penyakit (penyakit kronis dan kelainan kongenital)
Beberapa penyakit kronis seperti glomerulonefritis kronik dan tuberkulosis
paru dapat mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. Hal yang sama
juga dapat terjadi pada penderita kelainan jantung bawaan.
3. Keadaan sosial-ekonomi.
Dapat terlihat pada ukuran bayi yang lahir dari golongan orang tua dengan
keadaan sosial-ekonomi yang kurang, lebih rendah dibandingkan dengan
bayi dari keluarga dengan sosial-ekonomi yang cukup.
4. Musim.
Di negeri yang mempunyai 4 musim terdapat perbedaan kecepatan tumbuh
berat badan dan tinggi. Pertambahan tinggi terbesar pada musim semi dan
46
paling rendah pada musim gugur. Sebaliknya penambahan berat badan
terbesar terjadi pada musim gugur dan terkecil pada musim semi.
5. Lain-lain. Banyak faktor lain yang ikut berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak, antara lain pengawasan medis,
perbaikan sanitasi, pendidikan, dan faktor psikologi.
47
Pada penimbangan pertama, sebelum anak ditimbang, kolom-kolom pada KMS
yang berkaitan dengan identitas anak dan orang tua diisi lebih dahulu, sesuai dengan
langkah pertama, langkah kedua, dan langkah ketiga.
Langkah pertama : Mengisi nama anak dan nomor pendaftaran
Pada halaman muka KMS, isilah nama anak dan nomor pendaftaran sesuai dengan
nomor registrasi yang ada di posyandu.
Langkah kedua : Mengisi kolom identitas yang tersedia pada halaman
dalam KMS-Balita
1. Kolom "posyandu" diisi nama posyandu tempat dimana anak didaftar.
2. Kolom "Tanggal pendaftaran" diisi tanggal, bulan dan tahun anak
didaftar pertama kali.
3. Kolom "Nama anak" diisi nama jelas anak, sama seperti halaman
depan KMS
4. Kolom "Laki-laki" diisi tanda √ apabila anak tersebut laki-laki dan
demikian pula bila perempuan.
5. Kolom "anak yang ke" diisi nomor urut kelahiran anak dalam keluarga
(termasuk anak yang meninggal).
6. Kolom “Tanggal lahir” diisi bulan dan tahun lahir anak. *)
7. Kolom "Berat Badan Lahir" diisi angka hasil penimbangan berat badan
anak saat dilahirkan, dalam satuan gram. "Berat Badan Lahir" ini kemudian
dicantumkan dalam grafik KMS pada bulan "0".
8. Kolom "Nama Ayah" dan "Nama Ibu" beserta pekerjaannya diisi nama
dan pekerjaan ayah dan ibu anak tersebut.
9. Kolom "alamat" diisi alamat anak menetap.
Catatan *)
• Bila ada kartu kelahiran, catat bulan lahir anak dari kartu tersebut.
• Bila tidak ada kartu kelahiran, tetapi ibu ingat, catat tanggal lahir anak
sesuai jawaban ibu.
• Bila ibu ingat bulan Hijriah/Jawa, perkirakan bulan nasional / masehi-
nya dan catat.
• Bila ibu tidak ingat bulan lahir, tuntun untuk mengingat umur anak
(dalam bulan), kemudian perkirakan bulan lahir anak, dan catat.
48
Langkah ketiga : Mengisi kolom bulan lahir
Selanjutnya cantumkan bulan lahir anak pada kolom 0, kemudian isilah semua
kolom bulan secara berurutan. Misalnya: Bulan lahir anak Agustus 2000, maka
cantumkan bulan Agustus 2000 di kolom tersebut. Kemudian isi semua kolom
bulan September 2000, Oktober 2000, dan seterusnya.
49
Kolom ini digunakan oleh kader untuk mencatat tanggal pemberian kapsul
vitamin A yang diberikan kepada bayi 6-11 bulan (warna biru) dan anak 12-59
bulan (warna merah) pada setiap bulan Februari dan Agustus.
50
Kekurangan kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai
dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun sosial
emosi, yang disebut “Sindrom Deprivasi Maternal”. Kasih sayang dari orangtua
(ayah-ibu) akan menciptakan ikatan yang erat (bonding) dan kepercayaan dasar
(basic trust).
2. Asuh adalah kebutuhan fisik biomedis.
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan anak akan:
• pangan (gizi) : kebutuhan terpenting
• perawatan kesehatan dasar, seperti imunisasi, pemberian ASI, penimbangan
bayi/anak yang teratur, pengobatan kalau sakit
• papan / pemukiman yang layak
• higiene perorangan dan sanitasi lingkungan
• sandang
• kesegaran jasmani (olahraga) dan rekreasi.
3. Asah adalah kebutuhan akan stimulasi mental.
Kebutuhan ini merupakan cikal bakal proses belajar (pendidikan dan
pelatihan) pada anak. Stimulasi mental (Asah) ini mengembangkan perkembangan
mental psikososial: kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama,
kepribadian, moral-etika, produktivitas, dsb. Stimulasi mental ini sangat penting
di usia batita.
VII. IMUNISASI
PENGERTIAN IMUNISASI DAN VAKSIN
Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa,
tidak terjadi penyakit.
Vaksinasi dimaksudkan sebagai pemberian vaksin (antigen) yang dapat
merangsang pembentukan imunitas (antibodi) dari sistem imun di dalam tubuh.
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan
dengan antigen yang berasal dari mikroorganisme patogen. Antigen yang diberikan
telah dibuat demikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun mampu
mengaktivasi limfosit menghasilkan antibodi dan sel memori. Tujuannya adalah
memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan
respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian
51
hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan
mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut.
Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman, komponen
kuman (bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid) yang telah dilemahkan
atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap
penyakit tertentu.
TUJUAN IMUNISASI
Tujuan imunisasi untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar
variola.
b. Imunitas pasif
Imunitas (kekebalan) pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,
bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Misalnya kekebalan pada janin yang
diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah diberikan suntikan
imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan dimetabolisme
oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh
imunoglobulin lainnya lebih pendek.
52
DUA CIRI VAKSIN YANG BAIK
1. Memiliki efek samping yang rendah, aman dan
nyaman bagi bayi
2. Mudah didapat, murah dan efisien (bisa
dikombinasikan dan tanpa banyak pengulangan).
53
dalam yaitu ke subkutan, kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah, sehingga pada
lapisan kulit timbul reaksi indurasi, eritema, pustula.
Vaksin BCG ulangan tidak dianjurkan oleh karena manfaatnya diragukan
mengingat (1) efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus
tuberkulosis berat (meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus
dewasa dengan BTA (Bakteri Tahan Asam) positif di Indonesia cukup tinggi (25-
36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Vaksin
BCG merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien
imunokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang atau pada
infeksi HIV). Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaikya
dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Pada bayi yang kontak erat dengan
penderita TB dengan BTA (+3) sebaiknya diberikan INH profilaksis dulu, kalau
kontaknya sudah tenang dapat diberi BCG.
54
BCG-itis diseminasi jarang terjadi, biasanya berhubungan dengan
imunodefisiensi berat. Misalnya, eritema nodosum, iritis, lupus vulgaris, dan
osteomielitis. Kompikasi ini harus diobati dengan kombinasi obat anti TB.
2. Vaksinasi Hepatitis B
55
Bayi baru lahir merupakan upaya yang paling efektif dalam menurunkan
prevalens VHB di Indonesia termasuk daerah endemis sedang-tinggi untuk
Hepatitis B. Semua orang yang HbsAgnya positif potensial infeksius. Transmisi
terjadi melalui kontak perkutaneus atau parenteral, dan melalui hubungan seksual.
Transmisi antar anak sering terjadi di negara endemis Virus Hepatitis B (VHB).
Oleh karena itu, kebijakan utama tata laksana VHB adalah memotong jalur
transmisi sedini mungkin. Vaksinasi universal bayi baru lahir merupakan upaya
paling efektif dalam menurunkan prevalens VHB.
Pada dasarnya, individu yang belum pernah imunisasi hepatitis B atau
yang tidak memiliki antibodi anti-HBs, potensial terinfeksi VHB. Resiko
kronisitas dipengaruhi oleh faktor usia saat yang bersangkutan terinfeksi. Bayi
yang terinfeksi lebih besar kemungkinan menjadi kronis daripada anak dan
dewasa. Efektivitas vaksin dalam mencegah infeksi VHB adalah 90-95%. Memori
sistem imun menetap minimal sampai 12 tahun pasca imunisasi, sehingga pada
anak normal tidak dianjurkan untuk imunisasi booster.
Imunisasi pasif
Hepatitis B immune globulin (HBIg) dalam waktu singkat segera
memberikan proteksi meskipun hanya utuk jangka pendek (3-6 bulan). HBIg
hanya diberikan pada kondisi pasca paparan (needle stick injury, kontak seksual,
bayi dari ibu VHB, terciprat darah ke mukosa atau ke mata). Sebaiknya HBIg
diberikan bersama vaksin VHB sehingga proteksinya berlangsung lama.
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui, hepB-1
harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1
bulan dan antara umur 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak
diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif, maka masih dapat diberikan HBIg (hepatitis B imunoglobulin) 0,5 ml
sebelum bayi berumur 7 hari.
Imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir,tergantung status HbsAg ibu :
HBsAg ibu Imunisasi Keterangan
Positif HBIg (0,5 ml) dan vaksin Dosis 1 : <12jam pertama
HB
Negatif atau tidak Vaksin HB Dosis I : Segera setelah
diketahui lahir
56
Status HBV ibu semula
tidak diketahui tetapi bila
dalam 7 hari terbukti ibu
HBV, segera beri HBIg
Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg yang tidak diketahui : HepB-1
harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1
bulan dan 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui dan
ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg positif maka
ditambahkan hepatitis B immunoglobulin (HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7
hari. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAg-B positif : diberikan vaksin hepB-1
dan HBIg 0,5 ml secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.
Imunisasi aktif
Vaksin VHB yang tersedia adalah vaksin rekombinan berisi HBsAg murni.
Vaksin ini diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian ketiga seri vaksin
dengan dosis yang sesuai rekomendasinya, akan menyebabkan terbentuknya
respons protektif (anti HBs ≥ 10mIU/ml) pada 90% dewasa, bayi, anak, dan
remaja. Vaksin diberikan secara intramuskular dalam di daerah M.deltoideus
dengan dosis 0.5 ml. Pada neonatus dan bayi diberikan di anterolateral paha,
sedangkan pada anak besar dan dewasa diberikan di regio deltoid.
Jadwal dan dosis
Imunisasi hepatitis B minimal diberikan sebanyak 3 kali. Imunisasi
pertama diberikan segera setelah lahir. Jadwal imunisasi yang dianjurkan adalah 0,
1, dan 6 bulan karena respons antibodinya paling optimal. Interval antara dosis
pertama dan dosis kedua minimal 1 bulan. Memperpanjang interval antara dosis
kesatu dan kedua tidak akan mempengaruhi imunogenisitas atau titer antibodi
sesudah imunisasi selesai (dosis ketiga). Dosis ketiga merupakan penentu respons
antibodi karena merupakan dosis booster. Semakin panjang jarak antara imunisasi
ketiga (4-12 bulan) semakin tinggi titer antibodinya. Agar dapat dicapai kadar
antibodi protektif secepatnya dianjurkan hepB-3 diberikan lebih awal (umur 3-6
bulan). Bila sesudah dosis pertama imunisasi terputus, segera berikan imunisasi
kedua, sedangkan imunisasi ketiga diberikan dengan jarak terpendek 2 bulan. Bila
dosis ketiga terlambat, beri segera setelah memungkinkan.
57
Setiap vaksin hepatitis B sudah dievaluasi untuk menentukan dosis sesuai
umur yang dapat menimbulkan respons antibodi yang optimum. Oleh karena itu
dosis yang direkomendasikan bervariasi tergantung produk dan usia resipien.
Dosis pada bayi dipengaruhi pula oleh status HbsAg ibu. Pada bayi prematur, bila
ibu HbsAg (-) imunisasi ditunda sampai bayi berusia 2 bulan atau berat badan
sudah mencapai 2000 gram.
Catch up immunization
Catch up immunization merupakan upaya imunisasi pada anak atau remaja
yang belum pernah diimunisasi atau terlambat lebih dari 1 bulan dari jadwal yang
seharusnya. Khusus pada imunisasi hepatitis B, imunisasi catch up ini diberikan
dengan interval minimal 4 minggu antara dosis pertama dan kedua, sedangkan
interval antara dosis kedua dan ketiga minimal 8 atau 16 minggu sesudah dosis
pertama. Ulangan imunisasi hepatitis B (hepB-4) dapat dipertimbangkan pada
umur 10-12 tahun apabila titer pencegahan belum tercapai pada catch up
immunization.
Reaksi KIPI
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal yang ringan dan
bersifat sementara, kadang-kadang dapat menimbulkan demam ringan selama 1-2
hari.
58
Penanganan reaksi KIPI
Setelah imunisasi hepatitis B dapat timbul kemerahan, pembengkakan,
nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk
memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah). Jika demam pakailah
pakaian yang tipis. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin. Jika
demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan,
maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan air hangat.
Kontraindikasi
Sampai saat ini tidak ada kontraindikasi absolut pemberian vaksin VHB.
Kehamilan dan laktasi bukan kontraindikasi imunisasi VHB.
a. Toksoid Difteria
Untuk imunisasi primer terhadap difteria digunakan toksoid difteria
(alumprecipitated toxoid) yang kemudian digabung dengan toksoid tetanus
dan vaksin pertusis dalam bentuk DTP. Potensi toksoid difteria dnyatakan
dalam jumlah unit flocculate (Lf) dengan kriteria 1 Lf adalah jumlah toksoid
sesuai dengan 1 unit anti toksin difteria. Kekuatan toksoid difteria yang
terdapat dalam kombinasi vaksin DTP saat ini berkisar 6,7-25 Lf dalam dosis
59
0,5 ml. Kombinasi toksoid difteria dan tetanus (DT) yang mengandung 10-12
Lf dapat diberikan pada anak yang memiliki kontraindikasi terhadap
pemberian vaksin Pertusis.
Kejadian ikutan pasca imunisasi toksoid difteria secara khusus sulit
dibuktikan karena selama ini pemberiannya selalu digabung bersama toksoid
tetanus dengan atau tanpa vaksin pertusis.
b. Vaksin Pertusis
Vaksin pertusis whole-cell (vaksin DTwP) adalah vaksin yang
merupakan suspensi kuman Bordetella pertusis mati. Sejak 1962 dimulai
usaha untuk membuat vaksin Pertusis dengan menggunakan fraksi sel (α
seluler/vaksin DTaP) yang bila dibandingkan dengan whole-cell ternyata
memberikan reaksi lokal dan demam yang lebih ringan. Respons antibodi
terhadap imunisasi dasar dengan vaksin pertusis whole-cell tergantung pada
kadar antibodi tansplasental yang didapat dari ibu terhadap toksin pertusis.
Sebaliknya, respons yang diperoleh setelah penyuntikan vaksin α seluler
ternyata memberikan hasil yang baik dan tidak dipengaruhi oleh kadar
antibodi pravaksinasi.
Kontraindikasi
Ada dua kontraindikasi mutlak terhadap pemberian vaksin pertusis
baik whole-cell maupun α seluler, yaitu:
o Riwayat anafilaksis pada pemberian vaksin sebelumnya.
o Ensefalopati sesudah pemberian vaksin pertusis
sebelumnya.
o Perhatian khusus (precaution) bila pada pemberian vaksin
pertama (sebelum vaksin pertusis berikutnya) dijumpai hiperpireksia,
hipotonik-hiporesponsif, anak menangis terus menerus selama 3 jam
dan riwayat kejang dalam 3 hari sesudah imunisasi DPT.
60
dalam patogenesis pertusis dan perannya dalam memicu antibodi yang
berguna untuk pencegahan terhadap pertusis secara klinis. Kejadian reaksi
KIPI vaksin DTaP baik lokal maupun sistemik lebih rendah daripada DTwP.
Vaksin DTwP dan DTaP dapat pula diberikan dalam bentuk vaksin kombinasi.
61
pakaian yang tipis dan berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila
diperlukan maskimal 6 kali dalam 24 jam, boleh mandi atau cukup diseka dengan
air hangat. Bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin.
4. Vaksinasi Polio
Pada saat ini telah beredar di Indonesia vaksin polio inactivated (IPV), di
samping vaksin virus polio oral (OPV) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin
IPV berisi antigen polio (polio-1, 2, dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi
virus polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian.
Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun penderita
imunokompromais.
Polio-0 diberikan saat bayi lahir, dianjurkan diberikan saat bayi
meninggalkan rumah sakit/rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena
virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk imunisasi dasar (polio-1,
2, 3), interval di antaranya tidak kurang dari 4 minggu. Tiap dosis OPV (2 tetes =
0,1 ml) per oral, sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml intramuskular. Vaksinasi
polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-3, selanjutnya saat masuk
sekolah (5-6 tahun).
62
Vaksin polio inactivated berisi virus tipe 1, 2, 3 yang mati, merupakan
jenis Salk. Pemberian dengan dosis 0,5 ml dengan suntikan subkutan dalam 3 kali
berturut-turut dengan jarak 2 bulan antara masing-masing dosis akan memberikan
imunitas jangka panjang (mukosal maupun humoral) terhadap 3 macam tipe virus
polio. Imunitas mukosal yang ditimbulkan oleh IPV lebih rendah dibandingkan
dengan oleh OPV.
63
subkutan dalam atau intramuskular dengan interval 2 bulan. Dosis penguat harus
diberikan dengan jadwal sama dengan pemberian OPV.
Reaksi KIPI
− Setelah divaksinasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami
gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot.
− Kasus poliomielitis yang berkaitan dengan vaksin telah dilaporkan
terjadi pada resipien (VAPP = vaccine associated polio paralytic) maupun
yang kontak dengan virus yang menjadi meurovirulen (VDPV = vaccine
derived polio virus).
− Resiko paling sering pada pemberian dosis pertama.
− Pada pemberian OPV, virus asal vaksin ini dapat bereplikasi di
dalam usus manusia, ekskresi melalui tinja biasanya selama 2-3 bulan.
Pada saat replikasi tersebut mungkin terjadi mutasi virus yang dikenal
dengan reversion, menyebabkan virus polio yang sebelumnya sudah
dilemahkan kembali berbentuk yang lebih neurovirulen, yang kemudian
menyebabkan kelumpuhan layu akut (VAPP). Di samping itu, virus yang
nonvirulen tersebut dapat diekskresi melalui tinja dan mengakibatkan
kelumpuhan orang disekitarnya (VDPV).
− Pada saat ini di Indonesia masih menggunakan OPV yang ternyata
mampu mengeliminasi virus polio liar, namun sebagai konsekuensinya
masih ada resiko terjadinya VAPP dan menyebarnya VDPV. Untuk
mengatasinya, dapat dipertimbangkan penggunaan vaksin IPV secara
penyuntikan.
Penanganan reaksi KIPI
Orangtua/pengasuh tidak perlu melakukan tindakan apapun karena sangat
jarang terjadi reaksi sesudah imunisasi polio. Walaupun demikian, anggota
keluarga yang belum pernah divaksinasi atau belum lengkap vaksinasinya dan
kontak dengan anak yang mendapat vaksinasi OPV, harus ditawarkan vaksinasi
dasar OPV pada waktu yang bersamaan dengan anak tersebut. Kepada orang
dewasa yang telah mendapat imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi
penguat (booster).
64
Kontraindikasi
o Penyakit akut atau demam (suhu >38,5°C), vaksinasi harus
ditunda
o Muntah atau diare berat, vaksinasi ditunda
o Dalam pengobatan kortikosteroid atau imunosupresif yang
diberikan oral maupun suntikan, juga yang mendapat pengobatan radiasi
umum.
o Keganasan yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial
(limfoma, leukemia, penyakit Hodgkin) dan yang mekanisme
imunologisnya terganggu.
o Infeksi HIV
o Vaksin polio oral dapat diberikan bersama-sama dengan vaksin
inactivated dan virus hidup lainnya, tetapi jangan bersama vaksin oral
tifoid.
5. Vaksinasi Campak
Vaksin campak ada 2 jenis, yaitu:
Vaksin yang berasal dari virus campak yang
hidup dan dilemahkan (tipe Edmonston B)
Vaksin yang berasal dari virus campak yang
dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur
dengan garam aluminium)
Pada saat ini di negara berkembang angka kejadian campak masih tinggi
dan seringkali dijumpai penyulit, maka WHO menganjurkan pemberian imunisasi
campak pada bayi berumur 9 bulan, sedangkan untuk negara maju dianjurkan
pada anak berumur 12-15 bulan dan kemudian imunisasi kedua (booster) juga
dengan MMR dilakukan secara rutin pada umur 4-6 tahun, tetapi dapat juga
diberikan setiap waktu semasa periode anak dengan tenggang waktu paling sedikit
4 minggu dari imunisasi pertama. Kesulitan untuk mencapai dan mempertahankan
angka cakupan yang tinggi bersama-sama dengan keinginan untuk menunda
pemberian imunisasi sampai antibodi maternal hilang merupakan suatu hal yang
berat dalam pengendalian penyakit campak. Pada anak – anak di negara
65
berkembang, antibodi maternal akan hilang pada usia 9 bulan dan pada anak-anak
di negara maju setelah 15 bulan.
Reaksi KIPI
− Gejala KIPI berupa demam lebih dari 39,5ºC yang terjadi pada 5-
15 % kasus, demam mulai dijumpai pada hari ke 5-6 sesudah imunisasi
dan berlangsung selama 2 hari.
− Ruam dapat dijumpai pada 5 % resipien, timbul pada hari ke 7-10
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2-4 hari. Hal ini sukar
dibedakan dengan akibat imunisasi yang terjadi dengan seseorang jika
seseorang telah memperoleh imunisasi pada saat masa inkubasi penyakit
alami.
− Reaksi KIPI berat jika ditemukan gangguan fungsi sistem saraf
pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi, diperkirakan
risiko terjadinya kedua efek samping tersebut 30 hari sesudah imunisasi
sebanyak 1 diantara 1 milyar dosis vaksin.
− Reaksi KIPI banyak dijumpai terjadi pada imunisasi ulang pada
seseorang yang telah memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan
vaksin campak dari virus yang dimatikan. Kejadian KIPI imunisasi
campak telah menurun dengan digunakannya vaksin campak yang
dilemahkan.
66
Orangtua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak
(ASI/air buah), jika demam pakailah pakaian yg tipis dan berikan paresetamol 15
mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, maksimal 6 kali dalam 24 jam, boleh
mandi atau cukup diseka dengan air hangat. Jika reaksi-reaksi berat dan menetap,
atau jika orangtua merasa khawatir,bawalah bayi/anak ke dokter.
Imunisasi ulangan
Imunisasi ulang dianjurkan dalam situasi tertentu, misalnya:
o Telah memperoleh imunisasi sebelum umur 1 tahun dan
terbukti bahwa potensi vaksin yang digunakan kurang baik (tampak
peningkatan insidens kegagalan vaksinasi).
o Apabila terdapat kejadian luar biasa peningkatan kasus
campak, maka anak SD, SMP, SMA dapat diberikan imunisasi ulang.
o Setiap orang yang pernah imunisasi vaksin campak yang
virusnya sudah dimatikan (vaksin inaktif).
Kontraindikasi
− Demam tinggi
− Pengobatan imunosupresi
− Memiliki riwayat alergi
− Sedang memperoleh pengobatan imunoglobulin
atau bahan-bahan yang berasal dari darah.
67
efek imunisasiyang terjadi pada anak yang sebelumnya telah mendapat efek
imunitas terhadap salah satu atau lebih dari ketiga penyakit ini.
Reaksi KIPI
− Reaksi sistemik, seperti malaise, demam, atau ruam.
− Meningoensefalitis
− Pembengkakan kelenjar parotis
− Trombositopenia, biasanya akan sembuh sendiri.
Kontraindikasi
o Anak dengan penyakit keganasan yang tidak diobati atau gangguan
imunitas, mereka yang mendapat pengobatan dengan imunosupresif, terapi
sinar atau mendapat steroid dosis tinggi.
o Anak dengan alergi berat (pembengkakan pada mulut atau
tenggorokan, sulit bernapas, hipotensi dan syok) terhadap gelatin atau
neomisin.
o Anak dengan demam akut, pemberian MMR harus ditunda sampai
penyakitnya sembuh.
o Anak yang mendapat vaksin hidup yang lain (termasuk BCG)
dalam waktu 4 minggu.
o Vaksin MMR tidak boleh diberikan dalam waktu 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin atau transfusi darah (whole blood).
o Defisiensi imun bawaan dan didapat (termasuk infeksi HIV).
68
Kapsul polyribosyribitol phosphate (PRP) menentukan virulensi dari Hib.
Vaksin Hib dibuat dari kapsul tersebut. Vaksin awal yang terbuat dari PRP murni
ternyata kurang efektif, sehingga saat ini digunakan konjugasi PRP dengan protein
dari berbagai komponen bakteri lain. Vaksin yang beredar di Indonesia adalah
vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitidis yang
disebut sebagai PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex) dan konjugasi
dengan toksoid tetanus yang disebut sebagai PRP-T. Kedua vaksin tersebut boleh
digunakan bergantian atau kombinasi.
Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.
Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan. Vaksin tidak boleh diberikan sebelum
bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibodi pada
vaksin konjugasi. Vaksin PRP-T diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin
PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak
diperlukan. Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP, DTaP,
IPV dalam bentuk vaksin kombinasi. Vaksin kombinasi yang beredar berisi vaksin
Hib PRP-T.
Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP perlu diulang pada umur 15
bulan. Apabila suntikan awal diberikan pada bayi berumur 6 bulan-1 tahun, 2 kali
suntikan sudah menghasilkan titer protektif ; sedangkan setelah 1 tahun cukup 1
kali suntikan tanpa memerlukan booster.
4. Vaksinasi Varisela
Vaksin virus hidup varisela-zoster (galur OKA) yang dilemahkan terdapat
dalam bentuk bubuk kering (lyophilised). Bentuk ini kurang stabil dibandingkan
vaksin virus hidup lain, sehingga harus disimpan pada suhu 2-8oC. Vaksin dapat
diberikan bersama dengan vaksin MMR.
Imunisasi varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang belum
terpajan, dengan dosis 0,5 ml secara subkutan, dosis tunggal. Untuk individu
imunokompromais serta remaja (sama atau diatas umur 13 tahun) dan dewasa,
memerlukan dua dosis dengan selang 1-2 bulan. Untuk anak yang mengalami
kontak dengan pasien varisela, pencegahan vaksin dapat diberikan dalam waktu
72 jam setelah penularan (dengan persyaratan: kontak dipisah/tidak berhubungan).
Reaksi KIPI
• Reaksi simpang jarang terjadi
• Reaksi KIPI dapat bersifat lokal (1%), demam (1%), dan ruam papula-
vesikel ringan.
70
Setelah penyuntikan vaksin, pada 1% individu
imunokompromais dapat timbul penyulit varisela.
Kontraindikasi
• Demam tinggi atau infeksi akut, hipersensitivitas terhadap neomisin,
terapi imunosupresan, kelainan darah
• Hitung limfosit kurang dari 1200/μl atau adanya bukti defisiensi imun
seluler seperti selama pengobatan induksi penyakit keganasan atau 3 tahun
fase radioterapi, pasien yang mendapat pengobatan dosis tinggi
kortikosteroid (2 mg/kgBB per hari atau lebih).
• Pasien yang alergi pada neomisin.
5. Vaksinasi Hepatitis A
Vaksin dibuat dari virus yang dimatikan (inactivated vaccine). Vaksin
diberikan pada usia ≥ 2 tahun. Dosis 720 U diberikan dua kali, suntikan kedua
atau booster diberikan antara 6 sampai 18 bulan setelah dosis pertama. Dosis
vaksin 0,5 ml diberikan secara intramuskular di daerah deltoid. Vaksin kombinasi
hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka vaksin
kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama untuk
catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah
mendapat imunisasi hepB sebelumnya atau vaksinasi hepB yang tidak lengkap.
Vaksin hepatitis A terbukti imunogenisitasnya baik. Diperkirakan anti-HAV
protektif menetap selama ≥ 20 tahun. Proteksi jangka panjang terjadi akibat
antibodi protektif yang menetap atau akibat anamnestic boosting infeksi alamiah.
Pemberian vaksin VHA (virus hepatitis A) bersamaan dengan vaksin
lain (hepatitis B, tifoid) tidak mengganggu respons imun masing-masing vaksin
dan tidak meningkatkan frekuensi efek samping. Kebijakan imunisasi hepatitis A
lebih bersifat individual, yaitu bagi mereka yang mampu, perlu dipertimbangkan
imunisasi hepatitis A pada anak berusia ≥ 2 tahun.
71
Efek samping
• Aman dan jarang menimbulkan efek samping
• Reaksi lokal ringan paling sering terjadi (21%-54%)
• Demam (4%), lesu, lelah, mual muntah dan hilang nafsu makan.
Kontraindikasi
Vaksin HVA tidak boleh diberikan kepada individu yang mengalami
reaksi berat sesudah penyuntikan dosis pertama.
6. Vaksinasi Influenza
Vaksin trivalen influenza (TIV) yang terdiri dari dua virus influenza
subtipe A yaitu H3N2 dan H1N1, serta virus influenza tipe B. Vaksin influenza
diproduksi dua kali setahun berdasarkan perubahan galur virus influenza yang
bersirkulasi di masyarakat. Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif
(inactivated influenza virus). Terdapat dua macam vaksin yaitu whole-virus dan
split-virus vaccine.
Pada saat ini cakupan imunisasi influenza mencapai 70-90% untuk
proteksi selama satu tahun, daya proteksi menurun pada tahun berikutnya, apabila
galur tetap sama atau hanya terjadi perubahan kecil pada antigen permukaan.
Untuk menjaga agar daya proteksi berlangsung terus menerus, maka perlu
dilakukan vaksinasi secara kontinu menggunakan vaksin yang mengandung galur
yang mutakhir. Vaksinasi biasanya diberikan sebelum musim penyakit influenza
datang. Pemberian vaksin merupakan cara untuk pencegahan atau mengurangi
infeksi influenza serta mencegah kematian pada saat epidemi. Dengan kata lain,
vaksin influenza lebih efektif untuk mencegah kompikasi saluran nafas bawah
atau komplokasi lain.
Vaksin influenza diberikan pada anak usia 6-23 bulan, baik anak sehat
maupun dengan resiko penyakit kronik seperti asma, diabetes, penyakit ginjal,
penyakit jantung, hemoglobinopati, kelemahan sistem imun (imunodefisiensi),
HIV. Imunisasi influenza diberikan setiap tahun, mengingat tiap tahun terjadi
pergantian jenis galur virus yang beredar di masyarakat. Vaksin tahun sebelumnya
72
tidak boleh diberikan untuk tahun sekarang. Vaksin influenza diberikan secara
intramuskular pada paha anterolateral atau deltoid. Dosis tergantung umur anak;
o Umur 6-35 bulan : 0,25 ml
o Umur ≥ 3 tahun : 0,5 ml
o Umur ≥ 8 tahun : untuk pemberian pertama kali
diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu, pada tahun
berikutnya hanya diberikan 1 dosis.
o Untuk anak dengan gangguan imun, diberikan 2 dosis dengan
jarak interval minimal 4 minggu untuk mendapatkan antibodi yang
memuaskan.
o Untuk anak usia ≥ 9 tahun cukup satu kali saja, teratur, setiap
tahun 1 kali.
Reaksi KIPI
• Reaksi lokal nyeri, eritema dan indurasi pada tempat suntikan, lamanya
1-2 hari.
• Gejala sistemik tidak spesifik berupa demam, lemas dan mialgia (flu-
like symptoms), terutama pada anak yang muda. Gejala timbul setelah 6-12
jam pasca vaksinasi, lamanya 1 atau 2 hari.
Kontraindikasi
• Individu dengan hipersensitif anafilaksis terhadap pemberian vaksin influenza
sebelumnya dan komponen vaksin seperti telur jangan diberi vaksinasi
influenza. Termasuk ke dalam kelompok ini seseorang yang setelah makan
telur mengalami pembengkakan bibir atau lidah, atau mengalami distres nafas
akut atau pingsan.
• Vaksin influenza tidak boleh diberikan pada seseorang yang sedang menderita
penyakit demam akut yang berat.
7. Vaksinasi Pneumokokus
Terdapat 2 jenis vaksin pneumokokus yang beredar di Indonesia, yaitu
vaksinpneumokokus polisakarida berisi polisakarida murni, 23 serotipe disebut
pneumococcus polysaccharide vaccine (PPV23). Vaksin pneumokokus generasi
73
kedua berisi vaksin olisakarida konjugasi, 7 serotipe disebut pneumococcus
conjugate vaccine (PCV7). Vaksin PPV tidak dapat merangsang respon
imunologik pada anak usia muda dan bayi, sehingga tidak mampu menghasilkan
respon booster. Untuk meningkatkan imunogenisitas pada bayi, dikembangkan
vaksin PCV. Vaksin PCV7 diberikan pada bayi umur 2, 4, 6 bulan dan diulang
pada umur 12-15 bulan. Interval antara 2 dosis 4-8 minggu. Apabila anak datang
setelah berumur > 7 bulan, maka diberikan jadwal dan dosis sebagai berikut:
Reaksi KIPI
• Efek samping: eritema, bengkak, indurasi, dan nyeri pada bekas
tempat suntikan.
• Efek sistemik: demam, gelisah, pusing, tidur tidak tenang, nafsu makan
menurun, muntah, diare, urtikaria.
• Demam ringan sering timbul, namun demam tinggi di atas 39oC jarang
dijumpai.
• Reaksi KIPI biasanya terjadi setelah dosis kedua, tetapi tidak lama,
akan menghilang dalam 3 hari.
74
Vaksin HPV yang telah bersedar di Indonesia dibuat dengan teknologi
rekombinan. Vaskin HPV berpotensi untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas yang berhubungan dengan infeksi HPV. Terdapat dua jenis vaksin :
HPV yaitu vaksin bivalen (tipe 16 dan 18, Cervarix@) dan vaksin kuadrivalen (tipe
6, 11, 16 dan 18, Gardasil@). Penelitian vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen
menunjukkan imunogenisitas yang tinggi. Vaksin HPV mempunyai afikasi 96%-
100% untuk mencegah kanker leher rahim yang disebabkan oleh HPV tipe-16/18.
Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan sejak umur >10 tahun atau
lebih banyak 3 kali, dengan jadwal agak berbeda untuk vaksin HPV bivalen (0,1
dan 6 bulan) dan Vaksin HPV kuadrivalen (0,2 dan 6 bulan). Dosis yang diberikan
sebanyak 0,5 mL, secara intramuskular pada daerah deltoid.
Reaksi KIPI
• Efek samping local vaksin HPV bivalen dan kuadrivalen adalah nyeri,
reaksi kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan.
75
PEMBERIAN ANTIPIRETIK SEBELUM DAN SESUDAH IMUNISASI
Kepada orangtua atau pengantar diberitahukan bahwa 30 menit sebelum
imunisasi DPT/DT, MMR,Hib, hepatitis B dianjurkan memberikan antipiretik
parasetamol15 mg/kgbb kepada bayi/anak untuk mengurangi ketidaknyamanan pasca
vaksinasi. Kemudian dilanjutkan seriap 3-4 jam sesuai kebutuhan, maksimal 6 kali
dalam 24 jam.
c. Vaksin rekombinan
Vaksin rekombinan adalah antigen vaksin yang dihasilkan dengan cara teknik
rekayasa genetik. Contohnya : vaksin hepatitis B dan vaksin tifoid (Ty21a)..
77
IMMUNOGLOBUIN TETANUS (HUMAN TETANUS IMMUNOGLOBULIN)
Pemberian Ig tetanus dan antitoksin tetanus diindikasikan untuk pencegahan
pada luka dalam yang kotor, yang tidak akan terlindungi hanya dengan pemberian
vaksin saja, riwayat imunisasinya tidak jelas/tidak pernah diimunisasi atau imunisasi
dasarnya tidak lengkap. Di samping itu juga diindikasikan untuk pengobatan dalam
upaya netralisasi toksin yang bekerja sistemik. Dosis pemberian Ig tetanus untuk
pencegahan 250 unit, scara IM. Untuk pengobatannya, dosisnya adalah 3000-6000
unit, IM. Pada kasus neonatorum 500 U, IM.
78
VIII. TAMAN PENITIPAN ANAK
CARA MEMPERBAIKI GIZI KURANG PADA ANAK DALAM PENITIPAN
Anak-anak yang dititipkan di taman penitipan anak akan diatur menunya
sesuai dengan kebutuhan gizi dan proporsi tubuhnya. Dalam tempat penitipan anak
(day care centre) pada umumnya terdapat ahli gizi yang bertugas menjaga dan
menilai kebutuhan gizi anak-anak yang diasuhnya. Bagi anak yang kekurangan gizi,
akan diberikan menu yang lebih sesuai dengan kebutuhannnya secara kualitas
maupun kuantitas.
79
IX. ANAK CACAT (HANDICAPPED CHILDREN)
DEFINISI
Beberapa istilah yang sering dipakai pada keadaan cacat perlu dijabarkan, yaitu :
1. Impairement : suatu keadaan abnormalitas dari psikis, fisiologis atau fisik baik
struktur maupun fungsinya.
2. Disability : suatu hambatan atau gangguan dari kemampuannya untuk
melaksanakan aktifitas yang biasanya dapat dikerjakan oleh orang yang
normal sebagai akibat dari “impairement”.
3. Handicap : suatu kerugian yang diderita oleh individu akibat impairement dan
disability.
Jadi : Impairement → Disability → Handicap
Contohnya, seorang anak yang menjadi buta karena kekurangan vitamin A
Impairement : kehilangan pengelihatan/buta
Disability : kehilangan kemampuan untuk bisa melihat
Handicap : kehilangan kemampuan untuk bekerja dengan menggunakan mata
dan menikmati aktifitas yang normal
ETIOLOGI
Penyebab keadaan cacat itu sendiri, dapat karena kelainan bawaan atau cacat
yang didapat dalam perjalanan hidupnya baik karena penyakit maupun karena
kecelakaan.
Malnutrisi
Penyakit tidak menular
Kelainan bawaan
− Kelainan fisik bawaan
− Retardasi mental
− Kelainan bukan genetik
Penyakit menular
− Poliomielitis
− Trachoma
− Lepra
− Onchocerciasis
80
Kecelakaan/rudapaksa
Kelainan psikiatri fungsional
Kecanduan alkohol dan obat
81
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JIWA ANAK CACAT
1. Permasalahan mendasar bagi anak-anak luar biasa, biasanya
ditunjukkan dengan perilakunya ketika melakukan aktifitas bersama dengan
anak-anak normal pada umumnya. Contoh, ketika bergaul mereka menghadapi
sejumlah kesulitan, baik dalam kegiatan fisik, psikologi, maupun sosial.
2. Mempunyai kesulitan mendasar dalam hal sosialisasi dan bahkan
komunikasi. Contoh, anak sering menjadi kaku, mudah marah, dan bila
dihubungkan dengan perilakunya, menunjukkan sangat tidak pemaaf dan
sensitif terhadap orang lain.
3. Cenderung merasa apatis, malu, rendah diri, sensitif, dan kadang-
kadang muncul sikap egois terhadap lingkungan.
4. Anak seringkali mengalami kesulitan untuk mengubah rangsangan
visual, sehingga mereka mengalami kesulitan dalam konsep bentuk,
keseimbangan posisi, ruang warna, perasa, bunyi, dan peraba.
5. Keterbatasan kemampuan untuk belajar dan berlatih, kesukaran untuk
bergaul maupun bermain, kurang cepat dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan kemampuan dinilai lebih rendah bila dibandingan dengan anak
normal di usianya.
82
Memberikan keterampilan melalui BLK (Balai Latihan Kerja) terhadap
mereka yang memiliki kecacatan yang permanen.
4) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Berperan dalam hal:
− Pendidikan anak-anak cacat/kelainan tumbuh kembang
− Pemberian bantuan tenaga pendidik kepada sekolah-sekolah Luar
Biasa (SLB).
− Pendidikan luar biasa dapat dilaksanakan melalui sekolah-sekolah Luar
Biasa (SLB) sesuai dengan kecacatan yang diderita, yaitu:
a) SLB Bagian A
Untuk anak dengan kelainan pengelihatan/tuna netra.
b) SLB Bagian B
Untuk anak dengan kelainan pendengaran dan bicara (Tuna Rungu
Wicara).
c) SLB Bagian C
Untuk anak dengan keterbelakangan mental (Retardasi
mental/Tuna Grahita). Berdasarkan kemampuan intelegensi anak
maka SLB-C dibedakan atas:
− SLB C: retardasi mental dengan I.Q. 50-75 yaitu anak
yang mampu didik.
− SLB-C1: retardasi mental I.Q. 25-50 yaitu anak yang
mampu latih.
d) SLB Bagian D
Untuk anak dengan kelainan/cacat anggota tubuh (tuna daksa tanpa
disertai gangguan lain), misalnya akibat polio, cacat bawaan,
kecelakaan, dll. Sedangkan untuk anak yang tuna daksa disertai
gangguan/cacat lainnya (gangguan bicara, mental, dll.), yang
disebut sebagai cacat ganda (double handicap), dididik di SLB-D1.
e) SLB Bagian E
Untuk anak yang tuna laras yaitu untuk anak yang mempunyai
kelainan emosi dan sosial.
5) PKK (Pembinaan Kesejahteraan Keluarga)
83
Dalam kegiatan Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat (RBM) diharapkan
PKK berperan sebagai motor masyarakat.
6) YPAC (Yayasan Pembinaan Anak Cacat)
YPAC berperan dalam hal perencanaan dan pengembangan program RBM.
Biasanya SLB-D juga dibawah asuhan YPAC dan dibawah pengawasan
DepDikBud.
PENCEGAHAN
Sebenarnya 50% dari keadaan cacat tersebut berasal dari sebab-sebab yang
dapat dicegah. Secara garis besar dikenal 3 level pencegahan, misalnya :
Malnutrisi, kecelakaan, kelainan bawaan, dll
Pencegahan tingkat I
Impairement
Pencegahan tingkat II
Disability
Pencegahan tingkat III
Handicap
X. BKIA
MENJELASKAN PHC (PELAYANAN KESEHATAN PRIMER) SEBAGAI
SARANA UNTUK MEMPERLUAS CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN
PADA IBU DAN ANAK
Secara umum pelayanan kesehatan primer diberi batasan sebagai suatu upaya
kesehatan universal, yang mencakup seluruh anggota masyarakat atau keluarganya,
84
dilaksanakan dengan partisipasi dan pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat
sendiri. Dalam wadah kesehatan primer ini tercakup 8 unsur pokok bidang kesehatan,
yaitu :
• Penyuluhan kesehatan, khususnya tentang cara pencegahan dan
pengelolaan penyakit
• Gizi
• Sanitasi dasar dan air bersih
• KIA dan KB
• Imunisasi terhadap 6 penyakit utama : BCG, difteri, pertusis, tetanus,
polio, dan campak
• Pencegahan dan pengelolaan penyakit endemik
• Pengobatan penyakit yang umumnya dijumpai
• Tersedia obat esensial
85
• Timbang BB dan TB
• Tekanan darah
• Tetanus toxoid lengkap
• Tinggi fundus uteri
• Tablet zat besi minimal 90 tablet selama masa kehamilan
Jika pelayanan kesehatan tersebut belum mencapai 5 T maka belum dapat
disebut Pelayanan Kesehatan Primer (PHC).
86
Alat permainan. Alat ini digunakan untuk melatih jiwa
dan panca indra, merangsang khayalan.
• Pemeriksaan darah sederhana
A. Ibu Hamil
87
1. Tinggi badan kurang dari 145 cm dan berat badan
kurang dari 38 kg
2. Kurang darah : kurang atau sama dengan 10 mg/dl
3. Kehamilan lebih dari 3 anak dengan jarak kurang
dari 2 tahun
4. Usia wanita hamil kurang dari 20 tahun atau lebih
dari 35 tahun
5. Kehamilan ganda atau lebih
6. Toksemia gravidarum
7. Rhesus iso imunisasi
8. Infeksi pada ibu hamil
9. Pertumbuhan janin yang lambat
10. Antepartum Hemorhagi : perdarahan sebelum
melahirkan
11. Letak bayi dalam kandungan yang tidak normal
12. Disporposi cefalo-pelvic : ukuran kepala dan rongga panggul tidak
sesuai
13. Fetal distress
B. Bayi
1. Bayi yang lahir sebelum masa gestasi 3-7 minggu atau sesudah 42
minggu
2. Bayi dengan berat < 2500 gram atau >4000 gram
3. Bayi yang menunjukkan penyimpangan dari besar atau
perkembangannya
4. Bayi dengan riwayat penyakit neonatus yang berat atau dengan
kematian saudaranya atau kematian 2 janin dan saudaranya
5. Bayi dengan keadaan lahir yang buruk atau yang memerlukan
resusitasi di kamar bersalin dan kemudian di tempat bayi dirawat
6. Bayi lahir dari ibu dengan infeksi dan adanya riwayat penyakit selama
kehamilan, ketuban pacah dini, riwayat masalah sosial yang berat, tidak
adanya perwatan pre natal, hampir tidak ada kenaikan berat badan selama
hamil, lama tidak mempunyai bayi, mempunyai 4 atau lebih anak
88
sebelumunya, ibu yang mempunyai anak pertama pada umur > 35 tahun,
pecandu obat, meminum salah satu obat selama kehamilan, atau tidak kawin.
7. Bayi yang lahir dari kehamilan ganda atau ibu hamil lagi sesudah 3
bulan kehamilan
8. Bayi yang lahir dengan bedah Caesar atau adanya komplikasi
kehamilan
9. Bayi yang mempunyai satu pembuluh darah arteri, tali pusat, atau
pada setiap kecurigaan akan cacat bawaan
10. Bayi dikenal menderita anemia atau inkompatibilitas golongan darah
11. Bayi lahir dari ibu yang sangat menderita selama hamil, seperti
masalah emosi yang berat, hiperemis gravidarum, kecelakaan yang
membahayakan, anestesia umum
C. Anak Balita
Anak balita dengan resiko tinggi harus lebih sering diawasi dengan pemeriksaan
fisik dan laboratorium serta penimbangan BB dan TB. Balita dengan resiko tinggi
bila :
1. Umur 0-3 bulan, BB ± dari 750 gram/bulan
2. Umur 4-7 bulan, BB ± dari 350 gram/bulan
3. Umur lebih dari 1 tahun BB ± dari 150 gram/bulan
4. Jumlah anak lebih dari 3 orang dengan jarak kelahiran kurang dari 2
tahun
5. Dalam keluarga ada anak yang meninggal lebih dari 3 orang
6. Sejarah partus terdapat asfiksia atau dengan partus patologik
7. Pernah menderita batuk rejan
8. Pernah menderita campak
9. Umur di bawah 2 tahun pernah malnutrisi tingkat II dan III
10. Belum pernah mendapatkan imunisasi
89
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua yang sakit berobat
b. Yang berobat golongan sosial ekonomi tertentu (rendah)
c. Diagnosa sering sukar ditentukan
• Laporan rumah sakit
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua yang sakit dirawat
b. Beda sosial ekonomi dari pasien pada RS yang berlainan
• Asuransi kesehatan
Ada “bias” karena :
a. Tidak semua penyakit diasuransikan
b. Tiap perusahaan asuransi menentukan jenis-jenis penyakit yang
berlainan
c. Tidak semua orang ikut asuransi.
90
a. Kebiasaan atau perilaku masyarakat tradisional
b. Daya beli masyarakat yang kurang
c. Tingkat pendidikan yang rendah
d. Tingkat pengangguran yang tinggi.
91
lingkungan, pamflet-pamflet dan brosur-brosur tentang ASI eksklusif
dan pentingnya imunisasi.
b. Pencegahan spesifik (spesific protection)
Pemberian imunisasi, penyemprotan nyamuk (fogging).
2. Pencegahan sekunder (secondary prevention)
a. Deteksi dini (early diagnosis)
Pemeriksaan laboratorium dan pengobatan sampai anak sembuh
dari penyakit, membawa anak segera ke RS, pemeriksaan gigi berkala
setiap 6 bulan.
b. Pengobatan (prompt treatment))
Resusitasi cairan pada pasien DHF, pemberian oralit pada diare,
pemeberian antipiretik pada anak yang demam.
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa angka kematian ibu per 100.000
kehamilan semakin menurun, demikian pula dengan angka kematian bayi per 1000
kelahiran hidup. Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan pemecahan masalah
kesehatan anak di Indonesia yang meliputi pencegahan primer (primary prevention),
pencegahan sekunder (secondary prevention) dan pencegahan tersier (tertiary
prevention) sudah dapat berjalan dengan baik, walaupun target angka kematian ibu
92
yang hendak dicapai pada tahun 2020 masih terdapat 150 per 100.000 kehamilan dan
angaka kematian bayi 15 per 100 kelahiran hidup.
94
95
96
97
98
99
100
101
DAFTAR PUSTAKA
5. Hassan Rusepno, Alatas Husein. Buku Kuliah I Ilmu Kesehatan Anak: staf
pengajar ilmu kesehatan anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
1991.
8. Markum, A.H. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid1. FK UI. Jakarta, 1991.
102
11. Qodrat.wordpress. Perkembangan Anak. [terhubung berkala].
http://qodrat.wordpress.com/2007/01/07/perkembangan-anak/ [6 Sept 2008].
2007.
13. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1985. Hal 145-46,
187-89.
15. http://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Indonesia
16. http://organisasi.org/pertumbuhan_penduduk_dan_dinamika_kependudukan
17. http://www.kompas.com/kompas-cetak/0308/09/ekonomi/482940.htm
19. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0704/12/0410.htm
20. http://www.edukasi.net/modul_online/MO_140/geo111_05.htm
21. http://www.esmaschool.com/pnu/003/PNU0030012.asp
22. http://piogama.ugm.ac.id/buletin/2006/12/infoutama.php
103